Anda di halaman 1dari 12

Kepada Yth :

Rencana Baca :
Waktu/Tempat : Ruang Pertemuan Ilmiah RSP Gdg. A Lt. 4 TUTORIAL IMUNOLOGI

PEMERIKSAAN CARDIAC BIOMARKER


COMBO H-FABP dan TROPONIN I
Abd. Rahim Mubarak, Tenri Esa, Uleng Bahrun
Program Studi Ilmu Patologi Klinik FK UNHAS/RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo-
Makassar

I. PENDAHULUAN
Heart Fatty Acid Binding Protein (H-FABP) adalah cardiac biomarker untuk
mendeteksi cedera otot jantung ditemukan pada tahun 1988 oleh Profesor Jan Glatz
(Maastricht, Belanda). H-FABP 20 kali lebih spesifik untuk otot jantung
daibandingkan dengan mioglobin, ditemukan 10 kali lipat lebih rendah pada otot
rangka. Juga ditemukan dalam jumlah lebih sedikit lagi di ginjal, hati, dan usus
kecil.1–4

Gambar 1. H-FABP keluar dari cardiac miosit segera setelah terjadi kerusakan otot
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=hGgpF3BXw6c)

H-FABP adalah protein yang terlibat dalam metabolisme asam lemak


miokardium. H-FABP terletak pada sitoplasma kardiomiosit, memiliki berat molekul
rendah (15 KDa) sehingga mudah terlepas ke dalam sirkulasi ketika membran
1|T u t o r i a l I m u n o l o g i
vaskuler terkompensasi akibat respon terhadap kerusakan otot jantung. H-FABP juga
digunakan untuk memantau reperfusi setelah kejadian ST elevasi pada infark miokard
akut (IMA) karena sifatnya yang segera dilepaskan ketika terjadi kerusakan otot
jantung. H-FABP secara teoritis merupakan cardiac marker yang dapat digunakan
untuk mendeteksi iskemia miokard meskipun belum disertai nekrosis serta
digunakan untuk deteksi dini kerusakan miokardium berulang. H-FABP telah terbukti
menjadi cardiac biomarker yang lebih awal terdeteksi dibandingkan dengan troponin.
Pengukuran secara simultan terhadap kedua cardiac biomarker ini telah menunjukkan
peningkatan sensitivitas untuk diagnosis awal infark miokard akut (IMA).4,5

Gambar 2. Struktur kardiomiosit dan pelepasan cardiac troponin ke aliran darah


(Sumber : https://jamanetwork.com/data/Journals/JAMA/927065/jgr130001f1.png)

2|T u t o r i a l I m u n o l o g i
Troponin merupakan cardiac biomarker dalam bentuk protein yang terdiri
dari dari tiga sub unit yaitu protein C (calcium-binding componen), troponin I
(Inhibitory-component), dan troponin T (tropomyosin-binding component. Cardiac
Troponin I (cTnI) tidak tampak pada cedera atau regenerasi otot skelet dan hanya
ditemukan pada miokard orang dewasa karenanya sangat spesifik untuk cedera otot
jantung. Troponin I terlepas dari kardiomiosit sesaat setelah terjadi iskemia otot
jantung. Troponin I bekerja menghambat interaksi F-Aktin-Miosin dan juga berikatan
dengan troponin lain. Biomarker cTnI digunakan untuk menentukan diagnosis awal
infark miokard dan membantu menyingkirkan penyebab penyakit koroner lain yang
menyebabkan nyeri dada.2,6–8

Gambar 3. Kinetika biomarker jantung


(Sumber : http://www.h-fabp.com/wp-content/uploads/2012/08/a1.jpg)

Cardiac Troponin I (cTnI) meningkat 3-8 jam setelah onset nyeri dada,
puncaknya pada 12-24 jam dan akan kembali normal pada hari ke 5-10. Selain itu
enzim jantung yang lazim digunakan sebagai cardiac marker antara lain: Creatine
Kinase (CK) dan Creatine Kinase Myonal-Band (CK-MB) biasanya mulai meningkat
6-10 jam setelah kerusakan miokard. Puncaknya 14-36 jam dan kembali normal

3|T u t o r i a l I m u n o l o g i
setelah 48-72 jam kemudian lakrtat dehidrogenase (LDH) muncul lebih lambat dalam
36-48 jam setelah serangan IMA, mencapai puncaknya 4-7 hari dan kembali normal
8- 14 hari setelah infark.2

Gambar 5. Perbandingan pelepasan H-FABP dan Troponin pada kardiomiosit


(Sumber : http://www.h-fabp.com/wp-content/uploads/2012/08/a1.jpg)

H-FABP dilepaskan segera setelah terjadi iskemia pada 30 menit pertama, hal
ini disebakan ukuran yang kecil, relatif stabil dan terletak pada sitoplasma.
Sedangkan troponin I berukuran lebih besar sehingga lebih lama dideteksi.
Indikasi pemeriksaan combo H-FABP dan cTnI adalah untuk mendeteksi
IMA. Penggunaan yang bersamaan akan meningkatkan kecepatan dan ketepatan
diagnostik, menyingkirkan penyakit jantung yang lain diluar IMA serta digunakan
memantau terapi reperfusi setelah serangan jantung.2

4|T u t o r i a l I m u n o l o g i
II. TUJUAN
Tujuan tutorial ini adalah untuk mendeteksi H-FABP dan cTnI di dalam darah secara
kualitatif
III. METODE
A. Pra Analitik
1. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus
2. Persiapan sampel
Sampel yang digunakan yaitu whole blood, serum atau plasma heparin
3. Alat dan Bahan

2 3 4
1
``````````````````````````

6
5 7
`````````

Gambar 6. Alat yang dugunakan dalam tes


Keterangan :
1. Kaset tes Combo H-FABP dan Troponin I
2. Sentrifus
3. Timer
4. Pipet tetes / dropper
5. Lanset
6. Tabung kapiler
7. Hanging drops
5|T u t o r i a l I m u n o l o g i
a. Alat
1. Kaset tes Combo H-FABP dan Troponin I
2. Sentrifus
3. Timer
4. Pipet tetes / dropper
5. Lanset
6. Tabung kapiler
7. Hanging drops
b. Bahan
1. Buffer
2. Sampel pasien

1 2

Gambar 7. Bahan yang digunakan dalam tes

Keterangan :
1. Buffer
2. Sampel pasien

B. Analitik
1. Prinsip Test2,9
a. Pemeriksaan ini berdasarkan membran imunoassay untuk mendeteksi
H-FABP and cardiac Troponin I (cTnI) di dalam darah, serum atau
plasma.
b. Membran telah dilapisi dengan antibodi spesifik pada tiap garis tes.

6|T u t o r i a l I m u n o l o g i
c. Saat tes berlangsung, darah serum atau plasma bereaksi dengan
berikatan dengan antibodi poliklonal berlapis coloid gold (pemberi
warna) membentuk kompleks antigen dan antibodi polklonal berlapis
coloid gold
d. Kompleks ini kemudian bergerak melewati membran secara
kromatografi oleh aksi kapiler untuk bereaksi dengan reagen spesifik
yang terdapat pada membran dan menimbulkan munculnya warna pada
garis tes.
e. Kompleks yang tidak berikatan dengan antibodi spesifik pada garis tes
akan terus bergerak ke lateral menuju garis kontrol yang telah dilapisi
antibodi poliklonal dan akan menimbulkan munculnya warna pada
garis kontrol.
f. Keberadaan warna pada garis tes menunjukkan hasil tes positif,
sebaliknya ketiadaan warna menunjukkan hasil tes negatif.
g. Untuk memastikan tes berjalan sesuai dengan prosedur, garis berwarna
akan selalu muncul pada garis kontrol dan menujukkan volume sampel
cukup dan membran bekerja dengan baik.

7|T u t o r i a l I m u n o l o g i
Gambar 8. Cara kerja combo H-FABP dan Trop I
(sumber : Kit Insert TruQuick™ H-FABP/cTnl Combo 25T)

2. Cara Kerja2
Siapkan tes kit, spesimen, buffer/kontrol sehingga berada dalam suhu
ruang (15-30oC)
1. Biarkan kemasan berada dalam suhu suhu ruang sebelum dibuka.
Keluarkan kaset dari dalam kemasan sesegera mungkin.

8|T u t o r i a l I m u n o l o g i
2. Letakkan kaset diatas permukaan yang bersih dan rata
Untuk spesimen whole blood ,serum atau plasma heparin:
 Posisikan dropper secara vertikal dan keluarkan 2 tetes serum
atau plasma (sekitar 50µL) ke lubang spesimen, kemudian
tambahkan 1 tetes buffer (40µL) dan nyalakan timer
Untuk spesimen darah kapiler
 Menggunakan tabung kapiler : isi tabung kapiler dan masukkan
sekitar 50 µL darah kapiler ke dalam lubang spesimen pada kaset
kemudian masukkan 1 tetes buffer (sekitar 40 µL), nyalakan
timer.
 Menggunakan hanging drops : masukkan masing-masing 1 tetes
dari 2 hanging drops (sekitar 50 µL) kedalam lubang spesimen
pada kaset kemudian tambahkan 1 tetes buffer (sekitar 40 µL)
dan nyalakan timer.
3. Tunggu hingga nampak perubahan warna pada garis. Baca hasil
setelah 10 menit. Hasil tidak boleh diinterpretasi setelah lebih tes
berlangsung lebih dari 20 menit.

9|T u t o r i a l I m u n o l o g i
Gambar 9. Cara kerja combo H-FABP dan Trop I
(sumber : Kit Insert TruQuick™ H-FABP/cTnl Combo 25T)

3. Interpretasi2
a. Positif: dua garis merah yang berbeda muncul. Satu baris harus di
wilayah garis kontrol (C) dan baris lain harus di wilayah garis uji (T).
b. Negatif: Satu garis merah muncul di wilayah garis kontrol (C). Tidak
ada garis merah atau pink muncul di wilayah garis uji (T).
c. Invalid: Tidak ada garis yang muncul di wilayah garis kontrol (C). Jika
ini terjadi, baca petunjuk lagi dan ulangi tes dengan perangkat
pengujian baru.

10 | T u t o r i a l I m u n o l o g i
C. Pasca Analitik 2
1. Hasil
a. Positif
Munculnya warna pada garis kontrol (C) dan warna pada salah satu
atau kedua garis tes mingindikasikan hasil positif. Hal ini
menunjukkan terdapat H-FABP dan atau Troponin I diatas konsentrasi
terendah yang dapat terdeteksi pada sampel. Kemunculan warna
meskipun berbayang tetap didefinisikan sebagai positif.
b. Negatif
Munculnya warna pada garis kontrol tanpa disertai kemunculan warna
pada garis tes menunjukkan hasil negatif. Hal ini menunjukkan
konsentrasi H-FABP dan Troponin I dibawah level deteksi kaset.
c. Invalid
Tidak muncul warna pada garis kontrol (C), kurangnya sampel atau
teknik yang tidak sesuai prosedur menjadi penyebab paling banyak
hasil invalid
2. Keterbatasan Alat2
1. Tidak dapat mengukur konsentrasi H-FABP dan Trop I secara
kuantitatif
2. Tes tidak dapat mendeteksi konsentrasi H-FABP dan Troponin I
dibawah 8ng/ml didalam sampel. Hasil negatif tidak menyingkirkan
kemngkinan adanya kemungkinan infark miokard.
3. Tidak dapat mendeteksi kadar H-FABP dan Troponin pada sampel
dengan viskositas tinggi atau telah disimpan lebih dari 2 hari.

11 | T u t o r i a l I m u n o l o g i
DAFTAR PUSTAKA

1. Banu, S. Comparative study of high sensitivity troponin T and heart-type fatty


acid-binding protein in STEMI patients. Saudi Journal of Biological Sciences
22, 56–61 (2015).
2. Http://weldonbiotech.com/product-details/truquick-h-fabp-ctni-combo/.
TruQUick insert kit.
3. Collinson, P. O. et al. Heart Fatty Acid Binding Protein for the Diagnosis of
Myocardial Ischemia and Infarction. The Journal of Applied Laboratory
Medicine: An AACC Publication 1, 702–710 (2018).
4. Ltd., R. L., Headquarters, G., Road, 55 Diamond, Crumlin, C. A. & Kingdom,
U. Heart-type Fatty Acid-Binding Protein.
5. Jacobs, L. H. J. et al. Rapidly rule out acute myocardial infarction by
combining copeptin and heart-type fatty acid-binding protein with cardiac
troponin. Annals of Clinical Biochemistry 52, 550–561 (2015).
6. Cfc-, R. E. F. et al. H-FABP / Cardiac Troponin I Combo Rapid Test Cassette
( Whole Blood / Serum / Plasma ) Package Insert. (2017).
7. Anil N. Makam, MD, MAS and Oanh K. Nguyen, MD, M. Use of Cardiac
Markers in the Emergency Department: - eMedicine.
8. Burtis, C. A. Cardiac Function Fred S. Apple, Jens Peter Goetze, and Allan S.
Jaffe Tietz Textbook of Clinical Cehmistry and Molecular Diagnostics. P1201-
10. (2018). Elsevier

12 | T u t o r i a l I m u n o l o g i

Anda mungkin juga menyukai