1. Definisi
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang ditandai oleh adanya
peradangan difus pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat,
degenerasi dan regenerasi sel hati disertai nodul dan merupakan
stadium akhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari
hati.
2. Etiologi
3. Patofisiologi
Peristiwa yang penting dalam proses munculnya sirosis adalah aktivasi
sel stelata. Aktivasi ini melibatkan banyak faktor termasuk sel hati, sel
Kupffer, sel endotel, trombosit, berbagai sitokin, dan miRNA. Pada saat
peradangan, sel Kupffer yang teraktivasi akan menghancurkan
hepatosit dan mengaktivasi sel stelata dan munculah pembentukan
parut berupa jaringan fibrosis.
4.
Gambar paling kiri, arsitektur normal hati. Pada model lobular, vena hepatika terminal (CV) berada di tengah
“lobul” sedangkan vena porta (PV) berada di perifer. Daerah parenkima di sekitarnya biasa disebut periporta
dan sentrilobular. Pada model asinar, berdasarkan aliran darah terdapat tiga zona dimana zona 1 terdekat
dengan suplai darah. BD, Bile duct; HA, hepatic artery. Gambar tengah dan samping kanan merupakan
skema perubahan hepatoseluler dan pembentukan jaringan parut. A, Liver yang normal. B, Proses kematian
sel hati seperti pada peradangan atau sumabtan pembuluh darah (biru tua). C, Parenkim kosong
menyebabkan kolaps dan mulai terbentuk parut (coklat). D, Jaringan parut berkontraksi dan menebal
memebntuk septa sedangkan pembuluh darah yang tersumbat menghilang. E, Septa memanjang dan
terjadi resorpsi jaringan parut. F, Septa direabsorpsi. Traktus porta tersissa tanpa adanya vena porta.
Pada tahap awal, pembentukan jaringan parut atau fibrosis diimbangi oleh
degradasi dari protein ini. Progresivitas terjadi apabila proses deposisi
jaringan parut menjadi lebih domian. Matriks metaloproteinase mengontrol
proses deposisi dan degradasi jaringan parut tersebut. Regulator enzim
matriks metaloproteinase ini berupa tissue inhibitors of
metalloproteinase (TIMP).
Berbeda dari kapiler di tempat lain, sinusoid dari kapiler hati tidak
memiliki membran basalis. Sinusoid juga memiliki lubang atau fenestrae
yang bebsar (diameter 100-200 nm) yang memungkinkan keluar atau
pasase molekul besar sampai 250.000 kDa. Deposisi kolagen di celah
Disse pada sirosis menyempitkan fenestrae dari sunusoid dehingga
mengganggu aliran plasma ke hepatosit.
5. Perubahan sinusoid hati pada sirosis
11.
12. MMP: Matrix metalloproteinase; TIMP: Tissue inhibitor of matrix metalloproteinase; ADAMS2: A disintegrin
and metalloproteinase 2; PDGF: Platelet derived growth factor; VEGF: Vascular endothelial growth factor;
TGF-α: Transforming growth factor-α; EGF: Epidermal growth factor; bFGF: Basic fibroblast growth factor;
TGF-β1: Transforming growth factor-β1; CTGF/CCN2: Connective tissue growth factor; ET-1: Endothelin 1;
NO: Nitric oxide; FXR: Farnesoid X receptor; PPARγ: Peroxisome prolife- rators activated nuclear
receptorsγ; ADRP: Adipose differentiation related protein