METODOLOGI
LAPORAN SEMINAR TUGAS AKHIR
BAB III
METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Jembatan yang direncanakan berada di Kecamatan Cisauk, Kabupaten
Tangerang. Jembatan ini berada di aliran sungai Cisadane yang menghubungkan
jalur lalu lintas Kabupaten,dari kota Tangerang selatan menuju Kabupaten Cisauk
dan sebaliknya. Hingga kini menjadi jalur lintas utama, khususnya untuk
kendaraan bertonase berat menuju dan keluar dari arah Cisauk. Perencanaan
jembatan dilakukan pada bulan Oktober 2018 sampai dengan selesai. Berikut
adalah gambar yang menunjukkan wilayah sekitar lokasi jembatan Cisauk :
RE
3.3. Metodologi
MULAI
MULAI
2.PERENCANAAN
2.PERENCANAAN
Data Perencnaan
Data Perencnaan
Spesifikasi Teknis
Spesifikasi Teknis
Preliminary Desain
Preliminary Desain
Model Struktur
Model Struktur
Pembebanan
Pembebanan
Tidak
Tidak
OK 3.RUN ANALISIS
OK 3.RUN ANALISIS
Gaya dalam, Momen,Lintang, axial
Gaya dalam, Momen,Lintang, axial
Torsi)
Torsi) OK
OK
4.CEK KAPASITAS
4.CEK KAPASITAS
(Dengan metode LRFD)
(Dengan metode LRFD)
5.CEK LENDUTAN
5.CEK LENDUTAN
SELESAI
SELESAI
b. Pylon
Tinggi pylon (H) berbanding dengan bentang jembatan (L), menurut Parke
dan Huson (2008) pada jembatan cable stayed simetris dengan kisaran nilai 0,2 –
0,25. Namun dalam desain cable stayed asymmetric system, maka panjang
bentang yang dipikul 1 pylon menjadi 2 kalinya jembatan cable stayed simetris.
Sehingga nilai H/L menjadi 0,4 – 0,5.
Direncanakan (H/L) = 0,4
L = 155 m
Maka diperoleh H = 155 m x 0,4 = 62.0 m
c. Gelagar
Menurut Podolny (1976) dalam bukunya “Contruction & Design of Cable-
Stayed Bridges”, nilai perbandingan antara tinggi gelagar dengan bentang
jembatan bervariasi antara (1/40) s.d. (1/100). Untuk Dimensi struktur utama (box
baja) preliminary designnya dapat didekati dengan rumusan berikut :
Bentuk gelagar jembatan di desain menggunakan twin box girder seperti pada
Gambar 3.2
3.9. Pembebanan
Load Combination dibuat untuk memuat kombinasi pembebanan dari berbagai
Load Case dan Load Pattern yang digunakan. Dalam hal ini disesuaikan dengan
Tabel 2.9 Sehingga diperoleh kombinasi sebagai berikut :
a. Kuat I
1,1 MS + 1.3 MA + 1,8 (TT + TD + TB + TD) + 1,2 EUN
b. Kuat II
1,1 MS + 1,3 MA + 1,4 (TT + TD + TB + TD) + 1,2 EUN
c. Kuat IIIA
1,1 MS + 1,3 MA + 1,4 EWS Kanan + 1,2 EUN
d. Kuat IIIB
1,1 MS + 1,3 MA + 1,4 EWS Kiri + 1,2 EUN
e. Kuat IV
1,1 MS + 1,3 MA + 1,2 EUN
f. Kuat VA
1,1 MS + 1,3 MA + 0,4 EWS Kanan + 1,0 EWL + 1,2 EUN
g. Kuat VB
1,1 MS + 1,3 MA + 0,4 EWS Kiri + 1,0 EWL+ 1,2 EUN
h. Ekstrem IA
1,1 MS + 1,3 MA + 0,5 (TT + TD + TB + TD) + 1,0 EQX + 0,3 EQY
i. Ekstrem IB
1,1 MS + 1,3 MA + 0,5 (TT + TD + TB + TD) + 1,0 EQY + 0,3 EQX
j. Daya Layan IA
1,0 MS + 1,0 MA + 1,0 (TT + TD + TB + TD) + 0,3 EWS Kanan + 1,0 EWL +
1,2 EUN
k. Daya Layan IB
1,0 MS + 1,0 MA + 1,0 (TT + TD + TB + TD) + 0,3 EWS Kiri + 1,0 EWL + 1,2
EUN
l. Daya Layan II
1,0 MS + 1,0 MA + 1,3 (TT + TD + TB + TD) + 1,2 EUN
m. Daya Layan III
1,0 MS + 1,0 MA + 0,8 (TT + TD + TB + TD) + 1,2 EUN
Keterangan
MS = beban mati komponen struktural dan non struktural jembatan
MA = beban mati perkerasan dan utilitas
TA = gaya horizontal akibat tekanan tanah
PL = gaya-gaya yang terjadi pada struktur jembatan yang disebabkan oleh
proses pelaksanaan, termasuk semua gaya yang terjadi akibat
perubahan statika yang terjadi pada konstruksi segmental
PR = prategang
SH = gaya akibat susut/rangkak
TB = gaya akibat rem
TR = gaya sentrifugal
TC = gaya akibat tumbukan kendaraan
TV = gaya akibat tumbukan kapal
EQ = gaya gempa
BF = gaya friksi
TD = beban lajur “D”
TT = beban truk “T”
TP = beban pejalan kaki
SE = beban akibat penurunan
ET = gaya akibat temperatur gradien
EUn = gaya akibat temperatur seragam
EF = gaya apung
EWS = beban angin pada struktur
EWL = beban angin pada kendaraan
EU = beban arus dan hanyutan
c. Beban trotoir
Trotoir berupa beton bertulang dengan γbeton = 25 kN/m3
Kerb berupa beton tidak bertulang γbeton = 24 kN/m3
Maka,
qME = qpipa + qair + qlistrik
= 0,066 + 0,164 + 0,087
= 0,317 kN/m
- Jumlah sumbu roda (axles), n, dengan beban terpusat P dapat berharga nol
yang menunjukkan hanya ada pembebanan merata. Jika perlu, beban
terpusat sembarang (floating) dapat dispesifikasikan.
- Jarak antarsumbu roda sebanyak n-1 dapat ditetapkan dalam suatu range
dari dmin sampai dmax, dimana 0 < dmin ≤ dmax = 0 jika dianggap
jaraknya tak terbatas.
- Sejumlah n+1 beban merata W : beban merata depan W1 (leading), beban
antarsumbu gardar dan beban merata ikutan Wn+1 (trailing).
jembatan, dalam arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan. Jumlah luas
bidang vertikal bangunan atas jembatan yang dianggap terkena oleh angin
ditetapkan sebesar suatu prosentase tertentu terhadap luas bagian-bagian sisi
jembatan dan luas bidang verikal beban hidup. Bidang vertikal beban hidup
ditetapkan sebagai suatu permukaan bidang vertikal yang mempunyai tinggi
menerus sebesar 2 meter di atas lantai kendaraan. Dalam menghitung jumlah luas
bagian-bagian sisi jembatan yang terkena angin dapat digunakan ketentuan
sebagai berikut:
Beban garis merata tambahan arah horizontal pada permukaan lantai jembatan
akibat angin yang meniup kendaraan di atas jembatan dihitung dengan rumus:
TEW = 0,0012 x Cw x (Vw)2
Tabel 3.5 Modulus Elastisitas Young (E) dan Koefisien Panjang (ε)
*) Tergantung mutu bahan
(Jembatan, Bambang Supriyadi)
berikut:
- Arah memanjang jembatan T = 0,38334 Detik (mode 1)
- Arah melintang jembatan T = 0,18159 Detik (mode 2)
Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis berupa struktur baja
dan bangunan atas menggunakan beton bertulang, dan waktu getar strukturnya
cukup pendek sehingga struktur hanya dapat berperilaku daktail terbatas (semi
daktail) maka diambil faktor tipe bangunan:
Karena struktur jembatan termasuk kedalam struktur rumit dan kategori kinerja
seismik adalah D maka diambil faktor tipe bangunan S = 2. Koefisien beban
gempa horizontal Kh.
Kh = C x S
= 0,17 x 4
= 0,68
Untuk jembatan yang memuat > 2000 kend/hari, jembatan pada jalan raya utama
(seperti arteri atau kolektor) diambil faktor kepentingan I = 1,25. Berat jembatan
(Wt) = 1289,036 kN
Maka TEQ = Kh x I x Wt
= 0,68 x 1,25 x 1289,036
= 1095,681 kN
Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis berupa struktur baja dan
bangunan atas menggunakan beton bertulang, dan waktu getar strukturnya cukup
pendek sehingga struktur hanya dapat berperilaku daktail terbatas (semi daktail)
maka diambil faktir tipe bangunan: Karena koefisien percepatan puncak di batuan
dasar adalah > 0,30, dan jembatan termasuk dalam klasifikasi kepentingan I
(Jembatan utama dengan faktor keutamaan 1,25) diambil kategori kinerja seismik
adalah D Karena struktur jembatan termasuk kedalam struktur rumit dan kategori
kinerja seismik adalah D maka diambil faktor tipe bangunan S = 2 Koefisien
beban gempa horizontal Kh
Kh = C x S
= 0,17 x 4
= 0,68
Untuk jembatan yang memuat > 2000 kend/hari, jembatan pada jalan raya utama
(seperti arteria tau kolektor) diambil faktor kepentingan I = 1,25. Berat jembatan
(Wt) = 1289,036 kN
Maka TEQ = Kh x I x Wt
= 0,68 x 1,25 x Wt
= 1095,681 kN
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN