Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN ANAK

PROPOSAL TERAPI BERMAIN PADA TODDLER

Oleh

Kelompok 5

Kadek Sri Handayani (17C10056)


Luh Ade Oka Pujastuti (17C10057)
Ni Made Wirastuti Shanti (17C10058)
Ni Luh Putu Fumika Venaya Dewi (17C10059)
Ida Ayu Putu Mourdani (17C10060)
Ni Made Sintya Indriantari (17C10061)
Ni Luh Putu Noviyanti (17C10062)
Putu Leli Anggreni (17C10063)
Desak Yunitha Dewi (17C10064)
Made Dwita Pertiwi (17C10065)
Komang Ayu Trisna Oktaviani (17C10066)
Kadek Ayu Riska Citra Pratiwi (17C10067)

SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal.Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah
sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan
rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan
dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya
adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress.
Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di
rumah sakit (Wong, 2009).
Bermain bagi anak usia dini dapat digunakan untuk mempelajari dan belajar banyak hal,
dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi, toleransi, kerja
sama, dan menjunjung tinggi sportivitas (Mulyasa 2014:166). Selanjutnya dituturkan oleh
Ailwood (2003): Play in early childhood educationforms a significant nodal point at which
understanding and discourses of childhood, motherhood, education, family, psychology, and
citizenship coagulate and collide.
Bagi anak usia dini, bermain memiliki beberapa esensi yaitu: 1) motivasi internal, dimana
anak-anak melakukan kegiatan bermain atas kemauan diri sendiri dan tanpa paksaan; 2)
aktif, yakni ketika anak-anak melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan fungsi fisik dan
mental; 3) nonliteral, berarti anak-anak mampu melakukan apa saja sesuai keinginan,
terlepas dari realitas seperti berpura-pura memainkan sesuatu; dan 4) tidak memiliki tujuan
eksternal yang ditetapkan sebelumnya, merupakan esensi dari bermain bahwa bermain
dilakukan atas dasar partisipasi semata (Suyanto 2003:145-146).
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain dengan sesuatu
yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil warna akan membantu anak
untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh
karena sangat pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan untuk
mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada
anak usia toddler dengan cara mewarnai gambar

1.2. Tujuan
1.2.1. TUJUAN UMUM
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak
1.2.2. TUJUAN KHUSUS
1. Anak dapat lebih mengenali warna
2. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak
3. Mengembangkan imajinasi pada anak

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian Bermain
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Suhendi,
2001).Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,
mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A, 2005). Jadi
kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan agar anak dapat kreatif
dan mengekspresikan pikiran, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Bermain, menurut Smith and Pellegrini (2008) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-cara menyenangkan, tidak diorientasikan
pada hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif. Hal ini berarti, bermain bukanlah kegiatan yang
dilakukan demi menyenangkan orang lain, tetapi semata-mata karena keinginan dari diri
sendiri. Oleh karena itu, bermain itu menyenangkan dan dilakukan dengan cara-cara yang
menyenangkan bagi pemainnya.
Di dalam bermain, anak tidak berpikir tentang hasil karena proses lebih penting daripada
tujuan akhir. Bermain juga bersifat fleksibel, karenanya anak dapat membuat kombinasi
baru atau bertindak dalam cara-cara baru yang berbeda dari sebelumnya. Bermain bukanlah
aktivitas yang kaku. Bermain juga bersifat aktif karena anak benar-benar terlibat dan tidak
pura-pura aktif. Bermain juga bersifat positif dan membawa efek positif karena membuat
pemainnya tersenyum dan tertawa karena menikmati apa yang mereka lakukan. Dengan
demikian, bermain adalah kegiatan yang menyenangkan, bersifat pribadi, berorientasi
proses, bersifat fleksibel, dan berefek positif. Bermain juga dapat diartikan sebagai kegiatan
yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan
tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar (Hurlock,
1997).

2.2 Kategori Bermain


a. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak sendiri.
Contoh: bermain sepak bola.
b. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakkan aktivitas
(hanya melihat)
Contoh: Memberikan support.
2.3 Tahap Bermain
Bermain memiliki beberapa tahapan. Tahapan tersebut disesuaikan dengan kondisi sosial
anak-anak. Parten mengemukakan enam tahapan bermain bagi anak usia dini, yaitu:
a. Unoccupied
Anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik perhatiannya dan
melakukan gerakan-gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang tidak terkontrol;
b. Solitary
Anak dalam sebuah kelompok tengah asyik bermain sendiri-sendiri dengan bermacam-
macam alat permainan, sehingga tidak terjadi kontak antara satu sama lain dan tidak
peduli terhadap apapun yang terjadi;
c. Onlooker
Anak melihat dan memperhatikan serta melakukan komunikasi dengan anak-anak lain
namun tidak ikut terlibat dalam aktivitas bermain yang tengah terjadi;
d. Parallel
Anak-anak bermain dengan alat-alat permainan yang sama, tetapi tidak terjadi kontak
antara satu dengan yang lain atau tukar menukar alat main;
e. Associative
Anak bermain bersama saling pinjam alat permainan, tetapi permainan itu tidak
mengarah pada satu tujuan, tidak ada pembagian peran dan pembagian alat main;
f. Cooperative
Anak-anak bermain dalam kelompok yang terorganisir, dengan kegiatan-kegiatan
konstruktif dan membuat sesuatu yang nyata, dimana setiap anak mempunyai
pembagian peran sendiri. Pada tahap bermain jenis cooperative, terdapat satu atau dua
anak yang bertugas sebagai pemimpin atau pengarah jalannya permainan (Desmita,
2013:142-143)
2.4 Ciri-ciri Bermain
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu

2.5 Klasifikasi Bermain menurut ISI


a. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam
bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang,
dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan bermain
anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak
akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
d. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu
2.6 Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang
bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Toddler.
2. Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai
mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak
saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school. Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama tetapi belum
terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana
dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.
2.7. Fungsi Bermain
Anak dapat melangsungkan perkembangannya
1. Perkembangan Sensorik Motorik
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu, misalnya meraih
pensil.
2. Perkembangan Kognitif
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan)
3. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun balok.
4. Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar dalam
kelompok.
5. Kesadaran Diri (Self Awareness)
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah laku terhadap
orang lain.
6. Perkembangan Moral
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman, menyesuaikan dengan
aturan kelompok. Contoh : dapat menerapkan kejujuran
7. Terapi
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak,
misalnya : marah, takut, benci.
8. Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan
secara verbal, misalnya : melukis, menggambar, bermain peran.

2.8. Prinsip Bermain


1. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan
1. Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)
2. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program
terapi.
2.9. Bermain Di Rumah Sakit
A. Tujuan
1. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
2. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat
3. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
B. Prinsip
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
3. Kelompok umur sama
4. Melibatkan keluarga/orangtua
C. Upaya Perawatan Dalam Pelaksanaan Bermain
1. Lakukan saat tindakan keperawatan
2. Sengaja mencari kesempatan khusus
D. Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan
1. Alat bermain
2. Tempat bermain
E. Pelaksanaan Bermain Di Rs Dipengaruhi Oleh
1. Faktor pendukung
Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama Tim dan keluarga
2. Faktor penghambat
Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain
F. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan
3. Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)
4. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program
terapi.

2.9. Bermain Mewarnai Gambar


a. Definisi
Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai gambar diartikan
sebagai proses memberi warna pada media yang sudah bergambar. Mewarnai gambar
merupakan terapi permainan yang kreatif untuk mengurangi stress dan kecemasan serta
meningkatkan komunikasi pada anak.
b. Manfaat
1. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik
(sebagai permainan penyembuh/”therapeutic play”).
2. Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk,
mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan motorik halus.
3. Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena menggunakan media
kertas gambar dan crayon.
4. Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu cara
untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.
5. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses
hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat dan
negative.
6. Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan ekspresi
emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan benci.
7. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode
penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di rumah sakit.

\
SATUAN ACARA KEGIATAN TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR
PADA USIA TODDLER

A. Kegiatan
Judul : Terapi bermain “mewarnai gambar”
Jumlah anak : 6 orang
Usia anak : 1-3 tahun (toddler)
Tanggal pelaksanaan : 30 September 2019
B. Durasi
Lama/waktu bermain : 45 menit
C. Alat-alat yang diperlukan :
1) Crayon
2) Tissue
3) Karpet
4) Kertas bergambar
5) Lembar penilaian
D. Tempat
Tempat : di Ruang Cilinaya RSD Mangusada
E. Tujuan khusus pada permainan :
Setelah dilakukan program bermain selama 45 menit,diharapkan:
1) Segi kognitif
Anak mampu mengikuti instruksi yang diberikan
2) Segi motoric
Anak mampu membedakan warna gambar sesuai dengan benar
3) Segi sensorik
Peserta dapat membedakan 1 dari 3 warna gambar dengan benar
F. Pembagian tugas
1) Leader : Memimpin jalannya program terapi
2) Fasilitator : Mendampingi dan mengarahkan saat anak terapi
3) Observer : Mencatat dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
4) Anak : Mengikuti jalannya terapi bermain

G. Strategi Pelaksanaan

NO WAKTU KEGIATAN PESERTA

1. 5 Menit Pembukaan :

1) Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam


mengucapkan salam.
2. Mendengarkan
2) Memperkenalkan diri
3. Memperhatikan
3) Menjelaskan tujuan dari terapibermain
4. Memperhatikan
4) Kontrak waktu anak dan orang tua

2. 20 Menit Pelaksanaan

1) Menjelaskan tata cara pelaksanaan 1. Memperhatikan


terapi bermain mewarnai kepada anak 2. Bertanya

2) Memberikan kesempatan kepada anak 3. Antusias saat


untuk bertanya jika belum jelas menerima peralatan

4. Memulai untuk
3) Membagikan kertas bergambar dan
mewarnai gambar
crayon
5. Menjawab
4) Fasilitator mendampingi anak dan pertanyaan

memberikan motivasi kepada anak 6. Mendengarkan

5) Menanyakan kepada anak apakah 7. Memperhatikan


telah selesaimewarnai gambar
6) Memberitahu anak bahwa waktu yang
diberikan telah selesai

7) Memberikan pujian terhadap anak


yang mampu mewarnai gambar
sampai selesai

3. 10 Menit Evaluasi : 1. Menceritakan

1) Memotivasi anak untuk menyebutkan 2. Gembira


apa yang diwarnai
3. Gembira
2) Mengumumkan nama anak yang
dapat mewarnai dengan contoh

3) Membagikan reward kepada seluruh


peserta

4. 5 Menit Terminasi: 1. Memperhatikan

1) Memberikan motivasi dan pujian 2. Gembira


kepada seluruh anak yang telah
mengikuti program terapi bermain 3. Mendengarkan

2) Mengucapkan terima kasih kepada 4. Menjawab salam


anak dan orang tua

3) Mengucapkan salam penutup

H. Kriteria Evaluasi

1. Evalusi Struktur

a. Anak hadir di ruangan minimal 6 orang.

b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang hematologi BONAlantai 2

c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya

2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan mewarnai gambar

b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir

c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai gambar

3. Kriteria Hasil

a. Anak terlihat senang dan gembira

b. Kecemasan anak berkurang

c. Mewarnai gambar sesuai dengan contoh

d. Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai

I. Perkiraan Hambatan :

1. Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di jadwalkan)

2. Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain

J. Antisipasi Hambatan/Masalah

1. Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)

2. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program

terapi.
DAFTAR PUSTAKA

Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak. http://info.balitacerdas.com.


Diakses pada tanggal 28 September 2019

Rohmah, N. (2016). Bermain dan pemanfaatannya dalam perkembangan anak usia dini.
Tarbawi: Jurnal Pendidikan Islam, 13(2).

Musfiroh,T.(2014).Teori dan Konsep Bermain. http://repository.ut.ac.id/4699/1/PAUD4201-


M1.pdf. Diakses pada tanggal 28 September 2019

Anda mungkin juga menyukai