Anda di halaman 1dari 3

Keteguhan hati adalah sifat penting seorang beriman.

Orang beriman tidak


pernah kehilangan antusiasme dan kesetiaan. Orang beriman berjuang hanya
untuk memperoleh keridhaan Allah. Itulah sebabnya tidak satu halpun yang
dapat menghalangi usaha mereka. Seorang beriman tidak akan pernah peduli
dengan apa yang orang lain katakan tentang mereka. Tujuan utama mereka
hanyalah menjadi orang yang pantas menerima anugrah Tuhan dan menjalani
hidupnya sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Tuhan.

Kendatipun diuji, seorang mukmin dengan komitmen total tetap bersabar dalam
keadaan sesulit apapun. Allah memuji sifat tersebut pada ayat di bawah ini:

"Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah


besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena
bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula)
menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada
doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan
tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan
tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".
(Ali Imran : 146-147)

Sebaliknya, komitmen yang rendah bukanlah ciri orang beriman.


"Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu,
karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya." (At-Taubah : 45)

Disamping kemiskinan, kekayaan juga dapat mengguncang keteguhan hati


seseorang. Kekayaan mengurangi kegembiraan kebanyakan orang. Menjadi
kurang ajar dan berpaling dari Allah setelah menerima anugrahnya adalah sifat
orang kafir. Allah menjelaskannya pada ayat di bawah ini:

"Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu,


ketika mereka berbuat kezaliman, padahal rasul-rasul mereka telah datang
kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi
mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi
pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa." (Yunus : 12)

Akan tetapi bagi orang-orang yang beriman, kemakmuran, kekayaan, dan


kekuasaan, tidak pernah merubah sikap mereka. Mereka sadar betul bahwa
semua anugrah diberikan oleh Allah dan dapat dicabut sewaktu-waktu.
Karenanya mereka tidak pernah terlarut pada kegembiraan yang berlebihan

Percaya akan hidup sesudah mati dan berjuang sepenuh hati untuk meraihnya
serta menghindari hal-hal yang berlebihan dalam urusan keseharian, adalah
tanda-tanda keteguhan yang ditunjukkan oleh orang beriman. Mereka yang
berjuang sekuat tenaga digambarkan di dalam Al-Qur'an.

"Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah


itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu
adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik." (Al-Isra : 19)

Tidak pernah merasa lemah dan berdukacita adalah perintah Allah:


"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman."
(Al-Imran : 139)

Karenanya keteguhan merupakan sifat penting yang harus dimiliki orang


beriman.
"Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah
diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka
mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka.
Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau kami sanggup tentulah
kami berangkat bersama-samamu." Mereka membinasakan diri mereka sendiri
dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang
yang berdusta." (At-Taubah : 42),

Gagal mencapai keteguhan. Namun orang-orang yang beriman senantiasa


menunjukkan keteguhan yang tidak pernah berubah sampai ajal menjemput:

"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang
telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur.
Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak
merobah (janjinya)." (Al Ahzab : 23)

Akhirnya tak seorangpun dari mereka yang berubah pendirian prasetianya Di


antara para tokoh sahabat Nabi ada yang menyatakan prasetianya untuk
berjuang sampai gugur sebagai Pahlawan (Syahid), masing-masing ialah:
Usman, Thalha, Said bin Yazid, Hamzah, Mush'ab bin Umair, dan lain-lain.

Sebaliknya orang munafik menunjukkan kelakuan dan sikap yang tidak


konsisten dan berubah-ubah mengikuti orang yang mereka gauli. Ketika orang
beriman menang, orang munafik ingin berbagi kesuksesan. Namun ketika orang
beriman mendapat kesulitan, mereka menjauh. Hal ini merupakan tanda jelas
dari kemunafikan alami mereka.
Ashabul Kahfi yang diberi keberanian oleh Allah "Dan Kami meneguhkan hati
mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan kami adalah
Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain
Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang
amat jauh dari kebenaran." Al-Kahfi : 14

"Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati


dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan
(azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada
mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada
siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan
melainkan kaum yang fasik" (Al Ahqaaf : 35)

Memberi contoh terbaik untuk orang-orang beriman mengenai keteguhan.


Penganutan yang terus-menerus juga merupakan sebuah konsistensi. Hanya
kematian yang dapat mengakhiri keteguhan orang beriman. Seorang beriman
harus bersabar dan memenuhi ikrarnya kepada Allah sampai ajal menjemput.

Inilah kunci sukses. Saat hati kita sedang semangat, maka mintalah kepada
Allah untuk meneguhkan hati kita agar tetap semangat. Semangat akan
menghasilkan tindakan luar biasa dan tindakan luar biasa akan menghasilkan
sukses luar biasa. Semua berawal dari hati, dan Allah yang membolak-balikkan
hati kita, maka berdo'a dan berusahalah.

Mempertahankan keteguhan hati tentu saja diperlukan kemampuan seseorang


untuk menjaga kejernihan hatinya. Dengan kejernihan hati, suara hati nurani
akan muncul kepermukaan dan menjadi pembimbing dalam setiap langkah
kehidupan. Dalam buku "Heart Revolution, Revolusi Hati Nurani Menuju
Kehidupan Penuh Potensi", karya Eko Jalu Santoso yang diterbitkan Elex
Media Komputindo, setidaknya ada tujuh langkah dalam usaha menjaga
kejernihan hati. Diantaranya adalah, menetapkan nilai hidup sesuai suara hati,
menjauhi prasangka negatif, menempatkan sudut pandang dari hati,
menghindari pengaruh lingkungan negative, membebaskan pikiran dari
pengalaman negative, melepaskan energi positif kebaikan dan memusatkan hati
kepada Allah.

Sahabat, saatnya untuk kembali pada hati nurani. Bukan hanya mengandalkan
kekuatan otak dan pikiran semata, tetapi berusaha mengandalkan kekuatan
keteguhan hati. Jadikanlah suara hati nurani Anda sebagai pembimbing dalam
setiap langkah kehidupan, agar rahmat dan berkah dari Allah senantiasa
mengalir dan memberikan yang terindah untuk hati, perasaan dan seluruh diri
kita.

Anda mungkin juga menyukai