Anda di halaman 1dari 16

Fatimah Binti Maimun, Sang Mubaligh Pertama di Tanah Jawa

Bukti tertua kehadiran huruf Arab pada fase awal Islam di Nusantara ditemukan di sebuah
makam di desa Leran, 8 Km utara kota Gersik Jawa Timur.

Huruf itu terdapat pada Nisan Fatimah binti Maimun bin Hibatullah. Dia wafat pada hari
Jumat 12 Rabiulawal 475 Hijriyah / 1082 Masehi.

Penanggalan itu menunjukkan nisan dipusara anak perempuan Maimun ini merupakan bukti
tertua penggunaan tulisan Arab di Asia Tenggara. Demikian di tuliskan pada buku panduan
pameran Budaya Islam di Aula Institut Agama Islam Negeri (IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta), pada tanggal 11-17 September 1995.

Inskripsi nisan Fatimah terdiri atas tujuh baris, di tulis dengan huruf Arab dengan gaya Kufi,
salah satu ragam kaligrafi, dengan tata bahasa Arab yang baik. Nisan ini juga memuat ayat
Al-Qur'an, antara lain surat Al-Rahman ayat 28-27 dan surat Ali Imron ayat 185.

Bersama nisan Maulana Malik Ibrahim, yang wafat pada 12 Rabiulawal 822 H / 8 April 1419
M, juga dimakamkan di Gresik, mengukuhkan pendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara
melalui Persia dan Gujarat. Ada juga sarjana yang mengatakan batu nisan tersebut mirip kuil
tembok Hindu di Gujarat.

Prof. DR. PA. Hoesien Djajadiningrat menyatakan, "Bukti agama Islam masuk ke Nusantara
dari Iran (persia), ialah ejaan dalam tulisan Arab, baris di atas, di bawah, dan di depan disebut
jabar, Jer dan Pes. Ini adalah bahasa Iran. Kalau menurut bahasa Arab, ejaannya adalah
Fathah, Kasrah dan Dhammah. Begitu pula huruf Sin yang tidak bergigi, sedangkan huruf Sin
dalam bahasa arab adalah  bergigi, ini adalah salah satu bukti yang terang."

Siapakah Fatimah binti Maimun? Ahli sejarah Cirebon abad ke 17, Wangsakerta, sebagai
pangeran ketiga keraton pernah melakukan Gotrasawala (musyawarah kekeluargaan) ahli
sejarah se Nusantara menelusuri silsilah para Syekh, guru agama dan Sultan keturunan Nabi
Muhammad SAW yang menjadi tokoh penyebar agama Islam di Nusantara. Wangsakerta
berdiskusi dengan Mahakawi sejarah dari Pasai, Jawa Timur, Cirebon, Arab, Kudus, dan
Surabaya, serta ulama dari Cirebon dan Banten.

Hasilnya sebagai berikut: Rasulullah Muhammad SAW berputri Fatimah yang menikah
dengan Ali bin Abi Thalib, berputra Husaian, berputra Zainal Abidin, yang menurunkan
Muhammad Al-Baqir, bapak Ja'far Shadiq, berputra Ali Al-Uraidi, ayah Sulaiman Al-Basri,
yang menetap di Persi, Sulaiman Abu Zain Al-Basri, yang menurunkan Ahmad Al-Baruni,
ayah Sayyid Idris Al-Malik, yang berputra Muhammad Makdum Sidiq, yang terakhir ini
adalah ayah Hibatullah, kakek Fatimah binti Maimun.

Masih menurut penelusuran itu, Fatimah menikah dengan Pria bernama Hassan yang berasal
dari Arab bagian selatan.

Tentang Fatimah binti Maimun ini, pasangan peneliti H.J. de Graaf dan Th. Piqeaud
menghubungkan-nya dengan tradisi Lisan Jawa, tentang putri Leran atau putri Dewi Swara.
Dalam kaitan ini, kedua pakar Belanda ini juga menerima anggapan bahwa Gresik
merupakan pusat tertua agama Islam di Jawa Timur.

Dengan demikian, tidak mustahil Fatimah binti Maimun itu pendakwah Islam pertama di
Tanah Jawa, bahkan sangat boleh jadi di Nusantara. Namun ada penulis yang menyatakan,
kakeknya pedagang dari Timur tengah, Hibatullah, menetap di Leran, dan menikah dengan
wanita setempat, bahkan di duga sudah membangun masjid.

Apakah faktor kebetulan bila desa tempat Fatimah binti Maimun di makamkan itu bernama
Leran? Tentu saja hal ini telah menjadi perbincangan para ahli sejarah sejak lama.

Cendikiawan Muslim Oemar Amin Hoesin, misalnya berpendapat, di Persia itu ada satu suku
namanya "Leren", suku inilah yang mungkin dahulu datang ke tanah Jawa, sebab di Giri ada
kampung Leren juga namanya. Begitu pula, ada suku Jawi di Persia. Suku inilah yang
mengajarkan huruf Arab yang terkenal di Jawa dengan huruf Pegon.

Dalam hal ini, Moh. Hari Soewarno mencatat, Leran sebenarnya nama suku di Iran. mungkin
Fatimah berasal dari Parsi, sebab data itu bisa dibandingkan dengan data lain di Iran sendiri.
Di sanapun terdapat desa yang namanya Jawi, sehingga dapat di tarik kesimpulan, pada abad
ke ke 11 itu sudah ada lalu lintas dagang antara negeri kita dengan negeri Parsi. Peristiwa itu
pasti terjadi berulang-ulang serta di mengerti banyak orang, baik di Jawa maupun di Iran.

Menurutnya, orang Parsi, yang datang ke Jawa merasa kerasan, lalu menetap. Sebaliknya
orang Jawa yang merasa senang di Iran lalu menetap di sana dan menamai desanya Jawi -
untuk  menunjukkan perkampungan orang Jawa disana..

Jadi, dapat disimpulkan, Fatimah binti Maimun adalah orang Parsi yang menetap di Jawa
(tepatnya di Gresik), lalu perkampungannya disana hingga sekarang terkenal sebagai desa
Leran. Lebih jauh diketahui, di Kediri pada Abad ke 11 sudah banyak orang membuat rumah
indah dengan genting warna-warni, kuning dan hijau. Gaya rumah demikian banyak kita
jumpai di Parsi.

Apakah juga faktor kebetulan jika dari tanah Persia, Fatimah binti Maimun merantau ke
pelabuhan Gresik, kemudian tinggal serta wafat dan dimakamkan di sana? Bersama nisan
ulama Persia Maulana Malik Ibrahim, yang berangka tahun 882 H / 1419 M, sedang Nisan
Fatimah yang berangka 475 H / 1082 M dilihat sebagai bukti bahwa pada waktu itu banyak
orang Gresik yang telah menganut agama Islam. Bahkan sebelum kedatangan para Wali
periode pertama, sudah banyak pedagang Islam di tanah Jawa. Mereka memilih daerah
pelabuhan Gresik, yang saat itu sedang dalam kekuasaan kerajaan Majapahit, sebagai tempat
tinggal mereka.

Bersama Tuban dan Jepara, pelabuhan Gresik sejak zaman Prabu Airlangga (1019-1041 M)
bertahta, telah terjalin hubungan dagang dengan negara-negara manca. Di pantai Tuban
banyak ditemukan kepingan uang emas dinar  Arab bertarikh abad ke 9 - 10, yang
menunjukkan bahwa lalu lintas niaga antara Jawa dan Timur Tengah sudah pesat.

Akan halnya kedudukan Gresik yang istimewa itu, ahli obat-obatan bangsa Portugal, Tom
Pires, yang menyusuri utara pantai Jawa pada Maret sampai Juni 1513, mencatat dalam
jurnalnya, "Mereka mulai berdagang di negeri itu dan bertambah kaya. Mereka berhasil
membangun masjid dan Mullah, para ulama di datangkan dari Luar."
Mengenai kemampuan melaut orang Jawa, Babat Tanah Jawi versi J.J. Meinnsma
menggambarkan betapa kapal layar Jawa telah mengarungi samudra jauh sampai ke negeri
Sophala di pantai Afrika Timur yang berhadapan dengan Madagaskar. Penjelajajahan itu
terkait dengan kemajuan bidang industri pembuatan alat pertanian, seperti Cangkul dan sabit,
serta alat persenjataan, yakni Keris yang bahan bakunya harus di cari sampai ke Afrika
Timur. Itulah sebabnya, orang Jawa memberanikan diri berlayar ke Sophala dengan tujuan
mencari bahan mentah besi yang ada di sana.

Akan tetapi ahli keris B.K.R.T. Hertog Djojonegoro menyatakan bahwa yang dicari jauh-jauh
itu bukan hanya besi, melainkan juga batu metorit (watu lintang, batu bintang) sebagai bahan
pamor atau "kesaktian" pada keris atau tombak. Pamor yang baik ada 111, antara lain berasal
dari Gunung Uhud, di Arab Saudi, misalnya pamor "Subhanallah,, Alif dan Ahadiyat", yang
sangat besar kewibawaannya, serta pamor "Rahmatullahi." Yang mendatangkan banyak
rezeki.

Pengambilan pamor dari Gunung Uhud, menurut Hertog, menunujukkan bahwa suku bangsa
Jawa khususnya dan bangsa Indonesia umumnya pada masa dahulu merupakan bangsa pelaut
dan pedagang yang sudah mengunjungi tanah Arab dan sudah memiliki hubungan dagang
dengan banyak negeri di kawasan Timur Tengah.

Diakui oleh bangsa asing melalui tulisannya bahwa dalam periode lama sebelum tarikh
Masehi orang Indonesia merupakan bangsa pelaut, bahari dan pedagang ulung yang mencapai
puncaknya pada zaman Sriwijaya, Syailendra, dan Majapahit. Kemudian masih berlangsung
pada masa Demak dan Mataram di bawah Sultan Agung.

Sejarah islam di nusantara Presentation Transcript


 1. Setelah mempelajari bab ini siswa diharapkan dapat menceritakan sejarah
masuknya Islam di Nusantara
 2. Islam datang ke Nusantara melalui perdagangan, sosial, dan pengajaran.
Berdasarkan berita Cina dari zaman Dinasti Tang,Islam masuk ke Indonesia sekitar
abad ke-7. Berita itu menyebutkan adanya serangan orang-orang Ta shish terhadap
Kerajaan Ho-Ling yang pada waktu itu diperintah oleh Ratu Sima. Ta shih ini
ditafsirkan sebagai orang-orang Arab. Hal itu diperkuat oleh berita Jepang(784 M)
yang menyebutkan tentang adanya perjalanan pendeta Kanshih.Pendapat yang
menyatakan Islam masuk Nusantara sekitar abad ke-13 didasarkan pada berita
Marcopolo (1292 M) dan berita Ibnu Battutah (abad ke-14). Adanya batu nisan
makam Sultan Malik As Saleh (1297), penyebar-an ajaran tasawuf (abad ke-13), dan
keruntuhan Dinasti Abbasiyah (1258 M).Dari bukti-bukti itu dapat disimpul-kan
bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 Masehi yang mencapai
perkembangannya pada abad ke-13.
 3. Berikut beberapa cara yang digunakan sehingga Islam tersebar di Nusantara.
a.Perdagangan Menurut berita Cina, agama Islam disebarkan oleh orang-orang Arab.
S.Q. Fatimi dalam bukunya Islam Comes to Malaysia mengemukakan bahwa Islam
berasal dari Benggala. Snouck Hurgronye berpendapat bahwa Islam disebarkan ke
Indonesia oleh para pedagang muslim dari Gujarat (India). Menurutnya, Islam tidak
disebarkan langsung dari Arab. Hubungan langsung antara Arab dan Indonesia baru
berlangsung abad ke-17, yaitu pada masa kerajaan Samudera Pasai, Banten, Demak,
dan Mataram Baru.
 4. b. Pengajaran Dalam agama Islam setiap muslim adalah pendakwah. Baru
kemudian pada masa-masa berikutnya terdapat mubalig dan guru agama Islam, yang
tugasnya khusus mengajarkan agama Islam.Mereka ini mempercepat proses
Islamisasi, sebab mereka mendirikan pesantren dan mencetak kader-kader
ulama/guru-guru agama Islam. c. Sosial Selain golongan pembawa, ada pula golongan
penerima Islam. Terdapat dua penerima Islam, yaitu golongan elite (rajaraja,
bangsawan, dan para pengusaha) dan golongan non elite (lapisan masyarakat biasa).
Golongan elite lebih cepat mengalami proses Islamisasi, karena kedudukannya yang
mempunyai pengaruh di kalangan masyarakat biasa. Proses Islamisasi ada beberapa
jalan, yaitu melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, tasawuf, dan kesenian.
 5. Islamisasi lewat saluran perdagangan terjadi pada tahap awal, yakni sejalan dengan
kesibukan lalu lintas perdagangan (antara abad ke-7 sampaiabad ke-16). Banyaknya
pedagang muslim yang bermukim di Indonesia, terbentuklah tempat-tempat
pemukiman yang disebut . Di antara pedagang muslim asing itu, ada pula yang
menetap lalu menikah dengan wanita pribumi. Proses Islamisasi melalui kesenian
tampak dari bukti-bukti peninggalansejarah, seperti ukiran, pintu gerbang,makam,
tradisi sekaten, pertunjukan wayang, debus, tarian, dan sebagainya. Penyebaran Islam
melalui seni wayang,sastra, debus, tarian, tradisi sekaten, ternyata lebih mempercepat
proses islami-sasi. Sampai sekarang proses islamisasi melalui saluran seni masih
berlangsung.
 6. Proses Islamisasi juga dilaksanakan melalui jalur seni, misalnya seni ukir Batu
nisan makam Sultan Malik as Saleh pendiri Kerajaan Samudera Pasai.
 7. Ulama Di Pulau Jawa dikenal adanya Wali Sembilan (Wali Songo) yang
merupakan tokoh-tokoh ulama penyebar agama Islam. Wali Songo adalah ahli agama
yang dekat kepada Allah swt., mempunyai tenaga gaib, tenaga batin, dan menguasai
ilmu yang tinggi. Kesembilan wali tersebut mempunyai gelar Sunan, yaitu: Sunan
Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga,
Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunungjati. 
 8. Berikut ini akan dijelaskan lebih jauh tentang sejarah kiprah para anggota Wali
Songo dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia. Sunan Gresik pada mulanya di
kenal dengan nama Syekh Malik Ibrahim.Ia menyebarkan islam di Jawa Timur.Dalam
Usahanya menyerbarkan agama Islam Sunan Gresik penuh tolenrasi,agam dan
kebiasan masyarakat tidak ditentang secara langsung,namun dihadapi dengan penuh
kebijakan ia dikenal juga sebagai orang yg dermawan.Dengan demikian Sunan Gresik
dapat menarik simpati masyarakat untuk Islam.
 9. 2.Sunan Ampel (Maulana Rahmatullah) Nama asli Suan Ampel adalah Sayyia Ali
Rakhmatullah atau Raden Rahmat.Beliau mulai dakwah dari sebuah pesantren di
Ampel Denta (Dekat Surabaya),ia juga salah seorang yang bersaja dalam pendirian
kerajaan Demak.Salah Satu hal yang diajarkan Sunan Ampel adalah ajaran “Moh
Limo”,yaitu ajaran yang mengajak untuk tidak melakukan perbuatan tercela,seperti
main judi,mencuri,mabuk,madat dan berzina.
 10. 3.Sunan Giri (Maulana Ainul Yaqin) Nama asli Sunan Giri adalah Raden Paku.Ia
menyebarkan agama islam di Jawa Timur dan daerah lain di luar pulau jawa ,misalnya
Madura.Bawean,Maluk u. Dalam usahanya menyebarkan agama Islam ,ia mendirikan
pesantren di Gunung Giri,oleh karena itu ia di kenal dengan nama Sunan Giri.
 11. 4.Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim) Nama Asli SunanBonang adalah
Makdum Ibrahim.Ia adalah putra dari Sunan Ampel dan termasuk salah seorang yang
berjasa dalam pendirian masjid Demak.Sunan Bonang menyebarkan Islam di Tuban
dan sekitarnya.
 12. 5.Sunan Kalijaga (Maulana Muhammad Syahid) Sunan Kalijaga Semula bernama
Raden Said ,Sunan Kalijaga berperan sebagai wali sekaligus sebagai
mubaliq,pemimpin ,pujangga dan ahli filsafat.Dalam menyebarkan Islam ia
menggunakan cara yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat, di antaranya
menggunakan kesenian yang disesuaikan dengan ajaran Islam seperti melalui Seni
wayang.
 13. 6.Sunan Drajat (Maulana Syaifuddin) Nama asli Sunan Drajat adalahRaden
Sarifudin. Ia adalah putra Sunan Ampel. Sunan Drajat adalah seorang wali yang
dermawan. Ajaran Islam ditanamkan lewat perbuatan amal. Dengan cara ini, Sunan
Drajat memberi contoh kepada masyarakat untuk saling tolongmenolong.
 14. 7.Sunan Kudus (Maulana Fajar Shadiq) Nama asli Sunan Kudus adalah
Ja’far,Sodik.Ia adalah wali yang menguasai agama islam,tauhid,fiqih,dan
hadist.Karena keahliannya itu ia mendapatkan kepercayaan dari kesultanan Demak
untuk mengendalikan pemerintah dan hakim tinggi di wilayah itu.Untuk melancarkan
penyebaran Islam ia membangun sebuah masjid di Kudus yg disebut menara kudus
karena di sampingnya terdapat menara tempat bedug masjid.
 15. 8.Sunan Muria (Maulana Umar Said) Sunan Muria putra dari Sunan Kalijaga.Ia
bernama Raden Umar Said.Setelah menyelesaikan pendidikannya ,Sunan Muria
mendirikan pesantren di lereng Gunung Muria,di sana ia mengajarkan agama Islam
kepada para petani dan masyarakat kecil di sekitarnya.Ia juga seorang wali yg
menyukai seni.Dua Tembang yang bernuansa Islam hasil ciptaannya adalah Sinom
dan Kinanti.Tembang Sinom bersuasana ramah-tamah dan nasehat dan Kinanti
bernada gembira di gunakan untuk menyampaikan ajaran agama,nasehat dan falsafah
hidup.
 16. 9.Sunan Gunung Jati (Maulana Syarif Hidayatullah) Sunan Gunung Jati semula
bernama Syarif Hidayatullah,ia sangat berperan menyebarkan agama islam di
Cirebon-jawa Barat.Ia cucu Raja Pajajaran,Prabu Siliwangi.Setelah Dewasa ia
memilih dakwah di Jawa dan menggantikan kedudukan pamanya,dan beliau berhasil
menjadikan Cirebon sebagai kerajaan islam pertama di Jawa Barat.

PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

A.     Masuknya Islam Ke Indonesia

Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijrah atau abad ke tujuh/ke delapan
masehi. Ini mungkin didasarkan pada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang
bernama Fatimah binti Maimun di Leran dekat Surabaya yang bertahun 475 H atau 1082 M.
Sedangkan menurut laporan seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi
Samudra Pasai dalam perjalanannya ke Negeri Cina pada 1345M, Agama islam yang
bermadzhab Syafi’I telah mantap disana selama seabad. Oleh karena itu, abad XIII biasanya
dianggap sebagai masa awal masuknya agama Islam ke Indonesia.

Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme,
dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa
wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan
Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa
Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya.
Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena
Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak
ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam
Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.

Agama Islam berasal dari tanah Arab dan dari tanah Arab berkembanglah agama Islam
kemana-mana, diantaranya ke Gujarat (India) dan Persia. Demikian pula berangsur-angsur
meluas kearah timur hingga Semenanjung Malaka.

Menurut kesimpulan “Seminar Masuknya Islam ke Indonesia” di Medan tahun 1963,


Islam masuk ke Indonesia sudah semenjak abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M).

“Seminar Masuknya Islam di Indonesia” tersebut menghasilkan keputusan sebagai


berikut:
1)      Menurut sumber-sumber yang kita ketahui, islam untuk pertama kalinya telah masuk ke
Indonesia pada abad pertama hijrah (abad ke 7/8 M) dan langsung dari Arab.
2)      Daerah yang pertama didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatera dan bahwa setelah
terbentuknya masyarakat Islam, maka raja Islam yang pertama berada di Aceh.
3)      Mubaliq-mubaliq Islam pertama yang datang ke Indonesia merangkap sebagai saudagar.
4)      Penyiaran itu di Indonesia dilakukan secara damai.
5)      Kedatangan Islam membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk
kepribadian bangsa Indonesia dalam menahan penderitaan dan perjuangan melawan
penjajahan bangsa asing.

a.      Cara masuknya Islam di Indonesia


Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 M yang bertepatan dengan abad ke-1
atau ke-2 H. Rute yang dilewati adalah jalur Utara dan Selatan.
     Jalur Utara, dengan rute :
Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ; Damaskus – Bagdad – Gujarat – Srilangka – Indonesia
     Jalur Selatan, dengan rute :
Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ; Yaman – Gujarat – Srilangka – Indonesia

Daerah yang mula-mula menerima Agama Islam adalah Pantai Barat pulau Sumatera. Dari
tempat itu, Islam kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Beberapa tempat penyebarannya
adalah :
a.       Pesisir Sumatera bagian Utara di Aceh
b.      Pariaman di Sumatera Barat
c.       Gresik dan Tuban di Jawa Timur
d.      Demak di Jawa Tengah
e.      Banten di Jawa Barat
f.        Palembang di Sumatera Selatan
g.       Banjar di Kalimantan Selatan
h.      Makassar di Sulawesi Selatan
i.         Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo di Maluku
j.        Sorong di Irian Jaya

b.      Jalur-jalur yang Penyebaran Agama Islam di Indonesia:


1.       Melalui jalur perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang
dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka
dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab
datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka
mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang
sambil menyiarkan agama Islam.

2.       Melalui jalur perkawinan


      Para pedagang muslim itu ada yang menetap di Indonesia dan menikah dengan penduduk
setempat. Sudah barang tentu mereka menjadi keluarga muslim dan penyebar agama Islam
yang gigih.

3.       Melalui jalur tasawuf


Dengan tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai
persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehinnga
agama baru itu mudah dimengerti dan mudah diterima. Kehidupan mistik bagi masyarakat
Indonesia sudah menjadi bagian dari kepercayaan mereka. Oleh karena itu, penyebaran Islam
melalui jalur tasauf atau mistik ini mudah diterima karena sesuai dengan alam pikiran
masyarakat Indonesia. Misalnya, menggunakan ilmu-ilmu riyadhat dan kesaktian dalam
proses penyebaran Islam kepada penduduk setempat.

4.       Melalui jalur pendidikan


Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam
pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh
pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan
kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-
santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku,
Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis
dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.

5.       Melalui jalur kesenian


Penyebaran Islam melalui kesenian berupa wayang, satra, dan berbagai kesenian
lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam seperti Walisongo
untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan tanpa terasa mereka telah
tertarik kepada ajaran-ajaran Islam sekalipun pada awalnya mereka tertarik karena media
kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga adalah tokoh seniman wayang. Ia tidak pernah
meminta bayaran pertunjukkan seni, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya
mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabrata
dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam.
Kesenian-kesenian lain juga dijadikan media islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan
sebagainya), seni arsitektur, dan seni ukir.

6.       Melalui jalur Politik


Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para
Sultan. Di pulau Jawa, misalnya kesultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi
pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja
Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh
Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu
membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini
menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
B.      Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah di Indonesia

a)   Perkembangan Islam di Sumatera


Daerah Pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah Sumatera bagian
Utara, seperti Pasai dan Perlak. Karena wilayah Pasai dan Perlak letaknya di tepi selat
Malaka, tempat lalu lintas kapal-kapal dari India.
Pada abad XIII-XV M berdiri kerajaan Samudra Pasai dan merupakan kerajaan Islam
pertama di Indonesia. Kerajaan Samudra Pasai terletak di kampung Samudra di tepi sungai
Pasai dan berdiri sejak tahun 1261 M. Raja-raja yang memerintah Samudra Pasai berturut-
turut sebagai berikut :

1. Sultan Al Malikus Shaleh


2. Sultan Al Malikuz Zahir I
3. Sultan Al Malikuz Zahir II
4. Sultan Zainal Abidin
5. Sultan Iskandar

Persia dan Gujarat yang juga para mubalig Islam banyak yang menetap di bandar-bandar
sepanjang Sumatera Utara. Mereka menikah dengan wanita-wanita pribumi yang sebelumnya
telah diislamkan, sehingga terbentuklah keluarga-keluarga Muslim. Para mubalig pada waktu
itu juga ke Cina.
Para pedagang dari India, yakni bangsa Arab berdakwa kepada para Raja-raja kecil, ketika
raja tersebut masuk Islam, rakyatnya pun banyak yang ikut masuk Islam sehingga berdirilah
kerajaan Islam pertama, yaitu Kerajaan Samudera Pasai. Seiring dengan kemajuan Samudera
Pasai yang sangat pesat, perkembangan agama Islam pun mendapat perhatian dan dukungan
penuh dan para ulama serta mubalignya menyebar ke seluruh nusantara.

b)   Perkembangan Islam di Jawa


Masuknya Islam di Pulau Jawa pada awalnya dibawa oleh pedagang muslim setelah
berdirinya kerajaan Malaka yang mencapai punjak kejayaannya pada asa Sultan Mansursah.
Wilayah perdagangannya sangat luas sampai ke Demak, Jepara, Tuban dan Giri. Melalui
hubungan perdagangan tersebut, akhirnya masyarakat Jawa mengenal Islam.

Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para Wali
Sanga, yaitu:

a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik


Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran
Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai perintis lembaga
pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik .

b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)


Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa, ia
sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan
terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat,
yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.

Jasa-jasa Sunan Ampel :


     Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para
mubalig kenamaan seperti :
*Raden Paku (Sunan Giri)
* Raden Fatah (Sultan Demak pertama)
*Raden Makhdum (Sunan Bonang)
* Syarifuddin (Sunan Drajat)
* Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke daerah Blambangan.
     Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun 1479
M.
     Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah
sebagai Sultan pertama.

c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)


Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai ilmu
Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja peralihan sebelum
Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya
sebagai mufti tanah Jawa.

d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)


Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-sama
Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.

e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)


Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat
wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya,
karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia
utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah
Islam.

f. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah
beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan dari
berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.

g. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan
Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang
wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak selain
Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan
kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu
Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam
sekaligus kontrol politik para wali.

h. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun
1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan sekitarnya. Ia
membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan
budaya Nusantara.
i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau
menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah
lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
a)      Perkembangan Islam di Sulawesi
Masuknya Islam di Sulawesi, tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik. Hal itu
karena sunan Giri melaksanakan pesantren yang banyak didatangi oleh santri dari luar pulau
Jawa, seperti Ternate, dan Situ. Di samping itu, beliau mengirimkan murid-muridnya ke
Madura, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara.
Pada abad ke-16, di Sulawesi Selatan telah berdiri kerajaan Hindu Gowa dan Tallo.
Penduduknya banyak yang memeluk agama Islam karena hubungannya dengan kesultanan
Ternate. Pada tahun 1538, Pada masa Pemerintahan Somba Opu, kerajaan Gowa dan Tallo
banyak dikunjungi oleh pedagang Portugis. Selain untuk berdagang, mereka juga bermaksud
untuk mengembangkan agama katolik. Akan tetapi, Islam telah lebih dahulu berkembang di
daerah itu.

b)      Perkembangan Islam di Kalimantan


Berdasarkan prasasti-prasasti yang ada disekitar abad V M di Kalimantan Timur telah
ada kerajaan hindu yakni kerajaan Kutai. Sedangkan kerajaan-kerajaan Hindu yang lain
adalah kerajaan Sukadana di Kalimantan Barat, kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan.
Pada abad XVI Islam memasuki daerah kerajaan Sukadana. Bahkan pada tahun 1590
kerajaan Sukadana resmi menjadi kerajaan Islam, yang menjadi sultan pertamanya adalah
sultan Giri Kusuma. Setelah itu digantikan oleh putranya Sultan Muhammad Syafiuddin.
Beliau banyak berjasa dalam pengembangan agama Islam karena bantuan seorang muballigh
bernama Syekh Syamsudin.
Di kalimantan Selatan pada abad XVI M masih ada beberapa kerajaan Hindu antara
lain Kerajaan Banjar, Kerajaan Negaradipa, Kerajaan Kahuripan dan Kerajaan Daha.
Kerajaan-kerajaan  ini berhubungan  erat dengan Majapahit.
Ketika Kerajaan demak berdiri, para pemuka agama di Demak segera mnyebarkan
agama Islam ke Kalimantan Selatan. Raja Banjar Raden Samudra masuk Islam dan ganti
nama dengan Suryanullah. Sultan Suryanullah dengan bantuan Demak dapat mengalahkan
Kerajaan Negaradipa. Setelah itu agama Islam semakin berkembang di Kalimantan.
Diatas telah diutarakan, bahwa Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia dan sebagai
kerajaan Hindu. Dengan pesatnya perkembangan Islam di Gowa, Tallo dan terutama
Sombaopu, maka Islam mulai merembas ke daerah Kutai. Mengingat Kutai terletak di tepi
Sungai Mahakam maka para pedagang yang lalu lalang lewat selat Makasar juga singgah di
Kutai. Sebagai muballigh mereka tidak menyianyiakan waktu untuk berdakwah. Islam
akhirnya dapat memasuki Kutai dan tersebar di Kalimantan Timur mulai abad XVI.

c)    Perkembangan Islam di Maluku dan sekitarnya


Penyebaran Islam di Maluku tidak terlepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang
berasal dari Ternate dan Hitu. Islam sudah dikenal di Ternate sejak abad ke-15. Pada saat itu,
hubungan dagang dengan Indonesia barat, khususnya dengan Jawa berjalan dengan lancar.
Selain berdagang, para pedagang juga melakukan dakwah.
Pada abad XVI perkembangan Islam di Indonesia agak terhambat dan menghadapi
tantangan berat karena kedatangan Portugis pada tahun 1512 dan Spanyol pada tahun 1521
dengan membawa penyiaran agama Nasrani. Pada permulaan abad XVII Belanda dapat
mengalahkan Portugis, setelah berperang bertahun-tahun di Ambon. Sementara itu kerajaan
Ternate dan Tidore selalu bertentangan sehingga menjadi makin lemah dan tidak mampu
membendung meluasnya VOC ke Maluku Utara. Belanda mulai menjajah Indonesia dimulai
dari Maluku sejak menguasai Ambon pada tahun 1605.
Berangsur-angsur Belanda memperluas wilayahnya ke Barat, dan Makasar pada tahun
1669 dapat ditundukkan. Selanjutnya seluruh Indonesia, kecuali Aceh yang mampu bertahan
sampai akhir abad XIX.
Dalam rangka mempertahankan wilayah dan kelangsungan pengembangan Islam, maka
kerajaan-kerajaan Islam tidak dengan mudah menyerah, bahkan mengadakan perlawanan
terhadap penjajah. Sehingga banyak berjatuhan pahlawan-pahlawan muslim, antara lain :
a.       Sultan Iskandar Mahkota Alam dari Aceh
b.      Sultan Agung dari Mataram
c.       Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten
d.      Sultan Hasanudin dari Makasar
e.      Sultan Babullah dari Ternate
f.        Imam Bonjol dari Sumatra Barat
g.       Teuku Umar dari Aceh
h.      Pangeran Diponegoro
Perkembangan Islam tidak hanya tergantung pada raja-raja, tetapi perang para
muballigh juga menetukan. Pada abad XVI muncul ulama-ulama besar seperti Hamzah
Fansuri, Abdul Rauf Singkil, Syekh Nuruddin Ar Raniri yang ketiganya dari Aceh dan Syekh
Yusuf Tajul Khalwari dari Makasar.
Pada abad itu umat Islam menghadapi penjajah terutama dari Eropa dengan membawa
agama Nasrani yang telah berpengalamn dalam Perang salib.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang
disiarkan oleh raja-raja Islam Maluku, para pedagang, dan para mubalignya.

C.      Peranan Perkembangan Islam di Indonesia

1.        Masa penjajahan


a.      Peranan Umat Islam pada masa Penjajahan
Sebelum bangsa Belanda masuk ke Indonesia, sebagian besar masyarakat Indonesia telah
memeluk agama Islam. Ajaran Islam telah diamalkan dengan baik oleh sebagian besar kaum
muslimin. Keyakinan bahwa manusia disisi Allah SWT adalah sama, tidak ada perbedaan
drajat kecuali dalam hal iman dan taqwanya kepada Allah SWT, menumbuhkan kesadaran
terhadap kemandirian dan kebebasan untuk menentukan arah dan tujuan kehidupannya, baik
kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun berbangsa dan bernegara.

Perubahan yang terjadi pada mayoritas masyarakat Indonesia setelah dianutnya agama
Islam:
       Masyarakat Indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan pendewaan raja-raja serta
dibimbing agar menghambakan diri hanya kepada Allah, Tuhan yang maha Esa.
       Rasa persamaan dan rasa keadilan yang diajarkan islam mampu mengubah masyarakat
Indonesia yang dulunya menganut sistem kasta dan diskriminasi menjadi masyarakat yang
setiap anggotanya mempunyai kedudukan, harkat, martabat dan hak-hak yang sama.
       Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan Islam dengan
semboyan”Hubbul-watan minaliiman” (cinta tanah air sebagian dari iman) mamou mengubah
cara berpikir masyarakatIndonesia, khususnya para pemudanya, yang dulunya bersifat
sectarian (lebih mementingkan sukunya dan daerahnya) menjadi bersifat nasionalis. Hal ini
ditandai dengan lahirnya organisasi pemuda yang bernama Jong Indonesia pada bulan
februari 1927 dan dikumandangkannya sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober 1928.
Semboyan yang diajarkan Islam yang berbunyi “Islam adalah agama yang cinta damai,
      
tetapi lebih cinta kemerdekaan” telah mampu mendorong masyarakat Indonesia untuk
melakukan usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan bangsanya dengan berbagai cara.

b.      Perlawanan Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajahan


       Perlawanan terhadap Penjajah Portugis
Pada tahun 1522 Portugis telah menetap dan mendirikan benteng pertahanan di wilayah
Sunda Kelapa (Jakarta). Portugis disamping berdagang juga membawa ajaran agama
Khatolik.
Melihat keadaan seperti itu kerajaan Islam Demak sangat khawatir. Maka pada tahun 1526
tentara Demak dibawah pimpinan Fatahillah berangkat menuju Sunda Kelapa melalui jalan
laut. Selanjutnya Fatahillah berhasil berusaha mengusir tentara Portugis dalam peperangan
yang sengit terjadi dan akhirnya Portugis kalah. Sunda Kelapa dapat direbut Fatahillah pada
22 Juni 1527 M kemudian Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta, kemudian
sekarang menjadi Jakarta (Ibukota Negara).
Pada masa Sultan Agung sebagai Raja Islam Mataram di Jawa Tengah, penjajah Belanda
sudah menguasai Batavia (Jakarta), pada tahun 1628 Sultan Agung berusaha mengusir
penjajah Belanda dari tanah Jawa, tetapi usahanya tidak berhasil. Dan pada tahun 1629 beliau
melakukan penyerangan lagi ke Batavia dengan kekuatan yang lebih besar. Namun karena
persenjataan Belanda lebih modern, akhirnya perlawanan itu dapat dipatahkan.
Demikian pula Tueku Umar di Aceh, Imam Bonjol di Sumatra Barat, Sultan Hasanuddin
di Sulawei Selatan, Sultan Babullah di Ternate, Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah, dan
daerah-daerah lainnya mereka dengan dukungan masyarakatnya berjuang dan berperang
mengusir penjajah Belanda.

       Perlawanan terhadap Penjajah Belanda


Belanda telah melakukan penindasan dan penjajahan terhadap bangsa Indonesia yang
semakin lama semakin kuat kekuasaannya, di seluruh Nusantara. Perbuatan Belanda yang
demikian sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam yang dianut oleh sebagian besar
bangsa Indonesia, dan nilai-nilai peri kemanusian dan keadilan.
Melihat keadaan seperti ini kaum muslimin yang terhimpun pada kerajaan Islam pada
waktu itu di seluruh Nusantara mengadakan perlawanan secara terpisah, masing-masing
menentang  penjajahan Belanda. Kesultanan Banten di pulau Jawa yang berulang kali
mengadakan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Terutama pada masa Sultan Ageng
Tirtayasa yang memerintah Banten dari tahun 1651-1682 M, sangat anti terhadap penjajahan
Belanda. Perjuangan mengusir penjajah itu terus menerus dilancarkan sampai akhir
pemerintahan Beliau di Kesultanan Banten.

2.        Masa Perang Kemerdekaan


a.          Peranan Umat Islam pada Masa Kemerdekaan
Perilaku kaum penjajah makin lama makin kejam terhadap bangsa Indonesia.
Penindasan, kesewenang-wenangan dan ketidak adilan penjajah merajalela. Bangsa Indonesia
tertindas, miskin, terbelenggu oleh kaum penjajah.
Kaum muslimin yang merupakan penduduk terbesar bangsa Indonesia sangat
merasakan perilaku kaum penjajah itu. Para ulama bersama kaum muslimin bangkit, berusaha
membebaskan bangsa Indonesia dari tangan penjajah itu. Di seluuh pelosok Nusantara kaum
muslimin bangkit untuk merebut kembali kemerdekaannya yang telah dirampas oleh
penjajah.
Pahlawan-pahlawan pejuang kemerdekaan berjuang terus tiada henti-hentinya dengan
segala pengorbanan, baik berupa harta maupun jiwa.
Pejuang muslim dan pahlawan kemerdekaan itu antara lain:
  K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasym Ashari, HOS Cokroaminoto di Pulau Jawa,
  Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien, Cut Mutiah, Panglima Polim (Aceh)
  Imam Bonjol (Sum-Bar), Sultan Mahmud Badruddin (Palembang)
  Raden Intan (Lampung) di Sumatra
  Pangeran Antasari di Kalimantan
  Sultan Hasanuddin di Sulawesi dan lain-lain yang tersebar diseluruh Nusantara.
Para pejuang muslim itu dengan ikhlas dan semangat jihad berjuang di jalan Allah
SWT menentang dan mengusir penjajah Belanda maupun Jepang dengan pengorbanan harta
benda, jiwa dan raganya.

i.         Peranan Organisasi Islam dan Pondok Pesantren pada masa Perang Kemerdekaan
Sejak awal Islam masuk ke Indonesia dan pada masa perkembangan selanjutnya,
ulama Islam menempatkan pendidikan sebagai tugas utama. Wujud kongkrit pendidikan
adalah pesantren dan muridnya disebut santri. Tempat pendidikannya ada yang menyatu
dengan masjid dan ada juga yang secara khusus dibangun biasanya dekat masjid.
Melalui pesantren ulama mendidik santri mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan
terutama mengenai ilmu agama. Disini diajarkan tentang keimanan, ibadah, Al Qur’an,
akhlak, Syariah, muamalah dan tarikh. Selain itu ditanamkan pengertian hak dan kewajiban
kaum muslimin sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial serta perjuangan untuk
memperoleh hak kemerdekaan yang telah dirampas oleh kaum penjajah.
Santri yang belajar di pesantren datang dari berbagai suku dab daerah. Setelah mereka
selesai belajar, umumnya mereka kembali ke daerah asalnya kemudian mereka mendirikan
lagi pesantren dan mengajarkan agama di daerahnya masing-masing, sehingga tersebarlah
pesantren dan pendidikan agama ke seluruh pelosok tanah air. Pesantren sebagai tempat
mendidik generasi muda muslim, para santri dididik dan dipersiapkan untuk menjadi kader
umat dan pemimpin masyarakat.
Belanda mengetahui keadaan dan perkembangan pesantren, kemudian mengawasi
kegiatan pondok pesantren, karena tempat itu dianggap sebagai tempat pembinaan kader
umat yang akan menentang kekuasaannya.
Hubungan dan jalinan santri, ulama/Kyai dan masyarakat kaum muslimin sangat kuat,
mereka bersama-sama menghadapi penjajah, namun usaha itu banyak mengalami kegagalan
karena belum tertibnya organisasi dan masih lemahnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Kaum muslimin menyadari bahwa perjuangan tnpa dihimpun dalam suatu organisasi
yang baik akan mengalami kesulitan dan kegagalan. Setelah putra-putri kaum muslimin
banyak memperoleh pendidikan di luar negri, di Eropa dan Timur Tengah serta
meningkatkan peranan pendidikan di pondok pesantren, timbullah kesadaran mereka untuk
membuat perkumpulan organisasi yang modern yang berciri khas keagamaan.

Organisasi Keagamaan tersebut, yaitu:

1.       Syarikat Dagang Islam


Syarikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam berdiri pada tahun
1905 dipimpin oleh H. samanhudi, A.M. Sangaji, H.O.S. Cokroaminoto dan H. Agus Salim.
perkumpulan ini berdiri dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup bangsa ndonesia,
terutama dalam dunia perniagaan.
2.       Jam’iatul Khair
Berdiri pada tahun 1905 M di Jakarta adalah pergerakan Islam yang pertama di pulau Jawa.
Anggotanya kebanyakan keturunan (peranakan) Arab.

3.       Al- Irsyad


Al Irsyad adalah organisasi Islam yang didirikan tahun 1914 M oleh para pedagang dan
ulama keturunan Arab, seperti Syekh Ahmad Sorkali.

4.       Perserikatan Ulama


Gerakan modernis Islam yang berdiri pada tahun 1911 M oleh Abdul Halim dan berpusat di
Majalengka Jawa Barat. Organisasi ini diakui keberadaannya oleh Belanda tahun 1917 dan
bergerak dibidang ekonomi dan sosial, seperti mendirikan panti asuhan yatim piatu pada
tahun 1930 M.

5.       Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan
bertepatan tanggal 8 Zulhijah 1330. Muhammadiyah bukan merupakan partai politik, tetapi
gerakan Islam yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan.

6.       Nahdatul Ulama


Didirikan pada bulan Januari 1926 oleh KH. Hasyim Asy’ari yang bertujuan membangkitkan
semangat para ulama Indonesia dengan cara meningkatkan dakwah dan pendidikan karena
saat itu Belanda melarang umat Islam mendirikan sekolah-sekolah yang bernafaskan Islam
seperti Pesantren.

Para Kyai dan santri juga mendirikan organisasi bersenjata untuk melawan penjajahan
Belanda yaitu Hizbullah dan gerakan-gerakan kepanduan Islam.
Organisasi tersebut mendidik, membina dan melatih generasi muda muslim mengenal
berbagai pengetahuan dan semangat perjuangan, dalam menentang penjajahan.
Hasil tempaan dan pendidikan disini menumbuhkan semangat juang sehingga lahirlah tokoh-
tokoh perjuangan kemerdekaan
    HOS Cokroaminoto
    K.H. Ahmad Dahlan
    K.H Hasyim Asy’ari dan lain-lain.

        3.       Masa Pembangunan


a.          Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan
Setelah merdeka, bebas dari kungkungan kaum penjajah, kaum muslimin secara
bertahap mengisi kemerdekaan itu dengan pembangunan disegala bidang, pembangunan fisik
material berupa perbaikan sarana transportasi, pertanian, perumahan dan perekonomian,
sehingga pembangunan fisik material secara bertahap makin lama makin meningkat.
Pembangunan bidang mental seperti meningkatkan pemahaman, penghayatan dan
pengamalan ajaran agama, meningkatkan pendidikan, mengembangkan kehidupan dan sosial
kemasyarakatan yang aman tertib dan rukun juga dilaksanakan.
Kaum muslimin selalu membangun dan mengisi kemerdekaan itu dengan
menselaraskan pembangunan materiil dan spirituil dalam mewujudkan masyarakat Indonesia
yang berdaulat, adil dan makmur. Kaum muslimin bersama segenap anggota bangsa
Indonesia lainnya kini mengatur dan memerintah bangsanya sendiri. Pemerintahan
dilaksanakan dengan cara yang demokratis. Keamanan, ketertiban dan kesejahteraan sosial
terus diupayakan dan ditegakkan. Demikian juga persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga
terwujudlah negara yang aman, adil dan makmur dengan penuh limpahan rahmat dan ridha
Allah SWT, sesuai dengan cita-cita kemerdekaan yang dituangkan dalam UUD 1945.

b.      Peranan Organisasi Islam dalam Masa Pembangunan


Organisasi Islam yang sejak zaman penjajah selalu membina dan mendidik umat
dengan berbagai ilmu pengetahuan dan mengembangkan semangat perjuangan menentang
penjajah, maka setelah merdeka usaha itu pada dasarnya tetap terus dikembangkan dan
ditingkatkan lebih baik. Sikap menentang penjajahan dialihkan dan diganti dengan sikap giat,
semangat dan etos kerja untuk mencapai ketinggian ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidup dan mengisi pembangunan bangsa.
Dalam rangka ikut serta meningkatkan pengetahuan, kecerdasan  dan kualitas
masyarakat telah diupayakan melalui pendidikan pada jalur sekolah. Didirikanlah oleh
organisasi-organisasi Islam berbagai lembaga pendidikan dari jenjang pendidikan dasar
seperti SD, SMP, pendidikan menengah seperti SMA dan pendidikan tinggi seperti
Universitas dan Institut yang tersebar diseluruh daerah. Diantara oragnisasi Islam yang giat
dalam bidang pendidikan dan kemasyarakatan ialah Majelis Ulama Indonesia,
Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Al-Washliyah, Al-Irsyad, Djamiat Khair, GUPPI, PUI,
Al-Khairat, ICMI dan lain-lain.

c.       Peranan Para Individu Muslim dalam Pembangunan


Organisasi Islam yang berperan dalam pembangunan Nasional bukan hanya mereka
yang tergabung dalam organisasi. Banyak orang Islam secara pribadi baik sebagai dokter,
dosen, pejabat negara, wakil rakyat di DPR, pengusaha, Cendikiawan, petani, guru,
pengrajin, dan lain-lain mereka semuanya melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh
sesuai dengan profesi dan keahliannya masing-masing. Tanpa terikat dengan organisasi
keagamaan, mereka menyumbangkan dharma baktinya kepada nusa dan bangsa. Memang
menjadi umat Islam tidak harus menjadi anggota organisasi atau partai Islam. Menurut Al
Qur’an orang Islam yang baik adalah yang paling bertakwa, yang beriman kepada Allah dan
beramal shaleh, dimanapun mereka berada.

d.      Peranan Lembaga Pendidikan dalam Masa Pembangunan


Lembaga pendidikan Islam dalam kegiatannya lebih menekankan pembinaan,
peningkatan ilmu pengetahuan dan kecerdasan masyarakat melalui pendidikan pada jalur
sekolah dan luar sekolah.
Peningkatan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas yang melalui jalur
pendidikan sekolah biasanya terdiri dari pendidikan sekolah umum, seperti SD, SMP, SMA
dan Perguruan Tinggi dan Madrasah seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah,
Madrasah Aliyah dan perguruan tinggi agama seperti IAIN
Melalui pendidikan ini secara bertahap ilmu pengetahuan bertambah meningkat dan
Sumber Daya Manusia lebih berkualitas. Dengan meningkatnya kualitas masyarakat maka
hasil kerja masyarakatpun semakin meningkat. Dengan demikian meningkatnya hasil umat
melalui jalur luar sekolah, antara lain dilaksanakan melalui pengajian, Taman Bacaan Al
Qur’an, kursus-kursus ilmu keagamaan dan pembinaan di Masjid-Masjid.
Demikanlah betapa besar peranan kelembagaan pendidikan Islam dalam
pembangunan pembangunan bangsa erat kaitannya dengan sumber daya manusianya sebagai
pelaksana pembangunan itu sendiri.
D. Manfaat yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam di Indonesia

a.    Mengetahui dan memahami sejarah perkembangan Islam di Indonesia


b.    Mengetahui dan memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
c.     Menjadi cermin untuk memacu kehidupan yang lebih baik
d.    Mempelajari sejarah agar dapat melakukan perubahan yang lebih baik
e.    Menghargai kerja keras para pahlawan bangsa
f.     Kehadiran para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di
bumi Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu
kepercayaan yang sudah ada di nusantara ini.
g.    Hasil karya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber
pengetahuan.
h.    Kita dapat meneladani Wali Songo telah berhasil dalam hal-hal seperti berikut :
1.       Menjadikan masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al Quran.
2.       Mampu membangun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur
hingga ke seluruh pelosok Nusantara.
3.       Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama,
baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
4.       Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktikkan tingkah laku yang
penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.
5.       Para ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan yang
tidak sebanding.

E. Hikmah perkembangan Islam di Indonesia

Setelah memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang
khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil hikmah,
diantaranya sebagai berikut:

    Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.


       Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan
pekerja keras.
       Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam tetap
memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar
dalam Islam.

Anda mungkin juga menyukai