Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa
penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010).
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi
dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal
dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan
elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia.
2. Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering
terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan
glomerulonefritis menjadi yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis
tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks) dan
penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak
sering terjadi yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya
sebesar 21 %. Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis
di Indonesia tahun 2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi
etiologi dengan presentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan
diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%,
hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan 13,65% (Sudoyo,
2012).
3. Manifestasi Klinik
Setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis dipengaruhi oleh kondisi
uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala.
Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat
kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan
gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi Kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari
aktivitasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema
(kaki,tangan,sakrum), edema periorbital, Friction rub perikardial,
pembesaran vena leher.
b. Manifestasi Dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan
Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut,
anoreksia, mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran
gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
4. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan
mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD antara lain
adalah :
a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata
bolisme, dan masukan diit berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad antung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin angiotensin aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoitin. Penyakit tulang serta
klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang
rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan
kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
e. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
f. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
g. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
h. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia
5. Patofisiologi dan Pathway
Menurut Smeltzer, dan Bare (2010) proses terjadinya CKD adalah
akibat dari penurunan fungsi renal, produk akhir metabolisme protein
yang normalnya diekresikan kedalam urin tertimbun dalam darah
sehingga terjadi uremia yang mempengarui sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah, maka setiap gejala semakin
meningkat. Sehingga menyebabkan gangguan kliren renal. Banyak
masalah pada ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomerulus
yang berfungsi, sehingga menyebabkan penurunan klirens subtsansi
darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG), dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam
untuk pemeriksaaan kliren kreatinin. Menurunya filtrasi glomelurus
atau akibat tidak berfungsinya glomeluri klirens kreatinin. Sehingga
kadar kreatinin serum akan meningkat selain itu, kadar nitrogen urea
darah (NUD) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan
indikator paling sensitif dari fungsi renal karena substansi ini diproduksi
secara konstan oleh tubuh. NUD tidak hanya dipengarui oleh penyakit
renal tahap akhir, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet,
katabolisme dan medikasi seperti steroid. Penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG) juga berpengaruh pada retensi cairan dan natrium.
Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak
mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara
normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit seharihari tidak
terjadi. Natrium dan cairan sering tertahan dalam tubuh yang
meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal jantung kongesti, dan
hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin
angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron.
Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam,
mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan
diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin
memperburuk status uremik.
Asidosis metabolik terjadi akibat ketidakmampuan ginjal
mensekresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Sekresi asam
terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk mensekresi
amonia (NH3) dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3).
Penurunan sekresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi. Kerusakan
ginjal pada CKD juga menyebabkan produksi eritropoetin menurun dan
anemia terjadi disertai sesak napas, angina dan keletian. Eritropoetin
yang tidak adekuat dapat memendekkan usia sel darah merah, defisiensi
nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan karena setatus
pasien, terutama dari saluran gastrointestinal sehingga terjadi anemia
berat atau sedang. Eritropoitin sendiri adalah subtansi normal yang
diproduksi oleh ginjal untuk menstimulasi sum-sum tulang untuk
menghasilkan sel darah merah. Abnormalitas utama yang lain pada
CKD menurut Smeltzer, dan Bare (2001) adalah gangguan metabolisme
kalsium dan fosfat tubuh yang memiliki hubungan saling timbal balik,
jika salah satunya meningkat yang lain menurun. Penurunan LFG
menyebabkan peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya
penurunan kadar serum menyebabkan penurunan sekresi parathormon
dari kelenjar paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak berespon secara
normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya
kalsium di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang dan
menyebabkan penyakit tulang, selain itu metabolik aktif vitamin D (1,25
dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam ginjal
menurun, seiring dengan berkembangnya CKD terjadi penyakit tulang
uremik dan sering disebut Osteodistrofienal. Osteodistrofienal terjadi
dari perubahan komplek kalsium, fosfat dan keseimbangan
parathormon. Laju penurunan fungsi ginjal juga berkaitan dengan
gangguan yang mendasari ekresi protein dan urin, dan adanya
hipertensi. Pasien yang mengekresikan secara signifikan sejumlah
protein atau mengalami peningkatan tekanan darah cenderung akan
cepat memburuk dari pada mereka yang tidak mengalimi kondisi ini
Pathway
6. Penatalaksanaan (Medis Dan Keperawatan)
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh
selama mungkin serta mencegah atau mengobati komplikasi. Terapi
konservatif tidak dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat
progres dari penyakit ini karena yang dibutuhkan adalah terapi
penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi ginjal. Lima
sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
a. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara
mengontrol proses penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet,
kontrol berat badan dan obat-obatan) dan mengurangi intake protein
(pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-hari dengan nilai
biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori
nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi
katabolisme.
b. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus neurologik,
perubahan hematologi, penyakit kardiovaskuler.
c. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet.
d. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah
memerlukan dialisi tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya
GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga
diiperlukan bila :
 Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-
obatan
 Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
 Overload cairan (edema paru)
 Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
 Efusi pericardial
 Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang
memburu
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM,
glomerulo nefritis, hipertensi,rematik,hiperparatiroidisme, obstruksi
saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat
memicu kemungkinan terjadinya CKD
b. Pola Gordon
1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan Apakah klien
tahu tentang penyakitnya? Tanda dan gejala apa yang sering
muncul jika terjadi rasa sakit? Apa yang dilakukan jika rasa
sakitnya timbul? Apakah pasien tahu penyebab dari rasa
sakitnya? Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi
rasa sakit?
2. Nutrisi metabolik Apakah klien merasa mual/muntah/sulit
menelan? Apakah klien mengalami anoreksia? Makan/minu:
frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?
3. Eliminasi Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur,
frekuensi, waktu, warna, konsistensi, keluhan nyeri, bau, sejak
kapan?
4. Aktivitas dan latihan Apakah memerlukan bantuan saat
beraktivitas (penkes, sebagian, total)? Apakah ada keluhan saat
beraktivitas (sesak, batuk)?.
5. Tidur dan istirahat Apakah tidur klien terganggu, penyebab?
Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/malam) ? Kebiasaan
sebelum tidur?
6. Kognitif dan persepsi sensori Sebelum sakit: Bagaimana
menghindari rasa sakit? Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
Apakah merasa pusing?
7. Persepsi dan konsep diri Bagaimana pandangan pasien dengan
dirinya terkait dengan penyakitnya? Bagaimana harapan klien
terkait dengan penyakitnya?

c. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri.
Kesadaran pasien dari compos mentis sampai coma.
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi
meningkat dan reguler.
3. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena
kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena
kelebihan cairan.
4. Kepala
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat
kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut
bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat
dan lidah kotor.
5. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada
leher.
6. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar.
Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris,
terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat
pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
7. Abdomen
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek,
perut buncit.
8. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini,
impotensi, terdapat ulkus.
9. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema,
pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
10. Kulit
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis

d. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi
ginjal.
a. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran
Ginjal dan adanya massa kista, obtruksi pada saluran
perkemihan bagianatas.
b. Biopsi Ginjal
Dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan
untuk diagnosis histologis.
c. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
d. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa.
e. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau
obstruksi lain
2. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi
lain
3. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi
penurunan faal ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan
nefropati asam urat.
4. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi
sistem pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal,
kandung kemih dan prostat.
5. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan
(vaskuler,parenkhim) serta sisa fungsi ginjal
6. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi pericarditis
7. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi
metatastik.
8. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
10. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri,
tanda-tanda perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit
(hiperkalemia)
11. Biopsi Ginjal
Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal
kronis atau perlu untuk mengetahui etiologinya
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai
berikut:
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran
urin dan retensi cairan dan natrium.
b. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia mual muntah.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai
O2 dan nutrisi ke jaringan sekunder.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialysis
f. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan
alveolus sekunder terhadap adanya edema pulmoner.
g. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak
seimbangan cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan
tahanan vaskuler sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi
jantung (ketidak seimbangan elektrolit)
3. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi
Keperawatan
1 Kelebihan Tujuan: Fluid Management (4130)
1. Kaji status cairan ;
volume cairan Setelah dilakukan
timbang berat
bd penurunan asuhan keperawatan
badan,keseimbangan
haluaran urin selama 3x24 jam
masukan dan
dan retensi volume cairan
haluaran, turgor
cairan dan seimbang.
kulit dan adanya
natrium Kriteria Hasil:
edema
NOC : Fluid Balance
- Terbebas dari 2. Batasi masukan
edema, efusi, cairan
anasarka 3. Identifikasi sumber
- Bunyi nafas potensial cairan
bersih,tidak adanya 4. Jelaskan pada pasien
dipsnea dan keluarga
- Memilihara tekanan rasional pembatasan
vena sentral, tekanan cairan
kapiler paru, output 5. Kolaborasi
jantung dan vital pemberian cairan
sign normal sesuai terap
Hemodialysis therapy
(2100)
1. Ambil sampel darah
dan meninjau kimia
darah (misalnya
BUN, kreatinin,
natrium, pottasium,
tingkat phospor)
sebelum perawatan
untuk mengevaluasi
respon thdp terapi.
2. Rekam tanda vital:
berat badan, denyut
nadi, pernapasan,
dan tekanan darah
untuk mengevaluasi
respon terhadap
terapi.
3. Sesuaikan tekanan
iltrasi untuk
menghilangkan
jumlah yang tepat
dari cairan berlebih
di tubuh klien.
4. Bekerja secara
kolaboratif dengan
pasien untuk
menyesuaikan
panjang dialisis,
peraturan diet,
keterbatasan cairan
dan obat-obatan
untuk mengatur
cairan dan elektrolit
pergeseran antara
pengobatan

2 Gangguan Setelah dilakukan Nutritional


nutrisi kurang asuhan keperawatan Management(1100)
dari keb selama 3x24 jam 1. Monitor adanya
utuhan nutrisi seimbang dan mual dan muntah
tubuh b.d adekuat. 2. Monitor adanya
anoreksia mual Kriteria Hasil: kehilangan berat
muntah NOC : badan dan
Nutritional perubahan status
Status nutrisi.
- Nafsu makan 3. Monitor albumin,
meningkat total protein,
- Tidak terjadi hemoglobin, dan
penurunan BB hematocrit level
- Masukan nutrisi yang
adekuat menindikasikan
- Menghabiskan status nutrisi dan
porsi makan untuk perencanaan
- Hasil lab treatment
normal(albumin, selanjutnya.
kalium) 4. Monitor intake
nutrisi dan kalori
klien.
5. Berikan makanan
sedikit tapi sering
6. Berikan perawatan
mulut sering
7. Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam
pemberian diet
sesuai terapi
3 Perubahan Setelah dilakukan Respiratory
pola napas asuhan keperawatan Monitoring(3350)
berhubungan selama 1x24 jam 1. Monitor rata –rata,
dengan pola nafas adekuat. kedalaman, irama
hiperventilasi Kriteria Hasil: dan usaha respirasi
paru NOC : 2. Catat pergerakan
Respiratory Status dada,amati
- Peningkatan kesimetrisan,
ventilasi dan penggunaan otot
oksigenasi yang tambahan, retraksi
adekuat otot supraclavicular
- Bebas dari tanda dan intercostal
tanda distress 3. Monitor pola nafas :
pernafasan bradipena, takipenia,
- Suara nafas kussmaul,
yang bersih, hiperventilasi,
tidak ada cheyne stokes
sianosis dan 4. Auskultasi suara
dyspneu nafas, catat area
(mampu penurunan / tidak
mengeluarkan adanya ventilasi dan
sputum, mampu suara tambahan
bernafas dengan Oxygen Therapy (3320)
mudah, tidak 1. Auskultasi bunyi
ada pursed lips) nafas, catat adanya
- Tanda tanda crakles
vital dalam 2. Ajarkan pasien
rentang normal nafas dalam
3. Atur posisi
senyaman mungkin
4. Batasi untuk
beraktivitas

4 Gangguan Setelah dilakukan Circulatory Care(4060)


perfusi asuhan keperawatan 1. Lakukan penilaian
jaringan selama 3x24 jam secara komprehensif
berhubungan perfusi jaringan fungsi sirkulasi
dengan adekuat. periper. (cek nadi
penurunan Kriteria Hasil: priper,oedema,
suplai O2 dan NOC: Circulation kapiler refil,
nutrisi ke Status temperatur
jaringan - Membran ekstremitas).
sekunder. mukosa merah 2. Kaji nyeri
muda 3. Inspeksi kulit dan
- Conjunctiva Palpasi anggota
tidak anemis badan
- Akral hangat 4. Atur posisi pasien,
- TTV dalam ekstremitas bawah
batas normal. lebih rendah untuk
- Tidak ada edem memperbaiki
sirkulasi.
5. Monitor status
cairan intake dan
output
6. Evaluasi nadi,
oedema
7. Berikan therapi
antikoagulan.
5 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Monitor
Aktivitas asuhan keperawatan tingkat
berhubungan selama 3x24 jam kelehan,
dengan intoleransi aktivitas tidur,
keletihan dapat teratasi dengan istirahat
anemia, Kriteria Hasil: klien
retensi produk - Berpartisipas 2. Monitor
sampah dan i dalam kemampuan
prosedur aktivitas toleransi
dialysis sesuai aktivitas
kemampuan 3. Identifikasi
- Melaporkan factor yang
rasa segar menimbulka
dan bugar n kelelahan
- Melakukan 4. Bantu dan
istrahat dan Edukasi
aktivitas klien dalam
secara memilih
bergantian aktivitas
- Berpartisipas sesuai
i dalam kemampuan
perawatan 5. Kolaborasi
mandiri yang pemberian
dipilih transfusi
darah

6 Resiko Setelah dilakukan 1. Kaji fungsi


gangguan asuhan keperawatan pernapasan
pertukaran gas selama 3x24 jam klien, catat
berhubungan kecepatan,
dengan resiko gangguan adanya gerak
kerusakan pertukaran gas dapat otot dada,
alveolus teratasi dengan dispnea,
sekunder Kriteria Hasil: sianosis, dan
terhadap - Klien perubahan tanda
adanya edema menunjukkan vital
pulmoner pertukaran
gas efektif 2. Catat

- Gda dalam pengembangan

rentang dada dan posisi

normal trakea

- Tidak ada
3. Pertahankan
tanda
posisi nyaman
sianosis
misalnya posisi
maupun
semi fowler
hipoksia
- Traktil 4. Kolaborasikan
fremitus pemeriksaan
positif kanan laboratorium
dan kiri (elektrolit).
- Bunyi napas
tidak
mengalami
penurunan
- Auskultasi
paru sonor
- Tanda-tanda
vital dalam
batas normal
: rr 16-24
x/menit.
7 Resiko Setelah dilakukan 1. Evaluasi bunyi
penurunan asuhan keperawatan jantung akan
curah jantung selama 3x24 jam terjadi
berhubungan Resiko penurunan frictionrub,
dengan curah jantung dapat tekanan darah,
ketidak teratasi dengan nadi perifer,
seimbangan Kriteria Hasil: pengisisan
cairan - Tanda-tanda kapiler, kongesti
mempengaruh vital dalam vaskuler, suhu
i sirkulasi, batas normal tubuh dan mental
kerja - laboratorium 2. Kaji tingkat
miokardial dalam batas aktivitas dan
dan tahanan normal respon terhadap
vaskuler - kekuatan aktivitas
sistemik, denyut nadi 3. Selidiki keluhan
gangguan - suhu kulit nyeri dada,
frekuensi, batas normal perhatikan lokasi
irama, dan beratnya.
konduksi 4. Auskultasi bunyi
jantung jantung dan
(ketidak paru, evaluasi
seimbangan adanya edema
elektrolit) perifer atau
kongesti
vaskuler dan
keluhan dispnea,
awasi tekanan
darah, perhatikan
postural
misalnya duduk,
berbaring dan
berdiri
5. Kolaborasi
dengan tim
medis untuk
memberikan
obat

Evaluasi Keperawatan
Merupakan evaluasi perkembangan pasien yang dapat dilihat dari hasil
interfensi keperawatan. Tujuannya adalah untuk mengetahui sjauh mana
tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan (Tarwoto, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. Nursing


Intervention Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier.2008.
Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC. 2012.
Johnson, M. Etal. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier.
2008.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2012
Tarwoto. (2010). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : CV Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai