Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH PERMEN KARET TERHADAP RASA HAUS

PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)


YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI
RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO
SRAGEN

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Ners

Disusun oleh :

1. ALIS HANGGRAINI (SN191007)


2. ARDIKA WAWAN SAPUTRA (SN191013)
3. ARFIANA PRISTININGRUM (SN191014)
4. NADYA OLIVIYA VERONIKA (SN191102)
5. RAHMAT RAHARJO (SN191127)
6. RICKY ADI WITOKO (SN191131)
7. RUSMAN MUSTAKIM (SN191136)
8. WAHYU DWI ASTUTI (SN191165)
9. WIDODO JATI SAPUTRO (SN191174)
10. YURINDA ALIFA PUTRI UTAMI (SN191184)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners
yang berjudul “Pengaruh Permen Karet terhadap Rasa Haus pada Pasien Chronic
Kidney Disease (CKD) yang menjalani Terapi Hemodialisa di RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen” telah melakukan proses bimbingan dan dinyatakan layak
untuk diseminarkan didepan dewan penguji.

Disusun oleh :
1. Alis Hanggraini (SN191007)
2. Ardika Wawan Saputra (SN191013)
3. Arfiana Pristiningrum (SN191014)
4. Nadya Oliviya Veronika (SN191102)
5. Rahmat Raharjo (SN191127)
6. Ricky Adi Witoko (SN191131)
7. Rusman Mustakim (SN191136)
8. Wahyu Dwi Astuti (SN191165)
9. Widodo Jati Saputro (SN191174)
10. Yurinda Alifa Putri Utami (SN191184)

Surakarta, 12 Desember 2019


Mengetahui
Pembimbing KIAN

Dzurriyatun Thoyyibah ZA., S.Kep., Ns., M.Kep.


NIK. 201992199
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa


Karya Ilmiah Akhir Ners yang berjudul “Pengaruh Permen Karet terhadap Rasa
Haus pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani Terapi
Hemodialisa di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen”telah dilakukan
sidang/seminar yang dihadiri oleh audiens dan dewan penguji.

Ditetapkan di : Surakarta
Hari/ tanggal : Kamis / 12Desember 2019

Disusun oleh :

1. Alis Hanggraini (SN191007)


2. Ardika Wawan Saputra (SN191013)
3. Arfiana Pristiningrum (SN191014)
4. Nadya Oliviya Veronika (SN191102)
5. Rahmat Raharjo (SN191127)
6. Ricky Adi Witoko (SN191131)
7. Rusman Mustakim (SN191136)
8. Wahyu Dwi Astuti (SN191165)
9. Widodo Jati Saputro (SN191174)
10. Yurinda Alifa Putri Utami (SN191184)

Dewan Penguji : Dzurriyatun Thoyyibah ZA., S.Kep., Ns., M.Kep.

Surakarta, 12 Desember 2019

Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Ners
STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ns. Atiek Murharyati, M.Kep


NIK.200680021
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners “Pengaruh Permen Karet terhadap Rasa
Haus pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani Terapi
Hemodialisa di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen”. Dalam melaksanakan
Karya Ilmiah Akhir ini, penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan,
namun semua itu menjadi ringan berkat dukungan, bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Ns. Setiyawan, M.Kep., selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta,
yang telah memberikan kesempatan untuk studi di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ns. Atiek Murharyati, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Dzurriyatun Thoyyibah ZA, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku pembimbing Karya
Ilmiah Akhir Ners (KIAN) yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan
dan masukan dalam penyusunan karya ilmiah ini.
4. Seluruh dosen dan staf akademik Program Studi Profesi Ners STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
5. Mahasiswa Program Studi Profesi Ners STIKes Kusuma Husada Surakarta
angkatan XI yang telah senantiasa menjadi teman seperjuangan.
6. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan karya ilmiah
ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu – persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini jauh dari
kesempurnaan, karena itu dengan hal terbuka penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Ilmiah
Akhir Ners ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Karya
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, 12 Desember 2019


Hormat kami,

Penulis
DAFTAR TABEL

Nomor Nama Tabel


1.0 Strategi Penelusuran Bukti
2.0 Pembahasan Analisa Jurnal Penelitian
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Nama Tabel


1 Jurnal Pengaruh Mengunyah Permen Karet terhadap Rasa Haus
pada Pasien Hemodialisa
2 Jurnal Efektifitas Mengunyah Permen Karet Rendah Gula Dan
Mengulum Es Batu Terhadap Penurunan Rasa Haus Pada Pasien
Penyakit Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisis Di Rsud
Tugurejo Semarang
3 Lembar Konsultasi
PENGARUH PERMEN KARET TERHADAPRASA HAUS PADA
PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) YANG
MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI
RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO
SRAGEN

Alis Hanggraini, Ardika Wawan Saputra, Arfiana Pristiningrum, Nadya Oliviya Veronika, Rahmat
Raharjo, Ricky Adi Witoko, Rusman Mustakim, Wahyu Dwi Astuti, Widodo Jati Saputro,
Yurinda Alifa Putri Utami

ABSTRAK

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kerusakan ginjal yang


menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa darah, yang
ditandai adanya protein dalam urin dan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)
yang berlangsung selama lebih dari tiga bulan. Penurunan intake per oral ini akan
menyebabkan mulut dan lidah jarang teraliri oleh air, dan keadaan ini memicu
timbulnya keluhan haus. Keadaan haus merupakan hal yang umum terjadi pada
klien yang sedang menjalani terapi hemodialisis karena gagal ginjal kronik.
Keadaan haus karena sekresi saliva yang berkurang diperkirakan terjadi pada 70 –
97 % klien hemodialisa. Ada beberapa cara untuk mengurangi haus pada pasien
yang menjalani hemodialisis, salah satunya dengan mengunyah permen karet.
Tujuan analisis ini Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk
melakukan analisa terhadap pengaruh permen karet terhadap rasa haus pada
pasien chronic kidney disease (CKD) yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD
dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Hasil analisis ditemukan penurunan penurunan
rasah haus yang dirasakan pasien CKD yang menjalani hemodialisa.Diharapkan
mengunyah permen karet dapat dijadikan pilihan alternatif dalam mengatasi rasa
haus secara non farmakologi bagi pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisa.

Kata kunci : permen karet, rasa haus, chronic kidney disease (CKD),
hemodialisa
THE EFFECT OF RUBBER CANDY AGAINST THIRD FEELING
CHRONIC PATIENT KIDNEY DISEASE (CKD) THAT
RUN HEMODIALIZING THERAPY IN
RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO
SRAGEN

Alis Hanggraini, Ardika Wawan Saputra, Arfiana Pristiningrum, Nadya Oliviya Veronika, Rahmat
Raharjo, Ricky Adi Witoko, Rusman Mustakim, Wahyu Dwi Astuti, Widodo Jati Saputro,
Yurinda Alifa Putri Utami

ABSTRACT

Chronic Kidney Disease (CKD) is kidney damage that causes the kidneys
can not get rid of toxins and blood residual products, which is characterized by
protein in the urine and decreased glomerular filtration rate (LFG) which lasts
for more than three months. This decrease in oral intake will cause the mouth and
tongue to be rarely drained by water, and this condition triggers thirst
complaints. Thirst is a common condition for clients who are undergoing
hemodialysis therapy due to chronic kidney failure. Thirsty conditions due to
reduced salivary secretion are estimated to occur in 70-97% of hemodialysis
clients. There are several ways to reduce thirst in patients undergoing
hemodialysis, one of which is by chewing gum. The purpose of this analysis
Writing the Final Scientific Paper Nurses aims to analyze the effect of gum on
thirst in chronic kidney disease (CKD) patients undergoing hemodialysis therapy
at RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. The analysis found a decrease in thirst
felt by CKD patients undergoing hemodialysis. It is expected that chewing gum
can be an alternative choice in overcoming thirst non pharmacologically for
patients with chronic kidney failure undergoing hemodialysis.

Keywords : chewing gum, thirst, chronic kidney disease (CKD) hemodialysis


A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kerusakan ginjal yang
menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa darah,
yang ditandai adanya protein dalam urin dan penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG) yang berlangsung selama lebih dari tiga bulan (Black
& Hawks, 2009). Menurut Kidney Disease Outcomes Quality Initiative
(KDOQI) (2015), CKD stadium V merupakan kerusakan jaringan ginjal
atau menurunnya LFG kurang dari 15 mL/min/ 1,73 m2 selama lebih dari
tiga bulan dan menjalani hemodialisis (HD).
WHO (2015) menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita gagal
ginjal pada tahun 2015 mencapai 2,2 juta orang. Menurut Hill et al (2016)
prevalensi global CKD sebesar 13,4% dengan 48% diantaranya
mengalami penurunan fungsi ginjal dan tidak menjalani dialisis dan
sebanyak 96% orang dengan kerusakan ginjal atau fungsi ginjal yang
berkurang tidak sadar bahwa mereka memiliki CKD. Hasil riset kesehatan
dasar (Kemenkes) 2013, populasi umur > 15 tahun di Indonesia yang
terdiagnosis CKD stadium V sebesar 0,2%. Prevalensi gagal ginjal kronik
(sekarang disebut CKD) di Indonesia pada pasien usia lima belas tahun
keatas di Indonesia yang didata berdasarkan jumlah kasus yang
didiagnosis dokter adalah sebesar 0,2%. Prevalensi gagal ginjal kronik
meningkat seiring bertambahnya usia, didapatkan meningkat tajam
padakelompok umur 25-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun
(0,4%), umur 55-74 tahun (0,5%), dan tertinggi pada kelompok umur ≥
75 tahun (0,6%). Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari
perempuan (0,2%) (Riskesdas, 2013). Di Jawa tengah terdapat 3.363
pasien, dimana 2.192 pasien baru dan 1.171 pasien aktif. Di Kota
Surakarta, prevalensi gagal ginjal kronis sebesar 0,0%, sedangkan
prevalensi pada kelompok usia 15-24 tahun (0,0%), 25-34 tahun (0,1%),
35-44 tahun (0,3%), 45-54 tahun (0,4%), 55-64 tahun (0,4%), 65-74 tahun
(0,4%), 75 tahun (0,6%). (Indonesia renal Registry, 2014).
Penurunan GFR pada pasien GGKmenyebabkan tubuh gagal
untukmempertahankan metabolisme dankeseimbangan cairan dan
elektrolit sehinggamenyebabkan uremia. Ketidakseimbanganregulasi dan
sekresi cairan dapatmeningkatkan tekanan kapiler yang ditandaidengan
edema (Davey, 2010). Edemadiakibatkan oleh retensi natrium dan
airsebagai respon penurunan perfusi darah keginjal dan penurunan
kardiak output jantungsehingga terjadi hipervolemia (Price, 2009).
Penurunan intake per oral ini akanmenyebabkan mulut dan lidah
jarang teralirioleh air, dan keadaan ini memicu timbulnyakeluhan haus.
Dalam proses fisiologis tubuh,30-60 menit setelah minum perasaan
hausdapat muncul kembali (Guyton, 2016). Apabila tidak adanya asupan
cairan, makaakan terjadi peningkatan tekanan osmotic plasma dan
penurunan volume cairanekstraseluler dimana kedua hal ini merupakan
trigger bagi osmoreseptor di hipotalamus untuk menstimulus perasaan
haus (Sherwood,2012). Penurunan volume cairan ekstraseluler
mengakibatkan penurunan perfusi darah ke ginjal yang akan
mengaktifkan renin, angiotensin dan aldosteron (RAA).
Keadaan haus merupakan hal yangumum terjadi pada klien yang
sedang menjalani terapi hemodialisis karena gagalginjal kronik. Keadaan
haus karena sekresi saliva yang berkurang diperkirakan terjadi pada 70-
97% klien hemodialisa (Pray, 2017). Hal ini sesuai dengan pendapat yang
telahdisampaikan sebelumnya, bahwa perasaan haus pada pasien gagal
ginjal kronik dapatdisebabkan pembatasan cairan, obat-obatan, fisiologi
tubuh, maupun fisiologi penyakitgagal ginjal itu sendiri. Rekomendasi
dari Peter Munk Cardiac Center untuk mengatasi keluhan haus antara lain
dengan menggosok gigi dan berkumurlebih sering, menjaga mulut tetap
sejuk dengancoldmouthwash (Weiland, 2011). Solomon (dalam Arfany,
2014) menyebutkan ada beberapa cara untukmengurangi haus pada pasien
yang menjalani hemodialisis, diantaranya dengan frozengrapes, menyikat
gigi, mengunyah permen karet atau permen mint atau permen bebas gula,
dan mengulum es batu. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk
menyusun karya tulis ilmiah akhir ners dengan judul pengaruh permen
karet terhadap rasa haus pada pasien chronic kidney disease (CKD) yang
menjalani terapi hemodialisa di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh permen karet terhadap rasa haus pada pasien
chronic kidney disease (CKD) yang menjalani terapi hemodialisa di
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Chronic Kidney Disease (CKD)
a. Definisi

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kegagalan fungsi ginjal

untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan

elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan

manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah

(Muttaqin, 2014). Gagal ginjal kronik merupakan kondisi penyakit

pada gagal ginjal yang persisten (keberlangsungan > 3 bulan) dengan:

1) Kerusakan ginjal; dan

2) Kerusakan Glomerular Filtration Rate (GFR) dengan angka GFR

< 60ml/mnt/1,73 m2 (Mc. Clellan, 2016).

National Kidney Foundation (NKF) mendefinisikan dampak

dari kerusakan ginjal adalah sebagai kondisi mikroalbuminuria/over

proteinuria, abnormalitas sedimentasi, dan abnormalitas gambaran

ginjal (Prabowo, 2014).

b. Etiologi

Chronic Kidney Disease (CKD) sering kali menjadi penyakit

komplikasi dari penyakit lainnya, sehingga merupakan penyakit

sekunder (secondary illness). Penyebab yang sering adalah diabetes

melitus dan hipertensi. Selain itu, ada beberapa penyebab lainnya dari

Chronic Kidney Disease (CKD) (Robinson, 2013) yaitu :

1) Penyakit Glomerular Kronis (Glomerulonefritis)


2) Infeksi kronis (pyelonefritis kronis, tuberculosis)

3) Kelainan Congenital (Polikistik Ginjal)

4) Penyakit vaskuler (Renal Nephroclerosis)

5) Obstruksi Saluran Kemih (Nephrolithisis)

6) Penyakit Kolagen (System Lupus Erythematosus)

7) Obat-obat nefrotoksik (aminoglikosida)

c. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala klinis pada Chronic Kidney Disease (CKD)

dikarenakan gangguan yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ

koordinasi dalam peran sirkulasi memiliki fungsi yang banyak (organs

multifunction), sehingga kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan

mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor.

Berikut ini adalah tanda dan gejala yang di tunjukkan oleh Chronic

Kidney Disease (CKD) (Robinson, 2013) :

1) Ginjal dan gastrointestinal

Poliuria, terutama pada malam hari (Pranay, 2010).

Sebagai akibat dari Hiponatremi maka timbul hipotensi, mulut

kering, penurunan turgor kulit, kelemahan, fatigue, dan mual.

Kemudian terjadi penurunan kesadaran (somnolen) dan nyeri

kepala hebat. Dampak dari peningkatan kalium adalah

peningkatan iritabilitas otot dan akhirnya otot mengalami

kelemahan. Kelebihan cairan yang tidak terkompensasi akan


mengakibatkan asidosis metabolik. Tanda paling khas adalah

terjadinya penurunan urine output dengan sedimentasi yang tinggi.

2) Kardiovaskuler

Nyeri dada karena inflamasi di sekitar jantung penderita

(Pranay, 2010). Biasanya terjadi hipertensi, aritmia,

kardiomyopati, uremic percarditis, effuse pericardial

(kemungkinan bisa terjadi temponade jantung), gagal jantung,

edema periorbital dan edema perifer (Robinson, 2013).

3) Respiratory system

Sesak nafas dan nafas yang dangkal karena akumulasi

cairandi paru (Pranay, 2010). Biasanya terjadi edema pulmonal,

nyeri pleura, friction rub dan efusi pleura, crackles, sputum yang

kental, uremic pleuritis dan uremic lung, dan sesak nafas.

4) Gastrointestinal

Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan userasi pada

mukosa gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan

gusi, dan kemungkinan juga disertai parotitis, eaofagotis, gastritis,

ulseratif duodenal, lesi pada usus halus/usus besar, colitis, dan

pancreatitis. Kejadian sekunder biasanya mengikuti seperti

anoreksia, nausea dan vomiting (Robinson, 2013).


5) Integumen

Kulit pucat, kekuning - kuningan, kecoklatan, kering dan

ada scalp. Selain itu biasanya juga menunjukkan adanya purpura,

ekimosis, petechiae, dan timbunan urea pada kulit (Robinson,

2013).

6) Neurologis

Neuropati Perifer, status mental yang berubah karena

ensefalopati akibat akumulasi bahan buangan atau

toksikasiuremia (Pranay, 2010). Biasanya ditunjukkan dengan

adanya neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan dan kaki.

Selain itu juga adanya kram pada otot dan refleks kedutan, daya

memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, pusing, koma,

kejang. Dari hasil EEG menunjukkan adanya perubahan

metabolik encephalophaty (Robinson, 2013).

7) Endokrin

Biasa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorhea

dan gangguan siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan

sekresi sperma, peningkatan sekresi aldosterone, dan kerusakan

metabolisme karbohidrat.

8) Hematopoitiec

Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah,

trombositopenia (dampak dari dialysis) dan kerusakan platelet.

Biasanya masalah yang serius pada sistem hematologi


ditunjukkan dengan adanya perdarahan (purpura, ekimosis, dan

petechiae) (Robinson, 2013). Kelelahan dan lemah karena anemia

atau akumulasi substansi buangan dalam tubuh (Pranay, 2010).

9) Muskulokeletal

Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur

pathologis dan klasifikasi (otak, mata, gusi, sendi miokard).

Sedangkan Nurchayati (2010) tanda dan gejala pada pasien gagal

ginjal kronik dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajatnya.

Berikut adalah tanda dan gejala gagal ginjal kronik :

a) Derajat I

Pasien dengan tekanan darah normal, tanpa abnormalitas hasil

tes laboratorium dan tanpa manifestasi klinis

b) Derajat II

Umumnya asimptomatik, berkembang menjadi hipertensi dan

munculnya nilai laboratorium yang abnormal.

c) Derajat III

Asimptomatik, nilai laboratorium menandakan adanya

abnormalitas pada beberapa sistem organ.

d) Derajat IV

Munculnya manifestasi klinis penyakit ginjal kronik berupa

kelelahan dan penurunan rangsangan.

e) Derajat V

Peningkatan Blood Urea Nitrogen (BUN) dan anemia.


d. Patofisiologi

Pada gagal ginjal kronik fungsi ginjal menurun secara drastis

yang berasal dari nefron. Insifiensi dari ginjal tersebut sekitar 20%

sampai 50% dalam hal GFR (Glomerular Filtration Rate). Pada

penurunan fungsi rata – rata 50%, biasanya muncul tanda dan gejala

azotemia sedang, polyuria, nokturia, hipertensi dan sesekali animea.

Selain itu, selama terjadi kegagalan fungsi ginjal maka keseimbangan

cairan dan elektrolit pun terganggu. Pada hakikatnya tanda dan gejala

gagal ginjal kronik hampir sama dengan gagal ginjal akut, namun

mula waktunya saja yang membedakan. Perjalanan dari ginjal kronik

membawa dampak yang sistematik terhadap seluruh sistem tubuh dan

sering mengakibatkan komplikasi (As’adi, 2012).

e. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien CKD dibagi menjadi dua yaitu:

1) Penatalaksanaan medis

Pengobatan CKD dibagi dalam dua tahap yaitu

penanganan konservatif dan terapi pengganti ginjal dengan cara

dialsis atau transplantasi ginjal atau keduanya. Penanganan CKD

secara konservatif terdiri dari tindakan untuk menghambat

berkembangnya gagal ginjal, menstabilkan keadaan pasien, dan

mengobati setiap faktor yang reversible. Ketika tindakan

konservatif tidak lagi efektif dalam mempertahankan kehidupan


pasien pada hal ini terjadi penyakit ginjal stadium akhir satu-

satunya pengobatan yang efektif adalah dialisis intermiten atau

transplantasi ginjal (Suwitra, 2009). Tujuan terapi konservatif

adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara progresif,

meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia,

memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara

keseimbangan cairan dan elektrolit (Sukandar, 2010). Beberapa

tindakan konservatif yang dapat dilakukan sebagai berikut:

a) Diet protein

Pada pasien GGK harus dilakukan pembatasan asupan protein.

Pembatasan asupan protein telah terbukti dapat menormalkan

kembali dan memperlambat terjadinya gagal ginjal. Asupan

rendah protein mengurangi beban ekskresi sehingga

menurunkan hiperfiltrasi glomerulus, tekanan intraglomerulus

dan cidera sekunder pada nefron intak (Suhardjono, 2011).

Asupan protein yang berlebihan dapat mengakibatkan

perubahan hemodinamik ginjal berupa peningkatan aliran

darah dan tekanan intraglomerulus yang akan meningkatkan

progresifitas perburukan ginjal (Suwitra, 2009).

b) Diet Kalium

Pembatasan kalium juga harus dilakukan pada pasien GGK

dengan cara diet rendah kalium dan tidak mengkonsumsi obat-

obatan yang mengandung kalium tinggi. Pemberian kalium


yang berlebihan akan menyebabkan hiperkalemia yang

berbahaya bagi tubuh. Jumlah yang diperbolehkan dalam diet

adalah 40 hingga 80 mEq/hari. Makanan yang mengandung

kalium seperti sup, pisang, dan jus buah murni (Suwitra,

2009).

c) Diet kalori

Kebutuhan jumlah kalori untuk GGK harus adekuat dengan

tujuan utama yaitu mempertahankan keseimbangan positif

nitrogen memlihara status nutrisi dan memelihara status gizi

(Sukandar, 2010).

d) Kebutuhan cairan

Asupan cairan membutuhkan regulasi yang hati-hati pada

GGK. Asupan yang terlalu bebas dapat menyebabkan

kelebihan beban sirkulasi, edem dan intoksikasi cairan.

Asupan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi, hipotensi,

dan pemburukan fungsi ginjal (Suwitra, 2009).

Ketika terapi konservatif yang berupa diet, pembatasan

minum, obat-obatan dan lain-lain tidak bisa memperbaiki keadaan

pasien maka terapi pengganti ginjal dapat dilakukan. Terapi

pengganti ginjal tersebut berupa hemodialisis, dialisis peritoneal

dan transplantasi ginjal (Rahardjo, 2009).

a) Hemodialisis
Hemodialisis adalah suatu cara dengan mengalirkan darah ke

dalam dialyzer (tabung ginjal buatan) yang teridiri dari 2

komparten yang terpisah yaitu komparetemen darah dan

komparetemen dialisat yang dipisahkan membran

semipermeabel untuk membuang sisa-sisa metabolism

(Suhardjono, 2011). Sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu

dari peredaran darah manusia itu dapat berupa air, natrium,

kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain.

Hemodialisis dilakukan 3 kali dalam seminggu selama 3-4 jam

terapi (Suwitra, 2009).

b) Dialisis peritoneal

Dialisis peritoneal merupakan terapi alternatif dialisis untuk

penderita GGK dengan 3-4 kali pertukaran cairan per hari

(Suhardjono, 2011). Pertukaran cairan terakhir dilakukan pada

jam tidur sehingga cairan peritoneal dibiarkan semalaman

(Suwitra, 2009). Terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada

pasien Dialisis Peritoneal (DP). Indikasi medik yaitu pasien

anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-

pasien yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular,

pasien-pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan

bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV

shunting, pasien dengan stroke, pasien dengan residual urin

masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-


morbidity dan co-mortality. Indikasi non-medik yaitu

keinginan pasien sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk

melakukan sendiri, dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal

(Sukandar, 2010).

c) Transplantasi ginjal

Transplantasi ginjal merupakan cara pengobatan yang lebih

disukai untuk pasien gagal ginjal stadium akhir. Namun

kebutuhan transplantasi ginjal jauh melebihi jumlah

ketersediaan ginjal yang ada dan biasanya ginjal yang cocok

dengan pasien adalah yang memiliki kaitan keluarga dengan

pasien. Sehingga hal ini membatasi transplantasi ginjal sebagai

pengobatan yang dipilih oleh pasien (Suwitra, 2009).

2) Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut Robinson (2013) penatalaksanaan keperawatan

pada pasien dengan CKD antara lain:

a) Perawatan kulit yang baik

Perhatikan hygiene pasien dengan baik melalui personal

hygiene (mandi/seka) secara rutin. Gunakan sabun yang

mengandung lemak dan lotion tanpa alcohol untuk

mengurangi rasa gatal. Jangan gunakan gliserin/sabun yang

mengandung gliserin karena akan mengakibatkan kulit tambah

kering.
b) Jaga kebersihan

Lakukan perawatan oral hygiene melalui sikat gigi dengan

bulu sikat yang lembut / spon. Kurangi konsumsi gula (bahan

makanan manis) untuk mengurangi rasa tidak nyaman di

mulut.

c) Beri dukungan nutrisi

Kolaborasi dengan nutritionist untuk menyediakan menu

makanan favorit sesuai dengan anjuran diet. Beri dukungan

intake tinggi kalori, rendah natrium dan kalium.

d) Pantau adanya hyperkalemia

Hyperkalemia biasanya ditunjukan dengan adanya kejang /

kram pada lengan dan abdomen, dan diare. Selain itu

pemantauan hyperkalemia dengan hasil ECG. Hyperkalemia

bisa diatasi dengan dialisis.

e) Kaji status hidrasi dengan hati – hati

Dilakukan dengan memeriksa ada / tidaknya disertasi vena

jugularis, ada / tidaknya crackles pada auskultasi paru. Selain

itu, status hidrasi bisa dilihat dari keringat berlebih pada

aksilia, lidah yang kering, hipertensi dan edema perifer. Cairan

hidrasi yang diperbolehkan adalah 500 – 600 ml atau lebih dari

haluran urine 24 jam.


f) Kontrol tekanan darah

Tekanan diupayakan dalam kondisi normal. Hipertensi

dicegah dengan megontrol volume intravaskuler dan obat –

obat antihipertensi.

g) Latih klien nafas dalam untuk mencegah terjadinya kegagalan

nafas akibat obtruksi.

h) Jaga kondisi septik dan aseptik setiap prosedur perawatan

(pada perawatan luka operasi).

i) Laporkan segera jika ditemui tanda - tanda pericarditis

(fraction rub / nyeri dada).

f. Komplikasi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit Chronic

Kidney Disease (CKD) adalah (Smeltzer, 2014) :

1) Penyakit tulang

Penurunan kadar kalsium (hypokalemia) secara langsung akan

mengakibatkan dekalfikasi matriks tulang, sehingga tulang akan

menjadi rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama akan

menyebabkan fraktur patologi.


2) Penyakit kardiovaskuler

Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara

sistemik berupa hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukosa, dan

kelainan hemodinamika (sering terjadi hipertrofi ventikel kiri).

3) Anemia

Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam

rangkaian hormonal (endokrin). Sekresi eritoprotein yang

mengalami defisiensi di ginjal mengakibatkan penurunan

hemoglobin.

4) Disfungsi seksual

Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering

mengalami penurunan dan terjadi impotensi pada pria. Pada wanita

dapat terjadi hiperprolaktinemia.


C. SKENARIO KASUS
Pasien Tn. M, 56 tahun dengan keluhan sesak nafas mulai dirasakan
pasien sejak satu minggu SMRS. Keluhan muncul secara mendadak saat
pasien bangun tidur, bertahan sepanjang hari, dan tidak disertai suara ngik-
ngik. Keluhan akan semakin memberat dalam posisi tidur, dan sedikit
membaik bila pasien duduk bersandar. Sesak nafas juga dirasakan bertambah
berat saat pasien beraktivitas, sehingga selama keluhan muncul pasien hanya
terbaring di tempat tidur. Pasien juga mengalami bengkak pada kedua
kakinya. Kedua kaki tersebut bengkak secara bersamaan, disadari pertama
kali saat pasien baru bangun tidur. Bengkak pada kedua kaki tidak disertai
oleh rasa nyeri maupun kesemutan, hanya saja kedua kakinya dirasakan
pasien lebih lemah bila digunakan untuk berjalan. Bengkak dikatakan tidak
berkurang dengan beristirahat maupun dengan pemberian minyak urut.
Keluhan juga disertai muntah dengan frekuensi 3-4 kali/hari.Volume
tiap kali muntah ± ¼ gelas air mineral, berisi makanan yang pasien makan
sebelumnya dan tidak berisi darah. Muntah selalu didahului rasa mual, yang
muncul beberapa saat setelah pasien makan atau minum sesuatu. Pasien juga
mengeluhkan lemah seluruh tubuh. Pasien mengaku tidak mengalami panas
badan dan batuk baik sebelum maupun selama munculnya keluhan-keluhan
diatas. Pasien juga tidak pernah mengalami nyeri pada pinggang belakang
yang menjalar ke depan hingga ke lipat paha. BAB tidak mengalami
perubahan dalam hal frekuensi dan konsistensi. Adanya BAB yang
mengandung darah atau BAB kehitaman disangkal oleh pasien. BAK juga
tidak mengalami perubahan dalam hal frekuensi, volume dan warna kencing.
Pasien juga menyangkal adanya kencing yang berwarna merah atau berbuih,
nyeri saat kencing maupun kencing yang berisi batu juga disangkal oleh
pasien. Sembilan hari sebelum masuk rumah sakit, pasien sempat berobat
jalan ke klinik dokter spesialis Penyakit Dalam. Pasien diberikan obat-obatan
berupa Folavit, asam amino, furosemide, dan valsartan kemudian dirujuk ke
IGD RSUD dr. Soehadi Prijonegoro untuk dirawat.
Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya, dan ini merupakan kali pertama pasien dirawat di Rumah Sakit.
Pasien menetahui dirinya menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, dan
mendapat pengobatan amlodipine 1 x 1 tablet sehari. Akan tetapi pasien tidak
rutin minum obat. Pasien hanya minum obat bila merasa kepalanya pusing
atau tengkuknya sakit. Tidak ada riwayat penyakit jantung, penyakit paru,
penyakit hati, kencing manis, dan riwayat trauma. Sebelumnya pasien belum
pernah ditransfusi darah. Pasien menyangkal adanya keluhan yang sama pada
keluarga, Pasien juga menyangkal adanya riwayat hipertensi, diabetes
melitus, alergi, penyakit ginjal, penyakit asma dan tuberkulosis pada
keluarga. Tekanan Darah : 140/90 mmHg, Nadi : 100 kali/menit, Pernapasan:
36 kali/menit, Suhu : 36,7 °C. Konjungtiva anemis, mukosa mulut kering,
bibir kering, akral hangat, tidak sianosis, edema negatif, CRT < 2 detik.
D. STRATEGI PENELUSURAN BUKTI
Penelusuran jurnal penelitian menggunakan alamat jurnal eletronik
Google Cendekia (https://scholar.google.co.id) pada tanggal 06 Februari 2020
dengan kriteria jurnal keperawatan internasional yang telah terbit 10 tahun
terakhir menggunakan kata kunci yang tercantum pada tabel 1.0 dan telah
ditemukan beberapa hasil jurnal penelitian, kemudian dilakukan pemilihan
sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Langkah – langkah pencarian jurnal 1
1) Buka alamat Google cendekia pada google atau langsung
lewat https://scholar.google.co.id/schhp?hl=id

2) Kemudian ketik kata kunci atau PICO yang ingin dicari


dengan bahasa inggris jika menghendaki jurnal internasional
“Gum, thrist and dry mouth, Hemodialysis”.
Klik search atau tekan simbol / klik enter.
3) Muncul banyak jurnal seperti gambar dibawah ini,.

4) Kemudian membatasi penelusuran dengan beri tanda centang


atau klik pada opsi sejak 2016 atau rentang waktu khusus.
Urutkan sesuai revelansi
5) Setelah dilakukan pembatasan penelusuran didapatkan hasil
284 jurnal. Kemudian memilih jurnal yang sesuai dengan
PICO dan muncul judul yang sesuai dengan yang kita
butuhkan di nomor 1. (bisa di batasi lebih sedikit lagi dengan
klik sejak 2019 atau 2020)

6) Buka di new tab untuk dibaca abstraknya, jika sesuai dengan


yang dikehendaki, lakukan pengunduhan dengan klik
download atau klik pada tanda yang tersedia
7) Selesai.

Tabel 1.0 Strategi Penelusuran Bukti

Database Strategi Pencarian Jurnal yang ditemukan Jurnal yang dipilih


Pubmed P :Patient, Human 4 Tidak ada
https://www.ncbi.nlm.nih.go I :Chewing Gum
v/pubmed/advanced C :Hemodialysis
diakses pada tgl 03 Februari O :Thrist and Dry
Mouth
Proquest P :Patient, Human 22 Tidak ada
https://search.proquest.com/a I :Chewing Gum
dvanced C :Hemodialysis
diakses pada tgl 04 Februari O :Thrist and Dry
Mouth
Google Cendekia P :Patient, Human Rentang waktu kapan saja = 1307 Tidak ada
https://scholar.google.co.id/s I :Chewing Gum
chhp?hl=id C :Hemodialysis
(diakses pada tgl 05 Februari O :Thrist and Dry
2020) Mouth
Google Cendekia P :Patient, Human Rentang waktu sejak 2016 = 202 2
https://scholar.google.co.id/s I :Chewing Gum
chhp?hl=id C :Hemodialysis
(diakses pada tgl 06 Februari O :Thrist and Dry
2020) Mouth
BAB V
PEMBAHASAN

Tujuan dan Variabel Kesimpulan


Nama Penulis Desain Kekuatan
Judul Penelitian Pertanyaan Besar sampel dependent dan Uji Statistik Hasil Penelitian Kelemahan Penelitian untuk Praktek
& tahun Penelitian Penelitian
penelitian pengukuranya Keperawatan
Hanan Said Pengaruh untuk menguji quasi- Sampel Rasa haus dan Uji statistik hasil penelitian adalah a. Pembahasan a. Hasil penelitian Kami
and Hanan Permen Karet efek dari eksperimental penelitian 60 berat badan mann whitney usia yang paling lazim cukup cenderung subjektif menyimpulkan
Mohammed pada menggunakan dengan responden dibagi pada pasien u-test (<50) tahun dalam dimengerti dikarenakan bahwa
(2013) Xerostomia, permen karet pendekatan atas 30 yang menjalani kelompok penelitian oleh pembaca peneliti tidak penggunaan
Haus dan bebas gula pada pre and responden hemodialisa, dan kontrol b. Memberikan melihat secara permen karet
Kenaikan Berat xerostomia, posttest kelompok diukur dengan (60,0% & 53,3% gambaran langsung pasien mengurangi rasa
Badan rasa haus dan nonequivalent perlakuan dan 30 menggunakan masing-masing), ada inovasi mengunyah permen haus, xerostomia,
Interdialitik kenaikan berat control group responden Xerostomia penurunan xerostomia, intervensi karet. secara signifikan
pada Pasien badan design. kelompok Inventory (XI) haus dan kenaikan terbaru b. Terdapat variable mengurangi
pada interdialitik kontrol. untuk mengukur berat interdialytic dari kepada perancu dalam kenaikan berat
Hemodialisis (IWG) pada Metode dirasakan 4,6 ± 0,6,4,3 ± 0,6 dan perawat penelitian tersebut, badan
pasien yang sampling adalah xerostomia 4,4 ± 1,2 to1,8 ± 0,8, dalam yaitu: diit makanan, interdialytic dan
menjalani purposive Dialisis Thirst 1,9 ± 0,7 dan 1,8 ± 0,7 menangani dan tingkat meningkatkan
hemodialisis. sampling. Inventory (DTI) (masing-masing) pasien HD aktivitas pasien laju aliran saliva
untuk melalui sesi keenam. selama di rumah pada pasien HD
mengidentifikasi Juga ada
terjadinya peningkatan laju aliran
kehausan. saliva (ml) dari 0,4 ±
Berat 0,1 ke 0,8 ± 0,2 pada
Interdialytic kelompok studi.
Gain (IWG) Sedangkan pada
untuk mengukur kelompok kontrol ada
berat badan satu
selama sesi peningkatan
dialisis. 5- Skala xerostomia, haus dan
Tingkat Aliran kenaikan berat
Saliva: interdialytic dari 3,3 ±
Dirancang untuk 0,7, 2,3 ± 1,1 dan 1,8 ±
pengukuran 0,5 menjadi 4,0 ± 0,9,
tingkat air liur 4,4 ± 0,8 dan
3,0 ± 1,5 (masing-
masing) melalui sesi
keenam. Juga ada
penurunan laju aliran
saliva (ml) dari 0,5 ±
0,2 menjadi
0,4 ± 0,2 hingga sesi
keenam.
Dehghanmehr investigasi penelitian ini Penelitian Sampel Rasa haus dan Uji statistik Menurut hasil a. Menggunakan a. Tidak dijelaskan Menurut hasil
et al dampak permen dilakukan untuk kuasi- penelitian 50 mulut kering Wilcoxon test penelitian ini, ternyata grup kontrol dan kriteria inklusi dan penelitian ini
(2018) karet bebas gula menyelidiki eksperimental responden dibagi pasien yang analysis ada perawatan eksklusi dalam pasien yang
pada rasa haus dampak gula saat ini atas 20 menjalani perbedaan yang b. Membandingkan menentukan sampel menderita
dan mulut bebas Pasien dibagi responden hemodialisis
.w signifikan antara dengan studi lain komplikasi ini
kering pasien gusi pada secara acak kelompok pasien sebelum dan sesudah mungkin
yang menjalani dahaga dan menjadi dua perlakuan dan 20 dievaluasi intervensi (P <0,05) disarankan
hemodialisis mulut kering kelompok responden dengan pada kelompok untuk
pasien yang intervensi dan kelompok menggunakan perlakuan.. Namun, menggunakan
menjalani kontrol; kontrol. instrumen sebelum dan sesudah permen karet
hemodialisis Metode dialysis thirst intervensi tidak bebas gula.
sampling adalah quotient menunjukkan Karena
purposive instrument perbedaan yang menggunakan
sampling. (DTI,) signifikan dalam biaya rendah
kelompok kontrol (P> dan mudah
alat pengukur 0,05). Juga, tidak ada untuk
mulut kering perbedaan yang ditemui/tersedia.
(XI), VAS). signifikan dalam
Pasien dari perbandingan kehausan
kelompok dan mulut kering
intervensi antara kedua kelompok
diberitahu sebelum intervensi
mengunyah (P> 0,05); sementara
permen karet perbedaan ini ternyata
bebas gula signifikan setelah
selama satu intervensi (P
minggu ketika <0,05).
mereka merasa
haus; Namun,
kontrol
kelompok tidak
menerima
intervensi apa
pun. Rasa haus
dan mulut
kering pasien
diukur kembali
dan dianalisis
menggunakan
SPSS versi 22
setelah
intervensi.
Berdasarkan hasil perbandingan dengan jurnal penelitian yang sudah ada,
bahwa rasa haus disebabkan oleh berkurangnya sekresi saliva dapat
mengakibatkan rasa ketidaknyamanan pada rongga mulut, nyeri, peningkatan
tingkat caries gigi, infeksi mulut kesulitan berbicara dan menelan makanan,
sehingga asupan gizi pun menurun serta penambahan berat badan dikarenakan
meningkatnya intake cairan. Peningkatan sekresi saliva dapat dipengaruhi oleh
berbagai rangsangan, yaitu rangsangan mekanis, rangsang kimia, dan rangsang
neuronal (Ariani, 2014). Rasa haus segera berkurang manakala seseorang
memasukkan air kedalam mulutnya, bahkan sebelum air sampai ke traktus
gastrointestinalis. Individu yang memiliki fistula esofagus, yang membuat air
tidak pernah sampai ke lambung, haus akan berkurang setelah ada air yang
melewati fistula tersebut dan hal ini dapat bertahan hingga 15 menit sejak air
masuk kedalam tubuh dan apabila tidak ada fistula sehingga air mampu mencapai
lambung dan meregangkan dinding lambung, kemampuan menahan rasa haus
akan lebih lama lagi, sehingga mengulum mengunyahdapat menjadi pilihan dalam
mengatasi masalah haus yang muncul pada pasien GGK yang menjalani
perawatan diruang hemodialisa (Guyton, 2012).
Mengunyah permen karet dengan kadar gula rendah merupakan terapi
alternatif yang dapat diberikan sebagai untuk merangsang kelenjar ludah atau
terapi paliatif pada pasien yang menjalani hemodialisa. Pasien hemodialisa yang
mengeluh mengalami mulut kering atau xerostomia dan dianjurkan untuk
mengunyah permen karet ditemukan lebih banyak mengalami pengurangan rasa
haus (60%) dibandingkan yang mendapat terapi saliva pengganti (15%)
(Pranandari, 2015). Efektifitas mengunyah permen karet rendah gula sebagai cara
mengatasi rasa haus pada pasien GGK telah dibuktikan pada penelitian yang
melibatkan 65 pasien yang melakukan terapi hemodialisa dan diberikan permen
karet selama 2 minggu menunjukkan penurunan rasa haus pada pasien GGK dari
skor 29,9 menjadi 28,1 (Arfany, 2014). Hasil penelitian Dehghanmehr et al
(2018) menunjukkan bahwa penurunan rata-rata dalam durasi dan keparahan rasa
haus dan mulut kering pada kelompok intervensi permen karet secara signifikan
lebih tinggi daripada kelompok kontrol, menyiratkan bahwa permen karet bebas
gula memiliki efek yang signifikan pada rasa haus dan mulut kering. para pasien.
Hal ini sejalan dengan yang peneliti lakukan, mengunyah permen karet
dengan kadar rendah gula efektif dalam menurunkan rasa haus pada pasien GGK
yang sedang menjalani hemodialisa. Mengunyah permen karet dengan rendah
gula akan menstimulasi saraf simpatis dan parasimpatis sehingga meningkatkan
produksi dan laju aliran saliva selanjutnya menstimulasi osmoreseptor yang
memantau kebutuhan cairan impuls ke hipotalamus sehingga kebutuhan cairan
dapat terpenuhi (Potter & Perry, 2010).
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi mengunyah permen karet terbukti efektif dalam menurunkan rasa haus
yang dialami pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani terapi
hemodialisa di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

B. Saran
Diharapkan mengunyah permen karet dapat dijadikan pilihan alternatif dalam
mengatasi rasa haus secara non farmakologi bagi pasien gagal ginjal kronis
yang menjalani hemodialisa.
DAFTAR PUSTAKA

Afifah Nur Hidayah. (2015).Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi


Persepsi-Sensori terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi pada Pasien
Halusinasi di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal
Keperawatan Fikkes. Vol. 8 No. 1 Maret 2015 : 44 – 55

Andi Rahmayani, Syisnawati. (2018). Mengontrol Pikiran Negatif Klien


Skizofrenia Dengan Terapi Kognitif. Journal Of Islamic Nursing. Volume 3
Nomor 1, Juli 2018

Arfany, N. W., Armiyati, Y., & Kusuma, M. A. B. (2014). Efektifitas mengunyah


permen karet rendah gula dan mengulum es batu terhadap penurunan rasa
haus pada pasien penyakit gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisi di
RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Keperawatan dan kebidanan (JIKK), 2-
9.

Ariani, N., Yasa, D., Arisusana, I. (2014). Pengaruh mengunyah permen karet
xylitol terhadap rasa haus pada pasien CKD dengan terapi hemodialisa.

Arum Pratiwi Dan Agus Sudaryanto. (2015). Acceptance of Music Stimulation


Therapy for Auditory Hallucination Patients (Tingkat Penerimaan Terapi
Stimulasi Suara pada Pasien Halusinasi Dengar). Jurnal Injec Vol. 2 No. 1
April 2015: 97–102

Conchon, M. F. & Fonseca, L. F. (2014). Ice and water efficiency in the


management of thirst in the immediate post operative period: randomized
clinical trial. Journal of nurse UFPE on line 8(5): 1435-40.

Damaiyanti, M. & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika


Aditama.

Dehghanmehr et al. (2018). investigating the impact of sugar-free gum on the


thirst and dry mouth of patients undergoing hemodialysis. E-ISSN: 0975-
8232; P-ISSN: 2320-5148 IJPSR, 2018; Vol. 9, issue 5: 2062-2066. Student
Research Committe Nursing and Midwifery School, Student of Medicine :
Zabol University of Medical Sciences, Zabol, Iran.

Dermawan, D. & Rusdi. (2013). Keperawatan jiwa: konsep dan kerangka kerja
asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Farida, K. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarata: Salemba Medika.


Guyton, A. C. & Hall, J. E. (2016). Guyton and Hall textbook of medical
physiology Ed 33. Philadelphia : Elsevier.

Hawari, D. (2011). Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

Hayes, Bach & Boyd, (2011). Acceptance and Commitment Therapy in Japan.
Foreword for ACT wo hajimeru: self-help no tame no workbook Tokyo:
Seiwa-Shoten.

Hayes, L., Boyd, C. P., & Sewell, J. (2011). Acceptance and Commitment
Therapy for the Treatment of Adolescent Depression: A Pilot Study in a
Psychiatric Outpatient Setting. Mindfulness. doi: 10.1007/s12671-011-0046-
5.

Herdman, T. Heather. (2018). Nursing Diagnoses Definition and Classification


2018-2020. Oxford: Wiley-Blackwell.

Irawan, E. (2016). Jurnal Pengaruh Terapi Penerimaan Dan Komitmen


(Acceptance and Commitment Therapy) Pada Penurunan Nilai BPRS Pada
Pasien Dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi, Universitas BSI:
Jakarta.

Isti Harkomah, dan Yulastri Arif, Basmanelly. (2018). Pengaruh Terapi Social
Skills Training (SST) dan Terapi Suportif Terhadap Keterampilan Sosialisasi
pada Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.
Indonesian Journal For Health Sciences. Vol 02 No 1

Kara, B. (2013). Validity and reliability of the Turkish version of the Thirst
Distress Scale in patients on hemodialysis. Asian Nursing Reaserch 7
(2013): 212-218.

Kaunang, I. (2015). Jurnal Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan


Prevalensi Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Yang Berobat Jalan Di
Ruang Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado,
Universitas Sam Ratulagi: Manado.

Keliat, B. A. (2009). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat, B.A, dkk. (2009). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:
EGC.
Kusumawati, F. & Hartono, Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Kusyati, E. (2010). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.

Mohr, W. K. (2010). Psychiatric Mental Health Nursing. Philadelphia: Lippincot


Williams & Wilkins.

Ni Made Dian Sulistiowati, Budi Anna Keliat, Ice Yulia Wardani. (2014).
Pengaruh Acceptance and Commitment Therapy terhadap Gejala dan
Kemampuan Klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan. Jurnal Keperawatan
Jiwa. Volume 2, No. 1, Mei 2014; 51-57

Pranandari, R. (2015). Faktor risiko gagal ginjal kronik di unit hemodialisis


RSUD Wates Kulon Progo. Pharmaceutic Journal Vol 11 No 2.

Price, S., A & Lorraine, M. W (2009). Patofisiologi, konsep klinis prosesproses


penyakit Vol 1 Ed 6. Jakarta: EGC.

Retno Utami, Prastiwi Puji Rahayu. (2018). Hubungan Lama Hari Rawat dengan
Tanda dan Gejala Serta Kemampuan Pasien dalam Mengontrol Halusinasi.
Jurnal Keperawatan. Volume 6 No 2, Hal 106 - 115, November 2018 Issn
2338-2090

Ricky Zainuddin, Rahmiyanti Hashari. (2019). Efektifitas Murotal Terapi


terhadap Kemandirian Mengontrol Halusinasi Pendengaran. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah.

Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementrian Kesehatan Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Rizqi, A. (2013). Pengaruh pemberian permen karet yang mengandung xylitol


terhadap penurunan keluhan pada lansia penderita xerostomia. Jurnal
medika muda 1-5.

Said, Hanan & Mohammed, Hanan. (2013). Effect of Chewing Gum on


Xerostomia, Thirst and Interdialytic Weight Gain in Patients on
Hemodialysis. Life Science Journal 2013;10(2). Department of Medical-
Surgical Nursing, Faculty of Nursing, Ain Shams University

Saverinus Suhardin, Kusnanto, Ilya Krisnana. (2016). Acceptance And


Commitment Therapy (Act) Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien Kanker
(Acceptance And Commitment Therapy Improve The Quality Of Life
Patients Suffering Cancer). Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 118-127

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., and Cheever, K.H. (2014). Texbook
of medical surgical nursing. 12th ed. Philadelphia: Lipincott Williams &
Wilkins.

Stuart, G. W. & Sundeen. (2016). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Umam, Reliani. (2015). Pelaksanaan Teknik Mengontrol Halusinasi: Kemampuan


Klien Skizofrenia Mengontrol Halusinasi. The Sun Vol. 2(1)

Videbeck, S. L. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wuri Try Wijayanto, Marisca Agustina. (2017). Efektivitas Terapi Musik Klasik
terhadap Penurunan Tanda dan Gejala pada Pasien Halusinasi Pendengaran.
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia. Vol. 7 No. 1 Maret 2017

Yusnipah, Y. (2012). Jurnal Tingkat pengetahuan keluarga dalam merawat


pasien Halusinasi diPoliklinik Psikiatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor

Anda mungkin juga menyukai