Anda di halaman 1dari 6

SUSTAINABLE CITIES

 “Sustainable Development” Teori ini didengungkan pertama kali pada laporan


Brundtland ( Our Common Future,1978 ). Dan menjadi semakin tajam setelah
pertemuan Rio, KTT Bumi pada tahun 1992. Beberapa tahun kemudian,Kongres
Habitat II di Istambul, Turki pada tahun 1996 memfokuskan diri pada pembahasan
Sustainable Development dalam agenda urban.
 Suistainable development pada awalnya memiliki tiga pilar yang dikenal dengan
three bottom lines, yakni ekonomi, social, kebudayaan juga diikut sertakan.
 Empat dimensi utama kemudian diformulasikan sebagai penentu bila suatu pola
pembangunan dapat dianggap sustainable atau tidak. Dimensi itu adalah
intrageneration dimension, intergeneration dimension, dan interfroniter dimension
(yunus,2005)
 Sustainable Development yakni dari penganut lingkungan hijau yang fundamentalis
menjadi isu konservasi energi, menjadi prisip social yag serius, meliputi
intergenerational,intragenerational, dan isu gender, dan kemudian menjadi teori
ekonomi lingkungan da pasar hijau . diakhir penelusurannya, Kammeier
menyimpulkan bahwa suistainable urban development adalah tentag keberlanjutan
ekonomi. Kammeier, (2003), seorang ahli urban lingkunagan.
 Kawasan akan menjadi sagat sustain jika metode penanganan air hujan dilingkuga
diterapkan, produksi pangan local dapat ditingkatkan, dan pemanfaatan system
energi Kawasan yag efisien dapat diterapkan. Sementara urban design memakna
dirinya ssendiri sebagai teori perancangan yang digunaka untuk melindungi habitat,
mempertahanka daerah aliran air, dan mendukung system ekologi melalui Teknik-
teknik perencanaan pengembangan lahan yang tepat.
ARSITEKTUR HIJAU

 Arsitektur hijau merupakan bagian dari penerapan pembanguan yang berkelanjutan.


Berkelajutan diterjemahka bukan hanya berpihak pada kepentingan ekonoi dan social
semata, namu peduli terhadap kelestarian lingkungan sehingga dapat dinikati oleh
generasi mendatang.
 Arsitektur hijau kemudian diwujudkan dengan kosep pembangunan Gedung dan
Kawasan yang berwawasan lingkungan. Berwawasan lingkungan artinya selama
pembangunan, selama waktu manfaat Gedung, bahkan pasca pemanfaatan, Gedung
direcanakan dan dirancang seminimal mungkin memberikan dampak negative terhadap
lingkungan.

ARSITEKTUR HEMAT ENERGI

Tahapan Analisis :

1. Analisis lokasi tapak banguan


2. Analisis karakteristik bangunan ( betuk, fungsi, dan pemilihan material bangunan )
3. Analisis umur baagunan, efisiensi peralatan, kebiasaan, serta penghasilan pemilik
bangunan.

 Salah satu parameter tingkat keefisien dan kefektifan bagunan dapat dilihat dari
tingginya jumlah energi yang akan dikonsumsi.
 Sebagai contoh lokasi pedesaan dengan suhu yang masih sejuk dengan pepohonan yang
rindang akan didesain degan jendela yang terbuka untuk dapat membawa angin masuk
kedalam rumah. Sementara lokasi ditengah kota dengan fungsi bangunan sebagai
perkantoran dengan jumlah lantai yang cukup banyak memerlukan alat trasportasi
vertikal (lift dan eskalator) untuk mendukung kenyamanan pengguna Gedung.
Sedangkan untuk pencahayaan alami dapat digunakan kaca-kaca jendela yang didesain
dapat memasukkan cahaya matahari kedalam Gedung namun tidak membuat ruangan
menjadi semakin panas.
 Kyushu University melalui kegiatan Centre of Excelence , dengan megusung tema
sustainable habitat system, telah berhasil memformulasikan teori berkelanjutan
lingkungan dengan formulasi matematis sederhana yang mudah diingat yaitu T=W-D.
T=W–D

Ket : T : hasil, ( W-D ) maksimal


W : kesejahteraan maksimal

Sa : Safety ( keamanan )

R : Relief ( bantuan / dorongan ) efficiency

H : Health ( kesehatan ) Suffeciency

C : Comfort ( kenyamanan )

Se : Sense

D : Kerusakan lingkungan minimal

LCE : Life cycle energy (siklus energi)

LCCO2 : Life cycle CO2 (siklus CO2)

LCC : Life cycle cost (siklus biaya) Life – cycle evaluation = Total sum

 Penerapan atap bertanam atau green roof merupakan salah satu pendekatan arsitektur
hijau untuk meingkatkan keefesienan peafaatan energi. Atap bertanam mampu
meperbaiki kualitas udara lingkunga dengan melakukan penyerapan Co2 dan
menghasilkan o2. Disampng itu, green roof mampu menurukan suhu dalam bagunan.
Dalam sebuah peelitian disebutkan bahwa atap bertanam mampu mereduksi knsumsi
eeri tahuna hingga 14,5%, pengurangan beban pendigin ruanga hingga 71,4%, dan
reduksi puncak nilai transfer panas pada atap hingga 63% ( feriadi dan frick,2007 )
 Green building council Indonesia (GBCI) merupakan salah satu Lembaga yang sangat
peudli terhadap bangunan ramah lingkungan yang berbasis pada pembangunan yang
berkelanjutan. GBCI mengeluarkan system rating greenship yang digunakan untuk
melakukan penilaian terhadap sebuah Gedung.
 Dalam greenship, efisiansi dan konservasi energi,konservasi air, sumber dan siklus
material,kualitas udara dan kenyamanan ruang, serta manajemen lingkungan bangunan.
 Persyaratan awal sebuah bangunan yang dapat dinilai kehijauannya adalah bangunan
komersial dengan dengan luas sekurang – kurangnya 2.500m2 dan lokasi tapak
bangunan sesuai dengan peruntukan rencana tata ruag wilayah setempat. Selain itu,
terdapat beberapa persyaratan administrasi dan teknis bahwa bangunan sudah
memenuhi syarat pengelolaan lingkungan hidup, tahan gempa, memiliki standar
keselamatan dan kebakaran , serta memiliki fasilitas penyandang cacat.
 Kategori tepat guna lahan memiliki prasyarat area dasar hijau dengan kriteria penilaian
meliputi pemilihan tapak (Nilai maksimat 2), Aksebilitas komunitaS (2), transportation
massal (2), fasilitas pengguna sepeda (2), lanskap pada lahan (3), iklim mikro (3), Dan
manajemen limpasan air human (3).
 Kategori efisoensi dan konservasi energi memiliki prsyarat pemasangan sub meter Dan
perhirungan OOTB dengan kriteria penilaian meliputi tindakan efisiensi energi,
pencahayaan alami, ventilasi, pengaruh perubahan iklim dan peanfaatan energi
terbarukan setempat.
 Prasyarat kategori konservasi air adalah Gedung memiliki alat pengukur penggunaan
air bersih dengan kriteria penilaian pengurangan pemakaian air, pemilihan alat pengatur
keluaran air, daur ulang air, sumber air alternative, pengumpulan air hujan, dan
lanskaap hemat air.
 Prasyarat kategori sumber dan siklus material terdiri atas penggunaan kembali Gedung
dan material bekas, penggunaan produk yang proses pembuatannya ramah lingkungan,
penggunaan bahan yang tidak megandung ODS, kayu yang bersertifikasi,desain dengan
material modular, dan material local.
 Prasyarat kategori kualitas udara dan kenyamanan ruangan meliputi kadar Co2,
pengendalian lingkungan atau asap rokok , polutan kimia,pemandangan keluar ruangan,
kenyamanan visual, kenyamanan suhu ruangan dan tingkat kebisingan dalam ruangan.
 Greeship Kawasan mulai dicetuskan pada tahun 2012 oleh GBCI. Pada tahun 2013
dilakukan perumusan masalah dan pemunculan studi-studi kasus untuk dibahas
Bersama para ahli. Tahun 2013 draf pertama diluncurkan. Direncanakan pada tahun
2014 akan dilakukan diskusi Teknik yang lebih mendalam sebelum akhirnya
diluncurkan “Green ship Kawasan Indonesia”
 Pedoman yang digunakan dalam penyusunan Greenship Kawasan Indonesia mengacu
pada peraturan pemerintah (SNI, UU,PP,Perpu) beberapa rating tool yang ada seperti
LEED Neighbordhood development, BREEM green township. Selain itu, diskusi –
diskusi ilmiah dengan parah ahli mengenai isu-isu local yang mengeluarkan beberapa
rumusan dan rekomendasi juga menjadirujukan.
 Beberapa Kawasan yang dapat dinilai menggunakan draf greenship Kawasan ini adalah
Kawasan perumahan, Kawasan pusat kota dan bisnis, serta Kawasan industry besar dan
kecil.

DAUR ULANG
 Konsep arsitektur hijau yang ramah lingkungan mensyaratkan adanya proses daur ulang
terhadap bangunan yang telah di gunakan dan hendak dirubuhkan. Proses
pascapemanfaatan bangunan ini menjadi titik penting karena ketika bangunan
dirobohkan maka limbah material yang dihasilkan akan merusak dan mencemari
lingkungan. Oleh karena itu, dalam teori bangunan hijau, jenis material yang digunaka
disamping tidak beracun pada saat digunakan juga harus dipikirkan proses daur ulang
pada saat bangunan tidak bermanfaat.
 Dalam daur ulang bahan bangunan, material yang dapat didaur ulang adalah bata, beton,
dan kayu serta material lain yang sekiranya masih bias dimanfaatkan.
 Dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa keausan agregat kasar dari beton bekas
berkisar 26,5-30,68% sementara keausan agregat asli adalah 23,95%. Uji tekan beton
menunjukkan bahwa beton daur ulang memiliki kuat tekan berkisar 19 MPa hingga
28,4 MPa, sementara beton asli memiliki kuat tekan 27 MPa.
ZERO WASTE
 zero waste secara sederhana didefinisikan sebagai pengolahan sampah dengan prinsip
3R (reuse,reduce dan recycle) yang dilakukan di lokasi yang sedekat mungkin dengan
sumber sampah.
 Konsep zero waste lahir sebagai respon terhadap permasalahan yang ditimbulkan oleh
penanganan sampah saat ini. System angkut dan buang ke TPA menimbulkan persoalan
baru yakni tumpukkan dan gunungan sampah yang mencemari tanah air di Kawasan
TPA.
 Kegiatan – kegiatan yang mendorong terwujudnya zero waste dalam satu kawasa
adalah :
o Pengomposan sampah – sampah organic
o Pendaurulangan sampah anorganik
o Peningkatan teknologi pembuangan sampah
o Peningkatan peran serta masyarakat dalam penanganan sampah.

Anda mungkin juga menyukai