NO. PERCOBAAN : 04
2018
DAFTAR ISI
LAMPIRAN .......................................................................................................... 9
i
4.1 JUDUL
DESIGN PENGUAT COMMON EMITTER
4.2 TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan titik kerja melalui pemberian tegangan bias sesuai dengan jenis transistor
dan arus output.
2. Mengamati tegangan output dan menghitung penguatan tegangan.
4.3 DASAR TEORI
Rangkaian penguat Emitter single stage yang ditunjukkan di atas menggunakan apa yang
biasa disebut "Tegangan Pembagi Biasing". Jenis pengaturan biasing ini menggunakan dua
resistor sebagai jaringan pembagi potensial di seluruh supply dengan titik pusatnya yang
memasok tegangan bias basis yang dibutuhkan ke transistor. Pembagi tegangan biasanya
digunakan dalam desain rangkaian penguat transistor bipolar.
Metode biasing transistor ini sangat mengurangi efek dari variasi Beta, ( β ) dengan
menahan bias basis pada tingkat tegangan konstan yang memungkinkan stabilitas terbaik.
Tegangan Basis diam ( Vb ) ditentukan oleh jaringan pembagi potensial yang dibentuk oleh
dua resistor, R1, R2 dan tegangan supply daya Vcc seperti yang ditunjukkan dengan arus
yang mengalir melalui kedua resistor.
1
Maka resistansi total, RT akan sama dengan R1 + R2 yang memberikan arus sebagai i =
Vcc/RT. Tingkat tegangan yang dihasilkan pada persimpangan resistor R1 dan R2 menahan
tegangan Basis (Vb) konstan pada nilai di bawah tegangan supply. Kemudian jaringan
pembagi potensial yang digunakan pada rangkaian penguat common emitter membagi
tegangan supply sebanding dengan resistansi. Tegangan referensi bias ini dapat dengan
mudah dihitung dengan menggunakan rumus pembagi tegangan sederhana di bawah ini:
Tegangan Bias
Tegangan supply yang sama, ( Vcc ) juga menentukan arus Collector maksimum, Ic saat
transistor dinyalakan sepenuhnya "ON" (saturasi), Vce= 0. Arus basis Ib untuk transistor
ditemukan dari arus Collector, Ic dan arus gain DC Beta, β transistor.
Nilai Beta
Beta kadang-kadang disebut sebagai hFE yang merupakan transistor yang menghasilkan arus
maju dalam konfigurasi common emitter. Beta tidak memiliki unit karena merupakan rasio
tetap dari dua arus, Ic dan Ib sehingga perubahan kecil pada arus dasar/basis akan
menyebabkan perubahan besar pada arus Collector.
Rangkaian Karakteristik Kurva Output
2
Titik-Q pada garis beban memberi kita arus-basis titik-Q dari Ib = 45.8μA atau 46μA. Kita
perlu menemukan ayunan puncak maksimum dan minimum dari arus basis yang akan
menghasilkan perubahan proporsional pada arus Collector, Ic tanpa distorsi pada sinyal
output. Karena garis beban memotong nilai arus basis yang berbeda pada kurva karakteristik
DC, kita dapat menemukan ayunan puncak arus basis yang sama-sama berjarak sepanjang
garis beban. Nilai-nilai ini ditandai sebagai titik N dan M di jalur, memberikan minimum
dan arus basis maksimum 20μA dan 80μA masing-masing. Titik-titik ini, N dan M bisa
dimana saja di sepanjang garis beban yang kita pilih selama mereka sama memberi jarak
dari Q. Ini kemudian memberi kita sinyal input teoritis maksimum ke terminal basis 60μA
puncak ke puncak, (puncak 30μA) tanpa menghasilkan distorsi pada sinyal output.
Setiap sinyal input yang memberi arus basis lebih besar dari nilai ini akan mendorong
transistor melampaui titik N dan memasuki daerah "cut-off" atau di luar titik M dan
memasuki daerah Saturasi sehingga mengakibatkan distorsi pada sinyal output dalam bentuk
"clipping". Dengan menggunakan titik N dan M sebagai contoh, nilai seketika arus
Collector dan nilai tegangan Collector-emitter yang sesuai dapat diproyeksikan dari garis
beban. Dapat dilihat bahwa tegangan Collector-emitter berada dalam anti-fase (-180o)
dengan arus Collector. Sebagai arus basis Ib berubah dalam arah positif dari 50μA sampai
80μA, tegangan Collector-Emitter, yang juga merupakan tegangan output yang menurun
dari nilai stabil 5.8v sampai 2.0v. Kemudian single stage Penguat common Emitter juga
merupakan "Penguat Pembalik" sebagai peningkatan tegangan basis menyebabkan
penurunan Vout dan penurunan tegangan basis menghasilkan peningkatan Vout. Dengan
kata lain, sinyal output 180o diluar fase dengan sinyal input.
3
4.5 LANGKAH PERCOBAAN
2. Transistor BC 107 ini akan digunakan sebagai penguat common emitor dengan
bias pembagi tegangan. Hitunglah nilai R1, R2, RC dan RE bila diinginkan VCC =
10V dan IC(Q) = 1 mA.
3. Hitunglah nilai VCE(Q). Apakah VCE(Q) x IC(Q) < PD(max) ?
4. Buatlah rangkaian bias pembagi tegangan penguat common emitter seperti
gambar 1, dengan VCC = 10V dan nilai-nilai R1, R2, RC dan RE hasil perhitungan
langkah 2.
5. Ukurlah IB, IC, IE, VB, VBE dan VCE.
6. Masukkan hasilnya pada Tabel 1.
4
4.6 DATA HASIL PERCOBAAN
IB IC IE VB VBE VCE
Vout
Vin(AC)
Ukur Hitung
80 mV 962 mV -3,083 V
1V 2,67 V -38,54 V
5
Pembahasan :
1. Diketahui: Vcc = 10V ; IC = 1mA ; β= 300 ; VBE = 0,7 V ; RC = RE = 1KΩ
R1 = 150 KΩ , R2 = 30 KΩ (Perhitungan R1 dan R2 terdapat pada lampiran)
𝐼𝑐 1𝑥10−3
IB = = = 3,33 μA
𝛽 300
IC = 1x10-3 =1 mA
IE = IB (1+ 𝛽)
= 3,33x10-6 . (1+300)
= 1002,33 μA
VB = VBE + VE
= 0,7V + IE . RE
= 0,7V + 1,002 mA .103 Ω
= 1,702 V
VBE = 0,7 V
VCC = Ic . Rc + IE . RE + VCE
10 = 10-3.103 + 1,002 . 10-3 . 103 + VCE
VCE = 10 – 1,002
= 8,998 V
IB IC IE VB VBE VCE
Dari hasil percobaan dan perhitungan terdapat perbedaan yang dapat disebabkan
karena pembacaan pada alat ukur yang kurang tepat, kondisi komponen dan alat yang
kurang bagus serta pemakaian nilai komponen yang tidak sesuai dengan perhitungan
karena tidak adanya nilai komponen yang diinginkan di pasaran.
6
2. Penguatan dari hasil pengukuran
Vin = 80 mV
Av = Vout / Vin = 0,962 V / 0,08 V = 12,025 kali
Vin = 0,2 V
Av = Vout / Vin = 1,34 V / 0,2 V = 6,7 kali
Vin = 1 V
Av = Vout / Vin = 2,67 V / 1 V = 2,67 kali
Vin = 0,1 V
Av = Vout / Vin = 0,0678 V / 0,0062 V = 10,94 kali
3. Dari hasil bentuk gelombang yang ditampilkan pada osiloskop yaitu terdapat
perbedaan antara Vin 80 mV; 0,2 mV dan 1V. Semakin besar input yang diberikan
semakin besar pula output yang dihasilkan sehingga akan semakin besar juga output
memotong gelombang sinusoidal dan bentuk gelombang yang dihasilkan tidak
sempurna.
4. Perhitungan Vout pada rangkaian penguat common emitter dengan menggunakan
model ac Eber’s Molls
𝛽
Vout = -( ℎ𝑖𝑒 ) . Rc . Vin
26 𝑚𝐴 26 𝑚𝐴
re = =1,002 𝑚𝐴 =25,9481
𝐼𝑒
hie = β . re
= 300 . 25,9481 = 7784,43
𝛽 300
Av = -( ℎ𝑖𝑒 ) . Rc = - (7784,43 ) . 1KΩ = -38,5385 x
Vin = 80 mV
Vin = 0,2 V
Vin = 1 V
7
Vin = 6,20 mV
5. Sinyal outputnya berbalik fasa 180 derajat terhadap sinyal input. Pembalikan fasa
terjadi kareana selama setengah siklus tegangan masuk yang positif arus basis naik,
mengakibatkan arus kolektor juga naik. Ini menimbulkan penurunan tegangan yang
lebih besar melintas tahanan kolektor. Sehingga, tegangan kolektor turun dan kita
memperoleh setengah siklus negatif yang pertama pada tegangan keluar. Sebaliknya,
pada setengah siklus tegangan masuk yang negatif arus kolektor lebih sedikit mengalir
dan penurunan tegangan melintas tahanan kolektor berkurang. Dengan demikian,
tegangan kolektor tanah naik dan kita memperoleh setengah siklus positif pada
tegangan keluar.
4.8 KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa:
• Pada Penguat common emitter, semakin besar tegangan input (Vin) maka semakin besar
pula tegangan outputnya (Vout).
• Sinyal output pada penguat common emitter berbalik fasa 180 derajat terhadap sinyal
input.
• Untuk memaksimumkan besar penguatan tegangan, dapat dilakukan dengan menurunkan
tegangan pada Rc semaksimal mungkin, dalam hal ini berarti untuk harga Vcc tertentu
penguatan harus bekerja pada Vce yang lebih rendah.
8
DAFTAR PUSTAKA
- 2017. Penguat Emitter. http://www.tespenku.com
- Penguat Common Emitter. https://www.academia.edu
9
LAMPIRAN
Praktikan
10
Lampiran data percobaan
11
Lampiran perhitungan
12
13
Lampiran gambar gelombang pada milimeterblok
14
15
16
17
18
19
20