Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

MAINTENANCE AND REPAIR

INSPEKSI TIANG JTM DAN JTR

Lokasi: Monumen Pesawat Terbang – Masjid Sabilillah Malang

Disusun Oleh :

Muhammad Arif Tegar S. 1731120060

Muhammad Shufi Abidi 1731120073

Ngarsa Balma P. 1731120064

Nurhayati 1731120071

Retar Deni Kusuma 1731120008

Saefullah Sutanto 1731120009

Tantomi Yahya 1731120140

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tenaga listrik sebagai bagian dari bentuk energi dan cabang produksi yang penting bagi
negara sangat menunjang upaya dalam memajukan dan mencerdaskan bangsa. Sebagai salah
satu hasil pemanfaatan kekayaan alam yang menguasai hajat hidup orang banyak, tenaga
listrik perlu dipergunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Perkembangan teknologi yang semakin maju pada saat ini mengakibatkan banyaknya
pemakaian sumber daya listrik sebagai penunjang kehidupan yang lebih baik. Oleh sebab itu
dibutuhkan kualitas sistem jaringan distribusi yang handal. Sistem distribusi tenaga listrik
ditunjang oleh perlengkapan-perlengkapan distribusi yang memadai. Pada kondisi normal
sistem distribusi teraliri oleh arus maupun tegangan kerja sehingga mempengaruhi kinerja
perlengkapan yang ada. Peralatan distribusi tersebut merupakan peralatan yang sensitif
terhadap gangguan, baik yang berasal dari faktor dalam (internal) alat tersebut maupun dari
luar (external) alat tersebut.
Kondisi kerja perlengkapan distribusi seperti isolator, konduktor, trafo maupun
sambungan pada saluran udara sangat rawan mengalami gangguan dan kerusakan yang
ditimbulkan oleh arus beban. Arus beban dapat menimbulkan rugi-rugi dan meningkatkan
suhu pada peralatan sistem distribusi sehingga menurunkan tingkat efisiensi dan umur dari
peralatan yang ada. Selain adanya arus beban yang mengganggu, kerusakan peralatan
distribusi dapat juga ditimbulkan oleh percikan bunga api (flashover) yang muncul karena
adanya gangguan antar fasa yang mempengaruhi perlengkapan-perlengkapan pada jaringan
distribusi Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 20 KV menjadi panas.
Perawatan dan pemeliharaan perlengkapan jaringan distribusi yang rutin bertujuan untuk
mengatasi penurunan efisiensi dan kerusakan agar perlengkapan tersebut dapat bekerja dengan
baik sesuai fungsinya. Dalam hal ini perawatan dan pemeliharaan jaringan yang dilakukan
oleh PLN dengan sistem tanpa tegangan (pemadaman) menjadi masalah vital yang dialami
oleh konsumen maupun perusahaan listrik karena dapat menurunkan kontinuitas pelayanan.
Suplai tenaga listrik untuk pelanggan menjadi terhambat dan tidak dapat melakukan proses
produksi dengan optimal karena tenaga listrik tidak tersalurkan. Kerugian yang dialami oleh
perusahaan listrik sangat besar karena adanya pemadaman listrik mengakibatkan banyaknya
energi listrik yang hilang dan tidak dapat terjual kepada konsumen.
Solusi untuk menekan adanya pemadaman, maka perusahaan listrik melakukan
pemeliharaan jaringan distribusi Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 20 KV dengan
sistem hot line maintenance oleh tim Pekerjaan dalam Keadaan Bertegangan (PDKB). Tanpa
adanya pemadaman listrik yang dilakukan oleh tim Pekerjaan dalam Keadaan Bertegangan
(PDKB) maka suplai tenaga listrik tetap dapat disalurkan. Dengan adanya pemeliharaan dalam
keadaan bertegangan ini, konsumen tidak lagi mengalami kerugian, produksi tetap berjalan,
produktivitas meningkat, kuota terpenuhi dan kontinuitas pelayanan energi listrik menjadi
lebih baik. Dari segi ekonomi energi listrik yang hilang akibat pemadaman dapat
terselamatkan dan perusahaan listrik tidak mengalami kerugian. Perekonomian negara dapat
ditingkatkan dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) akan menjadi lebih baik dan optimal.
Oleh sebab itu dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang “MANTENANCE AND
REPAIR INSPEKSI TIANG JTM DAN JTR”.

1.2. Tujuan
Tujuan inspeksi jaringan distribusi ini adalah:
1. Untuk memberikan peran aktif kepada mahasiswa secara langsung ke lapangan
dalam pelaksanaan inspeksi baik sebagai pelaksana maupun pengawas.
2. Untuk mengetahui dan mendapatkan data-data yang akurat yang akan dijadikan
acuan dalam perencanaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem atau jaringan ke
depan, berdasarkan hasil inspeksi yang telah dilakukan.
3. Untuk mendapatkan keterampilan dalam pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh
dengan kondisi yang ada di lapangan sehingga diharapkan mampu memberikan
kontribusi positif terhadap kinerja perusahaan ketika bekerja di bidang jasa
penyaluran energi listrik.

1.3. Manfaat
Manfaat inspeksi jaringan distribusi ini adalah:
1. Mahasiswa mendapatkan peran aktif secara langsung ke lapangan dalam pelaksanaan
inspeksi baik sebagai pelaksana maupun pengawas.
2. Mahasiswa mendapatkan data-data yang akurat untuk dijadikan acuan dalam
perencanaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem atau jaringan distribusi berdasarkan
hasil inspeksi yang telah dilakukan.
3. Mahasiswa mendapatkan keterampilan dalam pengaplikasian ilmu yang telah
diperoleh dengan kondisi yang ada di lapangan sehingga diharapkan mampu
memberikan kontribusi positif terhadap kinerja perusahaan ketika bekerja di bidang
jasa penyaluran energi listrik.
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Pemeliharaan pada Saluran Udara Tegangan Menengah

2.1.1. Pengertian Pemeliharaan


Pemeliharaan merupakan suatu pekerjaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan
jaminan bahwa suatu sistem atau peralatan dapat berfungsi secara optimal, umur
teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil maupun bagi masyarakat umum.

2.1.2. Pemeriksaan Rutin


Pemeriksaan rutin atau inspeksi pada SUTM merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk mengetahui kondisi terkini baik atau tidaknya suatu komponen yang ada di saluran
udara tegangan menengah, baik dilakukan secara visual maupun dengan menggunakan
alat. Hasil dari kegiatan inspeksi ini adalah sebuah data atau informasi berupa temuan
atau kelainan pada komponen saluran udara tegangan menengah yang menjadi dasar
untuk dilakukan pemeliharaan. Sehingga kegiatan inspeksi ini memiliki peranan yang
sangat penting karena secara tidak langsung mampu mendeteksi lebih dini dan mencegah
terjadinya gangguan.
Inspeksi dengan cara visual merupakan langkah yang paling mudah, tetapi memiliki
tingkat akurasi yang rendah terhadap kondisi peralatan yang dilihat. Inspeksi dengan
hanya mengandalkan cara visual masih kurang efektif sehingga dibutuhkan peralatan
ukur untuk mendukung kegiatan inspeksi ini. Peralatan ukur yang biasa digunakan dalam
kegiatan inspeksi adalah ampere meter, volt meter, phase squence, thermovision dan
teropong. Peralatan ukur tersebut dapat menunjang kegiatan inspeksi agar data yang
didapatkan lebih akurat sehingga dapat menentukan langkah pemeliharaan yang tepat .
Adapun fungsi dari alat inspeksi tersebut ialah :
1. Ampere meter / tang ampere berfungsi untuk mengukur arus listrik
2. Volt meter berfungsi untuk mengetahui tegangan listrik
3. Phase squence tester berfungsi untuk mengetahui arah putaran phasa
4. Thermovision berfungsi untuk mengetahui suhu / temperatur suatu benda.
5. Teropong berfungsi untuk melihat objek yang jauh agar terlihat lebih dekat
Komponen-komponen yang perlu diperhatikan dalam kegiatan inspeksi saluran
udara tegangan menengah seperti penghantar, isolator, tiang penopang, sambungan pada
jumper, arrester, Fuse Cut Out, peralatan Switching dan lain-lain. Kelainan-kelainan
pada peralatan tersebut harus segera dicatat dan ditindaklanjuti agar tidak menimbulkan
gangguan. Kegiatan inspeksi harus dilakukan sesering mungkin, agar kemungkinan-
kemungkinan terjadinya gangguan dapat diketahui lebih awal.

2.1.3. Pemeliharaan Dalam Keadaan Bertegangan


Pemeliharaan dalam keadaan bertegangan merupakan pekerjaan pemeliharaan yang
dilakukan saat jaringan SUTM dalam kondisi bertegangan, artinya tidak ada pemadaman
aliran listrik selama proses pekerjaannya. Pemeliharaan dalam kondisi bertegangan
memiliki kelebihan dimana kontinuitas penyaluran energi listrik tetap terjaga,
meningkatkan mutu dan pelayanan terhadap pelanggan, dan meningkatkan penjualan
energi listrik.
Pemeliharaan dalam keadaan bertegangan dilakukan oleh tim PDKB yang memilki
keahlian khusus untuk melakukan pekerjaan dalam keadaan bertegangan dan harus
memiliki sertifikat kompetensi. Tim PDKB umumnya terdiri dari supervisor, preparator,
kepala regu dan linesman.
a. Metode Kerja PDKB
Didalam melaksanakan PDKB sampai saat ini tersedia tiga macam metode kerja
yang sudah dibakukan didalam standar PLN maupun yang telah dilaksanakan di
salah satu negara yang sudah melaksanakan PDKB (EDF Prancis) adalah
sebagai berikut :
 Distance Method
Didalam standar PLN diterjemahkan sebagai metode berjarak, dimana pada
saat bekerja linesman dengan bagian yang bertegangan dibatasi dengan jarak
tertentu dan digunakan tongkat berisolasi sebagai peralatan kerjanya. Dengan
metode berjarak ini diperkenankan untuk melaksanakan PDKB pada tegangan
rendah sampai dengan tegangan ekstra tinggi.
 Contact Method
Didalam standar PLN diterjemahkan sebagai metode sentuhan, dimana pada
saat bekerja linesman dilindungi terhadap sentuhan langsung dengan bagian
yang bertegangan dengan menggunakan sarung tangan berisolasi dan
linesman berdiri pada suatu pijakan berisolasi. Dengan metode sentuhan ini
diperkenankan untuk melaksanakan PDKB pada tegangan rendah sampai
dengan tegangan menengah.

 Potential Method
Didalam standar PLN diterjemahkan sebagai metode potensial, dimana pada
saat bekerja linesman terhubung langsung dengan konduktor yang
bertegangan, tetapi harus terisolasi dengan baik terhadap tanah maupun
terhadap phasa lainnya. Dengan metode potensial ini diperkenankan untuk
melaksanakan PDKB pada tegangan menengah sampai dengan tegangan
ekstra tinggi.

b. Alur Kerja Tim PDKB

Adapun alur kerja dalam pelaksanaan pemeliharaan oleh tim PDKB ialah sebagai
berikut :

Pemohon Pekerjaan
Supervisor PDKB Work Order
PDKB
Preparator (WO)
Hasil Pemeriksaan
Rutin

Survey Lokasi Preparator


Pekerjaan

Tidak layak Tidak Diskusi


SPV PDKB
dikerjakan dan Preparator
Linesman
Harus Dikerjakan Analisa
OFFLINE
Ya

Membuat rencana
kerja dilengkapi Preparator

dengan SP2B dan SP3B

Pelaksanaan
pekerjaan Tim PDKB

Evaluasi dan
Preparator
Laporan hasil
pekerjaan

Gambar 1. Alur kerja tim PDKB


Setiap permintaan pekerjaan / hasil pemeriksaan rutin akan dilaporkan kepada
supervisor PDKB dan preparator yang kemudian akan membuat Work Order (WO).
Setelah itu, preparator akan men- survey ulang lokasi pekerjaan yang dimaksud untuk
mendapatkan segala informasi teknis dan non-teknis yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan dalam keadaan bertegangan. Semua informasi dari hasil survey
kemudian didiskusikan bersama oleh tim PDKB untuk menentukan bisa atau tidaknya
pekerjaan tersebut dikerjakan oleh tim PDKB. Bila hasilnya tidak bisa maka pekerjaan
akan dikonfimasikan kembali kepada pemberi pekerjaan (dari bidang lain). Apabila
pekerjaan bisa dikerjakan oleh tim PDKB, maka akan dibuat rencana kerja, SP2B (Surat
Perintah melaksanakan Pekerjaan Bertegangan) dan SP3B (Surat Penunjukkan Pengawas
Pekerjaan Bertegangan) yang ditandatangani oleh Kepala Operasi atau wakilnya.
Setelah segala persiapan telah dipenuhi, maka dilakukanlah pekerjaan dalam keadaan
bertegangan. Selesai melaksanakan pekerjaan tersebut akan dibuatkan laporan
pemberitahuan penyelesaian pekerjaan yang akan diberikan kepada peminta pekerjaan.

c. Standard Opration Procedure (SOP)

Pemeliharaan SUTM PDKB TM memiliki SOP yang baku untuk setiap jenis
pekerjaan. Tim PDKB wajib taat terhadap SOP karena untuk menjamin keselamatan
ketika melaksanakan pekerjaan. Beberapa SOP yang berkaitan dengan judul laporan ini
adalah :

1. SOP PDKB-TM Nomor 1 : Survey lokasi kerja

2. SOP PDKB-TM Nomor 2 : Pengawas Pekerjaan

3. SOP PDKB-TM Nomor 2(a) : Pengawas Keselamatan kerja

4. SOP PDKB-TM Nomor 3 : Pelaksana Pekerjaan

5. SOP PDKB-TM Nomor 04 : Surat Perintah melaksanakan Pekerjaan Bertegangan


(SP2B)

6. SOP PDKB-TM Nomor 05 : Surat Penunjukan Pengawas Pekerjaan Bertegangan


(SP3B)

7. SOP PDKB-TM Nomor 06 : Analisa Pekerjaan dan Pembagian Tugas

8. SOP PDKB-TM Nomor 07 : Pemberitahuan Penyelesaian Pekerjaan Bertegangan

9. SOP PDKB-TM Nomor 8 : Persiapan lokasi kerja


10. SOP PDKB-TM Nomor 9 : Penggantian Jumper atas

11. SOP PDKB-TM Nomor 10 : Penggantian jumper bawah lurus

12. SOP PDKB-TM Nomor 11 : Penyambungan Jumper menggunakan Makeswitch

13. SOP PDKB-TM Nomor 12 : Penggantian Jumper menggunakan paralel Group

14. SOP PDKB-TM Nomor 13 : Penggantian Jumper menggunakan connector type H

15. SOP PDKB-TM Nomor 14 : Sambungan Baru bawah Lurus

16. SOP PDKB-TM Nomor 15 : Sambungan Baru Percabangan Tumpu Lurus

17. SOP PDKB-TM Nomor 16 : Sambungan Baru Percabangan Isolator Penegang


Lurus

18. SOP PDKB-TM Nomor 18 : Pemasangan Fuse Cut Out Pada Percabangan

19. SOP PDKB-TM Nomor 19 : Pemasangan Jumper Transformator 3 Phase pada satu
tiang

20. SOP PDKB-TM Nomor 20 : Pemasangan jumper Transformator 3 Phase pada dua
tiang / Portal

21. SOP PDKB-TM Nomor 22 : Pemasangan Sambungan Baru SKTM Ke SUTM

22. SOP PDKB-TM Nomor 23 : Pemeliharaan Pole Top Switch posisi Normaly
Close

23. SOP PDKB-TM Nomor 24 : Pemeliharaan Pole Top Switch posisi Normaly
Open

24. SOP PDKB-TM Nomor 48 : Pemasangan Jumper Outdoor

25. SOP PDKB-TM Nomor 59 : Bongkar Recloser dan Disconnecting Switch (DS)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hasil Inspeksi JTM dan JTR


3.1.1 Inspeksi JTM
1. Kontruksi Tiang : Pada Konstruksi Trafo 2 Tiang
2. Permasalahan : berdasarkan pengamatan dari hasil inspeksi tiang berikut ini
terdapat permasalahan yaitu terdapat salah satu jumper
arrester tepatnya di fasa S yang terlepas, sehingga perlu di
lakukan perbaikan atau pemasangan kembali jumper arrester
fasa S ke posisi semula.
3. Foto Tiang inspeksi :
1. Kontruksi Tiang : TM11 (Tiang akhir dengan pemasangan kabel tanah)
2. Permasalahan : berdasarkan pengamatan dari hasil inspeksi tiang berikut ini
adalah terdapat kabel tanah fasa S terlihat tidak terpasang di
atas pin isolatornya, sehingga perlu di perbaiki
pemasangannya tepat di atas pin isolatornya.
3. Foto Tiang inspeksi :
1. Kontruksi Tiang : TM2 (Tiang sudut)
2. Permasalahan : berdasarkan pengamatan dari hasil inspeksi tiang berikut ini
adalah bahwa tiang tersebut sedikit miring, sehingga perlu di
lakukan perbaikan pada tiang tersebut dengan menarik sedikit
treek schoor sehingga tiang tersebut kembai tegak lurus.
3. Foto Tiang inspeksi :
3.1.2. Inspeksi JTR
1. Kontruksi Tiang : Tiang JTR
2. Permasalahan : berdasarkan pengamatan dari hasil inspeksi tiang berikut ini
adalah bahwa andongan kabel pada tiang TR terlalu besar,
sehingga perlu dilakukan penarikan kabel TR tersebut.
3. Foto Tiang inspeksi :
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari inspeksi distribusi jaringan tegangan menengah ini dapat disimpulkan bahwa pemasangan
kabel (jumper) dan pelabelan khususnya kabel TR masih sembarangan, tidak memperhatikan segi
keamanan (tegangan sentuh maupun short circuit) dan nilai estetika/keindahan sehingga terlihat
berantakan. Tiang listrik baik tiang besi maupun beton rata-rata perlu dibersihkan akibat pamphlet
dan brosur yang di tempel sembarangan. Sedangkan khusus tiang besi rata-rata berkarat sehingga
perlu di cat ulang. Travers dan penegang tiang juga beberapa perlu pengecekan rutin karena
dikhawatirkan bisa lepas/ roboh. Untuk komponen-komponen seperti isolator, cut out switch, LA
arrester, bolt & nut, arm tie, fuse link rata-rata sudah terpasang dengan baik dan sesuai standar.

4.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut.


1. Sebaiknya diadakan pengecekan rutin/inspeksi tiang rutin oleh petugas PLN
2. Petugas PLN yang bertugas memasang listrik ke pelanggan semestinya lebih memperhatikan
aspek keamanan dan keindahan
3. Sebaiknya PLN juga mengeluarkan peraturan yang lebih tegas masalah pamphlet dan brosur
yang di tempel sembarangan
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai