Anda di halaman 1dari 24

TUGAS PROSES INDUSTRI KIMIA

PROSES SULFONASI PADA PRODUKSI LINEAR ALKILBENZEN


SULFONAT (LAS) PT SINAR ANTJOL

Dosen : Dr. Ir. Renita Manurung, MT


Disusun Oleh : Dina Nietty Tamba/170405186

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
BAB I

1.1 DEFINISI SULFONASI

Sulfonasi adalah proses yang menyebabkan gugus -SO3H menjadi terikat pada atom
karbon dalam senyawa karbon ataupun ion, termasuk reaksi-reaksi yang melibatkan gugus
sulfonil halida ataupun garam-garam yang berasal dari gugus asam sulfonat, misalnya
penggabungan –SO2Cl ke dalam senyawa organik. Istilah sulfonasi terutama digunakan untuk
menyatakan reaksi-reaksi yang menggunakan pereaksi sulfonasi yang umum seperti asam
sulfat pekat, oleum, dan pereaksi lainnya yang mengandung sulfur trioksida. Sulfonasi senyawa
aromatik merupakan salah satu tipe jenis sulfonasi yang paling penting. Senyawa aromatik
adalah senyawa organik yang mengandung cicin benzena dalam molekulnya atau yang
mempunyai sifat kimia yang seperti benzena.

Benzena adalah senyawa aromatik yang cukup stabil akibat delokalisasi elektron phi.
Benzena merupakan suatu anggota dari kelompok besar senyawa aromatik. Cara paling mudah
menentukan apakah senyawa ini adalah senyawa aromatik atau bukan adalah dengan
menentukan posisi absorpsi dalam spektrum nomor oleh proton yang terikat pada atom-atom
cincin. Proton yang terikat ke arah luar cincin aromatik sangat kuat terperisai dan menyerap
jauh kebawah medan dibandingkan kebanyakan proton, biasanya lebih dari 7 ppm. Sulfonasi
tersebut dapat dilakukan dengan mereaksikan senyawa aromatik dengan asam sulfat.

Reaksi sulfonasi: C6H5(NH2) + H2SO4 → C6H4(NH2) SO3H

Pengertian-Pengertian Lain Tentang Sulfonasi:

 Sulfokhlorinasi adalah proses pemasukan gugus –SO2Cl ke dalam alkana menggunakan


SO2 dan Cl2.
 Halosulfonasi adalah reaksi asam halosulfonat –ClSO3H atau FSO3H dengan senyawa
aromatik atau heterosiklis untuk memasukan gugus –SO2Cl atau –SO2F.
 Sulfooksidasi adalah reaksi sulfonasi menggunakan SO2 dan O2.
 Sulfatasi adalah proses melekatkan gugus –OSO2OH pada atom karbon menghasilkan
ROSO2OH atau melekatkan gugus –SO4- di antara 2 karbon membentuk ROSO2OR.
 Sulfoalkilasi, sulfoacylasi, sulfoarylasi adalah proses memasukkan gugus sulfoalkil,
sulfoacyl dan sulfoaryl ke dalam senyawa.
Senyawa sulfonat ada 4 tipe, yaitu:

1. Alifatik dan alicyclic


2. Aromatik
3. Heterocyclic
4. N sulfonat atau sulfamates
Gugus –SO3H terikat oleh:

1. Atom C dinamakan sulfonat


misalnya:

H H

R – C – H + H2SO4 R – C – SO3H + H2O

H H

2. Atom O dinamakan sulfat


misalnya:

H
R – C – OH + HOSO3H RCOSO3H + H2O
H

3. Atom N dinamakan N sulfonat atau sulfamat


misalnya:

H H

R – N : + HOSO3H R – N – SO3H

H H

Kegunaan Senyawa Sulfonat dan Sulfat:

1. Sebagai katalis, dalam bentuk asam, misal: metan dan asam toluen sulfonat.
2. Sebagai aditif bahan elektroplating, misal: asam phenol sulfonat.
3. Sebagai zat warna, dipakai dalam bentuk asam, disimpan dalam bentuk garam sehingga
pada saat akan dipakai diasamkan terlebih dahulu sehingga dapat melepaskan gugus –
SO2OH yang melekat pada molekul organik ke benang textile.
4. Sebagai bahan anti ngengat, bahan penyamak yang banyak dipasarkan dalam bentuk
garamnya.
5. Sebagai bahan detergent, emulsifying agents, deemulsifying, penetrating agent, wetting
dan solubilising agent, aditif pelumas dan bahan pencegah karat yang banyak dipakai
dan disimpan dalam bentuk garamnya.
6. Bentuk polimer sulfonat: digunakan sebagai bahan pendispersi, elastomer, gum sintesis
yang larut dalam air, thickening agent dan resin ion exchange.
7. Aromatik sulfonil khlorida (RSO2Cl) digunakan untuk pembuatan sulfoamid (termasuk
obat-obatan sulfa, zat warna, bahan penyamak, plasciser dan sakarin) dan ester sulfonat
(insektisida).
8. Bentuk sulfamat digunakan sebagai bahan pemanis, anti penggumpalan pada darah.

1.2 ZAT - ZAT PENGSULFONASI

1. SO3 dan senyawa-senyawa turunannya:


a. SO3
Oleum (H2SO4 pekat + SO3 bebas)

H2SO4 pekat

b. Asam khlorosulfonat (SO3 + HCl)


c. SO3 yang terikat pada senyawa organik
d. Asam sulfamat (SO3 NH3)

2. SO2 group:
a. Asam sulfite, garam sulfite
b. SO2 + Cl2
c. SO2 + O2

3. O2 (teknis, murni, O2 udara)


Untuk mensulfonasi zat-zat tertentu (senyawa thio)

RSH + O2 → RSO3H

4. Bahan pengsulfoalkilasi
a. Bahan pengsulfometilasi (hidroksi dan aminometasulfonat)
b. Bahan pengsulfoetilasi (hidroksi, khloro dan metilaminoetansulfonat)
1.3 ZAT – ZAT YANG DISULFONASI

1. Alkana
Disini termasuk sulfoklorinasi dan sulfooksidasi

Contoh sulfoklorinasi:

RH + SO2 + Cl2   RSO2Cl + HCl


katalisator

Contoh sulfooksidasi:

RH + SO2 + O2 + (CH3CO)2 O → RSO2OOCOCH3 + CH3OH

RSO2OOCOCH3 + SO2 + 2H2O → RSO2OH + CH3COOH + H2SO4

Sulfoklorinasi dipakai dalam industri untuk membuat detergent natrium sulfonat. Bahan
dasar adalah petroleum. Sulfooksidasi dipakai dalam industri untuk memproduksi detergent
dari alkana rantai panjang.

2 Olefin
Mekanisme reaksi addisi (penambahan)

H H H H
R C = CH2 + HOSO3H R C – C OSO3H
H H

H H H H
R C – C OSO3H + H2O R C – C – OH + H2SO4
H H H H

Reaksi sulfonasi senyawa olefin ini banyak dilakukan dalam industri pembuatan alkohol.

CH2 = CH2 + HOSO3H CH3CH2OSO3H

CH3CH2OSO3H + H2O CH3CH2OH + H2SO4

3 Alkohol
Sebagai pengsulfonasi: HOSO3H

amine kompleks

asam sulfonat
H H
R C – OH + HOSO3H R C – OSO3H + H2O
H H

R – OH + SO3 RSO3H

Reaksi sulfonasi ini biasa dilakukan terhadap lauril alkohol menjadi lauril sulfat untuk
bahan pencuci sintetis.

RCH2OSO3H + NaOH RCH2OSO3Na + H2O

4 Aldehid
Sebagai pensulfonasi: sulfite

eter kompleks

RCHO + NaHSO3 → HOCH(R)SO3Na

5 Eter
ROR + HOSO3H ROSO2OR + H2O

ROR + SO3 ROSO2OR

Reaksi sulfonasi menggunakan eter sebagai bahan yang disulfonasi jarang dilakukan
karena harganya mahal.

6 Ester
Glicerid misalnya minyak jarak, minyak ikan. Disini gugus OH diganti dengan gugus
OSO3H.

7 Aromatik
Benzen dan toluen dapat disulfonasi kebanyakan untuk (dalam) hasil antara.

H2O
+ HOSO3H SO3H OH

CH3 + HOSO3H untuk pembuatan kresol


Naphtalen

SO3H

+ HOSO3H + H2O

Jika reaksi terjadi pada suhu rendah maka akan terjadi bentuk α yang lebih banyak
sedang kalau pada suhu tinggi bentuk β lebih banyak. Digunakan untuk pembuatan naphtyl
sulfonat selanjutnya menjadi naphtol (dalam industri zat warna). Sebagai pensulfonasi asam
sulfat atau oleum. Kesempurnaan hasil tergantung dari:

- rasio RH dan asam/oleum


- konsentrasi asam/kadar oleum
- waktu reaksi
- suhu reaksi
SO3H
SO3H
T
+

Selanjutnya :

SO3H OH

+ H2O

Pada suhu 40oC  α = 96% : β = 4%

160oC  α = 15% : β = 85%

Antraquinone

Antraquinon sulfonat merupakan bahan antara zat warna yang penting, 4 diantaranya
yang penting dalam industri, yaitu:

- antraquinon – 1 – sulfonat diperoleh pada 120 oC menggunakan oleum 20% dan


katalisator Hg
- antraquinon – 2 – sulfonat diperoleh pada 145 oC menggunakan oleum 22%
- antraquinon – 1,5 – disulfonat diperoleh pada 125 oC menggunakan oleum 36% dan
katalisator Hg
- antraquinon – 2,6 – disulfonat diperoleh pada 150 oC menggunakan oleum 48% dan
katalisator Na2SO4.
Adanya gugus karbonil mempersulit masuknya gugus sulfonat. Gugus kedua dan gugus
pertama hampir sama sulitnya untuk masuk ke inti.

Senyawa heterosiklis

Furan, pyrrole, indole, thiophene, cumarone dan derivat-derivatnya tidak dapat


disulfonasi dengan SO3 atau SO3 hidrat sebab akan terurai (pecah) dengan adanya asam.

Asam sulfamat, NH2SO3H

Asam sulfamat adalah senyawa yang stabil dengan titik lebur yang tinggi (200 oC),
berbentuk padat kristal dengan sifat asam yang kuat. Secara komersial dibuat dengan
mereaksikan urea dan asam pirosulfat.

NH2CONH2 + H2S2O7 → 2 NH2SO3H + CO2(NH3.SO3)


1.4 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SULFONASI

1. Zat yang disulfonasi

Setiap zat mempunyai tingkat keaktifan yang berbeda. Substituen pada inti benzen
mempengaruhi keaktifan. Untuk gugus alkil akan mempermudah sulfonasi sedang
gugus nitro akan mempersulit sulfonasi. Reaksi sulfonasi berlangsung secara
elektrolinik, maka SO3 akan mendekati inti benzen atau cabangnya pada daerah yang
banyak mengandung elektron. Rantal alkil yang panjang akan semakin lemah, maka
makin panjang rantai alkil makin sulit disulfonasi. Untuk toluen, sulfonasi lebih mudah
masuk pada posisi orto sebab pada posisi ini mengandung elektron terbanyak (pada suhu
rendah).

2. Konsentrasi SO3

 Konsentrasi yang paling tinggi mempunyai keuntungan waktu reaksi singkat.


Kelemahannya adalah:
Panas yang timbul besar, maka harus dihilangkan sebaik-baiknya.
 Tidak baik untuk reaksi fase cair, perpindahan panas akan sulit sebab
kekentalan makin lama akan makin besar dan menyulitkan pengadukan sehingga
menghambat perpindahan panasnya. Penggunaan SO3 lebih baik untuk fase gas
sebab pembagian panasnya merata.
 Pada reaksi fase cair sering terjadi hasil polisulfonat.

3. Pengadukan

Pengadukan diperlukan agar panas merata. Untuk reaksi fase gas, gas-gas reaktan
dialirkan secara turbulen. Untuk fase cair diaduk dengan pengaduk. Untuk pasta diaduk
dengan ball mill atau ditambah zat pelarut untuk mempermudah. Untuk mempermudah
pengadukan digunakan zat pelarut, H2SO4 atau zat pelarut organik. Zat pelarut organik yang
digunakan harus inert, artinya harus lebih sukar disulfonasi daripada bahan semula yang akan
disulfonasi.

4. Suhu

Semakin tinggi suhu, semakin besar harga k sehingga semakin besar harga kecepatan
reaksi.
5. Katalisator

Katalisator digunakan untuk memperkecil harga E. Dengan mengusahakan harga E


sekecil mungkin menggunakan katalisator tertentu maka harga k akan makin besar.

a. Katalisator yang mempercepat dan mempermudah reaksi

Contoh: piridin tidak mudah disulfonasi pada suhu kamar tetapi bila dipakai katalisator
Hg maka pada suhu kamar reaksi akan berjalan dengan konversi 50 –71%.

b. Katalisator yang mengarahkan pada hasil tertentu

Contoh: antraquinon kalau disulfonasi tanpa katalisator maka hasilnya banyak sedang
kalau dipakai katalisator Hg hasilnya banyak ά (pada suhu yang sama) Kalau tanpa katalisator
dan diinginkan bentuk ά yang banyak maka suhu harus rendah dan waktunya harus lama.

c. Katalisator untuk mengurangi reaksi samping

C6H6 + HOSO3H C6H5 – SO2 – C6H5 H2O


BAB II

APLIKASI DARI PROSES SULFONASI PRODUKSI LINEAR ALKIL


BENZEN SULFONAT (LAS)

2.1 PENGERTIAN LINEAR ALKIL BENZEN SULFONAT (LAS)

Linear Alkylbenzene Sulfonate dengan rumus C12H25C6H4-SO3Na suatu senyawa yang


dihasilkan dengan mereaksikan antara Linear Alkylbenzene (C12H25C6H5) dan oleum (H2SO4.SO3)
di dalam reaktor. Linear Alkylbenzene Sulfonate dalam bidang industri banyak digunakan sebagai
bahan aktif pembuatan deterjen sintetis, selain itu juga banyak digunakan sebagai bahan baku
pembuat bahan pembersih seperti pembersih lantai, peralatan rumah tangga yang memakai bahan
kimia ini.
Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) Adalah Surfaktan (surface active agent) merupakan
zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe
(suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat
melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS)
lebih aman di gunakan atau lebih ramah lingkungan di bandingkan dengan ( ABS ) karena abs dapat
menutupi permukaan air sehingga micro organisme di dalam air tidak dapat berkembang dengan
baik.
Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus polar yang suka air (hidrofilik) dan
gugus non polar yang suka minyak (lipofilik) sekaligus, sehingga dapat mempersatukan campuran
yang terdiri dari minyak dan air. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan, yang bekerja menurunkan
tegangan permukaan cairan, sifat aktif ini diperoleh dari sifat ganda molekulnya. Bagian polar
molekulnya dapat bermuatan positif, negatif ataupun netral, bagian polar mempunyai gugus hidroksil
semetara bagian non polar biasanya merupakan rantai alkil yang panjang. Surfaktan pada umumnya
disintesis dari turunan minyak bumi dan limbahnya dapat mencemarkan lingkungan, karena sifatnya
yang sukar terdegradasi, selain itu minyak bumi merupakan sumber bahan baku yang tidak dapat
diperbarui.
Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) juga relatif mudah didegradasi secara biologi
dibanding ABS. LAS bisa terdegradasi sampai 90 persen. Akan tetapi prorsesnya sangat lambat,
karena dalam memecah bagian ujung rantai kimianya khususnya ikatan o-mega harus diputus dan
butuh proses beta oksidasi. Karena itu perlu waktu. Menurut penelitian, alam membutuhkan waktu
sembilan hari untuk mengurai LAS. Itu pun hanya sampai 50 persen.
2.2 KEGUNAAAN LINEAR ALKIL BENZEN SULFONAT (LAS)

Alkylbenzene linear asam sulfonat adalah volume terbesar surfaktan sintetis karena biaya
yang relatif rendah, kinerja yang baik, fakta bahwa hal itu dapat dikeringkan menjadi bubuk stabil
dan biodegradable yang ramah lingkungan karena memiliki rantai lurus.. Surfaktan yang banyak
digunakan dalam industri diperlukan untuk meningkatkan kontak antara media polar dan non-polar
seperti antara minyak dan air atau antara air dan mineral. Asam sulfonat linear alkylbenzene terutama
digunakan untuk memproduksi deterjen rumah tangga termasuk bubuk cuci, cairan laundry, cairan
pencuci piring dan pembersih rumah tangga lainnya serta dalam berbagai aplikasi industri seperti
sebagai bahan penghubung dan sebagai emulsifier bagi herbisida pertanian dan dalam polimerisasi
emulsi. intinya berfungsi dalam pembuatan deterjen karena bahan aktif didalamnya ramah
lingkungan.

2.3 SIFAT FISIKA DAN KIMIA LINEAR ALKIL BENZENA SULFONAT (LAS)
Sifat Fisika

Rumus Molekul : C12H25C6H4SO3Na

Berat Molekul : 246,435 Kg/kmol

Titik Didih : 327,61 OC

Titik Leleh : 2,78 OC

Densitas : 855,065 Kg/m3

Wujud : Cair

Energi Panas Pembentuk : 1787,0 KJ/mol

Kapasitas Panas : 750,6 Kkal/kmol0C

Viskositas : 12 Cp

Sifat Kimia

 Tidak larut dalam air (20OC)


 Mudah terbakar dan beracun
 Mengalami reaksi sulfonasi dengan penambahan Oleum menjadi linear
Alkylbenzene sulfonate
2.4 BAHAN BAKU PEMBUATAN LINEAR ALKIL BENZEN SULFONAT

Berikut ini adalah bahan baku yang digunakan untuk memproduksi LABS:

1. Linear Alkil Benzene (LAB)


Sifat Fisika LAB

Rumus Molekul C12H25C6H5


Berat Molekul 246,435 kg/kmol
Titik Didih 327,61OC
Titik Leleh 2,78OC
Densitas 855,065 kg/m3
Wujud Cair
Energi Panas 1787,0 KJ/mol
Kapasitas Panas 750,6 Kkal/kmol OC
Viskositas 12 Cp
Sifat Kimia LAB:

• Tidak larut dalam air

• Mudah terbakar dan beracun

2. Oleum

Oleum (H2SO4. SO3) merupakan sulfur trioksida (SO3) yang dilarutkan dalam
asam sulfat pekat (H2SO4) (konsentrasi > 98%).
Sifat kimia Oleum :

• Oleumbersifat menarik air dan mudah larut dalam air

• Oleum sangat korosif dan mudah meledak

• Bahan pengoksidasi yang sangat ku


Sifat Fisika Oleum

Rumus Molekul H2SO4.SO3


Berat Molekul 178,14 g/mol
Titik Didih 138OC
Titik Leleh 21OC
Densitas 1930 kg/m3
Wujud Cair
Warna Tidak berwarna
Viskositas 8,7 Cp

3. NaOH
Sifat Fisika NaOH

Rumus Molekul NaOH


Berat Molekul 40 g/mol
Titik Didih 1390OC
Titik Leleh 323OC
Temperatur Kritis 2546,85OC
Tekanan Kritis 249,998 atm
Kapasitas Panas -36,56 Kkal/kg.OC
Densitas 1090,41 kg/m3
Panas Pembentukan -47,234 Kkal/kmol
Wujud Padat, Kristal higroskopis
Warna Putih

Sifat Kimia Natrium Hidroksida :

 NaOH merupakan zat berwarna putih dan rapuh dengan cepat dapat
mengabsorbsi uap air dan CO2 dari udara,
 Kristal NaOH berserat membentuk anyaman.

 NaOH mudah larut dalam air, jika kontak dengan udara akan mencair dan jika
dibakar akan meleleh.
2.5. INDUSTRI LINEAR ALKIL BENZEN SULFONAT

PT Sinar Antjol

Pabrik ini merupakan pabrik LAS tertua yang ada di Indonesia yaitu dari tahun
1942. Hingga kini, pabrik ini masih beroperasi namun dengan kapasitas yang tidak terlalu
besar. PT. Sinar Antjol menawarkan bermacam-macam produk sabun/pembersih untuk
memenuhi kebutuhan setiap segmentasi pasar termasuk kebutuhan perorangan. Produk-
produk yang ditawarkan meliputi antara lain sabun batangan, pembersih lantai, cairan
pembersih untuk peralatan rumah tangga, pembersih cream dan bubuk serta laundry bar.
PT. Sinar Antjol memproduksi Consumer product dan Industrial Product. Produksi yang
berupa barang Consumer product mencakup produk sabun batang, pembersih lantai,
cairan pembersih tangan, pencuci piring, krim

Produksi yang berupa barang Industrial Product antara lain BABS, Glycerine, LAS,
Laundry Soap Chips dan Toilet Soap Chips.

2.6. PROSES PEMBUATAN LINEAR ALKILBENZEN SULFONAT

Linear alkil benzene sulfonat (LAS) dihasilkan dari proses sulfonasi linear
alkil benzene (LAB). Struktur dari LAB dan LAS diunjukkan pada gambar berikut:

Struktur Linear Alkil Benzene (LAB)


Struktur linear alkil benzen sulfonate (LAS)

Proses pembuatan LAS terdiri dari beberapa tahap yaitu:


1. Proses Sulfonasi

Alkylbenzene dan oleum yang sebelumnya dipanaskan dalam heater hingga


mencapai suhu 46oC dipompakan ke tangki sulfonator. Selanjutnya Alkylbenzene dan
oleum yang berada di dalam tangki sulfonator dicampur secara perlahan- lahan.
Sulfonator beroperasi pada suhu 46oC dan tekanan 1 atm (14,7 psia), waktu tinggal dalam
sulfonator adalah 4 jam dengan konversi 98%. Reaksi yang terjadi adalah reaksi
eksotermis.
C12H25C6H5 + SO3 + H2SO4 → C12H25C6H4SO3H + H2SO4

LAB Oleum 20% LABS Asam Sulfat

2. Proses Pemisahan

Campuran dari sulfonator selanjutnya dicampur dengan air di dalam mixer untuk
mencegah reaksi samping. Campuran larutan LAS, H2SO4, dan LAB yang tidak bereaksi
dan benzene dipisahkan dalam dekanter berdasarkan berat jenis (densitas). LAS yang
memiliki densitas lebih kecil dari pada asam sulfat akan terpisah sebagai lapisan atas dan
asam sulfat sebagai lapisan bawah.

3. Proses Netralisasi

LAS dinetralisasi menggunakan larutan NaOH 20% di dalam tanki netralizer.


Netralizer beroperasi pada temperatur 55oC dan tekanan 1 atm dengan konversi 99%.
Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis sehingga diperlukan jaket pendingin, dimana
reaksinya sebagai berikut:
C12H25C6H4SO3H + NaOH → C12H25C6H4SO3Na + H2O

LABS Natrium Alkylbenzene Sulfonate


Hasil dari netralizer berupa natrium alkylbenzene sulfonate berbentuk slurry.
4. Proses Pengeringan

Pada proses pengeringan, slurry yang berasal dari tangki netralizer dipompakan
kedalam spray dryer. dimana pengeringan berlangsung dengan cepat dan menghasilkan
produk berbentuk powder. Powder dari spray dryer terdiri dari 96% bahan aktif surfaktan
(natrium alkylbenzene sulfonate), natrium sulfonate inert, dan sedikit air
Agen Sulfonasi dalam Pembentukan LABS

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa jenis agen sulfonasi yang
dapat digunakan untuk memproduksi LABS, seperti oleum, H2SO4, gas SO3, CISO3H,
dan asam sulfamik. 2 jenis agen sulfonasi yang paling sering digunakan yaitu oleum dan
H2SO4. Perbedaan penggunaan oleum dan H2SO4 sebagai agen sulfonasi yaitu:
Tabel Perbandingan Oleum dan H2SO4 sebagai Sulfonating Agent

Oleum H2SO4

Laju reaksi menggunakan Oleum lebih cepat Laju reaksi lebih lambat
dibandingkan daripada menggunakan asam sulfat

Konversi 98% Konversi 90%

Produk samping lebih


Produk samping lebih sedikit banyak

Pembentukan LABS dengan Oleum dan SO3 Sebagai Sulfonating Agent

Block Flow Diagram Pembentukan LAS dengan Oleum Sebagai Sulfonating


Agent
Deskripsi proses pembentukan LABS dengan oleum sebagai sulfonating agent
yaitu:
 Ketika sulfonating agent yang digunakan adalah oleum, LAB yang digunakan
yaitu LAB fasa liquid homogen
 Untuk mencapai reaksi LAB dan oleum yang sempurna maka membutuhkan
waktu “digestion”.
 Setelah “digestion”, terjadi proses pelarutan menggunakan H2O untuk
memisahkan SO2/SO3 (spent acid).
 Proses terakhir yaitu netralisasi menggunakan H2O atau NaOH

4. Flowsheet Pembuatan Linear Benzen Akil Sulfonat


3.1. Dampak lingkungan LABS dan Penanganan Limbah LABS
LAB merupakan bahan dasar dalam pembuatan deterjen yang tiap harinya selalu
digunakan oleh masyarakat. Deterjen adalah salah satu bahan yang sulit terurai secara
cepat di lingkungan. Berdasarkan diagram alir di bawah dapat diketahui bahwa limbah
deterjen berasal dari produksi dan penggunaan rumah tangga. Efek yang ditimbulkan
dapat terakumulasi dalam area yang luas. Pencemaran yang terjadi bisa di permukaan
tanah, terakumulasi di tanah, maupun mengendap di aliran air. Apabila deterjen ini
mencemari aliran sungai, maka deterjen akan terakumulasi pada mahluk hidup di
dalamnya.
Diagram alir limbah LABS

Keberadaan LABS yang berlebih diperairan sangat berbahaya bagi lingkungan


karena bersifat karsinogen, menimbulkan bau, menyebabkan pertumbuhan tak terkendali
bagi eceng gondok, dan menyebabkan pendangkalan sungai. Baik Cr(VI) maupun fenol
bersifat racun terhadap semua organisme dan menyebabkan iritasi serta korosi pada kulit
manusia. Mengingat bahaya yang ditimbulkannya, maka perlu dilakukan penanganan
khusus terhadap limbah Cr(VI) dan fenol tersebut. Teknologi konvensional telah banyak
dilakukan untuk mengolah limbah Cr(VI) dan fenol, tetapi metode tersebut masih
memiliki beberapa kelemahan, diantaranya efisiensi pengolahan limbah yang rendah,
pemakaian energi dan bahan kimia yang cukup tinggi, serta proses pengolahan limbah
yang dilakukan ternyata masih menghasilkan residu berbahaya). Teknologi fotokatalisis
yang sekarang ini banyak dikembangkan mampu mereduksi Cr(VI) dan fenol.
Selain itu, teknologi fotokatalis juga dapat menekan pemakaian bahan kimia. Salah
satu teknologi alternatif yang digunakan untuk mengolah limbah ini adalah metode
fotokatalis dengan menggunakan titanium dioksida (TiO2) sebagai katalis. TiO2
digunakan sebagai fotokatalis dalam sistem suspensi tapi mempunyai kelemahan
dalam hal pemisahan katalis setelah proses degradasi dan daya adsorpsi katalis
terhadap limbah. Metode imobilisasi TiO2 dilakukan dengan silica gel sebagai
penyangga. Metode ini memudahkan dalam hal pemisahan setelah proses
degradasi dan meningkatkan kemampuan adsorbsi katalis.

.
BAB III

KESIMPULAN

Sulfonasi adalah proses yang menyebabkan gugus -SO3H menjadi terikat pada atom
karbon dalam senyawa karbon ataupun ion, termasuk reaksi-reaksi yang melibatkan gugus
sulfonil halida ataupun garam-garam yang berasal dari gugus asam sulfonat, misalnya
penggabungan –SO2Cl ke dalam senyawa organic.

Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) Adalah Surfaktan (surface active agent)


merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air)
dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air
sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Linear
Alkylbenzene Sulfonate (LAS) lebih aman di gunakan atau lebih ramah lingkungan di
bandingkan dengan ( ABS ) karena abs dapat menutupi permukaan air sehingga micro
organisme di dalam air tidak dapat berkembang dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Rayhan hafidz, Rionelly Ghaudenson dan ryan andriant.2016.


Makalah Petrokimia (Linear Alkylbenzene Sulfonate). Depok:
Universitas Indonesia

Manfaati, Rintis, Dede Dini Rahman dan Neng Sri Widianti.2015. Optimasi
Sulfonating Agent H2SO4 dan Temperatur Operasi pada Sintesis
Senyawa á-Naftalen Sulfonat. Jurnal Fluida Volume 11, No. 2

https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=sulfonasi+pdf

http://resepkimiaindustri.blogspot.com/Linear Alkylbenzene Sulfonate

https://id.wikipedia.org/wiki/Surfaktan

https://www.scribd.com/doc/250526574/Linear-Benzen-Alkil-Sulfonat

Anda mungkin juga menyukai