2. HIPEREMESIS GRAVIDARUM
a. Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. Mual biasanya terjadi
pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan bahkan malam hari.
Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama
haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Manuaba, 2011).
Hiperemesis gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan)
adalah nausea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang
sedemikian luas sehingga terjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan
berat badan. Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara
berlebihan selama kehamilan (Prawirohardjo, 2012).
b. Etiologi
Menurut Prawirohardjo (2012), penyebab hiperemesis Gravidarum
belum diketahui secara pasti, Frekuensi kejadian adalah 3,5 per 1000
kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang yang dikemukakan:
1) Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta resustensi
yang menurunkan dari pihak ibuterhadap perubahan-perubahan ini
serta adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan
ibu terhadap janin.
2) Faktor psikologik
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai
ekspresi tidak sadar terhadap keenggangan manjadi hamil atau sebagai
pelarian kesukaran hidup.
3) Faktor endokrin
Hopertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain.
c. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen
yang biasa terjadi pada trimester I. Hormon estrogen ini tidak jelas,
mungkin berasal dari sistem syaraf pusat atau akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi
dari mual muntah pada hamil muda, bila terjadi terus - menerus dapat
mengakibatkan dehidrasi dan imbangnya elektrolit dengan alkalosis
hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan
korbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena
oksidasi lemak yang tak sempura, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya
asam aseto-asetik, asam hidroksida bitirik, dan aseton dalam darah.
Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi
menyebabkan homokonsentrasi, sehingga aliran darah kejaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen
kejaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksit.
Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi
robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-
weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal (Manuaba, 2011).
d. Manifestasi Klinis
Menurut Wikrojosastro (2012), batas mual dan muntah berapa
banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada
yang mengatakan, bila lebih dari 10 kali muntah. Akan tetapi, apabila
keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dibagi
menjaditiga tingkatan, yaitu:
1) Tingkat I (Ringan)
a) Mual muntah terus - menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita
b) Ibu merasa lemah
c) Nafsu makan tidak ada
d) Berat badan menurunMerasa nyeri pada epigastrium
e) Nadi meningkat sekitar 100 per menit.
f) Tekanan darah menurun
g) Turgor kulit berkurang
h) Mata cekung
2) Tingkat II (Sedang)
a) Penderita tampak lemah dan apatis
b) Turgor kulit mulai jelek
c) Lidah mengering dan tampak kotor
d) Nadi kecil dan cepat
e) Suhu badan naik (dehidrasi)
f) Mata mulai ikteris
g) Berat badan turun dan mata cekung
h) Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi
i) Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria
3) Tingkat III (Berat)
a) Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma)
b) Dehidrasi berat
c) Nadi kecil, cepat dan halus
d) Suhu meningkat dan tensi turun
e) Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal sebagai
ensepalopati wernicke, dengan gejala nigtasmus, diplopia, dan
penurunan mental
f) Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati
e. Pentalaksanaan
Menurut Manuaba (2011), penatalaksanaan untuk kehamilan
hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut:
1) Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologi. Hal itu dapat dilakukan dengan cara:
a) Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan berumur 4 bulan.
b) Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil tapi sering.
c) Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
Hindari makanan berminyak dan berbau lemak.
d) Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas
ataupun terlalu dingin.
e) Usahakan defekasi teratur.
2) Terapi obat-batan
Apabila dengan cara diatas keluhan dengan cara diatas keluhan dan
gejala tidak berkurang diperlukan pengaobatan:
a) Tidak memberikan obat yang teratogen.
b) Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
c) Anthistaminika seperti dramamin, avomin.
d) Pada keadaan berat, antiemetik seperti disiklomin hidrokloride
atau khlorpromasin.
3) Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap
dirumah sakit.
Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut:
a) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah, dan
peredaran darah baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu
hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Kadang-kadang
isolasi dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa
pengobatan.
b) Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,
normal, dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir.yakinkan
penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan
masalah atau konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.
c) Terapi paretal
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan
protein dengan glukaosa 5% dalam cairan garam fisiologik
sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambahkan kalium dan
vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila
ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara
intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang masuk dan
dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan seperti yang disebutkan
diatas
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Doengoes (2010), pengkajian merupakan dasar utama dari
proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu pemantauan status kesehatan dan pola pertahanan pasien,
mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa keperawatan
a. Data dasar pengkajian
1) Aktifitas istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi
meningkat (>100 kali per menit)
2) Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi,
perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
3) Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan
frekuensi berkemih Urinalis; peningkatan konsistensi urine.
4) Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu),
nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5-10 kg), membrane
mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau
aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
5) Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat.
6) Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh
dalam koma
7) Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan
maka dilakukan abortus terapeutik.
8) Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan,
perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi
terhadap hospotalisasi dan sakit, system pendukung yang kurang.
9) Pembelajaran dan penyuluhan; segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, apalagi kalau berlangsung lama, berat badan turun lebih
dari 1/10 dari berat badan normal, turgor kulit, lidah kering, adanya
aseton dalam urine.
2. Pathway
Peningkatan estrogen
Mual muntah
Komplikasi
Hiperemesis Gravidarum
Anoreksia Dehidrasi
Metabolisme
Nausea Menurun
Otot lemah
Kelemahan tubuh
Intoleransi Aktivitas
(Manuaba, 2011)
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2015), diagnosa keperawatan untuk kehamilan
hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut:
a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
b. Resiko kekurangan volume cairan
c. Nausea
d. Intoleransi aktivitas
4. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Ketidakseimbangan Nutritional status: Adequacy of 1. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
nutrisi: kurang dari nutrien(1004) 2. Pertahankan kebersihan mulut sebelum dan sesudah makan
kebutuhan tubuh Nutritional Status : Food and Fluid 3. Hindari makan makanan yang merangsang (terlalu manis atau
Intake (1008) berminyak)
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan 4. Anjurkan makan sedikit tapi sering
kriteria hasil:
1. Mual muntah berkurang
2. Makan sesuai porsi yang
diberikan
2 Resiko kekurangan NOC : Fluid balance (0601) NIC : fluid management (4120)
Kriteria hasil :
volume cairan 1. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi
1. Mempertahankan urin output
adekuat, tekanan darah ortostatik)
sesuai dengan usia dan BB, BJ
2. Monitor vital sign
urin normal, HT normal
3. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori
2. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
harian
elastisitas turgor kulit baik,
4. Pertahankan posisi tirah baring selama masa akut
membran mukosa lembab,tidak
5. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
ada rasa haus yang berlebihan
3 Nausea Comfort status (2008) Fluid Management (4120)
Hydration (0602) Nutrition Management (1100)
Nutritional Status (1004) 1. Pencatatan intake output secara akurat
Kriteria hasil: 2. Kaji penyebab mual, muntah, tingkat energi, kelelahan,
1. Klien melaporkan gejala mual kelemahan
berkurang sampai hilang 3. Monitor status hidrasi (Kelembaban membrane mukosa, vital
2. Klien melaporkan kenyamanan sign adekuat)
fisik dan psikologis 4. Anjurkan untuk makan pelan-pelan
3. Asupan makanan/cairan dan 5. Jelaskan untuk menggunakan napas dalam untuk menekan
haluaran seimbang reflek mual
6. Batasi minum 1 jam sebelum, 1 jam sesudah dan selama makan
7. Instruksikan untuk menghindari bau makanan yang menyengat
Kolaborasi dengan tim medis dan gizi
4 Intoleransi Aktivitas Energy conservation (0002) Energy Management (0180)
Self Care: ADLs (0300)
Activity Therapy (4310)
Kriteria hasil:
1. Klien berpartisipasi dalam 1. Kaji frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD selama dan
aktivitas sesuai kebutuhan sesudah aktivitas.
2. Nadi 60-100 kali/menit 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
3. TD 120/80 mmHg
3. Tingkatkan istirahat
4. Batasi aktivitas pada dasar nyeri dan berikan aktivitas sensori
yang tidak berat.
5. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas,
contoh: bangun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan
istrahat selama 1 jam setelah makan.
6. Kolaborasi dengan terapi farmakologis
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G. (2011). Kapita Selekta Pelaksanaan Rutin Obstetric Ginekologi &
KB. Jakarta: EGC.