Anda di halaman 1dari 5

PERCOBAAN I

ADSORPSI ISOTERMIS

I. Tujuan Percobaan
Mengamati peristiwa adsorpsi suatu larutan pada suhu tetap oleh padatan.

II. Teori Dasar


Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan cairan pada permukaan zat penyerap (adsorbsi). Zat
yang diserap disebut adsorbat. Zat padat terdiri dari atom-atom atau molekul-molekul yang saling
tarik menarik dengan daya tarik Van Der Waals. Kalau ditinjau molekul-molekul di dalam zat
padat, maka gaya tarik menarik antara satu molekul dengan molekul yang lain disekelilingnya
adalah seimbang. Sebab gaya tarik yang satu akan dinetralkan oleh yang lain yang letaknya simetri
(atau resultannya = 0).
Lain halnya dengan molekul-molekul yang letaknya dipermukaan, gaya tarik kedua molekul
tersebut tidak seimbang karena pada salah satu arah disekeliling molekul tersebut tidak ada
molekul lain yang menariknya. Akibatnya zat tersebut akan menarik molekul-molekul gas aatau
solute kepermukaannya. Fenomena ini disebut adsorbsi. Adsorbsi dipengaruhi :
 Macam adsorben
 Macam zat yang diadsorbsi (Adsorbat)
 Konsentrasi masing-masing zat
 Luas permukaan
 Temperatur
 Tekanan
Untuk adsorben dengan luas permukaan tertentu, makin tinggi konsentrasi adsorbat makin besar
zat yang dapat diserap. Proses adsorbsi berada dalam keadaan setimbang apabila kecepatan desorbsi
sama dengan kecepatan adsorbsi. Apabila salah satu zat ditambah atau dikurangi maka akan terjadi
kesetimbangan baru.
Desorbsi adalah kebalikan adsorbsi, yaitu peristiwa terlepasnya kembali adsorbat dari
permukaan adsorben. Adsorbsi isotermis adalah adsorbsi yang terjadi pada temperatur tetap. Untuk
menerangkan fenomena adsorbsi secara kuantitatif kita mendasarkan pada teori termodinamika dari
Gibbs dan Van’t Hoff.
Persamaan empiris dari Adsorbsi isotermis Freundlich:
X
= kCn → n log C + log k = log X − log n
n

dimana,
X = berat zat (solut) yang teradsorbsi (gram)
m = berat adsorben (gram)
C = konsentrasi larutan setelah diadsorbsi (setelah setimbang)
k = konstanta Freundlich
n = konstanta lain

Persamaan teoritis dari Langmuir:


C C 1
= + Nm
N Nm K

dimana,
N = mol asam yang teradsorbsi per gram karbon aktif
C = konsentrasi akhir dari asam dalam mol/liter
K = konstanta Langmuir
Nm = jumlah mol yang diperlukan untuk membuat lapisan tunggal pada karbon aktif.

Baik persamaan Freundlich maupun persamaan Langmuir hanya sesuai/cocok jika zat yang
diserap membentuk lapisan tunggal (monolayer) pada permukaan adsorben. Kedua isoterm
tersebut tidak cocok lagi pada tekanan yang lebih tinggi, karena lapisan adsorbat yang terserap
tidak lagi berbentuk lapisan tunggal, tetapi menjadi lapisan multi molekuler.
Untuk kondisi ini, isoterm yang lebih sesuai dipakai adalah isoterm BET (Brunauer Emmet and
Teller). Isoterm ini dibuat atas dasar anggapan bahwa kekuatan yang ada dipakai untuk kondensasi dan
energi ikat adsorbsi multimolekuler. Kalor adsorbsi gas pada lapisan kedua, ketiga dst dianggap sama
dengan kalor pencairan gas. Adsorbsi larutan oleh zat padat ada 3 kemungkinan:
a. Adsorbsi positif
Apabila solute relatif lebih besar teradsorbsi daripada adsorbent. Contoh:
zat warna oleh aluminium atau Chromium.
b. Adsorbsi negatif
Apabila solvent relatif lebih besar teradsorbsi daripada solute dalam larutan. Contoh:
Alkaloid dengan karbon aktif
c. Berdasarkan kondisi kita mengenal dua jenis adsorbsi
1. Adsorbsi fisika (physisorption)
Apabila adsorbsi berjalan pada temperatur rendah dan prosesnya reversibel jumlah
asam yang hilang karena diadsorp = pengurangan konsentrasi asam dalam larutan.
2. Adsorbsi kimia (chemisorption, activated adsorbsion)
Apabila adsorbsi berjalan pada temperature tinggi disertai dengan reaksi kimia yang
reversibel.

III. Peralatan dan Bahan


A. Alat
 Kertas Saring
 Labu erlenmeyer 7 buah
 Cawan porselin 1 buah
 Corong 1 buah
 Pipet ukur 1 buah
 Buret 1 buah
 Statif/klem 1 buah
 Bunsen/kaki tiga/kasa 1 buah
 Gelas arloji 1 buah
 1bu takar/gelas ukur 50 ml, 100 ml.

B. Bahan
 NaOH 0,1 N
 Asam Asetat
 Carbon aktif 6 gram
 HCL
 Indikator PP/MO

IV. Prosedur Percobaan


Sebagai adsorben dipakai karbon aktif dan sebagai adsorbat dipakai suatu asam (ditentukan
oleh asisten, misal asam asetat).
1. Panaskan karbon dalam cawan porselin, jaga jangan sampai membara, kemudian
didinginkan dalam exicator. Masukkan dalam enam buah labu erlenmeyer dengan
berat karbon masing-masing 1 gram.
2. Buatlah larutan asam dengan konsentrasi 0,15; 0,12; 0,09; 0,06; 0,03 dan 0,015 M dengan
volume masing-masing 100 ml. Larutan ini dibuat dari pengenceran larutan 0,15 N.
3. Satu enlenmeyer yang tidak ada karbon aktifnya disi 100 ml 0,03M larutan asam asetat,
contoh ini akan dipakai sebagai kontrol.
4. Tutup semua labu tersebut dan kocoklah secara periodik selama 30 menit, kemudian
biarkan diam untuk paling sedikit 1 jam agar terjadi kesetimbangan.
5. Saringlah masing-masing larutan memakai kertas saring halus, buang 10 ml pertama
dari filtrat untuk menghindarkan kesalahan akibat adsorbsi karena kertas saring.
6. Titrasi 25 ml larutan filtrat dengan 0,1 N NaOH baku dengan indikator PP. Lakukan 2
kali untuk masing-masing larutan

I. Potensi Bahaya
 Bahaya terbakar akibat pemanasan bahan kimia. Gunakan sarung tangan saat memanaskan
bahan kimia dengan bunsen.
 HCl: korosif, toksik, dan potensi bahaya yang besar jika bersentuhan dengan kulit, mata, dan
saluran pernafasan. Gunakan pakaian yang sesuai dan juga masker untuk pencegahan.
 Asam asetat: berbahaya jika tertelan, terhisap, dan jika terkena kulit. Gunakan pakaian yang
sesuai dan juga masker untuk pencegahan.

II. Tugas
1. Hitung konsentrasi akhir dari asam asetat dari masing-masing tabungnya.
2. Hitunglah jumlah mol sebelum dan sesudah adsorbs dan hitung pula jumlah mol yang telah
teradsorbsi.
3. Hitunglah mol asam yang teradsorbsi per gram karbon aktif pada masing-masing tabung.
4. Hitunglah jumlah mol yang diperlukan untuk membuat lapisan tunggal pada karbon
aktif (Nm).

III. BahanUntuk Uji Pendahuluan


1. Bagaimana membuat larutan 0,15 M asam asetat dari asam asetat absolut.
2. Bagaimana membuat larutan 0,12M, 0,09M, 0,06M, 0,03M, 0,015M dari larutan 0,15M asam
asetat dengan volume masing-masing 100 ml.
2. Tuliskanlah rumus pH larutan yang terdiri dari campuran asam lemah dengan basa kuat.
3. Mengapa kita pilih larutan NaOH untuk menitrasi larutan filtrat pada prosedur no. 6 dan
bukan larutan 𝑁𝐻4 𝑂𝐻 yang basa lemah?

IV. Format Laporan


Nama ______________ Tanggal ______________
Kel ______________ Asisten lab ______________

LAPORAN

Konsentrasi Mol
Mol setelah Mol asam per
Sampel akhir asam sebelum
adsorpsi gram karbon
asetat adsorpsi
0,15 M
0,12 M
0,09 M
0,06 M
0,03 M
0,015 M
Kontrol

Anda mungkin juga menyukai