Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
Umur : 61 tahun
Jenis : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis terhadap pasien di
Poliklinik Jiwa RSUP Persahabatan tanggal 20 Desember 2016 sekitar
pukul 10.30 WIB.

A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Jiwa RSUP Persahabatan mengeluh
mudah sekali mengantuk bahkan saat sedang beraktivitas.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien datang bersama istrinya ke Poliklinik Jiwa RSUP
Persahabatan tanggal 20 Desember 2016 sekitar pukul 10.30 WIB. Pasien
mengenakan baju batik dan celana bahan. Penampilannya rapi, sopan dan
sesuai dengan usianya.
Sudah sekitar dua bulan ini pasien terlihat mudah mengantuk dan
tertidur. Bahkan saat sedang beraktivitas seperti sedang makan, mata
pasien sering terpejam karena mengantuk. Pasien merasa cocok dengan
obat yang diberikan oleh dokter. Keluhannya semakin membaik. Pasien
sudah mulai bisa berinteraksi dengan orang lain. Jika ada orang lain yang
bertanya pasien sudah mampu menjawabnya dengan benar. Istri pasien
mengatakan ingatan pasien juga semakin lama semakin membaik.

1
Sebelumnya pasien sulit berkomunikasi dengan orang lain. Jika ditanya
oleh orang lain maka jawaban pasien tidak sesuai. Pasien juga tidak ingat
dengan masa sekarang, pasien lebih sering ingat dengan masa lalunya.
Pasien tidak ingat siapa-siapa saat pertama kali berobat.
Istri pasien mengatakan jika pasien dulu sering kali memanggil
nama saudaranya yang sudah meninggal. Istri pasien sempat merasa takut.
Saat diingatkan istrinya jika saudaranya sudah meninggal, pasien
mengatakan baru saja melihat saudaranya lewat di depan rumah. Pasien
juga mengaku dulu dirinya sering mendengar bisikan yang tidak ada
sumbernya. Bisikannya seperti mengajak pasien pergi. Namun sekarang
pasien sudah tidak mendengar bisikan lagi. Pasien tidak pernah mencium
bau-bau yang tidak jelas sumbernya atau merasakan asam, pahit atau
manis di lidahnya saat sedang tidak makan. Pasien juga tidak pernah
merasa seperti ada yang menyentuhnya. Pernyataan pasien menunjukkan
jika pasien memiliki riwayat gangguan persepsi berupa halusinasi visual
dan auditorik.
Istri pasien mengatakan jika pasien dulu pernah marah dan
mengamuk sambil membawa pisau. Pasien merasa marah dengan
tetangganya dan ingin menyakiti tetangganya. Ternyata dulu pasien pernah
ada rasa kesal dengan tetangganya karena ayam milik pasien dicuri. Pasien
tiba-tiba mengingat masa lalu itu dan merasa sangat emosi. Pasien lebih
banyak mengingat masa lalunya dibanding masa sekarang. Kadang pasien
menjadi emosi ketika mengingat masa lalunya yang tidak mengenakkan.
Istri pasien sekarang menyembunyikan benda tajam dari pasien karena
khawatir pasien mendadak emosi kembali.
Pasien memiliki riwayat penyakit stroke sekitar tiga tahun lalu.
Saat itu pasien mengalami lumpuh pada kaki dan tangannya. Pasien
kesulitan berjalan. Jika berjalan pasien akan menyeret kakinya. Tangan
pasien juga lemah. Pasien rutin ikut terapi sehingga perlahan keadaan
pasien mulai membaik. Pasien sudah mampu berjalan normal dan tidak
menyeret kakinya. Saat serangan stroke pertama kemampuan berpikir dan
daya ingat pasien masih normal, serangan hanya berdampak pada fisik

2
yaitu kaki dan tangannya yang menjadi paresis. Pasien mendapat serangan
kedua sekitar setahun lalu. Saat serangan kedua pasien mulai mengalami
kemunduran dalam berpikir dan berkurangnya daya ingat pasien. Pasien
tidak ingat siapapun saat itu. Pasien tidak nyambung saat bicara. Pasien
tidak bisa berinteraksi dengan orang lain. Pasien mengalami kesulitan
untuk melakukan aktifitasnya sehari-hari dan butuh bantuan sang istri
untuk melakukan apapun. Istri pasien mengatakan jika serangan kedua itu
dipicu oleh masalah dalam keluarga pasien dimana saat itu adik pasien
yang tinggal di Palembang pergi ke Jakarta dan tidak ada kabar. Pasien
saat itu diminta saudaraya untuk membantu mencari, namun karena
kondisi pasien pasca stroke belum pulih sempurna, istri pasien pun tidak
memperbolehkan pasien untuk pergi. Adik pasien tidak ada kabar sama
sekali sampai saat ini. Tidak lama berselang pasien pun mengalami
serangan kedua stroke.
Kondisi pasien saat ini semakin membaik dibanding dengan saat
pertama kali datang berobat. Pasien sudah bisa untuk diajak mengobrol.
Mampu menjawab pertanyaan dengan benar. Pasien juga sudah bisa
melakukan aktifitasnya sendiri dengan baik walaupun perlu diperhatikan
oleh istrinya. Pasien sekarang sudah bisa memakai baju sendiri dengan
benar, sebelumnya pasien memakai baju terbalik. Pasien juga menolak jika
istrinya ingin membantunya mandi. Pasien merasa bisa mandi sendiri. Istri
pasien tetap mengawasi pasien dan mengingatkan seperti untuk
menggosok gigi atau memakai sabun karena pasien kadang lupa jika tidak
diingatkan.
Pasien sekarang tinggal hanya berdua dengan istrinya. Istrinya
bekerja sebagai penjual sayur di pasar. Saat istri pasien bekerja, pasien
tetap di rumah. Biasanya jika sendiri di rumah pasien akan ke rumah
tetangganya atau diam saja di rumah, mondar mandir atau tidur. Pasien
malas jika diajak berolahraga oleh istrinya. Biasanya tiap sore, istri pasien
mengajaknya jalan-jalan keliling komplek rumah. Dulu sebelum sakit
pasien rajin beribadah ke masjid, namun semenjak sakit pasien jadi tidak
pernah ke masjid. Pasien mengalami kesulitan saat shalat. Pasien kerap

3
lupa jumlah rakaat shalat. Pasien memiliki tiga orang anak dan dua orang
cucu. Dua anak pasien sudah menikah dan tinggal jauh dari rumah pasien.
Satu anak pasien ada yang belum menikah namun tinggal di kost daerah
Tangerang temapatnya bekerja. Kebutuhan sehari-hari pasien tercukupi,
pasien juga diberi tambahan uang oleh ketiga anaknya. Walaupun
mendapat kiriman dari anaknya, namun istri pasien tetap bekerja agar
tidak menyusahkan anaknya. Biasanya setiap bulan pasien dan istrinya
mendapat uang sekitar satu juta dari tiap anaknya, maka jumlah tiap bulan
mendapat tiga juta dari anaknya. Anak pasien selalu menengok pasien dan
istrinya setiap sebulan sekali. Perekonomian pasien cukup. Pasien berobat
menggunakan BPJS.
Pasien merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara. Istrinya
mengatakan jika saudara pasien jarang menegok pasien yang sekarang
sudah sakit, padahal istri pasien sudah mengabari saudaranya jika pasien
sedang sakit. Keluarga pasien jarang mengunjungi pasien, biasanya
bertemu saat lebaran saja. Istri pasien merasa kecewa dengan saudara
suaminya karena terlihat tidak peduli dengan keadaan suaminya.
Pasien tidak pernah merasa jika ada yang ingin menjahati dirinya.
Hal ini menunjukkan adanya waham kejar pada pasien. Pasien
menyangkal ketika menonton televisi dirinya mampu berkomunikasi atau
merasa disindir dengan penyiar di televisi. Penyangkalan pasien
menunjukkan tidak adanya waham rujukan (delusion of reference) pada
pasien. Pasien tidak merasa jika pikirnya tersiar atau semua orang tahu apa
yang ada dalam pikiran pasien dan menyangkal jika pikirannya seperti
tersedot.
Riwayat pendidikan pasien tamat SMA Veteran di Palembang.
Pasien berkata bahwa selama SD, SMP, dan SMA tidak pernah tinggal
kelas. Istri pasien mengatakan bahwa suaminya adalah orang yang pintar.
Pasien juga memiliki banyak teman dan mudah bergaul. Pasien tidak
memiliki masalah dalam bergaul dengan orang lain. Pasien pernah bekerja
di pelabuhan namun tidak tahu tepatnya sebagai posisi apa.

4
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki riwayat
mengkonsumsi zat psikoaktif atau NAPZA dan alkohol. Pasien juga tidak
pernah merokok. Pasien tahu bahaya merokok.
Dokter memberi pertanyaan untuk menguji konsentrasi pasien.
Pertanyaannya berupa perhitungan matematika sederhana 100-7. Pasien
tampak kesulitan menjawab, kemudian dokter memberi pertanyaan
perhitungan dengan angka yang lebih kecil lagi. pasien diberi pertanyaan
berapa 20-10, pasien menjawab hasilnya adalah 17. Saat ditanya berapa
jumalah 5+5 pasien mampu menjawab hasilnya adalah 10. Hal ini
menujukkan jika daya konsentrasi dan kognisi pasien kurang.
Dokter memberi pertanyaan untuk menilai daya abstrak pasien
Pasien ditanya apa arti panjang tangan pasien menjawab artinya adalah
maling. Kemampuan pasien mengartikan dengan benar arti dari panjang
tangan menunjukkan nilai abstrak pasien baik. Saat pasien diberi
pertanyaan oleh dokter siapa presiden republik Indonesia saat ini pasien
menjawab Presiden sekarang adalah Soeharto. Kemudian dokter memberi
pertanyaan siapakah Gubernur Jakarta sekarang, pasien tidak mampu
menjawabnya. Hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan
fungsi kognitif.
Pasien mampu mengenali bahwa yang sedang berbicara pada
dirinya adalah dokter. Saat diberi pertanyaan oleh dokter dimana pasien
berada, ia mampu menjawab bahwa dirinya berada di tempat berobat.
Pertanyaan yang diberikan dokter selanjutnya adalah sedang apa pasien
disini dan pasien menjawab bahwa dirinya kurang paham sedang apa
disini. Pasien tahu saat itu adalah pagi hari. Hal ini menunjukkan bahwa
pasien tidak mengalami gangguan orientasi terhadap personal, tempat,
waktu. Namun, untuk situasi pasien tampak bingung apa yang sedang
dilakukannya.
Dokter menguji daya nilai pasien dengan menanyakan seandainya
pasien sedang berada di jalan raya dan melihat anak kecil ingin
menyebrang apa yang akan dilakukannya. Pasien menjawab bahwa dirinya
akan melarang anak itu menyebrang karena bahaya ramai lalu lintas.

5
Jawaban pasien menunjukkan bahwa dirinya memiliki daya nilai yang
baik. Dokter menilai daya ingat pasien dengan meminta menyebutkan
ulang nama kota sesuai dengan yang dokter sebut. Dokter menyebut
Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Jogja. Pasien tampak kesulitan
mengulangi kata sesuai yang diucapkan oleh dokter yang menunjukkan
bahwa daya ingat segera pasien buruk. Pasien ingat bahwa dirinya
berangkat ke rumah sakit naik mobil dan tadi pagi sarapan nasi uduk, hal
ini menunjukkan bahwa daya ingat jangka pendek pasien baik. Pasien juga
mampu mengingat riwayat pendidikannya bahwa dirinya tamatan SMA
Veteran Palembang yang menunjukkan bahwa daya ingat jangka panjang
pasien baik.
Dokter bertanya apa 3 hal yang sangat pasien inginkan. Pasien
tampak bingung dengan pertanyaan dokter. Kemudian saat diulangi
kembali pertanyaanya, pasien mengatakan kurang paham dengan apa yang
diinginkannya. Selama proses tanya jawab, pasien tampak kooperatif,
tenang dan mampu menjawab pertanyaan dokter dengan cukup jelas.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat gangguan psikiatri
Tidak ada.
2. Riwayat gangguan medik
Hipertensi, stroke, kolesterol
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif, NAPZA dan alkohol
Tidak ada
4. Riwayat gangguan neurologi
Tidak ada

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat prenatal, normal tidak terdapat masalah.
2. Riwayat masa kanak-kanak dan remaja pasien tidak memilik masalah
dalam bergaul dengan temannya dan memiliki banyak teman.
3. Riwayat pendidikan sampai tamat SMA

6
4. Riwayat agama, pasien menganut agama Islam
5. Riwayat pekerjaan, pasien tidak bekerja
6. Riwayat pernikahan, pasien sudah menikah dan memiliki tiga orang
anak
7. Hubungan dengan keluarga baik.

E. Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan atau riwayat
penyakit yang sama dengan pasien. Hubungan pasien dengan keluarga baik.

F. Riwayat Situasi Sosial Sekarang


Pasien seorang laki-laki berusia 61 tahun. Pasien tinggal berdua
dengan istrinya. Pasien sudah tidak bekerja. Istri pasien bekerja sebagai
penjual sayur di pasar. Kebutuhan pasien dan istri tercukupi, pasien dan
istri selalu mendapat tambahan dari anak-anaknya tiap bulan. Pasien
berobat menggunakan BPJS.
G. Persepsi (tanggapan) pasien tentang dirinya dan kehidupannya
Saat ditanya apa keinginan pasien, pasien tampak bingung
menjawabnya dan pasien mengatakan kurang paham dengan apa yang
diinginkan pasien.

III. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien seorang laki-laki berusia 61 tahun datang ke rumah sakit
untuk kontrol. Pasien mengenakan baju batik dan celana bahan.
Penampilannya rapi, sopan dan sesuai dengan usianya.
a. Kesadaran: Somnolen
b. Kontak psikis dengan pemeriksa baik, pasien mampu
menjawab pertanyaan dengan cukup baik.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
a. Cara berpakaian baik, bersih dan sopan.

7
b. Aktivitas psikomotor: pasien tampak kooperatif, tenang, kontak
mata cukup baik dengan pemeriksa, dan menjawab pertanyaan
dengan cukup spontan dan jelas.
3. Pembicaraan
a. Kuantitas: cukup, pasien dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh dokter namun ada beberapa pertanyaan dimana
pasien tampak kesulitan menjawabnya dan dokter harus mengulang
kembali pertayannya.
b. Kualitas: lambat, artikulasi masih jelas, volume cukup, dan
pembicaraan terarah juga dimengerti oleh dokter.
4. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif selama proses tanya jawab.

B. Keadaan Afektif
Mood : Nyaman
Afek : Luas
Keserasian : Afek serasi dengan mood pasien
Empati : Pemeriksa tidak dapat merabarasakan perasaan pasien

C. Fungsi Intelektual/Kognitif
1) Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan
Pendidikan pasien sampai tamat SMA. Dari segi kognisi
pasien menyebutkan bahwa presiden Indonesia sekarang adalah
Soeharto dan pasien tidak mampu menjawab siapa gubernur
Jakarta saat ini. Saat ditanya perhitungan matematika sederhana
pasien juga terlihat kesulitan menjawab. Hal ini menujukkan
bahwa pasien mengalami penurunan fungsi kognitif.
2) Daya konsentrasi
Daya konsentrasi pasien cukup. Mampu mengikuti jalanya
proses tanya jawab dengan baik.

8
3) Orientasi
a. Orientasi waktu
Pasien mengetahui waktu berobat saat itu adalah pagi hari.
b. Orientasi tempat
Pasien mampu menjawab bahwa dirinya berada di tempat
berobat
c. Orientasi personal
Pasien mampu mengenali bahwa yang sedang berbicara pada
dirinya adalah dokter.
d. Orientasi situasi
Pasien tampak bingung dengan apa yang sedang pasien lakukan
saat itu. Pasien mengaku kurang paham.
4) Daya ingat
 Daya ingat segera
Dokter menilai daya ingat pasien dengan meminta
menyebutkan ulang nama kota sesuai dengan yang dokter
sebut. Dokter menyebut Jakarta, Bandung, Surabaya,
Semarang, Jogja. Pasien tampak kesulitan mengulangi kata
sesuai yang diucapkan oleh dokter yang menunjukkan
bahwa daya ingat segera pasien buruk.
 Daya ingat jangka pendek
Pasien ingat bahwa dirinya berangkat ke rumah sakit naik
mobil dan tadi pagi sarapan nasi uduk, hal ini menunjukkan
bahwa daya ingat jangka pendek pasien baik.
 Daya ingat jangka panjang
Pasien juga mampu mengingat riwayat pendidikannya
bahwa dirinya tamatan SMA Veteran Palembang yang
menunjukkan bahwa daya ingat jangka panjang pasien baik.
5) Pikiran Abstrak
Pasien mampu mengartikan dengan benar arti dari panjang tangan.

9
6) Kemampuan menolong diri sendiri
Pasien membutuhkan orang lain untuk melakukan aktifitas sehari-
hari.
7) Bakat kreatif
Tidak ditanyakan.

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi dan Ilusi
a) Halusinasi auditorik : Riwayat ada
b) Halusinasi visual : Riwayat ada
c) Halusinasi olfktorik : Tidak Ada
d) Halusinasi gustatorik : Tidak Ada
e) Halusinasi taktil : Tidak Ada
2. Depersonalisasi dan derealisasi
a. Depersonalisasi: Tidak ada
b. Derealisasi: Tidak ada
E. Proses Pikir
a. Arus Pikir
 Produktivitas baik, pasien mampu menjawab
pertanyaan dengan cukup jelas.
 Kontinuitas baik, koheren.
 Tidak terdapat hendaya bahasa.
b. Isi Pikiran
Preokupasi : Tidak ada.
Gangguan Pikiran : Tidak ada waham pada pasien
c. Pengendalian Impuls
Baik, pasien mampu mengendalikan impuls dalam dirinya.
d. Daya Nilai
 Norma Sosial : Baik, pasien tidak memiliki
masalah dalam lingkunganya
 Uji Daya Nilai : Seandainya pasien sedang berada di
jalan raya dan melihat anak kecil ingin menyebrang apa

10
yang akan dilakukannya. Pasien menjawab bahwa
dirinya akan melarang anak itu menyebrang karena
bahaya ramai lalu lintas. Jawaban pasien menunjukkan
bahwa dirinya memiliki daya nilai yang baik.
 Penilaian Realitas : Tidak ada
e. Persepsi Pemeriksa Tentang Diri dan Kehidupan Pasien
Pasien menderita demensia vaskular. Saat ini pasien
mengalami penurunan fungsi kognisi, berkurangnya daya ingat
dan daya konsetrasi yang rendah. Pasien perlu bantuan orang
lain dalam melakukan aktifitas sehari-harinya. Pasien juga
membutuhkan obat untuk mengurangi keluhannya. Hubungan
pasien dengan keluarga baik.
f. Tilikan (Insight)
Tilikan derajat 4, menyadari jika dirinya sakit dan butuh
bantuan namun tidak memahami penyebab sakitnya.
g. Taraf Dapat Dipercaya
Pemeriksa mendapatkan kesan bahwa jawaban pasien saat
anamnesis dapat dipercaya karena konsistensi jawaban dari
pasien

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Status generalis
a. Keadaan umum: baik, compos mentis
b. Tanda vital
Tekanan darah : Normal
Nadi : Normal
Suhu : Normal
Frekuensi napas : Normal
c. Bentuk Badan : Normal
d. Sistem kardiovaskular : Hipertensi
e. Sistem muskuloskeletal : Tidak ada kelainan
f. Sistem gastrointestinal : Tidak ada kelainan

11
g. Sistem urogenital : Tidak ada kelainan
h. Sistem endokrin : Kolesterol
2. Status Neurologis
Parkinson : (-)
Saraf motorik : Hemiparese sinistra
Saraf cranial : normal

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


a. Pasien datang ke Poliklinik Jiwa RSUP Persahabatan untuk kontrol
dan mengeluh mudah sekali mengantuk bahkan saat sedang
beraktivitas.
b. Saat ini pasien tidak lagi mendengar suara atau bisikan-bisikan yang
tidak ada sumbernya.
c. Dulu pasien sering mendengar bisikan seperti mengajaknya pergi dan
pernah melihat saudaranya yang sudah meninggal. Pasien seirng
memanggil nama saudaranya yang sudah meninggal.
d. Pasien mengalami penurunan daya ingat. Pasien lebih banyak
mengingat masa lalunya dibanding masa sekarang
e. Pasien mengalami kemunduran fungsi kognisi dan konsentrasi
f. Pasien memiliki orientasi yang cukup baik
g. Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif atau alkohol.
h. Pasien sedang dalam mood yang nyaman dan ekspresi wajah pasien
luas
i. Pasien mengalami kemunduran fungsi kognitif, orientasi dan
konsentrasi.
j. Daya abstraksi dan daya nilai pasien baik
k. Pasien menempuh pendidikan sampai tamat SMA, tidak memiliki
masalah pergaulan dengan temannya. Pasien mampu bersosialisasi
baik dengan lingkungannya.
l. Pasien memiliki riwayat penyakit stroke, hipertensi dan koleterol
m. Pasien memiliki riwayat stroke, saat serangan pertama menyebabkan
paresis pada anggota gerak bagian kiri. Saat serangan kedua pasien

12
mengalami kemunduran fungsi kognisi, daya ingat, konsentrasi,
orientasi.
n. Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan
pasien
o. Pasien tinggal bersama istrinya. Memiliki tiga anak dan dua cucu
p. Pasien tidak bekerja. Pasien selalu mendapat kiriman dari ketiga
anaknya tiap bulan. Kebutuhan sehari-hari pasien dan istri tercukupi
q. Pada pasien terdapat gejala sedang dan disabilitas sedang. Pasien
membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas
kesehariannya

VI. FORMULASI DIAGNOSIS


Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan pada pasien ini, terdapat
gejala atau perilaku klinis yang menimbulkan distress dan berkaitan
dengan terganggunya fungsi (disabilitas) maka dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami gangguan kesehatan jiwa.
1. Diagnosis Aksis I
a. Berdasarkan anamnesis terdapat gangguan fisik atau penyakit yang
menyebabkan terjadinya disfungsi otak. Pasien memiliki gangguan fungsi
kognitif, gangguan sensorium dan gangguan persepsi sehingga pasien
termasuk penderita gangguan mental organic (F.0). Karena penurunan
fungsi kognitif dan disabilitas yang nyata namun tidak disertai dengan
gangguan kesadaran, maka pasien merupakan penderita demensia. Pasien
memiliki gejala demensia, hendaya fungsi kognitif dengan onset yang
mendadak atau deteriorasi bertahap, disertai gejala neurologis fokal
sehingga pasien termasuk penderita demensia vascular (F.01). Karena
terjadi secara cepat sesudah serangkain stroke maka pasien termasuk
penderita demensia vascular onset akut (F01.0).

13
2. Diagnosia Aksis II
Pasien memiliki hubungan baik dengan lingkungan dan
keluarganya. Pasien mengaku tidak memiliki masalah pergaulan dengan
temannya. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa pasien memiliki hubungan
sosial yang cukup baik dan memperlihatkan tidak adanya gangguan
kepribadian. Pendidikan pasien sampai tamat SMA. Dari segi kognisi,
mampu mengartikan peribahasa besar pasak daripada tiang dan mampu
menjawab perhitungan matematika sederhana, maka pasien tidak
memiliki retardasi mental. Karena tidak adanya gangguan
kepribadian dan retardasi mental, maka aksis II tidak ada diagnosis.

3. Diagnosis Aksis III


Berdasarkan anamnesis, pasien memiliki riwayat penyakit
hipertensi, stroke dam kolesterol sehingga aksis III pasien ini
memiliki riwayat gangguan medik berupa hipertensi, stroke dam
kolesterol.

4. Diagnosis Aksis IV
Berdasarkan anamnesis, pasien sudah tidak bekerja. Istri pasien
bekerja sebagai penjual sayur di pasar. Kebutuhan pasien dan istri
tercukupi, pasien dan istri selalu mendapat tambahan dari anak-anaknya
tiap bulan. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, namun
saudara kandunganya tidak pernah datang menjenguk pasien yang sedang
sakit, maka pada aksis IV didapat jika saudara kandung pasien jarang
mengunjungi pasien.

5. Diagnosis Aksis V
Pada pasien terdapat gejala sedang dan disabilitas sedang sehingga
pada aksis V didapatkan GAF scale 60-51.

14
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
a. Aksis I : Demensia vascular onset akut (F01.0).
b. Aksis II : Tidak ada diagnosis
c. Aksis III : Riwayat stroke, hipertensi, kolesterol
d. Aksis IV : Saudara kandung pasien jarang menjenguk
e. Aksis V : GAF scale 60-51

VIII. DAFTAR PROBLEM


A. Organobiologik : Stroke, hipertensi, kolesterol
B. Masalah psikologis : Pasien mengalami penurunan daya ingat dan
hendaya fungsi kognitif
C. Sosioekonomi : Tidak ada
D. Psikososial : Saudara kandung pasien jarang menjenguk

IX. PROGNOSIS
a. Prognosis ke arah baik
o Pasien patuh minum obat
o Respon terapi baik
o Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (genetik) tidak ada
o Memiliki motivasi untuk sembuh
b. Prognosis ke arah buruk
o Keluhan memburuk jika tidak minum obat
Berdasarkan data-data diatas dapat disimpulkan prognosis pasien
adalah:
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad malam

15
X. TERAPI
Psikofarmaka
 Haloperidol 1x½ mg
 Aricept 1x10 mg

Psikoterapi
 Memperbanyak kegiatan positif dan hobi
 Menikmati hidup
 Sharing dengan keluarga keluhan yang menganggunya
 Memperbanyak ibadah dan berserah diri pada Tuhan

16
DAFTAR PUSTAKA

a. Muslim, Rusdi. DR. Sp.KJ. Buku Ajar Psikiatri. FK UI. Jakarta. 2014.
b. Muslim, Rusdi. DR. Sp.KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan
Kedua. Jakarta. 2013.
c. Muslim, Rusdi. DR. Sp.KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Cetakan
Keempat. Jakarta. 2014.

17

Anda mungkin juga menyukai