Anda di halaman 1dari 100

SALURAN DISTRIBUSI

KASUS : PENDISTRIBUSIAN BUAH LOKAL DAN IMPORT DI


KOTA SEMARANG

OLEH :

Nurchayati
Hikmah
Andalan Tri Ratnawati

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG
2018

PENERBIT PUSTAKA MAGISTER


SEMARANG 2018

i
Saluran Distribusi, Kasus : Pendistribusian Buah Lokal Dan Import
Di Kota Semarang
Penulis :
1. Nurchayati
2. Hikmah
3. Andalan Tri Ratnawati
ISBN: 978-602-0952-83-3

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan cara
apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

Hak Cipta © Nurchayati, Hikmah, Andalan Tri Ratnawati

Cetakan Pertama, 2018


Diterbitkan pertama kali oleh :
Penerbit Pustaka Magister
Jalan Pucangsari timur IV/19 Pucanggading
Demak, Jawa Tengah

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat-Nya


sehingga penulis dapat menyelesaikan buku yang berjudul “Distribusi
Buah Studi Pada Pedagang dan Petani Buah di Kota Semarang”.

Buku ini merupakan suplemen dari mata kuliah Manajemen


Pemasaran, yang merupakan aplikasi dari pendistribusian buah di Kota
Semarang. Sedangkan materi buku ini berisi hasil penelitian
pendistribusian buah di Kota Semarang. Ucapan terima kasih kepada ;

1. Kemenristekdikti, yang telah membiayai penelitian ini.


2. Ir. Budi Dharmawan sebagai Ketua Kelompok Obor Tani Semarang,
yang telah memfasilitasi penelitian buah di Kota Semarang.
3. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu penelitian ini.

Semoga buku ini dapat memberikan manfaat.

Semarang, Juli 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENDISTRIBUSIAN
BUAH.......................................................................................................1
1.1. Distribusi .....................................................................................1
1.2. Strategi Distribusi ......................................................................6
1.2.1. Distribusi Eksklusif .........................................................6
1.2.2. Distribusi Selektif ............................................................6
1.2.3. Distribusi Intensif ............................................................7
1.3. Aspek Manajemen .....................................................................7
1.4. Aspek Pemasaran Agribisnis ....................................................8
1.4.1. Saluran distribusi langsung ............................................8
1.4.2. Saluran distribusi tidak langsung ...................................9
1.4.3. Saluran distribusi eksportir ...........................................10
1.5. Aspek Hukum ...........................................................................14
BAB II POLA PENDISTRIBUSIAN BUAH LOKAL DAN BUAH
IMPORT KASUS PEDAGANG BUAH DI KOTA
SEMARANG ........................................................................................15
2.1. Pendahuluan..............................................................................15
2.2. Studi Pustaka ............................................................................19
2.2.1. Pengertian Distribusi .....................................................19
2.2.2. Pola Saluran Distribusi .................................................23
iv
2.3. Metode Penelitian.................................................................... 24
2.3.1. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ............... 24
2.3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................. 25
2.3.3. Teknik Analisis Data .................................................... 25
2.4. Pembahasan.............................................................................. 26
2.4.1. Saluran Distribusi Buah Lokal dan Buah Import ..... 26
2.4.2. Faktor - Faktor Pendukung dan Penghambat
Pendistribusian Buah Di Kota Semarang................... 33
2.5. Kesimpulan dan Saran ............................................................ 36
BAB III STRATEGI PENDISTRIBUSIAN BUAH LOKAL DI KOTA
SEMARANG ........................................................................................ 40
3.1. Pendahuluan ............................................................................. 40
3.2. Tujuan Penelitian..................................................................... 45
3.3. Pendekatan dan Desain Penelitian ........................................ 45
3.4. Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data ................... 46
3.5. Lokasi dan Subyek Penelitian ............................................... 46
3.6. Tahapan Penelitian .................................................................. 47
3.7. Teknik Analisis Data ............................................................. 48
3.8. Hasil Penelitian........................................................................ 48
BAB IV PRODUKSI BUAH DI KOTA SEMARANG .............................. 54
4.1. Latar Belakang Penelitian ...................................................... 54
4.2. Tujuan Penelitian..................................................................... 58
4.3. Metode Penelitian.................................................................... 58
4.3.1. Jenis Penelitian .............................................................. 59
4.3.2. Lokasi dan Subyek Penelitian ..................................... 59

v
4.3.3. Metode Pengumpulan Data ..........................................59
4.3.4. Teknik Analisis Data ....................................................60
4.4. Hasil Penelitian ........................................................................60
4.4.1. Pelatihan/Peningkatan Ketrampilan ............................61
4.4.2. Pendistribusian Buah .....................................................62
4.5. Kesimpulan dan Saran.............................................................68
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................70

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Saluran Distribusi Buah Lokal........................................... 32


Gambar 2. Saluran Distribusi Buah Import ........................................ 33
Gambar 3. Pola Pendistribusian Buah Lokaldi Kota Semarang...... 51
Gambar 4. Saluran Distribusi Buah PT. Sansibar Devisi Buah ........ 52
Gambar 5. Model Strategi Pendistribusian Buah Lokal di Kota
Semarang ............................................................................. 53
Gambar 6.Model Pendistribusian Buah Lokal Kota Semarang ...... 64
Gambar 7.Model Pendistribusian Buah Lokal Kota Semarang ...... 66
Gambar 8. Model Pendistribusian Buah Lokal Melalui penguatan
motivasi Petani...................................................................... 68

vii
BAB I
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
PENDISTRIBUSIAN BUAH

1.1. Distribusi
Dalam perekonomian saat ini produsen dan konsumen jarang
berinteraksi secara langsung dalam melakukan proses tataniaga, melainkan
dilaksanakan bersama atau dengan mengikut sertakan beberapa lembaga
pemasaran lain yang membantu terjalinnya pertemuan antara penjual dan
pembeli. Mereka melakukan berbagai kegiatan mulai dari pembelian,
penjualan, pengangkutan, pengolahan, penyimpanan, pengepakan dan lain
sebagainnya (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Sedangkan proses distribusi
atau tataniaga merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menciptakan, menjaga dan meningkatkan nilai dan kegunaan dari barang
dan jasa (Rifianto, 1999). Kegunaan yang mampu diciptakan oleh kegiatan
tataniaga meliputi penciptaan dan peningkatan nilai kegunaan tempat,
waktu dan kepemilikan. Semua lembaga tata niaga akan berusaha untuk
meningkatkan manfaat dari komoditi yang dipasarkan. Dengan demikian
kegiatan tataniaga berusaha untuk menempatkan barang yang
diusahakannya ke tangan konsumen dengan nilai dan kegunaan yang
meningkat (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Pengertian lain distribusi
adalah kegiatan penyaluran atau penyampaian barang-barang dan jasa-jasa
dari produsen ke konsumen. Sehingga peranan atau fungsi distribusi
adalah sebagai berikut :

1
1. Memperlancar arus penyaluran barang dan jasa kepada pengguna-
pengguna dapat berupa produsen yang menggunakan bahan dasar
maupun pengguna akhir.
2. Menyampaikan barang dan jasa dari produsen sampai ke tangan
pengguna.

Distribusi sebagai suatu proses penyampaian barang atau jasa dari


produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana barang
atau jasa tersebut diperlukan. Proses distribusi tersebut pada dasarnya
menciptakan faedah (utility) waktu, tempat, dan pengalihan hak milik.

Dalam menciptakan ketiga faedah tersebut, terdapat dua aspek


penting yang terlibat didalamnya, yaitu :

1. Lembaga yang berfungsi sebagai saluran distribusi (Channel of


distribution/marketing channel).
2. Aktivitas yang menyalurkan arus fisik barang (Physical distribution).

Menurut Philip Kotler (2008) saluran distribusi atau saluran


pemasaran adalah organisasi-organisasi yang saling tergantung yang
tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi tersedia
untuk digunakan atau dikonsumsi. Philip Kotler (1993) juga mengatakan
bahwa, agar suatu kegiatan penyaluran barang dapat berjalan dengan baik
(efektif dan efisien) maka para pemakai saluran pemasaran harus mampu
melakukan sejumlah tugas penting, yaitu :

1. Penelitian, yaitu melakukan pengumpulan informasi penting untuk


perencanaan dan melancarkan pertukaran.

2
2. Promosi, yaitu pengembangan dan penyebaran informasi yang
persuasive mengenai penawaran.
3. Kontak, yaitu melakukan pencarian dan menjalin hubungan dengan
pembeli.
4. Penyelarasan, yaitu mempertemukan penawaran yang sesuai dengan
permintaan pembeli termasuk kegiatan seperti pengolahan, penilaian
dan pengemasan.
5. Negoisasi, yaitu melakukan usaha untuk mencapai persetujuan akhir
mengenai harga dan lain-lain sehubungan dengan penawaran sehingga
pemindahan pemilikan atau penguasaan bias dilaksanakan.
6. Disrtibusi fisik, yaitu penyediaan sarana transportasi dan penyimpanan
barang.
7. Pembiayaan, yaitu penyediaan permintaan dan pembiayaan dana untuk
menutup biaya dari saluran pemasaran tersebut.
8. Pengambilan resiko, yaitu melakukan perkiraan mengenai resiko
sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan saluran tersebut.
Kelima tugas pertama membantu pelaksanaan transaksi dan tiga
yang terakhir membantu penyelesaian transaksi. Semua tugas diatas
mempunyai tiga persamaan, yaitu menggunakan sumber daya yang
langka, dilaksanakan dengan menggunakan keahlian yang khusus, dan
bisa dialih-alihkan diantara penyalur. Apabila perusahaan/produsen
menjalankan seluruh tugas diatas, maka biaya akan membengkak dan
akibatnya harga akan menjadi lebih tinggi.
Ada beberapa alternatif saluran (tipe saluran) yang dapat dipakai.
Biasanya alternatif saluran tersebut didasarkan pada golongan barang
konsumsi dan barang industri.
3
1. Barang konsumsi adalah barang-barang yang dibeli untuk
dikonsumsikan. Pembeliannya didasarkan atas kebiasaan membeli dari
konsumen. Jadi, pembelinya adalah pembeli/ konsumen akhir, bukan
pemakai industri karena barang –barang tersebut tidak diproses lagi,
melainkan dipakai sendiri (Basu Swasta 1984:96).
2. Barang industri adalah barang-barang yang dibeli untuk diproses lagi
atau untuk kepentingan dalam industri. Jadi, pembeli barang industri
ini adalah perusahaan, lembaga, atau organisasi, termasuk non laba
(Basu Swasta, 1984:97).
Berdasarkan pengertian diatas, maka seperti halnya pupuk itu
digolongkan kedalam golongan barang industri, sebab pupuk dibeli
petani bukan untuk dikonsumsi tetapi untuk digunakan dalam produksi
pertaniannya.
Faktor yang menyebabkan sistem distribusi di Indonesia kurang
efisien adalah belum memadainya sarana dan prasarana transportasi.
Jaringan distribusi yang belum mapan selama ini menyebabkan
tersendatnya aliran produk, sehingga sering terjadi kelangkaan penyediaan
barang di beberapa pasar. Belum mapannya jaringan distribusi, ditambah
dengan rentannya sektor jasa transportasi dari pengaruh ekonomi makro
serta iklim seperti harga bahan bakar atau bencana alam, secara tidak
langsung akan berdampak pada kegiatan distribusi (Rizki 2005). Sebagian
besar produsen memanfaatkan pedagang perantara untuk memasarkan
produk mereka. Pada umumnya alasan utama dalam penggunaan
perantara tersebut adalah karena perantara dapat membantu meningkatkan
efisiensi distribusi (Swastha 2005).

4
Menurut Ali Hasan (2013) ada lima saluran pemasaran barang
konsumsi yang dapat digunakan untuk mencapai konsumen yaitu :

1. Produsen – Agen – Pengecer – konsumen


2. Produsen – Agen – Pedagang Besar - Pengecer – konsumen
3. Produsen – Pedagang Besar - Pengecer – konsumen
4. Produsen – Pengecer – konsumen
5. Produsen – konsumen
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum mengambil
keputusan saluran pemasaran adalah :
1. Tidak terdapat masalah permanen menyangkut lembaga-lembaga
yang ada dalam system saluran yang akan menjalankan pembelian,
penjualan, penyimpanan, pengangkutan, dan sebagainya yang
beroperasi pada tingkat efektivitas dan efisiensi biaya tertentu.
2. Saluran pemasaran tidak selalu dikoordinasi oleh perusahaan atau
pabriknya. Pada suatu saat pedagang besar dapat mendominasi
saluran pemasaran atau masing-masing lembaga saluran memiliki
kekuatan saluran pemasaran sendiri.
3. Perusahaan tidak selalu memasarkan produk-produknya langsung ke
pasar.
4. Perantara dapat bertindak sebagai unit usaha yang mencari
keuntungan sendiri. Dengan demikian ada kemungkinan bahwa tidak
melaksanakan cara-cara seperti yang diharapkan produsennya.
5. Penjual bebas memilih saluran pemasarannya, yang dalam jangka
panjang akan mempengaruhi pengembangan barang, strategi
komunikasi, daerah penjualan, kebijakan harga, dan seterusnya.

5
6. Mempertimbangkan factor berbagai yang berpengaruh dalam pilihan
saluran pemasaran; pertimbangan pasar, pertimbangan produk,
pertimbangan perusahaan dan pwertimbangan perantara.

1.2. Strategi Distribusi


Strategi distribusi adalah hal yang perlu dipikirkan secara tepat
sesuai dengan tujuan perushaan mengenai produknya. Apakah akan dijual
eksklusif atau dijual masal dengan harga rendah. Berikut tiga strategi
distribusi yang sering digunakan perusahaan dalam mendistribusikan
produknya (Indriyo 1994) :

1.2.1. Distribusi Eksklusif


Strategi distribusi ini merupakan bentuk penyaluran yang hanya
menggunakan penyalur yang sangat terbatas jumlahnya. Dengan distribusi
ini maka dapat menjaga harga produk agar tetap tinggi. Biasanya ada
perjanjian eksklusif antara produsen dan perantara utama sebagai
pemegang lisensi. Sistem penjualan nya pun sangat menjaga citra produk
agar harga produk tidak turun.

1.2.2. Distribusi Selektif


Strategi ini merupakan cara distribusi dimana barang-barang hanya
disalurkan oleh beberapa penyalur yang terpilih. Dengan menggunakan
beberapa perantara yang mempunyai jangkauan pemasaran luas sehingga
perusahaan tidak perlu mendirikan gerai dimana mana karena akan
berakibat tidak efisien dan akan menurunkan harga.

6
1.2.3. Distribusi Intensif
Strategi ini merupakan cara distribusi dimana barang yang dipasarkan
diusahakan agar dapat menyebar seluas mungkin sehingga dapat secara
intensif menjangkau semua lokasi dimana calon konsumen itu berada.
Pendirian banyak gerai menjadi strategi utama dalam meningkatkan
penjualan produk. Konsekuensi bagi perusahaan yang memakai strategi ini
harus menerima resiko perang harga antar gerai karena tiap gerai saling
berkompetisi mendapatkan pelanggan dengan produk yang sama.

1.3. Aspek Manajemen


Aspek manajemen unsur yang perlu dianalisis ialah kepemilikan,
organisasi, tim manajemen dan karyawan. Dengan melakukan analisis
aspek manajemen, seorang entrepreneur dapat menghindari resiko
manajemen yang dapat menyebabkan kegagalan usaha. Setiap usaha dari
yang paling kecil sekalipun membutuhkan tim manajemen yang baik.
(Rani Setiani Sujana http://mhs.blog.ui.ac.id).
Menurut Wijayanto dalam Maria Natalia (2013) manajemen tidak
bisa lepas dari keempat fungsi manajemen yaitu, perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Penjelasan dari keempat
fungsi menajemen tersebut adalah:

1. Perencanaan merupakan proses menetapkan tujuan dan memilih cara


untuk merealisasikan tujuan tersebut. Secara umum, dapat dianggap
bahwa fungsi perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen, yang
mana pada fungsi ini digunakan oleh perusahaan untuk menentukan
tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

7
2. Pengorganisasian merupakan segala aktivitas manajerial yang
mencakup pada hasil rancangan organisasional, spesialisasi pekerjaan,
rentang kendali, kesatuan komando, koordinasi, rancangan pekerjaan,
dan analisis pekerjaan
3. Pengarahan adalah suatu kegiatan untuk merangsang orang-orang yang
berada di organisasi agar mempunyai kinerja yang tinggi. Pengarahan
meliputi pemberian motivasi dan berkomunikasi dengan para tenaga
kerja baik secara individu maupun kelompok
4. Pengendalian/ pengawasan adalah proses yang dilakukan untuk
memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,
diorganisasikan, dan diterapkan bisa berjalan sesuai dengan target

1.4. Aspek Pemasaran Agribisnis


Pasar dapat diartikan sebagai suatu organisasi tempat para penjual
dan pembeli dapat dengan mudah saling berhubungan. Bagi pengusaha
agribisnis pertanian, pasar merupakan tempat melempar hasil produksinya.
Dalam agribisnis pertanian dikenal ada beberapa macam pasar (saluran
distribusi) yaitu : (www.bibitbuah.net)

1.4.1. Saluran distribusi langsung


Saluran distribusi yang langsung ke tangan konsumen, seperti
hotel, restauran, rumah sakit dan rumah tangga. Saluran distribusi
langsung ini biasanya dilakukan oleh pengusaha agribisnis pertanian
dalam skala kecil atau pengusaha agribisnis pertanian yang sudah besar
tetapi secara khusus mengadakan kerjasama dengan pihak konsumen
dengan kriteria dan kualitas hasil peroduksi yang sudah disepakati. Dalam

8
hal ini misalnya seorang pengusaha agribisnis pertanian mengadakan
kerjasama dengan pihak industri pengolahan yang berbasis pertanian.
Keuntungan dari saluran distribusi langsung ini dari segi harga,
produsen akan mendapatkan harga yang wajar. Di lain pihak konsumen
juga merasa untung karena mendapat produk yang lebih segar. Meskipun
demikian, jalur tata niaga ini mempunyai beberapa kelemahan seperti
lingkup atau kapasitas pasar atau konsumen yang tidak begitu luas,
produsen tidak tertarik untuk meningkatkan pendapatan dengan mengolah
produk menjadi bentuk lain dan dengan harga yang lebih baik, serta
produsen tidak dapat meluaskan jaringan pemasaran karena dengan
meluaskan jaringan pemasaran, berarti terlepas dari profesinya sebagai
petani atau produsen.

1.4.2. Saluran distribusi tidak langsung


Saluran distribusi tidak langsung melibatkan pedagang perantara
sehingga produsen tidak dapat langsung berhubungan dengan konsumen.
Yang dimaksud dengan pedagang perantara yaitu pedagang yang memiliki
dan menguasai barang serta menyalurkan dengan tujuan mendapat
keuntungan.
Macam pedagang perantara yang biasa dijumpai dalam usaha
agribisnis pertanian adalah pedagang eceran, pedagang besar, dan
pedagang pengumpul. Pedagang eceran merupakan perantara yang
menjual barang dagangannya langsung kepada konsumen akhir. Sementar
pedagang besar adalah pedagang yang menerima produk agribisnis
pertanian dari petani atau pedagang pengumpul dan menyalurkan kepada
pedagang kecil atau eceran. Sedangkan pedagang pengumpul merupakan

9
pedagang yang mengumpulkan sejumlah kecil produk dan beberapa
produsen dan menjualnya dalam jumlah besar pada langganannya.

Banyaknya pedagang perantara membuat mata rantai tata niaga


menjadi semakin panjang. Akibatnya tingkat harga yang diterima petani
relatif sangat rendah dibanding dengan harga yang harus dibayar oleh
konsumen. Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya upaya memperpendek
jalur tata niaga, disamping upaya peningkatan efisiensi peranan lembaga
tata niaga serta perbaikan sarana transportasi.

1.4.3. Saluran distribusi eksportir


Eksportir inilah yang menjangkau konsumen luar negeri. Untuk
melakukan ekspor hasil produksi agribisnis pertanian, biasanya ditetapkan
standar mutu yang dikeluarkan oleh negara tujuan terhadap kualitas
produk agribisnis pertanian. Dalam melakukan ekspor perlu
memperhatikan keadaan dan kebutuhan pasar negara yang akan dituju.
Saluran distribusi sebaiknya dengan mempertimbangkan jarak
antara sentral produksi dengan pasar atau konsumen tujuan. Pertimbangan
ini didasarkan pada sifat dari produk agribisnis pertanian yang secara
umum bukan merupakan komoditas yang tahan lama. Karena sifat inilah
maka pasar relatif tidak boleh terlalu jauh dengan sentral produksi.
Kalaupun terpaksa memperoleh pasar yang jauh, maka harus diimbangi
dengan kelancaran lancar transportasi dan sistem pengemasan yang aman.
Berkaitan dengan kegiatan pemasaran, yang perlu dilakukan oleh
pengusaha agribisnis pertanian adalah memahami tentang studi
pemasaran, memperkirakan jumlah produksi, mempersiapkan produk,

10
menentukan harga jual, menentukan distribusi, dan menentukan
kebijakkan promosi.

1. Studi Pemasaran Agribisnis Pertanian


Studi pemasaran ini mencakup aspek yang cukup luas, antara lain
studi pasar, studi mengenai produk yang dihasilkan, distribusi, konsumen,
dan promosi (jika perlu). Studi pemasaran dimaksudkan untuk mencari
data-data mengenai permintaan terhadap jenis komoditas agribisnis
pertanian pada waktu lalu, sekarang, dan yang akan datang.

2. Memperkirakan Jumlah Produksi Agribisnis Pertanian


Perkiraan jumlah produksi berfungsi untuk mengetahui sejauh
mana pelaksanaan pemasaran telah sesuai dengan yang direncanakan.
Pada umumnya permintaan terhadap produk usaha agribisnis pertanian
selalu mengalami pasang surut. Jika tidak diatasi dengan usaha
memperkirakan jumlah penjualan maka akan terjadi kelebihan produk
yang tidak bisa dilempar ke pasar. Atau, kalaupun bisa memasuki pasar
maka harganya akan turun jauh di bawah harga yang di inginkan.

3. Mempersiapkan Produk Agribisnis Pertanian


Pengusaha agribisnis harus benar-benar tahu produk seperti apa
kualitas produk yang diinginkan oleh konsumen. Untuk menghasilkan
produk yang bisa memenuhi keinginan konsumen, antara lain dapat
ditempuh dengan cara:

a. Menetapkan standar kualitas produk agribisnis pertanian,


b. Tidak mengandalkan satu jenis produk atau komoditas agribisnis
pertanian,
11
c. Usahakan menggunakan kemasan spesial sehingga menarik
konsumen,
d. Membuat inovasi untuk mencoba membuat produk olahan sehingga
produk agribisnis pertanian bisa memiliki nilai tambah

4. Menentukan Kebijakan Harga Jual Produk Agribisnis


Harga jual akan sangat menentukan posisi pengusaha dalam
persaingan. Harga jual yang ditetapkan harus benar-benar dapat
memberikan kepuasan kepada konsumen di samping harus dapat
memenuhi pencapaian tujuan perusahaan. Memang pada kenyataannya
harga jual komoditi agribisnis pertanian sangat tidak menentu. Hal ini
tentu saja akibat dari tidak adanya estimasi produksi yang dilakukan oleh
praktisi agribisnis pertanian karena memang daya dukung sumber data
untuk melakukan itu sangat tidak mewakili. Akan tetapi, sebagai pelaku
agribisnis yang maju, tentu saja segala upaya akan dilakukan untuk
membuat analisa pasar terhadap kebutuhan konsumen akan jenis produk
agribisnis. Selain itu perkiraan jumlah produksi secara nasional terhadap
jenis komoditi agribisnis pertanian juga perlu dilakukan. Dengan
melakukan estimasi produksi dan analisa kebutuhan konsumen tersebut,
maka paling tidak pelaku usaha agribisnis pertanian sudah berupaya untuk
mengantisipasi resiko harga jatuh pada saat panen. Sekalipun tingkat
akurasi analisa pasar tersebut masih sangat rendah. Dengan jam terbang
yang tinggi, maka tingkat akurasi akan semakin baik.
5. Menentukan Distribusi Produk Agribisnis
Dalam menentukan saluran distribusi produk atau komoditas,
pengusaha agribisnis pertanian dapat memilih saluran distribusi langsung
12
atau tidak langsung. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
pengusaha dalam memilih saluran distribusi dalam mendistribusikan
produknya antara lain :
a. Pertimbangan dana dan personalia penjualan,
b. Efisiensi kerja,
c. Keadaan prasarana daerah pemasaran setempat, dan
d. Pengetahuan dan pengalaman menangani daerah pemasaran setempat.

6. Menentukan Kebijakan Promosi Produk Agribisnis


Promosi merupakan kegiatan memperkenalkan, meyakinkan, dan
mengingatkan kembali manfaat dan kualitas produk kepada konsumen.
Promosi biasanya dilakukan terhadap jenis komoditi agribisnis baru atau
peluncuran varietas baru. Kegiatan promosi harus memperhatikan
beberapa hal, yaitu:
a. Jumlah dana yang tersedia untuk promosi,
b. Masa tahapan siklus produksi,
c. Konsumen yang ingin dituju, dan
d. Sifat atau ciri khusus produk yang dihasilkan.

Kebanyakan pengusaha agribisnis pertanian belum begitu


memperhatikan masalah promosi, karena rata-rata usahanya belum begitu
intensif. Akan tetapi jika kapasitas usahanya sudah semakin besar dan
melakukan ekspansi usaha pada kegiatan pengolahan hasil agribisnis
pertanian, maka mau tidak mau kegiatan promosi ini harus dilakukan.

13
1.5. Aspek Hukum
Dalam agribisnis aspek hukum ini meliputi :
a. Produk : sertifikat atau standar produk yang dibutuhkan dari produk
yang akan diusahakan.
b. Badan Hukum yang diperlukan, atau yang ada (untuk tingkat
petani/kelompok tani, misalnya surat pengukuhan kelompok tani dan
lain-lain).
c. Kegiatan usaha : ijin gangguan, ijin usaha, hak pemilikan tanah,
asosiasi, dan lain-lain yang diperlukan atau yang dimiliki.

14
BAB II
POLA PENDISTRIBUSIAN BUAH LOKAL DAN
BUAH IMPORT KASUS PEDAGANG BUAH DI
KOTA SEMARANG

2.1. Pendahuluan
Keterkaitan antara produsen dan konsumen tidaklah terlepas dari
kegiatan distribusi. Barang yang dihasilkan oleh produsen akan
bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomis apabila dapat sampai ke
konsumen untuk pemenuhan kebutuhannya. Peran distribusi barang dalam
arti kata cukup, tepat waktu dan terjangkau atau sesuai dari segi harga
merupakan faktor-faktor penentu terhadap keberhasilan fungsi distribusi
barang dari produsen ke konsumen. Namun demikian, secara kelembagaan
sistem distribusi disamping untuk dapat memenuhi perannya atas
komoditas termaksud, juga merupakan regulator atau stabilisator harga
dalam hal kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan konsumsi dan
kebutuhan berproduksi.Peran dari sistem distribusi di Indonesia adalah
penciptaan harga yang stabil melalui usaha pemenuhan akan kebutuhan
secara cukup diseluruh wilayah Nusantara. Namun demikian merupakan
suatu kenyataan untuk kasus di Indonesia bahwa sistem distribusi
merupakan bagian yang masih sangat lemah dalam mata rantai
perekonomian nasional. Dengan kata lain efesiensi di bidang sistem
distribusi masih rendah. Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha yang

15
mengarah kepada peningkatan efesiensi sehingga sistem distribusi yang
ada mampu melakukan pembagian yang adil atas marjin kepada semua
pelaku-pelaku ekonomi yang secara integral tidak dapat
dipisahkan.Pembagian yang dirasakan belum adil ini, oleh produsen
khususnya yang berskala usaha kecil dan tidak mampu melakukan usaha
pendistribusian sendiri ternyata memberikan situasi yang tidak
merangsang untuk melakukan kegiatan produksi. Padahal tujuan distribusi
adalah membantu pendistribusian barang dari produsen (petani ) ke
konsumen akhir sehingga produk dapat dinikmati konsumen tepat waktu,
namun kenyataannya Kelembagaan yang pernah dibangun selama ini tidak
dapat berjalan sebagai mana mestinya dan hanya menguntungkan pada
pihak tertentu dan merugikan petani. Kondisi ini juga terjadi pada
penjualan buah , dimana komoditas ini secara intrinsik memiliki sifat
cepat busuk, rusak, dan susut besar. Hal ini merupakan masalah yang
dapat menimbulkan resiko fisik dan harga. Permasalahan pokok
pengembangan hortikultural adalah belum terwujudnya ragam, kualitas
yang sesuai dengan permintaan pasar. Permasalahan tersebut disebabkan
karena kurangnya penguasaan teknologi, baik teknologi pembibitan,
budidaya, maupun kurangnya koordinasi antara pelaku agribisnis
hortikultura menjadi rapuh dan lemahnya supply chan management
produk hortikultura. Dan untuk sampai ditangan konsumen , komoditas
tersebut harus melalui suatu rantai tataniaga yang cukup panjang.
Konsekuensi dari semakin panjang rantai atau pola distribusi tersebut
adalah meningkatnya penurunan mutu, dan kehilangan bobot dan
kerusakan suatu.

16
Komoditas mengakibatkan kehilangan yang disebabkan tidak dapat
dimanfaatkannya lagi sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Tingkat
kerusakan komoditas hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan,
dan umumnya terjadi saat distribusi.Produk holtikultural terutama buah
merupakan hasil pertanian yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.Setiap
hari semua keluarga selalu membutuhkan buah sebagai bahan makanan
penting untuk memenuhi kecukupan gizi yang ideal. Permintaan yang
besar terhadap produk buah memunculkan adanya jaringan perdagangan
buah dari tingkat petani , produsen, pedagang perantara, sampai pedagang
keliling atau yang menjual buah ke rumah-rumah. Buah merupakan barang
dagangan yang meruah (bulky) dan mudah busuk (perishable) sehingga
diperlukan perlakuan atau penanganan khusus terhadap komoditas ini serta
diperlukan jalur pemasaran yang sependek mungkin dan waktu sesingkat
mungkin sehingga distribusi komoditas sayur-mayur dari petani produsen
bisa cepat sampai kepada konsumen. Pada kenyataannya jalur pemasaran
komoditas sayur-mayur ini memiliki mata rantai yang cukup panjang
sehingga kualitas buah yang diterima konsumen berkurang.Keterlambatan
pengiriman dan penjualan bisa mengakibatkan komoditas ini tidak lagi
mempuyai nilai ekonomis. Oleh karena itu kehadiran jaringan pemasaran
sayur-mayur yang efisien sangat dibutuhkan agar produksi petani ini dapat
segera didistribusikan sampai ke konsumen Fenomena yang terjadi saat ini
, adalah adanya peredaran buah-buahan impor kian menjamur di pasar
dalam negeri karena para distributor dan pedagang eceren lebih tertarik
menjualnya. Membanjirnya buah import dibuktikan dengan jumlah buah
import yang beredar dalam Triwulan I tahun 2012 , berjumlah buah import
yang masuk indonesia sebesar 292.012 ton, atau senilai US$ 298.254.100 .
17
Fenomena lain dari buah import adalah berharga murah, suplai buah impor
sangat berlimpah sehingga tak sulit untuk memasarkannya. Hal ini
disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Sayur dan Buah Indonesia Hasan
Johnny Widjaja kepada detikFinance, Minggu (27/3/2011).Dan fenomena
menarik, yaitu para pedagang sudah mengemas penjualan buah impor
dengan menggunakan kendaraan pick-up (mobil bak terbuka), tersebar
banyak di pinggir-pinggir jalan. Bukan hanya itu, peredaran buah impor
kini sudah menyebar ke banyak pelosok di Indonesia. Dan hal itu bukan
hanya fenomena kota, hanya untuk Jawa lebih parah. Misalnya saya ke
Jawa Tengah, dari Semarang hingga Banjarnegara, sampai-sampai di
Ciwidey (Bandung) sudah banyak buah impor," Ia mengestimasi saat ini
perederan buah impor seperti jeruk, apel, pear, anggur, duren monthong
sudah menguasai pasar lebih dari 80%, di pasar moderen maupun
tradisional. Distribusi buah-buah ini sangat sistematis oleh para importir
maupun pemasok, sehingga suplainya tak pernah kurang. Dan mengapa
pedagang senang jual buah impor? Pedagang itu yang penting bagi mereka
melihatnya barang murah, lebih menarik, berkesinambungan suplai-nya,"
Masalah yang dihadapi oleh buah lokal saat ini, selain suplai yang tak
menentu, juga tampilan yang tak menarik. Suplai yang tak menentu ini
membuat harga buah lokal sering fluktuatif bahkan cenderung harganya
tinggi. Membanjirnya buah impor bukanlah fenomena baru. Masalah ini
sudah berlangsung lama dan semakin membesar setelah adanya
perdagangan bebas ASEAN China (ACFTA).Dan belum ada langkah
nyata dari pemerintah untuk mengatasi membanjirnya buah impor di pasar
dalam negeri. Karena AC-FTA telah ditandatangani pada November 2002,
dalam jadwal penurunan tarif tahap pertama yaitu early harvest
18
programme (EHP), dilakukan penurunan atau penghapusan bea masuk
impor untuk produk-produk pertanian (termasuk diantaranya buah-
buahan), kelautan perikanan, makanan dan minuman. Pelaksanaan EHP
dilakukan mulai 1 Januari 2004 hingga penghapusan beamasuk 0% mulai
1 Januari 2006.
Bertitik tolak dari permasalahan yang ada, maka permasalahan
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana identifikasi dan pola distribusi buah dari tingkat petani
produsen sampai kepada konsumen di Kota Semarang.
2. Faktor-faktor apakah yang mendukung pendistribusian buah di Kota
Semarang.

2.2. Studi Pustaka

2.2.1. Pengertian Distribusi


Philip Kotler (1997:140), mengemukakan bahwa: “Saluran
distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan
terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk
digunakan atau dikonsumsi“.
Peranan atau fungsi distribusi adalah sebagai berikut :
a. Memperlancar arus penyaluran barang dan jasa kepada pengguna-
pengguna dapat berupa produsen yang menggunakan bahan dasar
maupun pengguna akhir.
b. Menyampaikan barang dan jasa dari produsen sampai ke tangan
pengguna.

19
Proses distribusi tersebut pada dasarnya menciptakan faedah
(utility) waktu, tempat, dan pengalihan hak milik. Dalam menciptakan
ketiga faedah tersebut, terdapat dua aspek penting yang terlibat di
dalamnya, yaitu :
a. Lembaga yang berfungsi sebagai saluran distribusi (Channel of
distribution/marketing channel), seperti pedagang perantara,
Pedagang agen, maupun Penunjang lainnya.
b. Aktivitas yang menyalurkan arus fisik barang (Physical distribution)
Distribusi fisik merupakan aspek penting kedua dalam rangka
menjadikan suatu produk tersedia bagi konsumen dalam jumlah, waktu,
dan tempat yang tepat. Dewan Manajemen Distribusi Fisik Nasional
Amerika Serikat mendefinisikan distribusi fisik sebagai : “Suatu rangkaian
aktivitas yang luas mengenai pemindahan barang jadi secara efisien dari
akhir batas produksi kepara konsumen, serta didalam beberapa hal
mencakup pemindahan bahan mentah dari suatu pembekal keawal batas
produksi“.
Manajemen distribusi fisik sering diartikan juga sebagai
manajemen logistik atau logistik pemasaran. Secara terperinci, kegiatan
distribusi fisik dapat dibagi kedalam lima macam (Basu Swasta, 1984:
220-229) yaitu :
1. Penentuan lokasi persediaan dan sistem penyimpanannya
a. Penentuan lokasi penyediaannya
Secara memusat (konsentrasi) ataukah menyebar (dispersi)
dipasarnya. Bila perusahaan mengkonsentrasikan persediaannya,
maka akan memudahkan dalam mengadakan pengawasan dan
meningkatkan efisiensi penyimpanan dan penanganan barangnya.
20
Tetapi beban pengangkutan akan meningkat dan pengantaran
barang kebeberapa segmen pasar akan terlambat. Sedangkan
apabila perusahan menyebarkan persediaannya kebeberapa
lokasi, maka keadaannya akan berlainan, dan merupakan
kebalikan dari konsentrasi.
b. Sistem penyimpanan persediaan
Penyimpanan erat kaitannya dengan pergudangan, perusahaan
yang tidak mempunyai fasilitas penyimpan sendiri umumnya
menyewa kepada lembaga atau perusahaan lain atau disebut
gudang umum. Besar kecilnya biaya sewa yang harus dibayar
tergantung pada besar kecilnya ruangan yang digunakan.
2. Sistem penanganan barang Sistem penanganan barang yang dapat
digunakan:
(1) paletisasi dan (2) pengemasan.
3. Sistem pengawasan persediaan
Tujuan dari pengawasan persediaan adalah meminimumkan jumlah
persediaan yang diperlukan, dan meminimumkan fluktuasi dalam
persediaan sambil melayani pesanan dari pembeli.
4. Prosedur memproses pesanan
Kegiatan yang dilakukan untuk memproses pesanan antara lain :
menyelenggarakan kegiatan kantor secara teratur, membuat barang
dengan baik, dan menyampaikannya kepada pembeli.
5. Pemilihan metode pengangkutan
Rute dan rit pengangkutan merupakan faktor yang penting, dan
mempunyai hubungan yang erat dengan pasar atau daerah penjualan,

21
serta lokasi persediaannya. Dan fasilitas pengangkutan yang ada juga
merupakan faktor penentu.
Faktor yang menyebabkan sistem distribusi di Indonesia kurang
efisien adalah belum memadainya sarana dan prasarana
transportasi.Jaringan distribusi yang belum mapan selama ini
menyebabkan tersendatnya aliran produk, sehingga sering terjadi
kelangkaan penyediaan barang di beberapa pasar. Belum mapannya
jaringan distribusi, ditambah dengan rentannya sektor jasa transportasi
dari pengaruh ekonomi makro serta iklim seperti harga bahan bakar atau
bencana alam, secara tidak langsung akan berdampak pada kegiatan
distribusi (Rizki 2005).
Distribusi produk pertanian adalah kegiatan yang bertalian dengan
penciptaan atau penambahan kegunaan daripada barang dan jasa dengan
tujuan untuk menempatkan barang-barang ke konsumen akhir. Untuk
mencapai tujuan tersebut, perlu dilaksanakan kegiatankegiatan
pendistribusian yang dilihat berdasarkan arus barang yang meliputi
beberapa proses, yaitu (Hanafiah dan Saefuddin, 1983) :
1. Proses pengumpulan
Pengumpulan merupakan proses pertama dari arus barang. Barang-
barang yang dihasilkan dalam jumlah kecil dikumpulkan menjadi
jumlah yang besar, agar dapat disalurkan ke pasar-pasar eceran secara
lebih efisien.
2. Proses pengimbangan
Pengimbangan merupakan proses tahap kedua dari arus barang,
terjadi antara proses pengumpulan dan proses penyebaran. Proses

22
pengimbangan merupakan tindakan penyesuaian antara permintaan
dan penawaran berdasarkan tempat, waktu, jumlah dan kualitas.
3. Proses penyebaran
Penyebaran merupakan proses tahap akhir daripada arus barang,
dimana barang-barang yang telah terkumpul disebarkan ke konsumen
atau pihak yang menggunakannya.

2.2.2. Pola Saluran Distribusi


Dalam perekonomian saat ini produsen dan konsumen jarang
berinteraksi secara langsung dalam melakukan proses tataniaga, melainkan
dilaksanakan bersama atau dengan mengikut sertakan beberapa lembaga
pemasaran lain yang membantu terjalinnya pertemuan antara penjual dan
pembeli. Mereka melakukan berbagai kegiatan mulai dari pembelian,
penjualan, pengangkutan, pengolahan, penyimpanan, pengepakan dan lain
sebagainnya (Hanafiah dan Saefuddin, 1983).
Sedangkan proses distribusi atau tataniaga merupakan suatu
kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan, menjaga dan meningkatkan
nilai dan kegunaan dari barang dan jasa (Rifianto, 1999). Kegunaan yang
mampu diciptakan oleh kegiatan tataniaga meliputi penciptaan dan
peningkatan nilai kegunaan tempat, waktu dan kepemilikan. Semua
lembaga tataniaga akan berusaha untuk meningkatkan manfaat dari
komoditi yang dipasarkan. Dengan demikian kegiatan tataniaga berusaha
untuk menempatkan barang yang diusahakannya ke tangan konsumen
dengan nilai dan kegunaan yang meningkat (Hanafiah dan Saefuddin,
1983). Pengertian lain distribusi adalah kegiatan penyaluran atau

23
penyampaian barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen.
Gambar Pola saluran untuk barang konsumsi sebagai berikut .

Gambar 1. Pola saluran untuk barang konsumsi

2.3. Metode Penelitian

2.3.1. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang buah
dengan kriteria pedagang buah gread C dan D di Kota Semarang yang
terbagi dalam 12 Kecamatan baik yang berjualan di outlet tetap maupun
outlet tidak tetap. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode Non Random Sampling, yaitu metode convenience
sampling (pemilihan sampel berdasarkan kemudahan atau yang ditemui)
(Nur Indrianto, 1999). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 130
pedagang buah, menurut Fraenkel & Walker (1993) dalam Suhardi Sigit
(1999) besar sampel minimal penelitian deskriptif sebanyak 100. Data
penelitian dikumpulkan dengan memberi kuestioner langsung kepada
pedagang buah di kota Semarang.
Selain pedagang buah Pedagang Tetap (Pedagang buah di pasar
dan dikios) dan Pedagang Tidak Tetap , yaitu Pedagang buah dengan
menggunakan mobil, becak, dan pedagang buah musiman, sampel

24
penelitian ini juga meliputi 5 (lima) orang distributor buah di Kota
Semarang.

2.3.2. Jenis dan Sumber Data


a. Data Primer merupakan data yang langsung diperoleh melalui
responden yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu. Petani
dan Pedagang,
b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui lembaga
penyedia data yang telah dicetak atau dipublikasikan yang telah ada
meliputi : Pengelola Pasar Kota Semarang, Dinas Pasar Kota
Semarang, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan perdagangan
Kota Semarang, dan Publikasi lain yang sesuai.

2.3.3. Teknik Analisis Data


Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif yaitu analisa
untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang
diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
(Sugiyono, 2010). Analisis deskriptif yang digunakan adalah analisis
kuantitatif (Distribusi frekuensi) dan analisis kualitatif. Langkah analisis
data dimulai dari data yang terkumpul baik dari data sekunder maupun
dari data primer kemudian dianalisis secara kualitatif, melalui reduksi data
yang dilakukan sejak di lapangan, penyajian data dengan matriks, dan
penarikan kesimpulan.

25
2.4. Pembahasan
Pedagang buah di 12 (dua belas) Kecamatan, di Kota Semarang di
kategorikan ke dalam Outlet Tetap (OT) dan Outlet Tidak Tetap (OTT).
OT, yaitu pedagang yang mempunyai outlet tetap (seperti kios/ lapak
dengan lokasi di sepanjang jalan protokol, di perkampungan penduduk
maupun di pasar) dan OTT, yaitu pedagang yang tidak mempunyai outlet
tetap .seperti menjual buah di mobil , atau nomaden di suatu tempat
tertentu Berdasarkan kategori tersebut sebagian besar pedagang memiliki
tempat usaha kurang dari 25 m2. Jenis buah yang dijual di lapak baik
yang berupa outlet tetap maupun tidak tetap berjumlah 29 jenis , terdapat
buah lokal dan buah import. Buah yang paling banyak di jual disetiap
outlet yang diteliti adalah (1) jeruk, (2) pisang, (3) apel, (4) semangka, (5)
melon dan (6) papaya. Sedangkan buah yang tidak banyak dijual di setiap
outlet : (1) Untuk buah lokal seperti: bengkuang, kesemek/ kledung,
krokosan dan langsep, manggis, rambutan, dan sawo. (2) Untuk buah
import yang jarang dijual di outlet adalah kiwi dan strawberry.

2.4.1. Saluran Distribusi Buah Lokal dan Buah Import


Saluran distribusi yang akan dibahas dalam artikel ini meliputi 7
(tujuh) dari 8 (delapan) jenis buah import yang paling banyak masuk di
Indonesia, dan jenis buah yang akan dipaparkan dalam artikel ini dianggap
mewakili saluran distribusi buah lokal dan buah import yang di jual di
Kota Semarang yaitu : buah naga, jeruk (jenis besar dan jeruk kecil),
durian, kelengkeng, pear, anggur, dan apel.
a. Pendistribusi Buah Naga

26
Negara pemasok buah naga adalah Vietnam, Malaysia, dan
Singapura. Buah Naga yang diimpor ke Indonesia dalam tahun 2012
sebanyak 5,2 ribu ton dengan nilai US$ 4,4 juta. Jumlah import dari
bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012, dengan perincian :
import dari Vietnam sebanyak 5 ribu ton ( senilai US$ 4,2 juta ),
impor dari Malaysia sebanyak 149,4 ton (senilai US$ 117,4 ribu), dan
impor buah naga dari Singapura 2,9 ton (senilai US$ 3.393).
Pemasok buah naga terbanyak ke outlet – outlet di Kota
Semarang berasal dari Pasar Johar (terbanyak), Gudang buah
Kaligawe, Gudang buah Pelabuhan, PT. Ibana, Bandungan dan petani.
Di Kota Semarang sebagian besar buah naga di jual di outlet tetap
(OT) dengan luas outlet kurang dari 25 m2. Sedangkan jenis buah
naga yang dijual adalah jenis buah naga putih dan buah naga merah .
Jalur distribusi buah naga merah dan putih ( baik buah naga
lokal maupun import. di Kota Semarang ada 4 (empat) yaitu : (1).
Buah Naga lokal yang disupplai langsung dari petani ke outlet; (2).
Buah naga lokal yang disupplai melalui distributor ke outlet; (3).
Buah naga lokal yang di supplai melalui bakul/tengkulak ke outlet;
(4). Buah naga import yang disupplai melalui distributor. Penjualan
buah naga (juga buah import lainnya), selain dilakukan oleh
distributor dengan cara pengecer mendatangi pengecer juga dapat
dilakukan dengan cara pengecer membeli langsung ke distributor.
b. Pendistribusi Jeruk (Jeruk Besar dan Jeruk Kecil)
Negara pemasok utama buah jeruk import adalah China. ,
Amerika Serikat, dan Pakistan. Dari bulan Januari hingga Juni 2012,
jeruk yang diimport sebanyak 15,7 ribu ton atau senilai US$ 12,5 juta.
27
Dengan jumlah import dari masing – masing Negara ke Indonesia
sebagai berikut : (1). China sebanyak 4,8 ribu ton (senilai US$ 3,7
juta); (2). Amerika Serikat (pemasok kedua terbesar jeruk) sebanyak 3
ribu ton dengan nilai US$ 2,6 juta; (3). Pakistan, jeruk impor dari
negara ini sebanyak 3,4 ribu ton dengan nilai US$ 2,6 juta; (4). Mesir
sebanyak 3,4 ribu ton dengan nilai US$ 2,3 juta; (5). Australia,
Argentina, Afrika Selatan, Spanyol, Uruguay, Hongkong, Taiwan,
Turki, dan Korea Selatan kurang lebih 500 ton.
Pemasok buah jeruk lokal di Kota Semarang, sebagian besar
berasal dari Pasar Johar. Sedangkan untuk buah import selain dari
pasar Johar, juga di pasok melalui Gudang Buah Kaligawe, Sentana,
dan Sunpride.
c. Pendistribusi Durian
Pemasok buah durian import terbanyak Thailand dan Malaysia.
Berdasarkan data BPS, sepanjang bulan Januari hingga bulan Juni
tahun 2012, Indonesia telah mengimpor durian sebanyak 1,6 ribu ton ,
senilai US$ 1,7 juta, dari 2 (dua) negara yakni Thailand dan Malaysia.
Import dari Thailand, pada bulan Januari, sebanyak 199,3 ton
senilai US$ 274,5 ribu, bulan Februari, sebesar 195,6 ton dengan nilai
US$ 272,7 ribu, Bulan Maret 872,1 ton senilai US$ 900 ribu,
sedangkan pada bulan April, Mei, dan Juni, tidak ada impor dari
Thailand. Import dari Malaysia, pada bulan Januari, sebanyak 7,5 ton,
senilai US$ 7.690. Pada bulan Februari dan Maret tidak ada import.
Pada bulan April, sebanyak 36,2 ton senilai US$ 37,4 ribu. Pada bulan
Mei, sebanyak 89,4 ton durian dengan nilai US$ 82,3 ribu . Bulan
Juni, sebanyak 173,5 ton dengan nilai US$ 114,2 ribu. Total durian
28
Malaysia yang masuk ke Indonesia sepanjang semester I tahun ini
sebanyak 306,6 ton dengan nilai US$ 241,7 ribu.
Di Kota Semarang, buah durian merupakan buah musiman yang
banyak dijual di outlet tetap , dengan luas kurang dari 25 m2 dan di
jual dipinggir – pinggir jalan di Kota Semarang. . Buah durian dalam
penelitian ini di kategorikan menjadi buah durian jenis durian
montong lokal ( terdiri dari durian lokal dan durian montong lokal –
karena saat ini buah montong sudah banyak di budidayakan oleh
petani) dan durian montong import. Pemasok buah durian lokal ke
outlet – outlet di Kota Semarang berasal dari petani, Pasar Johar,
Sunpride, PT. Ibana, dan Pasar Johar sedangkan pemasok durian
montong import berasal dari Pasar Johar dan Gudang Kaligawe.
d. Pendistribusi Kelengkeng
Pada tahun 2012, import kelengkeng ke Indonesia sebanyak
29,2 ribu ton (se nilai US$ 34 juta). Importir lengkeng terbesar berasal
dari 3 (tiga) Negara yaitu Thailand, Vietnam, dan China. Pada bulan
Januari s/d Juni 2012, import dari Thailand. Sebanyak 29 ribu ton
lengkeng impor dengan nilai US$ 33,7 juta, dari Vietnam sebanyak
171 ton dengan nilai US$ 201,7 ribu, dan dari China sebanyak 27,5
ton dengan nilai US$ 30.287.
Buah kelengkeng import maupun kelengkeng lokal, pada
umumnya di jual di OTT dan OT dengan luas toko kurang dari 25m2.
Pemasok buah kelengkeng lokal di Kota Semarang berasal dari petani,
Pasar Johar (terbanyak) dan Bandungan. Sedangkan pemasok buah
kelengkeng import berasal dari Pasar Johar, Bandungan, Gudang buah
Kaligawe, Gudang Pelabuhan dan Kumala.
29
e. Pendistribusi Pear
Pemasok pear berasal dari China, Afrika Selatan, Australia,
Korea Selatan, dan Amerika. Pada tahun 2012, Import pear, ke
Indonesia sebanyak 69 ribu ton atau senilai US$ 55,3 juta, dari jumlah
tersebut, China merupakan importer terbanyak, dengan jumlah 64,5
ribu ton (senilai US$ 50 juta). Afrika Selatan, sebanyak 2.866 ton
(senilai US$ 3,3 juta), Australia sebanyak 1.161 ton dengan nilai US$
1,3 juta, dan Korea Selatan sebanyak 181,8 ton dengan nilai US$
392,2 ribu dan Amerika Serikat sebanyak 181 ton dengan nilai US$
173,5 ribu.
Pemasok buah pear Di Kota Semarang dari Pasar Johar,
Sunpride dan Pasar Bandungan, dengan pemasok terbesar dari Pasar
Johar..Sedangkan pemasok buah pear import berasal dari Pasar Johar,
Bandungan, Gudang buah Kaligawe (terbanyak 31 lapak) , dan
Gudang Pelabuhan.
f. Distribusi Anggur
Negara pengimport anggur ke Indonesia meliputi : (1). Chili
(8.044 ton atau senilai US$ 18,5 juta , merupakan pengimport
terbesar), (2). Australia (6.750 ton dengan nilai US$ 13,9 juta), (3).
Afrika Selatan (3.473 ton dengan nilai US$ 7,9 juta). (4). Argentina
(1.268 ton anggur impor dengan nilai US$ 2,8 juta), dan Amerika
Serikat (307,6 ton dengan nilai US$ 593,6 ribu). Tahun 2012, total
import anggur dari 11 negara ke Indonesia sebesar 20,4 ribu ton
dengan nilai US$ 44,7 juta.
Pemasok buah anggur import ke lapak – lapak (baik OT
maupun OTT dengan luas < 25M2) di Kota Semarang , berasal dari
30
Pasar Johar (Pemasok terbanyak), Pasar Boja, Gudang Kaligawe,
Gudang Buah Pelabuhan, Pasar Buah (Ibana), Bandungan,
Distributor, Laris Manis, Sentra, dan HOS. Sedangkan untuk pemasok
buah anggur lokal berasal dari Pasar Johar dan Laris Manis.
Jenis anggur import yang banyak di jual adalah anggur Afrika,
Amerika, Anggur Australia, Anggur Cina, anggur Peru, anggur
Korea, dan anggur Roinbod baik itu anggur merah maupun anggur
hijau Anggur lokal jarang dijual di lapak-lapak, kalau ada yang dijual
jenis anggur bali, atau orang menyebut anggur kecil atau anggur
hitam.
g. Distribusi Apel
Pada tahun 2012, total import apel ke Indonesia sebanyak 92,4
ribu ton atau senilai US$ 82,2 juta. Asal import buah apel ke
Indonesia dari 11 negara. Negara pengimpor apel terbesar ke
Indonesia meliputi : (1). China, dengan total impor 63,5 ribu ton atau
senilai US$ 56,6 juta (import terbesar), (2). Amerika Serikat dengan
jumlah 24,9 ribu ton dengan nilai US$ 20,5 juta , (3). New Zealand
sebanyak 1.915 ton dengan nilai US$ 2,3 juta, (4). Kangguru,
Australia, sebanyak 315 ton dengan nilai US$ 1,1 juta , (5). Afrika
Selatan sebanyak 1.038 ton dengan nilai US$ 1,04 juta, (6). Perancis,
Singapura, Myanmar, Argentina, Korea Selatan, dan Jepang. Di
Semarang, pemasok buah apel import sebagian besar berasal dari
Pasar Johar, Sentra dan Sunprice..Gudang buah Kaligawe, atau pada
bakul ( Jahman, HOS, Roni, Agus dan Kumala) , sedangkan pemasok
buah apel lokal dari Pasar Johar, Pasar Bojo, Sunprice dan
Bandungan. Buah Apel lokal dan buah apel import banyak dijual di
31
outlet tetap maupun outlet tidak tetap , seperti dijual di mobil-mobil di
pinggir jalan. Jenis apel import yang banyak dijual seperti apel fuji,
apel merah, apel Washington dan apel sanmon, Sedangkan apel lokal
yang di jual adalah apel malang dan apel manalagi.
Berdasarkan hasil penelitian di 12 Kecamatan di Kota Semarang,
dapat diketahui, bahwa pola distribusi buah lokal di Kota Semarang ada 3
(tiga) yaitu : Pertama , Buah di supplai langsung dari petani ke outlet
( P→O →KA), Kedua buah lokal yang di supplai melalui distributor ke
outlet, dan di jual ke Konsumen Akhir (P →D→O→KA), dan ketiga Buah
yang di supplai melalui bakul/tengkulak ke outlet (P→TG→O→KA). Dan
dalam melakukan pendistribusian buah, toko buah di Kota Semarang,
sering menggunakan kombinasi dari ke tiga saluran distribusi
diatas.Gambar 1.menunjukkan pola distribusi buah lokal di Pasar Kota
Semarang.

(1)

(2)
Petani Distributo Outlet Konsumen
r Akhir

Bakul/ TG (3)

Sumber : Data Primer Yang Diolah


Gambar 1. Saluran Distribusi Buah Lokal

32
Pola distribusi buah import di Kota Semarang , ada 3 (tiga) yaitu
(1). Buah import yang di supplai melalui distributor ke outlet
(I→D→O→KA); (2).Buah Import yang di supplai melalui distributor ke
outlet, dan di jual ke Konsumen Akhir ( I→ D→O→KA); dan (3). Buah
import yang di supplai melalui bakul/ tengkulak ke outlet,
(I→TG→O→KA). Pola distribusi buah import secara lengkap dapat
dilihat pada gambar 2. berikut :

(1)

Konsumen
Importir Distributor Outlet
Akhir
(2)

Bakul/ Pasar/
TG
(3)

Sumber : Data Primer Yang Diolah


Gambar 2. Saluran Distribusi Buah Import

2.4.2. Faktor - Faktor Pendukung dan Penghambat


Pendistribusian Buah Di Kota Semarang
Faktor pendukung pendistribusian buah lokal meliputi :
Pertama, Potensi buah-buahan Indonesia sangat besar. Indonesia
mempunyai lebih dari 6000 varietas/klon buah-buahan yang unggul.
Potensi alam juga sangat mendukung. Indonesia mempunyai iklim, lahan,
dan altitude yang memungkinkan musim panen dapat dilakukan berbeda-
33
beda tiap daerah. Sementara potensi lahannya masih cukup besar sekitar
9,7 juta hektar. Dan di Jawa Tengah sebenarnya mempunyai potensi buah
lokal, karena salah satu dari 3 (tiga) penghasil buah terlengkap di
Indonesia adalah Jawa Tengah, Kedua , Menurut jajak pendapat Kompas,
masyarakat sebenarnya masih menggemari buah lokal. Dari 446
responden, 74.9 persen responden lebih memilih buah lokal dari pada buah
impor. (Kompas, 16 OKtober 2011), Ketiga , Rasa dan Kandungan
Vitamin : lebih segar, beberapa buah tropis juga terbukti lebih unggul
kandungan vitaminnya dibandingkan buah subtropics. Kandungan vitamin
C dan vitamin A pada buah mangga lokal, misalnya, lebih tinggi 10 kali
lipat dibandingkan apel impor. Nilai gizinya juga lebih baik karena tidak
melalui penyimpanan lama atau pengawetan yang menurunkan kualitas.
Faktor – Faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam
pendistribusian buah lokal yang dapat menjadi penghambat antara lain :
a. Buah-buahan Indonesia belum dikenal di dunia internasional dan
melum menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
b. Belum berorientasi pada mutu. Buah-buahan lokal diperdagangkan
tanpa seleksi mutu di tingkat produsen. Dalam pengiriman, buah
bermutu baik dicampur dengan bauh bermutu jelek, daun, ranting,
bahkan buah busuk.Akibatnya, 40-60 persen buah rusak dan harus
dibuang. Serta belum adanya jaminan mutu dan belum diterapkannya
manajemen mutu dalam produksi buah-buahan menyebabkan potensi
buah menjadi terbengkalai. Rendahnya mutu buah lokal , terkait erat
dengan sistem produksi buah-buahan, sistem panen, dan penanganan
pasca panen.

34
c. Sistem produksi buah-buahan di Indonesia umumnya menggunakan
sistem produksi pekarangan dan agroforestry. Dimana sistem jaminan
mutu sulit diterapkan. Sehingga penerapan jaminan mutu buah-
buahan perlu dikembangkan dan di terapkan oleh para petani buah,
serta perlu mempelajari manajemen kebun buah.
Keberadaan buah import harus diwaspadai , karena buah import
memiliki beberapa hal yang sangat mendukung untuk lebih diminati
konsumen, hal – hal tersebut seperti : pertama, Buah impor kerap dipilih
oleh konsumen dengan alasan, tampilannya menarik, pasokannya terjamin,
dan ada standarisasi mutu. Durian montong asal Thailand, jeruk asal Cina,
apel, pear, dan kawan - kawannya sudah menjadi langganan konsumen
Indonesia. Kedua, Buah impor kini selain memasuki ranah konsumsi, juga
telah menyerbu ke dalam hal yang lebih substansial, seperti ritual
keagamaan. Di Bali, sebagian warga lebih suka menggunakan buah impor
sebagai bahan sesajen dalam upacara. Menurut I Ketut Sumadi, dosen
Institut Hindu Darma, jika mempersembahkan buah impor, warga merasa
sesajinya lebih “berkelas” karena buah impor biasanya lebih mahal
ketimbang buah lokal. (Kompas, 16 Oktober 2011). Ketiga, Di dalam
industri, buah-buahan menjadi bahan baku industry makanan dan
minuman. Untuk minuman ringan sari buah yang diproduksi perusahaan
besar, hampir semua bahan bakunya impor. Kalaupun dihasilkan di
Indonesia buah-buahan yang menjadi bahan baku industri, umumnya
dihasilkan oleh perkebunan besar, dimana sentuhan teknologi
diaplikasikan dari penanaman hingga pascapanen sehingga kontinuitas
pasokan dan standarisasi rasa serta bentuk buah bisa didapat. (Kompas, 16
Oktober 2011).
35
Berdasarkan pola pendistribusian yang sudah ada di Kota
Semarang, agar buah lokal menjadi tuan rumah dinegerinya sendiri dapat
terwujud apabila di bangun supply-chain management (SCM) yang
tangguh. SCM merupakan strategi bisnis yang mengintegrasikan secara
vertikal perusahaan-perusahaan dalam supply chain (SC) untuk
menigkatkan efisiensi dan prestasi keseluruhan anggota SC agar dapat
memenuhi tuntutan konsumen sehingga menjadi satu kesatuan kegiatan
bisnis yang kompetitif.
SCM saat ini menjadi penting, karena di Indonesia, tumbuh pasar-
pasar modern, seperti hypermarket, supermarket, dan minimarket, adanya
persaingan dengan produk impor, adanya tuntutan konsumen terhadap
standar keamanan pangan dan mutu produk, perubahan gaya hidup dan
cara pandang terhadap pangan. Beberapa contoh penerapan SCM,
1. Taiwan , merupakan contoh penerapan SCM yang berhasil. Petani
buah di Taiwan membentuk asosiasi atau kelompok tani.Mereka
melakukan seleksi sendiri.Buah dikemas sesuai standar, baru
ditawarkan ke pasar grosir. Para tengkulak dipersilahkan membeli di
pasar grosir dengan caralelang dengan ketentuan yang dibuat asosiasi.
2. Indonesia yakni di Lumajang, Jawa Timur. Mereka adalah petani
pisang mas Kirana yang membentuk Kelompok Tani Sumber Jambe.

2.5. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas , dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut:

36
1. Di Kota Semarang ditemukan beberapa pola saluran distribusi buah ,
dengan lembaga – lembaga seperti petani, pedagang lokal , tengkulak,
bakul pasar, maupun importer Dalam menganalisis saluran pemasaran
buah di Kota Semarang , dibagi menjadi dua bagian yaitu saluran
pemasaran buah impor dan saluran pemasaran buah lokal. Pada
saluran pemasaran buah impor, peran supplier sebagai grosir sangat
penting bagi masuknya buah impor ke Kota Semarang.Supplier
mengatur waktu dan jumlah buah impor, menjadikan keberadaan buah
impor sampai di tangan konsumen selalu tersedia tiap saat dengan
harga yang lebih stabil. Dengan Pemasok buah terbesar di Kota
Semarang ada di Pasar Johor.
Pola distribusi buah di Kota Semarang, baik buah import
maupun buah loka; di Semarang 3 (tiga) saluran. Ketiga saluran
pemasaran untuk buah local adalah : (1). Petani , ke Outlet, ke
Konsumen Akhir : (2). Petani, ke Pedagang pengumpul (termasuk
didalamnya tengkulak, grosir buah ), ke Outlet, ke konsumen Akhir :
(3). Petani, ke tengkulak, ke Outlet, ke Konsumen Akhir. Sedangkan
pada pemasaran buah Import , diketahui 3 (tiga) saluran pemasaran di
Kota Semarang, yaitu : (1). Importir, ke Outlet, ke Konsumen Akhir;
(2). Importir, ke Distributor buah, ke Outlet, ke Konsumen Akhir ;
(3). Importir, ke Pasar buah/TG , ke Outlet, ke Konsumen Akhir.
Saluran pemasaran pada pola saluran ke-3 paling dominan dan
rutin terjadi di Kota Semarang .
2. Faktor Pendukung pendsistribusian buah lokal meliputi potensi
Indonesia sebagai penghasil buahbuahan yang unggul , sebagian
masyarakat menggemari buah lokal , Rasa dan Kandungan Vitamin
37
lebih baik karena tidak melalui penyimpanan lama atau pengawetan
yang menurunkan kualitas. Faktor penghambat, Buahbuahan
Indonesia belum dikenal di dunia internasional dan melum menjadi
tuan rumah di negeri sendiri, Sistem perdagangan di dalam negeri
belum berorientasi pada mutu dan manajemen mutu, serta penanganan
pasca panen dan Sistem produksi umumnya menggunakan sistem
produksi pekarangan dan agroforestry, sehingga sulit melakukan
penerapan jaminan mutu pada buah yang dihasilkan.
Keberadaan buah import harus diwaspadai , karena Buah impor
memiliki tampilan yang menarik, pasokannya terjamin, dan terdapat
standarisasi mutu.

Saran

1. Berdasarkan pola pendistribusian yang sudah ada di Kota Semarang,


agar buah lokal menjadi tuan rumah dinegerinya sendiri dapat
terwujud apabila di bangun supply-chain management (SCM) yang
tangguh. SCM merupakan strategi bisnis yang mengintegrasikan
secara vertikal perusahaan - perusahaan dalam supply chain (SC)
untuk meningkatkan efisiensi dan prestasi keseluruhan anggota SC
agar dapat memenuhi tuntutan konsumen sehingga menjadi satu
kesatuan kegiatan bisnis yang kompetitif.
2. Diperlukan campur tangan pemerintah dalam bentuk kebijakan –
kebijakan yang mendukung pendistribusian buah lokal seperti :
meningkatkan pendampingan pada para petani penghasil buah,
memfasilitasi keterkaitan petani kecil dengan industry penggolahan
buah, membatasi masuknya buah import, melakukan
38
menyederhanakan rantai pemasaran buah lokal, dengan lebih
mengefektifkan pasar lelang komoditi buah-buahan atau
memperluas/memperbaiki sarana pasar induk yang telah ada, kedua
memperbaiki fasilitas pasar tradisional dan meniadakan atau
mencegah pungutan-pungutan kepada pengecer kecil.
3. Adanya tuntutan konsumen terhadap standar keamanan pangan, mutu
produk, perubahan gaya hidup dan cara pandang terhadap pangan
pada masyarakat, maka pelaku usaha dalam pendistribusian buah
perlu penerapan dan mengembangkan jaminan mutu buah-buahan
serta mempelajari manajemen kebun buah.

39
BAB III
STRATEGI PENDISTRIBUSIAN BUAH LOKAL
DI KOTA SEMARANG

3.1. Pendahuluan
Keterkaitan antara produsen dan konsumen tidaklah terlepas dari
kegiatan distribusi. Barang yang dihasilkan oleh produsen akan
bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomis apabila dapat sampai ke
konsumen untuk pemenuhan kebutuhannya. Peran distribusi barang
dalam arti kata cukup, tepat waktu dan terjangkau atau sesuai dari segi
harga merupakan faktor-faktor penentu terhadap keberhasilan fungsi
distribusi barang dari produsen ke konsumen. Namun demikian, secara
kelembagaan sistem distribusi disamping untuk dapat memenuhi perannya
atas komoditas termaksud, juga merupakan regulator atau stabilisator
harga dalam hal kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan konsumsi dan
kebutuhan berproduksi.
Peran dari sistem distribusi di Indonesia adalah penciptaan harga
yang stabil melalui usaha pemenuhan akan kebutuhan secara cukup
diseluruh wilayah Nusantara. Namun demikian merupakan suatu
kenyataan untuk kasus di Indonesia bahwa sistem distribusi merupakan
bagian yang masih sangat lemah dalam mata rantai perekonomian
nasional. Dengan kata lain efesiensi di bidang sistem distribusi masih
rendah. Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha yang mengarah kepada
peningkatan efesiensi sehingga sistem distribusi yang ada mampu

40
melakukan pembagian yang adil atas marjin kepada semua pelaku-pelaku
ekonomi yang secara integral tidak dapat dipisahkan. Pembagian yang
dirasakan belum adil ini, oleh produsen khususnya yang berskala usaha
kecil dan tidak mampu melakukan usaha pendistribusian sendiri ternyata
memberikan situasi yang tidak merangsang untuk melakukan kegiatan
produksi. Padahal tujuan distribusi adalah membantu pendistribusian
barang dari produsen (petani ) ke konsumen akhir sehingga produk dapat
dinikmati konsumen tepat waktu, namun kenyataannya Kelembagaan
yang pernah dibangun selama ini tidak dapat berjalan sebagai mana
mestinya dan hanya menguntungkan pada pihak tertentu dan merugikan
petani.
Kondisi ini juga terjadi pada penjualan buah , dimana komoditas
ini secara intrinsik memiliki sifat cepat busuk, rusak, dan susut besar, hal
ini merupakan masalah yang dapat menimbulkan resiko fisik dan harga.
Eddy Simon Sim (2013) menyatakan bahwa kendala yang sering ditemui
dalam distribusi buah lokal adalah permasalahan teknologi, inkonsistensi
standar mutu buah yang dihasilkan serta teknologi pengemasan yang
kurang baik, sehingga menurunkan daya saing buah lokal. Buah yang
dikirim dari petani hingga pedagang pengecer, diperkirakan mencapai
30% rusak sebelum sampai ke tangan konsumen. Hal ini berbeda dengan
buah hasil impor dengan menempuh perjalanan yang jauh kondisinya
masih bagus. Hal ini mengisyaratkan potensi dan peluang investasi yang
menjanjikan di bidang usaha penanganan pascapanen, penyelamatan hasil
panen, dan industri pengolahannya. Keberadaan SCM (Supply Chain
Management) dalam pengembangan agroindustri sangatlah diperlukan,
karena memegang peranan yang sangat penting terhadap penentuan harga
41
jual yang diterima konsumen. Deny Utomo (2011) faktor keberhasilan dari
supply chain management berpengaruh signifikan paling besar terhadap
proses produksi dan saluran distribusi dan saluran distribusi berpengaruh
signifikan terhadap agroindustri mangga arumanis. Mutu dan biaya
transportasi merupakan hal yang paling mendasar dalam menentukan
harga jual (Batt, 2004).

Produk holtikultural terutama buah merupakan hasil pertanian


yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setiap hari semua keluarga
selalu membutuhkan buah sebagai bahan makanan penting untuk
memenuhi kecukupan gizi yang ideal. Permintaan yang besar terhadap
produk buah memunculkan adanya jaringan perdagangan buah dari
tingkat petani , produsen, pedagang perantara, sampai pedagang keliling
atau yang menjual buah ke rumah-rumah. Buah merupakan barang
dagangan yang meruah(bulky) dan mudah busuk (perishable) sehingga
diperlukan perlakuan atau penanganan khusus terhadap komoditas ini serta
diperlukan jalur pemasaran yang sependek mungkin dan waktu sesingkat
mungkin sehingga distribusi komoditas buah lokal dari petani produsen
bisa cepat sampai kepada konsumen. Pada kenyataannya jalur pemasaran
komoditas buah lokal ini memiliki mata rantai yang cukup panjang
sehingga menjadikan harga buah menjadi mahal dan kualitas buah yang
diterima konsumen berkurang. Keterlambatan pengiriman dan penjualan
bisa mengakibatkan komoditas ini tidak lagi mempuyai nilai ekonomis.
Oleh karena itu menurut Menteri Pertanian (Mentan) Suswono (2011) ke
depan ada suatu upaya memperpendek rantai panahnya ini agar petani bisa

42
langsung ke konsumen akhir, sehingga dia bisa menikmati harga yang
bagus, kalau ini terjadi, petani bisa bergairah lagi.

Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Haryuningtyas


HK (2013) menemukan bahwa saluran pemasaran buah apel di kota
Malang dari departemen trading langsung ke konsumen merupakan
saluran yang paling efisien secara teknis maupun ekonomis, dibandingkan
dengan saluran pemasaran lainnya karena memiliki nilai indeks efisiensi
teknis terkecil dan indeks efisiensi ekonomis terbesar.

Fenomena yang terjadi saat ini, adalah adanya peredaran buah-


buahan impor kian menjamur di pasar dalam negeri karena para distributor
dan pedagang eceren lebih tertarik menjualnya. Hal ini menurut I Made S.
Utama (2011) dikarenakan mutu penampilan dan kesegaran buah impor
merupakan salah satu daya tarik bagi konsumen dalam negeri. Ukuran
besar, warna relative seragam, dipercantik dengan lapisan lilin dan
dikemas dalam wadah protektif dan menarik sehingga mudah dan menarik
dipajang di pasar-pasar ritel, berbeda dengan buah lokal yang di pajang
ditempat ritel modern penampilan permukaan yang kurang /tidak menarik
karena adanya getah, memar atau cacat fisik lainnya, serta kurang cerah
dan segar, yang pada intinya kurang memberikan impulse daya tarik bagi
konsumen. Smith dan Dawson 2004 dalam I Made S. Utama (2011)
mengindikasikan bahwa buah impor yang dijual di pasar ritel sebesar
80%, disamping itu kontribusi penjualan produk hortikultura oleh pasar
ritel modern kepada masyarakat terus meningkat dari 21% tahun 2000
menjadi 31% tahun 2004.

43
Masalah ini semakin membesar setelah adanya perdagangan bebas
ASEAN-China (ACFTA). Dan belum ada langkah nyata dari pemerintah
untuk mengatasi membanjirnya buah impor di pasar dalam negeri. Karena
AC-FTA telah ditandatangani pada November 2002, dalam jadwal
penurunan tarif tahap pertama yaitu early harvest programme (EHP),
dilakukan penurunan atau penghapusan bea masuk impor untuk produk-
produk pertanian (termasuk diantaranya buah-buahan), kelautan
perikanan, makanan dan minuman. Pelaksanaan EHP dilakukan mulai 1
Januari 2004 hingga penghapusan bea masuk 0% mulai 1 Januari 2006.

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa potensi pemasaran buah


di Indonesia masih terbuka lebar. Luthfiany Azwawie (2013)
mengungkapan peluang pasar bagi buah lokal masih amat luas seiring
tumbuhnya kesadaran masyarakat mengonsumsi buah. Menurut jejak
pendapat Kompas (16 Oktober 2011) masyarakat sebenarnya masih
menggemari buah lokal, dari 446 responden 74,9% responden lebih
memilih buah lokal dari pada buah impor. Dari pengamatan di Semarang
peluang pasar bagi buah lokal juga sangat besar, hal ini bisa dilihat dari
kegiatan pasar buah terbesar di Semarang yaitu Pasar Johar selama 24 jam.
Selain itu hampir seluruh supermarket yang ada di kota Semarang sudah
menjual buah lokal ini berarti buah lokal sudah mulai diminati masyarakat
kalangan menengah ke atas. Menurut Eddy Simon Sim (2013) masyarakat
akan lebih melirik buah lokal kalau packaging buahnya bagus, dan
diharapkan juga bisa jadi nilai tambah sehingga suatu hari nanti bisa
mengurangi impor.

44
Menurut Sudiyarto (2011) pemasaran buah lokal di Jawa Timur
faktor peluang dan kekuatan mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada
faktor ancaman dan kelemahan, yang artinya untuk meningkatkan daya
saing buah lokal Jawa Timur maka dapat dilakukan strategi agresif atau
strategi pertumbuhan (Growth Oriented Strategy).

3.2. Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor pendukung pendistribusian
buah lokal di Kota Semarang.
2. Merumuskan Strategi pendistribusian buah lokal untuk
mengantisipasi serbuan buah import di Kota Semarang.

3.3. Pendekatan dan Desain Penelitian


. Penelitian akan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
Research and Development yang dikemukakan oleh Borg & Gall 1983
dengan 10 (sepuluh) langkah dalam pelaksanaanya, yaitu:

1. Research and information collecting. Mungumpulkan informasidan


melakukan penelitian awal terhadap literatur ataupun sumber-sumber
lain yang relevan
2. Planning. Melakukan perencanaan mengenai konsep yang akan
digunakan untuk merancang model berdasarkan informasi yang
diperoleh dan rencana mendatang
3. Develop preliminary form of product. Mengembangkan format atau
model yang baru sebagi alternatif system penilaian kinerja

45
4. Preliminary. Melakukan persiapan uji coba model dilapangan dalam
lingkup terbatas.
5. Main product revision. Melakukan revisi terhadap model berdasarkan
hasil uji coba terbatas
6. Main field testing. Melakukan uji coba model dilapangan dalam
lingkup yang lebih besar 2 (tiga) distributor Buah
7. Operational product revision. Melakukan revisi terhadap model
berdasarkan uji coba model yang lebih besar.
8. Operational field testing. Melakukan uji coba model dilapangan dalam
lingkup yang lebih besar lagi 5 (lima) Distributor Buah
9. Final product revision. Melakukan revisi terakhir setalah mendapatkan
masukan dari hasil tes dilapangan.
10. Dominition and implemention. Menyampaikan laporan akhir penelitian
dalam sebuah seminar hasil penelitian dan juga dalam jurnal ilmiah.

3.4. Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data


Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sumber data
primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan
wawancara dengan informan, dan daftar pertanyaan yang diberikan
langsung kepada pedagang buah. Sedangkan sumber data sekunder
diperoleh dari literatur serta laporan yang relevan dengan penelitian ini.

3.5. Lokasi dan Subyek Penelitian


Lokasi penelitian ini di Jawa Tengah, dan subyek penelitiannya
adalah Pelaku bisnis buah di Kota Semarang, yang terdiri dari Petani buah,

46
distributor (pedagang penggumpul, pengecer buah di modern market, toko
buah sederhana, pasar tradisional baik yang memiliki outlet tetap maupun
yang tidak tetap , dan pemerintah) di Kota Semarang, yang tersebar di 12
Kecamatan. Penentuan subyek dalam penelitian ini didasarkan pada
pertimbangan: (1) efektivitas (2) optimalisasi profit dan benefit
Sedangkan buah lokal yang dimaksud adalah buah yang ditanam di
Indonesia, meskipun buah tersebut berasal dari bukan bibit lokal.
Banyaknya buah lokal yang ada di pasaran, maka dalam penelitian ini di
golongkan menjadi : buah musiman, dan buah multi musim (pisang,
pepaya, melon, dsb).

3.6. Tahapan Penelitian


Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dalam dua tahap. Adapun
penelitian tahap pertama
1. Survey pendahuluan yang meliputi kegiatan menemukan :
a. Sumber pustaka dan hasil penelitian yang relevan
b. Identifikasi kondisi persaingan dan Persepsi pihak – pihak yang
terlibat dalam pendistribusian buah
2. Membuat Strategi yang meliputi kegiatan menemukan :
a. Faspek aktor pendukung dan penghambat optimalisasi
pendistribusian buah lokal
b. Aspek Manajemen
c. Aspek holistik,
d. Aspek budaya.
Melalui langkah-langkah ini diharapkan dapat ditemukan Strategi
Pendistribusian buah secara holistik dan secara parsial. Pada tahap ke
47
dua menerapkan strategi Pendistribusian Buah Lokal Dalam Menghadapi
Masuknya Buah Import Di Kota Semarang.

3.7. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian ini digunakan alat analisis data statistik deskriptif
dan kualitatif. Statistik deskriptif yaitu statistik yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti
melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum, (Sugiyono;
2010). Teknik Kualitatif naratif menurut Miles dan Hubermen dalam
Djam’an Satori (2009) dengan 3 komponen yaitu reduksi data, sajian data,
penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data adalah suatu proses
memilah memusatkan perhatian pada penyederhanaan, pengabsahan, dan
transformasi data mentah yang diperoleh dilapangan dalam bentuk
catatan-catatan, kemudian membuat ringkasan data lapangan, melakukan
kodifikasi dan memformulasikannya. Hasil yang diperoleh
diinterpretasikan, dan selanjutnya disajikan dalam bentuk naratif.

3.8. Hasil Penelitian


Kota Semarang bukan merupakan kota penghasil buah, tetapi
merupakan kota yang dibanjiri buah lokal maupun buah import, di kota
Semarang hanya ada bebarapa kecamatan sebagai penghasil buah yaitu
Kecamatan Gunung Pati dan Kecamatan Mijen sebagian besar buah
musiman seperti durian, rambutan. Jumlah yang besar dan sebagai ibu
kota propinsi maka kota Semarang menjadi salah satu kota tujuan untuk
memasarkan buah. Untuk sampai ketangan konsumen buah lokal di kota

48
Semarang banyak melibatkan lembaga pemasaran. Adapun lembaga
pemasaran yang terlibat dalam pemasaran buah lokal di kota Semarang
adalah tengkulak, pedagang pengepul dan pedagang pengecer.
Saluran distribusi dalam pemasaran buah lokal musiman di kota Semarang
dikatagorikan tanaman tidak keras dan tanaman keras.

Buah lokal musiman tanaman tidak keras sebagian besar


menggunakan pola distribusi 5 yaitu melalui petani menjual pada
tengkulak terus tengkulak menjual pada pengepul, dari pengepul ke
pedagang eceran baru kemudian ke konsumen akhir. Khusus buah apel
dan anggur pola distribusinya pola distribusi 5, hal ini dikarenakan semua
buah apel lokal yang ada di Semarang berasal dari kota Malang, dan
begitu juga buah anggur berasal dari Bali. Untuk buah naga, srikaya, sirsat
dan jeruk besar selain dari luar kota Semarang juga berasal dari kota
Semarang sendiri tapi jumlahnya sangat kecil sekali bila dibandingkan
dengan kebutuhan pasar.

Buah lokal musiman katagori tanaman keras jumlah yang paling


besar saluran distribusinya pola 5 yaitu melalui petani menjual pada
tengkulak terus tengkulak menjual pada pengepul, dari pengepul ke
pedagang eceran baru kemudian ke konsumen akhir. Hal ini dikarenakan
sebagian besar kebutuhan pasar terhadap buah lokal katagori musiman
tanaman keras didatangkan dari luar kota Semarang. Dari ke tuju jenis
buah lokal tersebut yang banyak dihasilkan oleh petani buah kota
Semarang adalah buah rambutan yaitu dari kecamatan Gunung Pati dan
Mijen. Kecamatan tersebut juga penghasil buah durian terbesar di kota
Semarang, namun dari hasil tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan
49
pasar, sehingga masih harus mendatangkan buah lokal durian dari luar
kota Semarang contohnya dari Jepara, Kabupaten Semarang dan lain-lain.

Buah lokal multi musim jumlah yang paling besar saluran


distribusinya pola 5 yaitu melalui petani menjual pada tengkulak terus
tengkulak menjual pada pengepul, dari pengepul ke pedagang eceran
baru kemudian ke konsumen akhir. Buah pisang, papaya, jambu air dan
jambu biji dalam pendistribusiannya ke konsumen menggunakan ke lima
pola saluran distribusi buah tersebut. Dari ke 10 jenis buah multi musim
yang dipasarkan di kota Semarang hanya buah blimbing saja yang paling
jarang di jual oleh pedagang eceran, hal ini dikarenakan berkurangnya
petani yang menanam buah belimbing. Kota Demak yang dulu terkenal
dengan kota penghasil buah belimbing akhir-akhir ini produksiya semakin
berkurang karena banyak petani benlimbing yang beralih ke jambu air.

Dari ke lima saluran distribusi buah yang ada di kota Semarang


dapat dilihat bahwa yang mempunyai peranan besar dalam
mendistribusikan buah ketangan konsumen adalah pengepul, dimana
pedagang pengepul ini biasanya didukung oleh pemodalan yang cukup
besar memiliki gudang dan ada yang sudah melakukan fungsi-fungsi
pemasaran selain pembelian dan penjualan seperti sortasi dan pengepakan.

Dari hasil penelitian dan pengamatan di lapangan kota Semarang


bukan merupakan kota penghasil buah yang dapat memenuhi kebutuhkan
pasar, maka kebutuhan pasar akan buah sebagian besar di penuhi dari luar
kota Semarang. Sebagian besar pendistribusian buah di kota Semarang

50
melalui pengepul. Pengepul terbesar di kota Semarang berada di pasar
Johar, di pasar tersebut terdapat 73 pengepul dari berbagai jenis buah.

Pemasok buah lokal musiman dan multi musim sebagian besar dari
pasar Johar Semarang. Selain dari pasar Johar para pedagang pengecer
juga mengambil dari Pasar lain yang ada di Kota Semarang yaitu pasar
Karangayu. Pedagang pengecer buah juga mengambil dari tengkulak dan
dari petani yang berasal dari Bandungan, Boja, Gunung Pati, dan PT.
Ibana.

Berdasarkan saluran distribusi baik buah lokal musiman maupun


multi musim yang dijelaskan diatas, maka saluran distribusi buah lokal
yang yang ada dikota Semarang dapat digambarkan sebagai berikut :

PETANI

TENGKULAK

PENGUMPUL

PEDAGANG ECERAN

KONSUMEN

Gambar 3 : POLA PENDISTRIBUSIAN BUAH LOKALDI KOTA SEMARANG

51
Menurut pendapat Bapak Ir Budi Darmawan sebagai petani dan
sekaligus pendistribusi buah terbesar di Kota Semarang yang memiliki
PT. Sansibar Devisi buah (PT. Ibana), Model distribusi buah PT.
Sansibar Devisi buah dapat dilihat pada gambar berikut :

Toko
(1 Buah

Perkebunan Outlet A Konsumen A


(2)
Buah
Ngebruk PT. Sansibar Devisi Konsumen B
Buah Outlet B
Komen B
“IBANA”

(Shortage) Outlet C

(3)
Petani
KORTAN
Plasma
(Un shorted)

Gambar 4. Saluran Distribusi Buah PT. Sansibar Devisi Buah

Berdasarkan hal tersebut diatas maka model strategi distribusi buah


buah lokal adalah sebagai berikut:

52
Gambar 5. Model Strategi Pendistribusian Buah Lokal di Kota
Semarang

53
BAB IV
PRODUKSI BUAH DI KOTA SEMARANG

4.1. Latar Belakang Penelitian


ACFTA atau ASEAN-China Free Trade Area. mulai berlaku pada
1 Januari 2010 dengan menggunakan prinsip perdagangan bebas.
Perdagangan bebas tersebut didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan
buatan, yakni hambatan yang diterapkan pemerintah dalam perdagangan
antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di
negara yang berbeda. Penerapan ACFTA menyebabkan berubahnya peta
perdagangan antara Indonesia, negara-negara ASEAN, dan China. Hal ini
juga berdampak pada sektor pertanian termasuk sektor hortikultura. Pada
tahun 2010 Impor terbesar terjadi pada subsektor hortikultura, seperti
bawang putih segar, buah apel, pir, serta kwini Mandarin segar, dan
komoditas buah lainnya sebesar US$ 434,4 juta; www.setneg.go.id.

Fenomena ini, bisa kita lihat dengan adanya peredaran buah-


buahan impor kian menjamur di pasar dalam negeri karena para distributor
dan pedagang eceren lebih tertarik menjualnya. Para pedagang sudah
mengemas penjualan buah impor dengan menggunakan kendaraan pick-up
(mobil bak terbuka), tersebar banyak di pinggir-pinggir jalan. Bukan
hanya itu, peredaran buah impor kini sudah menyebar ke banyak pelosok
di Indonesia. Dan hal itu bukan hanya fenomena kota, hanya untuk Jawa
lebih parah. Misalnya saya ke Jawa Tengah, dari Semarang hingga
Banjarnegara, sampai-sampai di Ciwidey (Bandung) sudah banyak buah
54
impor," Ia mengestimasi saat ini perederan buah impor seperti jeruk, apel,
pear, anggur, duren monthong sudah menguasai pasar lebih dari 80%, di
pasar moderen maupun tradisional. Distribusi buah-buah ini sangat
sistematis oleh para importir maupun pemasok. Sehingga suplainya tak
pernah kurang (Hasan Johnny Widjaja kepada detikFinance, Minggu
(27/3/2011). Smith dan Dawson 2004 dalam I Made S. Utama (2011)
mengindikasikan bahwa buah impor yang dijual di pasar ritel sebesar
80%, disamping itu kontribusi penjualan produk hortikultura oleh pasar
ritel modern kepada masyarakat terus meningkat dari 21% tahun 2000
menjadi 31% tahun 2004. Hal ini menurut I Made S. Utama (2011)
dikarenakan mutu penampilan dan kesegaran buah impor merupakan salah
satu daya tarik bagi konsumen dalam negeri. Ukuran besar, warna relative
seragam, dipercantik dengan lapisan lilin dan dikemas dalam wadah
protektif dan menarik sehingga mudah dan menarik dipajang di pasar-
pasar ritel, berbeda dengan buah lokal yang di pajang ditempat ritel
modern penampilan permukaan yang kurang /tidak menarik karena adanya
getah, memar atau cacat fisik lainnya, serta kurang cerah dan segar, yang
pada intinya kurang memberikan impulse daya tarik bagi konsumen,
disamping itu suplai yang tak menentu.

Produk holtikultural terutama buah merupakan hasil pertanian


yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setiap hari semua keluarga
selalu membutuhkan buah sebagai bahan makanan penting untuk
memenuhi kecukupan gizi yang ideal. Fenomena tersebut menunjukkan
bahwa potensi pemasaran buah di Indonesia masih terbuka lebar.
Luthfiany Azwawie (2013) mengungkapan peluang pasar bagi buah lokal

55
masih amat luas seiring tumbuhnya kesadaran masyarakat mengonsumsi
buah. Menurut jejak pendapat Kompas (16 Oktober 2011) masyarakat
sebenarnya masih menggemari buah lokal, dari 446 responden 74,9%
responden lebih memilih buah lokal dari pada buah impor.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan hikmah (2014) di kota


Semarang peluang pasar bagi buah lokal sangat besar, hal ini bisa dilihat
dari kegiatan yaitu Pasar Johar selama 24 jam.. Menurut Eddy Simon Sim
(2013) masyarakat akan lebih melirik buah lokal kalau packaging buahnya
bagus, dan diharapkan juga bisa jadi nilai tambah sehingga suatu hari nanti
bisa mengurangi impor.

Permintaan yang besar terhadap produk buah memunculkan


adanya jaringan perdagangan buah dari tingkat petani , produsen,
pedagang perantara, sampai pedagang keliling atau yang menjual buah ke
rumah-rumah. Buah merupakan barang dagangan yang meruah(bulky)
dan mudah busuk (perishable) sehingga diperlukan perlakuan atau
penanganan khusus terhadap komoditas ini serta diperlukan jalur
pemasaran yang sependek mungkin dan waktu sesingkat mungkin
sehingga distribusi komoditas buah lokal dari petani produsen bisa cepat
sampai kepada konsumen. Pada kenyataannya jalur pemasaran komoditas
buah lokal ini memiliki mata rantai yang cukup panjang sehingga
menjadikan harga buah menjadi mahal dan kualitas buah yang diterima
konsumen berkurang. Keterlambatan pengiriman dan penjualan bisa
mengakibatkan komoditas ini tidak lagi mempuyai nilai ekonomis.

56
Hasil penelitian hikmah (2014) pendistribusian buah lokal di kota
Semarang baik itu buah lokal musiman maupun multi musim sebagian
besar melalui mata rantai yang cukup panjang. Pasar Johar sebagai pasar
buah terbesar di kota Semarang tidak hanya memenuhi permintaan buah di
kota Semarang, tetapi juga seluruh karisidenan Semarang, mendapat
pasokan buah lokal dari kota/kabupaten sekarisidenan Semarang, Jawa
Timur, Bali dan luar jawa. Dengan mata rantai yang cukup panjang ini
berpengaruh terhadap pendapatan petani. Benar pernyataan Menteri
Pertanian (Mentan) Suswono (2011) ke depan harus ada suatu upaya
memperpendek rantai panahnya ini agar petani bisa langsung ke
konsumen akhir, sehingga dia bisa menikmati harga yang bagus, kalau ini
terjadi, petani bisa bergairah lagi.

Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Haryuningtyas


HK (2013) menemukan bahwa saluran pemasaran buah apel di kota
Malang dari departemen trading langsung ke konsumen merupakan
saluran yang paling efisien secara teknis maupun ekonomis, dibandingkan
dengan saluran pemasaran lainnya karena memiliki nilai indeks efisiensi
teknis terkecil dan indeks efisiensi ekonomis terbesar.

Masih terbukanya peluang buah lokal yang cukup besar merupakan


tantangan bagi pengusaha buah lokal, bagaimana supaya buah lokal bisa
bersaing dengan buah impor. Dalam agribisnis pertanian, aspek
agrobisnis, aspek hukum, dan aspek manajemen harus diperhatikan, agar
tingkat keberhasilan agribisnis lebih tinggi sehingga keuntungan yang
diperoleh akan lebih besar. Strategi pendistribusian yang tepat akan
memperpendek sistem atau mata rantai perdagangan, sehingga lost of
57
benefit atau keuntungan yang hilang akibat panjangnya tataniaga
perdagangan bisa dihindari.

4.2. Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menerapkan
model strategi pendistribusian buah lokal untuk mengantisipasi serbuan
buah import di Kota Semarang.

4.3. Metode Penelitian


4.1.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
Research and Development langkah dalam pelaksanaanya, yaitu:
1. Preliminary. Melakukan persiapan uji coba model dilapangan dalam
lingkup terbatas.
2. Main product revision. Melakukan revisi terhadap model berdasarkan
hasil uji coba terbatas
3. Main field testing. Melakukan uji coba model dilapangan dalam
lingkup yang lebih besar
4. Operational product revision. Melakukan revisi terhadap model
berdasarkan uji coba model yang lebih besar.
5. Operational field testing. Melakukan uji coba model dilapangan dalam
lingkup yang lebih besar lagi
6. Final product revision. Melakukan revisi terakhir setalah mendapatkan
masukan dari hasil tes dilapangan.
7. Dominition and implemention. Menyampaikan laporan akhir penelitian
dalam sebuah seminar hasil penelitian dan juga dalam jurnal ilmiah.

58
4.3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif – kuantitatif, yaitu jenis
penelitian yang menggabungkan antara penelitian kuantitatif dengan
kualitatif (Burhan Bungin; 2007). Analisis kuantitatif dalam penelitian ini
untuk mendukung analisis kualitatif.

4.3.2. Lokasi dan Subyek Penelitian


Lokasi penelitian ini di Karisidenan Semarang, dan subyek
penelitiannya adalah Pelaku bisnis buah di Karisidenan Semarang (
Pengusaha buah, Petani buah, distributor buah, pedagang buah) .

4.3.3. Metode Pengumpulan Data


Jenis data dalam penelitian ini adalah data subyek yaitu jenis data
penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karateristik dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian (Nur
Indriantoro, 1999). Data Kuantitatif diperoleh dengan wawancara
langsung ke Petani buah, tengkulak buah, pedagang pengepul buah, dan
pedagang pengecer buah (biaya, dan harga jual). Data kualitatif dilakukan
dengan metode wawancara langsung secara mendalam dengan informan
(Petani buah, tengkulak, pengepul, pedagang pengecer, pengusaha buah).

59
4.3.4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan alat analisis kuantitatif untuk
mencari margin yang diperoleh petani buah, tengkulak, pengepul,
pedagang pengecer dan kualitatif. Model analisis data adalah: analisis
naratif. Teknik ini menurut Miles dan Hubermen dalam Djam’an Satori
(2009) dengan 3 komponen yaitu reduksi data, sajian data, penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data adalah suatu proses memilah
memusatkan perhatian pada penyederhanaan, pengabsahan, dan
transformasi data mentah yang diperoleh dilapangan dalam bentuk
catatan-catatan, kemudian membuat ringkasan data lapangan, melakukan
kodifikasi dan memformulasikannya. Hasil yang diperoleh
diinterpretasikan, dan selanjutnya disajikan dalam bentuk naratif.

4.4. Hasil Penelitian


Di kota Semarang terdapat 6 Kelompok Tani Buah yang merupakan
binaan Pemkot Semarang melalui Dinas Pertaninan. Kelima kelompok
tersebut adalah :
1. Kelompok Tani Barokah (Kelurahan Polaman, Kec. Mijen)
2. Kelompok Tani Karya Makmur (Kelurahan Bubakan, Kec, Mijen)
3. Kelompok Tani Sido Mukti (Kelurahan Polaman, Kec. Mijen0
4. Kelompok Tani Rejo Mulyo (Kelurahan Purwosari Kec. Mijen)
5. Kelompok Tani Mekar (Kelurahan Wonolopo, Kec. Mijen)
6. Kelompok Tani Mulyo Sejahtera (Kel. Plalangan, Kec. Gunungpati)

60
4.4.1. Pelatihan/Peningkatan Ketrampilan
Pemerintah Kota Semarang semakin serius mengembangkan
kawasan agro wisata yang mengedepankan hasil-hasil pertanian buah
lokal. Dalam mewujudkan kawasan agrowisata tersebut Pemerintah Kota
Semarang melalui Dinas Pertanian dengan melibatkan yayasan obor tani
memberikan pelatihan peningkatan ketrampilan kepada petani buah yang
menjadi anggota kelompok tani. Pelatihan yang diberikan meliputi aspek
agrobisnis, aspek manajemen dan aspek hukum. Petani melalui kelompok
tani Karya Makmur pada tahun 2014 mendapat bantuan dari Ditjen
Prasarana dan Sarana Pertanian dalam hal konservasi air (Anomali Iklim)
dan pengembangan Optimalisasi lahan tanaman pangan. Selain itu
diberikan pula bansos dana tugas pembantuan Provinsi Jateng (Dinas
Pertanian TPH Prop Jateng) dari Ditjen Pengolahan dan Pemasaran hasil
produksi pertanian tahun 2014 kepada Kelompok Tani Sido Mukti. Selain
dari Pemkot Semarang kelompok tani juga mendapat bantuan dari Bank
Jateng berupa Embung Kuncen dan Embung Batok. Bantuan ini sangat
bermanfaat sekali untuk mengairi areal pertanian yang berada didaerah
sekitarnya. Hasil penyebaran kuesioner dari 60 responden yang pernah
mengikuti pelatihan sebanyak 51 responden atau 85%, hal ini
menunjukkan bahwa para petani mempunyai kesadaran untuk menambah
ilmu pengetahuan sehingga dapat meningkatkan hasil pertaniannya.
Pendidikan non formal sangat penting misalnya kursus, penyuluhan, studi
banding, karena akan dapat membuka cakrawala petani, menambah
ketrampilan dan pengalaman petani dalam mengelola usahatani.
Berdasarkan wawancara dengan ketua kelompok tani ada 3 ketua
kelompok tani yang pernah melakukan studi banding ke Cina yang
61
dibiayai oleh Dinas Pertanian dan Yayasan Obor Tani, bahkan ada satu
ketua kelompok tani yang melakukan studi banding dengan biaya sendiri
ke Thailand. Mereka mengatakan bahwa dengan studi banding
mendatangkan banyak manfaat untuk pengembangan usaha tani, walaupun
pengelolaan pertanian khususnya di Kota Semarang masih jauh
dibandingkan dengan Negara Cina dan Thailand.

4.4.2. Pendistribusian Buah


Kecamatan Mijen dan Gunung Pati merupakan sentra produksi
buah di Kota Semarang.dimana sebagian besar petani di dua kecamatan
tersebut memproduksi durian, jambu Kristal dan srikaya yang nantinya
diharapkan menjadi buah unggulan Kota Semarang. Buah durian, jambu
Kristal, dan srikaya yang diproduksi petani Kec. Mijen dan Kec. Gunung
Pati dipasarkan dalam bentuk segar. Daerah pemasarannya baru
mencukupi konsumen lokal. Untuk sampai ketangan konsumen, durian,
jambu Kristal dan srikaya tidak banyak melibatakan lembaga pemasaran.
Dalam rangka memperlancar arus barang maka petani sebagai produsen
bisa memilih saluran pemasaran yang paling pendek dengan harapan harga
yang diterima lebih tinggi, karena biaya operasional pemasaran dan
tingkat laba yang diambil semakin kecil.
Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pendistribusian buah
durian, jambu Kristal dan srikaya adalah kelompok tani dan pedagang
pengecer. Distribusi buah durian, jambu Kristal dan srikaya dari pusat
produksi hingga ke konsumen akhir, berdasarkan wawancara dan
pengamatan di lapangan terhadap 60 responden petani buah durian, jambu

62
Kristal dan srikaya diketahui bahwa konsumen buah tersebut adalah
konsumen lokal.
Dari 28 petani yang memproduksi buah durian ada 22 petani yang
mendistribusikan langsung ke konsumen, dan 6 petani yang melalui
kelompok tani dan pedagang eceran. Petani durian sebagian besar dalam
mendistribusikan buah tersebut sudah sorting/grading sesuai dengan
kualitas. Dengan demikian pendapatan petani meningkat. Durian yang
berkualitas dibawah standart dan tidak laku di jual ke konsumen, sebagian
dijual lewat kelompok tani karya makmur dengan dibekukan terlebih
dahulu, baru kemudian di jual ke pedagang makanan. Buah durian
merupakan buah musiman tahunan, dan petani belum bisa untuk mengatur
waktu panen, sehingga kebutuhan konsumen akan buah tersebut masih
dipenuhi oleh buah impor. Upaya Pemerintah Kota Semarang untuk
mengatasi hal tersebut dengan mengirimkan ketua kelompok tani untuk
melakukan studi banding ke Cina, juga diadakan festival buah durian
setiap tahun sekali. Disamping itu menurut Direktur eksekutif Yayasan
Obor Tani (Yabortan) Semarang Pratomo saat ini sedang dikembangkan
durian lokal unggulan di Kelurahan Bubakan, Kecamatan Mijen. Hal ini
salah satunya untuk memberi kekuatan kepada petani lokal agar tingkat
kesejahteraannya meningkat.
Dari 38 petani jambu Kristal ada 31 petani yang mendistribusikan
langsung kekonsumen dan 7 petani pendistribusiannya melalui pedagang
eceran. Petani jambu Kristal dalam pendistribusiannya sudah melakukan
sorting/grading sesuai dengan kualitas besar kecilnya buah.
Dari 14 petani srikaya 9 mendistribusikan hasil produksinya
langsung kekonsumen dan 5 petani melalui pedagang eceran.
63
Pendistribusiannya petani sudah melakukan sorting/grading sesuai dengan
kualitas besar kecilnya buah.
Ke tiga buah lokal tersebut dalam pendistribusiannya sudah melakukan
sorting/grading, hal ini sesuai dengan rekomendasi Popy Anggasari
(2013) strategi dibuat berdasarkan temuan pada hasil penelitian, yaitu
perlu dilakukan pembagian grade buah-buahan, buah yang memiliki
kualitas yang bagus dan tampilan yang menarik dihargai mahal dan buah
yamg memiliki kualitas kurang bagus diberi harga yang sesuai. belum ada
pengemasan. Dari hasil wawancara dengan petani, tidak dilakukan
pengemasan dikarenakan tanpa pengemasan produk tersebut langsung
terjual habis ke konsumen.

Berdasarkan Hasil penelitian hikmah (2014), model


pendistribusian buah lokal di kota Semarang dapat dilihat pada gambar 1
dibawah ini :

Pelatihan &
Pendidikan :

1. Aspek Petani Koortan Outlet Konsumen


Agrobisnis
2. Aspek
Manajemen
3. Aspek hukum

Pengepul

Gambar 6.Model Pendistribusian Buah Lokal Kota Semarang

64
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa pelatihan atau
pendidikan baik aspek agrobisnis, aspek manajemen maupun aspek hukum
sangat vital dalam meningkatkan kinerja petani buah, sehingga akan
meraih keunggulan bersaing dengan buah impor, dan dapat meningkatkan
pendapatan petani karena dengan pendidikan tersebut salah satunya
diharapkan petani mampu melakukan shortage atau pemisahan buah
berdasarkan kualitas menjadi Grade A, B, dan C. Selama ini kebanyakan
yang melakukan shortage adalah tengkulak atau pedagang. Di dalam
pendistribusian buah lokal maka diperlukan suatu lembaga agar harga
buah stabil sehingga harga tidak dipermainkan tengkulak atau pedagang,
adanya jaminan pemasaran, mudah mendapatkan informasi teknologi baru
tentang pembudidayaan buah maupun bantuan dari pemerintah atau
swasta. Baru kemudian dijual ke tengkulak, pedagang atau konsumen.

Petani buah local di Kota Semarang sebenarnyan sudah


menerapkan model seperti di atas, namun ada perbedaan bahwa petani
buah local di Kota Semarang dalam pendistribusiannya tidak melalui
outlet, sebagian besar langsung ke konsumen. Model pendistribusian buah
lokal hasil produksi Kota Semarang dapat di gambarkan Sebagai berikut :

65
Pelatihan &
Pendidikan :

1. Aspek Petani Kelompok Konsumen


Agrobisnis
Tani
2. Aspek
Manajemen
3. Aspek hukum
Pedagang

Gambar 7.Model Pendistribusian Buah Lokal Kota Semarang

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa pelatihan atau


pendidikan baik aspek agrobisnis, aspek manajemen maupun aspek hukum
sangat vital dalam meningkatkan kinerja petani buah, sehingga akan
meraih keunggulan bersaing dengan buah impor, dan dapat meningkatkan
pendapatan petani karena dengan pendidikan tersebut salah satunya
diharapkan petani mampu melakukan shortage atau pemisahan buah
berdasarkan kualitas menjadi Grade A, B, dan C. Selama ini kebanyakan
yang melakukan shortage adalah tengkulak atau pedagang. Di dalam
pendistribusian buah lokal maka diperlukan suatu lembaga agar harga
buah stabil sehingga harga tidak dipermainkan tengkulak atau pedagang,
adanya jaminan pemasaran, mudah mendapatkan informasi teknologi baru
tentang pembudidayaan buah maupun bantuan dari pemerintah atau
swasta. Baru kemudian dijual ke tengkulak, pedagang atau konsumen.

Dengan model pendistribusian tersebut ternyata belum dapat


memaksimalkan pendapatan petani buah lokal di Kota Semarang,
dikarenakan buah lokal yang di tanam buah musiman dan sebagian besar
petani buah sebagai pekerjaan sambilan
66
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu dipikirkan strategi,
yang harus dilakukan petani, sehingga dapat meningkatkan hasil
produksi dan pendapatannya, sehingga hasil tanamnya tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan lokal daerahnya saja, akan tetapi juga bisa di jual ke
luar daerah bahkan di luar Kota Semarang. Untuk mencapai hal tersebut
faktor yang terpenting yang perlu dimiliki petani tidak hanya di Kota
Semarang, tetapi semua petani yang ada di Indonesia, adalah tekat yang
kuat dan motivasi untuk mengembangkan usahanya, serta di milikinya
jiwa wirausaha, bukan hanya menjadikannya sebagai pekerjaan sambilan
karena tampa tekat yang kuat, hal tersebut akan susah mewujudkan.
Begitu juga dengan usaha pemerintah untuk memajukan petani juga akan
sia – sia, kalau bantuan yang diberikan, berupa pendidikan dan pelatihan
serta modal, berupa bibit, obat, teknologi maupun embung, bila usaha
mereka hanya dijadikan usaha sampingan. Selain tekat, Motivasi, dan
jiwa wirausaha, paling tidak ada tiga aspek harus di dipelajari dan tekuni
oleh petani, yaitu meliputi : aspek agrobisnis, aspek manajemen dan aspek
hukum.
Strategi pendistribusian buah lokal di Kota Semarang melalui
penguatan dari petani, yaitu motivasi , tekat yang kuat . dan disertai
dengan jiwa wirausaha, secara rinci dapat digambarkan dalam model
berikut :

67
Pemerintah Kota

Dinas Pertanian, Bank Indonesia, Yayasan Obor Tani

Pendidikan Dan Bantuan /Hibah


Pelatihan

Aspek Agribisnis Aspek Manajemen Aspek Hukum

Tekat yang kuat


Petani
Motivasi

Jiwa wirausaha Koortan

Grade A Grade B Grade C

Pasar modern Toko Buah Toko Buah

Supermarket Pasar buah Pasar buah

Konsumen Akhir

Gambar 8. Model Pendistribusian Buah Lokal Melalui penguatan


motivasi Petani

4.5. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut :

1. Secara umum pendistribusian buah lokal hasil produksi Kota


Semarang dari petani langsung ke konsumen, hal ini disebabkan
karena hasil produksinya baru bisa mencukupi konsumen lokal.
2. Dalam pendistribusiannya petani sudah melakukan shortage atau
pemisahan buah berdasarkan kualitas, tetapi belum melakukan

68
pengemasan sehingga harganya masih dibawah harga buah lokal dari
luar Kota Semarang
3. Petani yang menjadi anggota kelompok tani secara keseluruhan
mendapat pelatihan baik dari Pemkot Semarang melalui Dinas
Pertanian, konsultan Obor Tani dan BUMN.
4. Strategi pendistribusian buah lokal di Kota Semarang adalah perbaikan
kelembagaan dan sarana pendukung sektor pertanian, perbaikan
kebijakan pemerintah yang mendukung pelaku agribisnis, perbaikan
teknologi produksi tepat guna, dan yang paling utama adalah melalui
penguatan dari petani, yaitu menumbuhkan motivasi, tekat yang kuat .
dan disertai dengan jiwa wirausaha.

Saran
1. Pemerintah Kota Semarang dalam mengembangkan kawasan agro
wisata hendaknya tidak hanya memberikan bantuan saja tetapi perlu
adanya pendampingan yang dilakukan secara berkesinambungan.
2. Sehubungan hasil produksi buah lokal, baru bisa memenuhi konsumen
lokal, dengan wilayah pertanian di Kota Semarang yang tidak terlalu
dominan maka petani perlu mengembangkan bibit yang potensial,
mengolah lahan yang baik, sistem pengairan, pupuk dan genetika
harus dipupuk agar dapat meningkatkan hasil pertanian yang
berkualitas.,

69
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hasan, SE, MM (2013), Marketing dan kasus-Kasus Pilihan, Cetakan
Pertama, Center for Academic Publicing Service (caps)

Denny Utomo, (2011) Strategi Pendekatan Supply Chain Management


Pada Proses Produksi Dan Saluran Distribusi Terhadap
Agroindustri Mangga (Mangifera Indica) Di Kabupaten
Probolinggo, http://www.academia.edu/2372966

Eddy Simin Sim (2013), KORPUS IPB.COM, www.korpusipb.com.

Istijanto, MM, M. Com, Aplikasi Praktis Riset Pemasaran, PT. Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta, 2009.

Hayuningtyas HK (2013), Efisiensi Pemasaran Buah Apel (Kasus


Pemasaran Buah Apel di Kusuma Agrowisata Kota Batu, Malang,
Jawa Timur, http://faperta.unsoed.ac.id.

I Made S. Utama (2011), Menjaga Mutu Buah Tropika Dalam Rantai


Distribusi, http:// Staff unud.ac.id.

Mieke Suswono, 29 September 2009 TrimbunPontianak.co.id.

70
Mukhlas Ansori (2004), Jaringan Pemasaran Sayur-Mayur (Kasus
Pemasaran Sayur- Mayur Di Pasar Cibinong Bogor),

Nurchayati dan Hikmah (2012), Pola Distribusi Buah Local Dan Buah
Import (Studi Kasus Pedagang Buah Di Kota Semarang), Hasil
Penelitian

Philip Kotler & Kevin Lane Keller (2008), Manajemen Pemasaran jilid 2,
Edisi 12 Bahasa Indonesia, PT. Macanan Jaya Cemerlang.

Philip Kotler & Gary Amstrong (1993), Dasar-dasar Pemasaran,


Intermedia, Jakarta.

Pasar dan Perdagangan : Peluang Pasar Buah Lokal,


http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/07/05/pasar-dan-
perdagangan-peluang-pasar-buah-lokal-378065.html.-*-./diakses
19 Januari 2013

Sentra Buah-buah http://hortikultura.deptan.go.id/?q=node/328/diakses


20 Pebruari 2013

Sudiyarto (2011), Strategi pemasaran buah lokal Jawa Timur, Journal-


SEP Vol 5 No. 1 Maret 2011

Viva news, Mengapa Buah Impor Murah, Buah Lokal Mahal, Minggu, 10
Juli 2011

WiLliam J. Stanton, Prinsip Pemasaran, Erlangga, jakarta, 2003.

71
Ali Hasan, (2013), Marketing dan kasus-Kasus Pilihan, Cetakan Pertama,
Center for Academic Publicing Service (caps)

Aspek Pemasaran Agribisnis Pertanian, www.bibitbuah.net, diakses 20


Oktober 2014

Ada WTO di Balik Penundaan Aturan Pengetatan Impor Buah &


Sayur
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2012/06/18/101839/a
da_wto_di_balik_penundaan_aturan_pengetatan_impor_buah_sayu
r/#.UCZ116DBGTY diakses tgl 18 Januari 2013

Burhan Bungin, (2011) Penelitian Kualitatif, Kencana Prenada Media


Group, edisi kedua

Buah Klimaterik dan Non-Klimaterik, anggur merupakan contoh


buah non-klimaterik
http://blog.ub.ac.id/itawinda/2012/09/10/buah-non-klimaterik/
diakses 25 Januari 2013

Buah Klimaterik Dan Non Klimaterik, http://setiono774.


blogspot.com/2011/05/buah-klimaterik-dan-non-klimaterik.html
diakses tgl 25 Januari 2013

Denny Utomo, (2011) Strategi Pendekatan Supply Chain Management


Pada Proses Produksi Dan Saluran Distribusi Terhadap
Agroindustri Mangga (Mangifera Indica) Di Kabupaten

72
Probolinggo, http://www.academia.edu/2372966, diakses 19 Mei
2014

Eddy Simin Sim (2013), KORPUS IPB.COM, www.korpusipb.com.,


diakses 15 April 2014

Hayuningtyas HK (2013), Efisiensi Pemasaran Buah Apel (Kasus


Pemasaran Buah Apel di Kusuma Agrowisata Kota Batu, Malang, Jawa
Timur, http://faperta.unsoed.ac.id., diakses 17 Agustus 2014

I Made S. Utama (2011), Menjaga Mutu Buah Tropika Dalam Rantai


Distribusi, http://www.Staff.unud.ac.id, diakses 14 Agustus 2014

Impor Pisang, Jeruk Hingga Pepaya Tembus Rp 2,6 Triliun


http://finance. detik.com/read/2012/06/18/121550/1943835/4/impor-
pisang-jeruk-hingga-pepaya-tembus-rp-26-triliun?f771108bcj diakses tgl
20 Januari 2013

Indriyo Gitosudarmo, (1994), Manajemen Pemasaran, BPFE Yogyakarta.

Impor Dibatasi, Petani Ditantang Tingkatkan Produktifitas Buah


Lokal,
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis/12/05/21/m4cqf0-impor-
dibatasi-petani-ditantang-tingkatkan-produktifitas-buah-lokal diakses tgl.
18 Januari 2013
Jam’an Satori, dkk, (2009), Metodologi Penenelitian Kualitatif, Alfabeta
Bandung

73
Mieke Suswono, (2013), Ini yang membuat buah lokal ungguli buah
impor, 29 September 2009 http://www.pontianak.tribunnews.com, diakses
24 Februari 2013

Marihot,2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Grasindo, Jakarta

Mathis, Robert L. dan Jacson, John H, 2001, Manajemen Sumber Daya


Manusia, Salemba Empat JakArta

Maria Natalia Samantha Liu dkk, 2013, Pengelolaan dan Pengembangan


Usaha Hortikultura

Pada pt. Horti Bima International, AGORA Vol. 1, No.1,


esutanto@peter.petra.ac.id. Diakses 21 Oktober 2014

Nurchayati dan Hikmah (2012), Pola Distribusi Buah Local Dan Buah
Import (Studi Kasus Pedagang Buah Di Kota Semarang), Hasil Penelitian

Nur Indriantoro, (1999), Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi 1, BPFE,


Yogyakarta.

Philip Kotler & Kevin Lane Keller (2008), Manajemen Pemasaran jilid 2,
Edisi 12 Bahasa Indonesia, PT. Macanan Jaya Cemerlang.

Philip Kotler & Gary Amstrong (1993), Dasar-dasar Pemasaran,


Intermedia, Jakarta.

74
Pasar dan Perdagangan : Peluang Pasar Buah Lokal, 2011/07/05
http:// ekonomi.kompasiana.com, diakses 19 Januari 2013

Rani Setiani Sujana, Analisis Aspek Manajemen,


http://mhs.blog.ui.ac.id, diakses 20 Oktober 2014

Sentra Buah-buah http://hortikultura.deptan.go.id/?q=node/328/diakses


20 Pebruari 2013

Sudiyarto (2011), Strategi pemasaran buah lokal Jawa Timur, Journal-


SEP Vol 5 No. 1 Maret 2011

Viva news, Mengapa Buah Impor Murah, Buah Lokal Mahal, Minggu, 10
Juli 2011

William J. Stanton, Prinsip Pemasaran, Erlangga, jakarta, 2003.

75
CURICULUM VITEA
BIODATA DRA. NURCHAYATI, SE, MM, AKT
A. IdentitasDiri
1. Nama Dra. Nurchayati, SE, MM, Akt
2. Jabatan Fungsional Lektor Kepala/ IVA
3. Jabatan Struktural Pembantu Dekan I
4. NIP 111 357
5. NIDN 06226046503
6. Tempat dan Tanggal Kabupaten Semarang, 26 April 1965
Lahir
7. Alamat Rumah Jln. HOS Cokroaminoto 343 Ungaran
8. Telp./Hp 024 6923259 / 081575008350
Alamat Kantor Jl Pawiyatan Luhur Bendan Dhuwur Semarang
9. Telp/Faks 0248316187 /Faxs 8316187
10 Alamat e-mail Pandawi_ung@yahoo.co.id
11 Lulusan yang telah S-1 = 291 orang, S2 = 2 orang, S3 = 0 orang
dihasilkan
Mata Kuliah yang 1. Manajemen Pemasaran Ritel
diampu 2. Manajemen Pemasaran Jasa
3. Pengantar Akuntansi
4. Seminar Pemasaran
B. Riwayat Pendidikan
Keterangan S1 S2
Nama Universitas 17 Agustus STIE IPWI Jakarta
Perguruan 1945 (UNTAG)
Tinggi Semarang
Bidang Ilmu Ekonomi Manajemen Manajemen
Perusahaan
Tahun Masuk - 1984 – 1989 1998 –2000
Lulus
Judul Analisis Diversifikasi Analisis Atribut Toko Yang
Skripsi/Thesis Produk Di Batam Mempengaruhi Motif Pembelian
Textile Ungaran Konsumen Pasar Raya Sri Ratu Di
Kota Semarang
Nama Drs. H. Suyanto dan DR.Bambang Tri Cahyono, MEc dan
Pembimbing Dra. Giyah Yuliari, MM Dra. Amik Kusumawardhani, MSc
76
C. Pengalaman di Bidang Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber Jumlah
1. 2008 Analisis Potensi Dan Kopertis Rp 7.500.000
Peluang Investasi Di Wilayah VI
Kabupaten Semarang Semarang
Dalam Upaya
Meningkatkan PAD
Kabupaten Semarang,
Kerjasama Lemlit UNTAG
Semarang dengan Diknas
Propinsi Jawa Tengah
2. 2008 Analisis Model Kelayakan Dirjen Rp 7.500.000
Komoditi Unggulan Usaha DIKTI
Kecil Untuk Mengembangkan Jakarta
Akses Permodalan Di
Kabupaten Semarang.
3. 2012 Model Strategi Keunggulan Ditbinlibtam Rp.
Bersaing Pada Perguruan nas Jakarta 50.000.000
Tinggi Swasta (PTS) Di
Kota Semarang
4. 2015 StrategiPendistribusianBuahL Anggota DIKTI
okal di Kota Semarang, Rp.
Lanjutan
52.500.000
5. 2016 Strategi Pengembangan Anggota DIKTI
Industri Kreatif Sebagai Rp.
Pendorong Destinasi
50.000.000
Pariwisata Melalui
Knowladge Creative Di
Kabupaten Semarang

D.Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir


No Tahun Judul Pengabdian Kepada Pendanaan
Masyarakat Sumber Jumlah
1. 2009 Kewirausahaan pada program UNTAG, SGC Rp.
Forum Komunikasi dan danDikti 98.000.000
77
No Tahun Judul Pengabdian Kepada Pendanaan
Masyarakat Sumber Jumlah
Konsultasi kerjasama antara Jakarta
Universitas 17 Agustus 1945
Semarang, Semarang Growth
Centre dan Dirjen DIKTI
Jakarta,
2. 2008 Instruktur : Diklat Fasilitator UNTAG Rp
Kewirausahaan Bagi Semarang, 95.000.000
Kelompok Wirausaha SCG, Dan
Kampus Di Semarang KementrianKo
Propinsi Jawa Tengah, yang perasidan
diselenggarakan oleh Deputi UKM
Bidang Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Kementerian Negara Koperasi
Dan Usaha Kecil Menengah,
3. 2010 Model Pengembangan Usaha DiknasProvins Rp
Alternatif Sebagai Upaya iJawa Tengah 10.000.000
Untuk Meningkatkan
Pendapatan Bagi Nelayan Di
Kelurahan Kuningan, Kec.
Semarang Utara, Kota
Semarang (kaji Tindak Studi
Kawasan Pantai Kota
Semarang)
4. 2012 Kewirausahaan UNTAG Rp 2.000.000
Semarang
5. 2014 IbM value added produk UD. DIKTI Rp32.500.000
Sukarasadan UD. Eco
Kelompok Usaha
MekarJatiUngaran
6. 2016 Pengabdian Kepada Fakultas Rp 2.500.000
Masyarakat : Motivasi, Ekonomi
Kewirausahaan dan
Manajemen Sumberdaya Air
78
No Tahun Judul Pengabdian Kepada Pendanaan
Masyarakat Sumber Jumlah
Terjun Desa Wisata Di Desa
Keseneng Kec Sumowono
Kab,. Semarang
E. Pengelaman Penulisan Aritikel Ilmiah Dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir
No JudulArtikelIlmiah Volume/Nomor/Tahun NamaJurnal

1 Pola Pendistribusian Buah http://seminarlppm. Prosiding


Lokal Hasil Produksi di ump.ac.id/index.php/ Lembaga
Kota Semarang semlppm/issue/archive Penelitian Dan
Pengabdian
Masyarakat Univ.
Muhammadiyah
Purwokerto

2 Strategic Development Prosiding


Pattern of Creative Industry Entrepreneurship
And Tourism in Supporting Development
Hanrdcraff Entrepreneur, Institute (EDI) of
India Gujarat
India
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/
Seminar Ilmiah
No. Nama Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Pertemuan Tempat
Ilmiah/Seminar
1 Call For Paper Model Strategi Keunggulan 2014 ,
Bersaing Pada Unisbank
PerguruanTinggiSwasta (PTS) Di Semarang
Kota Semarang
2. Call for paper Pola Distribusi Buah Lokal Dan 2013, UMS
Buah Import Di Kota Semarang (Universitas
(Studi Kasus Pedagang Buah ) Muhamadiyah
Solo
3. Seminar Hadil Penerapan Model Strategi 2014

79
Penelitian tahun Keunggulan bersaing PTS Di Kota Yogyakarta
2013 Semarang
G. Pengalaman Penulisan buku Dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Buku Tahun Jumlah Penerbit
Halaman
1. Pengantar Akuntansi 2009 129 -
2. Manajemen Pemasaran Jasa 2010 101 -
3. Manajemen Pemasaran Ritel 2011 132 -
4. Etika Profesi 2013 120 -
5 Strategi Keunggulan Bersaing 2014 (dalam proses)
PTS di Kota Semarang

H. Penghargaan yang pernah diraih dalam 10 Tahun Terakhir


(Dari Pemerintah, Asosiasi atau instansi Lainnya.
No Jenis Penghargaan Instansi Pemberi Tahun
Penghargaan
1 SertifikasiDosen Dikti 2009
2 CA IAI 2014
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian ,

Semarang,

(Dra.Nurchayati, SE, MM, Akt)

80
BIODATA HIKMAH, SE, MSi (P)

C. Identitas Diri

1. Nama Hikmah, SE, MSi (P)


2. Jabatan Fungsional Lektor Kepala/ IVA
Jabatan Struktural Ketua Program studi Manajemen
3. NIP 111 3127
4. NIDN 0622106701
5. Tempat dan Tanggal Magelang 22 Oktober 1967
Lahir
6. Alamat Rumah Jln. Sawunggaling VII/ 17 Banyumanik
Semarang
7. Telp./Hp 024 76481213/ 081325272164
8. Alamat Kantor Jl Pawiyatan Luhur Bendan Dhuwur
Semarang
Telp/Faks 0248316187 /Faxs 8316187
9. Alamat e-mail Hikmah.1967@yahoo.com
10 Lulusan yang telah S-1 = 95 orang, S2 = 0 orang, S3 = 0 orang
dihasilkan
Mata Kuliah yang 5. Metodologi Penelitian
diampu 6. Manajemen Keuangan
7. Pengantar Akuntansi
8. Praktek Akuntansi

D. Riwayat Pendidikan
Keterangan S1 S2
Nama Perguruan Universitas 17 Agustus Universitas Diponegoro
Tinggi 1945 (UNTAG) Semarang (UNDIP) Semarang
Bidang Ilmu Ekonomi Manajemen Akuntansi
Perusahaan
Tahun Masuk - Lulus 1987 - 1992 2000-2002
Judul Skripsi/Thesis Pengaruh Modal Kerja Pengujian Perbedaan
dan Penjualan Terhadap Nilai-Nilai Personal
Tingkat Rentabilitas Pada Menurut Persepsi

81
Perusahaan Konveksi Akuntan publik dan
Sumanja Di Comal mahasiswa Akuntansi
Nama Pembimbing Drs. Suwarno Tunjung DR. Muhammad Natsir
Seto dan Dra. Giyah dan Drs. Fuad Mir
Yuliari, MM
C. Pengalaman di Bidang Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan


Sumber Jumlah
1. 2007 Penelitian Dosen Muda : Ditbinlibtamnas Rp8.000.000
Evaluasi Strategi Keuangan Jakarta
dan Implikasi Terhadap
Kesulitan Keuangan
Perusahaan Publik Yang
Terdaftar Di Bursa Efek
Jakarta

2. 2009 Penelitian Dosen Muda: Kopertis Rp


Analisis Uji Beda Kinerja Wilayah VI 8.000.000
UKM Yang Sudah Dan Semarang
Belum Mengikuti Program
Pelatihan Dan Supervisi
Mitra Binaan (Studi Kasus
UKM Mitra Binaan PT.
Jasa Marga (Persero)
Cabang Semarang Plasa Tol
Manyaran Semarang)
3. 2009 Penelitian Dosen Muda: Kopertis Rp
Faktor-Faktor Yang Wilayah VI 7.500.000
Mempengaruhi Kinerja Semarang
UKM (Studi Kasus UKM
Di Kabupaten Dan Kota
Semarang)
4. 2010 Analisis Kesehatan Universitas Rp
Keuangan (PDAM) 2.500.000
Kabupaten Pekalongan
5. 2010 Profil Tenaga Kerja Universitas Rp
82
Kabupaten Grobogan 2.500.000
6. 2014 Strategi Pendistribusian DIKTI Rp
Buah Lokal Di Kota 50.000.000
Sermarang
7 2015 Strategi Pendistribusian DIKTI Rp
Buah Lokal Di Kota 44.000.000
Sermarang Lanjutan

D.Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Pengabdian Kepada Pendanaan


Masyarakat Sumber Jumlah
1. 2007 Supervisi terhadap UKM Mitra PT. Jasa Rp
Binaan PT. Jasa Marga (Persero) Marga 98.000.000
Cabang Semarang, Januari, (Persero)
Pebruari, dan Maret 2007, Cabang
Semarang,
2. 2007 Penyuluhan Peran Wanita Dalam Universitas Rp 2.000.000
Mendukung Ekonomi Keluarga,
RT. 07/ RW 04, Kel. Tawangsari,
Semarang Barat, 5 September
2007
3. 2008 Penyuluhan Kepemimpinan Universitas Rp 1.500.000
Anggota PKK RT 07 RW 07
Kelurahan Pedalangan
Banyumanik Semarang, 17
Maret 2008
4. 2011 Pelatihan Kewirausahaan UMKM Universitas Rp 1.500.000
untuk anggota yayasan Andana
Warih
5 2014 IbM value added produk UD. DIKTI Rp32.500.000
Sukarasadan UD. Eco
Kelompok Usaha
MekarJatiUngaran

83
6 2016 Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Rp 2.500.000
: Motivasi, Kewirausahaan dan Ekonomi
Manajemen Sumberdaya Air
Terjun Desa Wisata Di Desa
Keseneng Kec Sumowono Kab,.
Semarang

I. Pengelaman Penulisan Aritikel Ilmiah Dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir


No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/Tahun Nama Jurnal

1 Jurnal : Evaluasi Strategi ISSN 0854-1442, Edisi Media Ekonomi


Keuangan dan Implikasi 51, 2007 dan Manajemen
Terhadap Kesulitan
Keuangan Perusahaan
Publik Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Jakarta
2 Jurnal : Analisis ISSN 0854-1442, Media Ekonomi
Kesehatan Keuangan Volume 19 No. 1, 2010 dan Manajemen
PDAM Kabupaten Pati
3 Dustribusi Buah Lokal Volume 3 (1), 17 , 2014 Serat Acitya
Dan Buah Import (Studi
Kasus pada Pedagang
Buah Di Kota Semarang)
4 Pengaruh Partisipasi ISSN 0854-1442, Media Ekonomi
Penyusunan Anggaran Volume 30 No. 2, 2015 dan Manajemen
Terhadap Kinerja
Manajerial Dengan
Motivasi Sebagai
Variabel Moderating
(Studi Kasus Perguruan
Tinggi Di Kota
Semarang)
5 Strategi Pendistribusian Volume 13 (2), 229-236 Jurnal aplikasi
Buah Lokal Di Kota , 2015 Manajemen
Sermarang
6 Pengaruh Faktor Gender ISSN 0854-1442, Media Ekonomi
Terhadap Kinerja Dosen Volume 31 (1), 2016 dan Manajemen

84
Perguruan Tinggi Swasta
Di Kota Sermarang
7 Analis Uji Beda Kinerja ISSN 0854-1442, Media Ekonomi
UKM yang Sudah dan Volume 31 (2), 2016 dan Manajemen
Belum Mengikuti
Program Pelatihan dan
Supervisi Mitra Binaan
(Studi KaSUS ukm Mitra
Binaan PT. Jasa Marga
Persero)

J.
Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/
Seminar Ilmiah
No. Nama Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Pertemuan Tempat
Ilmiah/Se
minar
1 Diskusi Evaluasi Strategi Keuangan dan 2007
Rutin Implikasi Terhadap Kesulitan Fak,Ekonomi
Keuangan Perusahaan Publik Yang UNTAG
Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta
2. Loka Karya Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi 2009, Salatiga
Hasil Kinerja UKM (Studi Kasus UKM Di
Penelitian Kabupaten Dan Kota Semarang)
3. Diskusi Analisis Kesehatan Keuangan (PDAM) 2010
Rutin Kabupaten Pekalongan Fak,Ekonomi
UNTAG
4 Call For Strategi Pendistribusian Buah Lokal Di 2013
paper Kota Sermarang UNISBANK
5 Call For Strategi Pendistribusian Buah Lokal Hasil 2015
paper Produksi Di Kota Sermarang Universitas
Muhammadiya
h Purwokerto

K. Pengalaman Penulisan buku Dalam 5 Tahun Terakhir


No Judul Buku Tahun Jumlah Penerbit
Halaman
1. Statitistik II 2008 109 -
85
2. Pengantar Akuntansi 2009 129 -
3. Akuntansi Biaya 2009 132

L. Penghargaan yang pernah diraih dalam 10 Tahun Terakhir ( Dari Pemerintah,


Asosiasi atau instansi Lainnya)
No Jenis Penghargaan Instansi Pemberi Penghargaan Th
1 Sertifikasi Dosen Dikti 2010
2
3
4.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian
hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya

Semarang, 1 Agustus 2018

(Hikmah, SE, MSi)

86
BIODATA DRA. ANDALAN TRI RATNAWATI, SE, MSI

IDENTITAS DIRI
Nama : Dra. Andalan Tri Ratnawati, SE, MSi
Nomor Peserta : 0613086801
NIP/NIK : 111.3130
Tempat dan Tanggal Lahir : Kendal / 13 Agustus 1968
Jenis Kelamin : □ Perempuan
Status Perkawinan : □ Kawin
Agama : Islam
Golongan / Pangkat : III- D
Jabatan Fungsional Akademik : Lektor
Perguruan Tinggi : Universitas 17 Agustus 1945 Semarang
Alamat : JI. Pawiyatan Luhur Bendan Semarang
Telp./Faks. : (024) 8316187
Alamat Rumah : Perum Trangkil Jl. Handayani I/ A.66
Sukorejo Gunungpati Semarang
Telp./Faks. : 081326328760
Alamat e-mail : Andalan_yara@yahoo.com
Mata Kuliah yang Diampu : .Pengantar akuntansi, Praktek
Akuntansi, Auditing, Teori Akuntansi,
Penganggaran, Akuntansi Biaya
RIWAYAT PENDIDIKAN
S1 S2
Nama Universitas 17 Agustus 1945 Universitas Diponegoro
Perguruan Semarang (UNDIP) Semarang
Tinggi
Bidang Ilmu Ekonomi Manajemen Akuntansi
Tahun 1997-1993 2008-2012
Masuk-lulus
Judul Pengaruh Kepemimpinan Analisis Faktor-Faktor yang
Skripsi/Tesis dan Kondisi Fisik Tempat Mempengaruhi Keberadaan
Kerja Terhadap Semangat Komite Manajemen Risiko
Kerja Karyawan Pada PTP (Risk Management Committee)
XV-XVI (Persero) PG. Studi kasus Pada Perusahaan
Cepiring Kendal Non Perbankan yang Listing di
BEI
Nama Drs. Nugroho, MM Prof. Dr. Imam Ghozali,
Pembimbing Dra. Winarsih, MSi M.Com
Dr. H. Raharja, MSi, Akt
Bidang Ilmu Akuntansi
87
Tahun 2000 - 2002
Masuk-lulus
Judul Analisis Pengendalian Biaya
Skripsi/Tesis Produksi (Studi Kasus Pada
PT. Intan Pariwara Klaten)
Nama Drs. Maskudi, MM
Pembimbing

PELATIHAN PROFESIONAL
Penyelenggara Jangka
Tahun Jenis Pelatihan (Dalam/ Luar Negeri)
waktu
2012 Workshop : Penyusunan Proposal LP2M 2 hari
Pengabdian Kepada Masyarakat UNNES
Semarang
2012 Pelatihan : E-Journal dan EndNote FE UNTAG 2 hari
2013 Workshop : Audit Mutu Akademik Internal APTISI 2 hari
(AMAI) Bagi Dosen Perguruan Tinggi Wilayah VI
Swasta Anggota APTISI Wilayah VI Jawa Semarang
Tengah
2014 Workshop : Penyusunan Borang Audit UNTAG 2 hari
Mutu Internal
2014 Workshop : Pelatihan Pembuatan Proposal Universitas 2 hari
Penelitian dosen Pemula dan Hibah Semarang
Bersaing

PENGALAMAN PENELITIAN
Ketua/anggota Sumber Dana
Tahun Judul Penelitian
Tim
2009 Penelitian Dosen Muda : Ketua Kopertis Wilayah
Faktor-Faktor yang VI Semarang,
Mempengaruhi Kinerja UKM (Rp. 10.000.000)
(Studi Kasus UKM di
Kabupaten dan Kota
Semarang )
2009 Penelitian Dosen Muda : Anggota Kopertis Wilayah
Persepsi AkuntanPendidik, VI Semarang
Akuntan Publik dan (Rp.10.000.000)
Mahasiswa Semarang
Terhadap Etika Bisnis
2013 Dosen Pemula : Analisis Ketua Dikti
88
Good Corporate Governance Rp.12.500.000
dan Karakteristik Perusahaan
Terhadap Keberadaan Komite
Manajemen Risiko
Independen (Separate Risk
Management Committee )
Pada Perusahaan Yang Listing
Di BEI ”.
2014 Hibah Bersaing tahun 1: Anggota DIKTI Rp
Strategi Pendistribusian Buah 55.000.000
Lokal di Kota Semarang
2015 Hibah Bersaing tahun 2 : Anggota DIKTI Rp.
Strategi Pendistribusian Buah 52.500.000
Lokal di Kota Semarang
2016 Hibah Bersaing tahun 1 : Anggota DIKTI Rp.
Strategi Pengembangan 50.000.000
Industri Kreatif Sebagai
Pendorong Destinasi
Pariwisata Melalui
Knowladge Creative Di
Kabupaten Semarang

PENGALAMAN PUBLIKASI ILMIAH


Ketua/ Penerbit/Jurnal
Tahun Judul Penelitian anggota
Tim
Anggota Media Ekonomi dan
Manajemen ISSN
Persepsi Akuntan Pendidik, 0854-1442, Volume
Akuntan Publik dan 21 No. 1 Edisi Januari
2009
Mahasiswa Di Kota Semarang 2012
Terhadap Etika Bisnis www.ekonomiuntags
mg.ac.id/ejournal

2012 Analisis Faktor-Faktor yang Ketua Media Ekonomi dan


Mempengaruhi Keberadaan Manajemen ISSN
Komite Manajemen Risiko (Risk 0854-1442, Volume
Management Committee) Studi 26 No. 2 Edisi Juli
kasus Pada Perusahaan Non 2012
Perbankan yang Listing di BEI. www.ekonomiuntags
mg.ac.id/ejournal
89
2013 Ketua Serat Acitya, ISSN :
Faktor - Faktor yang 9772302275004,
Mempengaruhi Kinerja UKM Volume 2 No. 1 April
(Studi Kasus UKM di Kabupaten 2013
dan Kota Semarang ) www.journal.ac.id

2014 Analisis Pengaruh Laba Bersih Anggota Media Ekonomi dan


Dan Komponen Akrual Manajemen ISSN
Terhadap Arus Kas Di Masa 0854-1442, Volume
Mendatang 29 No.2 Juli 2014
www.ekonomiuntags
(Studi Empiris di Perusahaan
mg.ac.id/ejournal
Manufaktur yang Terdaftar di
BEI)

2015 Strategi Pendistribusian Buah Anggota JAM (Jurnal Aplikasi


Lokal di Kota Semarang Manajemen ), ISSN :
1693-5241, Volume
13 Nomor. 2 Juni
2015
www.jurnaljam.ub.ac.
id
2015 Pola Pendistribusian Buah Anggota Prosiding Lembaga
Lokal Hasil Produksi di Kota Penelitian Dan
Semarang Pengabdian
Masyarakat Univ.
Muhammadiyah
Purwokerto
http://seminarlppm.u
mp.ac.id/index.php/se
mlppm/issue/archive
2017 Prosiding : Strategic Anggota
Development Pattern of
Creative Industry And Tourism
in Supporting Hanrdcraff
Entrepreneur, Entrepreneurship
Development Institute (EDI) of
India Gujarat India

90
KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM
Panitia/
Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara
peserta/pembicara
2012 Seminar Nasional dan Call For UNISBANK Peserta
Papers: Kesiapan Industri Semarang
Perbankan dan Bisnis Dalam
Menghadapi Asean Economic
Community 2015
2012 Seminar dan Diskusi Rutin : FE UNTAG Peserta
Pengaruh Pertumbuhan Aktiva Semarang
dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Struktur Modal Pada Perusahaan
Perbankan
2012 Seminar : Cara Mudah Memulai FE UNTAG Peserta
Bisnis Bersama Bisnis Semarang
UKM.Com
2014 Seminar : Efektivitas Penerapan STIE Bank Peserta
standar Akuntansi Pemerintahan BPD Jateng
Dengan Basis Akrual
2015 Peserta workshop Strategi USM Peserta
Memperoleh Hibah Pengabdian Semarang
Kepada Masyarakat, 16 Maret

KEGIATAN PROFESIONAL/PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


Tahun Jenis/Nama Kegiatan Tempat
2005 Penyuluhan kepada masyarakat mengenai Jl. Menoreh Raya
Simulasi Bisnis mengenai Perdagangan Bagi No. 11 semarang
Ibu-ibu PKK Kelurahan Sampangan Semarang
2012 Pengabdian kepada masyarakat sebagai penyaji RT 09/03
pada Penyuluhan Mengatur (memanage) Kelurahan Sukorejo
Anggaran Rumah Tangga Gunungpati
Semarang
2013 Pengabdian kepada masyarakat sebagai penyaji Gedung GOW Kota
pada Penyuluhan Tentang Kewirausahaan Semarang
Jl. Dr. Soetomo
2014 IbM value added produk UD. Sukarasa dan Kelompok Usaha
UD. Eco Mekarjati Ungaran
Kelompok Usaha Mekar Jati Ungaran DIKTI :
Rp.32.500.000
91
2016 Pengabdian Kepada Masyarakat : Motivasi, Desa Keseneng
Kewirausahaan dan Manajemen Sumberdaya Kec Sumowono
Air Terjun Desa Wisata Di Desa Keseneng Kec Kab,. Semarang
Sumowono Kab,. Semarang

Penghargaan yang pernah diraih dalam 10 Tahun Terakhir ( Dari


Pemerintah, Asosiasi atau instansi Lainnya)

No Jenis Penghargaan Instansi Pemberi Penghargaan Th


1 Sertifikasi Dosen Dikti 2012

Saya menyatakan bahwa semua keterangan dalam Curriculum Vitae ini adalah
benar dan apabila terdapat kesalahan, saya bersedia
mempertanggungjawabkannya.
Semarang, 3 Juli 2017
Yang Menyatakan,

(Dra. Andalan Tri Ratnawati, SE, MSi)


NRP/NIDN : 111.31300613086801

92

Anda mungkin juga menyukai