Anda di halaman 1dari 83

UNIVERSITAS INDONESIA

EFEK ELEKTROAKUPUNKTUR TERHADAP TEKANAN


INTRAOKULAR PADA PENDERITA GLAUKOMA ABSOLUT
ATAU GLAUKOMA KRONIK LANJUT

TESIS

HETY
1206236911

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM STUDI AKUPUNKTUR MEDIK
JAKARTA
MARET 2013

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

EFEK ELEKTROAKUPUNKTUR TERHADAP TEKANAN


INTRAOKULAR PADA PENDERITA GLAUKOMA ABSOLUT
ATAU GLAUKOMA KRONIK LANJUT

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Dokter Spesialis
Akupunktur Medik

HETY
1206236911

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM STUDI AKUPUNKTUR MEDIK
JAKARTA
MARET 2013

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Dokter Spesialis
Akupunktur Medik melalui Program Pendidikan Dokter Spesialis Akupunktur
Medik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Dr. C.Pramono, Mkes, SpAk, Dr. Adiningsih Srilestari, M.Epid, MKes,
SpAk dan Dr. Virna Dwi Oktariana SpM selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membaca naskah,
memberi perbaikan dan mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini.
(2) Dr. Adiningsih Srilestari, M.Epid, M.Kes, SpAk, selaku kepala
Departemen Medik Akupunktur RSCM yang telah mendidik,
membimbing dan memberikan saran kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan tesis ini.
(3) Dr. Christina Simadibrata, M.Kes, SpAk, Dr. Fransiskus Kristanto, M.Kes,
Sp.Ak; Dr. Hasan Mihardja, M.Kes, Sp.Ak; Dr. Kemas Abdurrohim,
MARS, M.Kes, Sp.Ak; Dr. Dharma Kumara Widya, M.Kes, Sp.Ak; Dr.
Kiswojo, M.Kes, Sp.Ak; Dr. Yvonne Siboe, Sp.Ak; Dr. Ratnawati Latief,
Sp.Ak; Dr. Shinta Sukandar, MM, Sp.Ak; Alm. Dr. Haryanto Budi, Sp.Ak
sebagai staf pengajar Departemen Medik Akupunktur FKUI-RSCM yang
telah mendidik dan mengarahkan saya selama menjalani Pendidikan
Dokter Spesialis Akupunktur Medik, serta memberikan dorongan kepada
saya untuk menyelesaikan pendidikan ini.
(4) DR. Dr. Widya Artini, SpM (K), selaku kepala Departemen Ilmu
Kesehatan Mata FKUI-RSCM yang telah mengijinkan dilakukannya
penelitian ini di lingkungan institusi yang beliau pimpin.

iv
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
(5) Rekan-rekan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata dan
paramedik di Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKUI-RSCM yang telah
membantu dalam penelitian ini.
(6) Seluruh rekan-rekan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis
Akupunktur Medik atas pertemanan, inspirasi, dorongan yang saya
dapatkan.
(7) Seluruh paramedik, karyawan Departemen Medik Akupunktur RSCM
yang turut memberikan dorongan dan bantuan dalam kelancaran
pelaksanaan penelitian ini.
(8) Para penderita glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut atas
kesediaan dan kerjasamanya untuk menjadi responden penelitian.
(9) Kepada orang tua saya dan kedua orang adik saya yang turut memberikan
dorongan dan doanya sehingga penelitian ini dapat saya selesaikan.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Saya menyadari bahwa tesis ini
masih jauh dari sempurna. Namun saya berharap semoga tesis ini dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, Maret 2013

Penulis

v
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
ABSTRAK

Nama : Hety
Program Studi : Akupunktur Medik
Judul : Efek Elektroakupunktur Terhadap Tekanan Intraokular pada
Penderita Glaukoma Absolut atau Glaukoma Kronik Lanjut

Glaukoma umumnya memiliki karakteristik neuropati optik yang terkait dengan


hilangnya fungsi penglihatan. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua
dengan prevalensi sebesar 0,46 %. Terapi glaukoma saat ini ditujukan untuk
menurunkan tekanan intraokular (TIO). Namun efek samping obat dan hasil terapi
yang suboptimal merupakan permasalahan yang menantang. Akupunktur
diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan terapi ataupun terapi penunjang untuk
glaukoma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek elektroakupunktur (EA)
dalam menurunkan TIO dan intensitas nyeri pasien glaukoma absolut atau
glaukoma kronik lanjut yang belum atau telah mendapat terapi standar namun
TIO masih tinggi. Desain penelitian yang digunakan adalah uji klinis sebelum dan
sesudah intervensi. Penelitian ini melibatkan 14 pasien glaukoma absolut atau
glaukoma kronik lanjut. TIO dan skor Visual Analog Scale (VAS) nyeri dinilai
sebelum dan sesudah 1 kali terapi EA. Hasil penelitian menunjukkan TIO satu
jam setelah EA menurun sebesar 6,14 ± 1,90 mmHg dibanding sebelum EA (p
<0,05). TIO tiga jam setelah EA menurun sebesar 7,43 ± 1,98 mmHg dibanding
sebelum EA (p <0,05). Skor VAS sebelum EA 5.56 ± 1.01 turun menjadi 1.33 ±
1.50 setelah EA (p <0,05). Kesimpulan penelitian ini bahwa EA mempunyai efek
menurunkan TIO dan skor VAS secara signifikan.
Kata kunci:
elektroakupunktur; glaukoma; tekanan intraokular; visual analog scale

vii
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
ABSTRACT

Name : Hety
Study Program : Medical Acupuncture
Title : Effect of Electroacupuncture on Intraocular Pressure of
Patients with Absolute Glaucoma or Advanced Chronic
Glaucoma

Glaucoma generally has characteristic of optic neuropathy associated with loss of


visual function. Glaucoma is the second leading cause of blindness with a
prevalence of 0.46%. Current glaucoma therapies aimed at lowering the
intraocular pressure (IOP). However, the side effects relating to drugs and
suboptimal therapeutic outcome remain as challenging problems. Acupuncture is
expected to become one of alternative or adjunctive therapies in glaucoma. This
study aimed to determine the effect of electroacupuncture (EA) in lowering IOP
and pain intensity among patients with absolute glaucoma or advanced chronic
glaucoma who have not or have received standard therapy but still have elevated
IOP. This study used before and after intervention trial design. This study
involved fourteen patients with absolute or advanced chronic glaucoma. IOP and
the Visual Analog Scale (VAS) score were evaluated before and after the single
EA therapy. The results of this study showed that IOP at one hour after EA
decreased by 6.14 ± 1.90 mmHg compared to before EA (p <0.05). IOP at three
hours after EA decreased by 7.43 ± 1.98 mmHg compared to before EA (p <0.05).
VAS score before EA was 5.56 ± 1.01 and decreased to 1.33 ± 1.50 after EA
(p <0.05). It can be concluded that electroacupuncture had effect in lowering IOP
and VAS score significantly.
Key words:
electroacupuncture, glaucoma, intraocular pressure, visual analog scale

viii
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………….. vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xiv
1. PENDAHULUAN …….………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 5
1.3 Hipotesis .................................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

2. TINJAUAN PUSTAKA …….…………………………………………… 7


2.1 Tinjauan Umum Glaukoma ……………………………………... 7
2.1.1 Definisi ................................................................................ 7
2.1.2 Epidemiologi ....................................................................... 7
2.1.3 Klasifikasi ........................................................................... 8
2.1.4 Faktor Resiko & Patofisiologi ............................................. 9
2.1.5 Diagnosis …….................................................................... 11
2.1.6 Penatalaksanaan .................................................................. 13
2.2 Tinjauan Umum Akupunktur …………………………………… 19
2.2.1 Definisi & Perkembangan Akupunktur .............................. 19
2.2.2 Elektroakupunktur …………………………...................... 20
2.2.3 Mekanisme Kerja & Efek Akupunktur ............................... 24
2.2.4 Efek Samping & Kontraindikasi Akupunktur ………........ 26
2.2.5 Penelitian Akupunktur ………………………………….... 26
2.3 Kerangka Teori ............................................................................. 29
2.4 Kerangka Konsep ......................................................................... 30

3. METODE PENELITIAN ………….……………………………………. 31


3.1 Desain Penelitian ...................................................................... 31
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 31
3.3 Populasi ………………………………………………………. 31
3.4 Besar Sampel ….……………………………………………… 32
3.5 Kerangka Alur Penelitian .......................................................... 33
3.6 Definisi Operasional .................................................................. 34
3.7 Cara Kerja ................................................................................. 34

ix
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
3.8 Titik Akupunktur….................................................................... 35
3.9 Pengumpulan Data...................................................................... 41
3.10 Penilaian ……………………................................................... 41
3.11 Pengolahan & Analisis Data....................................................... 42
3.12 Penyajian Data…….................................................................... 42
3.13 Kajian Etik ................................................................................. 42

4. HASIL PENELITIAN ................................................................................. 43


5. PEMBAHASAN ........................................................................................... 49
6. KESIMPULAN DAN SARAN ………........................................................ 53

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 54


LAMPIRAN ...................................................................................................... 57

x
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Titik BL 2 Cuanzhu ……………................................................. 36


Gambar 3.2 Titik EX HN-5 Taiyang ……....................................................... 36
Gambar 3.3 Titik ST 2 Sibai ………………………....................................... 37
Gambar 3.4 Titik ST 36 Zusanli …………………………………….............. 37
Gambar 3.5 Titik SP 6 Sanyinjiao …………………………………............... 38
Gambar 3.6 Titik KI 3 Taixi ………………………………………………… 38
Gambar 3.7 Titik LR 3 Taichong ……………………………………………. 39
Gambar 3.8 Titik GB 20 Fengchi ……………………………………………. 39
Gambar 3.9 Titik BL 18 Ganshu …………………………………………….. 40
Gambar 3.10 Titik GB 37 Guangming ……………………………………….. 40
Gambar 3.11 Titik BL 23 Senshu ……………………………………………. 41
Gambar 3.12 Titik LI 4 Hegu …………………………………………………. 41

xi
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

Tabel 4.1 Karakteristik Responden ……….................................................... 43


Tabel 4.2 Nilai Rerata TIO Sebelum EA, 1 jam & 3 Jam Setelah EA……… 44
Grafik 4.1 Perubahan TIO Tiap Responden ………………………………… 44
Tabel 4.3 Nilai Rerata Perubahan TIO Sebelum EA, 1 jam & 3 Jam Setelah EA 45
Tabel 4.4 Angka Keberhasilan Penurunan TIO 1 Jam & 3 Jam Setelah EA.. 45
Tabel 4.5 Penurunan TIO 1 Jam Setelah EA Berdasarkan Tipe Glaukoma… 46
Tabel 4.6 Penurunan TIO 3 Jam Setelah EA Berdasarkan Tipe Glaukoma…. 46
Tabel 4.7 Nilai Rerata Skor VAS Sebelum & Setelah EA…........................... 47
Tabel 4.8 Angka Keberhasilan Penurunan Skor VAS..................................... 47
Grafik 4.2 Perubahan Skor VAS Tiap Responden…………………………… 48

xii
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Keterangan Lolos Kaji Etik ...................................................... 57


Lampiran 2 Penjelasan Mengenai Penelitian ............................................... 58
Lampiran 3 Surat Persetujuan Subjek Penelitian ......................................... 61
Lampiran 4 Status Penelitian ........................................................................ 62
Lampiran 5 Visual Analog Scale ………………………………………….. 63
Lampiran 6 Tabel Data Induk....................................................................... 64
Lampiran 7 Hasil Statistik ............................................................................ 66

xiii
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
DAFTAR SINGKATAN

CD Cup Disc
CGRP Calcitonin Gene Related Peptide
EA Elektroakupunktur
GPSTa Glaukoma Primer Sudut Terbuka
GPSTp Glaukoma Primer Sudut Tertutup
IR Immunoreactivity
mfERG Multifokal Elektroretinogram
NIH National Institute of Health
PENS Percutaneous Electrical Nerve Stimulation
RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar
RSUPN Rumah Sakit Umum Pusat Nasional
SKRT Survei Kesehatan Rumah Tangga
TENS Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
TIO Tekanan Intraokular
VAS Visual Analog Scale
WHO World Health Organization

xiv
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.


Istilah glaukoma mengarah pada sekelompok penyakit yang umumnya
memiliki karakteristik neuropati optik yang terkait dengan hilangnya fungsi
penglihatan. Walaupun peningkatan tekanan intraokular (TIO) adalah salah satu
faktor resiko primer, keberadaan atau ketidakberadaan hal tersebut tidak memiliki
peran dalam mendefinisikan penyakit.1 Glaukoma kronik lanjut adalah glaukoma
dengan tingkat kerusakan yang telah menimbulkan gejala dan gangguan fungsi
yang signifikan, dengan cup disc (CD) ratio 0,8-0,9.2,3 Glaukoma absolut adalah
hasil akhir dari glaukoma yang tidak terkontrol, mata keras, tanpa penglihatan,
dan sering nyeri.4
Peningkatan TIO merupakan faktor resiko yang paling banyak dipelajari
karena merupakan faktor resiko klinis utama yang dapat diobati.5 Peningkatan
TIO memainkan peranan penting pada perkembangan neuropati optik glaukoma
pada sebagian besar individu dan dianggap sebagai faktor resiko yang paling
signifikan.1
Prevalensi glaukoma di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2007 adalah 4,6‰ dan tertinggi di Provinsi DKI Jakarta
(18,5‰).6 Menurut survei kesehatan rumah tangga 1996 (SKRT) yang dilakukan
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi penyakit mata
glaukoma sebesar 0,40%. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan terbanyak
kedua setelah katarak.7 Sebuah penelitian prospektif yang dilakukan di poliklinik
glaukoma RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo periode Agustus 2005 sampai
dengan Juli 2006, diperoleh data 368 pasien baru yang didiagnosis menderita
glaukoma.8
Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya TIO, atrofi papil
saraf optik, dan menciutnya lapang pandang.9 Kebanyakan penderita glaukoma
tidak memberikan gejala pada mata kecuali bila keadaan telah terjadi gangguan
penglihatan.7 Pada keadaan tekanan bola mata yang mendadak naik, maka akan
terdapat keluhan penglihatan kabur, melihat gambaran halo atau pelangi, rasa
mual dan muntah.7,10 Diagnosis glaukoma ditentukan melalui beberapa

1 Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


2

pemeriksaan antara lain pemeriksaan tekanan bola mata, pemeriksaan lapang


pandang, pemeriksaan sudut bilik mata dan oftalmoskopi.7,10
Tujuan utama pengobatan glaukoma adalah untuk melindungi penglihatan
dengan menurunkan tekanan bola mata yang merusak saraf optik. Glaukoma dapat
dikontrol tekanannya dengan: obat-obatan (miotika, agonis adrenergik,
penghambat beta, penghambat karbonik anhidrase, analog prostaglandin) dan
terapi pembedahan.1,7 Beberapa hasil penelitan juga memperlihatkan bahwa
akupunktur memiliki efek yang menguntungkan pada kasus glaukoma, salah
satunya dapat menurunkan TIO.11-13 Selain menurunkan TIO, akupunktur juga
dapat menurunkan derajat nyeri pada glaukoma akut dolorosa.14
Penggunaan obat-obatan pada terapi glaukoma memiliki beberapa efek
samping baik yang sifatnya lokal maupun sistemik.1,7 Efek samping akibat
penggunaan obat-obatan ini menjadi salah satu penyebab penurunan compliance
pasien terhadap pengobatan.15 Selain efek samping terdapat pula pemasalahan
bahwa pasien glaukoma yang sudah mendapatkan terapi standar terkadang
hasilnya tidak memuaskan. Kegagalan terapi berkisar dari 13 % (latanaprost)
sampai 45 % (simpatomimetik) dan penghentian pengobatan akibat kegagalan
terapi dan tidak compliance berkisar dari 30 % (latanaprost) sampai 63 %
(miotika).16
Akupunktur umumnya adalah prosedur yang aman dengan sedikit
kontraindikasi atau komplikasi bila dilakukan oleh orang yang memiliki
kompetensi.17 National Institute of Health (NIH) consensus panel on acupuncture
menyatakan bahwa efek samping akupunktur sangat sedikit. Efek samping yang
paling umum terjadi adalah memar atau perdarahan pada tempat penusukan,
diikuti oleh respons vaso-vagal sementara. Lainnya meliputi infeksi, dermatitis.
Untuk menghindari efek samping tersebut adalah penting untuk mengikuti standar
akupunktur dan sterilitas.18
Mekanisme kerja akupunktur pada glaukoma melalui mekanisme lokal dan
sentral. Penusukan akupunktur mengakibatkan peningkatan aliran darah.11,18
Perbaikan sirkulasi ini diikuti dengan penyerapan substansi inflamasi perangsang
nosiseptor.19 Akupunktur menurunkan TIO bekerja melalui depresi aktivitas
simpatoadrenal dan peningkatan kadar beta endorfin. Penurunan aktivitas simpatis

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


3

ini menurunkan produksi cairan akuos sehingga TIO menurun. Faktor lain untuk
menurunkan TIO yaitu peningkatan aliran keluar cairan akuos, hal ini dapat
disebabkan oleh peningkatan kadar beta endorfin dalam cairan akuos.13 Rangsang
penusukan juga memberikan efek humoral yaitu akan mengaktivasi hipotalamus-
hipofisis sehingga melepaskan beta-endorfin ke dalam darah dan cairan
serebrospinalis. Hal ini dapat berperan dalam analgesia yang diinduksi oleh
akupunktur.18
Penelitian terapi akupunktur pada glaukoma antara lain: Takayama S dkk
2011 melakukan penelitian mengenai efek jangka pendek akupunktur pada
glaukoma sudut terbuka terhadap sirkulasi retrobulbar (terapi tambahan terhadap
pengobatan standar). Sebelas pasien glaukoma (20 mata yang mengalami
glaukoma) diterapi dengan antiglaukoma topikal selama paling sedikit 3 bulan.
Akupunktur dilakukan pada titik BL 2, EX-HN 5, ST 2, ST 36, SP 6, KI 3, LR 3,
GB 20, BL 18, dan BL 23 bilateral. Sirkulasi retrobulbar diukur dengan color
doppler imaging, TIO diukur pada saat istirahat dan 1 jam setelah istirahat serta
setelah akupunktur. Hasil penelitian menunjukkan penurunan signifikan pada nilai
indeks resistif arteri siliaris posterior brevis (p<0,01) dan TIO (p<0,01) setelah
akupunktur dibanding dengan tanpa terapi akupunktur.11
Her JS dkk 2010 melakukan uji klinis acak terkontrol mengenai efek
penurunan TIO dari acupressure telinga pada pasien glaukoma. Tiga puluh tiga
pasien dibagi menjadi kelompok acupressure telinga (16 pasien, 28 mata
glaukoma) dan kelompok sham (17 pasien, 32 mata glaukoma). Pasien kelompok
acupressure telinga dipasang bola logam di titik akupunktur telinga (ginjal, hati,
dan mata) dan dilakukan pemijatan secara teratur 2 kali sehari selama 4 minggu.
Pasien kelompok sham dipasang bola logam pada titik akupunktur telinga sham
(pergelangan tangan, bahu, dan rahang) tanpa stimulasi pemijatan. TIO dan
ketajaman penglihatan dinilai sebelum dan sesudah perlakuan pada 4 minggu
pertama dan dilakukan follow up hingga 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa setelah terapi dan pada 8 minggu follow up, TIO dan ketajaman
penglihatan mengalami perbaikan secara signifikan pada kelompok acupressure
bila dibandingkan dengan sebelum terapi (p<0,05).12

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


4

Chu TC dkk 2002 melakukan penelitian mengenai hipotensi okular yang


diinduksi oleh elektroakupunktur (EA). Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki
efek EA terhadap dinamika cairan akuos kelinci. Stimulasi EA dilakukan pada
titik GB 30 Huantiao menggunakan stimulasi frekuensi 3 Hz. Setelah 1 jam
stimulasi EA, TIO menurun dan disertai dengan penurunan tekanan darah serta
laju aliran cairan akuos. Penurunan TIO sebesar 9 mmHg setelah 3 jam dan
penurunan kadar norepinefrin dan dopamin dalam cairan akuos muncul
bersamaan. Sebagai tambahan, stimulasi EA menginduksi kenaikan 8 kali lipat
kadar endorfin dalam cairan akuos. Pemberian nalokson sebelum terapi
memberikan efek antagonis terhadap hasil tersebut.13
Sutoyo HS 1998 melakukan penelitian mengenai efek akupunktur terhadap
nyeri pada 25 penderita glaukoma absolut. Akupunktur dilakukan di titik BL 2
Cuanzhu, GB 1 Tongziliao, EX-HN 5 Taiyang pada sisi yang sakit. LI 4 Hegu, SP
6 Sanyinjiao, BL 3 Taixi, LR 2 Xingjian, LR 3 Taichong, GB 20 Fengchi, BL 18
Ganshu bilateral selama 1 seri (12 kali terapi) dan dilakukan 2 kali seminggu.
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan derajat nyeri.14
Berdasarkan penelitian-penelitian akupunktur yang telah dilakukan
tampaknya akupunktur dapat menjadi bagian dari penatalaksanaan glaukoma.
Walaupun terdapat banyak terapi yang telah tersedia untuk glaukoma, glaukoma
adalah suatu kondisi kronik yang memungkinkan pasien untuk mencari
pengobatan lain untuk melengkapi terapi reguler mereka.20 Hal ini dapat
disebabkan oleh permasalahan efek samping dan kegagalan terapi standar.
.Akupunktur diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan terapi ataupun
terapi penunjang untuk tatalaksana glaukoma. Sepengetahuan penulis, sampai saat
ini di Indonesia belum ada penelitian yang membuktikan efektivitas akupunktur
dalam menurunkan TIO. Atas dasar ini, penulis mencoba melakukan penelitian
untuk mengetahui efektivitas akupunktur untuk menurunkan TIO pasien
glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut yang belum atau telah mendapat
terapi standar namun TIO masih diatas normal. Penilaian keberhasilan
berdasarkan pengukuran TIO menggunakan tonometer aplanasi Goldmann. Selain
itu akan dilakukan penilaian intensitas nyeri menggunakan Visual Analog Scale
(VAS) sebelum dan sesudah EA.

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


5

1.2 Rumusan Masalah.


Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua dengan prevalensi sebesar 0,46
%. Terapi glaukoma saat ini bertujuan untuk menurunkan TIO sehingga mencegah
kerusakan saraf optik lebih lanjut. Namun terdapat permasalahan terapi obat-
obatan pada glaukoma yaitu adanya efek samping obat dan hasil terapi yang tidak
selalu memuaskan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa akupunktur dapat
menurunkan TIO pasien glaukoma. Atas dasar ini, peneliti merumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah EA mempunyai efek terhadap TIO
yang masih diatas normal pada penderita glaukoma absolut atau glaukoma kronik
lanjut yang belum atau telah mendapatkan terapi standar?

1.3 Hipotesis.
Tindakan EA mempunyai efek terhadap TIO yang masih diatas normal pada
penderita glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut yang belum atau telah
mendapatkan terapi standar.

1.4 Tujuan Penelitian.


1.4.1 Tujuan Umum :
Untuk mengetahui efek EA terhadap TIO pasien glaukoma absolut
atau glaukoma kronik lanjut yang belum atau telah mendapatkan
terapi standar namun TIO masih diatas normal.
1.4.2 Tujuan Khusus :
• Untuk mengetahui rerata perubahan TIO pada 1 jam dan 3 jam
setelah sekali tindakan EA pada penderita glaukoma absolut
atau glaukoma kronik lanjut yang belum atau telah
mendapatkan terapi standar namun TIO masih diatas normal.
• Untuk mengetahui efek EA terhadap skor VAS nyeri pada
pasien glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut dengan
nyeri setelah sekali tindakan EA.
• Untuk mengetahui rerata perubahan skor VAS nyeri pada
pasien glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut dengan
nyeri setelah sekali tindakan EA.

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


6

• Untuk mengetahui angka keberhasilan penurunan TIO pada 1


jam dan 3 jam setelah sekali tindakan EA.
• Untuk mengetahui angka keberhasilan penurunan skor VAS
setelah sekali tindakan EA.

1.5 Manfaat Penelitian.


1.5.1. Pendidikan :
Dapat memberikan data rerata perubahan TIO dan derajat nyeri
setelah sekali tindakan EA pada pasien glaukoma absolut atau
glaukoma kronik lanjut yang belum atau telah mendapatkan terapi
standar namun TIO masih diatas normal.
1.5.2. Pelayanan :
Menjadikan terapi EA sebagai terapi penunjang pada pasien
glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut yang belum atau
telah mendapatkan terapi standar namun TIO masih diatas normal.
1.5.3. Penelitian :
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian
selanjutnya.

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN UMUM GLAUKOMA


2.1.1 Definisi
Definisi glaukoma telah berubah drastis sejak diperkenalkan pada masa
Hippocrates (kira-kira 400 SM). Kata glaukoma berasal dari bahasa yunani
glaucosis, yang berarti berawan atau warna biru-hijau, menggambarkan keadaan
pasien yang mengalami edema kornea atau evolusi cepat dari katarak yang dipicu
oleh peningkatan kronik tekanan bola mata. Perbaikan konsep mengenai
glaukoma terus berlanjut hingga saat ini.5
Istilah glaukoma mengarah pada sekelompok penyakit yang umumnya
memiliki karakteristik neuropati optik yang terkait dengan hilangnya fungsi
penglihatan. Walaupun peningkatan TIO adalah salah satu faktor resiko primer,
keberadaan atau ketidakberadaan hal tersebut tidak memiliki peran dalam
mendefinisikan penyakit.1 Glaukoma dapat pula didefinisikan sebagai neuropati
optik ditandai oleh disk cupping dan kehilangan lapang pandang yang umumnya
berkaitan dengan peningkatan TIO. Pada sebagian besar kasus, tidak terdapat
penyakit okular yang terkait (glaukoma primer).4
Glaukoma kronik lanjut adalah glaukoma dengan tingkat kerusakan yang
telah menimbulkan gejala dan gangguan fungsi yang signifikan, dengan cup disc
ratio 0,8-0,9.2,3 Glaukoma absolut adalah hasil akhir dari glaukoma yang tidak
terkontrol, mata keras, tanpa penglihatan, dan sering nyeri.4 Pada glaukoma
absolut sudah terjadi kebutaan total.9

2.1.2 Epidemiologi
Prevalensi glaukoma di indonesia menurut RISKESDAS tahun 2007
adalah 4,6‰ dan tertinggi di provinsi DKI Jakarta (18,5‰), berturut-turut
diikuti provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (12,8‰), Kepulauan Riau (12,6‰),
Sulawesi Tengah (12,1‰) dan Sumatera Barat (11,4‰). Prevalensi terendah
terdapat di Riau (0,4‰).6 Menurut SKRT 1996 yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi penyakit mata glaukoma sebesar

7 Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


8

0,40%. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan terbanyak kedua setelah


katarak. 7
Pada sebuah penelitian prospektif yang dilakukan di poliklinik glaukoma
RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo periode Agustus 2005 sampai dengan Juli
2006, didapatkan data 368 pasien baru yang didiagnosis menderita glaukoma.
Karakteristik pasien tersebut adalah sebagai berikut: 55.7% pasien laki-laki dan
44.3% perempuan. Sebagian besar pasien berusia lebih dari 60 tahun (55.4%).
Terdapat 36.1% glaukoma sekunder, 29.5% sudut terbuka primer, 23.7% sudut
tertutup primer dan 9.6% glaukoma juvenile. Sebagian besar pasien datang pada
stadium lanjut (40%).8
World Health Organization (WHO) melakukan analisis literatur untuk
memperkirakan prevalensi, insiden dan tingkat keparahan berbagai tipe glaukoma
di dunia. Menggunakan data yang dikumpulkan pada akhir 1980an dan awal
1990an, WHO memperkirakan populasi global yang memiliki TIO tinggi (>21
mmHg) adalah 104,5 juta orang. Insiden glaukoma sudut terbuka primer
diperkirakan 2,4 juta orang tiap tahun. Prevalensi kebutaan untuk semua tipe
glaukoma diperkirakan lebih dari 8 juta orang, dengan 4 juta kasus disebabkan
oleh glaukoma sudut terbuka primer.1

2.1.3 Klasifikasi
Secara umum, glaukoma diklasifikasikan menjadi glaukoma sudut terbuka
atau tertutup dan diklasifikasikan menjadi glaukoma primer atau sekunder.
Pembedaan antara glaukoma sudut terbuka dan sudut tertutup adalah penting
untuk kepentingan penentuan terapi. Glaukoma sudut terbuka diklasifikasikan
sebagai primer jika tidak teridentifikasi penyebab anatomis yang mendasari
gangguan aliran keluar dan peningkatan TIO. Glaukoma diklasifikasikan sebagai
sekunder jika abnormalitas teridentifikasi dan patogenesis diduga berasal dari
abnormalitas tersebut.1
Glaukoma primer tidak memiliki etiologi yang pasti. Glaukoma ini
didapatkan pada orang yang telah memiliki bakat bawaan glaukoma.8 Glaukoma
sekunder merupakan akibat keadaan kesehatan lainnya, misalnya pada keadaan:

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


9

katarak imatur maupun hipermatur, cedera mata, uveitis, tumor di dalam mata,
tetes mata steroid yang dipakai terlalu lama.7
Klasifikasi glaukoma menurut American Academy of Ophthalmology
adalah sebagai berikut:1
• Glaukoma sudut terbuka: glaukoma primer sudut terbuka (GPSTa),
glaukoma tekanan normal, glaukoma sudut terbuka juvenile, tersangka
glaukoma, glaukoma sudut terbuka sekunder
• Glaukoma sudut tertutup: glaukoma sudut tertutup primer dengan blok
pupil relatif, glaukoma sudut tertutup akut, glaukoma sudut tertutup
subakut, glaukoma sudut tertutup kronik, glaukoma sudut tertutup
sekunder dengan blok pupil, glaukoma sudut tertutup sekunder tanpa blok
pupil, sindrom plateau iris.
• Glaukoma masa kanak-kanak: glaukoma kongenital primer, glaukoma
yang berkaitan dengan anomali kongenital, glaukoma sekunder pada bayi
dan anak-anak.

2.1.4 Faktor Resiko dan Patofisiologi


Penyebab pasti dari neuropati optik pada glaukoma tidak diketahui,
walaupun terdapat beberapa faktor resiko telah teridentifikasi yaitu peningkatan
TIO, riwayat keluarga, ras, usia tua.1,5 Data juga mendukung bahwa diabetes
melitus dan miopi sebagai faktor resiko, tetapi data tersebut tidak terlalu
meyakinkan. Relevansi jenis kelamin dan bermacam-macam faktor sistemik,
seperti hipertensi sistemik dan atherosclerosis dan penyakit iskemik vaskular,
diperdebatkan sebagai resiko glaukoma dan data yang tersedia saat ini tidak dapat
disimpulkan.1
Terdapat 3 faktor yang menentukan TIO yaitu kecepatan produksi cairan
akuos oleh badan siliaris, resistensi pengeluaran akuos melewati jaringan
trabekular-sistem kanal schlemm, tingginya tekanan vena episklera. Umumnya
peningkatan TIO disebabkan oleh peningkatan resistensi aliran keluar cairan
akuos. Pada sebagian besar individu, perubahan saraf optikus dan lapang pandang
pada glaukoma ditentukan oleh tingkat TIO dan resistensi akson saraf optik
terhadap kerusakan akibat tekanan.1

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


10

Perubahan yang progresif pada lapang pandang dan saraf optikus


umumnya berkaitan dengan peningkatan TIO dan cupping. Pada kasus glaukoma
tekanan normal, TIO berada pada kisaran normal. Walaupun dianggap bahwa
kerusakan pada glaukoma akibat TIO normal, klinisi perlu mempertimbangkan
artefak pada pengukuran TIO yang disebabkan oleh variasi ketebalan kornea
sentral dan variasi diurnal TIO. Pada sebagian besar kasus glaukoma, diasumsikan
bahwa TIO terlalu tinggi untuk saraf optikus untuk berfungsi baik dan
menurunkan TIO dapat menstabilkan kerusakan tersebut.1
Peningkatan TIO merupakan faktor resiko yang paling banyak dipelajari
karena merupakan faktor resiko klinis utama yang dapat diobati.5 Peningkatan
TIO memainkan peranan penting pada perkembangan neuropati optik glaukoma
pada sebagian besar individu dan dianggap sebagai faktor resiko yang paling
signifikan.1 Terdapat dua hipotesis untuk menjelaskan perkembangan neuropati
optik glaukoma, teori mekanik dan iskemik.1,5 Teori mekanik menekankan pada
kompresi langsung serat akson dan struktur pendukung dari saraf optik anterior
menyebabkan kerusakan sel ganglion retina. Teori iskemik memfokuskan pada
perkembangan iskemi intraneural yang disebabkan oleh menurunnya perfusi saraf
optik. Penurunan perfusi ini dapat disebabkan oleh efek penekanan TIO terhadap
suplai darah ke saraf atau karena proses intrinsik yang terjadi pada saraf optik.1
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa TIO diatas 21 mmHg
menyebabkan persentase pasien yang mengalami kehilangan lapang pandang
meningkat dengan cepat, khususnya paling banyak pada tekanan lebih dari 26-30
mmHg. Pasien dengan TIO 28 mmHg 15 kali kemungkinan lebih tinggi terjadi
kehilangan lapang pandang dibandingkan dengan pasien dengan TIO 22 mmHg.5
Penyebab nyeri pada glaukoma absolut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Hampir semua ujung saraf yang berasal dari reseptor somatosensori mata
berkumpul kedalam akar saraf sensoris nervus trigeminus. Nervus siliaris berasal
dari cabang nasosiliaris dari nervus trigeminus dan mempersarafi iris. Persarafan
iris umumnya padat. Korpus siliaris juga mendapat pleksus serat saraf dari regio
scleral spur. Sebagian besar serat saraf sensoris tersebar di segmen anterior
korpus siliaris. Diduga, peningkatan TIO dapat mempengaruhi ujung saraf ini,
mengakibatkan nyeri okular yang signifikan. Tingginya TIO tidak selalu

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


11

bersesuaian dengan derajat nyeri. Kecepatan peningkatan TIO memainkan peran


penting. Peningkatan TIO yang tiba-tiba dan menetap walaupun pada tingkat
moderat dapat menyebabkan nyeri intraokular yang signifikan. Pada sisi lain
peningkatan TIO yang nyata dapat tidak berkaitan dengan nyeri yang signifikan,
jika peningkatan tekanan terjadi secara perlahan-lahan. Diduga, mata
menyesuaikan diri dengan situasi dan tetap dalam keadaan nyaman. Nyeri yang
disebabkan oleh kenaikan TIO yang cepat dan persisten digambarkan sebagai
nyeri yang parah pada mata atau alis, atau hanya sakit kepala yang parah.21
Penyebab nyeri yang kedua dapat berupa inflamasi intraokular yang
derajatnya bervariasi, yang dapat disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah yang
berkaitan dengan kebocoran protein dan sel. Inflamasi pada iris disertai dengan
spasme korpus siliaris menyebabkan nyeri yang dialihkan dan menyebar ke area
yang lebih luas yang dipersarafi nervus trigeminal. Derajat spasme siliaris tidak
selalu berkorelasi dengan derajat inflamasi intaokular, pasien yang usianya lebih
muda memiliki kecenderungan mengalami spasme korpus siliaris lebih parah
daripada pasien yang usianya lebih tua.21
Penyebab nyeri yang ketiga dapat karena abnormalitas permukaan yang
menyertai kelainan tersebut. Yang paling sering adalah edema mikrositik,
pembentukan bullae, dan erosi epitel karena dekompensasi kornea terhadap
peningkatan TIO. Akhirnya, pasien akan mengeluh nyeri setelah terbentuk dellen,
yang dapat terletak dekat dengan high filtering blebs atau lesi lain yang dapat
menganggu dinamika air mata.21

2.1.5 Diagnosis
Diagnosis adalah penting untuk penatalaksanaan yang tepat. Upaya
diagnosis tergantung pada kemampuan klinisi dalam hal menentukan bentuk
spesifik glaukoma, menentukan kondisi keparahan dan mendeteksi progresi status
penyakit pasien. Riwayat pasien sebaiknya meliputi hal-hal berikut: keluhan
pasien saat ini, gejala, onset, durasi, keparahan, lokasi, riwayat yang berhubungan
dengan mata, riwayat obat-obatan dan pembedahan, riwayat keluarga.1
Kebanyakan penderita tidak memberikan gejala pada mata kecuali bila
keadaan dimana terjadi gangguan penglihatan. Bila saraf optik mulai rusak akan

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


12

terjadi pengecilan lapang pandang dan bila kerusakan telah lanjut maka akan
terjadi kebutaan.7 Pada keadaan tekanan bola mata yang mendadak naik, maka
akan terdapat keluhan penglihatan kabur, melihat gambaran halo atau pelangi,
rasa mual dan muntah.7,10 Glaukoma sudut terbuka primer umumnya memiliki
onset tersembunyi, progresif lambat dan tidak nyeri. Walaupun umumnya bilateral
tetapi bisa asimetris.1
Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil
atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu. Sering mata buta
ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit
berupa neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat
timbulnya glaukoma hemoragik.9
Diagnosis glaukoma ditentukan melalui beberapa pemeriksaan antara lain
pemeriksaan tekanan bola mata (digital tonometri, identasi tonometri, aplanasi
tonometri, tonometri udara), pemeriksaan lapang pandang (perimetri),
pemeriksaan sudut bilik mata (gonioskopi), oftalmoskopi.7,10 Pada pemeriksaan
glaukoma juga ditentukan CD ratio untuk mengetahui tingkat kerusakan saraf
optikus. Tingkat kerusakan ringan memiliki CD ratio 0,0-0,5; tingkat kerusakan
menengah dengan CD ratio 0,6-0,7; dan tingkat kerusakan lanjut dengan CD ratio
0,8-0,9.2
Pengukuran TIO memerlukan tenaga untuk mengidentasi atau
mendatarkan mata. Tonometer aplanasi merupakan metode yang paling luas
dipergunakan. Tonometer aplanasi Goldmann mengukur kekuatan yang
diperlukan untuk mendatarkan area kornea dengan diameter 3,06 mm. Pengukuran
aplanasi adalah aman, mudah dilakukan, dan relatif akurat pada sebagian besar
keadaan klinis. Dari alat-alat yang saat ini tersedia, tonometer aplanasi goldmann
merupakan yang paling valid dan dapat dipercaya. Karena aplanasi tidak
memindahkan banyak cairan (kira-kira 0,5 µL) atau tidak substansial
meningkatkan tekanan bola mata, teknik ini relatif tidak dipengaruhi oleh rigiditas
okular.1,22
Tonometri aplanasi Goldmann dianggap sebagai kriteria standar. Namun,
aplanasi Goldmann tergantung pada rigiditas, kelengkungan, ketebalan kornea
(diukur dengan pakimetri), dan faktor biomekanikal lainnya, oleh karena itu

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


13

terdapat banyak ruang kesalahan pada pasien dengan kornea atipikal dan keadaan
mata lainnya. Teknologi lain untuk mengukur TIO terus diteliti untuk menentukan
apakah teknik tersebut lebih akurat daripada tonometer Goldmann. Sampai saat
ini, tidak ada yang dapat melampaui akurasi tonometer Goldmann untuk semua
pasien. Namun, di masa yang akan datang, teknik pemeriksan lain dapat
bermanfaat untuk pasien yang memiliki abnormalitas pakimetri atau kelainan
kornea lainnya.5

2.1.6 Penatalaksanaan
Tujuan terapi glaukoma yang tersedia saat ini adalah menjaga fungsi
penglihatan melalui penurunan TIO dibawah tingkat yang dapat menyebabkan
kerusakan saraf. Regimen terapi yang mencapai tujuan ini dengan resiko terendah,
sedikit efek samping dan paling sedikit menganggu hidup pasien, terapi yang
mempertimbangkan implikasi biaya seharusnya merupakan terapi yang dipilih.1
Penatalaksanaan glaukoma terdiri dari medikamentosa dan pembedahan.
Medikamentosa untuk menurunkan TIO dibagi menjadi beberapa kelompok
berdasarkan struktur kimia dan aksi farmakologik. Kelompok medikamentosa
yang umumnya digunakan pada praktek klinis adalah sebagai berikut:1,5,7
• Analog prostaglandin
Analog prostaglandin disebut juga sebagai hypotensive lipids. Saat ini
terdapat 4 prostaglandin analog yang telah digunakan dalam klinis yaitu
Latanaprost, Travoprost, Bimatoprost dan Unoprostone isopropil. Obat ini
bekerja dengan meningkatkan aliran keluar cairan akuos. Latanaprost dan
Travopost dapat menurunkan TIO sebesar 25% - 32%. Bimatoprost
menurunkan TIO sebesar 27% - 33%. Unoprostone kurang efektif
menurunkan TIO, menurunkan TIO sebesar 13% - 18%.1 Penelitian akhir-
akhir ini memperlihatkan efikasi superior monoterapi analog prostaglandin
melebihi obat-obatan konvensional, dan bahkan sebagai terapi kombinasi
pada glaukoma kronik sudut tertutup. Efek samping yang dapat terjadi
antara lain peningkatan pigmentasi iris dan bulu mata, hipertrikosis,
penglihatan kabur, keratitis, uveitis anterior, hiperemia konjungtiva,

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


14

reaktivasi keratitis herpes, gejala seperti flu, nyeri sendi/otot, sakit


kepala.1,5,7.
• Antagonis β-adrenergik (nonselektif dan selektif)
Antagonis β-adrenergik menurunkan TIO dengan menurunkan sekresi
cairan akuos. Besarnya penurunan TIO adalah 20% - 30%.1 Efek samping
yang dapat terjadi antara lain penglihatan kabur, iritasi, anestesi kornea,
punctuate keratitis, alergi, bradikardia, heart block, bronkospasme,
menurunnya tekanan darah, menurunnya libido, depresi SSP, perubahan
mood, menurunkan toleransi exercise, pusing, lelah, lemah, halusinasi,
insomnia dan impotensi.1,5,7 Sekitar 10% - 20% pasien yang diobati
dengan antagonis β-adrenergik topikal gagal memberikan respon
penurunan TIO yang signifikan.1
• Parasimpatomimetik (miotik)
Agen parasimpatomimetik disebut juga miotik, telah digunakan sebagai
pengobatan glaukoma sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Dibagi menjadi
2 kelompok: agonis kolinergik dan antikolinesterase. Obat ini menurunkan
TIO sebesar 15%-25% melalui peningkatan pengeluaran cairan akuos.1
Efek samping yang dapat terjadi antara lain: asinekia posterior, keratitis,
miosis, nyeri daerah dahi, nyeri periorbita dan dalam mata, katarak,
potensial sudut menjadi tertutup, miopia, robekan/ablasi retina, dermatitis,
perubahan sensitivitas retina, perubahan penglihatan warna, epifora,
meningkatkan salivasi, meningkatkan sekresi (gaster), kram abdomen.1,5,7
• Penghambat karbonik anhidrase (oral dan topikal)
Penghambat karbonik anhidrase menurunkan produksi cairan akuos.1
Asetazolamid menurunkan TIO sebesar 40-60%. Efek terapi mulai terlihat
dalam 1 jam pemberian, efek maksimal pada 4 jam, efek bertahan selama
12 jam.21 Efek samping yang dapat terjadi antara lain: menginduksi miopi,
penglihatan kabur, perih, keratitis, konjungtivitis, dermatitis, asidosis,
depresi, malaise, hirsutisme, flatulence, parestesia, baal, letargi, kelainan
darah, diare, penurunan berat badan, batu ginjal, kehilangan libido, depresi
sumsum tulang, hipokalemia, kram, anoreksia, perubahan pencicipan,

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


15

peningkatan asam urat dalam serum, enuresis, impotensi, berat badan


menurun.1,5,7
• Agonis adrenergik (nonselektif dan selektif α2-agonis)
Agonis adrenergik nonselektif epinefrin dan dipivefrin meningkatkan
pengeluaran trabekular dan uveoskeral. Epinefrin memiliki efek penurunan
TIO yang bervariasi, dan banyak pasien tidak toleransi karena reaksi
ekstraokular. Efek selektif α2-agonis adalah menurunkan TIO dan
kemungkinan berperan sebagai neuroproteksi. Apraklonidin hidroklorida
(para-aminoklonidin) adalah α2-adrenergik agonis dan derivat klonidin
yang menghambat penglepasan norepinefrin di ujung saraf. Obat ini
menurunkan produksi cairan akuos, menurunkan tekanan vena episklera
dan meningkatkan pengeluaran trabekular. Apraklonidin hidroklorida
efektif dalam jangka pendek untuk menurunkan TIO, perkembangan
sensitivitas topikal dan takifilaksis membatasi penggunaan dalam jangka
panjang.1 Efek samping yang dapat terjadi antara lain: iritasi, hiperemia
konjungtiva (rebound), retraksi kelopak mata, midriasis, deposit
adrenokrom, konjungtivitis folikular (alergi), edema macular sistoid pada
afakia, pseudofakia, hipertensi, sakit kepala, ekstra sistol, palpitasi,
tremor.1,5,7
• Medikamentosa kombinasi
Obat-obatan dikombinasi dalam satu sediaan memiliki keuntungan
potensial yaitu meningkatkan efikasi, kenyamanan, kepatuhan dan
menurunkan biaya. Efek samping yang timbul merupakan gabungan dari
efek samping masing-masing obat.1
• Agen hiperosmotik
Agen hiperosmotik digunakan untuk mengendalikan episode akut
peningkatan TIO. Agen hiperosmotik yang umum digunakan adalah
gliserin oral dan manitol intravena. Ketika diberikan secara sistemik, agen
hiperosmotik menurunkan TIO dengan meningkatkan osmolaritas darah,
yang menyebabkan perbedaan gradien osmotik antara darah dan vitreus
humor, menarik air dari rongga vitreus dan menurunkan TIO.1 Efek
samping yang dapat terjadi antara lain: TIO rebound, peningkatan akuos

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


16

flare, retensi urin, sakit kepala, gagal jantung kongestif, ekspansi volume
jantung, komplikasi diabetes, mual, muntah, diare, gangguan elektrolit,
gagal ginjal.1,5,7
Zhou Z dkk 2004 melakukan penelitian mengenai persistensi dan
kegagalan terapi pada pasien glaukoma sudut terbuka yang baru terdiagnosis di
Inggris. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa proporsi pasien yang
menghentikan terapi dalam jangka waktu 1 tahun adalah sebagai berikut: 30 %
pengguna Latanaprost menghentikan terapi (13 % disebabkan oleh kegagalan
terapi dan 17 % disebabkan oleh alasan lain), 40 % pengguna Timolol
menghentikan terapi (25 % disebabkan oleh kegagalan terapi dan 15 %
disebabkan oleh alasan lain), 42 % pengguna β bloker lainnya menghentikan
terapi (28 % karena kegagalan terapi dan 14 % disebabkan oleh alasan lain), 59 %
pengguna penghambat karbonik anhidrase menghentikan terapi (39% karena
kegagalan terapi dan 20 % karena alasan lain), 63 % pengguna miotika
menghentikan terapi (40 % karena kegagalan terapi dan 23 % karena alasan lain),
58 % pengguna simpatomimetik menghentikan pengobatan (45 % karena
kegagalan terapi dan karena alasan lain 13 %). Sebagian besar alasan penghentian
terapi adalah karena kegagalan terapi (kecuali pada Latanaprost). Kegagalan
terapi ini merupakan penilaian dokter terhadap efektivitas torelabilitas obat.
Alasan lain penghentian terapi termasuk pasien yang menghentikan terapi karena
tidak compliance (kelalaian pasien, ketidaknyamanan atau efek samping) atau
tidak lagi membutuhkan terapi (diagnosis yang tidak tepat atau kehilangan
penglihatan).16
Tindakan pembedahan pada glaukoma umumnya dilakukan bila terapi
medikamentosa tidak tepat, tidak ditoleransi, tidak efektif atau tidak digunakan
dengan baik oleh pasien tertentu dan glaukoma tetap tidak terkontrol yang
diketahui dari kerusakan progresif atau adanya resiko yang sangat tinggi untuk
kerusakan lebih lanjut. Pembedahan umumnya merupakan pendekatan primer
pada glaukoma kongenital dan glaukoma blokade pupil. Pada pasien dengan
glaukoma sudut terbuka primer, pembedahan dipertimbangkan bila terapi
medikamentosa gagal.1

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


17

Pembedahan pada glaukoma dapat dilakukan dengan laser atau teknik


pembedahan insisi. Prosedur pembedahan antara lain: laser trabeculoplasty, laser
iridectomy, laser gonioplasty atau peripheral iridoplasty, teknik trabeculectomy,
chamber deepening dan goniosynechialysis, implantasi aquous shunt, ablasi
korpus siliaris, cyclodialysis.1
Kehati-hatian adalah penting karena komplikasi potensial pada
pembedahan termasuk permasalahan yang terkait dengan bleb, katarak,
perdarahan, hipotoni dan infeksi.1,23,24 Walaupun jika pembedahan awalnya
berhasil, jaringan parut dapat menutup saluran pengeluaran di lapisan permukaan
dalam beberapa bulan sampai tahun. Frekuensi komplikasi operasi glaukoma
tergantung pada teknik yang digunakan: trabekulektomi tanpa antimetabolit 8.3-
28%; trabekulektomi dengan 5-fluorourasil (5-FU) 2.6-18.7%; dan trabekulektomi
dengan mitomicin-C (MMC) 0-29%. Pembedahan pada glaukoma berhasil
mempertahankan TIO normal pada 80-85 % pasien; pasien lainnya memerlukan
terapi obat-obatan atau operasi ulang untuk pengendalian yang adekuat.23 Waktu
pemulihan Pembedahan glaukoma konvensional lebih panjang dibandingkan
dengan prosedur laser. Pemulihan memerlukan waktu 2 sampai 4 minggu; namun,
kemungkinan memerlukan waktu hingga 2 bulan agar hasil pembedahan
glaukoma terlihat jelas dan penglihatan menjadi stabil.24
Penatalaksanaan pada mata yang buta akibat glaukoma tergantung derajat
kebutaan dan nyeri. Ketika melakukan tatalaksana pasien yang memiliki mata buta
dan nyeri, seseorang harus selalu memikirkan pasien secara keseluruhan. Sebagian
besar pasien mengalami distres dan ketidaknyamanan. Penatalaksanaan untuk
mata glaukoma yang buta seharusnya ditujukan untuk kenyamanan pasien dan
penampilan kosmetik. Jika nyeri tersebut berat maka mereka mungkin tidak dapat
hidup secara normal dan mungkin kehilangan pekerjaan mereka. Bermacam-
macam modalitas terapi beserta resiko dan manfaatnya harus dijelaskan.21
Penatalaksanaan ditujukan untuk perbaikan secepat mungkin.
Penatalaksanaan disesuaikan pada 3 kelompok yang berbeda. Kelompok pertama
memiliki penampilan bola mata yang normal dengan atau tanpa kemerahan. Jika
nyeri terjadi sekunder karena tingginya TIO, sedikit ataupun penurunan moderat
TIO dapat mengatasi nyeri. Kelompok ini terkadang mendapatkan hasil terapi

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


18

yang memuaskan dengan menurunkan TIO beberapa mmHg. Tujuan disini bukan
menurunkan TIO secara maksimal, tetapi untuk menurunkan TIO ke tingkat yang
dapat diterima. Penurunan ini dapat dicapai dengan satu atau dua obat topikal.
Terapi obat-obatan seharusnya aman, simpel dan efektif. Penghambat karbonik
anhidrase harus dihindari dalam jangka panjang, karena efek samping sistemik.
Juga adalah bijaksana untuk menghindari penggunaan dua atau tiga obat topikal
karena efek samping dan biaya. Jika nyeri dan iritasi tidak terkontrol, terapi
alternatif dapat dipertimbangkan.21
Kelompok kedua dari glaukoma absolut ditandai oleh inflamasi
intraokular, yang dapat disebabkan sekunder dari rubeosis irides yang ekstensif,
yang disebabkan oleh bermacam-macam hal, antara lain oklusi vaskular,
pembedahan sebelumnya dan tumor. Kelompok ini dapat diterapi dengan
cycloplegic agents, misalnya atropin, agen antiinflamasi seperti steroid atau obat
antiinflamasi nonsteroid. Cycloplegics membantu menurunkan nyeri yang
berkaitan dengan spasme siliaris. Steroid membantu mengendalikan inflamasi.
Perhatian harus diberikan untuk mengawasi adanya infeksi sekunder oleh bakteri,
jamur, dan virus. Satu atau dua obat glaukoma topikal dapat digunakan. Agen
kolinergik seperti pilokarpin harus dihindari karena efeknya terhadap barier darah-
akuos dan spasme siliaris. Prostaglandin analog Latanoprost (Xalatan®) dapat
meningkatkan inflamasi intraokular.21
Kelompok ketiga dari glaukoma absolut ditandai dengan iritasi
permukaan, baik karena bullous corneal disease atau kalsifikasi. Pasien-pasien ini
dapat tergolong dalam kesatuan tersendiri atau sebagai bagian dari dua kelompok
diatas. Jika nyeri sekunder disebabkan oleh gangguan pada permukaan, maka
lubrikasi kornea dapat diberikan sebagai pilihan terapi.21
Terdapat beberapa terapi pembedahan yang mungkin dapat diterapkan.
Pada kasus yang refrakter dengan pengobatan medikamentosa dapat dilakukan
cyclocryotherapy, cyclodestruction. Sejak waktu yang lama injeksi alkohol 100 %
retrobulbar adalah terapi pilihan untuk mata buta yang nyeri karena kemudahan
dan efektivitasnya. Setelah bertahun-tahun, semakin banyak komplikasi potensial
yang berat diuraikan, yang menyebabkan prosedur ini kurang populer. Komplikasi
termasuk ptosis dan oftalmoplegi eksternal. Kekambuhan nyeri sering terjadi,

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


19

mengharuskan injeksi alkohol berulang kali. Tindakan lainnya yaitu eviserasi dan
enukleasi.9,21,25

2.2 TINJAUAN UMUM AKUPUNKTUR


2.2.1 Definisi dan Perkembangan Akupunktur
Istilah akupunktur berasal dari kata latin yaitu acus yang berarti jarum dan
punctura yang berarti menusuk. Istilah ini pertama kali dipergunakan oleh seorang
dokter VOC bernama Wilhelm Ten Rhyne, yang membuat tulisan dalam bahasa
latin tentang akupunktur pada tahun 1683. Akupunktur merupakan suatu cara
pengobatan dengan menusukkan jarum pada titik tertentu di kulit untuk
menghilangkan nyeri dan mengobati berbagai kondisi kesehatan tertentu.18
Dewasa ini akupunktur semakin banyak dipergunakan di dunia untuk
mengobati berbagai kelainan. Seiring dengan perkembangan ilmu biomedik di
negara Barat pada akhir abad ke-20, mendorong disiplin akupunktur medik
berkembang sebagai bagian dari ilmu kedokteran fisik yang berlandaskan pada
biomedik dan evidence based.18 Praktisi akupunktur medik tidak lagi menganut
konsep Yin/Yang dan sirkulasi Qi dan menganggap akupunktur sebagai bagian
dari pengobatan konvensional.26 Pada bulan November 1997, NIH concensus
development conference panel menyatakan bahwa, “Terdapat cukup bukti bahwa
akupunktur bermanfaat untuk diperluas penggunaannya dalam pengobatan
konvensional dan mendorong penelitian lebih lanjut mengenai fisiologi dan nilai
klinis akupunktur”.27
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa titik akupunktur merupakan
daerah kulit yang berbeda dengan sekitarnya yaitu memiliki kapasitas dan
potensial listrik yang tinggi serta tahanan listrik yang rendah. Secara histologis,
pada titik akupunktur terdapat struktur yang dinyatakan sebagai neurovascular
hemolymphatic complex dan jaringan persarafan yang lebih padat daripada
jaringan sekitarnya. Titik akupunktur merupakan suatu daerah peka rangsang yang
apabila dirangsang akan mengaktifkan berbagai molekul sinyal spesifik yang akan
mempengaruhi berbagai fungsi sel yang memiliki reseptor spesifik dalam fungsi
neuro-endokrin-imun untuk mencapai homeostasis.18,28

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


20

2.2.2 Elektroakupunktur
Elektroakupunktur didefinisikan secara luas sebagai suatu terminologi
komprehensif untuk semua prosedur pengukuran maupun terapi yang berasal dari
akupunktur cina tetapi menggunakan elektronik modern. Elektroakupunktur
bermula pada abad ke-18 di Jepang dan abad ke-19 di Perancis, ditemukan
kembali di Cina dan Perancis pada tahun 1930an dan 1950an, dan di Jerman dan
Jepang tahun 1950an, berkembang di barat dan timur pada tahun 1970an.
Beberapa menganggap EA secara terbatas, sebagai stimulasi elektrik pada titik
akupunktur secara eksklusif melalui jarum.29
Stimulasi elektrik perifer dapat dilakukan melalui elektroda yang
diletakkan diatas kulit (transcutaneous electrical nerve stimulation, TENS) atau
melalui probe yang diinsersikan ke kulit masuk ke jaringan (percutaneous
electrical nerve stimulation, PENS). Jika titik stimulasi dipilih menurut prinsip
akupunktur tradisional, proses ini umumnya disebut EA. Pada sebuah penelitian
yang membandingkan potensi analgesik dan mekanisme neurobiologi yang
mendasari EA dan TENS, menggunakan jarum akupunktur atau elektroda kulit
yang diletakkan di titik akupunktur yang sama, disimpulkan bahwa EA dan TENS
bekerja melalui mekanisme yang sangat mirip.30
Terdapat beberapa keuntungan EA yaitu EA lebih efektif dibandingkan
dengan akupunktur manual pada beberapa situasi, dan sering memberikan
potensiasi efek yang diperoleh dari metode manual; EA lebih menghemat waktu
dan lebih sedikit tergantung pada praktisi akupunktur dibandingkan dengan
akupunktur manual; pada beberapa kasus dapat memberikan hasil yang lebih
cepat dan bertahan lebih lama; EA memiliki efek spesifik terhadap nyeri,
relaksasi, sirkulasi dan otot yang berbeda dari akupunktur manual; EA lebih
terkontrol, terstandarisasi dan dapat diukur secara objektif dibanding dengan
akupunktur manual; EA memberikan stimulasi yang lebih kuat, terus menerus
dengan kerusakan jaringan yang lebih sedikit.29
Elektroakupunktur dapat meningkatkan ambang nyeri lebih baik daripada
akupunktur manual. Analgesia yang disebabkan oleh EA lebih lama dan lebih luas
daripada akupunktur manual. Perubahan aliran darah dan edema lebih besar
dengan EA daripada akupunktur manual. Oleh karena itu, EA cenderung

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


21

meningkatkan perbaikan jaringan termasuk saraf lebih baik daripada akupunktur


manual. Efek EA terhadap sistem imun, keasaman lambung, spastisitas otot dan
bahkan gatal yang diinduksi secara eksperimental juga lebih baik.29
Elektroakupunktur tidak dapat diterapkan pada semua kasus. Menurut
WHO stimulasi EA dikontraindikasikan pada pasien yang hamil, pasien yang
menggunakan pacemaker, kurangnya sensibilitas kulit dan lesi kulit yang luas.17
Sedangkan Mayor DF membagi kontraindikasi EA menjadi 2 yaitu kontraindikasi
absolut dan relatif. Kontraindikasi absolut EA meliputi: kehamilan trimester
pertama (walaupun beberapa otoritas menyatakan bahwa terapi dengan hati-hati
diperbolehkan untuk kasus hiperemesis apabila pengobatan lainnya potensial
berbahaya untuk fetus); stimulasi melalui atau dekat uterus dilarang pada
kehamilan sebelum proses melahirkan; elektrostimulasi sebaiknya tidak dilakukan
pada pasien syok atau koma, demam akut (temperatur > 38ºC), septikemia,
tuberkulosis dan infeksi lokal aktif lainnya; stimulasi sebaiknya tidak dilakukan
pada anak-anak dibawah usia 12 tahun; stimulasi tidak dilakukan melewati sinus
karotikus karena respon hipotensi, dekat dengan laring pada kasus restriksi saluran
pernapasan terutama menggunakan frekuensi tinggi; elektroda dari soket yang
sama tidak diletakkan melewati dinding dada anterior pada pasien dengan riwayat
masalah jantung yang serius dan tidak stabil, khususnya aritmia, dapat digunakan
titik di punggung belakang untuk waktu terapi yang singkat dan jangan
menggunakan intensitas tinggi; elektrostimulasi harus digunakan dengan hati-hati
pada sprain yang belum terdiagnosis kecuali kemungkinan fraktur telah
disingkirkan; stimulasi dikontraindikasikan pada pasien yang menggunakan
synchronous cardiac pacemaker; stimulasi kuat (terutama pada frekuensi tinggi)
dihindari pada pasien dengan tekanan darah tinggi. Kontraindikasi relatif EA
meliputi: epilepsi (stimulasi kuat dan menetap sebaiknya tidak digunakan
khususnya bila melalui korteks motorik menggunakan frekuensi tinggi); kanker
aktif; nyeri atau pembengkakan yang belum terdiagnosis; tulang belakang yang
tidak stabil; kehamilan mulai bulan keempat (kecuali pada presentasi bokong, saat
partus atau induksi partus), stimulasi kuat di tungkai dihindari; pasien dengan
konstitusi tubuh lemah, hipotensi; jika pasien hipertensi, mengalami
cerebrovascular accident (misalnya menangioma atau aneurisma) atau besar

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


22

kemungkinan terjadi transient ischemic attack maka dimonitor ketat saat


distimulasi di regio kepala atau di servikal atas; jika terdapat defek kongenital
pada tulang maka hindari peletakan elektroda didekat defek tersebut; pada pasien
dengan riwayat kelainan jantung, hindari arus melewati kedua lengan, EA
dihindari pada kasus aritmia atau serangan jantung (yang terjadi < 3 bulan);
elektrostimulasi dikontraindikasikan pada kelainan vena akut; jika pasien
memiliki implan metal (misalnya implan metal sendi pangkal paha) maka
elektroda harus diatur agar arus listrik tidak melewati implan tersebut; penjaruman
tidak dilakukan pada tungkai yang mengalami limfedema moderat maupun
berat.29
Untuk memfasilitasi penglepasan peptida opioid di sistem saraf pusat,
dapat digunakan akupunktur manual atau stimulasi EA. Parameter EA dapat
dikarakterisasi dengan lebih tepat. Hal yang menarik bahwa analgesia yang
diinduksi oleh stimulasi frekuensi rendah (4 Hz) dapat dicegah melalui pemberian
antagonis opiod nalokson dosis rendah, tetapi hal ini tidak terjadi pada stimulasi
frekuensi tinggi (200 Hz). Hal ini memperlihatkan bahwa stimulasi frekuensi
rendah dapat meningkatkan penglepasan peptida opiod di sistem saraf pusat.
Dengan merubah dosis nalokson atau menggunakan bermacam-macam subtipe
antagonis spesifik reseptor opioid, peneliti dapat memperlihatkan bahwa analgesia
yang diinduksi oleh stimulasi frekuensi rendah maupun tinggi keduanya dimediasi
oleh peptida opioid. Perbedaannya bahwa stimulasi frekuensi rendah dimediasi
oleh reseptor opioid µ dan atau , sedangkan stimulasi frekuensi tinggi dimediasi
oleh reseptor opioid κ. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jenis
peptida opioid yang dikeluarkan pada kondisi yang berbeda.30
Elektroakupunktur diklasifikasikan menjadi 2 frekuensi yaitu frekuensi
rendah jika frekuensi < 10 Hz dan frekuensi tinggi jika frekuensi sekitar 50-200
Hz.29 Pada kepustakaan lain ada yang mendefinisikan EA frekuensi rendah yaitu
frekuensi 2-4 Hz.31 Elektroakupunktur frekuensi rendah mengeluarkan
neurotransmiter β-endorfin dan Met-enkefalin sedangkan EA frekuensi tinggi
mengeluarkan dinorfin.31,32 Pada frekuensi sekitar 15 Hz yaitu frekuensi diantara
frekuensi rendah dan tinggi maka efek yang dihasilkan tergantung pada kedua
mekanisme tersebut.31

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


23

Hasil pembuktian melalui penilaian radioimmunoassay spinal tikus


memperlihatkan bahwa stimulasi perifer 2 Hz menghasilkan peningkatan
signifikan enkephalin-like immunoreactivity (IR) tetapi tidak pada dinorfin IR,
sedangkan stimulasi frekuensi 100 Hz meningkatkan dinorpin IR tetapi tidak
enkefalin IR. Pada penelitian lanjutan tersamar ganda, kolaborasi dengan institut
Karolinska (Stockholm, Swedia), hasil yang didapatkan pada tikus tersebut
dikonfirmasi sepenuhnya pada manusia.30
Terdapat banyak penelitian eksperimental yang telah dilakukan mengenai
neurofarmakologi EA. Elektroakupunktur sering dikaitkan dengan 3 kelompok
neurokimia yaitu neuropeptida (β endorfin, enkefalin, dinorfin), monoamin
(noradrenalin, adrenalin, dopamin, serotonin) dan asetilkolin. β endorfin lebih
berperan sebagai neurotransmiter di otak daripada di korda spinalis. Dinorfin
berperan lebih besar di korda spinalis daripada di otak. Asetilkolin merupakan
neurotransmiter yang penting pada EA dan telah dinyatakan bahwa terdapat
persarafan yang lebih kolinergik di titik akupunktur daripada di bukan titik
akupunktur.29
Stimulasi lebih kuat pada hampir semua frekuensi dapat mengaktivasi
sistem saraf simpatis, menaikkan tekanan darah dan denyut jantung serta dapat
menyebabkan eksaserbasi inflamasi. Stimulasi yang tidak kuat dapat
meningkatkan aktivitas parasimpatis, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan
temperatur secara umum. Stimulasi EA yang nyeri merangsang serabut saraf A
dan serabut saraf C nosiseptif, sedangkan pada stimulasi EA yang tidak nyeri akan
merangsang serabut saraf Aβ dan serabut saraf C mekanoreseptor. 29
Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa stimulasi elektrik perifer dapat
memfasilitasi penglepasan neuropeptida tertentu di sistem saraf pusat.
Perkembangan ilmu akupunktur neuroelektrik menjadikan terapi ini
dipertimbangkan untuk digunakan secara luas dalam aplikasi klinis. Aplikasi
klinis EA antara lain: pengunaan stimulasi elektrik untuk meringankan nyeri
(contoh: nyeri pasca operasi, nyeri punggung bawah dan nyeri neuropati diabetik
dan kesuksesan aplikasi stimulasi 100 Hz (tetapi tidak 2 Hz) untuk mengobati
nyeri akibat otot yang spastik), depresi, adiksi, stroke dan sequelae, kelainan
gastrointestinal (contoh: diare, konstipasi), ansietas.30,33 Selain itu EA telah

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


24

digunakan untuk terapi beberapa kelainan mata diantaranya astenopia, neuritis


optik, atropi parsial nervus optikus, retinitis pigmentosa, degenerasi makula,
miopi, hipermetropi, glaukoma, strabismus dan kelainan mata lainnya.29
Jika EA digunakan terlalu sering, dapat terjadi toleransi dan pengobatan
menjadi kurang efektif. Toleransi terjadi pada satu frekuensi tidak menyebabkan
toleransi pada frekuensi yang lain. Angka kejadian toleransi juga berbeda pada
spesies yang berlainan. Secara umum, toleransi lebih mudah terjadi pada
perangsangan EA frekuensi tinggi intensitas rendah bila dibandingkan dengan
stimulasi EA frekuensi rendah, intensitas tinggi atau TENS. Tidak semua efek EA
merupakan subjek toleransi. Toleransi dapat terjadi melalui mekanisme perifer
atau sentral. Secara sentral, enkefalin dapat berkurang. Neurokimia yang
dikeluarkan oleh aktivasi opioid yang berkepanjangan juga mengambil peran pada
toleransi. Neurokimia tersebut mencakup noradrenalin dan kolesistokinin.29

2.2.3 Mekanisme Kerja dan Efek Akupunktur


Mekanisme kerja akupunktur pada glaukoma dapat dijelaskan sebagai
berikut: penusukan akupunktur merupakan mikrotrauma yang dapat merangsang
pengeluaran Calcitonin Gene Related Peptide (CGRP), β-endorfin dan
merangsang serabut somatik aferen. Hal ini dapat mengatur aliran darah regional
melalui refleks somatoautonomik. Peningkatan aliran darah ini dimediasi oleh
penurunan resistensi vaskuler dan tonus vaskuler.11,18 Perbaikan sirkulasi ini
diikuti dengan penyerapan substansi inflamasi perangsang nosiseptor.19
Hasil penelitian akupunktur pada glaukoma sudut terbuka menunjukkan
bahwa tindakan akupunktur memperbaiki hemodinamik pembuluh darah
retrobulbar. Penilaian hemodinamik pembuluh darah retrobulbar dinilai
menggunakan color doppler imaging dan menunjukkan bahwa indeks resistensi
pembuluh darah siliaris posterior brevis dan arteri retina sentralis mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan keadaan sebelum akupunktur (p <0,05).11
Naruse dkk juga melaporkan bahwa aliran darah korioretina meningkat setelah
stimulasi di titik akupunktur LI 4 Hegu selama 30 menit. Mereka membuat
kesimpulan bahwa perubahan sirkulasi dimediasi oleh reaksi parasimpatis
terhadap stimulasi akupunktur.12

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


25

Akupunktur dalam menurunkan TIO bekerja melalui depresi aktivitas


simpatoadrenal dan peningkatan kadar β-endorfin. Penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa penurunan kadar norepinefrin di cairan akuos berperan
menurunkan TIO. Penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa aktivasi reseptor
opioid menurunkan aktivitas saraf simpatis di korpus siliaris. Penelitian
eksperimental menggunakan kelinci menunjukkan bahwa EA frekuensi rendah
menginduksi hipotensi okular berkaitan dengan supresi kadar norepinefrin dan
dopamin di akuos. Penurunan aktivitas simpatis ini menurunkan produksi cairan
akuos sehingga TIO menurun. Faktor lain untuk menurunkan TIO yaitu
peningkatan aliran keluar cairan akuos, hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan
kadar beta endorfin di cairan akuos. Pemberian nalokson (antagonis reseptor
opioid) menyebabkan efek penurunan TIO yang diinduksi oleh EA tidak terjadi.
Hal ini mengindikasikan bahwa reseptor opioid terlibat dalam efek penurunan
TIO yang diinduksi oleh EA.13
Akupunktur dapat memberikan efek lain pada glaukoma selain penurunan
TIO, yaitu akupunktur memberikan efek neuroprotektif. Hal ini diteliti oleh Chan
HHL dkk pada tahun 2005 yang melakukan penelitian mengenai efek
neuroproteksi EA pada tikus yang diinduksi glaukoma. Glaukoma diinduksi pada
mata kanan 15 tikus betina Sprague Dawley dengan fotokoagulasi laser. Mata kiri
tiap tikus digunakan sebagai kontrol. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok: tanpa
perlakuan (kelompok kontrol non-EA), kelompok 2 Hz EA dan 100 Hz EA.
Kedua mata tikus pada kelompok EA mendapat 3 sesi akupunktur tiap minggu.
Fungsi retina dinilai menggunakan multifokal elektroretinogram (mfERG) setelah
4 minggu terapi EA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EA 2 Hz memiliki efek
neuroprotektif dengan memelihara fungsi retina pada model tikus glaukoma.36
Efek neuroprotektif ini dapat menyebabkan perbaikan visus pada pasien
glaukoma. Perbaikan visus pada pasien glaukoma terlihat pada sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Her JS dkk tahun 2010, yang menunjukkan bahwa
accupressure di titik akupunktur dapat memperbaiki visus pasien glaukoma
(p<0,05).12
Rangsang penusukan juga memberikan efek humoral yaitu akan
mengaktivasi hipotalamus-hipofisis sehingga melepaskan beta-endorfin ke dalam

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


26

darah dan cairan serebrospinalis. Hal ini dapat berperan dalam analgesia yang
diinduksi oleh akupunktur.18

2.2.4 Efek Samping dan Kontraindikasi Akupunktur


Ditangan yang memiliki kompetensi, akupunktur umumnya merupakan
prosedur yang aman dengan sedikit kontraindikasi atau komplikasi. Namun,
terdapat resiko potensial walaupun kecil, yaitu transmisi infeksi dari satu pasien
ke pasien lainnya (HIV atau hepatitis) atau memasukkan organisme patogen.
Keamanan dalam akupunktur memerlukan kewaspadaan yang konstan dalam
mempertahankan standar tinggi kebersihan, sterilitas dan teknik aseptik.17
Resiko lain yang dapat diramalkan atau dapat dicegah yaitu jarum yang
rusak, nyeri atau ketidaknyamanan dan perlukaan secara tidak sengaja pada organ
penting.17 Kejadian merugikan yang serius akibat akupunktur jarang terjadi dalam
praktek klinis (<0,05 per 10000), kejadian tersebut contohnya infeksi, merupakan
kejadian yang dapat dicegah.34,35
Dari sudut pandang “aksi regulasi” akupunktur, adalah sulit untuk
menetapkan kontraindikasi absolut untuk terapi akupunktur. Namun, untuk alasan
keamanan, akupunktur dihindari pada kondisi kehamilan (kecuali untuk tujuan
terapi tertentu), kedaruratan medis dan kondisi pembedahan, tumor ganas (namun
dapat digunakan sebagai kombinasi dengan terapi lain, untuk meringankan nyeri
dan gejala lain, untuk meringankan efek samping kemoterapi dan radioterapi dan
meningkatkan kualitas hidup), kelainan perdarahan (pasien dengan kelainan
perdarahan dan pembekuan darah atau pasien yang menggunakan terapi
antikoagulan).17

2.2.5 Penelitian Akupunktur


Takayama S dkk pada tahun 2011 melakukan penelitian mengenai efek
jangka pendek akupunktur pada glaukoma sudut terbuka terhadap sirkulasi
retrobulbar (terapi tambahan terhadap pengobatan standar). Sebelas pasien
glaukoma (20 mata yang mengalami glaukoma) diterapi dengan antiglaukoma
topikal selama paling sedikit 3 bulan. Akupunktur dilakukan pada titik BL 2, EX-
HN 5, ST 2, ST 36, SP 6, KI 3, LR 3, GB 20, BL 18, dan BL 23 bilateral.

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


27

Akupunktur dilakukan pada posisi telentang dan tengkurap masing-masing selama


15 menit. Sebagai kontrol, subjek diukur hemodinamik sistemik, sirkulasi
retrobulbar dengan color doppler imaging, dan TIO diukur pada saat istirahat dan
1 jam setelah istirahat. Satu bulan kemudian, subjek dilakukan pengukuran yang
sama saat sebelum dan setelah akupunktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
parameter hemodinamik sistemik tidak berubah signifikan setelah akupunktur.
Perbedaan nilai indeks resistif pada arteri siliaris posterior brevis (p <0,01) dan
perbedaan nilai TIO (p <0,01) menurun secara signifikan dengan akupunktur
dibanding dengan tanpa terapi akupunktur. Dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa akupunktur dapat meningkatkan sirkulasi retrobulbar dan
menurunkan TIO yang mengindikasikan efikasi akupunktur untuk glaukoma sudut
terbuka.11
Her JS dkk pada tahun 2010 melakukan uji klinis acak terkontrol
mengenai efek penurunan TIO dari acupressure telinga pada pasien glaukoma.
Tiga puluh tiga pasien dibagi menjadi kelompok acupressure telinga (16 pasien,
28 mata glaukoma) dan kelompok sham (17 pasien, 32 mata glaukoma). Pasien
pada kelompok acupressure telinga dipasang bola logam di titik akupunktur
telinga (ginjal, hati, dan mata) dan dilakukan pemijatan secara teratur sehari dua
kali selama 4 minggu. Pasien pada kelompok sham dipasang bola logam pada titik
akupunktur telinga sham (pergelangan tangan, bahu, dan rahang) tanpa stimulasi
pemijatan. TIO dan ketajaman penglihatan dinilai sebelum dan sesudah perlakuan
pada 4 minggu pertama dan dilakukan follow up hingga 8 minggu. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa setelah terapi dan pada 8 minggu follow up, TIO
dan ketajaman penglihatan mengalami perbaikan secara signifikan pada kelompok
acupressure bila dibandingkan dengan sebelum terapi (p <0,05).12
Chu TC dkk pada tahun 2002 melakukan penelitian mengenai hipotensi
okular yang diinduksi oleh EA. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki efek
EA terhadap dinamika cairan akuos kelinci. Penelitian pendahuluan menggunakan
akupunktur manual di titik GB 30 Huantiao selama 1 jam. Tekanan intraokular
diukur menggunakan pneumatonometer pada -1 dan 0 jam sebelum akupunktur
dan setelah akupunktur (½, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 jam). Setelah 1 jam
akupunktur manual, didapatkan penurunan TIO sebesar 3,8 ± 0,6 mmHg pada

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


28

pengukuran di 2 jam. Pada stimulasi EA di titik GB 30 Huantiao selama ½ jam


didapatkan penurunan TIO maksimum sebesar 5 mmHg pada pengukuran di 2
jam. Pada stimulasi EA selama 1 jam, didapatkan penurunan TIO maksimum
sebesar 9 mmHg pada pengukuran di 3 jam. Penurunan TIO disertai dengan
penurunan laju aliran cairan akuos, penurunan kadar norepinefrin dan dopamin
dalam cairan akuos. Selain itu, stimulasi EA menginduksi kenaikan 8 kali lipat
kadar endorfin dalam cairan akuos. Pemberian nalokson sebelum terapi
memberikan efek antagonis terhadap hasil tersebut. Pada percobaan akupunktur
sham, jarum akupunktur ditusukkan 2 inchi menjauhi saraf sciatic. Penusukan di
titik sham ini tidak memperlihatkan perubahan TIO yang signifikan. Efek
antagonis nalokson terhadap hipotensi okular yang diinduksi oleh EA, supresi
aliran cairan akuos dan kadar katekolamin serta peningkatan kadar endorfin dalam
cairan akuos oleh EA mengindikasikan bahwa opioid/reseptor opiat terlibat dalam
modulasi hidrodinamika okular sebagai respon terhadap EA.13
Sutoyo HS pada tahun 1998 melakukan penelitian mengenai efek
akupunktur terhadap nyeri pada 25 penderita glaukoma absolut. Akupunktur
dilakukan di titik BL 2 Cuanzhu, GB 1 Tongziliao, EX-HN 5 Taiyang pada sisi
yang sakit. LI 4 Hegu, SP 6 Sanyinjiao, BL 3 Taixi, LR 2 Xingjian, LR 3
Taichong, GB 20 Fengchi, BL 18 Ganshu bilateral selama 1 seri (12 kali) dan
dilakukan 2 kali seminggu. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan
derajat nyeri, akupunktur memberikan penurunan derajat nyeri sebesar 80% atau
lebih pada 13 penderita (52 %), dan penurunan derajat nyeri sebesar 60 - 80 %
pada 11 penderita (44%) dan penurunan derajat nyeri 20 - 60 % pada 1 penderita
glaukoma absolut dolorosa (4%).14

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


29

2.3 Kerangka Teori

Primer:
• TIO tinggi Medikamentosa
• Usia tua
• Riw. Keluarga glaukoma
• Ras
• Hipertensi
• Diabetes melitus
• Miopia

Operasi
GLAUKOMA • Laser
• Insisi

Sekunder:
• Katarak
• Cedera mata
• Uveitis Glaukoma Absolut
• Tumor didalam mata
• Tetes mata steroid Akupunktur

Keterangan :

: Faktor resiko / etiologi

: Tatalaksana

: Hasil akhir pada kasus yang tidak terkontrol

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


30

2.4 Kerangka Konsep

ELEKTROAKUPUNKTUR
Gelombang continuous,
frekuensi 3 HZ, intensitas
sesuai kenyamanan pasien

Lokal Sentral

Perbaikan Sirkulasi Simpatis menurun Beta endorfin


Parasimpatis meningkat meningkat

Produksi cairan akuos Aliran cairan


menurun akuos meningkat

Penurunan Tekanan
Intraokular

Analgesia

• Antagonis β Adrenergik Agonis Adrenergik • Analog Prostaglandin


• Penghambat Karbonik • Parasimpatomimetik 
Anhidrase  • Iridectomy 
• Transcyclocryo • Trabeculectomy
photocoagulation  

Keterangan:
: efek akupunktur
: efek obat / operasi

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah uji klinis sebelum
dan sesudah intervensi.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2012 sampai dengan April 2012 di
Poliklinik Mata RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta.

3.3 Populasi
Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien glaukoma yang memenuhi
kriteria.
3.3.1 Kriteria Penerimaan :
- Pasien laki-laki atau perempuan yang kooperatif mendapatkan terapi
EA.
- Telah terdiagnosis glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut
dari Poliklinik mata RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo.
- Memiliki tekanan intraokular ≥ 21 mmHg.
- Menandatangani informed consent.
3.3.2 Kriteria Penolakan :
- Terdapat infeksi di daerah penusukan.
- Mengalami episode akut glaukoma
- Terdapat kontraindikasi dilakukan tindakan akupunktur maupun EA,
seperti kedaruratan medik, kasus pembedahan, gangguan pembekuan
darah, penusukan pada daerah tumor ganas, dalam keadaan hamil,
menggunakan pacemaker, kurangnya sensibilitas kulit dan lesi kulit
yang luas.
3.3.3 Kriteria Gugur / Drop Out :
- Tidak menyelesaikan prosedur penelitian.

31 Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
32

3.4 Besar Sampel


Berdasarkan rancangan penelitian, besar sampel dihitung dengan rumus:39

(Ζα +Ζβ) SD 2
n = ———————
d

(1,96+0,842) 1,9 2
n =
1,5

= 12,60

Keterangan :
n = besar sampel minimal.
SD = simpang baku dari rerata selisih didapat nilai 1,9.11
Ζα = nilai Z pada tingkat kesalahan 0,05 adalah 1,96
Ζβ = nilai Z dengan power 0,80 adalah 0,842
d = selisih rerata kedua kelompok, ditetapkan 1,5

Koreksi besar sampel untuk antisipasi drop out sebagai berikut :

n' = n / (1-f)
Keterangan :
n’ = koreksi besar sampel
n = besar sampel yang dihitung
f = perkiraan proporsi drop out sebesar 10%

n = 12,60 / 0,9
= 14
Dengan rumus tersebut didapatkan nilai n’ = 14. Jadi besar sampel setelah koreksi
berjumlah 14 orang.

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


33

3.5 Kerangka Alur Penelitian

Penderita Glaukoma Absolut


atau Glaukoma kronik lanjut

Memenuhi Kriteria
Penerimaan

Informed Consent

Pengukuran TIO Sebelum Penilaian Skor VAS


EA Sebelum EA

ELEKTROAKUPUNKTUR

Pengukuran TIO 1 jam setelah EA Penilaian Skor VAS Setelah EA

Pengukuran TIO 3 jam setelah EA

Pengumpulan Data

Analisis Data

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


34

3.6. Definisi Operasional

3.6.1 Glaukoma absolut adalah hasil akhir dari glaukoma yang tidak terkontrol,
mata keras, tanpa penglihatan, dan nyeri. Glaukoma kronik lanjut adalah
glaukoma dengan tingkat kerusakan yang telah menimbulkan gejala dan
gangguan fungsi yang signifikan, dengan CD ratio 0,8-0,9.
3.6.2 EA pada penelitian ini adalah penusukan jarum akupunktur di titik BL 2
Cuanzhu, EX-HN 5 Taiyang dan ST 2 Sibai pada sisi mata yang
mengalami glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut. Penusukan
pada titik ST 36 Zusanli, SP 6 Sanyinjiao, KI 3 Taixi, LR 3 Taichong,
GB 20 Fengchi, GB 37 Guangming, BL 18 Ganshu, BL 23 Senshu dan
LI 4 Hegu bilateral. Jarum akupunktur yang sudah ditusukkan
dihubungkan dengan elektrostimulator kecuali jarum di titik ST 2 Sibai.
EA dilakukan menggunakan gelombang continuous, frekuensi 3 Hz dan
besar intensitas sesuai dengan kenyamanan pasien.
3.6.3 Terapi Standar adalah terapi medikamentosa yang digunakan pasien
(analog postaglandin, antagonis β-adrenergik, parasimpatomimetik,
penghambat karbonik anhidrase, agonis adrenergik, agen hiperosmotik)
maupun pembedahan yang telah dilakukan pada pasien sebelum menjadi
responden penelitian.
3.6.4 VAS adalah skala penilaian intensitas nyeri, menggunakan garis
horizontal dengan skala 0-10. Skala 0 berarti tidak nyeri dan skala 10
berarti nyeri paling hebat.

3.7 Cara Kerja.


3.7.1 Alat Yang Disediakan.
- Jarum akupunktur disposable ukuran 0,25 x 40 mm, 0,25 x 25 mm
dan 0,20 x 13 mm merk BaiYiMei.
- Elektrostimulator merk Hwato
- Pengukur waktu (timer) merk Master.
- Alcohol Swab 70%.
- Tonometer Aplanasi Goldmann
- Tetes mata anestesi lokal (pantokain) dan kertas fluorosence

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


35

3.7.2 Persiapan Pasien.


- Menentukan pasien yang masuk dalam kriteria penerimaan.
- Mengisi lembar informed consent.
- Mengisi status penelitian.
3.7.3 Cara Penusukan
Pasien dalam keadaan duduk. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik
pada tempat yang akan ditusuk. Dilakukan penusukan dengan jarum
akupunktur pada titik-titik akupunktur yang telah ditentukan. Semua jarum
akupunktur yang sudah ditusukkan pada titik tersebut dihubungkan dengan
elektrostimulator kecuali titik ST 2 Sibai. Rangsang elektrostimulator yang
digunakan adalah gelombang continuous frekuensi 3 Hz, dengan besar
intensitas sesuai dengan kenyamanan pasien. Jarum ditinggalkan selama
30 menit.
3.7.4 Pengukuran TIO
Dilakukan pengukuran TIO dengan tonometer aplanasi goldmann.
Pengukuran dilakukan saat sebelum EA, 1 jam dan 3 jam sesudah EA.
3.7.5 Penilaian skor VAS
Dilakukan sebelum dan sesudah EA.

3.8. Titik Akupunktur 40-42


3.8.1 BL 2 Cuanzhu
• Lokasi : pada lekukan di tepi medial alis
• Persarafan : nervus supratroklear dari nervus frontalis,
cabang temporal dan zigomatik dari nervus fasialis
• Vaskularisasi : cabang a/v orbitalis superior

3.8.2 EX-HN 5 Taiyang


• Lokasi : pada sebuah lekukan berjarak 1 inchi ke arah
posterior dari titik tengah garis pertemuan yang menghubungkan tepi
lateral alis dan kantus eksternus.

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


36

• Persarafan : cabang zigomatikofasialis dari nervus zigomatikus,


cabang temporal dan zigomatik dari nervus fasialis, cabang temporal
dari nervus mandibularis
• Vaskularisasi : cabang a/v temporal superfisialis.

Gambar 3.1. Titik BL 2 Cuanzhu Gambar 3.2. Titik EX-HN 5 Taiyang


Sumber: World Health Organization. Sumber: World Health Organization. A
WHO standard acupuncture point brief explanation of international
locations in western pasific regions. standard nomenclature of zhenjiu.
Geneva: World Health Organization. Beijing: Higher Education Press. 1992:
2009: 100. 175

3.8.3 ST 2 Sibai
• Lokasi : mata melihat kedepan, vertikal dibawah pupil,
pada foramen infraorbita (dibawah batas bawah orbita).
• Persarafan : cabang infraorbital dan zigomatik dari nervus
fasialis.
• Vaskularisasi : a/v infraorbita

3.8.4 ST 36 Zusanli
• Lokasi : pada sisi anterior tungkai, keadaan lutut fleksi,
pada garis yang menghubungkan ST 35 Dubi dengan ST 41 Jiexi, 3
inchi dibawah ST 35 Dubi. ST 36 terletak pada otot tibialis anterior.

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


37

(ST 35 Dubi: pada aspek anterior lutut, pada lekukan sebelah lateral
ligamentum patela. Ketika lutut fleksi, ST 35 terletak pada lekukan
sebelah lateral dan inferior dari patela).
• Persarafan : nervus kutaneus lateralis
• Vaskularisasi : a/v tibialis anterior.

 
Gambar 3.3. Titik ST 2 Sibai Gambar 3.4. Titik ST 36 Zusanli
Sumber: World Health Organization. Sumber: World Health Organization.
WHO Standard Acupuncture Point WHO Standard Acupuncture Point
Locations in western pasific regions. Locations in western pasific regions.
Geneva: World Health Organization. Geneva: World Health Organization.
2009: 46. 2009: 64.

3.8.5 SP 6 Sanyinjiao
• Lokasi : pada aspek tibia tungkai, posterior sisi medial
tibia, 3 inchi diatas puncak maleolus medialis.
• Persarafan : cabang kutaneus medialis dari nervus saphenus,
nervus tibialis
• Vaskularisasi : cabang vena saphenus magna, a/v tibialis posterior

3.8.6 KI 3 Taixi
• Lokasi : pada aspek posteromedial pergelangan kaki, dalam
lekukan antara puncak maleolus medialis dan tendon kalkaneus.

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


38

• Persarafan : cabang medial kutaneus dari nervus saphenus


tungkai, nervus tibialis
• Vaskularisasi : cabang dari vena saphenus magna, a/v tibialis
posterior

Gambar 3.5. Titik SP 6 Sanyinjiao Gambar 3.6. Titik KI 3 Taixi


Sumber: World Health Organization. Sumber: World Health Organization.
WHO Standard Acupuncture Point WHO Standard Acupuncture Point
Locations in western pasific regions. Locations in western pasific regions.
Geneva: World Health Organization. Geneva: World Health Organization.
2009: 72. 2009: 137.

3.8.7 LR 3 Taichong
• Lokasi : pada dorsum pedis, diantara tulang metatarsal I
dan II, dalam lekukan distal dari pertemuan basis kedua tulang
tersebut.
• Persarafan : nervus kutaneus dorsalis medialis, nervus peroneal
profundus
• Vaskularisasi : vena pada dorsum pedis, a/v metatarsal dorsalis I.

3.8.8 GB 20 Fengchi
• Lokasi : pada bawah tulang oksipital, pada sebuah
lekukan diantara batas atas m. sternokleidomastoid dan bagian atas m.
trapezius.

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


39

• Persarafan : nervus oksipitalis dan suboksipital


• vaskularisasi : cabang a/v oksipitalis

Gambar 3.7. Titik LR 3 Taichong Gambar 3.8. Titik GB 20 Fengchi


Sumber: World Health Organization. Sumber: World Health Organization.
WHO Standard Acupuncture Point WHO Standard Acupuncture Point
Locations in western pasific regions. Locations in western pasific regions.
Geneva: World Health Organization. Geneva: World Health Organization.
2009: 197. 2009: 181.

3.8.9 BL 18 Ganshu
• Lokasi : pada punggung bagian atas, setinggi tepi bawah
prosessus spinosus torakal kesembilan, 1,5 inchi lateral dari garis
tengah tubuh.
• Persarafan : cabang kutaneus nervus thoracic posterior ke 9
dan 10, cabang muskular dari nervus thoracic posterior ke 9 dan 10.
• Vaskularisasi : a/v interkostalis

3.8.10 GB 37 Guangming
• Lokasi : pada aspek fibular tungkai, anterior dari fibula, 5
inchi diatas puncak maleolus lateralis.
• Persarafan : nervus peroneal
• Vaskularisasi : a/v tibialis anterior

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


40

Gambar 3.9. Titik BL 18 Ganshu Gambar 3.10. Titik GB 37 Guangming


Sumber: World Health Organization. Sumber: World Health Organization. WHO
WHO Standard Acupuncture Point Standard Acupuncture Point Locations in
Locations in western pasific regions. western pasific regions. Geneva: World
Geneva: World Health Organization. Health Organization. 2009: 190.
2009: 108.

3.8.11 BL 23 Shenshu
• Lokasi : pada regio lumbal, dibawah prosesus spinosus
lumbal 2, 1.5 inchi lateral dari garis tengah tubuh.
• Persarafan : cabang kutaneus dari nervus lumbalis posterior II
dan III, cabang muskular dari nervus lumbalis posterior II dan III
• Vaskularisasi : cabang a/v lumbalis posterior

3.8.12 LI 4 Hegu
• Lokasi : di dorsum tangan, sisi radial pertengahan tulang
metakarpal II.
• Persarafan : nervus radialis, nervus ulnaris.
• Vaskularisasi : bagian radial vena dorsalis tangan dan cabang a/v
metakarpal dorsalis I

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


41

Gambar 3.11. Titik BL 23 Senshu Gambar 3.12. Titik LI 4 Hegu


Sumber: World Health Organization. Sumber: World Health Organization.
WHO Standard Acupuncture Point WHO Standard Acupuncture Point
Locations in western pasific regions. Locations in western pasific regions.
Geneva: World Health Organization. Geneva: World Health Organization.
2009: 111. 2009: 35.

3.9 Pengumpulan Data


• Sebelum dilakukan EA, dilakukan pengukuran TIO. Setelah EA
dilakukan pengukuran ulang TIO yaitu 1 jam dan 3 jam setelah EA.
• Sebelum EA dilakukan penilaian intensitas nyeri dengan VAS, setelah
EA dilakukan penilaian VAS ulang.

3.10 Penilaian
Kriteria keberhasilan efek EA terhadap penurunan TIO ditetapkan sebagai
berikut :
• Berhasil : Bila terjadi penurunan TIO
• Gagal : Bila TIO menetap atau meningkat
Kriteria keberhasilan efek EA terhadap penurunan intensitas nyeri ditetapkan
sebagai berikut :
• Berhasil : Bila terjadi penurunan skor VAS
• Gagal : Bila skor VAS menetap atau meningkat

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


42

3.11 Pengolahan dan Analisis Data


Analisis data penelitian ini menggunakan 2 jenis uji statistik. Data nilai TIO
sebelum, 1 jam dan 3 jam setelah EA adalah jenis variabel numerik dan
memiliki distribusi data normal, oleh karena itu digunakan uji Repeated
ANOVA. Data skor VAS sebelum dan sesudah EA juga termasuk variabel
numerik dan memiliki distribusi data normal, oleh karena itu digunakan uji T
berpasangan. Pada penelitian ini ditetapkan bila hasil uji hipotesis komparatif
menunjukkan nilai p > α (p > 0,05) dapat diartikan tidak terdapat perbedaan
bermakna antara variabel yang dibandingkan, sebaliknya bila nilai p < α (p <
0,05), berarti terdapat perbedaan bermakna dari variabel yang
dibandingkan.37,38

3.12 Penyajian Data


Data akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

3.13 Kajian Etik


Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tanggal 16
Januari 2012 Nomor: 16/PT02.FK/ETIK/2012. Responden yang mengikuti
penelitian ini telah setuju berpartisipasi dengan menandatangani informed
consent yang dijamin kerahasiaannya dan bersifat sukarela.

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


BAB 4
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan terhadap 14 pasien glaukoma absolut atau


glaukoma kronik lanjut yang memenuhi kriteria inklusi. Selama penelitian tidak
terdapat responden yang drop out. Keseluruhan responden ini dianalisa secara
statistik.

4.1 Karakteristik Responden


Tabel 4.1. Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlah %
Jenis kelamin
Laki-laki 8 57,1
Perempuan 6 42,9
Umur (tahun)
≤ 20 1 7,1
21-40 1 7,1
41-60 6 42,9
61-80 5 35,7
≥ 81 1 7,1
Mata yang diakupunktur
Kanan 8 57,1
Kiri 6 42,9
Lama Keluhan (tahun)
<1 2 14,3
1-3 5 35,7
4-6 3 21,4
7-9 1 7,1
≥ 10 3 21,4
Tipe Glaukoma
Absolut 8 57,1
Kronik lanjut 6 42,9
Disertai Nyeri
Ya 9 64,3
Tidak 5 35,7

43 Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
44

4.2 Perbandingan Keadaan Sebelum dan Setelah EA

Tabel 4.2. Nilai Rerata TIO Sebelum EA, 1 jam dan 3 jam Setelah EA
95% Interval Kepercayaan
Waktu Pengukuran Rerata ± SD
Batas Bawah Batas Atas
TIO (mmHg)
(mmHg) (mmHg)
Sebelum EA 45.500 ± 4.657 35.439 55.561
1 jam setelah EA 39.357 ± 4.043 30.622 48.092
3 jam setelah EA 38.071 ± 3.910 29.624 46.519

Tabel 2 menunjukkan rerata TIO sebelum EA, 1 jam dan 3 jam setelah EA. Rerata
TIO sebelum EA adalah 45,5 ± 4,657 mmHg. Rerata TIO 1 jam setelah EA adalah
39,357 ± 4,043 mmHg. Rerata TIO 3 jam setelah EA adalah 38,071 ± 3,910
mmHg.

Grafik 4.1. Perubahan TIO Tiap Responden

Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
45

Tabel 4.3. Nilai Rerata Perubahan TIO Sebelum EA, 1 jam & 3 jam setelah
EA

95% Interval
Perbedaan Kepercayaan
Pengukuran TIO Rerata ± SD P Batas Batas
(mmHg) Bawah Atas
(mmHg) (mmHg)
Sebelum EA vs 1 jam setelah EA 6.143* ± 1.904 0.007 2.030 10.256

Sebelum EA vs 3 jam setelah EA 7.429* ± 1.983 0.002 3.145 11.712

1 jam setelah EA vs 3 jam setelah 1.286 ± 1.233 0.316 -1.379 3.950


EA
*
Bermakna pada p<0.05, Repeated ANOVA

Tabel 3 menunjukkan rerata perubahan TIO sebelum EA, 1 jam dan 3 jam
sesudah EA. Tekanan intraokular 1 jam setelah EA mengalami penurunan yang
bermakna sebesar 6,14 ± 1,90 mmHg bila dibandingkan dengan TIO sebelum
EA (p<0,05). Tekanan intraokular 3 jam setelah EA mengalami penurunan yang
bermakna sebesar 7,43 ± 1,98 mmHg bila dibandingkan dengan TIO sebelum
EA (p<0,05). Tekanan intraokular 3 jam setelah EA mengalami penurunan
sebesar 1,29 ± 1,23 mmHg bila dibandingkan dengan TIO 1 jam setelah EA,
namun penurunan ini tidak bermakna (p>0,05). Tekanan intraokular 1 jam
setelah EA mengalami penurunan sebesar 12,76 % bila dibandingkan dengan
TIO sebelum EA. Tekanan intraokular 3 jam setelah EA mengalami penurunan
sebesar 15,34 % bila dibandingkan dengan TIO sebelum EA.

Tabel 4.4. Angka Keberhasilan Penurunan TIO 1 jam & 3 jam Setelah EA

Hasil Penilaian
Waktu Pengukuran Total
Berhasil Gagal
1 jam setelah EA 12 (85,71%) 2 (14,29%) 14 (100%)
3 jam setelah EA 13 (92,86%) 1 (7,14 %) 14 (100%)

Tabel 4 menunjukkan angka keberhasilan penurunan TIO pada 1 jam dan 3 jam
setelah EA. Pada 1 jam setelah EA terdapat 12 responden (85,71 %) mengalami
penurunan TIO sedangkan 2 responden (14,29 %) tidak menunjukkan adanya
penurunan TIO. Pada 3 jam setelah EA terdapat 13 responden (92,86 %)

Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
46

mengalami penurunan TIO sedangkan 1 responden (7,14 %) tidak menunjukkan


adanya penurunan TIO.

Tabel 4.5. Penurunan TIO 1 jam Setelah EA Berdasarkan Tipe Glaukoma

Penurunan TIO * Jumlah


Tipe glaukoma
<20 % >20 % Tidak turun responden
GPSTa 1 1 1 3
GPSTp 4 2 0 6
Glaukoma Juvenille 1 0 0 1
Glaukoma Sekunder 2 1 1 4
Total 8 4 2 14
*Persentase penurunan TIO dibandingkan dengan TIO sebelum EA
GPSTa = Glaukoma Primer Sudut Terbuka
GPSTp = Glaukoma Primer Sudut Tertutup

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada pengukuran 1 jam setelah EA terdapat 8


responden yang memberikan respon penurunan TIO < 20 %, 4 responden
memberikan respon penurunan TIO > 20 % dan 2 responden tidak menunjukkan
adanya penurunan TIO pada pengukuran 1 jam setelah EA.

Tabel 4.6. Penurunan TIO 3 jam Setelah EA Berdasarkan Tipe Glaukoma

Penurunan TIO * Jumlah


Tipe glaukoma
<20 % >20 % Tidak turun responden
GPSTa 2 0 1 3
GPSTp 2 4 0 6
Glaukoma Juvenille 0 1 0 1
Glaukoma Sekunder 3 1 0 4
Total 7 6 1 14
*Persentase penurunan TIO dibandingkan dengan TIO sebelum EA
GPSTa = Glaukoma Primer Sudut Terbuka
GPSTp = Glaukoma Primer Sudut Tertutup

Tabel 6 menunjukkan bahwa pada pengukuran 3 jam setelah EA terdapat 7


responden yang memberikan respon penurunan TIO < 20 %, 6 responden
memberikan respon penurunan TIO > 20 % dan 1 responden tidak menunjukkan
adanya penurunan TIO pada pengukuran 3 jam setelah EA. Enam responden yang

Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
47

memberikan respon penurunan TIO > 20 % terdiri dari 4 responden GPSTp,


1 responden glaukoma juvenille dan 1 responden glaukoma sekunder.

Tabel 4.7. Nilai Rerata Skor VAS Sebelum dan Setelah EA

n Rerata ±SD P

VAS Sebelum EA 9 5.56±1.014 0,000*


VAS Setelah EA 9 1.33±1.500
*
bermakna pada p<0,05, Uji T Berpasangan

Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat 9 responden (dari 14 responden) menderita


glaukoma yang disertai nyeri. Pada 9 responden dinilai skor intensitas nyeri
menggunakan VAS. Rerata skor VAS sebelum EA adalah 5.56 ± 1.01, sedangkan
rerata skor VAS setelah EA adalah 1.33 ± 1.50. Terdapat penurunan skor VAS
yang bermakna setelah akupunktur bila dibandingkan dengan skor VAS sebelum
EA (p<0,05).

Tabel 4.8. Angka Keberhasilan Penurunan Skor VAS

Jumlah pasien %
Berhasil 9 100
Gagal 0 0
Total 9 100

Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat 9 responden dengan keluhan nyeri yang


kemudian mengalami penurunan skor VAS setelah EA. Terlihat pada tabel bahwa
semua responden tersebut mengalami penurunan skor VAS.

Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
48

Grafik 4.2. Perubahan Skor VAS Tiap Responden

Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
BAB 5
PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada 14 responden pasien glaukoma absolut atau


glaukoma kronik lanjut dengan atau tanpa keluhan nyeri. Pengukuran TIO
dilakukan sebanyak 3 kali pada tiap responden yaitu pada saat sebelum EA, 1 jam
dan 3 jam setelah EA. Prosedur EA dilakukan 1 kali untuk tiap responden. Hasil
pengukuran TIO dibandingkan dan dianalisis secara statistik. Responden yang
memiliki keluhan nyeri pada mata, dinilai juga intensitas nyeri dengan VAS.
Pencatatan skor VAS dilakukan sebelum dan sesudah EA, skor ini kemudian
dibandingkan dan dilakukan analisis statistik.
Pada penelitian ini dilakukan penusukan akupunktur di titik BL 2
Cuanzhu, EX-HN 5 Taiyang, ST 2 Sibai, ST 36 Zusanli, SP 6 Sanyinjiao, KI 3
Taixi, LR 3 Taichong, GB 20 Fengchi, BL 18 Ganshu, GB 37 Guangming, BL 23
Senshu dan LI 4 Hegu. Alasan pemilihan titik-titik akupunktur tersebut sebagai
berikut: berdasarkan pada sebuah penelitian yang menggunakan kombinasi titik
BL 2 Cuanzhu, EX-HN 5 Taiyang, ST 2 Sibai, ST 36 Zusanli, SP 6 Sanyinjiao, KI
3 Taixi, LR 3 Taichong, GB 20 Fengchi, BL 18 Ganshu dan BL 23 Senshu dapat
meningkatkan sirkulasi retrobulbar dan menurunkan TIO. Titik GB 37
Guangming merupakan titik yang secara empiris diindikasikan untuk kelainan
pada mata. Titik LI 4 Hegu merupakan titik yang terbukti dapat meningkatkan
endorfin dan diindikasikan untuk mengurangi nyeri.
Mekanisme kerja akupunktur pada glaukoma melalui mekanisme lokal dan
sentral. Penusukan akupunktur merupakan mikrotrauma yang dapat merangsang
pengeluaran CGRP dan β-endorfin, merangsang serabut somatik aferen. Hal ini
dapat mengatur aliran darah regional melalui refleks somatoautonomik.
Peningkatan aliran darah ini dimediasi oleh penurunan resistensi vaskuler dan
tonus vaskuler.11,18 Perbaikan sirkulasi ini diikuti dengan penyerapan substansi
inflamasi perangsang nosiseptor.19
Akupunktur menurunkan TIO bekerja melalui depresi aktivitas
simpatoadrenal dan peningkatan kadar beta endorfin. Penelitian menunjukkan
bahwa penurunan kadar norepinefrin di cairan akuos berperan menurunkan TIO.
Penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa aktivasi reseptor opioid

49 Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
50

menurunkan aktivitas saraf simpatis di korpus siliaris. Penurunan aktivitas


simpatis ini menurunkan produksi cairan akuos sehingga TIO menurun. Faktor
lain untuk menurunkan TIO yaitu peningkatan aliran keluar cairan akuos, hal ini
dapat disebabkan oleh peningkatan kadar beta endorfin di cairan akuos.
Pemberian nalokson (antagonis reseptor opioid) menyebabkan efek penurunan
TIO yang diinduksi oleh EA tidak terjadi. Hal ini mengindikasikan bahwa
reseptor opioid terlibat dalam efek penurunan TIO yang diinduksi oleh EA.13
Rangsang penusukan juga memberikan efek humoral yaitu akan mengaktivasi
hipotalamus-hipofisis sehingga melepaskan beta-endorfin ke dalam darah dan
cairan serebrospinalis. Hal ini dapat berperan dalam analgesia yang diinduksi oleh
akupunktur.18
Efek EA pada glaukoma melalui penurunan aktivitas sistem saraf simpatis
dan peningkatan aktivitas parasimpatis. Pengobatan medikamentosa saat ini yang
berhubungan dengan kerja saraf simpatis antara lain menggunakan antagonis β
adrenergik dan selektif α2 agonis. Saat ini, belum ada penelitian mengenai jenis
reseptor simpatis yang secara spesifik dipengaruhi oleh tindakan akupunktur. Oleh
karena itu belum diketahui apakah efek EA bekerja selektif pada reseptor β
adrenergik atau tidak. Untuk itu diperlukan penelitian selanjutnya mengenai jenis
reseptor saraf autonom yang dipengaruhi oleh EA.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan TIO yang bermakna
pada 1 jam dan 3 jam setelah 1 kali tindakan EA bila dibandingkan dengan TIO
sebelum EA (p<0,05). Nilai TIO 3 jam setelah EA tidak menunjukkan penurunan
yang bermakna bila dibandingkan dengan TIO 1 jam setelah EA (p>0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa TIO pada 1 jam setelah EA dan 3 jam setelah EA relatif
sama. Angka keberhasilan penurunan TIO 1 jam setelah EA adalah 85,71%
sedangkan angka keberhasilan penurunan TIO setelah 3 jam EA adalah 92,86 %.
Efek EA terhadap penurunan TIO telah terlihat pada 1 jam setelah EA, efek ini
masih terlihat hingga 3 jam setelah EA. Belum diketahui pasti berapa lama efek
ini akan bertahan, oleh karena itu diperlukan penelitian selanjutnya.
Pada 9 responden yang mengalami keluhan nyeri, didapatkan hasil skor
VAS mengalami penurunan bermakna dari 5.56 ± 1.01 menjadi 1.33 ± 1.50
(p<0,05). Angka keberhasilan penurunan skor VAS setelah EA adalah sebesar

Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
51

100 %. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan EA dapat menurunkan intensitas


nyeri pada responden.
Rata-rata penurunan TIO setelah 3 jam tindakan EA adalah 15,34 %.
Kepustakaan menyebutkan bahwa tetes mata timolol memberikan efek penurunan
TIO sebesar 20-30%. Rerata penurunan TIO pada EA lebih rendah bila
dibandingkan dengan penurunan yang dihasilkan oleh pemberian timolol, hal ini
dapat disebabkan karena EA hanya dilakukan 1 kali, dan sebagian besar EA
dilakukan pada pasien yang telah mendapatkan terapi standar glaukoma namun
TIO masih diatas normal. Sebanyak 10 pasien (71,43%) dari 14 pasien yang
menjadi responden penelitian telah mendapatkan terapi standar glaukoma namun
TIO masih diatas normal.
Enam responden menunjukkan respon penurunan TIO lebih dari 20 %.
Keenam responden tersebut memiliki diagnosis sebagai berikut: 4 responden
dengan diagnosis GPSTp, 1 responden dengan diagnosis glaukoma juvenile, 1
responden dengan diagnosis glaukoma sekunder. Responden dalam penelitian ini
lebih banyak pasien dengan diagnosis GPSTp. Oleh karena itu, saat ini belum
dapat disimpulkan bahwa EA lebih efektif pada kasus GPSTp. Hasil pengamatan
terhadap karakteristik keenam responden yang mengalami penurunan TIO >20%
belum dapat memberikan kesimpulan tentang hubungan antara karakteristik
responden terhadap efek penurunan TIO setelah tindakan EA.
Terdapat 4 responden dengan hasil pengukuran TIO yang tidak sesuai
dengan grafik kecenderungan penurunan TIO setelah EA. Terdapat responden
yang mengalami penurunan TIO pada 1 jam setelah EA dan kemudian terjadi
kenaikan TIO pada 3 jam setelah EA. Terdapat pula responden yang mengalami
kenaikan TIO pada 1 jam setelah EA dan kemudian terjadi penurunan TIO 3 jam
setelah EA. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh variasi respon terapi pada
responden. Terdapat responden yang belum menunjukkan efek penurunan TIO
pada 1 jam setelah EA dan ada pula yang efek penurunan TIO hanya bertahan
kurang dari 3 jam. Mekanisme terjadinya hal ini belum diketahui pasti.
Responden pada penelitian ini masih memiliki TIO diatas normal dengan
atau tanpa pengobatan medikamentosa maupun pembedahan. Beberapa pasien
telah menggunakan kombinasi beberapa obat glaukoma maupun kombinasi antara

Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
52

pembedahan dan obat. Dalam hal ini EA berperan sebagai terapi tambahan untuk
menurunkan TIO. Selain menurunkan TIO, EA juga dapat berperan dalam
menurunkan intensitas nyeri pada mata. EA merupakan prosedur tindakan yang
relatif aman dengan sedikit efek samping (efek samping paling sering adalah
hematoma).

Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 SIMPULAN
1 EA mempunyai efek menurunkan TIO pada pasien glaukoma absolut
atau glaukoma kronik lanjut yang belum atau telah mendapatkan terapi
standar
2 Rerata penurunan TIO 1 jam setelah sekali tindakan EA dibanding
sebelum EA sebesar 6,14 ± 1,90 mmHg (p <0,05) dan rerata
penurunan TIO 3 jam setelah sekali tindakan EA dibanding sebelum
EA sebesar 7,43 ± 1,98 mmHg (p <0,05)
3 EA mempunyai efek menurunkan VAS nyeri pasien glaukoma absolut
atau glaukoma kronik lanjut dengan nyeri
4 Rerata VAS sebelum EA pada pasien glaukoma absolut atau glaukoma
kronik lanjut dengan nyeri sebesar 5.56 ± 1.01 turun menjadi 1.33 ±
1.50 setelah sekali tindakan EA (p <0,05)
5 Angka keberhasilan penurunan TIO 1 jam setelah EA adalah 85,71%
dan angka keberhasilan penurunan TIO setelah 3 jam EA adalah
92,86%
6 Angka keberhasilan penurunan VAS setelah sekali tindakan EA
sebesar 100 %

6.2 SARAN
1 Melakukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih
banyak dan menggunakan desain penelitian randomized controlled
trial
2 Melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui efek akupunktur
terhadap TIO pada jangka panjang
3 Akupunktur digunakan sebagai terapi penunjang dalam tatalaksana
pasien glaukoma 

53 Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
54

DAFTAR PUSTAKA

1. Cioffi GA, Durcan FJ, Girkin CA, Gross RL, Netland PA, Samples JR, et
al. Glaucoma. Singapore: American Academy of Ophthalmology, 2009-
2010.
2. Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV. Diagnosis and therapy of the
glaucomas. 8th edition. London: Mosby elsevier, 2009. p.339-44.
3. Werner E. Advanced glaucoma. Disitasi dari:
http://www.willsglaucoma.org/supportgroup/20041020.php
4. Riordan P. Glaucoma. Dalam: Riordan P, Whitcher JP, editor.
Vaughan&Asbury General Ophthalmology. 16th edition. Singapore:
McGraw-Hill, 2004. p. 212-9.
5. Bell JA, Hampton RS. Primary open angle glaucoma. Disitasi dari:
http://www.emedicine.com.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan DepKes RI. Laporan
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007. Desember
2008.
7. Ilyas S. Glaukoma (tekanan bola mata tinggi). Edisi kedua. Jakarta: balai
penerbit FKUI, 2001.
8. Oktariana VD, Affandi ES, Haroen M, Mustafa S, Artini W. Incidence and
Severity of Glaucoma Patients in RSCM-FKUI Jakarta, 2006.
9. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi keempat. Jakarta: balai
penerbit FKUI, 2011. h.216-21.
10. Berson FG. Basic ophthalmology for medical students and primary care
residents. sixth edition. San Fransisco: American Academy of
Ophthalmology, 1993. p.40-5.
11. Takayama S, Seki T, Nakazawa T, Aizawa N, Takahashi S, Watanabe M,
et al. Short-term effects of acupuncture on open-angle glaucoma in
retrobulbar circulation: additional therapy to standard medication. Hindawi
Publishing Corporation Evidence-Based Complementary and Alternative
Medicine 2011. p1-6.
12. Her JS, Liu PL, Cheng NC, Hung HC, Huang PH, Chen YL, et al.
Intraocular pressure-lowering effect of auricular acupressure in patients
with glaucoma: a prospective, single-Blinded, randomized controlled trial.
The Journ of altern and complement med 2010; 16(11): 1177–84.
13. Chu TC, Potter DE. Ocular hypotension induced by electroacupuncture.
Journ of Ocular Pharmacology and therapeutics 2002; 18(4).
14. Sutoyo HS. Efek Akupunktur terhadap Nyeri pada 25 penderita Glaukoma
Absolut. Departemen Akupunktur RSCM, 1998.
15. Greenfield DS. Barrier to compliance. In: Weinreb RN.
Pharmacoeconomics and Patients Compliance With Glaucoma Therapy.
Glaucoma today 2009; 4.
16. Zhou Z, Althin R, Sforzolini BS, Dhawan R. Persistency and treatment
failure in newly diagnosed open angle glaucoma patients in the United
Kingdom. Br J Ophthalmol 2004; 88: 1391–94.

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


55

17. World Health Organization. Guidelines on Basic Training and Safety in


Acupuncture. 1999. Disitasi dari:
http://apps.who.int/medicinedocs/en/d/jwhozip56e/4.html. p1-31.
18. Kiswojo, Widya DK, Srilestari A. Mekanisme Kerja Akupunktur Medik.
Jakarta: Kolegium Akupunktur Indonesia, 2009.
19. Sudirman S. Mekanisme analgesia akupunktur. Universitas Negeri Sebelas
Maret. Disertasi. 2009.
20. Law SK, Li T. Acupuncture for glaucoma. Cochrane database of
sistematic reviews, 2009.
21. Zimmerman and Kooner. Clinical pathways in glaucoma. New York:
Thieme Medical Publishers, 2001. p.535.
22. Kanski JJ. Kanski clinical ophthalmology a systematic approach. 5th ed.
Butterworth Heinemann, 2009.
23. Pascotto A, Freudenthal J, Saccà SC, Fioretto M, Orfeo V, Choplin NT, et
al. Complications and management of glaucoma filtering. Disitasi dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1207755-overview. 2010.
24. Anonim. Recovery after glaucoma surgery. Disitasi dari:
http://www.docshop.com/education/vision/eyediseases/glaucoma/recover
,2011.
25. Anonim. Glaucoma. Cited from: http://en.wikipedia.org/wiki/Glaucoma.
26. White A. Western medical acupuncture: a definition. Acupunct Med 2009;
27(1): 33-5.
27. World Health Organization. Acupuncture: review and analysis of reports
on controlled clinical trials, 2003.
28. Filshie J, White A. Medical acupuncture: A western scientific approach.
London: Churchill Livingstone, 2004.
29. Mayor DF. Electroacupuncture a practical manual and resource. Spain:
Churchill livingstone. 2007.
30. Han JS. Acupuncture: neuropeptide release produced by electrical
stimulation of different frequencies. TRENDS in Neurosciences 2003;
26(1); 17-21.
31. Mayor DF. Electroacupuncture: An introduction and its use for peripheral
facial paralysis. Journal of Chinese Medicine 2007; 84: 1-16.
32. Han JS. The neurochemical basis of pain relief by acupuncture. Peking
university press, 2007. p.31.
33. Ullet GA, Han SP, Han JS. Electroacupuncture: mechanism and clinical
aplication. Peking university press, 2007. p.8-17.
34. Johnston MF, Yang C, Hui KK, Xiao B, Li X, Rusiewicz A. Acupuncture
for chemotherapy-associated cognitive dysfunction: a hypothesis
generating literature review to inform clinical advice. Integ Cancer Ther
2007; 6(1): 36-41.
35. Sagar SM. Acupuncture as an evidence based option for symptom control
in cancer patient. Current treatment options in oncology 2008; 9: 117-26.
36. Chan HHL, Leung MCP, So KF. Electroacupuncture provides a new
approach to neuroprotection in rats with induced glaucoma. The journ of
altern and complement med. 2005; 11( 2): 315-22.

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


56

37. Setiati S, Harimurti K, Dewiasty E. Pedoman penulisan usulan penelitian.


unit epidemiologi klinik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2011. h.55.
38. Dahlan MS. Teori sederhana prosedur pemilihan uji hipotesis. Dalam:
Statistik untuk kedokteran dan Kesehatan. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika, 2011. h.1-27.
39. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. edisi
ke-4. Jakarta: Sagung Seto, 2011. h.358-376.
40. Anonim. Acupuncture points. Disitasi dari: tttp://www.opentcm.com.
41. World Health Organization. WHO standard acupuncture point locations in
western pasific regions. Geneva: World Health Organization, 2009.
42. World Health Organization. A brief explanation of international standard
nomenclature of zhenjiu. Beijing: Higher Education Press, 1992. h.175.

Universitas Indonesia

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


57

Lampiran 1: Keterangan Lolos Kaji Etik

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


58

Lampiran 2: Penjelasan Mengenai Penelitian

Efek Elektroakupunktur Terhadap Tekanan Intraokular Pada Penderita


Glaukoma Absolut Atau Glaukoma Kronik Lanjut

Pendahuluan
Peneliti dari Departemen Medik Akupunktur RSUPN Dr Cipto
Mangunkusumo bekerja sama dengan Departemen Ilmu Kesehatan Mata RSUPN
Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta, merencanakan melakukan penelitian mengenai
efek elektroakupunktur (EA) terhadap tekanan intraokular (TIO) atau tekanan bola
mata pada penderita glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui efek EA terhadap TIO dan intensitas nyeri
pasien glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut yang belum atau telah
mendapatkan terapi standar. Secara khusus untuk mengetahui rerata penurunan
TIO dan penurunan skor intensitas nyeri setelah 1 kali tindakan EA. Penelitian ini
diharapkan dapat menjawab pertanyaan apakah EA mempunyai efek terhadap
penurunan TIO dan intensitas nyeri pasien glaukoma absolut atau glaukoma
kronik lanjut yang belum atau telah mendapatkan terapi standar. Penelitian ini
juga diharapkan dapat memberi manfaat pada pasien glaukoma yang ingin
menjalani terapi EA sebagai terapi tambahan dari terapi standar yang sudah
diterima.
Anda diharapkan berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi Anda
bersifat sukarela, dan Anda dapat mengundurkan diri dari penelitian ini setiap
saat. Sebelum menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda dapat
membaca informasi berikut ini dan apabila ada hal-hal yang belum jelas atau tidak
dimengerti, Anda dapat menanyakannya langsung pada peneliti.

Ringkasan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rerata penurunan TIO dan
intensitas nyeri penderita glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut. Pertama-
tama Anda ditawarkan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Apabila Anda
setuju, maka Anda diseleksi dan diberi penjelasan lengkap mengenai penelitian ini

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


59

termasuk surat persetujuan yang perlu Anda tanda tangani. Semua peserta
penelitian akan dilakukan EA dan dilakukan penilaian TIO sebelum, 1 jam dan 3
jam setelah EA. Selain itu pada penderita glaukoma yang mengalami keluhan
nyeri, akan dinilai skor intensitas nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS)
sebelum dan sesudah EA. Peneliti akan menilai besarnya penurunan TIO dan skor
VAS setelah EA.
Elektroakupunktur dilakukan pada titik-titik akupunktur yang telah
ditentukan. Saat dilakukan akupunktur mungkin anda mengalami sensasi
penjaruman seperti ngilu, pegal, atau kadang rasa tersengat arus listrik yang
rendah. Efek samping yang terjadi dapat dikatakan sangat rendah seperti rasa
nyeri sesaat dan kadang dapat timbul kebiruan (perdarahan di bawah kulit) dimana
hal ini tidak berbahaya dan dapat hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.
Setelah tindakan akupunktur akan dilakukan pengukuran TIO dan skor VAS.
Peneliti menggunakan jarum akupunktur steril dan sekali pakai buang
untuk menjaga sterilitas dari tindakan ini. Jadi dapat dikatakan bahwa tindakan
akupunktur ini sangat aman terhadap infeksi karena menggunakan jarum steril
yang sekali pakai buang.

KERAHASIAAN
Nama dan identitas Anda akan dirahasiakan dan tidak akan muncul dalam
publikasi apapun serta tidak diberikan pada siapapun tanpa persetujuan dari Anda.

MANFAAT
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada Anda, yaitu
menurunkan TIO dan menurunkan intensitas nyeri.

KOMPENSASI
Anda tidak perlu mengeluarkan biaya apapun dalam penelitian ini. Peneliti akan
menanggung biaya pemeriksaan maupun tindakan yang dilakukan dalam
penelitian ini.

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


60

(Lanjutan)
INFORMASI LAIN
Partisipasi Anda bersifat sukarela. Setelah membaca penjelasan ini, anda
berhak menolak ikut sebagai peserta. Anda juga bebas untuk mengundurkan diri
sewaktu-waktu. Anda berhak menanyakan semua hal yang belum jelas
sehubungan dengan penelitian ini.
Bila anda tidak menaati instruksi yang diberikan oleh peneliti, anda dapat
dikeluarkan dari penelitian ini. Bila sewaktu-waktu terjadi efek samping atau
membutuhkan penjelasan, maka anda dapat menghubungi peneliti: dr Hety; di
nomor : +628129673566.
Dengan ikut sertanya anda pada penelitian ini berarti ada telah
menyumbang hal yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Peneliti mengucapkan
terima kasih atas partisipasi anda dalam penelitian ini.
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


61

Lampiran 3: Surat Persetujuan

Surat Persetujuan Subyek Penelitian

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

- Nama : ....................................
- Umur : .............. tahun.
- Jenis Kelamin : L / P
- Alamat : .....................................

- No. Telepon : .....................................

Setelah mendapatkan keterangan sejelas-jelasnya serta menyadari manfaat dan

resiko dari penelitian yang berjudul : “Efek Elektroakupunktur Terhadap

Tekanan Intraokular pada Penderita Glaukoma Absolut atau Glaukoma

Kronik Lanjut”, bersedia mengikuti penelitian tersebut dengan sukarela.

Surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, ...........................................

Peneliti Peserta Penelitian

( dr. Hety ) (........................................)

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


62

Lampiran 4: Status Penelitian

Med. Rec. : ……………………. No. Urut Penelitian : ………………


Tanggal : ........................
Identitas Pasien :
Nama : ........................................
Umur/Jenis kelamin : .......................................
Pekerjaan : .......................................
Alamat : ........................................
No. Telepon : ........................................
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
1. Anamnesis
a. Keluhan Utama : ..............................
b. Keluhan Tambahan : ...............................
c. Riwayat penyakit Sekarang
- Lamanya sakit glaukoma : ................................
- Tindakan operasi mata yang pernah dilakukan : ……………………..
- Obat glaukoma yang dipakai : ................................

2. Diagnosis
Jenis glaukoma : ………………………………

3. Status Sebelum Elektroakupunktur :


a. Pengukuran TIO : ………….. mmHg
b. Penilaian skor VAS : ……………

4. Status Setelah Elektroakupunktur :


4.1. Pengukuran TIO
1 jam setelah EA : .................. mmHg
3 jam setelah EA : .................. mmHg
4.2. Penilaian skor VAS : ……………

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


63

Lampiran 5: Visual Analog Scale

Tidak nyeri Nyeri Nyeri yang Nyeri yang Nyeri hebat Nyeri sangat
ringan menganggu menyusahkan hebat

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


Lampiran 6

Tabel Data Induk

TIO VAS
TIO VAS
Umur Lama Mata yg
No Nama L/P Diagnosis Obat-obatan Operasi
(thn) keluhan diakp
Pre 1jam 3jam Pre Pos Pre -1jm Pre -3jm
1. FS L 59 Glaukoma sekunder 3 tahun OD Timol 0,5 - 69 68 66 6 3 1 3 3
OD 2xOD,
Glaucon 3x1,
Aspar K 2x1
2. T L 64 Glaukoma sekunder 2 tahun OS Timol 2xOS, TCP OS 34 33 29 - - 1 5 -
OS azopt 3xOS
3. M L 49 Glaukoma sekunder 5 bulan OD Timol 0,5% Kerato- 43 43 40 4 0 0 3 4
OD 2xOD, plasty OD
glaucon 3x1,
aspar K 2x1,
glaupen 1xOD
4. SS P 83 Glaukoma absolut 53 OD Timol 2xOD, - 71 50 49 5 0 21 22 5
dolorosa OD tahun Azopt 3xOD
GPSTp OS
5. DS L 69 Glaukoma absolut 8 tahun OD - Phaco+ IOL 33 28 23 7 2 5 10 5
dolorosa OD
GPSTp OS
6. ST P 17 Glaukoma sekunder 1 bulan OS Glaucan 4x1, - 60 40 42 5 2 20 18 3
OS aspar K 2x1,
timolol 0,5
2xOS
7. S L 57 Glaukoma absolut 5 tahun OD Glauplus Trabeculect 36 33 37 7 4 3 -1 3
dolorosa OD 1xOD omy OD
GPSTa OS
8. Z P 48 Glaukoma absolut 2 tahun OD 62 54 61 5 0 8 1 5
dolorosa OD
GPSTp OS
9. S L 22 Glaukoma absolut 11 OS Timol 0,5 51 42 37 - - 9 14 -
non dolorosa OS, tahun 2xOS
glaukoma juvenil OD
10. EH P 66 Glaukoma absolut 5 tahun OD 37 41 36 5 0 -4 1 5
dolorosa OD
GPSTa

64

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


(Lanjutan)
11. S P 71 Glaukoma absolut 2 tahun OD Timol 0,5% 26 20 20 6 1 6 6 5
dolorosa OD 2xOD
GPSTp OS
12. BS L 71 GPSTp ODS 4 tahun OS Glauplus Trabeculect 22 21 20 - - 1 2 -
1xOS, azopt omy OS,
3xOS Phaco+ IOL
OS
13. D L 52 GPSTa ODS 2 tahun OS Timol 0,5% Trabeculect 26 18 23 - - 8 3 -
2xOS, omy+
Carpine 4xOS phaco+ IOL
OS
14. TS P 60 Glaukoma absolut 10 OS 67 60 50 - - 7 17 -
non dolorosa OS tahun
GPSTp ODS

Keterangan:
Obat-obatan dan tindakan operasi yang dicantumkan dalam tabel adalah obat-obatan atau operasi yang berhubungan dengan penyakit glaukoma dan telah
diberikan pada pada mata yang dilakukan EA.
GPSTp = glaukoma primer sudut tertutup
GPSTa = glaukoma primer sudut terbuka

65

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


66

Lampiran 7: Hasil Uji Statistik

Karakteristik Responden

1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 8 57.1 57.1 57.1
perempuan 6 42.9 42.9 100.0
Total 14 100.0 100.0

2. Karakteristik Berdasarkan Kategori Umur

Kategori Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 20 1 7.1 7.1 7.1
21-40 1 7.1 7.1 14.3
41-60 6 42.9 42.9 57.1
61-80 5 35.7 35.7 92.9
>=81 1 7.1 7.1 100.0
Total 14 100.0 100.0

3. Karakteristik Berdasarkan Mata yang diakupunktur

Mata yang diakupunktur


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kanan 8 57.1 57.1 57.1
Kiri 6 42.9 42.9 100.0
Total 14 100.0 100.0

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


67

(Lanjutan)
4. Karakteristik Berdasarkan Lama Keluhan
Lama Keluhan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 1 tahun 2 14.3 14.3 14.3
1-3 tahun 5 35.7 35.7 50.0
4-6 tahun 3 21.4 21.4 71.4
7-9 tahun 1 7.1 7.1 78.6
>= 10 tahun 3 21.4 21.4 100.0
Total 14 100.0 100.0

5. Karakteristik Berdasarkan Tipe Glaukoma


Tipe Glaukoma
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Absolut 8 57.1 57.1 57.1
Kronik Lanjut 6 42.9 42.9 100.0
Total 14 100.0 100.0

6. Karakteristik Berdasarkan Ada Tidaknya Keluhan Nyeri


Disertai Nyeri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 9 64.3 64.3 64.3
Tidak 5 35.7 35.7 100.0
Total 14 100.0 100.0

Analisa Statistik Perubahan Tekanan Intraokular dengan Uji Repeated


ANOVA
Measure:MEASURE_1
95% Confidence Interval
Waktu_Pengukuran Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
1 45.500 4.657 35.439 55.561
2 39.357 4.043 30.622 48.092
3 38.071 3.910 29.624 46.519

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013


68

(Lanjutan)
Pairwise Comparisons
Measure:MEASURE_1
95% Confidence Interval
(I) (J) Mean for Differencea
Waktu_Pen Waktu_Pen Difference Std. Lower Upper
gukuran gukuran (I-J) Error Sig.a Bound Bound
1 2 6.143* 1.904 .007 2.030 10.256
*
3 7.429 1.983 .002 3.145 11.712
*
2 1 -6.143 1.904 .007 -10.256 -2.030
3 1.286 1.233 .316 -1.379 3.950
*
3 1 -7.429 1.983 .002 -11.712 -3.145
2 -1.286 1.233 .316 -3.950 1.379
Based on estimated marginal means
*. The mean difference is significant at the .05 level.
a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no
adjustments).
Keterangan: 1: Sebelum EA
2: 1 jam setelah EA
3: 3 jam setelah EA

Analisa Statistik Perubahan Skor VAS dengan Uji T Berpasangan

Paired Samples Statistics


Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 VAS sebelum EA 5.56 9 1.014 .338
VAS setelah EA 1.33 9 1.500 .500

Paired Samples Test


Paired Differences

95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T df tailed)

Pair 1 VAS sebelum 4.222 .972 .324 3.475 4.969 13.034 8 .000
EA - VAS
setelah EA

Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai