TESIS
HETY
1206236911
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Dokter Spesialis
Akupunktur Medik
HETY
1206236911
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Dokter Spesialis
Akupunktur Medik melalui Program Pendidikan Dokter Spesialis Akupunktur
Medik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Dr. C.Pramono, Mkes, SpAk, Dr. Adiningsih Srilestari, M.Epid, MKes,
SpAk dan Dr. Virna Dwi Oktariana SpM selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membaca naskah,
memberi perbaikan dan mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini.
(2) Dr. Adiningsih Srilestari, M.Epid, M.Kes, SpAk, selaku kepala
Departemen Medik Akupunktur RSCM yang telah mendidik,
membimbing dan memberikan saran kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan tesis ini.
(3) Dr. Christina Simadibrata, M.Kes, SpAk, Dr. Fransiskus Kristanto, M.Kes,
Sp.Ak; Dr. Hasan Mihardja, M.Kes, Sp.Ak; Dr. Kemas Abdurrohim,
MARS, M.Kes, Sp.Ak; Dr. Dharma Kumara Widya, M.Kes, Sp.Ak; Dr.
Kiswojo, M.Kes, Sp.Ak; Dr. Yvonne Siboe, Sp.Ak; Dr. Ratnawati Latief,
Sp.Ak; Dr. Shinta Sukandar, MM, Sp.Ak; Alm. Dr. Haryanto Budi, Sp.Ak
sebagai staf pengajar Departemen Medik Akupunktur FKUI-RSCM yang
telah mendidik dan mengarahkan saya selama menjalani Pendidikan
Dokter Spesialis Akupunktur Medik, serta memberikan dorongan kepada
saya untuk menyelesaikan pendidikan ini.
(4) DR. Dr. Widya Artini, SpM (K), selaku kepala Departemen Ilmu
Kesehatan Mata FKUI-RSCM yang telah mengijinkan dilakukannya
penelitian ini di lingkungan institusi yang beliau pimpin.
iv
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
(5) Rekan-rekan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata dan
paramedik di Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKUI-RSCM yang telah
membantu dalam penelitian ini.
(6) Seluruh rekan-rekan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis
Akupunktur Medik atas pertemanan, inspirasi, dorongan yang saya
dapatkan.
(7) Seluruh paramedik, karyawan Departemen Medik Akupunktur RSCM
yang turut memberikan dorongan dan bantuan dalam kelancaran
pelaksanaan penelitian ini.
(8) Para penderita glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut atas
kesediaan dan kerjasamanya untuk menjadi responden penelitian.
(9) Kepada orang tua saya dan kedua orang adik saya yang turut memberikan
dorongan dan doanya sehingga penelitian ini dapat saya selesaikan.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Saya menyadari bahwa tesis ini
masih jauh dari sempurna. Namun saya berharap semoga tesis ini dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
v
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
ABSTRAK
Nama : Hety
Program Studi : Akupunktur Medik
Judul : Efek Elektroakupunktur Terhadap Tekanan Intraokular pada
Penderita Glaukoma Absolut atau Glaukoma Kronik Lanjut
vii
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
ABSTRACT
Name : Hety
Study Program : Medical Acupuncture
Title : Effect of Electroacupuncture on Intraocular Pressure of
Patients with Absolute Glaucoma or Advanced Chronic
Glaucoma
viii
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
DAFTAR ISI
ix
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
3.8 Titik Akupunktur….................................................................... 35
3.9 Pengumpulan Data...................................................................... 41
3.10 Penilaian ……………………................................................... 41
3.11 Pengolahan & Analisis Data....................................................... 42
3.12 Penyajian Data…….................................................................... 42
3.13 Kajian Etik ................................................................................. 42
x
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
xi
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
xii
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
DAFTAR SINGKATAN
CD Cup Disc
CGRP Calcitonin Gene Related Peptide
EA Elektroakupunktur
GPSTa Glaukoma Primer Sudut Terbuka
GPSTp Glaukoma Primer Sudut Tertutup
IR Immunoreactivity
mfERG Multifokal Elektroretinogram
NIH National Institute of Health
PENS Percutaneous Electrical Nerve Stimulation
RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar
RSUPN Rumah Sakit Umum Pusat Nasional
SKRT Survei Kesehatan Rumah Tangga
TENS Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
TIO Tekanan Intraokular
VAS Visual Analog Scale
WHO World Health Organization
xiv
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ini menurunkan produksi cairan akuos sehingga TIO menurun. Faktor lain untuk
menurunkan TIO yaitu peningkatan aliran keluar cairan akuos, hal ini dapat
disebabkan oleh peningkatan kadar beta endorfin dalam cairan akuos.13 Rangsang
penusukan juga memberikan efek humoral yaitu akan mengaktivasi hipotalamus-
hipofisis sehingga melepaskan beta-endorfin ke dalam darah dan cairan
serebrospinalis. Hal ini dapat berperan dalam analgesia yang diinduksi oleh
akupunktur.18
Penelitian terapi akupunktur pada glaukoma antara lain: Takayama S dkk
2011 melakukan penelitian mengenai efek jangka pendek akupunktur pada
glaukoma sudut terbuka terhadap sirkulasi retrobulbar (terapi tambahan terhadap
pengobatan standar). Sebelas pasien glaukoma (20 mata yang mengalami
glaukoma) diterapi dengan antiglaukoma topikal selama paling sedikit 3 bulan.
Akupunktur dilakukan pada titik BL 2, EX-HN 5, ST 2, ST 36, SP 6, KI 3, LR 3,
GB 20, BL 18, dan BL 23 bilateral. Sirkulasi retrobulbar diukur dengan color
doppler imaging, TIO diukur pada saat istirahat dan 1 jam setelah istirahat serta
setelah akupunktur. Hasil penelitian menunjukkan penurunan signifikan pada nilai
indeks resistif arteri siliaris posterior brevis (p<0,01) dan TIO (p<0,01) setelah
akupunktur dibanding dengan tanpa terapi akupunktur.11
Her JS dkk 2010 melakukan uji klinis acak terkontrol mengenai efek
penurunan TIO dari acupressure telinga pada pasien glaukoma. Tiga puluh tiga
pasien dibagi menjadi kelompok acupressure telinga (16 pasien, 28 mata
glaukoma) dan kelompok sham (17 pasien, 32 mata glaukoma). Pasien kelompok
acupressure telinga dipasang bola logam di titik akupunktur telinga (ginjal, hati,
dan mata) dan dilakukan pemijatan secara teratur 2 kali sehari selama 4 minggu.
Pasien kelompok sham dipasang bola logam pada titik akupunktur telinga sham
(pergelangan tangan, bahu, dan rahang) tanpa stimulasi pemijatan. TIO dan
ketajaman penglihatan dinilai sebelum dan sesudah perlakuan pada 4 minggu
pertama dan dilakukan follow up hingga 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa setelah terapi dan pada 8 minggu follow up, TIO dan ketajaman
penglihatan mengalami perbaikan secara signifikan pada kelompok acupressure
bila dibandingkan dengan sebelum terapi (p<0,05).12
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1.3 Hipotesis.
Tindakan EA mempunyai efek terhadap TIO yang masih diatas normal pada
penderita glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut yang belum atau telah
mendapatkan terapi standar.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1.2 Epidemiologi
Prevalensi glaukoma di indonesia menurut RISKESDAS tahun 2007
adalah 4,6‰ dan tertinggi di provinsi DKI Jakarta (18,5‰), berturut-turut
diikuti provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (12,8‰), Kepulauan Riau (12,6‰),
Sulawesi Tengah (12,1‰) dan Sumatera Barat (11,4‰). Prevalensi terendah
terdapat di Riau (0,4‰).6 Menurut SKRT 1996 yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi penyakit mata glaukoma sebesar
7 Universitas Indonesia
2.1.3 Klasifikasi
Secara umum, glaukoma diklasifikasikan menjadi glaukoma sudut terbuka
atau tertutup dan diklasifikasikan menjadi glaukoma primer atau sekunder.
Pembedaan antara glaukoma sudut terbuka dan sudut tertutup adalah penting
untuk kepentingan penentuan terapi. Glaukoma sudut terbuka diklasifikasikan
sebagai primer jika tidak teridentifikasi penyebab anatomis yang mendasari
gangguan aliran keluar dan peningkatan TIO. Glaukoma diklasifikasikan sebagai
sekunder jika abnormalitas teridentifikasi dan patogenesis diduga berasal dari
abnormalitas tersebut.1
Glaukoma primer tidak memiliki etiologi yang pasti. Glaukoma ini
didapatkan pada orang yang telah memiliki bakat bawaan glaukoma.8 Glaukoma
sekunder merupakan akibat keadaan kesehatan lainnya, misalnya pada keadaan:
Universitas Indonesia
katarak imatur maupun hipermatur, cedera mata, uveitis, tumor di dalam mata,
tetes mata steroid yang dipakai terlalu lama.7
Klasifikasi glaukoma menurut American Academy of Ophthalmology
adalah sebagai berikut:1
• Glaukoma sudut terbuka: glaukoma primer sudut terbuka (GPSTa),
glaukoma tekanan normal, glaukoma sudut terbuka juvenile, tersangka
glaukoma, glaukoma sudut terbuka sekunder
• Glaukoma sudut tertutup: glaukoma sudut tertutup primer dengan blok
pupil relatif, glaukoma sudut tertutup akut, glaukoma sudut tertutup
subakut, glaukoma sudut tertutup kronik, glaukoma sudut tertutup
sekunder dengan blok pupil, glaukoma sudut tertutup sekunder tanpa blok
pupil, sindrom plateau iris.
• Glaukoma masa kanak-kanak: glaukoma kongenital primer, glaukoma
yang berkaitan dengan anomali kongenital, glaukoma sekunder pada bayi
dan anak-anak.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1.5 Diagnosis
Diagnosis adalah penting untuk penatalaksanaan yang tepat. Upaya
diagnosis tergantung pada kemampuan klinisi dalam hal menentukan bentuk
spesifik glaukoma, menentukan kondisi keparahan dan mendeteksi progresi status
penyakit pasien. Riwayat pasien sebaiknya meliputi hal-hal berikut: keluhan
pasien saat ini, gejala, onset, durasi, keparahan, lokasi, riwayat yang berhubungan
dengan mata, riwayat obat-obatan dan pembedahan, riwayat keluarga.1
Kebanyakan penderita tidak memberikan gejala pada mata kecuali bila
keadaan dimana terjadi gangguan penglihatan. Bila saraf optik mulai rusak akan
Universitas Indonesia
terjadi pengecilan lapang pandang dan bila kerusakan telah lanjut maka akan
terjadi kebutaan.7 Pada keadaan tekanan bola mata yang mendadak naik, maka
akan terdapat keluhan penglihatan kabur, melihat gambaran halo atau pelangi,
rasa mual dan muntah.7,10 Glaukoma sudut terbuka primer umumnya memiliki
onset tersembunyi, progresif lambat dan tidak nyeri. Walaupun umumnya bilateral
tetapi bisa asimetris.1
Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil
atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu. Sering mata buta
ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit
berupa neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat
timbulnya glaukoma hemoragik.9
Diagnosis glaukoma ditentukan melalui beberapa pemeriksaan antara lain
pemeriksaan tekanan bola mata (digital tonometri, identasi tonometri, aplanasi
tonometri, tonometri udara), pemeriksaan lapang pandang (perimetri),
pemeriksaan sudut bilik mata (gonioskopi), oftalmoskopi.7,10 Pada pemeriksaan
glaukoma juga ditentukan CD ratio untuk mengetahui tingkat kerusakan saraf
optikus. Tingkat kerusakan ringan memiliki CD ratio 0,0-0,5; tingkat kerusakan
menengah dengan CD ratio 0,6-0,7; dan tingkat kerusakan lanjut dengan CD ratio
0,8-0,9.2
Pengukuran TIO memerlukan tenaga untuk mengidentasi atau
mendatarkan mata. Tonometer aplanasi merupakan metode yang paling luas
dipergunakan. Tonometer aplanasi Goldmann mengukur kekuatan yang
diperlukan untuk mendatarkan area kornea dengan diameter 3,06 mm. Pengukuran
aplanasi adalah aman, mudah dilakukan, dan relatif akurat pada sebagian besar
keadaan klinis. Dari alat-alat yang saat ini tersedia, tonometer aplanasi goldmann
merupakan yang paling valid dan dapat dipercaya. Karena aplanasi tidak
memindahkan banyak cairan (kira-kira 0,5 µL) atau tidak substansial
meningkatkan tekanan bola mata, teknik ini relatif tidak dipengaruhi oleh rigiditas
okular.1,22
Tonometri aplanasi Goldmann dianggap sebagai kriteria standar. Namun,
aplanasi Goldmann tergantung pada rigiditas, kelengkungan, ketebalan kornea
(diukur dengan pakimetri), dan faktor biomekanikal lainnya, oleh karena itu
Universitas Indonesia
terdapat banyak ruang kesalahan pada pasien dengan kornea atipikal dan keadaan
mata lainnya. Teknologi lain untuk mengukur TIO terus diteliti untuk menentukan
apakah teknik tersebut lebih akurat daripada tonometer Goldmann. Sampai saat
ini, tidak ada yang dapat melampaui akurasi tonometer Goldmann untuk semua
pasien. Namun, di masa yang akan datang, teknik pemeriksan lain dapat
bermanfaat untuk pasien yang memiliki abnormalitas pakimetri atau kelainan
kornea lainnya.5
2.1.6 Penatalaksanaan
Tujuan terapi glaukoma yang tersedia saat ini adalah menjaga fungsi
penglihatan melalui penurunan TIO dibawah tingkat yang dapat menyebabkan
kerusakan saraf. Regimen terapi yang mencapai tujuan ini dengan resiko terendah,
sedikit efek samping dan paling sedikit menganggu hidup pasien, terapi yang
mempertimbangkan implikasi biaya seharusnya merupakan terapi yang dipilih.1
Penatalaksanaan glaukoma terdiri dari medikamentosa dan pembedahan.
Medikamentosa untuk menurunkan TIO dibagi menjadi beberapa kelompok
berdasarkan struktur kimia dan aksi farmakologik. Kelompok medikamentosa
yang umumnya digunakan pada praktek klinis adalah sebagai berikut:1,5,7
• Analog prostaglandin
Analog prostaglandin disebut juga sebagai hypotensive lipids. Saat ini
terdapat 4 prostaglandin analog yang telah digunakan dalam klinis yaitu
Latanaprost, Travoprost, Bimatoprost dan Unoprostone isopropil. Obat ini
bekerja dengan meningkatkan aliran keluar cairan akuos. Latanaprost dan
Travopost dapat menurunkan TIO sebesar 25% - 32%. Bimatoprost
menurunkan TIO sebesar 27% - 33%. Unoprostone kurang efektif
menurunkan TIO, menurunkan TIO sebesar 13% - 18%.1 Penelitian akhir-
akhir ini memperlihatkan efikasi superior monoterapi analog prostaglandin
melebihi obat-obatan konvensional, dan bahkan sebagai terapi kombinasi
pada glaukoma kronik sudut tertutup. Efek samping yang dapat terjadi
antara lain peningkatan pigmentasi iris dan bulu mata, hipertrikosis,
penglihatan kabur, keratitis, uveitis anterior, hiperemia konjungtiva,
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
flare, retensi urin, sakit kepala, gagal jantung kongestif, ekspansi volume
jantung, komplikasi diabetes, mual, muntah, diare, gangguan elektrolit,
gagal ginjal.1,5,7
Zhou Z dkk 2004 melakukan penelitian mengenai persistensi dan
kegagalan terapi pada pasien glaukoma sudut terbuka yang baru terdiagnosis di
Inggris. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa proporsi pasien yang
menghentikan terapi dalam jangka waktu 1 tahun adalah sebagai berikut: 30 %
pengguna Latanaprost menghentikan terapi (13 % disebabkan oleh kegagalan
terapi dan 17 % disebabkan oleh alasan lain), 40 % pengguna Timolol
menghentikan terapi (25 % disebabkan oleh kegagalan terapi dan 15 %
disebabkan oleh alasan lain), 42 % pengguna β bloker lainnya menghentikan
terapi (28 % karena kegagalan terapi dan 14 % disebabkan oleh alasan lain), 59 %
pengguna penghambat karbonik anhidrase menghentikan terapi (39% karena
kegagalan terapi dan 20 % karena alasan lain), 63 % pengguna miotika
menghentikan terapi (40 % karena kegagalan terapi dan 23 % karena alasan lain),
58 % pengguna simpatomimetik menghentikan pengobatan (45 % karena
kegagalan terapi dan karena alasan lain 13 %). Sebagian besar alasan penghentian
terapi adalah karena kegagalan terapi (kecuali pada Latanaprost). Kegagalan
terapi ini merupakan penilaian dokter terhadap efektivitas torelabilitas obat.
Alasan lain penghentian terapi termasuk pasien yang menghentikan terapi karena
tidak compliance (kelalaian pasien, ketidaknyamanan atau efek samping) atau
tidak lagi membutuhkan terapi (diagnosis yang tidak tepat atau kehilangan
penglihatan).16
Tindakan pembedahan pada glaukoma umumnya dilakukan bila terapi
medikamentosa tidak tepat, tidak ditoleransi, tidak efektif atau tidak digunakan
dengan baik oleh pasien tertentu dan glaukoma tetap tidak terkontrol yang
diketahui dari kerusakan progresif atau adanya resiko yang sangat tinggi untuk
kerusakan lebih lanjut. Pembedahan umumnya merupakan pendekatan primer
pada glaukoma kongenital dan glaukoma blokade pupil. Pada pasien dengan
glaukoma sudut terbuka primer, pembedahan dipertimbangkan bila terapi
medikamentosa gagal.1
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
yang memuaskan dengan menurunkan TIO beberapa mmHg. Tujuan disini bukan
menurunkan TIO secara maksimal, tetapi untuk menurunkan TIO ke tingkat yang
dapat diterima. Penurunan ini dapat dicapai dengan satu atau dua obat topikal.
Terapi obat-obatan seharusnya aman, simpel dan efektif. Penghambat karbonik
anhidrase harus dihindari dalam jangka panjang, karena efek samping sistemik.
Juga adalah bijaksana untuk menghindari penggunaan dua atau tiga obat topikal
karena efek samping dan biaya. Jika nyeri dan iritasi tidak terkontrol, terapi
alternatif dapat dipertimbangkan.21
Kelompok kedua dari glaukoma absolut ditandai oleh inflamasi
intraokular, yang dapat disebabkan sekunder dari rubeosis irides yang ekstensif,
yang disebabkan oleh bermacam-macam hal, antara lain oklusi vaskular,
pembedahan sebelumnya dan tumor. Kelompok ini dapat diterapi dengan
cycloplegic agents, misalnya atropin, agen antiinflamasi seperti steroid atau obat
antiinflamasi nonsteroid. Cycloplegics membantu menurunkan nyeri yang
berkaitan dengan spasme siliaris. Steroid membantu mengendalikan inflamasi.
Perhatian harus diberikan untuk mengawasi adanya infeksi sekunder oleh bakteri,
jamur, dan virus. Satu atau dua obat glaukoma topikal dapat digunakan. Agen
kolinergik seperti pilokarpin harus dihindari karena efeknya terhadap barier darah-
akuos dan spasme siliaris. Prostaglandin analog Latanoprost (Xalatan®) dapat
meningkatkan inflamasi intraokular.21
Kelompok ketiga dari glaukoma absolut ditandai dengan iritasi
permukaan, baik karena bullous corneal disease atau kalsifikasi. Pasien-pasien ini
dapat tergolong dalam kesatuan tersendiri atau sebagai bagian dari dua kelompok
diatas. Jika nyeri sekunder disebabkan oleh gangguan pada permukaan, maka
lubrikasi kornea dapat diberikan sebagai pilihan terapi.21
Terdapat beberapa terapi pembedahan yang mungkin dapat diterapkan.
Pada kasus yang refrakter dengan pengobatan medikamentosa dapat dilakukan
cyclocryotherapy, cyclodestruction. Sejak waktu yang lama injeksi alkohol 100 %
retrobulbar adalah terapi pilihan untuk mata buta yang nyeri karena kemudahan
dan efektivitasnya. Setelah bertahun-tahun, semakin banyak komplikasi potensial
yang berat diuraikan, yang menyebabkan prosedur ini kurang populer. Komplikasi
termasuk ptosis dan oftalmoplegi eksternal. Kekambuhan nyeri sering terjadi,
Universitas Indonesia
mengharuskan injeksi alkohol berulang kali. Tindakan lainnya yaitu eviserasi dan
enukleasi.9,21,25
Universitas Indonesia
2.2.2 Elektroakupunktur
Elektroakupunktur didefinisikan secara luas sebagai suatu terminologi
komprehensif untuk semua prosedur pengukuran maupun terapi yang berasal dari
akupunktur cina tetapi menggunakan elektronik modern. Elektroakupunktur
bermula pada abad ke-18 di Jepang dan abad ke-19 di Perancis, ditemukan
kembali di Cina dan Perancis pada tahun 1930an dan 1950an, dan di Jerman dan
Jepang tahun 1950an, berkembang di barat dan timur pada tahun 1970an.
Beberapa menganggap EA secara terbatas, sebagai stimulasi elektrik pada titik
akupunktur secara eksklusif melalui jarum.29
Stimulasi elektrik perifer dapat dilakukan melalui elektroda yang
diletakkan diatas kulit (transcutaneous electrical nerve stimulation, TENS) atau
melalui probe yang diinsersikan ke kulit masuk ke jaringan (percutaneous
electrical nerve stimulation, PENS). Jika titik stimulasi dipilih menurut prinsip
akupunktur tradisional, proses ini umumnya disebut EA. Pada sebuah penelitian
yang membandingkan potensi analgesik dan mekanisme neurobiologi yang
mendasari EA dan TENS, menggunakan jarum akupunktur atau elektroda kulit
yang diletakkan di titik akupunktur yang sama, disimpulkan bahwa EA dan TENS
bekerja melalui mekanisme yang sangat mirip.30
Terdapat beberapa keuntungan EA yaitu EA lebih efektif dibandingkan
dengan akupunktur manual pada beberapa situasi, dan sering memberikan
potensiasi efek yang diperoleh dari metode manual; EA lebih menghemat waktu
dan lebih sedikit tergantung pada praktisi akupunktur dibandingkan dengan
akupunktur manual; pada beberapa kasus dapat memberikan hasil yang lebih
cepat dan bertahan lebih lama; EA memiliki efek spesifik terhadap nyeri,
relaksasi, sirkulasi dan otot yang berbeda dari akupunktur manual; EA lebih
terkontrol, terstandarisasi dan dapat diukur secara objektif dibanding dengan
akupunktur manual; EA memberikan stimulasi yang lebih kuat, terus menerus
dengan kerusakan jaringan yang lebih sedikit.29
Elektroakupunktur dapat meningkatkan ambang nyeri lebih baik daripada
akupunktur manual. Analgesia yang disebabkan oleh EA lebih lama dan lebih luas
daripada akupunktur manual. Perubahan aliran darah dan edema lebih besar
dengan EA daripada akupunktur manual. Oleh karena itu, EA cenderung
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
darah dan cairan serebrospinalis. Hal ini dapat berperan dalam analgesia yang
diinduksi oleh akupunktur.18
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Primer:
• TIO tinggi Medikamentosa
• Usia tua
• Riw. Keluarga glaukoma
• Ras
• Hipertensi
• Diabetes melitus
• Miopia
Operasi
GLAUKOMA • Laser
• Insisi
Sekunder:
• Katarak
• Cedera mata
• Uveitis Glaukoma Absolut
• Tumor didalam mata
• Tetes mata steroid Akupunktur
Keterangan :
: Tatalaksana
Universitas Indonesia
ELEKTROAKUPUNKTUR
Gelombang continuous,
frekuensi 3 HZ, intensitas
sesuai kenyamanan pasien
Lokal Sentral
Penurunan Tekanan
Intraokular
Analgesia
Keterangan:
: efek akupunktur
: efek obat / operasi
Universitas Indonesia
3.3 Populasi
Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien glaukoma yang memenuhi
kriteria.
3.3.1 Kriteria Penerimaan :
- Pasien laki-laki atau perempuan yang kooperatif mendapatkan terapi
EA.
- Telah terdiagnosis glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut
dari Poliklinik mata RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo.
- Memiliki tekanan intraokular ≥ 21 mmHg.
- Menandatangani informed consent.
3.3.2 Kriteria Penolakan :
- Terdapat infeksi di daerah penusukan.
- Mengalami episode akut glaukoma
- Terdapat kontraindikasi dilakukan tindakan akupunktur maupun EA,
seperti kedaruratan medik, kasus pembedahan, gangguan pembekuan
darah, penusukan pada daerah tumor ganas, dalam keadaan hamil,
menggunakan pacemaker, kurangnya sensibilitas kulit dan lesi kulit
yang luas.
3.3.3 Kriteria Gugur / Drop Out :
- Tidak menyelesaikan prosedur penelitian.
31 Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
32
(Ζα +Ζβ) SD 2
n = ———————
d
(1,96+0,842) 1,9 2
n =
1,5
= 12,60
Keterangan :
n = besar sampel minimal.
SD = simpang baku dari rerata selisih didapat nilai 1,9.11
Ζα = nilai Z pada tingkat kesalahan 0,05 adalah 1,96
Ζβ = nilai Z dengan power 0,80 adalah 0,842
d = selisih rerata kedua kelompok, ditetapkan 1,5
n' = n / (1-f)
Keterangan :
n’ = koreksi besar sampel
n = besar sampel yang dihitung
f = perkiraan proporsi drop out sebesar 10%
’
n = 12,60 / 0,9
= 14
Dengan rumus tersebut didapatkan nilai n’ = 14. Jadi besar sampel setelah koreksi
berjumlah 14 orang.
Universitas Indonesia
Memenuhi Kriteria
Penerimaan
Informed Consent
ELEKTROAKUPUNKTUR
Pengumpulan Data
Analisis Data
Universitas Indonesia
3.6.1 Glaukoma absolut adalah hasil akhir dari glaukoma yang tidak terkontrol,
mata keras, tanpa penglihatan, dan nyeri. Glaukoma kronik lanjut adalah
glaukoma dengan tingkat kerusakan yang telah menimbulkan gejala dan
gangguan fungsi yang signifikan, dengan CD ratio 0,8-0,9.
3.6.2 EA pada penelitian ini adalah penusukan jarum akupunktur di titik BL 2
Cuanzhu, EX-HN 5 Taiyang dan ST 2 Sibai pada sisi mata yang
mengalami glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut. Penusukan
pada titik ST 36 Zusanli, SP 6 Sanyinjiao, KI 3 Taixi, LR 3 Taichong,
GB 20 Fengchi, GB 37 Guangming, BL 18 Ganshu, BL 23 Senshu dan
LI 4 Hegu bilateral. Jarum akupunktur yang sudah ditusukkan
dihubungkan dengan elektrostimulator kecuali jarum di titik ST 2 Sibai.
EA dilakukan menggunakan gelombang continuous, frekuensi 3 Hz dan
besar intensitas sesuai dengan kenyamanan pasien.
3.6.3 Terapi Standar adalah terapi medikamentosa yang digunakan pasien
(analog postaglandin, antagonis β-adrenergik, parasimpatomimetik,
penghambat karbonik anhidrase, agonis adrenergik, agen hiperosmotik)
maupun pembedahan yang telah dilakukan pada pasien sebelum menjadi
responden penelitian.
3.6.4 VAS adalah skala penilaian intensitas nyeri, menggunakan garis
horizontal dengan skala 0-10. Skala 0 berarti tidak nyeri dan skala 10
berarti nyeri paling hebat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.8.3 ST 2 Sibai
• Lokasi : mata melihat kedepan, vertikal dibawah pupil,
pada foramen infraorbita (dibawah batas bawah orbita).
• Persarafan : cabang infraorbital dan zigomatik dari nervus
fasialis.
• Vaskularisasi : a/v infraorbita
3.8.4 ST 36 Zusanli
• Lokasi : pada sisi anterior tungkai, keadaan lutut fleksi,
pada garis yang menghubungkan ST 35 Dubi dengan ST 41 Jiexi, 3
inchi dibawah ST 35 Dubi. ST 36 terletak pada otot tibialis anterior.
Universitas Indonesia
(ST 35 Dubi: pada aspek anterior lutut, pada lekukan sebelah lateral
ligamentum patela. Ketika lutut fleksi, ST 35 terletak pada lekukan
sebelah lateral dan inferior dari patela).
• Persarafan : nervus kutaneus lateralis
• Vaskularisasi : a/v tibialis anterior.
Gambar 3.3. Titik ST 2 Sibai Gambar 3.4. Titik ST 36 Zusanli
Sumber: World Health Organization. Sumber: World Health Organization.
WHO Standard Acupuncture Point WHO Standard Acupuncture Point
Locations in western pasific regions. Locations in western pasific regions.
Geneva: World Health Organization. Geneva: World Health Organization.
2009: 46. 2009: 64.
3.8.5 SP 6 Sanyinjiao
• Lokasi : pada aspek tibia tungkai, posterior sisi medial
tibia, 3 inchi diatas puncak maleolus medialis.
• Persarafan : cabang kutaneus medialis dari nervus saphenus,
nervus tibialis
• Vaskularisasi : cabang vena saphenus magna, a/v tibialis posterior
3.8.6 KI 3 Taixi
• Lokasi : pada aspek posteromedial pergelangan kaki, dalam
lekukan antara puncak maleolus medialis dan tendon kalkaneus.
Universitas Indonesia
3.8.7 LR 3 Taichong
• Lokasi : pada dorsum pedis, diantara tulang metatarsal I
dan II, dalam lekukan distal dari pertemuan basis kedua tulang
tersebut.
• Persarafan : nervus kutaneus dorsalis medialis, nervus peroneal
profundus
• Vaskularisasi : vena pada dorsum pedis, a/v metatarsal dorsalis I.
3.8.8 GB 20 Fengchi
• Lokasi : pada bawah tulang oksipital, pada sebuah
lekukan diantara batas atas m. sternokleidomastoid dan bagian atas m.
trapezius.
Universitas Indonesia
3.8.9 BL 18 Ganshu
• Lokasi : pada punggung bagian atas, setinggi tepi bawah
prosessus spinosus torakal kesembilan, 1,5 inchi lateral dari garis
tengah tubuh.
• Persarafan : cabang kutaneus nervus thoracic posterior ke 9
dan 10, cabang muskular dari nervus thoracic posterior ke 9 dan 10.
• Vaskularisasi : a/v interkostalis
3.8.10 GB 37 Guangming
• Lokasi : pada aspek fibular tungkai, anterior dari fibula, 5
inchi diatas puncak maleolus lateralis.
• Persarafan : nervus peroneal
• Vaskularisasi : a/v tibialis anterior
Universitas Indonesia
3.8.11 BL 23 Shenshu
• Lokasi : pada regio lumbal, dibawah prosesus spinosus
lumbal 2, 1.5 inchi lateral dari garis tengah tubuh.
• Persarafan : cabang kutaneus dari nervus lumbalis posterior II
dan III, cabang muskular dari nervus lumbalis posterior II dan III
• Vaskularisasi : cabang a/v lumbalis posterior
3.8.12 LI 4 Hegu
• Lokasi : di dorsum tangan, sisi radial pertengahan tulang
metakarpal II.
• Persarafan : nervus radialis, nervus ulnaris.
• Vaskularisasi : bagian radial vena dorsalis tangan dan cabang a/v
metakarpal dorsalis I
Universitas Indonesia
3.10 Penilaian
Kriteria keberhasilan efek EA terhadap penurunan TIO ditetapkan sebagai
berikut :
• Berhasil : Bila terjadi penurunan TIO
• Gagal : Bila TIO menetap atau meningkat
Kriteria keberhasilan efek EA terhadap penurunan intensitas nyeri ditetapkan
sebagai berikut :
• Berhasil : Bila terjadi penurunan skor VAS
• Gagal : Bila skor VAS menetap atau meningkat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
43 Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
44
Tabel 4.2. Nilai Rerata TIO Sebelum EA, 1 jam dan 3 jam Setelah EA
95% Interval Kepercayaan
Waktu Pengukuran Rerata ± SD
Batas Bawah Batas Atas
TIO (mmHg)
(mmHg) (mmHg)
Sebelum EA 45.500 ± 4.657 35.439 55.561
1 jam setelah EA 39.357 ± 4.043 30.622 48.092
3 jam setelah EA 38.071 ± 3.910 29.624 46.519
Tabel 2 menunjukkan rerata TIO sebelum EA, 1 jam dan 3 jam setelah EA. Rerata
TIO sebelum EA adalah 45,5 ± 4,657 mmHg. Rerata TIO 1 jam setelah EA adalah
39,357 ± 4,043 mmHg. Rerata TIO 3 jam setelah EA adalah 38,071 ± 3,910
mmHg.
Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
45
Tabel 4.3. Nilai Rerata Perubahan TIO Sebelum EA, 1 jam & 3 jam setelah
EA
95% Interval
Perbedaan Kepercayaan
Pengukuran TIO Rerata ± SD P Batas Batas
(mmHg) Bawah Atas
(mmHg) (mmHg)
Sebelum EA vs 1 jam setelah EA 6.143* ± 1.904 0.007 2.030 10.256
Tabel 3 menunjukkan rerata perubahan TIO sebelum EA, 1 jam dan 3 jam
sesudah EA. Tekanan intraokular 1 jam setelah EA mengalami penurunan yang
bermakna sebesar 6,14 ± 1,90 mmHg bila dibandingkan dengan TIO sebelum
EA (p<0,05). Tekanan intraokular 3 jam setelah EA mengalami penurunan yang
bermakna sebesar 7,43 ± 1,98 mmHg bila dibandingkan dengan TIO sebelum
EA (p<0,05). Tekanan intraokular 3 jam setelah EA mengalami penurunan
sebesar 1,29 ± 1,23 mmHg bila dibandingkan dengan TIO 1 jam setelah EA,
namun penurunan ini tidak bermakna (p>0,05). Tekanan intraokular 1 jam
setelah EA mengalami penurunan sebesar 12,76 % bila dibandingkan dengan
TIO sebelum EA. Tekanan intraokular 3 jam setelah EA mengalami penurunan
sebesar 15,34 % bila dibandingkan dengan TIO sebelum EA.
Tabel 4.4. Angka Keberhasilan Penurunan TIO 1 jam & 3 jam Setelah EA
Hasil Penilaian
Waktu Pengukuran Total
Berhasil Gagal
1 jam setelah EA 12 (85,71%) 2 (14,29%) 14 (100%)
3 jam setelah EA 13 (92,86%) 1 (7,14 %) 14 (100%)
Tabel 4 menunjukkan angka keberhasilan penurunan TIO pada 1 jam dan 3 jam
setelah EA. Pada 1 jam setelah EA terdapat 12 responden (85,71 %) mengalami
penurunan TIO sedangkan 2 responden (14,29 %) tidak menunjukkan adanya
penurunan TIO. Pada 3 jam setelah EA terdapat 13 responden (92,86 %)
Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
46
Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
47
n Rerata ±SD P
Jumlah pasien %
Berhasil 9 100
Gagal 0 0
Total 9 100
Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
48
Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
BAB 5
PEMBAHASAN
49 Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
50
Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
51
Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
52
pembedahan dan obat. Dalam hal ini EA berperan sebagai terapi tambahan untuk
menurunkan TIO. Selain menurunkan TIO, EA juga dapat berperan dalam
menurunkan intensitas nyeri pada mata. EA merupakan prosedur tindakan yang
relatif aman dengan sedikit efek samping (efek samping paling sering adalah
hematoma).
Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 SIMPULAN
1 EA mempunyai efek menurunkan TIO pada pasien glaukoma absolut
atau glaukoma kronik lanjut yang belum atau telah mendapatkan terapi
standar
2 Rerata penurunan TIO 1 jam setelah sekali tindakan EA dibanding
sebelum EA sebesar 6,14 ± 1,90 mmHg (p <0,05) dan rerata
penurunan TIO 3 jam setelah sekali tindakan EA dibanding sebelum
EA sebesar 7,43 ± 1,98 mmHg (p <0,05)
3 EA mempunyai efek menurunkan VAS nyeri pasien glaukoma absolut
atau glaukoma kronik lanjut dengan nyeri
4 Rerata VAS sebelum EA pada pasien glaukoma absolut atau glaukoma
kronik lanjut dengan nyeri sebesar 5.56 ± 1.01 turun menjadi 1.33 ±
1.50 setelah sekali tindakan EA (p <0,05)
5 Angka keberhasilan penurunan TIO 1 jam setelah EA adalah 85,71%
dan angka keberhasilan penurunan TIO setelah 3 jam EA adalah
92,86%
6 Angka keberhasilan penurunan VAS setelah sekali tindakan EA
sebesar 100 %
6.2 SARAN
1 Melakukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih
banyak dan menggunakan desain penelitian randomized controlled
trial
2 Melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui efek akupunktur
terhadap TIO pada jangka panjang
3 Akupunktur digunakan sebagai terapi penunjang dalam tatalaksana
pasien glaukoma
53 Universitas Indonesia
Efek elektroakupuntur.., Hety, FK UI, 2013
54
DAFTAR PUSTAKA
1. Cioffi GA, Durcan FJ, Girkin CA, Gross RL, Netland PA, Samples JR, et
al. Glaucoma. Singapore: American Academy of Ophthalmology, 2009-
2010.
2. Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV. Diagnosis and therapy of the
glaucomas. 8th edition. London: Mosby elsevier, 2009. p.339-44.
3. Werner E. Advanced glaucoma. Disitasi dari:
http://www.willsglaucoma.org/supportgroup/20041020.php
4. Riordan P. Glaucoma. Dalam: Riordan P, Whitcher JP, editor.
Vaughan&Asbury General Ophthalmology. 16th edition. Singapore:
McGraw-Hill, 2004. p. 212-9.
5. Bell JA, Hampton RS. Primary open angle glaucoma. Disitasi dari:
http://www.emedicine.com.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan DepKes RI. Laporan
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007. Desember
2008.
7. Ilyas S. Glaukoma (tekanan bola mata tinggi). Edisi kedua. Jakarta: balai
penerbit FKUI, 2001.
8. Oktariana VD, Affandi ES, Haroen M, Mustafa S, Artini W. Incidence and
Severity of Glaucoma Patients in RSCM-FKUI Jakarta, 2006.
9. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi keempat. Jakarta: balai
penerbit FKUI, 2011. h.216-21.
10. Berson FG. Basic ophthalmology for medical students and primary care
residents. sixth edition. San Fransisco: American Academy of
Ophthalmology, 1993. p.40-5.
11. Takayama S, Seki T, Nakazawa T, Aizawa N, Takahashi S, Watanabe M,
et al. Short-term effects of acupuncture on open-angle glaucoma in
retrobulbar circulation: additional therapy to standard medication. Hindawi
Publishing Corporation Evidence-Based Complementary and Alternative
Medicine 2011. p1-6.
12. Her JS, Liu PL, Cheng NC, Hung HC, Huang PH, Chen YL, et al.
Intraocular pressure-lowering effect of auricular acupressure in patients
with glaucoma: a prospective, single-Blinded, randomized controlled trial.
The Journ of altern and complement med 2010; 16(11): 1177–84.
13. Chu TC, Potter DE. Ocular hypotension induced by electroacupuncture.
Journ of Ocular Pharmacology and therapeutics 2002; 18(4).
14. Sutoyo HS. Efek Akupunktur terhadap Nyeri pada 25 penderita Glaukoma
Absolut. Departemen Akupunktur RSCM, 1998.
15. Greenfield DS. Barrier to compliance. In: Weinreb RN.
Pharmacoeconomics and Patients Compliance With Glaucoma Therapy.
Glaucoma today 2009; 4.
16. Zhou Z, Althin R, Sforzolini BS, Dhawan R. Persistency and treatment
failure in newly diagnosed open angle glaucoma patients in the United
Kingdom. Br J Ophthalmol 2004; 88: 1391–94.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pendahuluan
Peneliti dari Departemen Medik Akupunktur RSUPN Dr Cipto
Mangunkusumo bekerja sama dengan Departemen Ilmu Kesehatan Mata RSUPN
Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta, merencanakan melakukan penelitian mengenai
efek elektroakupunktur (EA) terhadap tekanan intraokular (TIO) atau tekanan bola
mata pada penderita glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui efek EA terhadap TIO dan intensitas nyeri
pasien glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut yang belum atau telah
mendapatkan terapi standar. Secara khusus untuk mengetahui rerata penurunan
TIO dan penurunan skor intensitas nyeri setelah 1 kali tindakan EA. Penelitian ini
diharapkan dapat menjawab pertanyaan apakah EA mempunyai efek terhadap
penurunan TIO dan intensitas nyeri pasien glaukoma absolut atau glaukoma
kronik lanjut yang belum atau telah mendapatkan terapi standar. Penelitian ini
juga diharapkan dapat memberi manfaat pada pasien glaukoma yang ingin
menjalani terapi EA sebagai terapi tambahan dari terapi standar yang sudah
diterima.
Anda diharapkan berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi Anda
bersifat sukarela, dan Anda dapat mengundurkan diri dari penelitian ini setiap
saat. Sebelum menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda dapat
membaca informasi berikut ini dan apabila ada hal-hal yang belum jelas atau tidak
dimengerti, Anda dapat menanyakannya langsung pada peneliti.
Ringkasan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rerata penurunan TIO dan
intensitas nyeri penderita glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut. Pertama-
tama Anda ditawarkan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Apabila Anda
setuju, maka Anda diseleksi dan diberi penjelasan lengkap mengenai penelitian ini
termasuk surat persetujuan yang perlu Anda tanda tangani. Semua peserta
penelitian akan dilakukan EA dan dilakukan penilaian TIO sebelum, 1 jam dan 3
jam setelah EA. Selain itu pada penderita glaukoma yang mengalami keluhan
nyeri, akan dinilai skor intensitas nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS)
sebelum dan sesudah EA. Peneliti akan menilai besarnya penurunan TIO dan skor
VAS setelah EA.
Elektroakupunktur dilakukan pada titik-titik akupunktur yang telah
ditentukan. Saat dilakukan akupunktur mungkin anda mengalami sensasi
penjaruman seperti ngilu, pegal, atau kadang rasa tersengat arus listrik yang
rendah. Efek samping yang terjadi dapat dikatakan sangat rendah seperti rasa
nyeri sesaat dan kadang dapat timbul kebiruan (perdarahan di bawah kulit) dimana
hal ini tidak berbahaya dan dapat hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.
Setelah tindakan akupunktur akan dilakukan pengukuran TIO dan skor VAS.
Peneliti menggunakan jarum akupunktur steril dan sekali pakai buang
untuk menjaga sterilitas dari tindakan ini. Jadi dapat dikatakan bahwa tindakan
akupunktur ini sangat aman terhadap infeksi karena menggunakan jarum steril
yang sekali pakai buang.
KERAHASIAAN
Nama dan identitas Anda akan dirahasiakan dan tidak akan muncul dalam
publikasi apapun serta tidak diberikan pada siapapun tanpa persetujuan dari Anda.
MANFAAT
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada Anda, yaitu
menurunkan TIO dan menurunkan intensitas nyeri.
KOMPENSASI
Anda tidak perlu mengeluarkan biaya apapun dalam penelitian ini. Peneliti akan
menanggung biaya pemeriksaan maupun tindakan yang dilakukan dalam
penelitian ini.
(Lanjutan)
INFORMASI LAIN
Partisipasi Anda bersifat sukarela. Setelah membaca penjelasan ini, anda
berhak menolak ikut sebagai peserta. Anda juga bebas untuk mengundurkan diri
sewaktu-waktu. Anda berhak menanyakan semua hal yang belum jelas
sehubungan dengan penelitian ini.
Bila anda tidak menaati instruksi yang diberikan oleh peneliti, anda dapat
dikeluarkan dari penelitian ini. Bila sewaktu-waktu terjadi efek samping atau
membutuhkan penjelasan, maka anda dapat menghubungi peneliti: dr Hety; di
nomor : +628129673566.
Dengan ikut sertanya anda pada penelitian ini berarti ada telah
menyumbang hal yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Peneliti mengucapkan
terima kasih atas partisipasi anda dalam penelitian ini.
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
- Nama : ....................................
- Umur : .............. tahun.
- Jenis Kelamin : L / P
- Alamat : .....................................
Jakarta, ...........................................
2. Diagnosis
Jenis glaukoma : ………………………………
Tidak nyeri Nyeri Nyeri yang Nyeri yang Nyeri hebat Nyeri sangat
ringan menganggu menyusahkan hebat
TIO VAS
TIO VAS
Umur Lama Mata yg
No Nama L/P Diagnosis Obat-obatan Operasi
(thn) keluhan diakp
Pre 1jam 3jam Pre Pos Pre -1jm Pre -3jm
1. FS L 59 Glaukoma sekunder 3 tahun OD Timol 0,5 - 69 68 66 6 3 1 3 3
OD 2xOD,
Glaucon 3x1,
Aspar K 2x1
2. T L 64 Glaukoma sekunder 2 tahun OS Timol 2xOS, TCP OS 34 33 29 - - 1 5 -
OS azopt 3xOS
3. M L 49 Glaukoma sekunder 5 bulan OD Timol 0,5% Kerato- 43 43 40 4 0 0 3 4
OD 2xOD, plasty OD
glaucon 3x1,
aspar K 2x1,
glaupen 1xOD
4. SS P 83 Glaukoma absolut 53 OD Timol 2xOD, - 71 50 49 5 0 21 22 5
dolorosa OD tahun Azopt 3xOD
GPSTp OS
5. DS L 69 Glaukoma absolut 8 tahun OD - Phaco+ IOL 33 28 23 7 2 5 10 5
dolorosa OD
GPSTp OS
6. ST P 17 Glaukoma sekunder 1 bulan OS Glaucan 4x1, - 60 40 42 5 2 20 18 3
OS aspar K 2x1,
timolol 0,5
2xOS
7. S L 57 Glaukoma absolut 5 tahun OD Glauplus Trabeculect 36 33 37 7 4 3 -1 3
dolorosa OD 1xOD omy OD
GPSTa OS
8. Z P 48 Glaukoma absolut 2 tahun OD 62 54 61 5 0 8 1 5
dolorosa OD
GPSTp OS
9. S L 22 Glaukoma absolut 11 OS Timol 0,5 51 42 37 - - 9 14 -
non dolorosa OS, tahun 2xOS
glaukoma juvenil OD
10. EH P 66 Glaukoma absolut 5 tahun OD 37 41 36 5 0 -4 1 5
dolorosa OD
GPSTa
64
Keterangan:
Obat-obatan dan tindakan operasi yang dicantumkan dalam tabel adalah obat-obatan atau operasi yang berhubungan dengan penyakit glaukoma dan telah
diberikan pada pada mata yang dilakukan EA.
GPSTp = glaukoma primer sudut tertutup
GPSTa = glaukoma primer sudut terbuka
65
Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 8 57.1 57.1 57.1
perempuan 6 42.9 42.9 100.0
Total 14 100.0 100.0
Kategori Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 20 1 7.1 7.1 7.1
21-40 1 7.1 7.1 14.3
41-60 6 42.9 42.9 57.1
61-80 5 35.7 35.7 92.9
>=81 1 7.1 7.1 100.0
Total 14 100.0 100.0
(Lanjutan)
4. Karakteristik Berdasarkan Lama Keluhan
Lama Keluhan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 1 tahun 2 14.3 14.3 14.3
1-3 tahun 5 35.7 35.7 50.0
4-6 tahun 3 21.4 21.4 71.4
7-9 tahun 1 7.1 7.1 78.6
>= 10 tahun 3 21.4 21.4 100.0
Total 14 100.0 100.0
(Lanjutan)
Pairwise Comparisons
Measure:MEASURE_1
95% Confidence Interval
(I) (J) Mean for Differencea
Waktu_Pen Waktu_Pen Difference Std. Lower Upper
gukuran gukuran (I-J) Error Sig.a Bound Bound
1 2 6.143* 1.904 .007 2.030 10.256
*
3 7.429 1.983 .002 3.145 11.712
*
2 1 -6.143 1.904 .007 -10.256 -2.030
3 1.286 1.233 .316 -1.379 3.950
*
3 1 -7.429 1.983 .002 -11.712 -3.145
2 -1.286 1.233 .316 -3.950 1.379
Based on estimated marginal means
*. The mean difference is significant at the .05 level.
a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no
adjustments).
Keterangan: 1: Sebelum EA
2: 1 jam setelah EA
3: 3 jam setelah EA
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T df tailed)
Pair 1 VAS sebelum 4.222 .972 .324 3.475 4.969 13.034 8 .000
EA - VAS
setelah EA