NIM : 1707201093
RUANG : SEMESTER 5/C
A. Definisi
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang
lain, saling bergantungan, serta mempunyai norma yang sama (Stuart dan Sundeen, 1991
dalam Yusuf, 2015).
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk
memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal (Yosep, 2014).
B. Tujuan
Terapi kelompok mempunyai tujuan therapeutic dan rehabilitasi (Yosep, 2014).
a. Tujuan Umum.
a) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (Reality Testing).
b) Membentuk sosialisasi.
c) Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang
hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensif
(bertahan terhadap stress) dan adaptasi.
d) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti
kognitif dan afektif.
b. Tujuan Khusus.
a) Melatih pemahaman identitas diri.
b) Penyaluran emosi.
c) Meningkatkan ketrampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.
d) Bersifat rehabilitatif. Pasien-pasien rehabilitatif adalah mereka yang telah
sembuh secara medis, tetapi perlu disiapkan fungsi dan kemampuan untuk
persiapkan mandiri dan sosial ditengah masyarakat. Dari segi rehabilitasi
terapi kelompok bertujuan meningkatkan kemampuan empati dan
meningkatkan pengetahuan tentang masalah-masalah kehidupan dan
pemecahannya.
1
Ada beberapa jenis terapi pada terapi aktivitas kelompok (Yusuf, 2015) :
a. Terapi aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Sensori
Aktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensori pasien.
Kemudian diobservasi reaksi sensori pasien berupa ekspresi emosi/perasaan
melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, dan ucapan. Biasanya pasien yang tidak
mau berkomunikasi secara verbal akan terangsang sensoris emosi dan
perasaannya melalui aktivitas tertentu. Aktivitas tersebut berupa:
a) TAK stimulasi sensori suara, misalnya mendengar musik,
b) stimulasi sensori menggambar,
c) TAK stimulasi sensori menonton TV/video.
2
terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Aktivitas yang
diberikan antara lain sebagai berikut.
a) Sesi I : menonton TV
b) Sesi II : membaca majalah/koran/artikel
c) Sesi III : gambar
d) Sesi IV : 4.1 Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
e) Mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
f) Mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi asertif.
g) Mencegah perilaku kekerasan melalui kepatuhan minum obat.
h) Mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan ibadah.
3
Masing-masing anggota mengemukakan problem yang dihadapi
sebagai agenda.
c) Konfidensilitas.
Therapist memberikan informasi bahwa masing-masing anggota
secara bebas mengajukan masalahnya, dan keberhasilannya terjmin
untuk tidak diketahui orang lain di luar kelompok.
d) Menggali ide-ide dan perasan yang muncul dalam kelompok.
e) Tahap Transisi.
Dalam hal ini dibutuhkan ketrampilan therapist dalam kepekaan
waktu, melihat pola perilaku anggota dan mengenal suasana emosi di
dalam kelompok.
f) Tahap kerja kelompok yang sesungguhnya.
g) Tahap Terminasi.
b. Yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kelompok.
a) Repentasi (kehadiran pasien) kehadiran secara fisik dan psikologis.
b) Interview Awal (sebelum therapy kelompok, anamese yang konkrit
dan jelas).
c) Penampilan anggota kelompok (sebaiknya yang memenuhi syarat
untuk mengikuti therapy kelompok pasien tidak dalam krisis, tidak
sangat takut bicara, tidak efektif dalam hubungan antarpribadi, dan
tidak terlalu banyak minta perhatian).
c. Tugas-tugas therapist kelompok.
a) Membentuk dan mempertahankan kelompok.
b) Membentuk budaya dalam kelompok.
c) Membentuk norma kelompok, atas dasar keahlian dan keteladanan,
norma kelompok antar lain ; pemantauan diri, oembukaan diri,
norma prosedur, pentingnya kelompok dan anggota kelompok
sebagai agen penolong.
d. Contoh penerapan terapi kelompok untuk pasien rawat inap.
a) Untuk pasien rawat inap umumnya dengan sesi tunggal. Dalam hal
ini therapist harus berfikir bahwa kelompok hidup dalam satu sesi,
karena itu therapist harus lebih aktif dibandingkan dengan kelompok
untuk pasien rawat jalan dengan sesi bersambung (enam atau delapan
kali pertemuan).
b) Untuk pasien tipe ini bentuk therapy harus terstruktur dengan jelas,
therapist harus menerangkan dengan jelas apa saja yang seharusnya
dan sebaiknya dilakukan oleh pasien dalam kelompok.
c) Bentuk struktur:
4
– Tempat pertemuan adalah ruangan yang mempunyai pintu
yang dapat ditutup.
– Kelompok disusun dalam bentuk lingkaran.
– Waktu harus tepat.
– Sebelum terapi selesai anggota tidak diperkenankan keluar.
– Kelompok diawali dan diakhiri dengan tepat.
e. Orientasi dan Persiapan.
a) Pada menit-menit pertama dipakai untuk pengertian dan persiapan
bagi anggota baru.
b) Penyampaian secara singkat.
c) Secara bergiliran pasien/anggota diminta untuk mengemukakan
masalah yang ingin diselesaikan.
d) Mempersiapkan anggota lama dapat berperan serta di dalam
mempersiapkan terapi kelompok dengan persiapkan ini penting
sekali untuk mengatasi adanya jarak antara therapist dengan pasien.
e) Prosedur yang ajeg dan koheren dalam terapi kelompok harus
diperhatikan, dengan rincian; menit pertama untuk persiapkan,
definisi tugas, mengisi tugas, mengakhiri pertemuan.
5
Meliputi berbagai macam bentuk seperti terapi kelompok analitik, analisa
kelompok, dan terapi psikoanalitik.
DAFTAR PUSTAKA
Yosep, Iyus & Titin Sutini. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan Advance Mental
Health Nursing. Bandung: Refika Aditama.
6
Yusuf, Ahmad,dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika