Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1

“FORENSIK KLINIK”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 :

1. Delyana Brilian Hamra (K1A116098)


2. Ishmah Farah Adiba Nurdin (K1A116100)
3. Ovelin L.A.Y Kaperek (K1A116103)
4. Aduniaty Choirunnisa (K1A116105)
5. Rahmad Irman Karim (K1A116107)
6. Luthfi Asyifa Harsa (K1A116026)
7. Yelsi Beatrice Patandianan (K1A116028)
8. Zulkarnain Sya’ban (K1A116031)
9. Mahla Ayu Pratiwi (K1A116032)
10. Andi Indira Pradasari (K1A116033)
11. Erik Sam (K1A116003)
12. Fitrah Hidayaturrahmat M.H (K1A116004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
FORENSIK KLINIK

SKENARIO

Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa ke UGD oleh ibunya karena
mengeluh kesakitan pada bokong. Pasien mengaku telah disulut rokok oleh ayah
tirinya 1 hari yang lalu saat sang ibu sedang pergi ke kantor. Pada pemeriksaan
didapatkan luka bakar pada bokong kanan dan kiri.

KATA SULIT

1. Disulut: memasang

KATA KUNCI

1. Anak laki-laki usia 5 tahun


2. Mengeluh sakit pada bokong
3. Pasien mengaku disulut rokok oleh ayah tiri 1 hari yang lalu
4. Pemeriksaan didapatkan luka bakar bokong kanan dan kiri

PERTANYAAN

1. Jelaskan patofisiologi luka bakar !


2. Jelaskan derajat luka bakar pada anak tersebut !
3. Jelaskan pemeriksaan yang dapat dilakukan pada skenario !
4. Sebutkan pasal yaang berkaitan dengan skenario
5. Apakah luka bakar yang dialami sengaja atau tidak ?
6. Sebutkan faktor penyebab terjadinya kekerasan pada skenario
7. Bagaimana menentukan luas luka bakar menurut rules of nines
8. Jelaskan dampak yang ditimbulkan pada anak
9. Sebutkan aspek klinik dan penatalaksanaan medik pada skenario

JAWABAN
1. Patofisiologi luka bakar
Pajanan panas yang menyentuh permukaan kulit akibatkan kerusakan
pembuluh darah kapiler kulit dan peningkatan permeabilitasnya. Sehingga
mengakibatkan edema jaringan dan pengurangan cairan intravaskular.
2. Derajat luka bakar
 Luka bakar derajat I : kerusakan jaringan terbatas pada lapisan
epidermis (superfisial/epidermal). Kulit hiperemik berupa eritema,
sedikit edema , tidak dijumpai bula, dan terasa nyeri akibat ujung
saraf sensoris teriritasi.
 Luka bakar derajat II : kerusakan meliputi epidermis dan sebagian
dermis berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Pada
derajat ini terdapat bula dan terasa nyeri akibat iritasi ujung-ujung
saraf sensoris.
 Kerusakan jaringan permanen yang meliputi seluruh tebal kulit
hingga jaringan subkutis, otot, dan tulang. Tidak ada lagi elemen
epitel dan tidak dijumpai bula, kulit yyang terbakar berwarna
keabu-abuan pucat hingga warna hitam kering (nekrotik).
Jadi, menurut skenario kemungkinan korban tersebut menderita
luka bakar derajat II.

3. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan darah dilakukan untuk mendeteksi terjadinya
hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia sebagian terjadi akibat
hemodilusi, terutama pada korban yang memperoleh resusitasi cairan,
dan sebagian lagi akibat hilangnya protein karena rusaknya kapiler.
Pada korban juga dapat terjadi hipomagnesia, hipofosfatemia dan
hipokalemia akibat pemberian cairan.
 Pemeriksaan urin untuk mendeteksi terjadinya hemoglobinuria. Luka
bakar dapat menyebabkan rabdomiolisis, yang akan menyebabkan
mioglobinuria atau hemolisis yang merusak ginjal. Pada ginjal dapat
terjadi nekrosis tubular akut dan kegagalan ginjal, sehingga pada
kasus tertentu, pemeriksaan fungsi ginjal perlu dilakukan.

4. Pasal yang berkaitan


Pasal 54 Undang-udang Dasar No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak

Pasal 72 Undang-undang Dasar No. 23 tahun 2002 anak harus dilindungi oleh
lingkungannya

Undang-undang tentang kekerasan terhadap anak pasal 341 KUHP, pasal 342
KUHP, pasal 343 KUHP, dan pasal 181 KUHP

Undang-undang No.23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam


rumah tangga

5. Luka bakar yang dialami sengaja atau tidak :


Luka bakar yang terjadi pada korban adalah sengaja karena mengindikasikan
penganiayaan terhadap anak, kemudian dapat kita lihat pula terdapat dua bekas luka
bakar karena disulut korek api yang tempatnya sulit untuk di jangkau oleh korban.
Penyiksaan fisik di curigai bila luka tidak terjelaskan, tidak dapat dijelaskan, dan
tidak masuk akal. Luka bakar rokok menghasilkan lesi sirkuler dan menonjol
kemerahan.

6. Faktor penyebab terjadinya kekerasan


 Anak mengalami cacat tubuh, retardasi mental, gangguan tingkah laku,
autisme, terlalu lugu, memiliki tempramen lemah, ketidaktahuan anak
akan haknya, dan terlalu bergantung pada orang dewasa.
 Kemiskinan keluarga, banyak anak
 Ketiadaan ibu dalam jangka panjang
 Keluarga yang belum matang secara psikologis
 Penyakit gangguan mental pada salah satu orang tua
 Kondisi lingkungan sosial yang buruk
 Pengulangan sejarah kekerasan: orang tua yang dulu sering ditelantarkan
atau mendapat perlakuan kekerasan sering memperlakukan anak-anaknya
dengan pola yang sama.
7. Menentukan luas luka bakar menurut rules of nines

Luas luka bakar adalah faktor penentu berikutnya dalam menentukan derajat
luka pada kasus luka bakar. Perkiraan luas luka bakar yang umum digunakan
dalam pengelolaan kasus forensik klinik adalah dengan menggunakan metode
“Rule of Nine” dari Wallace dan Lund-Browder.

Penentuan luas luka bakar dengan bantuan rule of nine Wallace yang
membagi sebagai berikut: kepala dan leher 9%, lengan 18%, badan bagain
depan 18%, badan bagian belakang 18%, tungkai 36%, dan genetalia/
perineum 1%. Luas telapak tangan penderita adalah 1% dari luas permukaan
tubuhnya. Pada anak-anak menggunakan modifikasi rule of nine Lund dan
Browder yang membedakan pada anak usia 15 tahun, 5 tahun, dan 1 tahun.

8. Dampak yang ditimbulkan pada anak


 Menunjukan perubahan tingkah laku dan kemampuan belajaar
disekolah
 Memiliki gangguan belajar, sulit berkonsentrasi akibat dari
masalah fisik dan psikologis tertentu
 Selalu mengeluh, pasif atau menghindar
 Selal curiga dan siaga, seolah-olah bersiap-siap untuk terjadinya
hal yang buruk.
9. bagaimana penatalaksanaan medik pada skenario

a. Perawatan sebelum di rumah sakit (pre-hospital care)


Perawatan sebelum klien dibawa ke rumah sakit dimulai pada tempat
kejadian luka bakar dan berakhir ketika sampai di institusi pelayanan
emergensi. Pre-hospital care dimulai dengan memindahkan/menghindarkan
klien dari sumber penyebab LB dan atau menghilangkan sumber panas
b. Penanganan dibagian emergensi
Perawatan di bagian emergensi merupakan kelanjutan dari tindakan yang
telah diberikan pada waktu kejadian.
Perawatan klien dengan Luka bakar ringan seringkali diberikan dengan
pasien rawat jalan. Dalam membuat keputusan apakah klien dapat
dipulangkan atau tidak adalah dengan memperhatikan antara lain :
a). kemampuan korban untuk dapat menjalankan atau mengikuti
intruksi-instruksi dan kemampuan dalam melakukan perawatan secara
mandiri (self care),
b). lingkungan rumah. Apabila klien mampu mengikuti instruksi dan
perawatan diri serta lingkungan di rumah mendukung terjadinya
pemulihan maka klien dapat dipulangkan.
Perawatan di bagian emergensi terhadap luka bakar minor meliputi :
menagemen nyeri, profilaksis tetanus, perawatan luka tahap awal dan
pendidikan kesehatan.
a) Managemen nyeri
Managemen nyeri seringkali dilakukan dengan pemberian dosis ringan
morphine atau meperidine dibagian emergensi. Sedangkan analgetik oral
diberikan untuk digunakan oleh pasien rawat jalan.
b) Profilaksis tetanus
Petunjuk untuk pemberian profilaksis tetanus adalah sama pada penderita
Luka bakar baik
yang ringan maupun tipe injuri lainnya. Pada klien yang pernah mendapat
imunisasi tetanus tetapi tidak dalam waktu 5 tahun terakhir dapat diberikan
boster tetanus toxoid. Untuk klien yang tidak diimunisasi dengan tetanus
human immune globulin dan karenanya harus diberikan tetanus toxoid yang
pertama dari serangkaian pemberian imunisasi aktif dengan tetanus toxoid.
c) Perawatan luka awal
Perawatan luka untuk luka bakar ringan terdiri dari membersihkan luka
(cleansing) yaitu debridement jaringan yang mati; membuang zat-zat yang
merusak (zat kimia, tar, dll); dan pemberian/penggunaan
krim atau salep antimikroba topikal dan balutan secara steril. Selain itu juga
berikan pendidikan tentang perawatan luka di rumah dan manifestasi klinis
dari infeksi agar klien dapat segera mencari pertolongan.
d) Pendidikan / penyuluhan kesehatan
Pendidikan tentang perawatan luka, pengobatan, komplikasi, pencegahan
komplikasi, diet, berbagai fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat yang
dapat di kunjungi jika memmerlukan bantuan dan informasi lain yang relevan
perlu dilakukan agar klien dapat menolong dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

1. rahayuningsih, Tutik. 2012. Penatalaksanaan Luka Bakar(combustio).


Akper Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharrjo
2. Anggowarsito, Jose L. 2014. Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi.
Surabaya.; jurnal widya medika vol 2
3. Kristanto G. Erwin dan Kalangi R.J Sonny.2013.Penentuan Derajat Luka
Dalam Visum Et Repertum Pada Kasus Luka Bakar.Manado.Bagian
Kedokteran Forensik & Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado
4. Aflani Iwan,Nirmalasari Nila, Arizal Hendy Muhammad. 2017. Ilmu
Kedokteran Forensik Dan Medikolegal. Jakarta:Raja Grapindo
5. Desi E, Shofiah V. Hubungan tindakan kekerasan terhadap anak dengan
konsep diri. Jurnal Psikologi 2007

Anda mungkin juga menyukai