Anda di halaman 1dari 87

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. A . Latar Belakang Observasi


Museum merupakan salah satu tempat wisata yang menyimpan dan
mengoleksi benda-benda bersejarah. Dimana benda-benda tersebut pasti memiliki
nilai dan makna tertentu yang terkandung di dalamnya. Museum juga merupakan
salah satu tempat yang digunakan untuk menemukan informasi dan bias menambah
wawasan kepada para pengunjung.
Pelaksanaan kunjungan museum merupakan kegiatan wajib di sekolah.
Dipilihnya objek Museum Bank Indonesia karena untuk mengetahui lebih jelas
sejarah terbentuknya bank sentral dan uang di Indonesia. Di sana kita semua dapat
mengetahui secara jelas bagaimana proses perjalanan uang dari zaman dulu hingga
sekarang, di sana kita disuguhkan berbagai bukti sejarah. Mulai dari contoh uang
zaman dulu, replika-replika, dan masih banyak yang lainnya. Di museum kita juga
disuguhkan film mengenai sejarah berdirinya Bank Indonesia. Disana kita juga dapat
melihat foto-foto

1.1. B. Tujuan Observasi


1. Untuk mengetahui sejarah Museum Bank Indonesia
2. Untuk mengetahui sejarah perjalanan uang di Indonesia
3. Untuk mengetahui peran Bank Indonesia dalam perjalanan bangsa

1.1. C. Waktu dan Tempat


Waktu : 14 Maret 2019 / 10.00 s/d selesai
Tempat : Museum Bank Indonesia, Kota Tua, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat,
DKI Jakarta

1
1.1. D. Objek Observasi

2
3
BAB II

Hasil Observasi

Data Observasi

2.1. A. Sejarah bank Indonesia

Jauh sebelum kedatangan bangsa barat, nusantara telah menjadi pusat perdagangan
internasional. Sementara di daratan Eropa, merkantilisme telah berkembang menjadi
revolusi industri dan menyebabkan pesatnya kegiatan dagang Eropa.Pada saat itulah
muncul lembaga perbankan sederhana, seperti Bank van Leening di negeri Belanda.
Sistem perbankan ini kemudian dibawa oleh bangsa barat yang mengekspansi
nusantara pada waktu yang sama. VOC di Jawa pada 1746 mendirikan De Bank van
Leening yang kemudian menjadi De Bank Courant en Bank van Leening pada 1752.
Bank itu adalah bank pertama yang lahir di nusantara, cikal bakal dari dunia
perbankan pada masa selanjutnya.

Pada 24 Januari 1828, pemerintah Hindia Belanda mendirikan bank sirkulasi dengan
nama De Javasche Bank (DJB).
Selama berpuluh-puluh tahun bank tersebut beroperasi dan berkembang berdasarkan
suatu oktroi dari penguasa Kerajaan Belanda, hingga akhirnya diundangkan DJB Wet
1922.

4
Masa pendudukan Jepang telah menghentikan kegiatan DJB dan perbankan Hindia
Belanda untuk sementara waktu. Kemudian masa revolusi tiba, Hindia Belanda
mengalami dualisme kekuasaan, antara Republik Indonesia (RI) dan Nederlandsche
Indische Civil Administrative (NICA). Perbankan pun terbagi dua, DJB dan bank-
bank Belanda di wilayah NICA sedangkan "Jajasan Poesat Bank Indonesia" dan Bank
Negara Indonesia di wilayah RI. Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949 mengakhiri
konflik Indonesia dan Belanda, ditetapkan kemudian DJB sebagai bank sentral bagi
Republik Indonesia Serikat (RIS).

Status ini terus bertahan hingga masa kembalinya RI dalam negara kesatuan.
Berikutnya sebagai bangsa dan negara yang berdaulat, RI menasionalisasi bank
sentralnya. Maka sejak 1 Juli 1953 berubahlah DJB menjadi Bank Indonesia, bank
sentral bagi Republik Indonesia.

Sebelum kedatangan bangsa barat, nusantara telah berkembang menjadi wilayah


perdagangan internasional. Pada saat itu terdapat dua jalur perniagaan internasional
yang digunakan oleh para pedagang, jalur darat dan jalur laut. Pada masa itu telah
terdapat dua kerajaan utama di nusantara yang mempunyai andil besar dalam
meramaikan perniagaan internasional, yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Dalam
maraknya perniagaan tersebut belum ada mata uang baku yang dijadikan nilai
standar. Meskipun masyarakat telah mengenal mata uang dalam bentuk sederhana.

Sementara itu pada abad ke-15 bangsa-bangsa Eropa sedang berupaya memperluas

5
wilayah penjelajahannya di berbagai belahan dunia, termasuk Asia dan Nusantara.
Sejak jatuhnya Konstantinopel ke tangan kekuasaan Turki Usmani (1453),
penjelajahan tersebut dipelopori oleh Spanyol dan Portugis yang kemudian diikuti
oleh Belanda, Inggris, dan Perancis. Kegiatan penjelajahan tersebut telah mendorong
munculnya paham merkantilisme di Eropa pada abad ke 16-17.

Selanjutnya pada akhir abad ke-18 revolusi industri telah berlangsung di


Eropa. Kegiatan industri berkembang dan hasil produksi meningkat sehingga
mendorong kegiatan ekspor ke wilayah Asia dan Amerika.
Pesatnya perdagangan di Eropa memicu tumbuhnya lembaga pemberi jasa keuangan
yang merupakan cikal-bakal lembaga perbankan modern, antara lain seperti Bank van
Leening di Belanda. Kemudian secara bertahap bank-bank tertentu di wilayah Eropa
seperti
Bank of England (1773), Riskbank (1809), Bank of France (1800) berkembang
menjadi bank sentral.

Munculnya Malaka sebagai emporium perdagangan telah menarik perhatian bangsa


Portugis yang akhirnya pada 1511 berhasil menguasai Malaka. Mereka terus bergerak
ke arah timur menuju sumber rempah-rempah di Maluku. Di sana Portugis
menghadapi bangsa Spanyol yang datang melalui Filipina. Beberapa saat kemudian
bangsa Belanda juga berusaha menguasai sumber-sumber komoditi perdagangan di
Jawa dan Nusantara.

Dengan mengibarkan bendera VOC yaitu perusahaan induk penghimpun perusahaan-


perusahaan dagang Belanda, mereka mengukuhkan kekuasaanya di Batavia pada
1619. Untuk memperlancar dan mempermudah aktivitas perdagangan VOC di
Nusantara, pada 1746 didirikan De Bank van Leening dan kemudian berubah menjadi
De Bank Courant en Bank van Leening pada 1752.

Bank van Leening merupakan bank pertama yang beroperasi di Nusantara. Pada akhir

6
abad ke-18, VOC telah mengalami kemunduran, bahkan kebangkrutan. Maka
kekuasaan VOC di nusantara diambil alih oleh pemerintah Kerajaan Belanda. Setelah
masa pemerintahan Herman William Daendels dan Janssen, Hindia Timur akhirnya
jatuh ke tangan Inggris.

Ratu Inggris mengutus Sir Thomas Stamford Raffles untuk memerintah Hindia
Timur. Tetapi pemerintahan Raffles tidak bertahan lama, karena setelah usainya
perang melawan Perancis (Napoleon) di Eropa, Inggris dan Belanda membuat
kesepakatan bahwa semua wilayah Hindia Timur diserahkan kembali kepada
Belanda. Sejak saat itu Hindia Timur disebut sebagai Hindia Belanda (Nederland
Indie) dan diperintah oleh Komisaris Jenderal (1815 - 1819) yang terdiri dari
Elout, Buyskes, dan van der Capellen.

Pada periode inilah berbagai perbaikan ekonomi mulai dilaksanakan di Hindia


Belanda. Hingga nantinya Du Bus menyiapkan beberapa kebijakan yang
mempersiapkan didirikannya De Javasche Bank pada 1828.

Gagasan pembentukan bank sirkulasi untuk Hindia Belanda dicetuskan menjelang


keberangkatan Komisaris Jenderal Hindia Belanda Mr. C.T. Elout ke Hindia Belanda.
Kondisi keuangan di Hindia Belanda dianggap telah memerlukan penertiban dan
pengaturan sistem pembayaran dalam bentuk lembaga bank. Pada saat yang sama
kalangan pengusaha di Batavia, Hindia Belanda, telah mendesak didirikannya
lembaga bank guna memenuhi kepentingan bisnis mereka.

7
Meskipun demikian gagasan tersebut baru mulai diwujudkan ketika Raja Willem I
menerbitkan Surat Kuasa kepada Komisaris Jenderal Hindia Belanda pada 9
Desember 1826. Surat tersebut memberikan wewenang kepada pemerintah Hindia
Belanda untuk membentuk suatu bank berdasarkan wewenang khusus berjangka
waktu, atau lazim disebut oktroi.

Dengan surat kuasa tersebut, pemerintah Hindia Belanda mulai mempersiapkan


berdirinya DJB. Pada 11 Desember 1827, Komisaris Jenderal Hindia Belanda
Leonard Pierre Joseph Burggraaf Du Bus de Gisignies mengeluarkan Surat
Keputusan No. 28 tentang oktroi dan ketentuan-ketentuan mengenai DJB. Kemudian
pada 24 Januari 1828 dengan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Hindia Belanda
No. 25 ditetapkan akte pendirian De Javasche Bank (DJB). Pada saat yang sama juga
diangkat Mr. C. de Haan sebagai Presiden DJB dan C.J. Smulders sebagai sekretaris
DJB.

Oktroi merupakan ketentuan dan pedoman bagi DJB dalam menjalankan usahanya.
Oktroi DJB pertama berlaku selama 10 tahun sejak 1 Januari 1828 sampai 31
Desember 1837 dan diperpanjang sampai dengan 31 Maret 1838. Pada periode oktroi
keenam, DJB melakukan pembaharuan akte pendiriannya di hadapan notaris Derk
Bodde di Jakarta pada 22 Maret 1881. Sesuai dengan akte baru DJB, status bank
diubah menjadi Naamlooze Vennootschap (N.V.). Dengan perubahan akte tersebut,
DJB dianggap sebagai perusahaan baru. Oktroi kedelapan adalah oktroi DJB terakhir
hingga berlakunya DJB Wet pada 1922.
Pada periode oktroi terakhir ini, DJB banyak mengeluarkan ketentuan baru dalam
bidang sistem pembayaran yang mengarah kepada perbaikan bagi lalu lintas
pembayaran di Hindia Belanda. Oktroi kedelapan berakhir hingga 31 Maret 1921 dan
hanya diperpanjang selama satu tahun sampai dengan 31 Maret 1922.

8
Pada 31 Maret 1922 diundangkan De Javasche Bankwet 1922 (DJB Wet).Bankwet
1922 ini kemudian diubah dan ditambah dengan UU tanggal 30 April 1927 serta UU
13 November 1930. Pada dasarnya De Javasche Bankwet 1922 adalah perpanjangan
dari oktroi kedelapan DJB yang berlaku sebelumnya. Masa berlaku Bankwet 1922
adalah 15 tahun ditambah dengan perpanjangan otomatis satu tahun, selama tidak ada
pembatalan oleh gubernur jenderal atau pihak direksi. Pimpinan DJB pada periode
DJB Wet adalah direksi yang terdiri dari seorang presiden dan sekurang-kurangnya
dua direktur, satu di antaranya adalah sekretaris. Selain itu terdapat jabatan presiden
pengganti I, presiden pengganti II, direktur pengganti I, dan direktur pengganti II.
Penetapan jumlah direktur ditentukan oleh rapat bersama antara direksi dan dewan
komisaris. Pada periode ini DJB terdiri atas tujuh bagian, di antaranya bagian
ekonomi statistik, sekretaris, bagian wesel, bagian produksi, dan bagian efek-efek.

Pada periode ini DJB berkembang pesat dengan 16 kantor cabang,


antara lain: Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Malang,
Kediri, Kutaraja, Medan, Padang, Palembang, Banjarmasin, Pontianak, Makassar,
dan Manado, serta kantor perwakilan di Amsterdam, dan New York.

DJB Wet ini terus berlaku sebagai landasan operasional DJB hingga lahirnya
Undang-undang Pokok Bank Indonesia 1 Juli 1953.

9
Pecahnya Perang Dunia II di Eropa terus menjalar hingga ke wilayah Asia Pasifik.
Militer Jepang segera melebarkan wilayah invasinya dari daratan Asia menuju Asia
Tenggara. Menjelang kedatangan Jepang di Pulau Jawa, Presiden DJB, Dr. G.G. van
Buttingha Wichers, berhasil memindahkan semua cadangan emasnya ke Australia
dan Afrika Selatan.

Pemindahan tersebut dilakukan lewat pelabuhan Cilacap.


Setelah menduduki Pulau Jawa pada bulan Februari-Maret 1942, tentara Jepang
memaksa penyerahan seluruh aset bank kepada mereka.
Selanjutnya, pada bulan April 1942, diumumkan suatu banking-moratorium tentang
adanya penangguhan pembayaran kewajiban-kewajiban bank.
Beberapa bulan kemudian, pimpinan tentara Jepang untuk Pulau Jawa, yang berada di
Jakarta, mengeluarkan ordonansi berupa perintah likuidasi untuk seluruh bank
Belanda, Inggris, dan beberapa bank Cina.
Ordonansi serupa juga dikeluarkan oleh komando militer Jepang di Singapura untuk
bank-bank di Sumatera, sedangkan kewenangan likuidasi bank-bank di Kalimantan
dan Great East diberikan kepada Navy Ministry di Tokyo.

Fungsi dan tugas bank-bank yang dilikuidasi tersebut, kemudian diambil alih oleh
bank-bank Jepang, seperti Yokohama Specie Bank, Taiwan Bank, dan Mitsui Bank,
yang pernah ada sebelumnya dan ditutup oleh Belanda ketika mulai pecah perang.

10
Sebagai bank sirkulasi di Pulau Jawa, dibentuklah Nanpo Kaihatsu Ginko yang
melanjutkan tugas tentara pendudukan Jepang dalam mengedarkan invansion money
yang dicetak di Jepang dalam tujuh denominasi, mulai dari satu hingga sepuluh
gulden. Sampai pertengahan bulan Agustus 1945, telah diedarkan invansion money
senilai 2,4 milyar gulden di Pulau Jawa, 1,4 milyar gulden di Sumatera, serta dalam
nilai yang lebih kecil di Kalimantan dan Sulawesi. Sejak tanggal 15 Agustus 1945,
juga masuk dalam peredaran senilai 2 milyar gulden, yang sebagian berasal dari uang
yang ditarik dari bank-bank Jepang di Sumatera serta sebagian lagi dicuri dari De
Javasche Bank Surabaya dan beberapa tempat lainnya. Hingga bulan Maret 1946,
jumlah uang yang beredar di wilayah Hindia Belanda berjumlah sekitar delapan
milyar gulden. Hal tersebut menimbulkan hancurnya nilai mata uang dan
memperberat beban ekonomi wilayah Hindia Belanda.

Setelah Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, Indonesia segera


memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Keesokan harinya, pada 18 Agustus 1945 telah disusun Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam penjelasan UUD 1945 Bab VIII pasal 23 Hal Keuangan yang menyatakan
cita-cita membentuk bank sentral dengan nama Bank Indonesia untuk memperkuat
adanya kesatuan wilayah dan kesatuan ekonomi-moneter. Sementara itu dengan
membonceng tentara Sekutu, Belanda kembali mencoba menduduki wilayah yang
pernah dijajahnya. Maka dalam wilayah Indonesia terdapat dua pemerintahan yaitu:
pemerintahan Republik Indonesia dan pemerintahan Belanda atau Nederlandsche
Indische Civil Administrative (NICA).

Selanjutnya NICA membuka akses kantor-kantor pusat Bank Jepang di Jakarta dan
menugaskan DJB menjadi bank sirkulasi mengambil alih peran Nanpo Kaihatsu
Ginko.Tidak lama kemudian DJB berhasil membuka sembilan cabangnya di wilayah-
wilayah yang dikuasai oleh NICA. Pembukaan cabang-cabang DJB terus berlanjut
seiring dengan dua agresi militer yang dilancarkan Belanda kepada Indonesia.
Sementara itu di wilayah yang dikuasai oleh Republik Indonesia, dibentuk Jajasan

11
Poesat Bank Indonesia (Yayasan Bank Indonesia) yang kemudian melebur dalam
Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi berdasarkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang No.2/1946.

Namun demikian situasi perang kemerdekaan dan terbatasnya pengakuan dunia


sangat menghambat peran BNI sebagai bank sirkulasi. Namun demikian pada 30
Oktober 1946, pemerintah dapat menerbitkan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI)
sebagai uang pertama Republik Indonesia. Periode ini ditutup dengan Konferensi
Meja Bundar (KMB) 1949 yang memutuskan DJB sebagai bank sirkulasi untuk
Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Bank Negara Indonesia sebagai bank
pembangunan.

Pada Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia sebagai


bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada saat itu, sesuai dengan keputusan
Konferensi Meja Bundar (KMB), fungsi bank sentral tetap dipercayakan kepada De
Javasche Bank (DJB). Pemerintahan RIS tidak berlangsung lama, karena pada
tanggal 17 Agustus 1950, pemerintah RIS dibubarkan dan Indonesia kembali ke
bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pada saat itu, kedudukan DJB tetap sebagai bank sirkulasi. Berakhirnya kesepakatan
KMB ternyata telah mengobarkan semangat kebangsaan yang terwujud melalui
gerakan nasionalisasi perekonomian Indonesia. Nasionalisasi pertama dilaksanakan
terhadap DJB sebagai bank sirkulasi yang mempunyai peranan penting dalam
menggerakkan roda perekonomian Indonesia.

Sejak berlakunya Undang-undang Pokok Bank Indonesia pada tanggal 1 Juli 1953,
bangsa Indonesia telah memiliki sebuah lembaga bank sentral dengan nama Bank
Indonesia.

12
Sebelum berdirinya Bank Indonesia, kebijakan moneter, perbankan, dan sistem
pembayaran berada di tangan pemerintah.
Dengan menanggung beban berat perekonomian negara pasca perang, kebijakan
moneter Indonesia ditekankan pada peningkatan posisi cadangan devisa dan menahan
laju inflasi. Sementara itu, pada periode ini, pemerintah terus berusaha memperkuat
sistem perbankan Indonesia melalui pendirian bank-bank baru.

Sebagai bank sirkulasi, DJB turut berperan aktif dalam mengembangkan sistem
perbankan nasional terutama dalam penyediaan dana kegiatan perbankan. Banyaknya
jenis mata uang yang beredar memaksa pemerintah melakukan penyeragaman mata
uang. Maka, meski hanya untuk waktu yang singkat, pemerintah mengeluarkan uang
kertas RIS yang menggantikan Oeang Republik Indonesia dan berbagai jenis uang
lainnya.

Akhirnya, setelah sekian lama berlaku sebagai acuan hukum pengedaran uang di
Indonesia, Indische Muntwet 1912 diganti dengan aturan baru yang dikenal dengan
Undang-undang Mata Uang 1951.

13
Presiden De Javasche Bank (1828 - 1953)
1. Mr. C. De Haan 4. C. F. W. Wiggers van
Masa Jabatan : Tahun 1828 – Kerchem
1838 Masa Jabatan dari tahun 1863 –
1868

2. C.J. Smulders
Masa Jabatan dari tahun 1838 -
5. J. W. C. Diepenheim
1851
Masa Jabatan dari tahun 1868 -
1870

3. E. Francis
Masa Jabatan dari tahun 1851 - 6. Mr. F. Alting Mees
1863 Masa Jabatan dari tahun 1870 -
1873

14
7. Mr. N. P. van den Berg 10. J. Reijsenbach
Masa Jabatan dari tahun 1873 – Masa Jabatan dari tahun 1898 –
1889 1906

8. S. B. Zeverijn 11. Mr. G. Vissering


Masa Jabatan dari tahun 1889 – Masa Jabatan dari tahun 1906 -
1893 1912

9. D. Groeneveld 12. E. A. Zeilinga Azn.


Masa Jabatan dari tahun 1893 – Masa Jabatan dari tahun 1912-
1898 1924

15
13. Mr. L. J. A. Trip 16. Dr. A. Houwink
Masa Jabatan dari tahun 1924 Masa Jabatan dari tahun 1949 –
– 1929 1951

14. Mr. Dr. G. G. van Buttingha


17. Mr. Sjafruddin Prawiranegara
Wichers Masa jabatan dari tahun 1951 –
Masa Jabatan dari tahun 1929 1953
– 1945

15. Dr. R. E. Smits


Masa Jabatan dari tahun 1945
– 1949

16
Gubernur - Gubernur Bank Indonesia (1953 - Sekarang)
1. Mr . Sjafrudin Prawiranegara 4. Mr. Soemarno
Masa Jabatan dari tahun 1951 - Masa Jabatan dari tahun 1960 -
1953 1963

2. Mr. Loekman Hakim 5. T. Jusuf Muda Dalam


Masa Jabatan dari tahun 1953 - Masa Jabatan dari tahun 1963 -
1959 1966

3. Mr. Soetikno Slamet 6. Radius Prawiro

Masa Jabatan dari tahun 1959 – Masa Jabatan dari tahun 1966 -

1960 1973

17
7. Rachmat Saleh 10. J. Soedradjad Djiwandono
Masa Jabatan dari tahun 1973 - Masa Jabatan dari tahun 1993 -
1983 1998

8. Arifin Siregar 11. Sjahril Sabirin


Masa Jabatan dari tahun 1983 - Masa Jabatan dari tahun 1998 -
1988 2003

9. Adrianus Mooy 12. Burhanuddin Abdullah

Masa Jabatan dari tahun 1988 - Masa Jabatan dari tahun 2003 -

1993 2008

18
13. Boediono 14. Darmin Nasution
Masa Jabatan dari tahun 2008 – Masa Jabatan dari tahun 2009 -
2009 2014

19
Sekilas Perjalanan Panjang Bank Indonesia (1828 - 2008)
1828:
De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi
yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang.

1953:
Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia
untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga
tugas utama
di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran.
Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain dalam hubungannya dengan
Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan oleh DJB
sebelumnya.

1968:
Undang-Undang Bank Sentral mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia
sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan fungsi
komersial.
Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas
membantu Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran
produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna
meningkatkan taraf hidup rakyat.

1999:
Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan UU No.23/1999 yang
menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah.

2004:
Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan focus pada aspek penting

20
yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia, termasuk
penguatan governance.

2008:
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(PerPPU) No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.23
tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas
sistem keuangan.
Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan
perbankan nasional dalam menghadapi krisis global melalui peningkatan akses
perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia.

Bank Indonesia memiliki beberapa Kantor cabang diberbagai kota yang ada di
Indonesia.
1. Medan
2. Banda Aceh
3. Pematang siantar
4. Lhokseumawe
5. Sibolga
6. Padang
7. Pekanbaru
8. Jambi
9. Batam
10. Palembang
11. Bengkulu
12. Bandar Lampung
13. Bandung
14. Serang
15. Cirebon

21
16. Tasikmalaya
17. Tegal
18. Semarang
19. Yogyakarta
20. Solo
21. Purwokerto
22. Surabaya
23. Malang
24. Kediri
25. Jember
26. Denpasar
27. Mataram
28. Kupang
29. Banjarmasin
30. Pontianak
31. Palangkaraya
32. Gorontalo
33. Samarinda
34. Balikpapan
35. Makassar
36. Manado
37. Palu
38. Kendari
39. Ternate
40. Ambon
41. Jayapura

22
Bank Indonesia juga memiliki kantor Representative diluar negeri :
1. Singapore
2. Tokyo
3. London
4. New york

Bank Indonesia memiliki museum yang bisa dikunjungi :

dari hari Selasa - Jumat : Pkl. 08.00 - 15.30 Wib


dari hari Sabtu - Minggu : Pkl. 08.00 - 16.00 Wib
Senin & Hari Libur NAsional Tutup

Gratis untuk masuk ke Museum Bank Indonesia


Alamat Museum Indonesia
Jl. Pintu Besar Utara No. 3
Jakarta Barat - Indonesia
Telp. (6221) 2600158
Ext.8111, 8102, 8100
Up : Gede Aryana
Fax.62-21-2601730
Email: museum@bi.go.id

Alamat Kantor Pusat Bank Indonesia


Jl. MH. Thamrin 2 Jakarta 10350 Indonesia
Telp. (6221) 2310108 (ext. 7317)
Email Humas : humasbi@bi.go.id

23
2.1. B. Peran Bank Indonesia dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia

Kembali di era pemerintahan Hindia-Belanda, De Javasche Bank didirikan tepatnya


pada tahun 1828. De Javasche Bank bertugas mencetak dan mengedarkan uang. Kira-
kira satu abad kemudian, tepatnya pada tahun 1953, Bank Indonesia dibentuk dengan
menggantikan fungsi dan peran De Javasche Bank. Sebagai bank sentral, Bank
Indonesia saat itu memiliki tiga fungsi utama yaitu di bidang perbankan, moneter, dan
sistem pembayaran. Selain itu, Bank Indonesia juga diberi wewenang untuk
melakukan fungsi bank komersial sebagaimana pendahulunya.

Lima belas tahun kemudian pemerintah menerbitkan Undang-Undang Bank Sentral


yang isinya mengatur tentang tugas serta kedudukan Bank Indonesia. Undang-
Undang ini tentunya juga sebagai pembeda atas bank-bank lain yang melakukan
fungsi komersial. Setelah diterbitkan Undang-Undang tersebut, Bank Indonesia juga
memiliki tugas tambahan yaitu membantu pemerintah dalam mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Pada tahun 1999 Bank Indonesia memasuki era baru dalam
sejarah sebagai Bank Sentral independen yang memiliki tugas dan wewenang untuk
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tugas tersebut ditetapkan dalam
Undang-Undang No. 23 Tahun 1999. Setelah itu, beberapa amendemen Undang-
Undang Bank Indonesia dilakukan. Pertama pada tahun 2004, UU Bank Indonesia
diamendemen dengan konsentrasi pada aspek penting yang berhubungan dengan
pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Amendemen selanjutnya yaitu

24
pada tahun 2008 ketika pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti
UU No. 2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 23 tahun 1999. Dalam
perubahan tersebut ditegaskan bahwa Bank Indonesia juga berperan sebagai bagian
dari upaya dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Perubahan Undang-Undang
tersebut ditujukan untuk mewujudkan ketahanan perbankan secara nasional untuk
menanggulangi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap layanan
pembiayaan jangka pendek dari BI.

Ketidak-tahuan masyarakat tentang Bank Indonesia, sejarah serta peran dan


fungsinya menjadi latar belakang paling utama didirikannya Museum BI. Sebagai
dasar filosofis tentang pembangunan museum Bank Indonesia adalah peran penting
Bank Indonesia itu sendiri yang termaktub dalam UU No. 23 tahun 1999. Museum
Bank Indonesia menjadi sarana yang sangat penting bagi Bank Indonesia sendiri
dalam melakukan edukasi terhadap masyarakat.

Museum Bank Indonesia diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono


tanggal 21 Juli tahun 2009. Siapa saja boleh mengunjungi museum BI tanpa dipungut
biaya. Di Museum BI, pengunjung dapat menggali ilmu pengetahuan tentang
perjalanan Bank Indonesia termasuk dampak dari kebijakan-kebijakan yang pernah di
ambil dari masa ke masa, di mana itu semua merupakan bagian dari perjalanan
bangsa Indonesia yang sangat berharga. Tidak cukup melalui museum Bank
Indonesia Kota, sekarang Bank Indonesia juga sudah merencanakan untuk

25
mendirikan museum Bank Indonesia di daerah-daerah dengan memanfaatkan
bangunan-bangunan yang sudah tidak terpakai. Informasi terbaru, bahwa Bank
Indonesia sudah mempersiapkan Museum Mini Bank Indonesia atau MMBI di Kota
Padang.

Fasilitas yang disediakan di Museum Bank Indonesia antara lain adalah pusat
informasi Bank Indonesia (Bank Indonesia Information Centre), perpustakaan dan
lain sebagainya. Di BI Information Centre, pengunjung akan dimanjakan dengan
berbagai ragam informasi dalam bentuk time series dari masa ke masa yang
merangkum semua perjalanan Bank Indonesia. Pengunjung tidak perlu repot-repot
dalam mengakses informasi tersebut, karena semua informasi sudah dikemas dalam
perangkat multi-media. Tidak hanya informasi yang berasal dari dalam negeri, BI
Information Centre juga menyediakan beragam informasi yang berasal dari luar
negeri. Jika pengunjung ingin fasilitas yang lebih modern, para pengunjung juga bisa
memanfaatkan Bank Indonesia Virtual Museum sebagai sarana untuk mengakses
informasi tentang BI melalui jaringan internet.

 Status dan Kedudukan Bank Indonesia


Status Bank Indonesia sudah sejak tahun 1999 ditetapkan sebagai lembaga negara
yang independen dan memiliki kewenangan penuh dalam melaksanakan tugas serta
terbebas dari campur tangan pemerintah ataupun pihak lain. Hal tersebut berdasarkan
Undang-Undang No. 23 tahun 1999 yang kemudian diubah melalui Undang-Undang
No. 6 tahun 2009 tentang Bank Indonesia. Mengingat status tersebut, maka pihak luar
atau pihak lain tidak boleh melakukan intervensi dalam bentuk apapun. Bank
Indonesia juga berkewajiban untuk menolak usaha campur tangan apapun dari pihak
luar. Kedudukan dan status BI yang independen sangat diperlukan agar BI dapat
melakukan kewenangannya dalam melaksanakan fungsi dan perannya sebagai
otoritas moneter dengan maksimal.
Selain itu, Bank Indonesia juga diakui sebagai badan hukum baik itu badan hukum
publik maupun badan hukum perdata yang ditetapkan dengan undang-undang.

26
Produk dari Bank Indonesia sebagai badan hukum publik berupa aturan-aturan
hukum yang mengikat atas dasar pelaksanaan undang-undang yang berlaku bagi
seluruh masyarakat. Sebagai badan hukum perdata, BI dapat bertindak untuk dan atas
nama sendiri di pengadilan maupun di luar pengadilan.
 Tugas dan Tujuan Bank Indonesia
Bank Indonesia memiliki satu tujuan tunggal dan tiga pilar utama dalam mendukung
tercapainya tujuan tunggal tersebut. Mengingat peran dan kapasitasnya sebagai Bank
Sentral, Bank Indonesia mengemban amanat untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Dalam menjaga kestabilan nilai rupiah Bank Indonesia
melakukan dua hal yaitu:
 Menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa
 Menjaga kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain
Untuk mengukur aspek pertama bisa dilihat melalui laju perkembangan inflasi,
sedangkan aspek kedua bisa dilihat dari nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara
lain.
Dengan satu tujuan tunggal tersebut, diharapkan Bank Indonesia dapat memfokuskan
langkah serta memperjelas batasan-batasan tanggung jawab yang harus dilakukan.
Oleh karena itu, masyarakat maupun pemerintah dapat dengan mudah melihat
bagaimana kinerja Bank Indonesia.
Dalam mensukseskan tujuan tunggal Bank Indonesia, yaitu memelihara nilai rupiah,
maka Bank Indonesia memiliki tiga pilar utama yang sekaligus juga menjadi bidang
jangkauan tugasnya. Tiga Pilar tersebut adalah:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

3. Menjaga stabilitas sistem keuangan

 Dewan Gubernur Bank Indonesia


Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur dengan seorang Gubernur sebagai
kepala yang dibantu oleh seorang Deputi Gubernur Senior sebagai wakil, serta empat
sampai tujuh Deputi Gubernur. Jabatan Gubernur BI dan Deputi Gubernur adalah

27
selama lima tahun dan dapat diangkat kembali dengan masa jabatan yang sama
maksimal 1 kali masa jabatan berikutnya.
Gubernur BI, Deputi Gubernur Senior dan Deputi Gubernur diusulkan dan diangkat
oleh Presiden Republik Indonesia dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Calon Deputi Gubernur diusulkan oleh Presiden dengan melihat rekomendasi dari
Gubernur BI sendiri. Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia dapat diberhentikan
apabila terbukti melakukan tindak pidana kejahatan, tidak dapat hadir secara fisik
selama 3 bulan berturut-turut tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, tidak
mampu memenuhi kewajiban kepada kreditur, berhalangan tetap, serta bila
mengundurkan diri. Selain dari alasan-alasan tersebut, Presiden RI tidak bisa
memberhentikan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia.
Forum Rapat Dewan Gubernur merupakan wadah untuk mengambil keputusan
tertinggi yang diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan
dengan tujuan untuk menetapkan kebijakan umum di bidang moneter, sekurang-
kurangnya satu kali dalam seminggu untuk mengevaluasi pelaksanaan moneter atau
kebijakan lain yang sifatnya strategis dan prinsipil. Keputusan dapat dicapai melalui
musyawarah demi mencapai kata mufakat. Apabila kata mufakat tidak dapat tercapai,
maka Gubernur akan mengambil keputusan akhir.

 Mengenal Bank Indonesia Berarti Ikut Mewujudkan Fungsi dan Tugas BI

BI hadir untuk mewujudkan perekonomian Indonesia yang lebih baik dengan cara
menjaga nilai rupiah agar tetap stabil. Dengan mengetahui lebih jauh tentang Bank
Indonesia, setidaknya kita ikut membantu mewujudkan fungsi dan tugas BI tersebut
sesuai dengan posisi kita masing-masing. Hal yang paling sederhana dan bisa kita
lakukan adalah dengan mencintai rupiah (tidak pernah transaksi dengan mata uang
asing) dan menggunakan produk lokal tanah air.

28
2.1. C. Fungsi dan Peran Bank Indonesia
 Fungsi Bank

1. Penghimpun dana Untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana maka


bank memiliki beberapa sumber yang secara garis besar ada tiga sumber, yaitu:
 Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal waktu
pendirian.
 Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui usaha
perbankan seperti usaha simpanan giro, deposito dan tabanas.
 Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang diperoleh dari pinjaman
dana yang berupa Kredit Likuiditas dan Call Money (dana yang sewaktu-
waktu dapat ditarik oleh bank yang meminjam) dan memenuhi persyaratan.
Mungkin Anda pernah mendengar beberapa bank dilikuidasi atau dibekukan
usahanya, salah satu penyebabnya adalah karena banyak kredit yang
bermasalah atau macet.
2. Penyalur dana-dana yang terkumpul oleh bank disalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga, penyertaan, pemilikan harta
tetap.
3. Pelayan Jasa Bank dalam mengemban tugas sebagai “pelayan lalu-lintas pembayaran
uang” melakukan berbagai aktivitas kegiatan antara lain pengiriman uang, inkaso, cek
wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya.

Adapun secara spesifik bank bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of
develovment dan agen of services.

1. Penyalur/pemberi Kredit Bank dalam kegiatannya tidak hanya menyimpan dana yang
diperoleh, akan tetapi untuk pemanfaatannya bank menyalurkan kembali dalam
bentuk kredit kepada masyarakat yang memerlukan dana segar untuk usaha. Tentunya
dalam pelaksanaan fungsi ini diharapkan bank akan mendapatkan sumber pendapatan

29
berupa bagi hasil atau dalam bentuk pengenaan bunga kredit. Pemberian kredit akan
menimbulkan resiko, oleh sebab itu pemberiannya harus benar-benar teliti.

 Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Negara

Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank
Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem
keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam
menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan
banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas
keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar yang
mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur
transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan
maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya,
ketidakstabilan moneter secara fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem
keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar
belakang mengapa stabilitas sistem keuangan juga masih merupakan tugas dan
tanggung jawab Bank Indonesia.

Pertanyaannya, bagaimana peranan Bank Indonesia dalam memelihara stabilitas


sistem keuangan? Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama
dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup
kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:

 Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter


antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank
Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat

30
dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki
dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter
melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat
mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk
menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu
kebijakan yang disebut inflation targeting framework.
 Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja
lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja
lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan
regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki
pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di
sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu
perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem
pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain
itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat
kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti
yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin pasar,
memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya
penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi
perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap
sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara
berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan
Indonesiadan rencana implementasi Basel II.
 Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada
salah satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko
potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran.
Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular
(contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik.
Bank Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk

31
mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin
meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem pembayaran
yang bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time
Gross Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan
sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank
Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko
potensial dalam sistem pembayaran.
 Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia
dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas
keuangan. Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat
memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan
(potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui
riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan
indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan.
Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi
bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
meredam gangguan dalam sektor keuangan.
 Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim
keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last
resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia
sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya
ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan
likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan
kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu
terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR
dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas temporer
namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam
menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari
terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan
persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.

32
2.1. D. Sejarah kebijakan mata uang di Indonesia

 Kebijakan Nilai Tukar Pada Periode Ekonomi Terpimpin (1959-1966)


Periode ekonomi pada masa ini sering dinamakan sebagai periode ekonomi
terpimpin, ketika semua unsur bangsa berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan
revolusi. Pada masa ini, perekonomian Indonesia menghadapi masalah yang lebih
berat dibandingkan dengan periode perjuangan kemerdekaan sebagai akibat dari
kebijakan pemerintah lebih mengutamakan kepentingan politik dibandingkan dengan
kepentingan ekonomi. Perekonomian pada periode ini ditandai dengan
pertumbuhan ekonomi yang rendah, inflasi yang membumbung tinggi (635% pada
tahun 1966), dan investasi merosot tajam. Sementara itu, kebijakan devisa yang ketat
menghambat perdagangan dan lalu lintas modal internasional, serta menciptakan
pasar gelap dan kegiatan spekulasi valuta asing.Perkembangan Sistem dan Kebijakan
Nilai Tukar di Indonesia II.

Sejalan dengan perkembangan ekonomi yang memburuk dan inflasi yang tinggi
tersebut, nilai tukar rupiah riil merosot terus sebagaimana terjadi periode
kemerdekaan. Perkembangan tersebut mengakibatkan nilai rupiah yang ditetapkan
dengan sistem nilai tukar tetap menjadi over-valued. Untuk mengatasi semua
permasalahan tersebut, dari sisi kebijakan moneter, pemerintah melakukan sanering
uang pada 25 Agustus 1959 dengan menurunkan nilai uang pecahan Rp500
dan Rp1000 menjadi Rp50 dan Rp100. Selain itu, dari sisi kebijakan nilai tukar,
pemerintah kembali melakukan devaluasi nilai tukar rupiah sebesar 74,7% dari
Rp.11,40 per USD menjadi Rp.45 per USD. Selanjutnya, pada 13 Desember 1965,
pemerintah menerbitkan uang rupiah baru dengan nilai diperkecil, yaitu Rp1000 uang
lama sama dengan Rp1 uang baru. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi dampak
kenaikan harga dari defisit pengeluaran pemerintah.Perkembangan Sistem dan
Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia.

33
 Kebijakan Nilai Tukar pada Periode Stabilisasi, Rehabilitasi dan
Pembangunan Ekonomi (1966 – 1983)
Kondisi perekonomian pada periode ini diwarnai dengan inflasi yang sangat tinggi.
Sejalan dengan kondisi ekonomi tersebut, kebijakan ekonomi kabinet Amanat
Penderitaan Rakyat (Ampera) diarahkan pada program stabilisasi dan rehabilitasi,
ekonomi. Program tersebut berhasil menekan laju inflasi dari 635% pada tahun 1965
menjadi 85,10% pada tahun 1968, dan sebesar 9,90% pada tahun 1969. Sementara
itu, dalam rangka meningkatkan ekspor pada tahun 1967 pemerintah
mengganti sistem bukti ekspor dengan multiple exchange rate system menjadi
sistem bonus ekspor dengan sistem nilai tukar mengambang. Dalam sistem
bonus ekspor tersebut devisa hasil ekspor dapat diperdagangkan di pasar
bebas.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR-KURS
Sejalan dengan pencapaian stabilitas moneter tersebut, mulai tahun 1969 pemerintah
membuat rencana pembangunan dalam lima tahun (Repelita). Dalam Repelita,
disusun program-program pembangunan
termasuk di dalamnya kebijakan nilai tukar sebagai bagian dari kebijakan moneter.
Dari sisi kebijakan nilai tukar dan devisa, pada Agustus 1971 pemerintah
memberlakukan sistem devisa bebas dan mendevaluasi nilai tukar Rupiah sebesar
9,8% dari Rp378 per USD menjadi Rp415 per USD.
Devaluasi tersebut dilakukan untuk memperbaiki neraca pembayaran melalui
perbaikan ekspor.PENGERTIAN NILAI TUKAR (KURS)
Laju inflasi Indonesia yang cenderung lebih besar dibandingkan negara-negara mitra
dagang utama pada tahun 1970-an mengakibatkan nilai tukar rupiah over-valued.
Nilai tukar yang cenderung over-valued dapat mengganggu ekspor karena harga-
harga barang ekspor lebih mahal dibandingkan negara pesaing. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 33,6%
dari Rp 415 per USD menjadi Rp625 per USD pada 15 November 1978 (Knop
15).SEJARAH SISTEM MONETER INTERNASIONAL II

34
Sejalan dengan kebijakan devaluasi tersebut, sistem nilai tukar yang digunakan juga
diubah menjadi system nilai tukar mengambang terkendali. Dalam sistem ini, nilai
tukar rupiah diambangkan dengan sekeranjangmata uang mitra dagang utama. Secara
harian ditetapkan kurs indikasi dan dibiarkan bergerak pada kisaran kurs tertentu.
Pemerintah akan melakukan intervensi apabila nilai tukar bergerak melebihi batas
atas atau batas bawah yang ditetapkan. Kebijakan Knop 15 tersebut berhasil
meningkatkan perolehan devisa hasil ekspor.
 Kebijakan Nilai Tukar Periode Deregulasi Ekonomi (1983-1996)
Sebagaimana periode sebelumnya, perekonomian Indonesia pada periode deregulasi
ekonomi menghadapi masa pasang surut. Pada awal periode ini (tahun 1982/83),
perekonomian Indonesia menghadapi tekanan berat terutama disebabkan oleh
menurunnya harga minyak di pasar dunia dan
berlanjutnya resesi ekonomi dunia. Pada masa tersebut, perekonomian diwarnai
dengan pertumbuhan ekonomi menurun tajam dan defisit neraca pembayaran yang
semakin membesar. Selain itu, tingginya laju inflasi dibandingkan dengan beberapa
negara pesaing dan mitra dagang utama Indonesia mengakibatkan nilai tukar rupiah
over-valued dan menurunkan daya saing barang ekspor Indonesia di luar negeri.
Dalam rangka meningkatkan daya saing barang-barang ekspor, kebijakan nilai
tukar yang
dilakukan adalah mendevaluasi kembali nilai tukar Rupiah pada 30 Maret1983
sebesar 38,1% dari Rp. 702,50 menjadi Rp 970 per USD.SEJARAH SISTEM
STANDAR MONETER INTERNASIONAL I

Selanjutnya, pada September 1986 Pemerintah kembali mendevaluasi nilai tukar


rupiah sebesar 45% dari sebesar Rp1.134 per USD menjadi sebesar Rp1.644
USD. Deregulasi sektor moneter, keuangan, dan perbankan tahun 1988 (Pakto 1988)
telah berhasil meningkatkan arus modal masuk asing ke
Indonesia. Arus modal masuk tersebut tidak terbatas pada arus modal jangka panjang,
tetapi juga arus modal jangka pendek. Arus balik modal jangka pendek dapat
berbahaya bagi perekonomian nasional jika Pemerintah tidak mempunyai cadangan

35
devisa yang cukup untuk mempertahankan sistem nilai tukar mengambang terkendali.
Untuk menghindarkan dampak negatif dari arus modal jangka pendek tersebut, sejak
tahun 1992 dilakukan penyesuaian kebijakan nilai tukar dengan cara memperlebar
pita intervensi. Kebijakan ini dilakukan untuk mencegah dana jangka pendek
dipergunakan untuk spekulasi di pasar valuta asingdalam negeri. Kebijakan pelebaran
pita intervensi dilakukan denganpelebaran pita intervensi nilai tukar rupiah sebesar
Rp 6 pada tahun 1992.
Pelebaran band intervensi dilakukan masing-masing sebanyak dua kali pada tahun
1994, 1995 dan 1996, dengan pelebaran band pada bulan September 1996 dari
sebesar R118 (5%) menjadi Rp192 (8%). Pelebaran tersebut juga dimaksudkan untuk
mendorong perkembangan pasar valuta asing dan mengurangi ketergantungan
permintaan valas terhadap Bank Indonesia.
Bersamaan dengan kebijakan tersebut, sistem nilai tukar mengambang terkendali
disempurnakan pada 29 Desember 1995 dengan menerapkan penggunaan batas kurs
intervensi di samping kurs konversi. Penetapan batas kurs intervensi dimaksudkan
sebagai batas bagi bank untuk membeli atau menjual USD dari Bank Indonesia. Jika
kurs rupiah lebih tinggi dari batas atas intervensi, bank dapat membeli USD dari
Bank Indonesia. Sebaliknya, dapat menjual USD kepada Bank Indonesia apabila kurs
rupiah lebih rendah dari batas bawah intervensi.MENANGKAP TREND JANGKA
PENDEK
 Kebijakan Nilai Tukar pada Periode Saat dan Setelah Krisis Ekonomi dan
Moneter (1997 – 2003)
Krisis nilai tukar yang dialami oleh Bath Thailand pada pertengahan tahun 1997 telah
menyebar dengan cepat ke negara-negara Asia, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina,
dan Korea. Untuk mencegah terjadinya penularan dari krisis nilai tukar negara
tetangga tersebut, Bank Indonesia melakukan kebijakan-kebijakan untuk mengurangi
terjadinya serangan terhadap nilai tukar rupiah. Kebijakan yang dilakukan Bank
Indonesia tersebut meliputi kebijakan pelebaran rentang intervensi (spread)
dan intervensi pasar valuta asing. Sebagai langkah pertama, pada 11 Juli 1997, Bank
Indonesia memperlebar rentang intervensi nilai tukar dari 8% menjadi 12% dengan

36
batas bawah Rp 2.374 dan batas atas Rp 2.678.Mengenal Lebih Dekat Tiga Jenis
Drawdown. Kebijakan ini ditempuh untuk memberi keleluasaan pada pelaku
pasar dalam menentukan kurs rupiah dan mengurangi intervensi Bank Indonesia di
pasar valas. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan kebijakanmoneter yang ketat
dan intervensi di pasar valuta asing untuk meredam melemahnya nilai tukar rupiah.
Untuk mengurangi permintaan terhadap valuta asing maka transaksi forward jual
rupiah antara bank dengan nonresident dibatasi menjadi hanya USD lima juta per
nasabahBerbagai kebijakan nilai tukar tersebut ternyata tidak mampu
meredam depresiasi lebih lanjut terhadap nilai tukar rupiah. Intervensi pasar
valuta asing Bank Indonesia hanya memberikan dampak yang sangat marginal,
sementara cadangan devisa mulai menurun akibat kebijakan ini.

Dalam rangka mencegah terkuras habisnya cadangan devisa, maka Pemerintah pada
tanggal 14 Agustus 1997 mengambil kebijakan untuk mengambangkan rupiah dengan
menganut sistem nilai tukar mengambang bebas. Kebijakan ini sama seperti yang
dilakukan negara-negara tetangga, seperti Thailand mengambangkan nilai tukar bath
sesuai mekanisme pasar pada tanggal 2 Juli 1997 dan Philipina mengambangkan peso
pada tanggal 11 Juli 1997. Penerapan sistem nilai tukar mengambang ini
mengakibatkan nilai tukar rupiah melemah lebih lanjut. Bahkan hanya dalam jangka
waktu4 bulan setelah ditetapkan sistem nilai tukar mengambang, rupiah
melemah hingga sebesar 53,2% dari sebesar Rp3.035 per satu dolar Amerika
(USD) pada akhir Agustus 1997 menjadi sebesar Rp4.650 pada akhir
Desember 1997, dan bahkan pada akhir Januari 1998 nilai tukar anjlok menjadi
Rp10.375.Melemahnya nilai tukar rupiah tersebut terutama disebabkan tingginya arus
modal keluar dan peningkatan kegiatan spekulasi terhadap rupiah. Kondisi tersebut
diperparah lagi dengan beberapa permasalahan di dalam negeri, seperti kerusuhan
sosial dan ketidakstabilan politik. Kuatnya pengaruh ketidakstabilitan sosial dan
politik terhadap perkembangan nilai tukar tercermin dari pergerakan nilai tukar
sejalan dengan perkembangan ekonomi, sosial, dan politik di dalam negeri. Sebagai
gambaran pada saat terjadinya kerusuhan sosial pada Mei 1998, nilai tukar rupiah

37
melemah hingga mencapai sebesar Rp10.525 per satu USD dibandingkan
dengan kurs bulan sebelumnya yang hanya sebesar Rp7.970 per satu USD.

Krisis nilai tukar dengan disertai gejolak sosial di dalam negeri tersebut telah
mengakibatkan meroketnya laju inflasi dan kontraksi ekonomi yang sangat dalam
pada tahun 1998 . Namun, sejalan dengan perkembangan ekonomi yang semakin
membaik, stabilitas moneter dapatterjaga, serta tidak terdapat gejolak sosial yang
berarti, perkembangan nilai tukar rupiah pada tahun 2003 cenderung stabil dan
menguat.

2.1. E. Sejarah perkembangan uang

 Sejarah perkembangan uang rupiah di Indonesia dari masa ke masa – Rupiah


adalah nama mata uang negara kita tercinta ini, Indonesia. Meskipun banyak
yang mengaitkannya dengan rupee India, namun menurut Adi Pratomo, salah
seorang sejarawan Indonesia mengatakan rupiah berasal dari bahasa
Mongolia. Dalam bahasa tersebut kata aslinya rupia (tanpa huruf h) yang
mana artinya perak. Namun karena pelafalan orang Indonesia, khususnya
Jawa, maka terbentuklah kata rupiah.
 Meskipun resmi digunakan di Indonesia, namun berdasarkan sejarah bukan
berarti Indonesia merdeka 17 Agustus 1945 langsung menggunakan rupiah.
Barulah beberapa tahun setelah proklamasi nama rupiah mulai diresmikan.
Pasti pembaca jadi penasaran nih kira-kira mata uang apa yang digunakan
pada awal-awal Indonesia merdeka. Bahkan jauh dari itu mata uang apakah
yang dipakai sewaktu wilayah nusantara ini masih zaman kerajaan.
 Perkembangan mata uang Indonesia pada zaman kerajaan dan masa penjajahan
Belanda & Jepang
Seperti kita ketahui sebelum negara Indonesia lahir, dulunya di tempat ini ada banyak
bermacam-macam kerajaan. Misalnya kerajaan Mataram Lama, Sriwijaya, Majapahit,
dan sebagainya. Pada masa ini jangankan jual beli, uang pun sudah mulai ramai

38
digunakan. Jadi transaksinya bukan barter ataupun dengan uang-barang. Uang yang
beredar zaman kerajaan seperti ini umumnya berupa logam, bukan kertas. Bahkan
bahan pembuatnya masih berupa emas dan atau perak. Tidak seperti sekarang ini
yang memakai kuningan, nikel, ataupun aluminium.

 Uang logam kuno zaman kerajaan


Setelah penjajah Belanda datang, barulah pemerintah Hindia Belanda (sebutan
wilayah Indonesia sebelum merdeka) mendirikan De Javasche Bank tahun 1828. De
Javasche Bank ini merupakan cikal bakal Bank Indonesia sekarang. Dan dari De
Javasche Bank inilah terbit mata uang Sen dan Gulden. Kedua uang ini diciptakan
khusus untuk dipergunakan di Hindia Belanda saja. Jika anda penasaran bagaimana
penampakannya, silakan lihat gambarnya di bawah ini.

Pada tahun 1942, tentara Jepang mengambil alih kependudukan Belanda atas Hindia-
Belanda. Pada masa ini salah satu kebijakan yang dilakukan adalah menarik semua
uang terbitan Belanda dan kemudian menyusun bank Nanpo Kaihatsu Ginko. Melalui
bank ini Jepang mencetak mata uang sendiri. Uang yang dicetaknya masih
menggunakan bahasa Belanda. Namanya “Gulden Hindia Belanda”. Silakan lihat
gambar di bawah ini agar bisa membedakan keduanya. Salah satu perbedaan yang
paling menonjol adalah kalau tebitan Belanda tertulis De Javasche Bank, sedang
terbitan Jepang bertuliskan De Japansche Regeering.

 Sejarah dan kelebihan mata uang Jepang Yen


Menjelang berakhirnya pendudukan di Indonesia, Jepang mencetak uang baru lagi.
Mungkin hal ini dilakukan upaya menyenangkan hati rakyat Indonesia. Pasalnya
uang yang tercetak kali ini berbahasa Indonesia dan diberi nama “Rupiah Hindia
Belanda”. Nah setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus
1945, mungkin karena situasi politik dan ekonomi yang masih kacau, ketiga uang ini
baik gulden terbitan Belanda, gulden cetakan Jepang, dan Rupiah Hindia Belanda,
semuanya masih tetap digunakan oleh masyarakat.

39
Kondisi semakin parah setelah tentara Sekutu mendarat di Indonesia dan berusaha
menduduki Indonesia kembali. Tentara sekutu ini juga dikenal sebagai Netherlands
Indies Civil Administration (NICA). Setelah di sini salah satu yang dilakukannya
adalah menarik semua Gulden yang dulu pernah dicetak sebelum masa pendudukan
Jepang. Lalu kemudian mulai menerbitkan uangnya sendiri di Indonesia Timur yang
banyak disebut sebagai “Gulden NICA” atau uang NICA. .

Kalau diperhatikan lebih lanjut gambar uang NICA di atas, kita akan tau bahwa
bahasa yang digunakan adalah bahasa Belanda. Bahkan gambarnya pun berupa Ratu
Wilhelmina, Kepala Negara Belanda saat itu. Begitu juga lambang kerajaannya.
Karena hal-hal tersebut maka pejuang kemerdekaan Indonesia dengan tegas menolak
uang itu. Dan saat uang NICA mulai masuk ke wilayah pulau Jawa, Bung Karno
segera mendeklarasikan bahwa uang NICA itu ilegal. Sebagai alternatifnya, uang
Rupiah Hindia Belanda cetakan Jepanglah yang dijadikan pilihan untuk digunakan
alat pembayaran pada saat itu, khususnya di wilayah Jawa dan Sumatra.

 Sejarah Oeang Republik Indonesia (ORI)


Akibat Uang NICA tersebut, pemerintah Indonesia yang baru lahir berkat proklamasi
tanggal 17 Agustus 1945 mulai mengambil langkah-langkah untuk menerbitkan uang
sendiri. Masalahnya, sumber daya yang dibutuhkan untuk mencetak uang tidaklah
kecil. Selain itu, tentara Sekutu berusaha menyerang pabrik percetakannya guna
mencegah penerbitan uang tersebut.

Setelah melampaui perjuangan berat, pemerintah Indonesia akhirnya berhasil merilis


uang pertamanya pada 3 Oktober 1946, dikenal juga sebagai “Oeang Republik
Indonesia”, atau ORI. Saat itu dideklarasikan bahwa semua uang terbitan Jepang
harus ditukar dengan ORI hingga tanggal 30 Oktober di tahun yang sama. Standar
nilai tukarnya ditetapkan dengan patokan 50 Rupiah Hindia Belanda = 1 ORI.
Pemerintah juga menyatakan bahwa satu ORI memiliki nilai setara dengan 0.5 gram

40
Emas. Rupiah Hindia Belanda yang masih beredar setelah bulan Oktober dinyatakan
tidak berlaku lagi.

Namun selang beberapa waktu ORI mengalami masalah. Karena pemerintah


mencetaknya dalam jumlah banyak dengan maksud untuk mengisi kas negara, namun
berefek juga pada inflasi yang membumbung tinggi. Hal tersebut sesuai hukum
ekonomi.

Sejarah perkembangan uang rupiah setelah kelahiran Bank Indonesia


Setelah terbentuk NKRI, dalam hal sistem keuangan pemerintah berupaya untuk
menghapuskan hal-hal yang berbau Belanda. Salah satu yang dilakukannya adalah
menggantikan mata uang terbitan Belanda berdenominasi rendah dengan koin Rupiah
pecahan 1, 5, 10, 25, dan 50 sen, serta penerbitan uang kertas 1 dan 2 1/2 Rupiah.

Selain itu pemerintah juga menasionalkan De Javasche Bank dan merubah namanya
menjadi Bank Indonesia. Di tahun 1952-1953, Bank Indonesia mulai merilis uang
kertas baru, mulai dari 1 Rupiah hingga 100 Rupiah. Ini menandai periode baru dalam
sejarah Rupiah, dimana penerbitan dan peredaran uang kertas Rupiah kini menjadi
tugas Bank Indonesia, sedangkan uang koin masih ditangani oleh Pemerintah secara
terpisah. Barulah pada masa Orde Baru, Bank Indonesia diberi wewenang untuk
mencetak dan menerbitkan uang, baik dalam bentuk koin ataupun kertas, serta
mengatur peredarannya.

2.1. F. Sejarah uang Indonesia

 Sejarah Mata Uang Indonesia Masa Sebelum Penjajahan


Indonesia setelah melewati zaman primitif beralih ke zaman kerajaan yang
merupakan babak baru peradaban masyarakat Indonesia saa itu. Berikut Sejarah mata
uang Indonesia sebelum penjajahan.

41
1.Uang Kerajaan Mataram Tahun 850 M

Ternyata kemunculan uang di Indonesia sudah ada semenjak kerajaan mataram kuno
berdiri tepatnya saat diperintah raja Syailendra. Uangnya adalah dalam bentuk logam
yang terbuat dari emas dan perak. Kadar beratnya berbeda-beda, dan diberi nama
untuk masing-masing beratnya.

1. Ma atau masa memiliki berat 2,4 gram


2. Atak memiliki berat 1.20 gram
3. Kupang memiliki berat 0.60 gram.
Bentuk uangnya tergolong unik karena untuk bagian depannya koin emas ada tulisan
“Ta” yang merupakan huruf Devanagri, dan di bagian belakang koin ada motif
“Sesame Seed”. Polanya kalau digambarkan adalah adanya lekukan ke dalam dan ada
bulatan untuk kedua bagiannya.

diameter koin perak berkisar 9-10mm dan terdapat huruf devanagri yaitu “Ma” dan
bagian belakang ada motif bunga cendana

42
2.Uang Kerajaan Jenggala Tahun 1042

Kerajaan jenggala adalah kerajaan yang berada di pulau Jawa khususnya di bagian
timur. Kerajaan Jenggala sudah memproduksi uang berupa logam perak dan emas
untuk alat pembayarannya selama tahun 1042-1130.

Namun sayangnya karena pengaruh dari china khususnya di bidang perekonomian,


kerajaan jenggala lebih condong untuk menggunakan mata uang dari China yaitu
uang Kepeng daripada mata uangnya sendiri.

3.Uang Kerajaan Majapahit Tahun 1293

43
Inilah kerajaan yang luasnya melebihi luas nusantara. Berdiri di tahun 1293,
perekonomian Kerajaan Majapahit terbilang maju pada saat itu.

Karena saking luas wilayahnya kerajaan Majapahit memberlakukan 2 mata uang


untuk kerajaannya, yaitu mata uang “MA” yang juga merupakan mata uang milik
kerajaan mataram dan Mata uang Tahil.

Mata uang Tahil adalah mata uang asli kerajaan. Uang Kerajaan ini memiliki cap
berlogo Teratai atau jambangan di permukaannya. Salah satu hal yang unik dari mata
uang Tahil adalah bentuk koinnya yang beraneka ragam bahkan ada yang lumayan
konyol ,contohnya seperti Bentuk segiempat, segitiga, trapesium, setengah atau
seperempat lingkaran dan lainnya.

Ada lagi uang Majapahit yang unik dan terkenal, namanya Gobok Wayang yang
merupakan hasil dari pengaruh China. Berbentuk keping dan ada lubang di
tengahnya.

4.Uang Kerajaan Samudera Pasai Tahun 1297

Berakhirnya kekuasaan kerajaan Hindu Budha di Indonesia membuka babak baru


berdirinya kerajaan islam pertama di Indonesia, yaitu kerajaan Samudera Pasai.
Berdiri di ujung pulau Sumatera, kerajaan Samudera Pasai membawa syariat islam
untuk kerajaannya khususnya di bidang ekonomi.

44
Mata uang yang di bawa adalah asli dari Arab, yaitu Dirham. Dirham sendiri
kandungannya terdiri dari 70% emas dengan kadar karat 22. Karena semakin sulitnya
untuk mencari bahan emas, akhirnya seiring berjalannya waktu kandungan emas
dalam Dirham mulai dikurangi.

Di tahun 1297 Masehi sampai 1326 motif mata uang Dinar kebanyakan adalah tulisan
arab berlafadzkan Malik Al Zahir dan di sisi sebelah berlafadzkan Sultan al Adul
yang memang keduanya merupakan raja saat itu.

Saat itu ketika dibandingkan dengan mata uang kerajaan lain 16 Dirham setara
dengan 1 Real Spanyol dan 5 Dirham setara dengan 1 Silling Inggris.

5.Uang Kerajaan Buton

Ketika kerajaan lain masing menggunakan koin untuk proses transaksi jual belinya,
hadir kerajaan Buton dengan konsep mata uang yang berbeda. Kerajaan Buton
menggunakan mata uang Kampua yang merupakan uang dengan bahan kain tenun.

Kampua sendiri di buat oleh putri-putri istana kerajaan dan dibuat dengan sehelai
tenunan persegi panjang. Kapua saat itu setiap waktunya diganti corak dan desainnya
karena rentan akan pemalsuan.

45
6. Uang Kesultanan Banten Tahun 1550-1596 Masehi

Hadir lagi kerajaan islam tepatnya di Banten, yang merupakan wilayah paling barat
dari pulau jawa. Untuk Proses kegiatan ekonominya, kerajaan Banten menghadirkan
mata uang kerajaan bernama Kasha.

Jenis koinnya sendiri terdiri dari 3 bahan yaitu dari emas, tembaga dan timah.
Motifnya desainnya lebih dipengaruhi China dan untuk ukirannya dipengaruhi arab

7.Uang Kerajaan Gowa

Kerajaan islam selanjutnya yang memiliki mata uang adalah kerajaan Gowa. Kerajan
Gowa pernah dipimpin oleh salah satu pahlawan dengan julukan Ayam Jantan dari
timur yaitu Sultan Hasanuddin, dan merupakan kerajaan yang berdiri di abad 16.

Memiliki mata uang bernama Jinigari. Jinigara merupakan mata uang yang bahannya
terdiri dari campuran timah dan tembaga.

46
8.Uang Kesultanan Sumenep

Kerajaan Sumenep yang berdiri tahun 1781 tepat di daerah Sumenep, jawa timur.
Kerajaan ini hadir terkait datangnya pihak asing ke Indonesia untuk mencari rempah.

Karena seringnya melakukan transaksi dengan pihak luar khususnya dengan negara
Eropa, kesultanan Sumenep memilih mengggunakan mata uang negara Eropa.
Contohnya saja ketika berdagang dengan dengan Spanyol maka sumenep memakai
uang Spanyol. Selain Spanyol, Sumenep juga memakai uang gulden jika bertransaksi
dengan Belanda dan uang thaler jika bertransaksi dengan Austria.

Supaya bisa memiliki mata uang sendiri, kerajaan Sumenep mengedarkan mata uang
dari uang asing kemudian diberi cap bertulisan Arab di setiap mata uang asing
tersebut.

 Sejarah Mata Uang Indonesia Masa Penjajahan

47
Semenjak pihak asing mulai berdatangan ke Indonesia, maka lambat laun mereka
juga ingin menguasai Indonesia. Awalnya hanya sekedar mencari rempah-rempah,
namun karena berlimpahnya kekayaan sumber daya alam Indonesia, maka mereka
menjajah Indonesia. Dalam masa penjajahan yang berlangsung beberapa pihak asing
memberlakukan mata uang negaranya di Indonesia. Berikut sejarah mata uang
Indonesia masa penjajahan :

 Uang Belanda

Belanda pertama kali masuk Indonesia di tahun 1595 diwakili oleh dua orang
bersaudara Cornelis dan Frederick de Houtman dengan tujuan membeli rempah-
rempah. Mereka mendarat di pelabuhan Banten dan menggunakan koin perak untuk
bertransaksi, baik Real Batu ataupun Real Bundar.

Karena melihat potensi bisnis yang luar biasa di Indonesia akhirnya di tahun 1602 di
bulan Maret mereka mendirikan perusahaan sendiri di Indonesia dengan nama VOC
(Vereenigde Oost-Indische Compagnie).

VOC tidak hanya menjalankan bisnisnya saja, tetapi juga mencetak uang sendiri agar
bisa lebih berkuasa dalam perdagangan di Indonesia.

48
VOC mengedarkan uang berbentuk Koin serta dalam bentuk kertas namun dibatasi
pembuatannya. Mata uang kertasnya bernama Rjksdaalder dan ada tulisan teks
singkat menggunakan bahasa Belanda dan Arab.

Selang beberapa tahun kemudian tepatnya di tahun 1748 Masehi VOC membuat surat
berharga dengan nominal 1-10000 Rijksdaalder. Terakhir Pada tahun 1783 Masehi
VOC mencetak uang kertas baru dengan 100% jaminan perak.

Sayangnya bisnis VOC tidak bertahan lama karena di tahun 1799 Masehi dinyatakan
bangkrut. Akhirnya pemerintahan Belanda sendiri mengambil alih kekuasaan dan aset
VOC.

Mulailah era penjajahan Belanda terhadap Indonesia.

 Uang Jepang

Setelah Belanda meninggalkan Indonesia datang lagi penjajah lain yaitu Jepang.
Jepang begitu lihai melihat situasi dan kondisi Indonesia akhirnya mereka segera
melenyapkan mata uang belanda dan mulai memberlakukan mata uang mereka
sendiri.

Selama penjajahan 3 setengah tahun, Jepang mengedarkan mata uang kertas dan koin.
Untuk koin hanya terdiri dari pecahan 1, 5 dan 1o sen.

49
Masing-masing koin misalnya nominal 1 dan 5 sen bahannya dari Alumunium dan
untuk 10 sen bahannya dari timah

koin nominal 5 dan 10 Sen terdapat gambar Wayang di bagian depannya sedangkan
untuk koin nominal 1 Sen hanya terdapat kepala wayang. Di bagian belakang koin
tersebut ada tulisan Jepang, JAVA dan nilai Nominal Sen.

Jika koin menggunakan mata uang sen maka uang kertas menggunakan mata uang
invasi. Berikut beberapa emisi mata uang yang dilakukan Jepang

1. Emisi pertama masih memakai bahasa Belanda dan beredar tahun 1942
2. emisi kedua menggunakan tulisan Dai Nippon, namun sayangnya tak sempat beredar.
3. Emisi ketiga menggunakan tulisan Dai nippon Teikoku Seihu dan berhasil beredar
pada tahun 1943.
Setelah mulai berakhirnya penjajahan Jepang terhadap Indonesia karena kalah dalam
perang dunia 2, datang kembali Belanda untuk mengusik kemerdekaan Indonesia.

50
Belanda datang kembali pada tanggal 29 September 1945 di tanjung Priok. Untuk
menguasai kembali Indonesia, Belanda mengedarkan mata uangnya yang bernama
Nica (Netherlands Indies Civil Administration dan mulai menghentikan peredaran
mata uang Jepang.

Untuk mendapatkan kembali simpati rakyat Indonesia, Belanda


menggunakan Rupiah jepang untuk membayar gaji pegawai pribumi dan
mengedarkan uang tersebut.

Selain mengedarkan Rupiah Jepang, Belanda juga secara perlahan mengedarkan mata
uangnya yang bernama NICA. Dengan peredaran mata uang NICA tersebut, akhirnya
membuat kondisi perekonomian Indonesia semakin parah.

Indonesia sebenarnya sudah merdeka karena presiden Soekarno membacakan


proklamasi sebelum kedatangan Belanda. Pada tanggal 2-3 Oktober 1945 Indonesia
mengeluarkan maklumat yang berisi tentang masih berlakunya mata uang jepang dan
tidak berlakunya lagi NICA.

 Sejarah Mata Uang Indonesia Pasca Penjajahan

Pada saat habis pembacaan proklamasi dan diakuinya Indonesia sebagai negara yang
merdeka, pemerintah berinisiatif untuk membuat mata uang sendiri. Terbukti pada
bulan Oktober 1946, pemerintah berhasil mencetak mata uang ORI (Oeang Repoeblik
Indonesia) dan mengedarkannya pada rakyat.

51
Di tahun itulah berdiri untuk pertama kali bank milik Indonesia yaitu Bank Negara
Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Agar lebih efektif lagi, pada tahun 1947 Pemerintah akhirnya memberlakukan mata
uang daerah masing-masing khususnya Sumatra, Banten, Tapanuli dan Banda Aceh
untuk sementara waktu dengan mengedarkan mata uang ORIDA.

Selanjutnya pemerintah memperkenalkan mata uang bernama Rupiah yang sampai


saat ini masih berlaku. Rupiah sendiri berasal dari kata Rupee yang merupakan mata
uang India.

 Sejarah Mata Uang Indonesia Orde Baru

Hadirnya pemerintahan Soeharto selama 32 tahun berkontribusi besar dalam


perubahan Rupiah. Pemerintah presiden Soeharto pertama kali mencetak uang kertas
seri “Sudirman” pecahan 1, 2½, 5, 10, 25, 50, 100, 500, 1.000, 5.000, dan 10.000
rupiah.

52
Diedarkan pada tanggal 8 Januari 1968 dan ditandatangi oleh Gubernur BI Radius
Prawiro dan Direktur BI Soeksmono B Martokoesoemo, beremisi tahun 1968.

Berikut beberapa kebijakan pemerintah Soeharto terhadap Rupiah:

1. 23 Agustus 1971, Pemerintah mendevaluasi rupiah sebesar 10%, satu Dolar setara
415 Rupiah
2. tahun 1975, BI mengeluarkan uang kertas pecahan 1.000 rupiah bergambar Pangeran
Diponegoro, 5.000 rupiah bergambar Nelayan, dan pecahan 10.000 rupiah bergambar
relief Candi Borobudur. ditandatangai oleh Gubernur BI Rachmat Saleh dan Direktur
BI Soeksmono B Martokoesoemo.
3. tahun 1992 menerbitkan seri uang baru beremisi tahun 1992. Terdiri dari pecahan 100
rupiah bergambar perahu Phinisi, pecahan 500 rupiah bergambar Orang Utan, 1.000
rupiah bergambar Danau Toba, pecahan 5.000 rupiah bergambar alat musik Sasando
dan tenunan Rote, pecahan 10.000 rupiah bergambar Sri Sultan Hamengku Buwono
IX, dan pecahan 20.000 rupiah bergambar Cendrawasih merah.
4. Tahun 1993 mengeluarkan pecahan 50.000 rupiah bergambar Presiden Suharto.
Sayangnya ada krisis moneter Pada akhir tahun 1997 disertai melonjaknya nilai mata
uang dolar terhadap rupiah. Mengakibatkan runtuhnya era Soeharto.

53
 Sejarah Mata Uang Indonesia Orde Reformasi

Orde Reformasi inilah banyak uang yang kita kenal sampai saat ini. pecahan 100.000
rupiah beremisi tahun 1999 bergambar Soekarno, Muh. Hatta dan teks proklamasi
diedarkan.

Pecahan tersebut dicetak di Australia dan Thailand merupakan uang plastik (Polymer)
Berikut beberapa mata uang emisi sejak orde reformasi

Inilah uang yang kita kenal sampai sekarang. Untuk pecahan 1000 terdapat gambar
kapten patimura, untuk pecahan 5000 ada gambar orang menenun,pecahan 10000 ada
gambar Cut Nyak Dien, pecahan 50000 terdapat gambar Ngurah Rai dan terakhir
pecahan 100 ribu tetap gambar bung Karno dan Bung Hatta namun tidak ada plastik
lingkaran lagi.

54
Inilah penampakan uang terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah presiden Jokowi.
Sayangnya kita tidak bisa memegangnya untuk beberapa waktu karena memang

dikeluarkan secara perlahan-perlahan supaya tidak ada devaluasi karena


bertambahnya jumlah uang yang beredar. Mungkin untuk tahun ke depan sudah bisa
kita pegang

Demikian sejarah mata uang Indonesia yang mengalami perubahan beberapa kali.
Kita sebagai warga negara wajib untuk menjaga uang tersebut dengan cara
menggunakannya yang baik saja. Semoga bermanfaat.

2.2. A. Uang
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat
diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima
oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu
ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum
diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta
kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran hutang. Beberapa ahli juga
menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran. Secara kesimpulan, uang
adalah suatu benda yang diterima secara umum oleh masyarakat untuk mengukur nilai,

55
menukar, dan melakukan pembayaran atas pembelian barang dan jasa, dan pada waktu
yang bersamaan bertindak sebagai alat penimbun kekayaan.

Keberadaan uang menyediakan alternatif transaksi yang lebih mudah


daripada barter yang lebih kompleks, tidak efisien, dan kurang cocok digunakan
dalam sistem ekonomi modern karena membutuhkan orang yang memiliki keinginan
yang sama untuk melakukan pertukaran dan juga kesulitan dalam penentuan nilai.
Efisiensi yang didapatkan dengan menggunakan uang pada akhirnya akan mendorong
perdagangan dan pembagian tenaga kerja yang kemudian akan meningkatkan
produktifitas dan kemakmuran. Pada awalnya di Indonesia, uang —dalam hal
ini uang kartal— diterbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia. Namun sejak
dikeluarkannya UU No. 13 tahun 1968 pasal 26 ayat 1, hak pemerintah untuk
mencetak uang dicabut. Pemerintah kemudian menetapkan Bank Sentral, Bank
Indonesia, sebagai satu-satunya lembaga yang berhak menciptakan uang kartal. Hak
untuk menciptakan uang itu disebut dengan hak oktroi.

 Sejarah

Uang yang kita kenal sekarang ini telah mengalami proses perkembangan yang
panjang. Pada mulanya, masyarakat belum mengenal pertukaran karena setiap orang
berusaha memenuhi kebutuhannnya dengan usaha sendiri. Manusia berburu jika ia
lapar, membuat pakaian sendiri dari bahan-bahan yang sederhana, mencari buah-
buahan untuk konsumsi sendiri; singkatnya, apa yang diperolehnya itulah yang
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya. Perkembangan selanjutnya
mengahadapkan manusia pada kenyataan bahwa apa yang diproduksi sendiri ternyata
tidak cukup untuk memenuhui seluruh kebutuhannya. Untuk memperoleh barang-
barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri, mereka mencari orang yang mau
menukarkan barang yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan olehnya.
Akibatnya muncullah sistem'barter'yaitu barang yang ditukar dengan barang. Namun
pada akhirnya, banyak kesulitan-kesulitan yang dirasakan dengan sistem ini. Di
antaranya adalah kesulitan untuk menemukan orang yang mempunyai barang yang
diinginkan dan juga mau menukarkan barang yang dimilikinya serta kesulitan untuk

56
memperoleh barang yang dapat dipertukarkan satu sama lainnya dengan nilai
pertukaran yang seimbang atau hampir sama nilainya. Untuk mengatasinya, mulailah
timbul pikiran-pikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu untuk digunakan
sebagai alat tukar. Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat pertukaran itu adalah
benda-benda yang diterima oleh umum (generally accepted) benda-benda yang dipilih
bernilai tinggi (sukar diperoleh atau memiliki nilai magis dan mistik), atau benda-
benda yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari; misalnya garam yang oleh
orang Romawi digunakan sebagai alat tukar maupun sebagai alat pembayaran upah.
Pengaruh orang Romawi tersebut masih terlihat sampai sekarang: orang Inggris
menyebut upah sebagai salary yang berasal dari bahasa Latin salarium yang berarti
garam.

Barang – barang yang dianggap indah dan bernilai, seperti erang ini, pernah di
jadikan sebagai alat tuker sebelum manusia menemukan uang logam.

Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap ada. Kesulitan-
kesulitan itu antara lain karena benda-benda yang dijadikan alat tukar belum
mempunyai pecahan sehingga penentuan nilai uang, penyimpanan (storage), dan
pengangkutan (transportation) menjadi sulit dilakukan serta timbul pula kesulitan
akibat kurangnya daya tahan benda-benda tersebut sehingga mudah hancur atau tidak
tahan lama. Kemudian muncul apa yang dinamakan dengan uang logam. Logam

57
dipilih sebagai alat tukar karena memiliki nilai yang tinggi sehingga digemari umum,
tahan lama dan tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa mengurangi nilai, dan
mudah dipindah-pindahkan. Logam yang dijadikan alat tukar karena memenuhi
syarat-syarat tersebut adalah emas dan perak. Uang logam emas dan perak juga
disebut sebagai uang penuh (full bodied money). Artinya, nilai intrinsik (nilai bahan)
uang sama dengan nilai nominalnya (nilai yang tercantum pada mata uang tersebut).
Pada saat itu, setiap orang berhak menempa uang, melebur, menjual atau
memakainya, dan mempunyai hak tidak terbatas dalam menyimpan uang logam.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, timbul suatu anggapan kesulitan ketika
perkembangan tukar-menukar yang harus dilayani dengan uang logam bertambah
sementara jumlah logam mulia (emas dan perak) sangat terbatas. Penggunaan uang
logam juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar sehingga
diciptakanlah uang kertas Mula-mula uang kertas yang beredar merupakan bukti-
bukti pemilikan emas dan perak sebagai alat/perantara untuk melakukan transaksi.
Dengan kata lain, uang kertas yang beredar pada saat itu merupakan uang yang
dijamin 100% dengan emas atau perak yang disimpan di pandai emas atau perak dan
sewaktu-waktu dapat ditukarkan penuh dengan jaminannya. Pada perkembangan
selanjutnya, masyarakat tidak lagi menggunakan emas (secara langsung) sebagai alat
pertukaran. Sebagai gantinya, mereka menjadikan 'kertas-bukti' tersebut sebagai alat
tukar.

 Fungsi

Secara umum, uang memiliki fungsi sebagai perantara untuk pertukaran barang
dengan barang, juga untuk menghindarkan perdagangan dengan cara barter. Secara
lebih rinci, fungsi uang dibedakan menjadi dua yaitu fungsi asli dan fungsi turunan..

58
A. Fungsi asli

Fungsi asli uang ada tiga, yaitu sebagai alat tukar, sebagai satuan hitung, dan sebagai
penyimpan nilai.

 Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat
mempermudah pertukaran. Orang yang akan melakukan pertukaran tidak perlu
menukarkan dengan barang, tetapi cukup menggunakan uang sebagai alat tukar.
Kesulitan-kesulitan pertukaran dengan cara barter dapat diatasi dengan pertukaran
uang.
 Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account) karena uang dapat
digunakan untuk menunjukan nilai berbagai macam barang/jasa yang
diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar
kecilnya pinjaman. Uang juga dipakai untuk menentukan harga barang/jasa (alat
penunjuk harga). Sebagai alat satuan hitung, uang berperan untuk memperlancar
pertukaran.
 Selain itu, uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai (valuta) karena dapat
digunakan untuk mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa mendatang.
Ketika seorang penjual saat ini menerima sejumlah uang sebagai pembayaran atas
barang dan jasa yang dijualnya, maka ia dapat menyimpan uang tersebut untuk
digunakan membeli barang dan jasa pada masa mendatang.

B. Fungsi Turunan

Selain ketiga hal di atas, uang juga memiliki fungsi lain yang disebut sebagai fungsi
turunan. Fungsi turunan itu antara lain:

 Uang sebagai alat pembayaran yang sah

Kebutuhan manusia akan barang dan jasa yang semakin bertambah dan
beragam tidak dapat dipenuhi melalui cara tukar-menukar atau barter. Guna
mempermudah dalam mendapatkan barang dan jasa yang diperlukan, manusia
memerlukan alat pembayaran yang dapat diterima semua orang, yaitu uang.

59
 Uang sebagai alat pembayaran utang

Uang dapat digunakan untuk mengukur pembayaran pada masa yang akan
datang.

 Uang sebagai alat penimbun kekayaan

Sebagian orang biasanya tidak menghabiskan semua uang yang dimilikinya


untuk keperluan konsumsi. Ada sebagian uang yang disisihkan dan ditabung
untuk keperluan pada masa datang.

 Uang sebagai alat pemindah kekayaan

Seseorang yang hendak pindah dari suatu tempat ke tempat lain dapat
memindahkan kekayaannya yang berupa tanah dan bangunan rumah ke dalam
bentuk uang dengan cara menjualnya. Di tempat yang baru dia dapat membeli
rumah yang baru dengan menggunakan uang hasil penjualan rumah yang
lama.

 Uang sebagai alat pendorong kegiatan ekonomi

Apabila nilai uang stabil orang lebih bergairah dalam melakukan investasi.
Dengan adanya kegiatan investasi, kegiatan ekonomi akan semakin
meningkat.

 Syarat - syarat

Suatu benda dapat dijadikan sebagai "uang" jika benda tersebut telah memenuhi
syarat-syarat tertentu. Pertama, benda itu harus diterima secara umum (acceptability).
Agar dapat diakui sebagai alat tukar umum suatu benda harus memiliki nilai tinggi
atau —setidaknya— dijamin keberadaannya oleh pemerintah yang berkuasa. Bahan
yang dijadikan uang juga harus tahan lama (durability), kualitasnya cenderung sama
(uniformity), jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat serta tidak mudah
dipalsukan (scarcity). Uang juga harus mudah dibawa, portable, dan mudah dibagi

60
tanpa mengurangi nilai (divisibility), serta memiliki nilai yang cenderung stabil dari
waktu ke waktu (stability of value).

 Jenis

1. Uang rupiah

Uang yang beredar dalam masyarakat dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu uang
kartal (sering pula disebut sebagai common money) dan uang giral. Uang kartal
adalah alat bayar yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat dalam
melakukan transaksi jual-beli sehari-hari. Sedangkan yang dimaksud dengan uang
giral adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) yang
dapat ditarik sesuai kebutuhan. Uang ini hanya beredar di kalangan tertentu saja,
sehingga masyarakat mempunyai hak untuk menolak jika ia tidak mau barang atau
jasa yang diberikannya dibayar dengan uang ini. Untuk narik uang giral, orang
menggunakan cek.

Menurut bahan pembuatannya

61
Dinar dan Dirham adalah contoh mata uang logam

Uang menurut bahan pembuatannya terbagi menjadi dua, yaitu uang logam dan uang
kertas.

 Uang logam

Uang logam adalah uang yang terbuat dari logam; biasanya


dari emas atau perak karena kedua logam itu memiliki nilai yang cenderung tinggi
dan stabil, bentuknya mudah dikenali, sifatnya yang tidak mudah hancur, tahan lama,
dan dapat dibagi menjadi satuan yang lebih kecil tanpa mengurangi nilai. Uang logam
memiliki tiga macam nilai:

1. Nilai intrinsik, yaitu nilai bahan untuk membuat mata uang, misalnya berapa nilai
emas dan perak yang digunakan untuk mata uang.
2. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum pada mata uang atau cap harga yang tertera
pada mata uang. Misalnya seratus rupiah (Rp. 100,00), atau lima ratus rupiah (Rp.
500,00).
3. Nilai tukar (riil), nilai tukar adalah kemampuan uang untuk dapat ditukarkan dengan
suatu barang (daya beli uang). Misalnya uang Rp. 500,00 hanya dapat ditukarkan
dengan sebuah permen, sedangkan Rp. 10.000,00 dapat ditukarkan dengan
semangkuk bakso).

Ketika pertama kali digunakan, uang emas dan uang perak dinilai berdasarkan nilai
intrinsiknya, yaitu kadar dan berat logam yang terkandung di dalamnya; semakin
besar kandungan emas atau perak di dalamnya, semakin tinggi nilainya. Tapi saat ini,

62
uang logam tidak dinilai dari berat emasnya, namun dari nilai nominalnya. Nilai
nominal adalah nilai yang tercantum atau tertulis di mata uang tersebut.

 Uang kertas

Sementara itu, yang dimaksud dengan uang kertas adalah uang yang terbuat
dari kertas dengan gambar dan cap tertentu dan merupakan alat pembayaran yang sah.
Menurut penjelasan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang dimaksud
dengan uang kertas adalah uang dalam bentuk lembaran yang terbuat dari bahan
kertas atau bahan lainnya (yang menyerupai kertas).

 Menurut lembaga yang mengeluarkannya

Menurut lembaga yang mengeluarkannya, uang dibedakan menjadi uang


kartal (kepercayaan) dan uang giral (simpanan di bank).

 Uang Kartal (kepercayaan)

yaitu uang yang dikeluarkan oleh negara berdasarkan undang-undang dan berlaku
sebagai alat pembayaran yang sah. Uang kartal di Indonesia terdiri atas uang logam
dan uang kertas.

 Uang Giral (simpanan di bank)

yaitu dana yang disimpan pada koran di bank-bank umum yang sewaktu-waktu dapat
digunakan untuk melakukan pembayaran dengan perantara cek bilyet, giro, atau
perintah membayar. Uang giral dikeluarkan oleh bank umum dan merupakan uang
yang tidak berwujud karena hanya berupa saldo tagihan di bank.

63
 Menurut nilainya

Menurut nilainya, uang dibedakan menjadi uang penuh (full bodied money) dan uang
tanda (token money)

 Uang Penuh (full bodied money)

Nilai uang dikatakan sebagai uang penuh apabila nilai yang tertera di atas uang
tersebut sama nilainya dengan bahan yang digunakan. Dengan kata lain, nilai nominal
yang tercantum sama dengan nilai intrinsik yang terkandung dalam uang tersebut.
Jika uang itu terbuat dari emas, maka nilai uang itu sama dengan nilai emas yang
dikandungnya.

 Uang Tanda (token money)

Sedangkan yang dimaksud dengan uang tanda adalah apabila nilai yang tertera di atas
uang lebih tinggi dari nilai bahan yang digunakan untuk membuat uang atau dengan
kata lain nilai nominal lebih besar dari nilai intrinsik uang tersebut. Misalnya, untuk
membuat uang Rp1.000,00 pemerintah mengeluarkan biaya Rp750,00.

 Teori Nilai Uang

Teori nilai uang membahas masalah-masalah keuangan yang berkaitan dengan nilai
uang. Nilai uang menjadi perhatian para ekonom, karena tinggi atau rendahnya nilai
uang sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi. Hal ini terbukti dengan
banyaknya teori uang yang disampaikan oleh beberapa ahli. Teori uang terdiri atas
dua teori, yaitu teori uang statis dan teori uang dinamis.

 Teori Uang Statis

Teori Uang Statis atau disebut juga "teori kualitatif statis" bertujuan untuk menjawab
pertanyaan: apakah sebenarnya uang? Dan mengapa uang itu ada harganya? Mengapa
uang itu sampai beredar? Teori ini disebut statis karena tidak mempersoalkan
perubahan nilai yang diakibatkan oleh perkembangan ekonomi. Yang termasuk teori
uang statis adalah:

64
 Teori Metalisme (Intrinsik) oleh KMAPP

Uang bersifat seperti barang, nilainya tidak dibuat-buat, melainkan sama


dengan nilai logam yang dijadikan uang itu. Contoh: uang emas dan uang
perak.

 Teori Konvensi (Perjanjian) oleh Devanzati dan Montanari

Teori ini menyatakan bahwa uang dibentuk atas dasar pemufakatan


masyarakat untuk mempermudah pertukaran.

 Teori Nominalisme

Uang diterima berdasarkan nilai daya belinya.

 Teori Negara

Asal mula uang karena negara, apabila negara menetapkan apa yang menjadi
alat tukar dan alat bayar maka timbullah uang. Jadi uang bernilai karena
adanya kepastian dari negara berupa undang-undang pembayaran yang
disahkan.

 Teori Uang Dinamis

Teori ini mempersoalkan sebab terjadinya perubahan dalam nilai uang. Teori dinamis
antara lain:

 Teori Kuantitas dari David Ricardo

Teori ini menyatakan bahwa kuat atau lemahnya nilai uang sangat tergantung
pada jumlah uang yang beredar. Apabila jumlah uang berubah menjadi dua
kali lipat, maka nilai uang akan menurun menjadi setengah dari semula, dan
juga sebaliknya.

65
 Teori Kuantitas dari Irving Fisher

Teori yang telah dikemukakan David Ricardo disempurnakan lagi oleh Irving
Fisher dengan memasukan unsur kecepatan peredaran uang, barang dan jasa
sebagai faktor yang memengaruhi nilai uang.

 Teori Persediaan Kas

Teori ini dilihat dari jumlah uang yang tidak dibelikan barang-barang.

 Teori Ongkos Produksi

Teori ini menyatakan nilai uang dalam peredaran yang berasal dari logam dan
uang itu dapat dipandang sebagai barang.

 Uang Dalam Ekonami

Uang adalah salah satu topik utama dalam


pembelajaran ekonomi dan finansial. Monetarisme adalah sebuah teori ekonomi yang
kebanyakan membahas tentang permintaan dan penawaran uang. Sebelum tahun 80-
an, masalah stabilitas permintaan uang menjadi bahasan utama karya-karya Milton
Friedman, Anna Schwartz, David Laidler, dan lainnya.

Kebijakan moneter bertujuan untuk mengatur persediaan uang, inflasi, dan bunga
kemudian akan memengaruhi output dan ketenagakerjaan. Inflasi adalah turunnya
nilai sebuah mata uang dalam jangka waktu tertentu dan dapat menyebabkan
bertambahnya persediaan uang secara berlebihan. Interest rate, biaya yang timbul
ketika meminjam uang, adalah salah satu alat penting untuk mengontrol inflasi dan
pertumbuhan ekonomi. Bank sentral seringkali diberi tanggung jawab untuk
mengawasi dan mengontrol persediaan uang, interest rate, dan perbankan.

Krisis moneter dapat menyebabkan efek yang besar terhadap perekonomian, terutama
jika krisis tersebut menyebabkan kegagalan moneter dan turunnya nilai mata uang
secara berlebihan yang menyebabkan orang lebih memilih barter sebagai cara

66
bertransaksi. Ini pernah terjadi di Rusia, sebagai contoh, pada masa keruntuhan Uni
Soviet.

2.2. B. Sejarah dan pengertian bank

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 (Perubahan Undang-Undang Nomor 7


Tahun 1992 tentang Perbankan), bank didefinisikan sebagai badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit serta bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Definisi di atas memiliki kandungan filosofis yang tinggi. Pengertian yang lebih
teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.31 (1999:31),
Bank adalah suatu lembaga keuangan yang berperan sebagai perantara keuangan
antar pihak-pihak yang me miliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan
dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.

Menurut Kasmir (2008:25) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito. Kemudian bank juga dikenal
sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang
membutuhkannya.

67
Pengertian bank dari pendapat Setiyaningrum dan Farah (2011) dalam jurnalnya
dikemukakan bahwa Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai
lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan tidak kalah
pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan
kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter.

Berdasarkan sejumlah pengertian bank diatas maka dapat disimpulkan bahwa bank
adalahlembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkan dana
dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas
pembayaran. Dengan kata lain bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang.

Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan yakni pada zaman
kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke
Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrika dan
Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara
jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika. Jika ditelusuri sejarah
dikenalnya kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang.

Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat
menukarkan uang. Dalam perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu dimungkin
penukaran uangnya dilakukan antar kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain.
Kegiatan penukaran uang ini sekarang dikenal dengan nama perdagang valuta asing
(money changer).

Kemudian dalam sejarah bank selanjutnya kegiatan operasional perbankan


berkembang menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan
simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman

68
uang. Uang yang disimpan dari masyarakat oleh perbankan dipinjamkan kembali ke
masyarakat yang membutuhkannya. Jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Akibat dari
kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan semakin meningkat dan beragam, maka
peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik
yang berada di negara maju maupun negara berkembang. Bahkan dewasa ini
perkembangan dunia perbankan semakin pesat dan modern, perbankan semakin
mendominasi perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara. Bahkan aktivitas dan
keberadaan perbankan sangat menentukan kemajuan suatu negara.

Seiring dengan perkembangan perdagangan dunia, perkembangan perbankan pun


semakin pesat karena perkembangan dunia perbankan tidak terlepas dari
perkembangan perdagangan. Perkembangan perdagangan semula hanya di daratan
Eropa dan akhirnya menyebar ke Asia Barat. Bank-bank yang sudah terkenal pada
saat itu di Benua Eropa adalah Bank Venesia tahun 1171, kemudian menyusul Bank
of Genoa dan Bank of Barcelona tahun 1320. Sebaliknya perkembangan perbankan di
daratan Inggris baru dimulai pada abad ke-16. Namun, karena Inggris yang begitu
aktif mencari daerah perdagangan yang kemudian dijajah, maka perkembangan
perbankan pun ikut dibawa ke negara jajahannya.

Saat kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 17 Agustus
1950, struktur perekonomian Indonesia, masih didominasi oleh struktur kolonial.
Meskipun saat itu struktur perbankan Indonesia boleh dikatakan merupakan
komponen sarana moneter yang tidak banyak berperan dalam operasi perbankan,
tetapi kondisi semacam ini menimbulkan keinginan kuat masyarakat untuk
memasukkan lebih banyak unsur nasional dalam struktur ekonomi Indonesia.

Bank Indonesia lahir setelah berlakunya Undang-Undang (UU) Pokok Bank


Indonesia pada 1 Juli 1953. Sesuai dengan UU tersebut, BI sebagai bank sentral

69
bertugas untuk mengawasi bank-bank. Namun demikian, aturan pelaksanaan
ketentuan pengawasan tersebut baru ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.
1/1955 yang menyatakan bahwa BI, atas nama Dewan Moneter, melakukan
pengawasan bank terhadap semua bank yang beroperasi di Indonesia, guna
kepentingan solvabilitas dan likuiditas badan-badan kredit tersebut dan pemberian
kredit secara sehat yang berdasarkan asas-asas kebijakan bank yang tepat. Dari
pengawasan dan pemeriksaan BI, terungkap berbagai praktik yang tidak wajar yang
dilakukan, seperti penyetoran modal fiktif atau bahkan praktik bank dalam bank.
Untuk mengatasi kondisi perbankan itu, dikeluarkan Keputusan Dewan Moneter No.
25/1957 yang melarang bank-bank untuk melakukan kegiatan di luar kegiatan
perbankan.

Pada November 1957, diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan (MUNAP)


yang antara lain memutuskan pengambilalihan perusahaan-perusahaan milik Belanda,
termasuk bank. Langkah awal untuk nasionalisasi bank-bank Belanda diprakarsai
oleh KSAD selaku penguasa militer yang menetapkan bahwa pengawasan atas
penyelenggaraan bank-bank Belanda dipercayakan kepada Badan Pengawasan Bank-
Bank Belanda Pusat. Badan pengawasan tersebut didirikan pada setiap daerah yang
terdapat bank cabang milik Belanda dengan nama Badan Pengawasan Bank-Bank
Daerah dengan tujuan mencegah berlangsungnya run pada bank-bank Belanda
sehubungan dengan tindakan nasionalisasi yang dilakukan pemerintah. Pengawasan
terhadap bank-bank Belanda dilakukan secara langsung dengan cara menempatkan
tim pengawas pada setiap bank. Peranan Bank Indonesia dalam pengawasan ini
sangat penting karena hanya Bank Indonesia yang memiliki personel yang menguasai
teknik pengawasan dan pemeriksaan bank.

Kebijakan pemerintah untuk menasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda


ditetapkan dalam UU No. 86/1958 yang berlaku surut hingga 3 Desember 1957.
Nasionalisasi bank-bank Belanda yang merupakan bank devisa dilakukan
berdasarkan prinsip kehati-hatian agar tidak terjadi kerugian cadangan devisa negara.

70
Untuk itu, Badan Pengawas Bank Pusat mempertahankan direksi lama bank yang
diawasi. Beberapa bank Belanda yang dinasionalisasi pada saat itu adalah Nationale
Handelsbank yang pada 1959 menjadi Bank Umum Negara (BUNEG),
Escomptobank pada 1960 diubah menjadi Bank Dagang Negara (BDN), dan
Nederlandsch Handel Maatschappij N.V. (Factorij) yang pada 1957 digabungkan ke
dalam Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan hasil peleburan
Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan Bank Tani dan Nelayan (BTN).

Jika bank-bank milik Belanda dinasionalisasi oleh pemerintah, maka lain halnya
dengan bank-bank asing yang bukan milik Belanda. Dengan prinsip berdikari dan
semangat nasionalisme yang terus menggelora, pada masa 1950-an pemerintah
menyatakan penutupan beberapa bank asing (bukan Belanda), yaitu Overseas Chinese
Banking Corporation, Bank of China, serta Hong Kong and Shanghai Banking Corp.
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2/1959. Sejarah bank selanjutnya khususnya
di Indonesia akan kami share dalam artikel khusus di blog ini.

1. Fungsi Bank
Secara spesifik, fungsi bank ada tiga yakni sebagai agent of trust, agent of
development, dan agent of service.

1) Agent of Trust

Sebagai lembaga kepercayaan, bank memiliki fungsi financial intermediary yaitu


menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (penyimpan dana atau
kreditur) dan menyalurkan pada pihak yang membutuhkan dana (peminjam dana atau
debitur). Fungsi financial intermediary ini akan dapat berjalan lancar apabila ada
unsur kepercayan (trust). Dalam hal ini masyarakat akan menyimpan dananya apabila
dilandasi unsur kepercayaan dan pihak bank sendiri akan menempatkan dan
menyalurkan dananya kepada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur

71
kepercayaan juga.

2) Agent of Development

Sektor moneter dan sekor riil tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan perekonomian
masyarakat. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan
yang lain. Sektor riil tidak akan bekerja dengan baik apabila sektor moneter tidak
bekerja dengan baik. Fungsi bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat
diperlukan untuk kelancaran kegiatan yang ditujukan untuk pembangunan
perekonomian masyarakat, seperti kegiatan produksi, distribusi, investasi dan
konsumsi barang dan jasa.

3) Agent of Services

Fungsi bank dalam hal ini menawarkan berbagai macam jasa disamping dalam
melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan
penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang
ditawarkan bank seperti transfer uang, inkaso, letter of credit, automated teller
machine, money market, capital market. Jasa-jasa yang ditawarkan tersebut erat
kaitannya dengan kelancaran kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.

3 . Jenis – jenis Bank

Jenis-Jenis Bank Berdasarkan Fungsinya :

a) Bank Umum

Menurut Undang-undang RI No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan


“Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam

72
lalu lintas pembayaran”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan bank diantaranya:

 menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,


deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan.
 memberikan kredit.
 menerbitkan surat pengakuan hutang.
 membeli, menjual, menjamin resiko sendiri maupun kepentingan dan atas
perintah nasabahnya.
 memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan
nasabah.

b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Menurut Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998 Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.

 Jenis-Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya

Menurut Kasmir jenis-jenis bank berdasarkan kepemilikannya dibedakan menjadi


dua yaitu bank milik pemerintah dan bank milik swasta.

a) Bank Milik Pemerintah

Adalah bank yang seluruh atau sebagian modalnya dan akte pendiriannya
didirikan oleh pemerintah.

73
b) Bank Milik Swasta

Adalah bank yang seluruh atau sebagianmodalnya dan akte pendiriannya


didirikan oleh swasta.

 Jenis-Jenis Bank Berdasarkan Status

Jenis-jenis bank berdasarkan status dibedakan menjadi dua yaitu bank devisa
dan bank non devisa.

a) Bank Devisa

Bank devisa adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara


konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dapat memberikan
pelayanan lalu lintas pembayaran dalam dan luar negeri dan sudah mendapat
izin dari Bank Indonesia.

b) Bank Non Devisa

Bank non devisa adalah bank yang belum mendapat izin dari Bank Indonesia
untuk memberikan pelayanan lalu lintas pembayaran dalam dan luar negeri
seperti bank devisa.

Jenis-Jenis Bank Berdasarkan Cara Menentukan Harga

Dibedakan menjadi dua yaitu bank konvensional dan bank syariah.

74
a) Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional

Bank yang berdasarkan prinsip konvensional menetapkan bunga sebagai


harga dan mengenakan biaya dalam nominal atau persentase tertentu (fee
base) dalam mendapatkan keuntungan dan menentukan harga produk bank.

b) Bank Berdasarkan Prinsip Syariah

Bank yang berdasarkan prinsip syariah menggunakan aturan perjanjian


menurut hukum islam dalam pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaanberdasarkan prinsip penyertaan modal
(musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa
pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain.
Demikian uraian pengertian bank dan menelusuri sejarah bank hingga sampai ke
Indonesia serta penjelasan fungsi bank secara umum dan klasifikasi jenis-jenis bank.
Semoga menambah khazanah pengetahuan pembaca tentang dunia perbankan.

2.2. C. Tugas Pokok Bank

Jenis bank yang telah disebutkan di atas mempunyai tugas yang berbeda-beda. Tugas
masing-masing bank adalah sebagai berikut.

a. Bank Sentral

Sesuai dengan UU No.23 tahun 1999, bank sentral dalam hal ini Bank Indonesia
mempunyai tugas-tugas berikut.

75
1) Tugas Pokok Bank Sentral

a) Mengatur sirkulasi uang, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah.


b) Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas
kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.

2) Tugas dalam Hubungannya dengan Pemerintah

a) Mempunyai hak tunggal untuk mengeluarkan uang kertas dan uang logam
sebagai alat pembayaran yang sah.
b) Mengedarkan uang dan menarik kembali dari peredaran.
c) Bertindak sebagai pemegang kas pemerintah.
d) Memberikan kredit kepada pemerintah.
e) Membantu pemerintah dalam penjualan surat-surat hutang negara.

3) Tugas di Bidang Perbankan

a) Memajukan perkembangan urusan kredit dan perbankan yang sehat.


b) Menetapkan tingkat dan struktur bunga.
c) Memperluas, memperlancar, dan mengatur lalu lintas pembayaran.
d) Sebagai bankers bank.
e) Sebagai lender of last resort (pemberi pinjaman dalam tingkat yang
terakhir).
f) Memberi pembinaan dan bimbingan kepada perbankan.
g) Mendorong pengerahan dana masyarakat untuk usaha yang produktif.

4) Tugas dalam Hubungan Internasional

a) Menyusun rencana devisa.


b) Menguasai, mengurus, dan menyelenggarakan tata usaha cadangan emas
dan devisa milik negara.

76
Gambar: Ilustrasi Bank

b. Bank Umum

Pengertian bank umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 adalah bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bentuk badan hukum bank umum yaitu berupa: Perseroan, Perseroan Terbatas,
Perusahaan Daerah, dan koperasi.

Menurut UU No.10 tahun 1998 dan pasal 6 UU No.7 Tahun 1992 tugas pokok bank
umum adalah :
1) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
2) memberikan kredit
3) menerbitkan surat pengakuan hutang

77
4) membeli, menjual atau menjamin risiki sendiri maupun untuk kepentingan dan atas
perintah nasabah

5) memindahkan uang untuk kepentingan nasabah


6) menempatkan dana, meminjam, dan meminjamkan dana pada bank lain
7) menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga
8) menyediakan tempat untuk menyimpan barang berharga dan surat berharga
9) membeli agunan (barang jaminan) melalui pelelangan
10) melakukan usaha kartu kredit.

Kepemilikan bank umum yaitu :

1) bank umum yang dimiliki pemerintah, misalnya: BNI 1946, BRI, Bank Mandiri.
2) bank umum yang dimiliki swasta, contoh: Bank Central Asia, Bank Danamon,
Bank Mega, Bank Niaga, dan lain-lain

3) bank umum milik koperasi, seperti Bukopin (Bank Umum Koperasi Indonesia).

c. Bank Tabungan

Tugas pokok bank tabungan antara lain:


1) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan
2) mendidik masyarakat agar gemar menabung
3) melakukan tugas-tugas sosial
4) memberi kredit pemilikan rumah (KPR)

Contoh bank tabungan yaitu Bank Tabungan Negara.

d. Bank Pembangunan

Tugas pokok bank pembangunan antara lain:


1) menghimpun dana dengan menerima simpanan dalam bentuk deposito dan

78
mengeluarkan kertas berharga
2) membantu dalam pembiayaan pembangunan
3) memberi pinjaman atau kredit di bidang pembangunan dalam jangka menengah
dan panjang.

e. Bank Perkreditan Rakyat

Adakah Bank Perkreditan Rakyat di daerahmu? Saat ini banyak sekali bermunculan
Bank Perkreditan Rakyat/BPR. Menurut UU No.10 Tahun 1998,

Pengertian Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau prinsip syariah, tetapi tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.

Jika dibandingkan dengan bank umum, kegiatan di BPR lebih sempit, BPR hanya
boleh menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan atau bentuk lain yang sama selain itu juga memberikan
kredit kepada masyarakat.

Tugas pokok bank perkreditan rakyat (BPR) berdasarkan undang-Undang No.10


Tahun 1998 pasal 13 antara lain :
1) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan
2) memberikan kredit
3) menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil
4) menempatkan dananya dalam bentuk SBI (Sertifikat Bank Indonesia) deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan tabungan pada bank lain.

79
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Museum Bank Indonesia menempati bangunan yang berusia tua dan
memiliki sejarah panjang dalam dunia perbankan di Indonesia. Museum
ini dulunya merupakan sebuah rumah sakit Binnen Hospitaal, lalu
kemudian digunakan oleh De Javasche Bank (DJB) pada tahun 1828.
Museum Bank Indonesia ini berfungsi sebagai lembaga untuk
mengumpulkan, menyimpan, merawat, aman dan memanfaatkan berbagai
artefak dan benda-benda yang berkaitan dengan perjalanan panjang dari
Bank Indonesia. Dan salah satu misinya adalah untuk memberikan
informasi tentang sejarah Bank Sentral Indonesia yang lengkap, akurat
dan obyektif dan mudah diakses dan dipahami oleh masyarakat. Museum
Bank Indonesia juga memiliki beberapa program utama seperti, Forum
Diskusi, Jelajahi Museum, Interaksi, dan Gallery Budaya. Selain itu ada
beberapa fasilitas yang disediakan di museum ini, yaitu BI Information
Centre, Cloak Room, Auditorium, Buku dan Souvenir.

3.2. Saran
Publikasi dari Museum Bank Indonesia harus dilakukan lebih gencar lagi
agar semakin diketahui oleh khalayak banyak dan tentunya agar museum
Bank Indonesia tidak sepi pengunjung.

80
DAFTAR PUSTAKA

https://pandusamamaya.wordpress.com/2012/04/08/fungsi-dan-peranan-bank-peranan-
bank-indonesia-bank-sentral-dalam-perbankan-indonesia/

https://finance.detik.com/moneter/d-2150541/ini-dia-sepenggal-sejarah-kebijakan-mata-
uang-di-indonesia

https://hidupsimpel.com/sejarah-mata-uang-indonesia/

https://uangindonesia.com/sejarah-perkembangan-uang-rupiah-di-indonesia/

https://id.wikipedia.org/wiki/Uang

https://etalasepustaka.blogspot.com/2016/09/pengertian-sejarah-fungsi-dan-jenis-jenis-
bank.html

81
PROFIL ANGGOTA

1.

Nama : Amirah Hanifah Mumtaz


Nama Panggilan : Ami
TTD : Depok, 02-11-2003
No. Handphon : 08119351717
Email : Arhnmz2@gmail.com

82
2.

Nama : Muhammad Faiz Yunaf


Nama Panggilan : Faiz
TTD : Jakarta, 13-02-2003
No. Handphone : 085771481700
Email : mfaiz1303.mf@gmail..com

83
3. .

Nama : Muhammad Hendri Prayogo


Nama Panggilan : Hendri
TTD : Jakarta, 09-07-2003
No. Handphone : 081389009381
Email : Hendriprayogo0907@gmail.com

84
4. .

Nama : Siti Khoiriyyah


Nama Panggilan: : Oi
TTD : Depok, 30-03-2003
No. Handphone : 0895345466094
Email : Sitikhoiriyyah6@gmail.com

85
Dari Kami,

KELOMPOK 2

86
Keluarga Kami,

X MIA 2

87

Anda mungkin juga menyukai