Anda di halaman 1dari 14

Disusun Oleh :

Nama : Bernadetta Devina S.


Kelas : VIII-1
Absen : 04 (empat)

SMP Budi Mulia


Jl. Kapten Muslihat No.22
Kota Bogor

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
karunia dan hidayatnya saya dapat menyelesaikan kliping tentang “kasus-
kasus korupsi yang ada di Indonesia” dengan tepat pada waktunya. Terima
kasih juga kepada semua orang yang telah ikut serta dalam membantu
menyelesaikan klipng ini.
Klipng ini disusun berdasarkn pengetahuan yang saya dapatkan dari
berbagai macam sumber, yang berkaitan dengan kasus korupsi di Indonesia.
Semooga kliping ini bermanfaat bagi para pembaca untuk mengetahui kasus –
kasus korupsi yang pernah tejadi di Indonesia.
Sebagai bentuk upaya partisipasi dalam rangka mewujudkan tujuan di
atas, saya berupaya menyusun kliping ini sebagai acuan belajar dan informasi
yang saya pilih dari materi tersebut guna melengkapi sarana belajar bagi kita,
tetapi saya tau bahwa kliping ini masih belum sempurna dan masih memiliki
banyak kekurangan oleh karena itu saya mohon maaf sebesar – besarnya atas
kekurangan kliping ini baik di sengaja maupun tidak di sengaja.

Terima Kasih

Penyusun

2
Daftar Isi
 Kata Pengantar…………………………………………………Halaman 2
 Daftar Isi…………………………………………………………..Halaman 3
 Kasus Korupsi Gayus tambunan……………………….Halaman 4
 Kasus Korupsi Nazarudin…………………………………Halaman 5
 Kasus Korupsi Malinda Dee……………………………...Halaman 6
 Kasus Korupsi Antasari Azhar………………………….Halaman 7
 Kasus Korupsi Seoharto…………………………………...Halaman 8
 Kasus Korupsi Pertamina…………………………………Halaman 9
 Kasus Korupsi Wisma Atlet………………………………Halaman 10
 Kasus Korupsi Bank Century…………………………….Halaman 11
 Kasus Korupsi Aulia Pohan……………………………….Halaman 12
 Kasus Korupsi Bibit-Chandra……………………………Halaman 13
 Kesimpulan akhir dan Penutup………………………..Halaman 14

3
1. Kasus Korupsi Gayus Tambunan
Jakarta, Kompas - Majelis Hakim Pengadilan Tinggi DKI Jakarta memperberat
hukuman terpidana berbagai kasus korupsi, Gayus HP Tambunan, dari 7 tahun menjadi 10
tahun penjara. Majelis hakim banding menilai ada sejumlah hal yang memberatkan, salah
satunya perbuatan Gayus bisa memengaruhi penerimaan pajak untuk negara.Humas
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta (PT Jakarta), Achmad Sobari, Selasa (3/5) di Jakarta,
menjelaskan, majelis hakim PT Jakarta telah menolak banding sekaligus memperberat
hukuman Gayus pada Jumat (29/4). Majelis hakim tinggi terdiri hakim ketua Rosdarmani
dengan empat hakim anggota, yakni Haryanto, Adi Al-Maruf, Sudiro, dan
AbdurrahmanHassa.Humas Pengadilan Tinggi DKI Jakarta (PT Jakarta), Achmad Sobari,
Selasa (3/5) di Jakarta, menjelaskan, majelis hakim PT Jakarta telah menolak banding
sekaligus memperberat hukuman Gayus pada Jumat (29/4). Majelis hakim tinggi terdiri
hakim ketua Rosdarmani dengan empat hakim anggota, yakni Haryanto, Adi Al-Maruf,
Sudiro, dan AbdurrahmanHassa.Hal yang membedakan, kata Sobari, terletak pada hal-hal
yang memberatkan. Majelis PT menilai ada dua hal memberatkan lainnya yang layak
dijadikan pertimbangan. Pertama, Gayus melakukan empat perkara korupsi sekaligus,
seperti diatur UU No 31/1999 juncto UU No 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Kedua, perbuatan Gayus berpotensi menurunkan kepercayaan masyarakat
terhadap institusi pajak sehingga kepatuhan membayar pajak bisa berkurang yang
akhirnya akan menurunkan penerimaan pajak.PN Jaksel memvonis Gayus 7 tahun penjara,
jauh di bawah tuntutan jaksa, yakni 20 tahun penjara. Berbagai pihak menilai putusan
tersebut ringan mengingat Gayus terlibat dalam mafia hukum dan mafia pajak.
Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan M Yusuf mengatakan, pihaknya belum menerima
salinan putusan dari PT Jakarta. Meskipun diperberat menjadi 10 tahun, ujarnya, hukuman
Gayus masih di bawah tuntutan jaksa yang 20 tahun.
Penasihat hukum Gayus dari Kantor Hukum Hotma Sitompoel belum mau berkomentar
karena belum menerima salinan putusan PT Jakarta. (FAJ)

Sumber : http://nasional.kompas.com
Dimuat pada : Rabu,4 mei 2011
Dimuat pukul : 02.30 wib

Kesimpulan :

Majelis hakim pengadilan tinggi DKI Jakarta memperberat hukuman Gayus tambunan dari
7 tahun menjadi 10 tahun kurungan penjara, majelis hakim banding menilai ada sejumlah
hal yang memberatkan. Ada 2 hal yang membedakan yang terletak pada hal-hal yang
memberatkan yang layak dijadikan pertimbangan. PN Jaksel memvonis Gayus 7 tahun
penjara, jauh di bawah tuntutan jaksa, yakni 20 tahun penjara. Berbagai pihak menilai
putusan tersebut ringan mengingat Gayus terlibat dalam mafia hukum dan mafia pajak

4
2. Kasus korupsi Nazarudin
Tamat sudah drama pelarian buronan Interpol, Muhammad Nazaruddin. Bekas
bendahara umum Partai Demokrat yang kabur sejak 23 Mei 2011 itu tertangkap di
Kolombia, dan dipulangkan ke tanah air dengan mencarter pesawat khusus Gulfstreams
G550.Pesawat carteran dengan ongkos sewa Rp4 miliar itu mendarat di Bandara Halim
Perdanakusuma, Jakarta pada pukul 19.50 WIB, Sabtu 13 Agustus 2011. Pengawalan
buronan itu cukup ketat. Nazaruddin muncul dari pintu pesawat setelah petugas
bertopeng turun. Tangannya diborgol, wajahnya tertunduk. Tak ada lagi ekspresi
sumringah seperti saat dia muncul lewat wawancara via Skype di televisi nasional
beberapa waktu lalu.Setelah 35 jam terbang, agak molor dari jadwal karena pesawat
carteran itu harus menunggu izin melintas di sejumlah negara, buronan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) ini diangkut mobil van berjeruji besi. Dia dibawa ke Mako
Brimob, Kelapa Dua, Depok.Di markas Brimob itu, Nazaruddin menempati sel 4x4 meter di
Blok B. Ada satu tempat tidur, satu sofa, dan lemari kecil. "Air conditioner (AC) dan televisi
nggak ada," kata Kepala Humas Mako Brimob, Ajun Komisaris Besar K Budiman di Mako
Brimob, Depok, Minggu dini hari, 14 Agustus 2011.

Setelah cek kesehatan dan persiapan di Mako Brimob, Nazaruddin diboyong menuju
gedung KPK di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan untuk diserahterimakan. Sekitar pukul
22.25 WIB, dikawal lebih dari lima mobil, Nazaruddin tiba di gedung KPKSerah terima dari
Kabareskrim Polri Komjen Pol Sutarman kepada Ketua KPK Busyro Muqoddas berlangsung
singkat. Setelah diserahkan ke KPK, hasil buruan itu digelandang menuju lantai 7 gedung
KPK untuk menjalani pemeriksaan awal. Dalam pemeriksaan awal, kami berdasarkan
prinsip independensi dan transparansi. Jadi publik tak perlu khawatir, semuanya
berdasarkan alat bukti yang sah, di luar itu kita tidak," kata Ketua KPK, Busyro
Muqoddas.Beberapa alat bukti yang disita dari Nazaruddin, termasuk satu tas kecil hitam
miliknya, dibuka oleh KPK dalam konferensi pers malam itu, yang didampingi perwakilan
dari Kepolisian, Imigrasi, dan tim gabungan penjemput Nazaruddin. Tas kecil milik
Nazaruddin itu dibongkar di depan para wartawan. "Ini sebagai bukti bahwa KPK
transparan," kata Ketua KPK Busyro Muqoddas di jumpa pers Sabtu tengah malam itu.Tas
itu berisi sejumlah barang milik Nazaruddin, seperti uang dalam bentuk dolar, telepon
seluler, dan flash disk. (Baca juga "Isi Tas Nazarruddin Dibuka di Depan Ketua KPK").
Namun, dalam tas disegel itu tak ditemukan keping CD maupun laptop seperti ditunjukkan
Nazaruddin saat wawancara via Skype. Dalam jumpa pers itu, turut 'dipamerkan' juga topi
anyaman yang dipakai Nazaruddin saat muncul di wawancara Skype dari tempat
persembunyiannya dulu itu.
Sumber : http://forum.detik.com
Dimuat pada : Senin,15 agustus 2011
Dimuat pukul :00.31 wib
Kesimpulan :
Di gedung KPK Nazarudin mengalami pemeriksaan awal, lalu KPK menyita beberapa Alat
bukti yang di terima dari Nazarudinn termasuk tas kecil hitam miliknya yang berisi
sejumlah barang seperti uang dollar, telpon cellular, dan flash disk tetapi tidak ditemukan
CD/ laptop yang digunakannya dulu say muncul di wawancara Skype dari tempat
persembunyiannya dulu

5
3. Kasus Korupsi Malinda Dee
Citibank mengakui ada kolusi antara relationship manager (RM) dan teller sehingga dana
nasabah senilai Rp 44 miliar dapat dibawa lari Inong Malinda Dee. Kolusi tersebut
berlangsung rapi sejak 4 tahun lalu hingga akhirnya terkuak karena ada nasabah yang
melapor.Pengakuan tersebut dilontarkan Vice President Citibank yang juga Head Citibank
Landmark, Jakarta Meliana Sutikno saat memberi keterangan di sidang Malinda Dee di PN
Jakarta Selatan, Jl Ampera Raya, Senin (14/11/2011)Total ada 117 transaksi seakan-akan
nasabah manandatangani langsung blanko transfer. Hasil investigasi menyebutkan
nasabah menandatangani blanko kosong lalu diserahkan ke teller.Kami menduga, teller
tersebut menyatakan nasabah hadir langsung saat mentransfer. Itu berkolusi. 117
Transaksi, nasabah tidak datang,“ kata Meliana Sutikno.Teller yang membantu usaha
Malinda Dee adalah Dwi Herawati. Dia membuat 91 transaksi dari 117 transfer uang dari
para nasabah ke berbagai rekening penampung Malinda antara lain ke adiknya, adik
iparnya dan suami siri Malinda. Hanya saja, berapa jumlah nasabah yang dirugikan, belum
diketahui.
“90 Persen Dwi yang melakukan transaksi. Saya tidak tahu persis berapa jumlah nasabah
dari 117 transaksi tersebut. Dalam hal ini, bagi nasabah yang dirugikan, kami berkomitmen
mengembalikan,“ tukas Meliana.Selain Meliana, pengadilan juga meminta keterangan kuasa
hukum Citibank saat melaporkan kasus ini ke polisi. Juga manager investigasi Citibank
yang mengusut kasus ini di level internal Citibank. Hakim yang diketuai Gusrizal juga
mendengar keterangan General Manager Citibank Tera Tanamiharja. Hanya satu saksi yang
seharusnya hadir namun batal yakni Area Manager Citibank Landmarak, Paulina.
Sidang akan dilanjutkan Rabu pekan depan dengan agenda masih mendengarkan
keterangan sejumlah saksi.

Sumber: http://www.detiknews.com
Dimuat pada : Senin,14 November 2011
Dimuat pukul : 16.35 wib

Kesimpulan :
City Bank mengakui adanya kolusi antara RM dan teller sehingga dana nasabah senilai Rp
44 miliar dapat di bawa lari Malinda Dee yang berlangsung sejak 4 tahun lalu. Total ada
117 transaksi seakan akan nasabah menandatangani langsung blanko transfer Hasil
investigasi menyebutkan nasabah menandatangani blanko kosong lalu diserahkan ke teller.
Dia membuat 91 transaksi dari 117 transfer uang ke nasabah ke berbagai rekening antara
lain rekening adiknya, adik iparnya, Dia membuat 91 transaksi dari 117 transfer uang ke
nasabah ke berbagai rekening antara lain rekening adiknya, adik iparnya, dan suami sirih
Malida Dee Selain Malinda dee pengadilan juga meminta keterangan dari kuasa hukun
Citibank saat melaporkan kasus ini ke polisi.

6
4. Kasus Korupsi Antasari Azhar
Berita acara Peninjauan Kembali (PK) Antasari Azhar telah dikirimkan ke Mahkamah
Agung. Selama ini berkas tersebut masih berada di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan
setelah majelis hakim yang diketuai Aminal Umam menggelar sidang PK Mantan Ketua
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)."Sudah dikirim ke Mahkamah Agung pada tanggal
14 Oktober 2011," kata Humas PN Jakarta Selatan, Samiaji melalui pesan singkat, Kamis
(3/11/2011).Sementara, Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan Masyhudi mengaku
belum mendapatkan informasi mengenai berita acara PK tersebut. "Kejari Jakarta Selatan
belum dapat pemberitahuan bahwa memori PK Antasari oleh PN Jakarta Selatan dikirim ke
MA," ujar Masyhudi.Masyhudi menuturkan berita acara PK yang telah disidangkan harus
dikirimkan kepada MA dalam jangka waktu satu bulan.Dalam sidang Peninjauan Kembali
(PK) yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Sumai Ida Laksmiwati itu
mengajukan tiga bukti baru (novum) dan sejumlah kekhilafan hakim.Antasari kini
mendekam di LP Tangerang setelah divonis 18 tahun penjara karena terbukti
merencanakan pembunuhan terhadap Direktur PT Putra Rajawali Banjaran.

sumber: http://www.tribunnews.com
Dimuat pada : Kamis,3 november 2011
Dimuat pukul : 21.45 wib

Kesimpulan :

Berita acara peninjauan kembali Antasari Azhar telah dikirim ke Mahkamah Agung, selama
ini berkas terbesut masih berada di pengadilan negri Jakarta Selatan. Dikirim tanggal 14
oktober 2011. Sementara kepala kejaksaan negri mengaku belum mendapatkan informasi
tentang memori PK tersebut. Dalam siding peninjauan kembali (PK) yang digelar
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Sumai Ida Laksmiwati itu mengajukan tiga bukti baru
(novum) dan sejumlah kekhilafan hakim. Antasari kini mendekap di LP Tangerang setelah
divonis 18 tahun penjara

7
5. Kasus korupsi Seoharto
Jakarta - Presiden SBY menunjuk Muhammad Yusuf sebagai Kepala Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menggantikan Yunus Husein yang telah habis masa
jabatannya. Mohamad Yusuf sebelumnya menjabat Direktur Hukum dan Regulasi
PPATK."Bapak Muhammad Yusuf sebagai Kepala PPATK yang baru. Sebelumnya
jabatannya dari Direktur Hukum dan Regulasi PPATK," ungkap Ketua Ikatan Pegawai Bank
Indonesia (IPEBI) Agus Santoso ketika dikonfirmasi detikFinance di Jakarta, Selasa
(25/10/2011).Sebelumnya, Muhammad Yusuf juga pernah menjabat sebagai Asisten
Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Agus menambahkan, Muhammad
Yusuf dilantik pada hari ini."Dipilih dan dilantik Presiden. Pada hari Selasa 25 Oktober
2011," tambahnya.Adapun Agus Santoso ditunjuk sebagai sebagai Wakil Ketua PPATK. "Iya
(Wakil Ketua PPATK), mohon dukungannya," tutur AgusKepala PPATK sebelumnya Yunus
Husein yang tengah mencalonkan diri menjadi Ketua KPK memang telah habis masa
jabatannya. Yunus telah 2 periode menjabat sebagai Kepala PPATK."Pagi ini baru akan
dilantik oleh Presiden," kata humas PPATK Natsir Kongah.Muhammad Yusuf, membangun
karirnya di korps Kejaksaan. Lahir di Pendopo, Sumatera Selatan 18 Mei 1962, Yusuf
pernah mendapatkan penghargaan Jaksa Penuntut Umum terbaik tahun 2003. Mantan
Jaksa Penuntut Umum kasus Soeharto ini sebelumnya menjabat sebagai Direktur Hukum
dan Regulasi PPATK.

Sumber : http://us.finance.detik.com
Dimuat pada : Selasa, 25 november 2011
Dimuat pukul : 06.36 wib

Kesimpulan :

Presiden SBY menunjuk Muhammad Yusuf sebagai Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK) menggantikan Yunus Husein yang telah habis masa
jabatannya. Sebelumnya, Muhammad Yusuf juga pernah menjabat sebagai Asisten Tindak
Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Agus menambahkan, Muhammad Yusuf
dilantik pada hari ini."Dipilih dan dilantik Presiden. Pada hari Selasa 25 Oktober 2011,"
tambahnya.

8
6. Kasus Korupsi Pertamina
Liputan6.com, Jakarta: Puluhan orang dari gerakan mahasiswa peduli antikorupsi
mendatangi kantor komisi pemberantas korupsi, Jumat (18/2) siang. Mereka mendesak
segera mengambilalih penangananan kasus korupsi proyek pengadaan minyak Zatapi di
Pertamina.
Sampai sekarang kasus ini belum tuntas ditangani polisi. Demonstran menduga, salah satu
penyebab adanya keterlibatan mantan petinggi Kepolisian RI dan bekas dirut Pertamina.
Pengunjuk rasa juga meminta KPK segera memanggil Direktur Pertamina Karen
Agustiawan untuk diperiksa. Proyek diduga merugikan negara sebesar Rp 427
miliar Unjuk rasa di Kantor KPK berjalan tertib. Puluhan personel Kepolisian Resor Jakarta
Selatan menjaga ketat unjuk rasa.(AIS)

Sumber : http://berita.liputan6.com
Dimuat pada : 19 February 2011
Dimuat pukul : 13.00 wib

Kesimpulan :
Puluhan orang dari gerakan mahasiswa peduli antikorupsi mendatangi kantor komisi
pemberantas korupsi, Jumat (18/2) siang. Untuk mendesak segera mengambilalih
penanganan kasus korupsi proyek pengadaan minyak zatapi di pertamina yang belum
tuntas sampai sekarang yang salah satu penyebabnya adalah adanya keterlibatan manta
petinggi kepolisian RI dan bekas dirut pertamina. Proyek diduga merugikan Negara
sebesay Rp.427 Miliar.

9
7. Kasus Korupsi Wisma Atlet

JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diminta untuk segera 'tunjuk hidung'
anggota DPR yang disebut-sebut bakal menjadi tersangka baru kasus suap wisma atlet,
Palembang, Sumatera Selatan.Politisi Partai Gerindra, Martin Hutabarat, menyakana,
semakin lama dimumumkan, sama saja KPK menyandera para anggota DPR."Jangan buat
teka-teki soal anggota
DPR yang akan ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus wisma atlet. Segera saja
diumumkan," kata Martin Hutabarat, Kamis (17/11/2011).Martin mengaku, kerap
mendapat pertanyaan melalui pesan singkat, SMS pasca pernyataan Busyro Muqoddas
yang akan umumkan tersangka baru.
Hampir semua pertanyaan seragam, mempertanyakan siapa anggota baru yang bakal
dijadikan tersangka itu."Nah, adalah baiknya, KPK secepatnya tunjuk hidung siapa anggota
DPR yang dimaksud sebagai tersangka baru itu. Apa lagi, masa tugas pimpinan KPK yang
sekarang tidak sampai sebulan lagi. Bila menyebut nama anggota DPR sebagai tersangka
itu diperlama-lama, hanya membuat teka teki yang tidak penting." Martin
menegaskan.Sebelumnya, Ketua KPK Busyro Muqoddas menyatakan bahwa akan ada
tersangka baru dalam perkara korupsi Wisma Atlet yang melibatkan mantan bendaraha
umum Partai Demokrat M Nazaruddin. Meski enggan mengungkap identitas, namun
Busyro memberi isyarat jika calon tersangka baru itu adalah politisi di Senayan.

Sumber: http://www.tribunnews.com
Dimuat pada : Kamis,7 November 2011
Dimuat pukul :16.06 wib

Kesimpulan :
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diminta untuk segera 'tunjuk hidung' anggota DPR
yang disebut-sebut bakal menjadi tersangka baru kasus suap wisma atlet, Palembang,
Sumatera Selatan. Politisi Partai Gerindra, Martin Hutabarat, menyakana, semakin lama
dimumumkan, sama saja KPK menyandera para anggota DPR. Ketua KPK Busyro Muqoddas
menyatakan bahwa aka nada tersangka baru dalam perkara korupsi Wisma Atlet. Meski
enggan mengungkap identitas, namun Busyro memberi isyarat jika calon tersangka baru
itu adalah politisi di Senayan.

10
8. Kasus Korupsi Bank Century
Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat Madani meminta pemerintah dan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) segera menuntaskan kasus Bank Century yang saat ini
arahnya masih belum jelas, karena para elit politik dipemerintahan saling melindungi.Oleh
karena itu, kasus korupsi sebesar Rp6,7 triliun harus segera dibawa ke pengadilan untuk
dibongkar secara tuntas, agar masyarakat dapat mengetahui secara jelas masalah tersebut,
kata tokoh keagamaan Masyarakat Madani, Din Syamsudin, kepada pers di Jakarta,
Selasa.Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah itu mengatakan, korupsi sudah
merajalela di Indonesia, bahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang diharapkan dapat
memberikan dukungan untuk memberantas korupsi malah ikut melakukan perbuatan
tercela.Korupsi uang rakyat yang terus terjadi itu seharus dapat diatasi oleh KPK, namun
komisi itu terlihat mulai kurang semangat atau mungkin mendapat tekanan dari atas
sehingga hanya melakukan apa yang dapat dilakukan tanpa dapat mengusik, katanya.
Menurut dia, KPK harus mendapat dukungan agar kembali berani menuntaskan apa yang
menjadi tugasnya yang memberikan harapan kepada masyarakat luas agar negeri ini bebas
dari korupsi yang saat ini merajalela."Kami optimis masyarakat madani yang terdiri dari
berbagai elemen dapat memberikan moril kepada KPK agar dapat menuntaskan kasus
korupsi Bank Century itu," ucapnya.
Sementara itu, Komite Pengawas KPK, Hadi Masadi, mengatakan bahwa KPK yang mulai
mengendor dalam memberantas korupsi perlu dukungan yang kuat. Bahkan, ada anggota
dewan yang meminta KPK dibubarkan itu adalah merupakan suatu tantangan untuk KPK
bangkit dari kelesuan, katanya. Menurut dia, kalau komisi itu tidak perlu diganti, mungkin
saja personalnya yang harus dirubah, karena itu harus mendapat dukungan kuat dari
masyarakat luas.
Apalagi, banyak kasus korupsi yang baru muncul seperti di Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi serta Kementerian Olahraga dan Pemuda, ucapnya.Kasus Bank Century,
Nazarudin dan Gayus, lanjut dia, memang membuat pemerintah makin berat tugasnya
untuk menuntaskannya bahkan KPK sendiri setelah bersitegang dengan Badan Anggaran
(Banggar) DPR ada yang minta komisi itu dibubarkan."Kami percaya pemerintah dan KPK
akan terus melacak kasus-kasus itu dengan baik, meski menghadapi tantangan yang makin
berat," ucapnya.Hadi Masadi mengatakan, pemerintah yang bersih yang telah direncanakan
oleh pengusaha baru telah hilang, setelah terkuaknya berbagai kasus korupsi yang terjadi
di pemerintahan.Setelah kasus Bank Century yang belum diselesaikan, KPK sendiri hampir
diacak-acak dengan kasus cecak dan buaya yang menimpa kedua wakil ketua KPK itu,
katanya.Kasus-kasus tersebut, menurut membuat nyali KPK mulai berkurang, setelah
mantan Ketua KPK terlibat kasus penembakan.
Sumber : http://www.antaranews.com
Dimuat pada : Selasa,4 Oktober 2011
Dimuat pukul :17.48 wib
Kesimpulan :
Masyarakat Madani meminta pemerintah dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) segera
menuntaskan kasus Bank Century yang saat ini arahnya masih belum jelas, Oleh karena itu,
kasus korupsi sebesar Rp6,7 triliun harus segera dibawa ke pengadilan untuk dibongkar
secara tuntas. Setelah kasus Bank Century yang belum diselesaikan, KPK sendiri hampir
diacak-acak dengan kasus cecak dan buaya yang menimpa kedua wakil ketua KPK itu

11
9. Kasus Korupsi Aulia Pohan

VIVAnews - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) enggan menanggapi mengenai


pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dan Ketua Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Marzuki Alie, bahwa Aulia Tantowi Pohan bukanlah seorang koruptor. "Bagi
KPK, Aulia Pohan sudah melalui proses hukum dan KPK menuntut dia dengan Undang-
Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi," kata Juru Bicara KPK, Johan Budi SP,
Selasa, 24 Agustus 2010.Marzuki Alie menyatakan Aulia yang juga merupakan besan
Presiden SBY tak layak disebut koruptor. "Aulia bukan koruptor, tapi ia ikut kena pasal.
Koruptor itu kan makan uang negara, sementara dia cuma ikut membuat kebijakan," ujar
Marzuki."Orang korupsi kan harusnya untuk kepentingan pribadi. Padahal Aulia tidak
ambil serupiah pun dari kasus yang menjeratnya," kata Marzuki lagi. Dia meminta semua
pihak untuk melihat kasus Aulia secara komprehensif, tidak hanya sepotong-
sepotong.Mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Aulia Pohan menerima remisi
pada saat peringatan Ulang Tahun RI ke-65. Dia bersama dengan tiga terpidana korupsi
aliran dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) BImenerima
pengurangan hukuman selama tigabulan Usai menerima remisi, Aulia Pohan kemudian
mendapatkan pembebasan bersyarat pada 18 Agustus 2010. Pembebasan bersyarat itu
diterima Aulia setelah dia menjalani dua pertiga masa tahanan. Aulia Pohan ditahan sejak
27 November 2008. Sebelumnya, Mahkamah Agung telah mengurangi hukuman Aulia
Pohan dari empat tahun menjadi tiga tahun penjara. Majelis kasasi beralasan Aulia terbukti
bersalah melakukan tindak pidana korupsi dalam kasus itu. Mahkamah menilai Aulia
terbukti melanggar ketentuan dalam Pasal 3 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
yang mengatur mengenai penyalahgunaan kewenangan sehingga menyebabkan terjadinya
korupsi. (kd)

Sumber: hhtp:/vivanews.com
Dimuat pada : selasa, 24 Agustus 2011
Dimuat pukul : 09:09 WIB

Kesimpulan :
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) enggan menanggapi mengenai pernyataan Wakil
Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Marzuki Alie, bahwa Aulia Tantowi Pohan bukanlah seorang koruptor. Aulia bukan
koruptor, tapi ia ikut kena pasal. Koruptor itu kan makan uang negara, sementara dia cuma
ikut membuat kebijakan," ujar Marzuki."Orang korupsi kan harusnya untuk kepentingan
pribadi. Padahal Aulia Pohan tidak mengambil 1 rupiah pun dari kasus yang menjeratnya.
Usai menerima remisi, Aulia Pohan kemudian mendapatkan pembebasan bersyarat pada
18 Agustus 2010. Pembebasan bersyarat itu diterima Aulia setelah dia menjalani dua
pertiga masa tahanan. Aulia Pohan ditahan sejak 27 November 2008. Sebelumnya,
Mahkamah Agung telah mengurangi hukuman Aulia Pohan dari empat tahun menjadi tiga
tahun penjara.

12
10. Kasus Korupsi Bibit-Chandra

Penghentian kasus pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit Samad


Rianto dan Chandra M Hamzah (Bibit-Chandra) berkaitan erat dengan pemutaran rekaman
pembicaraan Anggodo Widjojo dengan sejumlah pihak oleh Mahkamah Konstitusi (MK)
pada 3 November 2009. Ketua MK Mahfud MD kecewa atas penyelesaian kasus tersebut
melalui surat keputusan penghentian penuntutan (SKPP) kejaksaan. Seharusnyakasusitu
diselesaikan dengan abolisi dari Presiden."Secara substantif, dulu ketika ribut-ribut seal
Bibit-Chandra, saya sudah ingatkan, kalau pakai SKPP bisa digugat lagi dengan
praperadilan. Dan kekhawatiran saya itu kini terbukti," tegas Mahfud di Jakarta, kemarin.
Pada Senin (19/4), Pengadilan Negeri Jakarta Selatan melalui majelis hakim tunggal
Nugroho Setiadi mengabulkan gugatan praperadilan yang diajukan Anggodo Widjojo.
Putusan itu membatalkan SKPP kejaksaan dan meminta agar kasus Bibit-Chandra dibawa
ke pengadilan. Menurut Mahfud, ketidakjelasan penyelesaian kasus Bibit-Chandra akan
terhindar jika sejak awal Presiden mengambil langkah hukum tegas, yakni menggunakan
abolisi yang diatur Pasal 14 UUD 1945. "Saat itu saya usulkan gunakan abolisi, dan itu kunci
penyelesaian. Presiden tak perlu ragu karena ini langkah hukum, bukan politik. Hukum kan
bisa menyangkut bidang ekonomi, politik, sosial, dan macam-macam," jelasnya.
Anggota Komisi III DPR dari F-PDIP Gayus Lumbuun mengatakan deponeering
merupakan satu-satunya celah hukum yang bisa . dilakukan Jaksa Agung sesuai
kewenangan yang diatur UU No 16/2004 tentang Kejaksaan. Pasal 25 huruf c UU itu
menyatakan, Jaksa Agung berwenang mengesampingkan perkara demi kepentingan umum.
"Ini kewenangan Jaksa Agung. Saat itu saya usulkan abolisi, itu kunci penyelesaian.
Presiden tak perlu ragu karena itu langkah hukum." tentang asas oportunitas atau dikenal
dengan opportunities beginsel," jelas Gayus. Dasar penjelasan Pasal 25 huruf c, ucap Gayus,
disebutkan bahwa kepentingan umum adalah kepentingan bangsa, negara, dan
masyarakat luas. "Ini dapat dilakukan walaupun ada putusan praperadilan, mengingat
belum adanya penuntutan dalam perkara ini oleh kejaksaan." Deponeering, sambungnya,
bisa menjawab kekhawatiran masyarakat bahwa putusan praperadilan yang dimenangi
Anggodo itu bisa kembali menjadikan Bibit-Chandra sebagai tersangka, bahkan terdakwa.
Indonesia Corruption Watch (ICW) menengarai kemenangan yang diperoleh Anggodo
dalam sidang praperadilan itu berpotensi akan berimbas lebih lanjut ke arah penghancuran
KPK. "Kemenangan Anggodo adalah kemenangan mafia untuk hancurkan KPK," tegas
Koordinator Divisi Hukum ICW Febri Diansyah. Bahkan menurut dia, putusan itu akan
mengancam penuntasan sejumlah kasus korupsi yang sedang ditangani KPK, antara lain
kasus suap dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior BI, kasus Century, dan kasus Anggodo
sendiri.
Sumber: http://www.kpk.go.id
Dimuat pada : 21 Mei 2010
Dimuat pukul :11.10 wib

13
Kesimpulan Akhir :

Kesimpulan yang saya dapatkan dari seluruh kasus korupsi yang pernah terjadi di
Indonesia, tindak pidana korupsi di Indonesia sangat merugikan Negara ,
mengganggu perekonomian, menyengsarakan rakyat, dll hal ini harus segera di
tindak lanjuti secara tuntas agar masalah-masalah korupsi yang terjadi tidak
berlarut-larut. Pelaku tindak pidana korupsi harus dihukum seberat-beratnya jika
perlu di hukum mati karena jika kita hanya menghukum pelaku korupsi dengan
menghukum kurungan penjara selama 3-5 tahun para pelaku korupsi tidak ada jera
dan pasti akan mengulangi perbuatan korupsi itu lagi. Sebagai warga Indonesia kita
harus mampu memberantas/menghentikan tindakan korupsi agar nama Negara
kita tidak di pandang jelek oleh Negara lain….

Penutup :

Sekian Kliping ini saya buat semoga kliping ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi semua orang yang membaca nya.. sekian dan terima kasih.

14

Anda mungkin juga menyukai