Anda di halaman 1dari 110

PROPOSAL THESIS

PENGARUH IMPLEMENTASI ASSESMEN PROJEK


TERHADAP HASIL BELAJAR KKPI DENGAN KOVARIABEL KEMAMPUAN
NUMERIK DAN EKSPEKTASI KARIR BIDANG INFORMATIKA
(STUDI PADA SISWA KELAS XI JURUSAN KKPI SMK NEGERI I DENPASAR)
TAHUN 2013/2014

Oleh:
Rusmayani (1229021070)

PROGRAM STUDI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN


PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
DENPASAR
TAHUN 2013

0
A. JUDUL

PENGARUH IMPLEMENTASI ASSESMEN PROJEK TERHADAP


HASIL BELAJAR KKPI DENGAN KOVARIABEL KEMAMPUAN
NUMERIK DAN EKSPEKTASI KARIR BIDANG INFORMATIKA
(STUDI PADA SISWA KELAS XI JURUSAN KKPI SMK NEGERI I
DENPASAR) TAHUN 2013/2014

B. PENDAHULUAN

B.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan pada hakekatnya adalah mencetak generasi yang mandiri

dan mumpuni serta mampu berkompetisi dan aktif dalam pembangunan

nasional, pernyataan tersebut didukung oleh undang-undang pendidikan

nasional yang berbunyi bahwa pendidikan bertujuan mengembangkan

potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Namun

kenyataan yang terjadi dilapangan, kualitas pendidikan masih jauh dari

harapan masyarakat. Banyaknya lulusan sekolah memiliki keterampilan

yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja sehingga generasi muda

tersebut tidak dapat diharapkan untuk menjadi anggota yang produktif di

masyarakat. Lemahnya proses tersebut membuktikan adanya kelemahan

dalam proses pembelajaran selama ini. Berdasarkan data terakhir (Februari

2010), saat ini Bali masih “mengoleksi” sekitar 75.635 orang pengangguran

terbuka yang mayoritas dari mereka berstatus lulusan SMA/SMK, dengan

persentase 50,92% dari keseluruhan pengangguran di Bali (Bali Post, 11

Agustus 2010). Data tersebut menggambarkan banyaknya lulusan SMK

1
yang tidak terserap dalam dunia kerja atau produktivitas yang rendah,

masalah ini terjadi juga karena ketidaksesuaian antara keinginan yang

berlebihan dan pengharapan mendapatkan pekerjaan (job expectation)

terutama dikalangan orang-orang yeng berpendidikan tinggi (Todaro, 1995).


Rendahnya kualitas para lulusan kejuruan mengindikasikan

ketidaksiapan lulusan dalam memasuki dunia kerja, ketidaksiapan tersebut

tentunya dipicu oleh permasalahan yang muncul dalam proses

pembelajaran. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal (khususnya

SMK), seharusnya berfungsi mengarahkan dan mengembangkan sumber

daya manusia dengan lebih terarah sesuai dengan spesifikasinya melalui

proses pembelajaran. Sekolah tidak hanya dituntut untuk menghasilkan

lulusan yang berijasah akan tetapi diharapkan memiliki pengetahuan,

keterampilan, dan kualitas diri untuk mempersiapkan diri dalam persaingan

di masyarakat. Selain tujuan seperti diatas, sekolah menengah kejuruan juga

memiliki misi yakni menghasilkan tenaga kerja menengah yang dibekali

dengan kemampuan-kemampuan produktif, kemampuan-kemampuan

normatif dan adaptif. Sehingga nantinya menggambarkan keutuhan

karakteristik tamatan pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian yang

tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Disamping itu juga

mengembangkan sikap profesional, mampu memilih karir, berkompeten dan

mampu mengembangkan diri.


Menilik permasalah pendidikan tersebut diatas, pembelajaran sudah

seharusnya dikembalikan pada konsep learning to do sebagai salah satu

pilar pendidikan yang dirumuskan oleh UNECO. Konsep ini mengandung

pengertian bahwa belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat

2
dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar untuk berbuat dengan

tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era

persaingan global. sehingga sudah seharusnya wahana belajar hendaknya

memiliki seperangkat kemampuan yang harus dipelajari dan dikuasai siswa

sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Terkait dengan hal tersebut diatas

berbagai pendekatan dan asesmen pembelajaran timbul dalam kurun waktu

terakhir ini, sebagai salah satu kiat atau upaya untuk membelajarkan siswa

dan memperbaiki permasalah pendidikan agar proses tersebut bisa

berlangsung optimal dan maksimal. Berbagai inovasi dalam pembelajaran

ataupun asesmen dikembangkan dikaitkan dengan teori belajar tertentu dan

disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran tertentu pula.


KKPI adalah singkatan dari Keterampilan Komputer dan

Pengelolaan Informasi. Teknologi informasi dan komunikasi berkembang

pesat, dipicu oleh temuan dalam bidang rekayasa material mikroelektronika.

Perkembangan ini berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan,

bahkan perilaku dan aktivitas manusia banyak bergantung pada teknologi

informasi dan komunikasi. Mata pelajaran KKPI dimaksudkan untuk

mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi pesatnya

perkembangan tersebut. Mata pelajaran KKPI perlu diperkenalkan,

dipraktikkan dan dikuasai peserta didik sedini mungkin agar siswa memiliki

bekal untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan global. Untuk

menghadapinya diperlukan kemampuan dan kemauan belajar sepanjang

hayat dengan cepat dan cerdas. Hasil-hasil teknologi informasi dan

komunikasi banyak membantu manusia untuk dapat belajar secara cepat.

Dengan demikian selain sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari,

3
teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk

merevitalisasi proses belajar yang pada akhirnya dapat mengadaptasikan

peserta didik dengan lingkungannya dan dunia kerja.


Mata pelajaran KKPI membekali peserta didik untuk beradaptasi

dengan dunia kerja dan perkembangan dunia, juga pendidikan pada jenjang

yang lebih tinggi. Mata pelajaran KKPI diajarkan untuk mendukung

pembentukan kompetensi program keahlian serta memudahkan peserta didik

mendapatkan pekerjaan yang berskala nasional maupun internasional. Pada

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) KKPI merupakan salah satu mata

pelajaran kelompok adaptif. KKPI mulai diimpletasikan pada kurikulum

SMK edisi 2004 sampai dengan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). KKPI adalah paradigma masa depan, bukan paradigma

sekarang atau masa lalu. KKPI merupakan salah satu bentuk bentuk

kepedulian pengembang IT Depdiknas untuk mempersiapkan anak bangsa

agar siap menghadapi zaman di era teknologi, melalui pelajaran KKPI siswa

diharapkan mampu mengoperasikan komputer dan mengelola informasi.

Teknologi Informasi (KKPI) merupakan mata pelajaran yang jumlah

pembelajarannya lebih banyak praktikum sehingga diperlukan kleterampilan

siswa dalam mengoperasikan komputer disamping itu KKPI sebagai salah

satu mata pelajaran eksak, yakni mata pelajaran yang memuat banyak

syntak-syntak matematis, maka kontribusi kemampuan numerik diduga

memiliki peranan yang tinggi dalam pencapaian kompetensi tersebut.

Artinya kemampuan numerik yang tinggi menyebabkan hasil belajar KKPI

tinggi, sebaliknya kemampuan numerik rendah menyebabkan hasil belajar

KKPI juga rendah sehingga diduga memiliki harapn karir yang rendah juga

4
dalam dunia kerja. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilibatkan

kemampuan numerik dan ekspetasi karir bidang informatika sebagai

kovariabel yang diduga berpengaruh terhadap hasil belajar.


Berbicara mengenai hasil belajar, maka tidak dapat dipisahkan dari

proses belajar mengajar yang terjadi dalam diri peserta didik. Proses belajar

yang kurang sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi

pelajaran akan berakibat pada hasil belajar yang kurang maksimal bahkan

dapat menghasilkan pemahaman konsep-konsep yang salah (misskonsepsi).

Berkaitan dengan proses dan hasil belajar, Slameto (2003: 1-2)

mengemukakan bahwa dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah,

kegiatan belajar merupakan kegatan yang paling pokok, yang berarti bahwa

berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada

bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.

Penilaian dalam kurikulum KTSP menganut prinsip penilaian yang

berkelanjutan dan komperehensif guna mendukung upaya memandirikan

siswa untuk belajar, bekerjasama, dan menilai diri sendiri.


Undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003 pasal

11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk

menjamin terselenggaranya pendidikan yang berkualitas bagi setiap warga

Negara. Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang

terus menerus meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya meningkatkan

kualitas pendidikan memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran

karena hal ini bermuara dari berbagai program pendidikan adalah pada

terlaksananya program pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu

upaya meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya

5
peningkatan kualitas pembelajaran, peningkatan kualitas pembelajaran

memerlukan upaya optimalisasi proses dan hasil belajar secara holistik

karena hakikat kualitas pembelajaran adalah merupakan kualitas

implementasi dari program pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya.


Upaya optimalisasi proses dan hasil belajar memerlukan informasi

hasil assessment terhadap kualitas proses dan hasil belajar sebelumnya,

untuk dapat melakukan pembaharuan dalam pembelajaran, kegiatan

assessment terhadap kualitas pembelajaran yang sedang maupun telah

berjalan sebelumnya perlu dilakukan dengan baik, hasil assessment program

sebelumnya merupakan acuan yang tidak dapat ditinggalkan.


Menyinggung tentang penilaian, tentunya tidak bisa terlepas dari

kata "Evaluasi (evaluation)", dimana evaluasi (evaluation) dalam kurikulum

Tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan suatu proses yang dilakukan

melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian,

pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan

pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan

informasi hasil belajar peserta didik. Untuk mengumpulkan informasi

tentang kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan beragam teknik, baik

berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik

mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian

kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan

indikator-indikator pencapaian hasil belajar, yang meliputi tiga domain,

yaitu; kognitif, afektif, dan psikomotor. Ada tujuh teknik yang dapat

digunakan dalam penilaian pembelajaran yang sesuai dengan KTSP, yaitu

6
dengan pengumpulan kerja siswa (portofolio), penilaian tertulis (paper and

pencil assessment), penilaian produk (product assessment), penilaian diri

(self assessment), penilaian unjuk kerja (performance assessment), penilaian

projek (project assessment) dan penilaian sikap.


Penilaian projek (project assessment) merupakan kegiatan

penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu

tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan,

pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data. Asesmen projek

dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan penyelidikan

dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran

tertentu secara jelas. Dalam asesmen projek setidaknya ada tiga hal yang

perlu dipertimbangkan yaitu (1) kemampuan pengelolaan artinya

kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan

mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan. (2) relevansi

artinya kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap

pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan dalam pembelajaran. (3) keaslian

artinya projek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil

karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan

dukungan terhadap projek peserta didik, disamping itu, penilaian projek ini

merupakan suatu sarana yang penting untuk menilai kemampuan umum,

baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam semua bidang,

khususnya bidang Teknologi Informasi (KKPI) di SMK. Pertimbangan lain

untuk mendukung penggunaan asesmen projek juga dinyatakan oleh Mc.

Lughin dan Voght (1996) bahwasanya perlu dilakuakn perubahan orientasi

7
asesmen kea rah yang lebih terbuka (open-ended), dimana asesmen ini siswa

membangun responnya sendiri.


Dari uraian diatas dapat dilihat beberapa alasan mengapa asesmen

projek harus diterapkan dalam pembelajaran KKPI, seperti (1) guru dapat

memantau perkembangan dan pencapaian kemampuan siswa dalam

pembelajaran TI secara individual, (2) memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil karyanya, (3) memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang

diperbuatnya sehingga kecil kemungkinan bagi siswa untuk membuat

kesalahan yang sama pada kegiatan berikutnya, (4) mencangkup ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor secara bersama-sama. Berdasarkan

pernyataan tersebut diatas, dapat dikatakan sistem asesmen dalam proses

pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Berkaitan dengan

sistem asesmen dalam proses pembelajaran yang diungkapkan diatas,

sebetulnya metode pembelajaran dengan menerapkan sistem asesmen projek

bermuara pada pemahaman konsep secara utuh pada diri siswa. Pemahaman

konsep secara utuh berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini sesuai

dengan kenyataan bahwa tingkat hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal.


Selanjutnya asesmen konvensional pada umumnya dilakukan

semata-mata hanya menekankan pada penguasaan konsep yang dijaring

dengan tes tertulis obyektif dan subyektif sebagai alat ukurnya. Hal ini

didukung oleh penelitian Nuryani, dkk (dalam Mulyana, 2005) yang

mengemukakan bahwa pengujian yang dilakukan selama ini baru mengukur

pengusaan materi saja dan itu pun hanya meliputi ranah kognitif tingkat

8
rendah. Keadaan semacam ini merupakan salah satu penyebab guru enggan

melakukan kegiatan pembelajaran yang memfokuskan pada pengembangan

keterampilan proses anak. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan umumnya

hanya terpusat pada penyampaian materi dalam buku teks. Keadaan faktual

ini mendorong siswa untuk menghapal pada setiap kali akan diadakan tes

harian atau tes hasil belajar. Padahal untuk jenjang siswa kelas menengah

harus diutamakan adalah daya nalar dan keartivitas dalam mengaplikasikan

konsep secara nyata melalui hasil/produk. Terlepas dari hal tersebut diatas

faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kemampuan yang

dimiliki seseorang. kemampuan yang dimiliki siswa akan sangat

mempengaruhi keterampilan dan cara bersikap dalam bidang pekerjaannya.

Suryabrata (2002) berpendapat bahwa seseorang akan berhasil jika belajar

sesuai dengan bakatnya, sejalan dengan hal itu penelitian yang dilakukan

Pudjiono (1982) tentang daya prediksi bakat, menyimpulkan bahwa bakat

Verbal Reasoning (VR) dan kemampuan numerikal Ability (NA)

mempunyai daya prediksi lebih tinggi di banding daya prediksi berdasarkan

tes prestasi belajar siswakemampuan yang berkaitan dengan kecermatan dan

kecepatan dalam penggunaan fungsi-fungsi hitungan dasar. Jika dipadukan

dengan kemampuan mengingat, maka tes ini dapat mengungkap

kemampuan intelektual seseorang terutama kemampuan penalaran berhitung

dan berfikir secara logis. Hal lain yang akan terlihat juga adalah kemampuan

kuantitatif, ketelitian, dan keakuratan individu dalam mengerjakan sesuatu.

Ingatan akan pengetahuan yang sudah pernah dipelajari dibangku sekolah

pun turut berperan saat individu menyelesaikan projeknya. Kemampuan

9
numerik menyangkut dimensi intelektual yang merupakan kemampuan

potensial yang dimiliki siswa dalam melakukan operasi hitung secara

manual yang meliputi operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian,

pembagian, perpangkatan, dan perakaran yang memungkinkan untuk

berkembang dan berprestasi di bidang TI. Tetapi pada kenyataannya pihak

sekolah tidak sepenuhnya memperhatikan kemampuan tersebut pada tiap

diri anak, hal ini tentunya berpengaruh pada pelaksanaan dalam proses

pembelajaran, dimana guru sangatlah kesulitan untuk menerapkan

seperangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.

Karakteristik siswa yang heterogen, sehingga diperlukannya suatu strategi

untuk melayani para siswa. Menurut Campbell, dkk yang dikutip Nasution

(2007) bahwa secara filosofis siswa harus memiliki peluang untuk dapat

melakukan eksplorasi kreatif atas ketertarikan individual dan bakat mereka

sambil belajar ketrampilan dan konep melalui sarana multimodal. Hasil

penelitian Purnawan (2009) menyebutkan bahwa terdapat korelasi yang

positif antara kemampuan numerik siswa dengan prestasi belajarnya pada

mata program diklat produktif. Dari pernyataan dan penelitian terdahulu

tersebut mengisyaratkan bahwa selain jenis asesmen, kemampuan juga

diduga berpengaruh terhadap prestasi belajarnya, selain itu penguasaan

pengetahuan dan keterampilan juga meningkat sehingga kesiapan sumber

daya manusia juga meningkat..


Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas diduga dengan

memberikan asesmen yang berbeda pada setiap kelas akan memberikan

pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar siswa disamping

mempertimbangkan kemampuan numerik dan ekspektasi karir bidang

10
informatika siswa. Oleh sebab itu, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian yang berjudul Pengaruh Implementasi Assesmen Projek

Terhadap Hasil Belajar KKPI Dengan Kovariabel Kemampuan

Numerik Dan Ekspektasi Karir Bidang Informatika (Studi Pada Siswa

Kelas XI Jurusan KKPI SMK Negeri I Denpasar)Tahun 2013/2014.

B.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan yang muncul sebagai berikut.

1) Pemahaman guru terhadap pentingnya penilaian dalam rangka

melihat kemajuan belajar relatif belum optimal, sehingga guru lebih

mementingkan metode daripada penilaian. Hal ini dapat dilihat dari

perencanaan pembelajaran yang dibuat guru, bahwa penilaian yang

dibuat guru tidak terkait dengan kompetensi yang diajarkan, bahkan

penilaian cenderung hanya mengukur tataran kognitif saja.


2) Kemampuan guru dalam mengkemas materi dan menentukan sistem

asesmen yang dilakukan belum dilakukan dengan sungguh-sungguh


3) Kompetensi guru dalam merancang asesmen inovatif (projek) masih

kurang sehingga guru cenderung menggunakan penilaian yang

mengarah pada asesmen konvensional yang lebih memprioritaskan

mengukur kemampuan kognitif semata.

11
4) Kemampuan numerik siswa kurang dipertimbangkan dalam

perancangan pembelajaran termasuk didalamnya dalam merancang

penilaian
5) Guru kurang memperhatikan dan mengarahkan keinginan, cita-cita

atau harapan siswa mengenai jurusan yang dipilihnya untuk karir

mereka setelah menamatkan bangku sekolah


6) Siswa yang memiliki kemampuan numerik tinggi dan rendah

memerlukan perlakuan penggunaan asesmen yang berbeda, sehingga

penggunaan asesmen dalam pembelajaran harus didasari oleh

karakteristik kemampuan siswa yang beragam


7) Dalam proses belajar mengajar siswa belum memahami

permasalahan-permasalahan yang muncul sehingga sulit untuk

memecahkannya.
8) Faktor karakteristik kemampuan siswa berpengaruh terhadap hasil

belajar
9) Penerapan asesmen projek ditinjau dari penelusuran kemampuan

khusus siswa belum banyak dilakukan oleh para pendidik.

B.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas dalam penelitian ini

difokuskan dan dibatasi pada permasalahan sebagai berikut.

1) Penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan asesmen projek

yang ditinjau dari kemampuan numerik siswa dan harapan siswa

akan karir di bidang informatika.

2) Kemampuan numerik siswa hanya dibedakan kemampuan numerik

tinggi dan kemampuan numerik rendah berdasarkan tes kemampuan

numerik

12
3) Penelitian ini berusaha mendokumenkan karya siswa dan

mengkontekstualkan materi ajar melalui penerapan asesmen projek

4) Hasil belajar terbatas pada hasil belajar KKPI SMK kelas XI

B.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah diungkap pada latar belakang, maka

dalam penelitian ini berusaha memecahkan permasalahan yang ditemui.

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1) Apakah terdapat pengaruh hasil belajar KKPI antara kelompok siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan asesmen projek

dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan asesmen konvensional pada siswa kelas XI Sekolah

Menengah Kejuruan Negeri I Denpasar?


2) Setelah diadakan pengendalian pengaruh variabel kemampuan

numerik siswa, apakah ada pengaruh hasil belajar KKPI antara

kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan

asesmen projek dan kelompok siswa yang belajar dengan

menggunakan asesmen konvensional pada siswa kelas XI SMK

Negeri I Denpasar?
3) Setelah diadakan pengendalian pengaruh variabel ekspektasi karir

bidang informatika, apakah ada pengaruh hasil belajar KKPI antara

kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan

asesmen projek dan kelompok siswa yang belajar dengan

menggunakan asesmen konvensional pada siswa kelas XI SMK

Negeri I Denpasar?

13
4) Setelah diadakan pengendalian secara simultan antara variabel

numerik dan ekspektasi karir bidang informatika, apakah ada

pengaruh hasil belajar KKPI antara kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran menggunakan asesmen projek dan kelompok siswa

yang belajar dengan menggunakan asesmen konvensional pada siswa

kelas XI SMK Negeri I Denpasar?


5) Seberapa besar kontribusi kemampuan numerik terhadap hasil

belajar KKPI pada siswa kelas XI SMK Negeri I Denpasar?


6) Seberapa besar kontribusi ekspektasi karir terhadap hasil belajar

KKPI pada siswa kelas XI SMK Negeri I Denpasar?


7) Seberapa besar kontribusi secara simultan antara kemampuan

numerik dan ekspektasi karir terhadap hasil belajar KKPI pada siswa

kelas XI SMK Negeri I Denpasar?

B.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diungkapkan, adapun

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui pengaruh hasil belajar KKPI antara kelompok

siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan asesmen

projek dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan asesmen konvensional pada siswa kelas XI Sekolah

Menengah Kejuruan Negeri I Denpasar.


2) Untuk mengetahui pengaruh hasil belajar KKPI antara kelompok

siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan asesmen projek

dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan asesmen

konvensional, Setelah diadakan pengendalian pengaruh variabel

14
kemampuan numerik siswa pada siswa kelas XI SMK Negeri I

Denpasar.
3) Untuk mengetahui pengaruh hasil belajar KKPI antara kelompok

siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan asesmen projek

dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan asesmen

konvensional, Setelah diadakan pengendalian pengaruh variabel

ekspektasi karir bidang informatika pada siswa kelas XI SMK

Negeri I Denpasar.
4) Untuk mengetahui pengaruh hasil belajar KKPI antara kelompok

siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan asesmen projek

dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan asesmen

konvensional, Setelah diadakan pengendalian secara simultan antara

variabel numerik dan ekspektasi karir bidang informatika pada siswa

kelas XI SMK Negeri I Denpasar.


5) Untuk mengetahui besarnya kontribusi kemampuan numerik

terhadap hasil belajar KKPI pada siswa kelas XI SMK Negeri I

Denpasar.
6) Untuk mengetahui besarnya kontribusi ekspektasi karir terhadap

hasil belajar KKPI pada siswa kelas XI SMK Negeri I Denpasar.


7) Untuk mengetahui besarnya kontribusi secara simultan antara

kemampuan numerik dan ekspektasi karir terhadap hasil belajar

KKPI pada siswa kelas XI SMK Negeri I Denpasar.

B.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat atau signifikansi dari penelitian ini dapat ditinjau

dari dua aspek, yaitu aspek teoritis dan aspek praktis.


B.6.1. Aspek Teoritis

Ditinjau dari aspek teoritis manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

15
1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pengkajian ilmu

pengetahuan khsususnya yang berkaitan dengan pembelajaran

bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMK, menambah

wawasan keilmuan, dan pengembangan keilmuan secara holistic


2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan teori pendidikan khususnya tentang penggunaan

asesmen projek pada mata pelajaran KKPI.


3) Hasil penelitian ini diharapkan memperkuat teori tentang

kemampuan numerik, bahwa kemampuan numerik siswa

berpengaruh juga terhadap hasil belajar di samping penggunaan

asesmen projek.

B.6.2. Aspek Praktis


Ditinjau dari aspek teoritis manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan professional

guru dalam mengelola pembelajaran khususnya dalam penggunaan

asesmen projek.
2) Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

pijakan dalam rangka mengubah pola fikir dalam belajar, dari

kebiasaan menunggu menjadi aktif, kreatif, dan mandiri dalam

rangka meningkatkan kemampuan berfikir, keaktifan dan prestasi

belajar.

16
C. KAJIAN TEORI

C.1 Deskripsi Teori

C.1.1 Hakikat Asesmen

Asesmen merupakan cara salah satu kegiatan pengukuran. Menurut

Lidz (2003) mengatakan bahwa asesmen adalah proses pengumpulan

informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak, yang meliputi gejala

dan intensitasnya, kendala yang dialami, kelebihan dan kekurangannya serta

peran pendukung yang dibutuhkan anak. Menurut Hamzah B. Uno dan

Satria Koni dalam (Anthony J. Nitko) asesmen adalah sebuah proses yang

ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka

untuk membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum,

program-program, kebijakan pendidikan, metode atau instrumen pendidikan

lainnya oleh suatu badan, lembaga, organisasi, atau institusi resmi yang

menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu. Penalaah suatu istilah umum

yang meliputi prosedur yang digunakan mengemukakan untuk

mendapatkan informasi tentang belajar siswa (observasi, rata-rata

pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan belajar lain.

menggertian ini dijelaskan oleh Linn dan Grondlund bahwa assessment

(penilaian) ada dalam Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris

evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan

17
Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan

evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing

useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi

merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi

yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan. Evaluasi

menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang

dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi

(1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil

pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution

(2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses

pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh

melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes

maupun non tes.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah

pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga

dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan

menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-

alternatif keputusan. Dengan demikian, evaluasi merupakan suatu proses

yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai

sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto,

2002). Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan

serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program

pendidikan. Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih meninjau pengertian

evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai

18
sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai. Berdasarkan tujuannya,

terdapat pengertian evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi formatif

dinyatakan sebagai upaya untuk memperoleh feedback perbaikan program,

sementara itu evaluasi sumatif merupakan upaya menilai manfaat program

dan mengambil keputusan (Lehman, 1990).

Selain itu, asesmen juga diperlukan untuk memperoleh informasi

yang membedakan antara apa ini (what is) dengan apa yang diinginkan

(what is desired) sesuai dengan kebutuhan. Asesmen memiliki hubungan

yang sangat signifikan dengan perencanaan dan pelaksanaan model-model

pendekatan pembelajaran. Jika kedua komponen tersebut didesain dengan

pendekatan “client centered” atau “bottom up”, asesmen akan mengarah

pada inovasi. Hal ini memiliki makna bahwa asesmen tidak hanya

berorientasi pada hasil/produk akhir, tetapi justru akan lebih terfokus pada

proses pembelajaran, yaitu mulai dari membuka sampai dengan mengakhiri

pembelajaran; atau setidak-tidaknya akan ada keseimbangan antara proses

pembelajaran dengan hasil pembelajaran. Dengan demikian asesmen akan

benar-benar bisa memenuhi kriteria objektivitas dan keadilan, sehingga

keputusan yang akan diambil oleh guru dapat benar-benar sesuai dengan

kemampuan diri itu sendiri.

a. Tujuan dan Fungsi Assesment

Secara umum evaluasi bertujuan untuk melihat sejauhmana suatu

program atau suatu kegiatan tertentu dapat mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Secara spesifik evaluasi banyak memiliki tujuan dan manfaat

19
seperti menurut Buchori (Hamzah B. Uno dan Satria Koni ) dalam

pendidikan orang mengadakan evaluasi untuk memenuhi dua tujuan yakni

(1) untuk mengetahui kemajuan anak atau siswa setelah siswa tersebut

menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu, dan (2) untuk

mengetahui tingkat efesiensi metode-metode pendidikan yang dipergunakan

pendidikan selama jangka waktu tertentu. Sedangkan Suharsimi Arikunto

mengatakan bahwa tujuan atau fungsi evaluasi ada beberapa hal yaitu (1)

penilaian berfungsi selektif, (2) penilaian berfungsi diagnostic, (3) penilaian

berfungsi sebagai penempatan, (4) penilaian berfungsi sebagai pengukur

keberhasilan, selanjutnya Anas Sudijoano mengemukakan bahwa secara

umum, penilaian sebagai suatu tindakan atau proses setidaknya memiliki

tiga fungsi, yaitu (1) mengukur kemajuan, (2) merancang penyusunan

rencana, (3) memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali. Selain

itu, menurut Thoha fungsi evaluasi pendidikan bila dilihat dari kepentingan

masing-masing pihak memiliki lima fungsi, yaitu fungsi (1) bagi guru, (2)

bagi murid, (3) bagi sekolah, (4) bagi orang tua, dan (5) bagi masyarakat.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa fungsi penilaian bagi guru adalah

untuk (1) mengetahui kemajuan belajar peserta didik, (2) mengetahui

kedudukan masing-masing individu peserta didik dalam kelompoknya, (3)

mengetahui kelemahan-kelemahan cara belajar-mengajar dalam PBM, (4)

memperbaiki proses belajar-mengajar, dan (5) menentukan kelulusan murid.

Sedangkan bagi murid, penilaian pendidikan berfungsi untuk (1)

mengetahui kemampuan dan hasil belajar, (2) memperbaiki cara belajar, (3)

menumbuhkan motivasi dalam belajar. Fungsi bagi sekolah adalah (1)

20
mengukur mutu hasil pendidikan, (2) mengetahui kemajuan dan

kemunduran sekolah, (3) membuat keputusan terhadap peserta didik, (4)

mengadakan perbaikan kurikulum. Adapun fungsi penilaian bagi orangtua

yaitu (1) mengetahi hasil belajar anaknya, (2) meningkatkan pengawasan

dan bimbingan serta bantuan kepada anaknya dalam usaha belajar, dan (3)

mengarahkan pemilihan jurusan atau jenis sekolah pendidikan lanjutan bagi

anaknya. Sedangkan yang terakhir yakni fungsi penilaian bagi masyarakat

adalah (1) mengetahui kemajuan sekolah, (2) ikut mengadakan kritik dan

saran perbaikan kurikulum pendidikan pada sekolah tersebut, dan (3) lebih

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam usahanya membantu lembaga

pendidikan. Berikut bagan hubungan komponen tersebut

Tujuan

KBM Evaluasi

Bagan C.1 Hubungan komponen prinsip umum evaluasi

Dari tujuan asismen diatas berikut fungsi asismen

1) Memperkuat kegiatan belajar


2) Menguji pemahaman dan kemampuan siswa
3) Memastikan pengetahuan prasyarat yang sesuai
4) Mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran
5) Memotivasi siswa
6) Memberi umpan balik bagi siswa
7) Memberi umpan balik bagi guru
8) Memelihara standar mutu
9) Mencapai kemajuan proses dan hasil belajar
10) Memprediksi kinerja pembelajaran sebelumnya
11) Menilai kualitas belajar

21
b. Langkah-Langkah Implementasi Asesmen

1) Langkah Pertama

(Menjabarkan Kompetensi dasar (KD) ke dalam indikator

pencapaian hasil belajar).

Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau

proses yang berkontribusi atau menunjukkan ketercapaian suatu

kompetensi dasar. Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata

kerja opersional yang dapat diukur, seperti: mengidentifikasi,

menghitung, membedakan, menyimpulkan dan lain sebagainya.

Indikator pencapaian hasil belajar ini dikembangkan oleh pendidik

dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap

peserta didik, keluasan dan kedalaman kompetensi dasar, dan daya

dukung sekolah. Indikator-indikator pencapaian ahsil belajardari

setiap kompetensi dasar merupakan acuan yang digunakan untuk

melakukan penilaian.

Tabel C.1 Contoh format Penjabaran SK/KD menjadi indikator


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/2

Standar Kompetensi Dasar Indikator*


Kompetensi
Melakukan Melakukan 1) Mendeskripsikan perkalian
perkalian dan perkalian bilangan sebagai penjumlahan berulang
pembagian yang hasilnya sebanyak “n”
bilangan sampai bilangan dua 2) Memberikan contoh perkalian
dua angka angka yang hasilnya dua angka
3) Menerapkan operasi perkalian

22
dalam kehidupan sehari-hari
secara sederhana
4) Menerapkan perkalian dua angka
secara bersusun

*Indikator dikembangkan oleh pendidik satuan pendidikan sesuai


dengan kondisi daerah dan satuan pendidikan masing-masing, satu KD
dapat dikembangkan menjadi beberapa indicator

2) Langkah Kedua

(Menetapkan kriteria ketuntasan setiap indikator)

Setelah menjabarkan kompetensi dasar menjadi beberapa indikator,

maka langkan selanjutnya adalah menetapkan kriteria ketuntasan pada

setiap indikator. Rentang persentase kriteria ketuntasan setiap indikator

adalah 0% - 100%.

Tabel C.2 Contoh format Penetapan kriteria Ketuntasan Indikator


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/2

Standar Kompetensi Indikator* Kriteria


Kompetensi Dasar Ketuntasan
Melakukan Melakukan 1) Mendeskripsikan 85%
perkalian dan perkalian perkalian sebagai
pembagian bilangan yang penjumlahan berulang
bilangan hasilnya sebanyak “n”
85%
sampai dua bilangan dua 2) Memberikan contoh
angka angka perkalian yang hasilnya
dua angka
3) Menerapkan operasi 80%
perkalian dalam
kehidupan sehari-hari
secara sederhana
4) Menerapkan perkalian 80%
dua angka secara
bersusun

23
3) Langkah Ketiga

(Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi

Dasar, Indikator, Kriteria Ketuntasan, dan Aspek yang terdapat pada

rapor)

Tabel C.3 Contoh format Pemetaan


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/2

Standar Kompetensi Indikator* Kriteria Aspek


Kompetensi Dasar Ketuntasan
Melakukan Melakukan 1) Mendeskripsikan 85% Kemampuan
perkalian perkalian perkalian sebagai dasar
dan bilangan penjumlahan
pembagian yang berulang
85%
bilangan hasilnya sebanyak “n”
sampai dua bilangan 2) Memberikan Kemampuan
angka dua angka contoh perkalian dasar
yang hasilnya dua 80%
angka
3) Menerapkan Kemampuan
operasi perkalian lanjutan
dalam kehidupan 80%
sehari-hari secara
sederhana
4) Menerapkan Kemampuan
perkalian dua lanjutan
angka secara
bersusun

4) Langkah Keempat

(Pemetaan standar kompetensi, Kompetensi dasar, Indikator, Kriteria

ketuntasan, Aspek penilaian, dan Teknik penilaian)

Tabel C.4 Contoh format Pemetaan lanjutan


Mata Pelajaran : Matematika

24
Kelas/Semester : II/2

Standar Kompetensi Indikator* Kriteria Aspek Teknik Penilaian


Kompetensi Dasar Ketuntasan

Unjuk kerja

Portofolio
Produk
Sikap
Tes
Melakukan Melakukan 1) Mendeskri 85% Kemamp
perkalian dan perkalian psikan uan dasar
pembagian bilangan perkalian
bilangan yang sebagai
sampai dua hasilnya penjumlah 85%
angka bilangan an
dua angka berulang Kemamp
sebanyak uan dasar
“n” 80%
2) Memberika
n contoh Kemamp
perkalian uan
yang 80% lanjutan
hasilnya
dua angka
3) Menerapka
n operasi
perkalian Kemamp
dalam uan
kehidupan lanjutan
sehari-hari
secara
sederhana
4) Menerapka
n perkalian
dua angka
secara
bersusun

c. Pengertian Asesmen Projek

Penilaian projek adalah kegiatan penilaian terhadap suatu tugas

yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu Zainal Arifin (2009),

penilaian projek dilakukan mulai dari pengumpulan, pengorganisasian,

25
penilaian, hingga penyajian data. Projek juga akan memberikan informasi

tentang pemahaman dan pengetahuan tertentu. Kemampuan peserta didik

dalam pengaplikasian pengetahuan, dan kemampuan peserta didik untuk

mengomunikasikan informasi. Penilaian projek atau seringkali disebut

pendekatan projek (project approach) adalah investigasi mendalam

mengenai suatu topik nyata. Dalam projek, peserta didik mendapat

kesempatan mengaplikasikan keterampilannya. Penilaian melalui projek

dilakukan terhadap suatu tugas atau penyelidikan yang dilakukan siswa

secara individual atau kelompok untuk periode tertentu. Tugas tersebut

berupa investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,

pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Projek kerap kali

melibatkan data primer dan sekunder, mengevaluasi secara kritis hasil

penyelidikan, dan bekerja sama dengan orang lain. Penilaian melalui

penugasan ini biasanya diberikan pada saat melakukan tugas akhir dalam

bentuk karya ilmiah, pelaporan terhadap suatu kegiatan, atau dalam bentuk

makalah-makalah yang diberikan pada saat menjalani mata pelajaran

tertentu.

Hal ini selain memperkaya pemahaman, memperdalam ilmu

pengetahuan, dan memperkuat penalaran, serta mampu melatih daya tulis

dan daya baca siswa. Dan tentu saja hal ini sangat berguna pada jenjang

yang lebih tinggi yakni di perguruan tinggi, bahkan jika sudah terlatih

dengan baik maka siswa bisa mengikuti Karya Ilmiah Remaja yang tentu

semakin menciptakan daya saing siswa pada tingkatan tertentu. Oleh karena

itu, penilaian projek ini sangat bermanfaat bila digunakan untuk menilai

26
ketrampilan menyelidiki secara umum disegala bidang pembelajaran.

Disamping itu, penilaian projek dapat digunakan untuk mengetahui

pemahaman dan pengetahuan siswa terhadap bidang tertentu, mengetahui

kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan itu terhadap penyelidikan

tertentu, dan mengetahui kemampuan siswa dalam menginformasikan

subjek tertentu secara jelas. Karena itulah penilaian melalui penugasan ini

sangat penting manfaatnya bagi siswa itu sendiri. Dalam penilaian projek,

setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai

berikut.

1) Kemampuan Pengelolaan

Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi,

mengelola waktu pengumpulan data, dan penulisan laporan.

2) Relevansi

Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap

pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajaran.

3) Keaslian

Projek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya.

Projek biasanya memiliki tiga fase utama, yaitu:

1) Fase Perencanaan; dalam fase ini guru menyusun suatu Tugas Projek

yang berisi: tema atau topik projek, dan petunjuk tentang apa yang

mesti dilakukan oleh peserta didik;


2) Fase Pengembangan; dalam fase ini peserta didik mencari bahan,

memodifikasi naskah, berdiskusi dengan ahli, berlatih secara

terbimbing maupun mandiri; dan

27
3) Fase Akhir; dalam fase ini peserta didik menampilkan hasil kerja

mereka. Sejalan dengan itu, Suwandi (2011: 100), mengatakan bahwa

penilaian projek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,

sampai hasil akhir projek. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan

alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

Tabel C.5 Perbandingan Asesmen

Aspek Asesmen
Kinerja Esai Penilaian Diri Potrofolio Projek
Tugas Tes esai jawaban Ceklis evaluasi Kumpulan hasil Pertunjukan
(Task), terbuka (extended- diri, sosialisasi karya siswa yang (misalnya, drama
Bentuk Kriteria response) dan tujuan dapat menunjukan musikal), konstruksi
penskoran jawaban terbatas pembelajaran dan pencapaian dan (misalnya,
(Rubrik), (restricted- curah pendapat perkembangan hasil membangun sebuah
dan unjuk response) sangat tepat belajar siswa kolam ikan), karya
Kerja dilakukan tulis (misalnya,
KIR).
Penelusuran Mengukur hasil Mengembangkan 1) Perkembangan Mendalam mengenai
Kecoco produk belajar pada unsur metakognisi hasil belajar siswa suatu topik nyata,
kan dalam tingkatan yang yang sangat 2) Menunjukan dan
digunak proses lebih tinggi atau berperan dalam kemampuan siswa mengaplikasikan
an artinya kompleks. Esai proses belajar secara langsung keterampilan
hasil-hasil memberi 3) Menilai secara
kerja yang kesempatan keseluruhan
ditunjukkan kepada peserta pencapaian hasil
dalam didik untuk belajar siswa
proses menyusun,
pelaksanaan menganalisis, dan
program itu mensintesiskan
digunakan ide-ide, dan
sebagai peserta didik harus
basis untuk mengembangkan
dilakukan sendiri buah
suatu pikirannya serta
pemantauan menuliskannya
mengenai dalam bentuk yang
perkembang tersusun atau
an dari satu terorganisasi.
pencapaian

28
program
tersebut

d. Tujuan dan Peran Asesmen Projek dalam Pembelajaran

Tujuan utama penggunaan asesmen dalam pembelajaran

(classroom assessment) adalah untuk membantu guru dan siswa dalam

mengambil keputusan profesional untuk memperbaiki pembelajaran.

Menurut Popham (dalam Mulyana, 2005) sebagai seorang guru amatlah

pentinguntuk memahami asesmen. Ada beberapa alasan mengapa guru harus

memahami asesmen, yaitu sebagai berikut.

1) Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar


2) Memonitor kemajuan siswa
3) Menentukan jenjang kemampuan siswa
4) Menentukan efektivitas pembelajaran
5) Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran
6) Mengevaluasi kinerja guru kelas
7) Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru

Asesmen memiliki peran yang sangat penting dalam proses

pembelajaran. Asesmen dapatmemberikan bantuan yang sangat berarti bagi

tercapainya tujuan pembelajaran. Berikut iniadalah fungsi asesmen terhadap

pembelajaran:

1) Meningkatkan motivasi belajar siswa


2) Meningkatkan daya transfer hasil belajar
3) Membantu siswa untu melakukan asesmen diri sendiri (self asessment)
4) Membantu mengevaluasi efektivitas proses pembelajaran.

Setiap penggunaan asesmen atau penilaian dicirikan oleh hal-hal berikut:

1) Menuntut siswa untuk merancang, membuat, menghasilkan,

mengunjukkan atau melakukan sesuatu

29
2) Memberi peluang untuk terjadinya berpikir kompleks dan/atau

memecahkan masalah
3) Menggunakan kegiatan-kegiatan yang bermakna secara instruksional
4) Menuntut penerapan yang autentik pada dunia nyata
5) Penskoran lebih didasarkan pada pertimbangan manusia yang terlatih

dari pada mengandalkan mesin.

Untuk memperoleh asesmen dengan standar tinggi, maka penggunaan

asesmen harus: relevan dengan standar atau kebutuhan hasil belajar siswa,

adil bagi semua siswa, akurat dalam pengukuran, berguna, layak dan dapat

dipercaya.(Herman dalam Mulyana, 2005)Agar penggunaan asesmen dalam

kelas sesuai dengan pembelajaran dan dapat meningkatkan pembelajaran

tersebut (Cottel dalam Mulyana, 2005) menggagaskan 5 petunjuk bagi guru

penggunaan asesmen dalam kelas. Kelima petunjuk tersebut adalah:

1) Senantiasa menganggap bahwa pembelajaran terus berlangsung


2) Selalu meminta siswa untuk menunjukkan bukti-bukti bagaimana

mereka belajar
3) Memberi siswa umpan balik tentang respon kelas serta rencana

pengajar tentang respon tersebut


4) Melakukan penyesuaian-penyesuaian yang tepat untuk meningkatkan

pembelajaran
5) Menilai ulang bagaimana penyesuaian-penyesuaian tersebut bekerja

cukup baik.

Dalam melakukan suatu penilaian memiliki suatu tujuan yakni untuk

melihat penguasaan suatu materi atau bahan, keberhasilan belajar,

keterampilan tertentu, kemajuan belajar, dan semacamnya, dan bahkan

untuk menilai sikap seseorang terhadap sesuatu. Tujuan penilaian tidak bisa

lepas dari tujuan pendidikan nasional, dikarenakan tujuan penilaian

30
berkaitan dengan tujuan instruksional khusus.Tujuan instruksional khusus

adalah jabaran dari tujuan instruksional umum. Sedangkan tujuan

instruksional umum terkait dengan tujuan kurikuler, dan seterusnya sampai

dengan keterkaitannya dengan tujuan nasional.

e. Teknik Asesmen Projek

Adapun tahapan yang ahrus dilalui dalam teknik asesmen projek

adalah, tahap perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan

penyajian data. Untuk itu guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang

perlu dinilai seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data,

dan penyiapan laporan tertulis. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan

alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

Tabel C.6 Format Penskoran Tugas Projek

Kriteria dan Skor


3 2 1
Aspek
Persiapan Jika memuat tujuan, topic, Jika memuat tujuan, Jika memuat tujuan,
alasan, tempat penelitian, topic, alasan, tempat topic, alasan,
responden, daftar penelitian, responden, tempat penelitian,
pertanyaan dengan lengkap daftar pertanyaan responden, daftar
kurang lengkap pertanyaan tidak
lengkap
Pengumpulan Jika daftar pertanyaan dapat Jika daftar pertanyaan Jika pertanyaan
data dilaksanakan semua dan dapat dilaksanakan tidak terlaksana
data tercatat dengan rapi dan semua tetapi data semua dan data
lengkap tidak tercatat dengan tidak tercatat
rapi dan lengkap dengan rapi
Pengolahan Jika pembahasan data sesuai Jika pembahasan data Jika sekedar
data dengan tujuan penelitian kurang melaporkan hasil

31
menggambarkan penelitian tanpa
tujuan penelitian membahas data
Pelaporan Jika sistematika penulisan Jika sistematika Jika penulisan
tertulis benar, memuat saran, dan penulisan benar, kurang sistematis,
bahasa komunikatif memuat saran, namun bahasa kurang
bahasa komunikatif komunikatif, serta
kurang memuat
saran

2.3 Contoh Penilaian Projek

Mata pelajaran : IPA

Materi : Pertumbuhan Tanaman

Alokasi Waktu : 2 Minggu

Nama Siswa : …………………………………… kelas : VII

No Aspek * Skor ( 1 – 3)
1 Perencanaan:
a. Observasi tanaman
b. Persiapan tanaman yang akan ditanam
2 Pelaksanaan:
a. Menggemburkan tanah
b. Menggali lubang
c. Menanam tanaman
d. Menyiram
e. Mengamati dan merawat
3 Laporan Projek:
a. Menyusun laporan
b. Presentasi
TOTAL SKOR
Keterangan:
Penilaian dilakukan terhadap keaktifan saat kegiatan, makalah yang dibuat, dan
presentasi

2.4 Tabel Rubrik Asesmen Projek

32
Pertemuan ke :

Nama Siswa :

Kelas : II

Kelompok / Nomor :

Rentangan Skor Bobot


No Aspek Penilaian 5 4 3 2 1 TOTAL
1 Menyiran tanaman setiap hari, √ 5
mengamati pertumbuhan
tanaman dan mencatatnya
2 Menyiran tanaman setiap hari, √ 4
mengamati pertumbuhan
tanaman tetapi tidak mencatat
3 Menyiram tanaman setiap hari, √ 3
dan tidak mengamati dan
mencatat
4 Menyiram jarang, mengamati √ 2
pertumbuhan tanaman tetapi
tidak mencatat
5 Tidak menyiram dan mencatat √ 1
hasil pengamatan

C.1.2 Asesmen Konvensional

Penilaian konvensional adalah sistem penilaian yang biasa

digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-

prosedur asesment konvensional dilakukan dengan menguji "bits and

pieces". Contoh-contoh format penilaian tradisional/konvensional antara

lain : multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil test.

Dengan mengkaji kenyataan mengenai perapan penilaian konvensional

dalam pembelajaran, nampak ada ketidaksesuaian antara pembelajaran di

sekolah dengan sistem penilaian yang digunakannya. Proses penilaian yang

biasa dilakukan guru selama ini hanya mampu menggambarkan aspek

33
penguasaan konsep peserta didik, akibatnya tujuan kurikuler mata pelajaran

belum dapat dicapai dan atau tergambarkan secara menyeluruh.

Penilaian terhadap kinerja siswa itu amat penting, namun

sebagian besar guru merasa kesulitan dalam melaksanakan karena belum

memahami prosedur penggunaannya. Sebagai contoh kasus ialah bahwa

kegiatan pembelajaran yang melibatkan kinerja siswa dalam melakukan

percobaan sudah sering diterapkan, namun terhadap kinerja siswa tersebut

belum pernah dilakukan penilaian. Hal ini disebabkan penataran atau

pelatihan yang secara khusus membahas penerapan penilaian kinerja belum

pernah diikuti atau belum pernah diadakan di tingkat satuan pendidikan.

Berikut ciri dari penilaian konvensional

Ciri-ciri penilaian konvensional :

1) Penilaian normatif.
2) Terfokus pada isi materi.
3) Hasil penilaian berupa nilai-nilai.
4) Berbasis waktu.
5) Kecepatan belajar kelompok.
6) Penilaian ditekankan pada pengetahuan.
7) Pendekatan pembelajaran yang sempit, berorientasi pada text book.
8) Feedback penilaian terlambat/tidak ada.

C.1.3 Hasil Belajar

a. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar yang menjadi obyek penilaian kelas berupa

kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh siswa sesudah mereka

mengikuti proses belajar-mengajar tentang mata pelajaran tertentu.

34
Pemerolehan kemampuan baru tersebut akan terwujud dalam perubahan

tingkah laku tertentu, seperti tidak tahu menjadi tahu tentang seluk beluk

gejala tertentu, dari acuh tak acuh menjadi menyukai objek atau aktivitas

tertentu, serta dari tidak bias menjadi cakap melakukan keterampilan

tertentu seperti membaca tabel, membuat peta, mendayung, mengukir, dan

sebagainya. Perubahan perilaku merupakan hasil belajar yang mencangkup

ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagaimana yang dikemukakan

oleh Bloom (dalam Triwiguni, 2012).

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hasil dari

suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak

mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil

belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah bentuk akibat dari kegiatan belajar mengajar yang dilakukan

oleh guru dan siswanya.. Perubahan ini meliputi perubahan pada tiga ranah

yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam Dimyati dan Mudjiono

(2006), dikemukakan bahwa tiga ranah di atas merupakan hasil penelitian

dari Bloom, Krathwohl, dan Simpson. Hasil penelitian tersebut dikenal

dengan taksonomi instruktional Bloom dan kawan-kawan. Tiga ranah

(kognitif, afektif, dan psikomotor) digunakan untuk melakukan

penggolangan terhadap tingkah laku berkenan dengan kemampuan internal

dalam hubungannya dengan tujuan pengajaran. Jenis-jenis prilaku dan

kemampuan internal akibat belajar terdiri dari 3 ranah.

35
1) Ranah kognitif terdiri dari lima perilaku yaitu: (1) pengetahuan,

mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan

tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,

peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode, (2)

pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna

tentang hal yang dipelajari, (3) penerapan, mencakup kemampuan

menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang

nyata dan baru, (4) analisis, mencakup kemampuan terperinci suatu

kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat

dipahami dengan baik, dan (5) sintesis, mencakup kemampuan

membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria

tertentu.
2) Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu: (1) penerimaan, yang

mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan

memperhatikan tersebut, (2) partisipasi, yang mencakup kerelaan,

kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan, (3)

penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai,

menghargai, mengakui dan menentukan sikap, (4) organisasi, yang

mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai

pedoman dan pegangan hidup, dan (5) pembentukan pola hidup, yang

mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi

pola nilai kehidupan pribadi.


3) Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku: (1) persepsi, yang

mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskripsikan) hal-hal

secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut, (2)

36
kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam

keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan,

(3) gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan

sesuai dengan contoh atau gerakan peniruan, (4) gerakan yang

terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan tanpa contoh, (5)

gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan

atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efisien

dan tepat, (6) penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan

mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan

persyaratan khusus yang berlaku, dan (7) kreativitas mencakup

kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar

prakarsa sendiri.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan berkelanjutan serta

merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan pendidikan, hal ini

berarti berhasil tidaknya pendidikan bergantung dari proses belajar yang

dialami siswa, sebagai suatu proses tentu saja ada yang diproses (masukan

atau input) dan ada hasil dari pemrosesan (keluaran atau output). Untuk

menghasilkan output yang diinginkan tersebut maka faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi proses tersebut harus diperhatikan. Kegiatan belajar

yang terjadi beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat

digambarkan dalam bentuk kerja sistem sebagai berikut.


Intrumen Input

Input Teaching-Learning Output


Proses
37

Enviromental
Input
Gambar C.1 Proses Belajar Sebagai Suatu Sistem (Sumber : Purwanto, 1990)

Yang menjadi masukan disini adalah siswa dengan segala

karakteristiknya, baik secara psikologis maupun fisiologis. Proses belajar

mengajar dipengaruhi oleh faktor lingkungan (environmental) berupa keadaan

alam dan sosial budaya serta faktor lain yang sengaja dirancang dan

dimanipulasi (instrumen) berupa kurikulum, bahan pelajaran, guru, sarana

dan prasarana serta manajemen di sekolah bersangkutan. Kesemua faktor

tersebut dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut

Alam

Lingkungan Sosial Budaya

Luar Kurikulum

Intrument Guru

Sarana dan fasilitas


Faktor
Administrasi

Kondisi fisik
Fisiologis

Kondisi panca indra


Dalam
Bakat
Psikologis
Minat

38 kecerdasan

Motivasi
Gambar C.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
(Sumber : Purwanto, 1990)

c. Ciri-Ciri Hasil Belajar

Menurut (Dimyati dan Mudjiono, 2002) membagi beberapa ciri-ciri

hasil belajar sebagai berikut.

1) Hasil belajar memiliki kapasitas berupa pengetahuan, kebiasaan,

keterampilan sikap dan cita-cita

2) Adanya perubahan mental dan perubahan jasmani


3) Memiliki dampak pengajaran dan pengiring

Dari penjelasan tersebut, dapat ditekankan bahwa ciri-ciri hasil belajar

adalah berupa perubahan pengetahuan, kebiasaan, sikap serta adanya

perubahan mental dan perubahan jasmani yang ditunjukan.

d. Taksonomi hasil belajar

Taksonomi Bloom sebagai wadah untuk memahami cara berfikir

39
siswa yang melakukan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

belajar. Tingkatan pencapaian tersebut dapat dilakukan dengan

memberikan tugas atau projek yang berkaitan dengan tujuan tersebut, dan

tingkatan pencapaian tersebut dinamakan hasil belajar. Taksonomi Bloom

mengklasifikasikan perilaku belajar menjadi 3 bagian yang berkaitan dan

saling melengkapi. Yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Ella (Aunurrahman dalam Triwiguni, 2012) memaparkan

bahwa Bloom menggolongkan ranah kognitif menjadi enam tingkatan,

dimulai dari pengetahuan yang paling sederhana yakni penyadaran

terhadap lingkungan berkembang menuju penilaian yang lebih kompleks

dan abstrak sebagai tingkatan yang paling tinggi. Tingkatan tersebut

meliputi pengetahuan yang didefinisikan sebagai ingatan terhadap hal-hal

yang telah dipelajari dan tersimpan di dalam ingatannya. Pemahaman yang

didefinisikan sebagai kemampuan mennagkan inti sari dan makna hal-hal

yang telah dipelajari. Penerapan yang didefinisikan sebagai kemampuan

menggunakan hal-hal yang telah dipelajari kedalam situasi konkrit, nyata,

atau baru. Analisis, didefinisikan sebagai kemmapuan menguraikan hal-hal

yang telah dipelajari kedalam bagian-bagian yang lebih terstruktur dan

mudah dimengerti. Sintesis, didefinisikan sebagai kemampuan untuk

menyusun komponen-komponen manjadi suatu bentuk yang utuh dan

menyeluruh. Evaluasi, didefinisikan sebagai kemampuan membentuk

pendapat tentang sesuatu hal berdasarkan criteria tertentu.

Menurut Krathwohl & Bloom (Aunurrahman dalam Triwiguni,

2012) mengemukakan bahwa ranah afektif terdiri dari lima kemampuan

40
yakni (1) Penerimaan, meliputi kepekaan dan kesediaan memperhatikan

hal-hal tertentu, (2) Partisipasi, mencangkup kerelaan dan kesediaan ikut

serta dalam suatu kegiatan, (3) Penilaian dan penentuan sikap yang

mencangkup penerimaan, penghargaan, dan pengakuan terhadap suatu

nilai, (4) Mengorganisasi yang mencangkup kemampuan yang membentuk

suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup, (5) Pembentukan

pola hidup yang mencangkup kemampuan mneghayati nilai dan

membentuk menjadi pola nilai pada kehidupan pribadi.

Berikutnya ranah psikomotorik dari Simpson (Aunurrahman dalam

Triwiguni, 2012) mengemukakan bahwa psikomotorik terdiri dari tujuh

perilaku atau kemmapuan motorik yakni (1) Persepsi, mencangkup

kemampuan-kemampuan memilah (mendeskripsikan) sesuatu secara

khusus dan menyadari adanya perbedaan dalam hal tersebut, (2) Kesiapan

mencangkup kemampuan menempatkan diri terhadap satu keadaan dimana

akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan, misalnya posisi start

akan jalan cepat atau lari, (3) Gerakan terbimbing mencangkup

kemampuan melakukan gerakan sesuai dengan contoh yang diberikan atau

gerakan peniruan, (4) Gerakan terbiasa mencangkup kemampuan

melakukan gerakan tanpa contoh, misalnya siswa dapat melempar lembing

dengan tepat tanpa diberi contoh oleh gurunya, (5) Gerakan komples yakni

kemampuan yang mencangkup kemampuan melakukan gerakan atau

keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efesien dan

tepat, (6) Penyesuaian pola gerakan meliputi gerakan kemampuan

mengadakan perubahan dan penyesuaian pola dengan persyaratan khusus

41
yang berlaku, (7) Kreativitas meliputi kemmapuan menciptakan pola-pola

gerakan yang baru berdasarkan pakarsa sendiri.

C.1.4 Kemampuan Numerik

Kemampuan numerik adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam

melakukan operasi hitung secara manual yang meliputi operasional

penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan,

penarikan akar dan lain sebagainya yang memungkinkan untuk

berkembang dan berprestasi di bidang ilmu eksak. Kemampuan numerik

merupakan kecerdasan matematis dan penalaran (logika). Kecerdasan ini

meliputi di bidang informtika yakni mengklasifikasikan dan

mengategorikan informasi, berfikir dengan konsep abstrak untuk

menemukan hubungan antara suatu hal dengan hal lainnya, dan

memecahkan masalah secara logis terutama dalam ilmu eksak

(memanipulasi angka). Individu yang memiliki kecerdasan logika-

matematika pada umumnya memiliki cara berpikir yang teratur dan baik

dalam mengerjakan sesuatu maupun dalam memecahkan masalah.

Kemampuan memiliki arti khusus dalam psikologi, mengacu kepada

potensi alami dan juga yang dapat dilakukan setelah latihan. Oleh karena

itu untuk dapat berprestasi diperlukan adanya kemampuan. Adapun faktor

- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal dan

faktor eksternal. Sedangkan kemampuan numerik termasuk dalam faktor

internal

Berikut beberapa sifat dari kecerdasan matematis yang tinggi

42
1) Belajar dan memahami ide matematis dengan sangat cepat
2) Menampilkan strategi jamak dalam memecahkan masalah, mereka

lebih senang memecahkan masalah dari perspektif yang berbeda

dan diberbagai tingkat kesulitan. Semakin banyak masalah yang

ditampilkan maka semakin asyik pula siswa ini mencari solusi


3) Melibatkan siswa lain dalam aktivitas mereka, mereka cenderung

berbicara kepada diri sendiri atau orang lain ketika mereka

melakukan beragam pendekatan dalam menyelesaikan soal, mereka

juga berusaha untuk merekrut orang lain ke posisi mereka


4) Mempertahankan kosentrasi mereka dan menunjukkan keuletan

dalam mencari solusi


5) Mengganti pendekatan dengan mudah dan menghindari pendekatan

yang tidak produktif


6) Bekerja secara mudah dengan symbol dan konsep tentang ruang
7) Segera mengenali kesamaan, perbedaan, dan pola
8) Melihat masalah secara lebih analitis daripada secara holistic
9) Bekerja secara sistematis dan akurat.

Banyak penelitian di bidang kemampuan dilakukan, diantaranya

oleh Dantes (1994) menemukan bahwa kemampuan numerik memiliki

kontribusi terhadap penguasaan mata pelajaran matematika. Kemampuan

numerik merupakan salah satu factor penyebab kesulitan belajar yang

dialami oleh sebagian besar siswa terhadap mata pelajaran eksak salah

satunya matematika. Penelitian yang dilakukan oleh Aditia Putra dalam

journal online (2012) menemukan bahwa kemampuan numerik

berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika. Dari kedua pendapat

diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan numerik adalah suatu

kemampuan personal untuk melakukan perhitungan matematis dengan

cepat dan tepat.

43
C.1.5 Konsep dan Pembelajaran TIK

Sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP) telah menyelesaikan Standar Isi dan Standar

Kompetensi Lulusan yang kemudian dikukuhkan menjadi Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta

Nomor 24 Tahun 2006 yang disempurnakan dengan Nomor 6 tahun 2007

tentang ketentuan pelaksanaannya. Sejalan dengan itu penjabaran dari TI

dituangkan dalam dalam Depdiknas (2007) Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) merupakan perluasan dari TI dengan menggabungkan

konsep Teknologi Komunikasi dalam Teknologi Informasi. Hal ini

disebabkan oleh begitu kuatnya keterikatan antara Teknologi Informasi

dengan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi dan Komunikasi

mempunyai pengertian dari dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan

Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi, mempunyai pengertian luas

yang meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan

sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.

Teknologi Komunikasi memiliki makna segala hal yang berkaitan

dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari

perangkat yang satu ke lainnya, oleh karena itu, Teknologi Informasi dan

Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang

mengandung pengertian luas tentang segala aspek yang terkait dengan

pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi

44
antar media menggunakan teknologi tertentu. Salah satu peralatan TIK

yang sangat diperlukan dalam berbagai bidang antara lain komputer.

Bahan kajian TIK untuk jenjang SMP/MTs standar isi mencakup 3 aspek.

Masing - masing aspek meliputi kompetensi sebagai berikut:

1) Konsep, pengetahuan, dan operasi dasar

Siswa mampu mengenali secara mendalam hakekat dan dampak

Teknologi Informasi dan Komunikasi, etika dan moral pemanfaatan

teknologi, media massa digital, masalah ergonomis dan keamanan,

dasar-dasar komputer, dan pengoperasian teknologi multimedia.

2) Pengolahan informasi untuk produktifitas

Siswa mampu menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk

berbagai macam perangkat produktifitas teknologi meliputi:

penggunaan Sistem Operasi (Operating System), melakukan

keterampilan dasar komputer, serta pengoperasian software.

3) Pemecahan masalah, eksplorasi dan komunikasi

Siswa mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dalam

situasi kehidupan nyata untuk mendapatkan informasi, mengelola

gagasan, memecahkan masalah, melakukan penelitian, dan

menggunakan perangkat komunikasi untuk mendapatkan dan

mengirimkan informasi.

Hubungan ketiga aspek di atas dapat digambarkan seperti Gambar C.3

45
Gambar C.3 Hubungan Konsep, Pengetahuan, Dan Operasi Dasar
Pengolahan Informasi Untuk Produktifitas, Pemecahan
Masalah, Eksplorasi Dan Komunikasi (Depdiknas : 2007)

Aspek-aspek standar kompetensi tersebut saling mendukung dalam

membentuk suatu kompetensi. Cara mengajarkan aspek 1 dan 2 tidak

harus berurutan, boleh juga dimulai dari aspek 2 ke aspek 1, atau disajikan

secara serentak. Kompetensi siswa yang terbentuk dari aspek Konsep,

Pengetahuan, dan Operasi dasar atau aspek Pengolahan informasi untuk

produktifitas akan membangun kompetensi dari aspek Pemecahan

masalah, Eksplorasi dan Komunikasi.

Visi dari mata pelajaran TIK yaitu agar siswa dapat menggunakan

perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal

untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar,

bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi,

mengembangkan sikap inisiatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi

mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan yang baru.

Pada hakekatnya, kurikulum Teknologi Informasi dan Komunikasi

menyiapkan siswa agar dapat terlibat pada perubahan yang pesat dalam

dunia kerja maupun kegiatan lainnya yang mengalami penambahan dan

perubahan dalam variasi penggunaan teknologi. Siswa menggunakan

46
perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mencari,

mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara kreatif

namun bertanggungjawab. Siswa belajar bagaimana menggunakan

Teknologi Informasi dan Komunikasi agar dengan cepat mendapatkan ide

dan pengalaman dari berbagai kalangan masyarakat, komunitas, dan

budaya. Penambahan kemampuan karena penggunaan Teknologi Informasi

dan Komunikasi akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan

belajar mandiri, sehingga siswa dapat memutuskan dan

mempertimbangkan sendiri kapan dan di mana penggunaan Teknologi

Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal, termasuk apa

implikasinya saat ini dan di masa yang akan datang.

Guru dapat menggunakan berbagai teknik dan metode pembelajaran

untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Teknik dan metode

pembelajaran yang dipilih harus dalam bentuk demonstrasi yang

melibatkan partisipasi aktif siswa. Guru perlu mempertimbangkan model

pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan. Guru

juga harus membuat perencanaan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu,

jenis penugasan dan batas akhir suatu tugas.

a. Profesi Dalam Bidang Informatika

Definisi Profesi

Profesi merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan keterampilan

dan keahlian khusus yang tidak didapatkan pada pekerjaan-pekerjaan

sebelumnya. Pendapat yang lain mengemukakan bahwa profesi merupakan

47
suatu pekerjaan yang menuntut pengemban profesi tersebut untuk terus

memperbaharui keterampilannya sesuai perkembangan ilmu pengetahuan

& teknologi.

Seorang pelaku profesi harus memiliki sifat–sifat berikut:

a. Menguasai ilmu secara mendalam di bidangnya


b. Mampu mengkonversi ilmu menjadi keterampilan
c. Menjunjung tinggi etika dan integritas profesi

Profesional adalah orang yang menjalankan profesinya secara benar

menurut nilai-nilai normal. Untuk menjadi orang yang professional,

diperlukan komitmen, tanggung jawab, kejujuran, sistematik berfikir,

penguasaan materi, menjadi bagian masyarakat professional. Secara

umum, pekerjaan di bidang teknologi informasi setidaknya terbagi dalam 3

kelompok sesuai bidangnya yaitu:

A. Computer Engineering (Rekayasa Komputer)

Bidang merupakan bidang yang bersifat konkrit karena tujuan

akhirnya adalah menghasilkan produk yaitu sebuah Komputer atau

sebuah peripheral. Computer engineering berkaitan dengan desain,

pengembangan dan testing hardware komputer/peripheral dari

mulai teknologi semikonduktor, mikroprosesor, circuit, interfacing

hingga pengembangan embedded software dalam sebuah

mikrokontroler. Tugas dari computer engineering seperti: (1)

Mendesain dan membangun interface antara komputer dengan

peralatan–peralatan lain, (2) Membangun software yang

mengontrol interface (biasanya menggunakan bahasa C), (3)

Mendesain dan membangun solusi menggunakan embedded

48
sistem/mikrokontroler, (5) Membangun software untuk

menjalankan mikrokontroler (biasanya menggunakan bahasa

assembly), (6) Testing hardware.

B. Computer System & Networking System (Sistem dan Jaringan

Komputer)

Bidang ini berkaitan dengan desain, implementasi dan

pemeliharaan infrastruktur jaringan computer baik LAN maupun

WAN, teknologi server hingga optimasi serta administrasi sistem

computer.

C. Software Development & Consulting (Pengembang & Konsultasi

Piranti Lunak)

Bidang profesi ini menghasilkan informasi yang berguna oleh user,

dimana informasi ini berfungsi untuk mengoptimalkan berbagai

macam pekerjaan.

C.1.6 Ekspektasi Karir

a. Pengertian Ekspektasi Karir

Pada kamus besar bahasa Indonesia (1991:254 - 447) ekspektasi

karir didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat dimohon atau diminta.

Sedangkan karir adalah perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan,

pekerjaan, jabatan, atau profesi. Menurut Hornby (dalam Triwiguni, 2012)

karier adalah pekerjaan atau profesi . Berdasarkan makna dari kata tersebut

maka ekspektasi karir dapat didefinisikan sebagai suatu perkembangan dan

49
kemajuan dalam kehidupan yang dicapai dengan menekuni suatu

pekerjaan/profesi. Agar terjadi perkembangan dan kemajuan kehidupan,

tentu harus didasari dengan adanya pekerjaan atau profesi. Menurut

Suharno (dalam Triwiguni,2012) profesi adalah sebuah pekerjaan atau

jabatan yang bersifat relatif lama dan penyiapannya pada pendidikan tinggi

serta dibatasi oleh kode etik yang khusus, namun penyiapannya tidak

selalu diperguruan tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profesi

adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang memerlukan latihan khusus dan

dibatasi oleh kode etik tertentu.

b. Tinjauan Tentang Karir

Karir adalah perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan yang

timbul dari menekuni suatu pekerjaan atau profesi. Orang akan bekerja

dengan senang hati dan penuh rasa gembira, apabila apa yang dikerjakan

itu memang sesuai dengan keadaan dirinya, kemampuannya, dan

minatnya. Agar dapat bekerja dengan baik, senang, dan tekun diperlukan

adanya kesesuaian dengan tuntutan pekerjaan dengan apa yang ada dalam

diri individu yang bersangkutan. Profesi yang didambakan oleh pencari

kerja adalah profesi yang sesuai dengan zaman, misalnya tukang ketik

manual sudah tidak laku di zaman computer seperti sekarang ini,

pernyataan ini digunakan sebagai dimensi ketujuh dari kisi-kisi kuesioner

ekspektasi karir.

Untuk mengarah ke hal tersebut diperlukan bimbingan secara baik,

bimbingan ini disebut bimbingan karir, yang berfungsi memaksimalkan

kesiapan para pencari kerja. Penyajian bimbingan karir harus benar-benar

50
memiliki daya tarik, materi dikemas sedemikian rupa agar sesuai dengan

kemampuan, minat, bakat siswa dan peluang kerja yang ada. Pernyataan

ini digunakan sebagai dimensi kedelapan dari kisi-kisi kuesioner

ekspektasi karir.

Menurut Walgito (dalam Triwiguni, 2012) penyelenggaraan

bimbingan karir dapat dilaksanakan dengan cara (1) Pemberian paket

bimbingan karir yang terdiri dari 5 paket, paket 1 tentang pemahaman diri,

paket 2 tentang nilai-nilai, paket 3 tentang pemahaman lingkungan, paket 4

tentang hambatan dan cara mengatasinya, paket 5 tentang perencanaan

masa depan. (2) Diberikan dalam pengajaran unit, dimana bimbingan karir

direncanakan dan diprogram oleh sekolah dan ada petugas khusus yang

disediakan jam tersendiri. (3) Dilaksanakan pada hari tertentu yang disebut

hari karir (career day), kegiatan ini diisi dengan ceramah-ceramah orang

yang memiliki kompetensi dibidangnya. (4) Karyawisata karir, wisata ini

dikaitkan dengan pengembangan karir, berarti pemilihan objeknya harus

dipikirkan dengan matang.

Untuk disekolah bimbingan karir dapat diperoleh antara lain dari

(1) Guru pengajar, karena untuk memotivasi siswa guru dengan sengaja

menghubungkan materi pelajaran dengan profesi yang berkaitan dengan

materi tersebut. Dengan mengetahui seluk beluk profesi tersebut akan

timbul respon dari siswa berupa semangat mempelajari materi tersebut.

Jadi secara tidak langsung siswa dapat bimbingan karir, karena bimbingan

karir sudah terintegrasi dalam pelajaran. (2) Guru bimbingan karir,

kegiatan bimbingan karir direncanakan dan diprogram oleh sekolah serta

51
dilaksanakan oleh petugas bimbingan karir. Pola ini tentu memerlukan jam

tersendiri yang khusus disediakan untuk keperluan kegiatan bimbingan

karir tersebut. (3) Belajar sendiri (autodidak), pemerintah telah

mengeluarkan paket-paket untuk bimbingan karir yang dapat dipelajari

sendiri oleh siswa untuk memperoleh bimbingan tersebut, pernyataan ini

digunakan sebagai dimensi keenam dari kisi-kisi kuesioner ekspektasi

karir. Banyak model bimbingan karir telah tercipta, namun yang akan

diuraikan hanya tiga model saja, mengingat terbatasnya waktu, antara lain

(1) module model, (2) effective problem solving model, dan (3)

paraprofessional model.

Module model yang dikembangkan oleh Curricular Career

Information Service (CCIS), model ini menekankan pada pendekatan

instruksional terhadap layanan perencanaan karir yang berbasis

multimedia dan terdiri dari 12 modul. Modul 1 mengandung tujuan CCIS,

Modul 2 mengandung variable-variabel penting dalam perencanan karir,

Modul 3 berisi self assessment (penilaian diri), Modul 4 terdiri dari

presentasi slide tentang sumber-sumber informasi karir, Modul 5

keterangan tentang karir-karir yang berkaitan dengan kajian akademik

utama yang dipelajari, Modul 6 sampai dengan modul 12 mencangkup

harapan kerja, perencanaan waktu senggang, membuat keputusan karir,

keterampilan kerja dan sebagainya.

Effective problem solving (EPS) model dikembangkan di

University of Maryland. Model ini mengajarkan teknik-teknik pemecahan

masalah dan megaplikasikan pada perencanan pendidikan dan vokasional

52
(bersangkutan dengan sekolah kejuruan atau bimbingan kejuruan). Modul

ini mencerminkan pertukaran informasi yang sering terjadi antara klien

dan konselor.

Paraprofessional model, Career Development Resource Center

(CDRC) didirikan tahun 1976 di Southwest Texas State University sebagai

pengguna paraprofessional terlatih yaitu mahasiswa S1 dan S2. Konselir

karir diberikan melalui penelusuran karir, yang terdiri dari 6 tahap yakni

tahap orientasi secara individu atau berkelompok, tahap asesmen yaitu

pengisian formulir inventarisasi yang berguna dalam penelusuran karir,

tahap interpretasi paraprofessional yang mendorong setiap klien untuk

mengaitkan pilihan karirnya dan orientasi gaya hidup dengan harapan-

harapan masa depannya.

c. Persepsi Tentang Karir

Dengan melihat tuntutan dari suatu karir muncullah tanggapan

berdasarkan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan, seperti

keadaan fiisk, kemampuan, minat, dan bakat. Latar belakang tanggapan

tersebut adalah nilai-nilai yang ada dalam dirinya, seperti gaya hidup,

tujuan hidup, dan harapan-harapan masa depannya, sehingga setiap

individu memiliki persepsi terhadap suatu karir yang berbeda-beda.

Selanjutnya nanti dalam pemilihan karir atau perencanaan masa depannya

akan disesuaikan dengan persepsinya. Pernyataan ini digunakan sebagai

dimensi pertama dari kisi-kisi kuesioner ekspektasi karir.

53
d. Harapan Terhadap Karir

Pengetahuan tentang seluk-beluk suatu profesi akan memberikan

harapan bagi setia orang yang berminat terhadap profesi tersebut. Harapan

inilah yang disebut sebagai ekspektasi karir. Dengan munculnya harapan,

maka akan timbul semangat untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan

dengan profesi itu. Semangat yang mekar dapat menjadi daya dorong yang

kuat untuk membangkitkan motivasi belajar.

Hampir semua orang mempunyai harapan untuk memiliki tempat

tinggal yang layak, pekaian penutup badan, dan persediaan makanan yang

memadai. Hal ini merupakan kebutuhan manusia akan sandang, pangan,

dan papan. Salah satu yang diyakini dapat mewujudkan harapan tersebut

adalah dengan memiliki profesi, sebab profesi itulah yang akan

menghasilkan dana. Berarti profesi juga merupakan harapan manusia,

harapan manusia yang tidak kalah pentingnya adalah harga diri yang

terlahir oleh terwujudnya harapan akan sandang, pangan, dan papan.

Profesi, dan perilakunya. Pernyataan ini digunakan sebagai dimensi kedua

dari kisi-kisi kuesioner ekspektasi karir.

Untuk mewujudkan harapan-harapan manusia tersebut diperlukan

kreativitas yang terdiri dari (1) penetapan suatu harapan, (2) inisiatif untuk

mencoba atau memulai suatu usaha agar tercapai harapan yang telah

ditetapkan. Pernyatan ini digunakan sebagai dimensi ketiga dari kisi-kisi

kuesioner ekspektasi karir. Untuk mencapai kesuksesan dalam

mengembang suatu profesi maka diperlukan (1) kemauan yang tinggi

untuk melakukan tugas profesi, (2) keuletan atau pantang menyerah dalam

54
menunaikan tugas profesi, (3) kerja keras agar mencapai hasil yang

optimal. Sikap-sikap tersebut merupakan kadar keterlibatan seseorang

dalam menunaikan tugas profesinya. Pernyataan ini digunakan sebagai

dimensi keempat dari kisi-kisi kuesioner ekspektasi karir.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan profesi adalah (1)

factor internal, antara lain bakat, minat, kemampuan, dan keadaan fisik. (2)

factor eksternal antara lain, pengaruh profesi orangtua, profesi yang ada

disekitar tempat tinggalnya, lowongan pekerjaan yang ada, volume

penghasilan dari suatu profesi. Pernyataan ini digunakan sebagai dimensi

kelima dari kisi-kisi kuesioner ekspektasi karir. Menurut Walgito (dalam

Triwiguni, 2012) tidak semua lulusan sekolah dapat melanjutkan studi ke

tingkat yang lebih tinggi diantaranya ada yang langsung mencari

pekerjaan. Dalam hal ini guru/pembimbing dituntut mampu memberikan

bimbingan, arahan, penjelasan atau rekomendasi menegnai lapangan

pekerjaan mana yang sekiranya cocok dengan kemampuan, bakat, dan

minat siswa serta jenis pekerjaan yang baik, wajar, layak, dan tidak

beresiko tinggi atau membahayakan. Pernyataan ini digunakan sebagai

dimensi kesembilan dari kisi-kisi kuesioner ekspektasi karir.

Bimbingan karir yang telah dujabarkan diatas memiliki peran yang

esensial dimana para kliennya mendapat pengetahuan yang lengkap dan

terstruktur tentang penelusuran karir, sehingga kecil kemungkinan untuk

bingung atau salah dalam menentukan pilihan profesi atau karir bagi

kliennya. Dengan bimbingan karir siswa akan memiliki harapan terhadap

sebuah karir atau profesi yang diyakini cocok untuk dirinya. Selanjutnya

55
karapan tersebut akan menumbuhkan dorongan sehingga memperkuat

semangat untuk belajar sebagai persiapan untuk mengambil pilihan

karirnya. Dengan kata lain bahwa ekspektasi karir memiliki daya dorong

pembangkit motivasi belajar. Pernyataan ini digunakan sebagai dimensi

kesepuluh dari kisi-kisi kuesioner ekspektasi karir.

e. Tinjauan Tentang Karir Dalam Kaitannya Dengan Informatika

Telah diuraikan pada latar belakang bahwa IPTEK (informatika)

memiliki peran yang sangat penting dan dominan di zaman sekarang.

Teknologi informatika merambah ke segala aspek kehidupan baik dalam

dunia pendidikan, niaga, industry, sosial budaya, politik dan militer. Peran

informatika yang sangat strategis memberikan peluang kerja yang sangat

luas. Mengetahui, memahami cara kerja, dan dapat menggunakan

perangkat computer berarti membuka peluang kerja dalam segala bidang

dan memiliki tingkat pendapatan yang cukup tinggi.

Ekspektasi karir yang berkaitan langsung dengan informatika jelas

akan memotivasi siswa untuk belajar mata pelajaran KKPI sebagai slaah

satu materi informatika. Dengan syarat bimbingan karir yang khusus

menyangkut informatika harus disampaikan dengan tepat dan disesuaikan

sebagai dimensi kesepuluh dari kisi-kisi kuesioner ekspektasi karir.

f. Dimensi Tentang Ekspektasi Karir

Berdasrakan pengalaman dan bimbingan karir yang diperolehnya,

seseorang akan memiliki harapan karir atau ekspektasi karir. Dengan

harapan tersebut akan terjadi perubahan pada diri orang tersebut dengan

56
ciri-ciri sebagai berikut: (1) Suka memperhatikan keadaan orang yang

bekerja pada profesi yang diharapkan, (2) Pembicaraannya tanpa disadari

mengarah pada profesi harapannya, (3) Sering termenung merenungkan

profesi yang diidamkannya, (4) Tatkala ada kesempatan, dengan sennag

hati dia melakukan profesi itu, dan (5) Cenderung tekun belajar

mempelajari pelajaran yang ada kaitannya dengan profesi itu

g. Tujuan Bimbingan Karir

Menurut Walgito (dalam Triwiguni, 2012) bimbingan adalah

pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu tertentu. Bimbingan

tersebut merupakan pertolongan, namun tidak semuua pertolongan

merupakan bimbingan. Pertolongan yang tergolong bimbingan adalah

pertolongan yang sifatnya (1) merupakan tuntunan, bila keadaan menuntut,

maka pembimbing wajib memberikan arahan kepada yang dibimbingnya,

(2) dalam menentukan arah lebih diutamakan kepada yang dibimbingnya

untuk memutuskan. Sifat ini idnetik dengan “Tut Wuri Handayani” yang

dikenal dalam pendidikan, penentuan arah diserahkan sepenuhnya kepada

yang dibimbing, kecuali dalam situasi mendesak pembimbing dapat

berperan aktif memberikan arah, dan tidak wajar pembimbing membiarkan

individu yang dibimbingnya terlantar jika ia sungguh-sungguh tidak dapat

mengatasi masalahnya sendiri. (3) bimbingan dapat diberikan kepada siapa

saja yang membutuhkan baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa. (4)

bimbingan lebih bersifat mencegah daripada mengobati.

57
Bimbingan memiliki hubungan erat dengan konseling. Wren

(dalam Triwiguni, 2012) konseling adalah pemecahan masalah yang

dihadapi oleh konsele atau klien, yakni orang yang memiliki masalah.

Pemecahan masalah dalam proses konseling dilaksanakan dengan

wawancara atau diskusi antar klien dan konselor secara face to face. Cara

pemecahan masalah yang disampaikan oleh konselor harus sesuai dengan

keadaan klien. Menurut Walgito (dalam Triwiguni, 2012) mengemukakan

bahwa sangat perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya,

sebab dengan mengenal dirinya sendiri mereka akan dapat bertindak

dengan tepat. Namun demikian tidak semua individu dapat mengenal

semua kemampuan dirinya. Mereka memerlukan bantuan orang lain untuk

mengenal dirinya, bantuan tersebut dapat diberikan oleh bimbingan dan

konseling.

Untuk meraih suatu karir atau pekerjaan sangat diperlukan

bimbingan dan konseling, karena dalam mencari pekerjaan perlu penentuan

arah yang sesuai dengan kemampuan, selain itu diperlukan pemecahan

masalah yang timbul pada proses pencarian pekerjaan. Jadi dalam pencarian

pekerjaan diperlukan bimbingan dan konseling yang kemudian disebut

dengan bimbingan karir. Menurut Walgito (dalam Triwiguni, 2012)

bimbingan karir memiliki tujuan untuk (1) mengenal kemampuan, minat,

bakat, sikap, dan cita-citanya, (2) memahami dan menyadari nilai-nilai yang

ada dalam dirinya dan dalam masyarakatnya, (3) mengenal jenis pekerjaan

yang berhubungan dengan potensi dirinya serta jenis-jenis pendidikan atau

latihan yang berkaitan dengan pekerjaan tertentu, (4) dapat mengetahui

58
hambatan-hambatan yang mungkin timbul yang disebabkan oleh dirinya dan

factor lingkungan serta mengetahui cara untuk mengatasinya, (5) dapat

merencanakan masa depannya serta memperoleh karir yang serasi. Tujuan

diatas secara keseluruhan akan dapat memacu motivasi untuk mempelajari

hal-hal yang berkaitan dengan karir yang diharapkan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ekspektasi

karir berpengaruh terhadap motivasi belajar, mengenal memaksimalkan

kemampuan diri serta hal-hal yang berkaitan dengan hasil belajar yang

dijadikan taruhan merupakan salah satu bentuk motivasi yang sangat

penting.

C.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian relevan yang berhubungan dengan penerapan

asesmen projek ditinjau dari kemampuan numerik dan ekspektasi karir

antara lain:

Japa (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Group Investigation Berbasis Asesmen Projek Terhadap

Prestasi Belajar IPA Ditinjau Dari Kebiasaan Belajar Siswa”. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

berbasis asesmen projek dan kebiasaan belajar berpengaruh terhadap

prestasi belajar IPA. Relevansi dengan penelitian ini adalah penekanannya

sama-sama meneliti pengaruh penggunaan asesmen dalam proses

pembelajaran yang dipengaruhi oleh kovariabel pengiring.

59
Umbara (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Penerapan Asesmen Projek Terhadap Prestasi Belajar IPS Ditinjau Dari

Sikap Sosial”. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa asesmen projek

dalam pencapaian prestasi belajar IPS lebih baik daripada asesmen

konvensional. Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti

tentang penerapan asesmen projek dengan kaitannya terhadap prestasi

belajar siswa yang ditinjau dari kovariabel pengiring.

Maeni (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Pendekatan Heuristik Vee dan Pembelajaran Algoritmik Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Kemampuan

numerik Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Ubud” salah satu

kesimpulannya menyatakan bahwa kemampuan numerik berkontribusi

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa kelas X

SMA Negeri 1 Ubud. Dengan mengetahui kemampuan numerik dari tiap

siswa melalui tes kemampuan numerik memudahkan guru mengetahui

hasil belajar siswa pada bidang mata pelajaran tertentu.

Lemik (2011) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pendekatan

Pembelajaran Realistik Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa

Sekolah Dasar Ditinjau Dari Kemampuan Numerik”. Hasil penelitiannya

membuktikan bahwa kemampuan numerik berkontribusi terhadap pretasi

belajar matematika yakni siswa yang memiliki kemamapuan numerik

tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih tinggi daripada

siswa yang memiliki kemampuan numerik rendah. Relevansi dengan

60
penelitian ini adalah sama-sama menggunakan kemampuan numerik

sebagai kovariabel dalam penelitian.

Eksperimen Budiastiti (2011) tentang Asesmen Kinerja dalam

pembelajaran ekonomi ditinjau dari kemampuan numerik pada siswa kelas

XI IPS SMA Negeri 1 Kuta Badung, menyimpulkan bahwa telah terbukti

bahwa bakat numerik berpengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi,

semakin tinggi kemampuan numerik siswa maka prestasi belajar ekonomi

cenderung tinggi, begitu juga sebaliknya bakat numerik siswa yang rendah

maka prestasi belajar ekonomi juga cenderung rendah.

C.3 Kerangka Berfikir

C.3.1 Perbedaan Hasil Belajar KKPI Antara Siswa Yang Mengikuti


Pembelajaran Dengan Menggunakan Asesmen Projek Dan Siswa
Yang Mengikuti Pembelajaran Dengan Menggunakan Asesmen
Konvensional

KKPI merupakan salah satu jurusan yang ada di Sekolah

Menengah Kejuruan, bidang studi ini merupakan mata pelajaran matematis

yang memerlukan logika, sikap dan penalaran yang cukup tinggi. Oleh

karena itu siswa dituntut untuk memiliki kemampuan analitis yang baik,

dan ini bisa dilihat selama proses dan hasil belajarnya. Sampai saat ini

masih sistem penilaian di sekolah masih menggunakan teknik tes, teknik

tes ini menggambarkan pencapaian siswa secara menyeluruh dalam bentuk

61
angka-angka atau huruf-huruf dan gambaran maknanya sangat abstrak.

penilaian dengan menggunakan teknik ini disebut juga dengan penilaian

konvensional. Penilaian tersebut dirasa memiliki beberapa kelemahan di

samping itu kurikulum berkembang pesat mengikuti perkembangan

tuntutan zaman. Demikian juga pengembangan kurikulum di tingkat

sekolah dasar, sehingga sistem pembelajaran tentunya juga menuntut pula

adanya perkembangan dalam pemilihan jenis setrategi, metode, media

maupun sistem penilaian.

Sistem penilaian sangat terkait dengan strategi pembelajaran yang

digunakan. Misalnya guru mengajarkan sains kepada siswa melalui

pemecahan masalah, inquiry, keterampilan proses, atau kooperatif. Strategi

pembelajaran ini tentunya menentukan siswa aktif, kreatif, kritis sehingga

mampu mengembangkan kemampuan nalar agar terjadi integrasi antar

materi, pendekatan dan objek yang dipelajarioleh karena itu perlunya ada

asesmen alternatif. Asesmen alternatif tidak dipersiapkan sebagai

pengganti tes obyektif buatan guru tetapi diharapkan dapat membantu

meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, jadi asesmen alternatif

harus mampu menghilangkan berbagai kelemahan tes.

Salah satu asesmen alternatif yang digunakan adalah asesmen

projek. Dalam asemen projek ini merupakan kegiatan yang penilaiannya

terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam episode/waktu

tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan,

pengumpulan data, pengorganisasikan, penglolaan dan penyajian data.

Dalam melakukan kegiatan ini dapat melibatkan siswa secara individu atau

62
kelompok kecil dua sampai empat anak dalam satu kelompok, sedangkan

waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas dua sampai tiga

minggu. Kegiatan projek adalah cara yang amat baik untuk melibatkan

siswa dalam pemecahan masalah karena bersifat sangat ilmiah apabila

ditunjang dengan kegiatan yang berhubungan dengan dunia nyata. Projek

dapat melibatkan siswa secara aktif dan menemukan situasi baru yang

dapat mendorong siswa menemukan suatu masalah sehingga dapat

menentukan mereka merumuskan hipotesis yang membutuhkan

penyelidikan lebih lanjut.

Projek dinilai pada berbagai konteks untuk berbagai tujuan, dan

penilaian formatif dan diagnostik berupa tugas bersama hingga penilaian

sumatif berupa penilaian individu. Melalui penilaian ini juga dapat

dilakukan penilaian keterampilan tertentu maupun pengetahuan di dalam

konteks yang memerlukan aplikasi dari keterampilan yang lebih umum

(Proses, projek, dan produk akhir). Adapun manfaat dari kerja projek

adalah untuk menilai kemampuan siswa pada waktu melakukan kerja

individu maupun kerja kelompok.

Berdasarkan pemaparan mengenai kelebihan asesmen projek

dibandingkan dengan asesmen konvensional serta didukung oleh beberapa

penelitian yang relevan seperti yang telah dujabarkan tersebut diatas, maka

dapat diduga atau diprediksi bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa

dalam mata pelajaran KKPI antara siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan asesmen projek dan asesmen konvensional.

63
C.3.2 Perbedaan Hasil Belajar KKPI Antara Siswa Yang Mengikuti
Pembelajaran Dengan Menggunakan Asesmen Projek Dan Siswa
Yang Mengikuti Pembelajaran Dengan Menggunakan Asesmen
Konvensional Setelah Diadakan Pengendalian Pengaruh Variabel
Kemampuan numerik Dan Ekspektasi Karir Bidang Informatika

Pembelajaran hakekatnya adalah proses interaksi multiarah antara

guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan sumber belajar

pada komunitas belajar. Oleh karena itu proses belajar tersebut perlu diatur

sedemikian rupa baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

demi terciptanya pross belajar yang efektif, efesien, dan komunikatif.

Namun proses berhasilnya pembelajaran tidaklah semata mata ditentukan

oleh guru itu sendiri tetapi banyak factor yang memiliki andil.

Kemampuan guru dalam menyusun, merencanakan, memilih strategi atau

model hingga melaksanakan pembelajaran serta memilih system penilaian

yang tepat akan sangat menentukan tingkat keberhasilan sproses belajar.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada factor lain seperti minat, bakat,

harapan, sikap, konsep diri serta berbagai atribut lainnya yang terbukti

memiliki andil besar dalam pencapaian hasil belajar siswa.

KKPI adalah salah satu mata pelajaran TI di SMK, dimana mata

pelajaran ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan matematik dan

analitis yang baik serta menghasilkan suatu produk dalam proses

belajarnya. Seperti yang kita ketahui mata pelajaran KKPI serta tuntutan

yang terdapat di dalamnya secara tidak langsung menuntut kemampuan

numerik yang ada dalam diri siswa. Semakin tinggi bakat atau kecerdasan

seseorang maka semakin tinggi pula kinerjanya dalam bidang pelajaran

64
tertentu. Seseorang yang memiliki kemampuan numerik tinggi adalah

seseorang yang memiliki kemampuan kritis, analisa yang baik serta konsep

matematisnya juga tinggi dalam mengerjakan tugas tertentu. Dengan

perilaku yang demikian seseorang yang memiliki kemampuan numerik

tinggi cenderung suka tantangan dan pantang menyerah dalam menghadapi

permasalahan atau kendala yang dihadapi selama mengerjakan tugas

tertentu. Disamping itu yang tidak kalah pentingnya adalah ekspektasi

karir atau harapan karir mereka ke depan dalam bidang informatika yang

mereka geluti selama di bangku sekolah baik untuk siswa yang tidak

melanjutkan maupun siswa yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi. Seperti yang telah diketahui bersama bahwa profesi

merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan keterampilan dan

keahlian khusus yang tidak didapatkan pada pekerjaan-pekerjaan

sebelumnya. Pendapat yang lain mengemukakan bahwa profesi merupakan

suatu pekerjaan yang menuntut pengemban profesi tersebut untuk terus

memperbaharui keterampilannya sesuai perkembangan ilmu pengetahuan

& teknologi.

Oleh karena itu penyiapan siswa atau peserta didik sejak dini di

bangku sekolah menengah menjadi tugas pokok guru. Sehingga perlunya

penggunaan penilaian yang tepat untuk mengukur tingkat keberhasilan

pencapaian siswa selama proses pembelajaran. Penggunaan asesmen projek

dalam pembelajaran dirasa cocok dengan siswa yang memiliki karakteristik

seperti tersebut diatas. Demikian halnya dengan siswa yang memiliki

kemampuan numerik rendah adalah kebalikan dari siswa yang memiliki

65
kemampuan numerik tinggi, yakni kurang memiliki semangat dalam

mengerjakan suatu tugas, kurang suka tantangan dan terkesan menghindari

tugas yang mereka anggap susah, sehingga siswa yang memiliki

kemampuan numerik rendah cenderung pasif dalam pembelajaran terutama

pembelajaran yang membutuhkan pemikiran ekstra dalam mengerjakan

tugas tertentu. Sementara asesmen projek menuntut siswa aktif dan kreatif

selama proses pembelajaran sehingga diharapkan meghasilkan hasil akhir

berupa produk yang baik. Dengan demikian, pembelajaran dengan asesmen

projek dirasa kurang cocok bagi siswa yang memiliki kemampuan numerik

rendah.

Pemaparan diatas secara gamblang menunjukkan adanya dugaan

tentang pengaruh antara jenis asesmen yang dipergunakan dalam

pembelajaran dengan kemampuan numerik yang berbeda pada tiap siswa.

Pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan numerik tinggi diduga

akan memiliki haisl belajar yang tinggi pula dalam pembelajaran yang

menggunakan asesmen projek. Sebaliknya, pada kelompok siswa yang

memiliki kemampuan numerik rendah diduga memiliki hasil belajar lebih

tinggi pada penggunaan assesmen konvensional.

Berdasarkan pemaparan tersebut diatas dapat diduga bahwa ada

perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran KKPI antara kelompok

siswa yang mengikuti pembelajaran engan menggunakna asesmen projek

dengan kleompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

menggunkaan asesmen konvensional setelah diadakan pengendalian

66
pengaruh variabel kemampuan numerik dan ekspektasi atau harapan karir

pada bidang informatika.

C.3.3 Hubungan Kemampuan Numerik dengan Hasil Belajar KKPI pada


Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Denpasar

Hasil Belajar yang dicapai oleh siswa diduga erat kaitannya dengan

bakat, minat, dan harapan yang dimilikinya. Bakat adalah kemampuan

khusus yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut dapat dengan

mudah mempelajari ilmu yang sesuai dengan bakatnya. Sedangkan minat

merupakan rasa ketertarikan seseorang untuk melakukan suatu hal yang

diikuti oleh rasa senang sehingga akan menghasilkan kepuasan terhadap

hasil yang dicapai sedangkan harapan adalah angan atau impian seseorang

terhadap karir atau pendidikan tertentu yang lebih tinggi sehingga memacu

siswa untuk lebih giat lagi untuk mencapai impian tersebut. Semakin tinggi

bakat, minat, dan harapan yang dimiliki seseorang semakin tinggi pula hasil

belajar yang dicapainya.

Siswa yang memiliki kemampuan numerik tinggi cenderung suka

akan tantangan, kritis dan kreatif serta memiliki harapan yang jelas dan

tinggi terhadap dirinya. Penggunaan asesmen projek dalam pembelajaran

diduga cocok terhadap karakteristik siswa yang memiliki karakteristik

seperti tersebut diatas. Siswa diberikan tugas dan dituntut mengerjakannya

selama periode waktu tertentu dengan hasil yang maksimal, serta siswa

diberikan kesempatan untuk menilai sendiri hasil karyanya dan

67
mempresentasikannya. Siswa akan mampu melakukan hal tersebut jika

siswa memiliki bakat yang tinggi sesuai dengan bidangnya.

Sementara siswa yang memiliki kemampuan numerik rendah

cenderung menghindari tantangan dan pasif sehingga kurang memiliki

harapan yang jelas terhadap dirinya. Sementara asesmen projek siswa

dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif, sehingga penggunaan asesmen

projek dirasa kurang tepat digunakan pada siswa yeng memiliki kemampuan

numerik rendah.

Dengan demikian, dapat diduga bahwa ada kontribusi positif antara

kemampuan numerik terhadap hasil belajar KKPI antara kelompok siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan asesmen projek dengan

sekelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan

asesmen konvensional.

C.3.4 Hubungan Ekspektasi Karir dengan Hasil Belajar KKPI pada

Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Denpasar

Pengetahuan seseorang tentang kemajuan-kemajuan yang mungkin

dicapai oleh karyawan dalam menggeluti suatu profesi tertentu tentu

pengetahuan tersebut akan tersimpan dalam memori atau ingatan seseorang

dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dikarenakan timbulnya semangat

dan keinginan untuk menekuni suatu profesi sehingga menimbulkan gairah

atau keinginan yang kuat untuk mempelajari pengetahuan yang berkaitan

dengan profesi itu, kesemua gejala tersebut merupakan bentuk dukungan

68
untuk bisa sukses atau berprestasi dalam pelajaran yang berkaitan dengan

profesi tersebut.

Bentuk yang merupakan akibat dari pengetahuan tentang

kemajuan-kemajuan diatas akan membentuk suatu harapan untuk maju

dalam menekuni suatu profesi, yang dikenal dengan ekspektasi karir. Jika

profesi yang dimaksud memiliki kaitan dengan bidang informatika, maka

kemungkinan untuk bisa sukses dalam pelajaran TI (KKPI). Secara ringkas

dapat diduga ada efek secara langsung antara ekspektasi karir terhadap hasil

belajar KKPI.

C.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan

penelitian. Oleh karena itu perumusan hipotesis sangat berbeda dengan

perumusan pertanyaan penelitian (Aswar, 2003 : 49). Dalam penelitian ini

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1) Diduga terdapat pengaruh hasil belajar KKPI antara kelompok siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan asesmen projek

dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan asesmen konvensional pada siswa kelas XI SMK

Negeri 1 Denpasar.
2) Diduga terdapat pengaruh hasil belajar KKPI antara kelompok siswa

yang mengikuti pembelajaran menggunakan asesmen projek dengan

kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan asesmen

konvensional setelah diadakan pengendalian pengaruh variabel

kemampuan numerik pada siswa kelas XI SMK Negeri I Denpasar?

69
3) Diduga terdapat pengaruh hasil belajar KKPI antara kelompok siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan asesmen projek

dengan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan asesmen

konvensional setelah diadakan pengendalian pengaruh variabel

ekspektasi karir bidang informatika pada siswa kelas XI SMK

Negeri I Denpasar?
4) Diduga terdapat pengaruh hasil belajar KKPI antara kelompok siswa

yang mengikuti pembelajaran menggunakan asesmen projek dengan

kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan asesmen

konvensional setelah diadakan pengendalian secara simultan antara

variabel numerik dan ekspektasi karir bidang informatika pada siswa

kelas XI SMK Negeri I Denpasar?


5) Diduga kemampuan numerik memiliki kontribusi terhadap hasil

belajar KKPI pada siswa kelas XI SMK Negeri I Denpasar?


6) Diduga ekspektasi karir memiliki kontribusi terhadap hasil belajar

KKPI pada siswa kelas XI SMK Negeri I Denpasar?


7) Diduga kemampuan numerik dan ekspektasi karir berkontribusi

secara simultan terhadap hasil belajar KKPI pada siswa kelas XI

SMK Negeri I Denpasar?

70
D. METODOLOGI PENELITIAN

D.1 Populasi

Populasi adalah himpunan dari unsur-unsur yang sejenis (Koyan,

2012). Unsur-unsur yang sejenis tersebut bisa berupa manusia, hewan,

tumbuh-tumbuhan, benda-benda, zat cair, peristiwa, dan sejenisnya.

Besarnya populasi bisa terbatas dan bisa juga tidak terbatas, populasi

darimana sampel diambil disebut dengan populasi induk. Sedangkan

menurut Dantes (2012:37) menyatakan bahwa populasi adalah sejumlah

kasus yang memenuhi seperangkat kriteria tertentu, yang ditentukan

peneliti. Kasus-kasus bisa berbentuk peristiwa-peristiwa, manusia, hewan,

tumbuhan dan sebagainya. Selanjutnya menurut Sugiyono (1997:57)

menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari

objek dan subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

71
kesimpulannya. Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan

bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan dari subyek penelitian dalam

wilayah atau kawasan tertentu.

Sesuai dengan judul penelitian diatas maka sebagai populasi adalah

seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 1 Denpasar tahun ajaran 2013/2014,

berjumlah 598 orang yang tersebar menjadi beberapa jurusan, khusus

untuk jurusan TI yang mendapat mata pelajaran KKPI berjumlah 182

orang dan tersebar menjadi 6 kelas yakni kelas TKJ.1, TKJ.2, MM.1,

MM.2, RPL.1, dan RPL. 2. Untuk lebih jelasnya tentang gambaran

populasi dalam penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut

ini:

Tabel D.1. Jumlah Populasi

No. Kelas Jumlah Siswa

1 TKJ.1 30

2 TKJ.2 31

3 MM.1 31

4 MM.2 30

5 RPL.1 30

6 RPL.2 30

Jumlah 182 Orang

(Waka Kurikulum: 2013)

D.2 Sampel

72
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi, tingkat

representatifnya terhadap populasi akan menentukan kecermatan

generalisasi hasil penelitian (Koyan, 2012). Secara harfiah, kata sampel

berarti contoh, yaitu contoh yang diambil dari populasinya

(keseluruhannya), sampel merupakan sebagian anggota populasi yang

memberikan keterangan (mewakili populasi) yang diperlukan dalam suatu

penelitian. Sampel dapat juga dikatakan sebagai himpunan bagian dari

populasi. Kesimpulannya sampel adalah sebagian dari populasi yang

mewakili karakteristik populasinya.

Untuk menentukan sampel penelitian digunakan teknik random

sampling (kelas yang dirandom), satu kelas sebagai kelompok eksperimen

dan satu kelas lagi sebagai kelompok kontrol. Pada kelompok ekperimen

diterapkan asesmen projek, dan pada kelompok kontrol tidak diterapkan

asesmen projek atau tetap menggunakan asesmen konvensional. Untuk

menentukan kelas sebagai kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol

sebelumnya dilakukan uji perbedaan dari masing-masing kelas XI… sampai

dengan kelas XI… Untuk mencari ada tidaknya perbedaan masing-masing

kelas digunakan t-tes. Uji t-tes digunakan nilai matematika yang diperoleh

siswa pada saat pelaksanaan TPA (Tes Potensi Akademik) yang

dilaksanakan pada saat awal penerimaan siswa baru di SMK Negeri 1

Denpasar tahun pelajaran 2012/2013. Untuk menentukan ada tidaknya

perbedaan antar kelas digunakan rumus t-test sebagai berikut.

73
(Suharsimi Arikunto, 1998:303)

Keterangan:

M1 = Rata-rata nilai TPA kelas pertama

M2 = Rata-rata nilai TPA kelas kedua

∑x₁ = Data X₁ - M₁

∑x₂ = Data X₂ - M₂

N = Jumlah kelompok pertama ( N₁ = N₂)

Kriteria pengujian: Jika thitung < ttabel pada derajat kebebasan (db = N₁ + N₂

- 2) dan taraf signifikansi 0,05 maka kedua kelas dinyatakan ……..

Dilihat dari jumlah populasi di atas dari masing-masing kelas,

jumlah populasi kelas adalah sama. Untuk jumlah kelas yang subyeknya

sama, yang dibandingkan ditetapkan yang bernomer urut 1 - ….. Dengan

demikian nilai t-test dapat disajikan pada tabel berikut.

Tabel D.2 Nilai t-test antar kelas

Nilai t-test antar kelas TKJ.1 TKJ.2 MM.1 MM.2 RPL.1 RPL.1
TKJ.1 - - - - - -
TKJ.2 - - - - - -
MM.1 - - - - - -
MM.2 - - - - - -
RPL.1 - - - - - -
RPL.2 - - - - - -
Uji t-test selengkapnya terdapat pada lampiran 01 Halaman ……

74
Yang digunakan dalam kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol adalah kelas yang setara atau tidak memiliki perbedaan yang

signifikan. Untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol maka

dilakukan randomisasi (acak). Sehingga bisa dikatakan bahwa teknik

randomisasi adalah sebuah proses sampling yang dilakukan sedemikian rupa

sehingga setiap satuan sampling yang ada dalam populasi yang memiliki

peluang untuk dipilih kedalam sampel.

D.3 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan desain Pretest/postest

kontrol group design (Dantes, 2012). Dalam desain ini ada satu perlakuan

variabel bebas yakni assesmen pembelajaran yang dikatagorikan menjadi

assesmen pembelajaran projek dan assesmen pembelajaran konvensional

sedangkan bakat numerik dan ekspektasi karir sebagai kovariabel.

Pemilihan desain ini karena peneliti ingin mengetahui perbedaan hasil

belajar KKPI siswa antara kelompok eksperimen dan kolompok kontrol

setelah dikendalikan oleh variabel kemampuan numerik dan ekspektasi

karir, sehingga dalam penelitian ini mempergunakan skor pretest.

Rancangan eksperimen tersebut disajikan seperti Tabel 3.2

Tabel. D.3 Desain Eksperimen

Assesmen Pretest Treatment Postes


Projek Ox X1 O1

75
Konvensional Ox - O2

Keterangan :
X1 = perlakuan assesmen projek
O1-2 = menyatakan pengamatan akhir (post-test)
Ox = menyatakan pengamatan awal (pre-test)

Rancangan penelitian diatas memberikan gambaran bahwa sampel

penelitian dari hasil randomisasi diberikan treatment atau diberikan

perlakuan asesmen projek pada kelas eksperimen dan pada kelompok

kontrol diberikan asesmen konvensional. Kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol diberi pokok bahasan KKPI yang sama selama 10 kali

pertemuan, dan pada pertemuan ke 11 akan diadakan tes hasil belajar KKPI.

Matrik rancangan analisis penelitian ini adalah Anakova 1 jalur

yang dapat disajikan seperti tabel berikut ini.

Tabel D.4 Desain Matrik Analisis Anakova 1 Jalur

Model Pembelajaran (A)


A1 + Asesmen Projek A2 + Asesmen Konvensional
X1 X2 Y X1 X2 Y

Keterangan :

76
A = Model Pembelajaran

A1= Model Pembelajaran + Asesmen Projek

A2= Model Pembelajaran + Asesmen Konvensional

Y = Hasil Belajar KKPI

X1 = Kemampuan numerik

X2 = Ekspektasi Karir

Bagan diatas member gambaran bahwa penelitian ini akan

memberikan perlakuan dalam pembelajaran dengan model pembelajaran

yang sama namun diterapkan dua assesmen pembelajaran yang berbeda

yaitu assesmen pembelajaran projek untuk kelas eksperimen dan asesmen

pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol, yang akan menunjukkan

bagaimana hasil belajar KKPI setelah dikendalikan oleh skor tes

kemampuan numerik (X1) dan ekspektasi karir( X2).

Dantes (2012) mengatakan bahwa penempatan individu dalam

kelompok dan penentuan kelompok mana yang mendapat perlakuan

dilakukan dengan random (R). Randomisasi ini sebagai kekuatan, karena

kedua kelompok tersebut dibuat setara (homogen) sehingga dapat dilakukan

generalisasi terhadap populasi. Desain ini memiliki keunggulan yakni dapat

mengatasi ancaman karakteristik subjek, tetapi rentan terhadap ancaman

testing karena menggunakan prates.

Faktor ancaman testing dapat ditekan seminimal mungkin serta

dapat dikontrol, seperti: sejarah, kematangan, tes, instrumen, regresi,

kematian (mortalitas), dan implementasi. Sementara itu, menurut Fraenkel

dan Wallen (1993) agar hasil suatu penelitian dapat dinyatakan sebagai hasil

77
dari perlakukan eksperimen dan hasilnya dapat digeneralisasi pada kondisi

yang sama di luar perlakuan, maka perlu dilakukan pengontrolan. Adapun

cara yang digunakan untuk mengontrol validitas internal penelitian ini

adalah sebagai berikut.

D.3.1 Karakteristik Subjek

Beberapa ciri khas subjek yang mempengaruhi hasil penelitian

adalah, seperti: intelegensi, sikap, umur, jenis kelamin, status ekonomi,

agama, motivasi dan lain sebagainya. Karakteristik subjek dalam

penelitian ini dikontrol dengan cara mengambil sampel penelitian secara

acak (random) tetapi yang dirandom kelas sehingga kondisi awalnya

relatif sama. Hal ini juga didukung dengan hasil uji kesetaraan kelompok

sebelum perlakuan.

D.3.2 Kehilangan Subjek Penelitian (mortalitas)

Hilangnya anggota sampel penelitian dapat terjadi sewaktu-waktu.

Hilangnya anggota sampel ini disebut dengan mortalitas. Kehilangan

tersebut bisa disebabkan karena siswa pindah sekolah, pindah kelas, siswa

sering tidak hadir atau bahkan sakit selama penelitian berlangsung.

Pengaruh mortalitas dalam penelitian ini dikontrol dengan cara melakukan

absensi dan pengawasan secara ketat selama proses pembelajaran. Cara

lain yang dilakukan adalah dengan melebihkan sampel penelitian sehingga

apabila terjadi mortalitas kekurangan itu bisa ditutupi.

D.3.3 Lokasi Penelitian

78
Lokasi penelitian adalah tempat di mana dilakukannya eksperimen

atau tempat istimewa di mana data dikumpulkan. Ada kalanya kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol letaknya bersebelahan. Pada penelitian

ini lokasi penelitian dikontrol dengan cara tidak mengatakan kepada kedua

kelompok bahwa mereka dijadikan subjek penelitian.

D.3.4 Instrumenasi

Pengaruh instrumen penelitian mungkin terjadi karena perubahan

instrumen, perubahan penskoran dan perbedaan karakteristik pengumpul

data. Pada penelitian ini pengaruh perubahan instrumen dan perubahan

penskoran dikontrol dengan cara menyediakan pedoman penskoran yang

telah ditetapkan. Sedangkan pengaruh perbedaan karakteristik pengumpul

data terhadap validitas internal dikontrol dengan menggunakan alat

pengumpulan data yang sama untuk kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Pada penelitian ini, alat pengumpulan data yang digunakan adalah

tes kemampuan numerik dan ekspektasi karir yang diberikan diawal

sebelum penelitian dilakukan

D.3.5 Pengukuran

Perbedaan prilaku yang ditunjukkan oleh tes awal (pre-test) dan tes

akhir (post-test) dapat diakibatkan oleh kejadian di luarperkiraan dalam

perlakukan. Kasus ini disebut pengaruh pengukuran yang dapat

mempengaruhi validitas internal. Perbedaan prilaku dalam penelitian ini

dapat dikontrol dengan cara membandingkan skor tes akhir pada masing-

masing kelompok.

79
D.3.6 Pengaruh Sejarah (History)

Pengaruh sejarah dalam hal ini adalah apakah kelompok

eksperimen maupun kontrol yang dijadikan sampel penelitian berasal dari

kelompok yang setara, artinya kedua kelompok memiliki pemahaman

konsep dan kemampuan berpikir kreatif yang relatif sama. Pengaruh

sejarah dalam penelitian ini dikontrol dengan memilah kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol secara acak dari kelas-kelas yang ada.

D.3.7 Kematangan (maturation)

Subjek penelitian akan mengalami perubahan fisik maupun mental

(kematangan) dari waktu ke waktu yang dapat mempengaruhi hasil belajar

siswa. Pengaruh kematangan dalam penelitian ini dikontrol dengan cara

pelaksanaan perlakukan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama tetapi

masih memenuhi syarat penelitian, dalam hal ini perlakuan yang diberikan

selama 8 kali pertemuan (8×2 jam pelajaran), ditambah dua kali pertemuan

untuk melaksanakan tes kemampuan numerik dan ekpektasi karir sebelum

perlakuaan diberikan.

D.3.8 Regresi

Adanya data-data out layer dalam penelitian akan berpengaruh

pada regresi statistik. Pengaruh regresi dalam penelitian ini dikontrol

dengan cara pengacakan dalam pengambilan sampel penelitian sehingga

terhindar dari skor-skor ekstrem pada skor pemahaman konsep dan skor

kemampuan berpikir kreatif.

D.3.9 Pengaruh Implementasi

80
Merupakan kejadian yang tidak terduga yang dapat

menguntungkan salah satu kelompok. Pengaruh implementasi dalam

penelitian ini dikontrol dengan cara melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan rencana pembelajaran yang telah di susun, baik untuk kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol.

D.3.10 Sikap Siswa

Cara subyek penelitian memandang suatu penelitian dan partisipasi

mereka dalam penelitian dapat menimbulkan suatu kendala untuk validitas

internal. Subjek penelitian dapat memiliki sikap yang berbeda-beda

terhadap proses pembelajaran, seperti pura-pura giat belajar atau serius

mengikuti pembelajaran. Sikap siswa dalam penelitian ini dikontrol

dengan cara peneliti tidak secara langsung memberitahu bahwa mereka

sedang diteliti dan mengatakan bahwa peneliti adalah seorang guru

pengajar sehingga siswa tidak akan melakukan hal-hal di luar ketentuan

sekolah.

D.4 Prosedur Pelaksanaan Penelitian


D.4.1 Tahap Awal
Hal-hal yang perlu dipersiapkan pada tahap awal penelitian adalah sebagai

berikut
a. Peneliti memberikan arahan dan petunjuk teknis pelaksanaan asesmen

projek dan asesmen konvensional kepada guru pengajar, untuk

meminimalkan penyimpangan yang mungkin terjadi terhadap asesmen

pembelajaran yang telah direncanakan.

81
b. Peneliti bersama guru pengajar menyiapkan materi pembelajaran yang

dirancang agar sesuai dengan asesmen projek, dan juga disesuikan

dengan kurikulum dalam silabus mata pelajaran KKPI.


c. Peneliti dan guru pengajar mempersiapkan RPP, LKS, dan modul

setiap pembelajaran
d. Peneliti dan guru pengajar menyusun agenda pelaksanaan penelitian
e. Pembentukan kelompok-kelompok belajar heterogen yang terdiri dari

4-5 orang setiap kelompok.

D.4.2 Tahap Pelaksanaan


a. Materi pada populasi

Materi pembelajaran dalam penelitian ini rencananya akan

mengangkat mengoperasikan software pengolah presentasi (Microsoft

Power Point) yang sesuai dengan pelajaran KKPI kelas XI semester XI

dengan materi pokok melakukan editing sederhana font (huruf), mengenal

fitur-fitur presentasi, design/layout, dan mencetak file presentasi.

b. Langkah Pembelajaran
Tahap pelaksanaan pembelajaran terhadap kelompok siswa yang

mengikuti pembelajaran KKPI dengan menggunakan asesmen projek dan

kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran KKPI dengan

menggunakan asesmen konvensional dilaksanakan serentak. Kedua

kelompok perlakuan membahas materi, model dan strategi pembelajaran

yang sama dengan jumlah pertemuan yang sama pula.


1) Pembelajaran KKPI dengan asesmen projek
Prosedur yang ditempuh guru dalam membahas pokok bahasan

dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

82
a) Guru membahas materi pembelajaran pengolah presentasi

(Microsoft power point) sesuai dengan rencana pembelajaran yang

telah dibuat (RPP)


b) Siswa belajar berkelompok sesuai dengan pengelompokan yang

dilakukan oleh guru


c) Guru membagikan LPK (Lembar prosedur kerja) sebagai rangkaian

dari asesmen projek kepada tiap kelompok dan selajutnya

kelompok tersebut diminta untuk mengisi sesuai dengan proses

kerjanya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan


d) Siswa dalam kelompok diberikan kesempatan untuk mendiskusikan

tiap prosedur yang harus mereka kerjakan dalam kelompoknya

masing-masing sera guru sebagai fasilitator


e) Persiapan pembelajaran dituangkan dalam bentuk rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis asesmen projek

2) Pembelajaran KKPI dengan asesmen konvensional


Pembelajaran yang menggunakan asesmen konvensional dilaksanakan

pada kelompok non eksperimen dengan menggunakan langkah-

langkah sebagai berikut.


a) Guru menjelaskan materi pembelajaran pengolah presentasi

(Microsoft power point) sesuai dengan rencana pembelajaran (RPP)

yang telah dibuat


b) Siswa dengan seksama memperhatikan penjelasan guru
c) Guru memberikan contoh pengunaan lembar kerja pengolah

presentasi sesuai dengan modul yang ada


d) Guru memberikan soal-soal latihan baik berupa soal obyektif

maupun essay sebagai penerapan konsep yang telah diterima siswa


e) Semua siswa mengerjakan petunjuk dari guru, setelah selesai salah

satu siswa diminta untuk menampilkan pekerjaannya di depan kelas


f) Guru menutup pembelajaran dengan memberikan tes formatif dan

PR

83
g) Persiapan pembelajaran dijabarkan dalam bentuk rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan asesmen

konvensional

D.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1) Identifikasi Variabel
Penelitian ini melibatkan beberapa variabel yang dapat dijabarkan sebagai
berikut.
a. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang

ditunjukkan oleh skor tes hasil belajar KKPI (y).


b. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asesmen belajar yang

dikelompokkan menjadi asesmen konvensional dan asesmen projek.

Asesmen konvensional digunakan pada kelas kontrol sedangkan

asesmen projek digunakan pada kelas eksperimen


c. Variabel Kendali/Moderat

Selain variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat, adapula

variabel-variabel lain yang turut mempengaruhinya sehingga untuk

menghindari kemungkinan masuknya pengaruh factor lain tersebut

yang memicu variasi antara individu dalam sampel, serta untuk

meningkatkan validitas internal, maka dalam penelitian ini digunakan

variabel sertaan/bawaan sebagai variabel kendali (kovariabel) yakni

Kemampuan numerik (X1) dan Ekspektasi Karir (X2 )

2) Definisi Variabel
Untuk mendeskripsikan variabel penelitian secara operasional, berikut ini

dijabarkan definisi operasional masing-masing variabel. Variabel-variabel

tersebut adalah:
a. Asesmen Pembelajaran Konvensional
1) Definisi Konsep

84
Asesmen konvensional adalah bentuk penilaian yang lebih melihat

hasil dan bentuk penilaian ini lazim digunakan guru


2) Definisi Operasional
Suatu penilaian yang menekankan pada hasil dan kurang

memperhatikan proses dalam pembelajaran. Pada asesmen ini

hanya mengukur ranah kognitif tingkat rendah namun belum

mengukur hasil belajar siswa secara holistic.


b. Asesmen Pembelajaran Projek
1) Definisi Konsep
Asesmen projek adalah bentuk penilaian berkesinambungan yang

dimulai dari proses hingga hasil akhir


2) Definisi Operasional
Penilaian yang menyeluruh mengenai kemampuan siswa melalui

tugas yang memuat investigasi dan memiliki rentang waktu

tertentu, dimana dalam pelaksanaannya projek bersumber dari data

primer dan sekunder


c. Hasil Belajar KKPI
1) Definisi Konsep
Hasil penilaian secara menyeluruh dalam berbagai aspek

pembelajaran dalam bentuk angka yang menggambarkan hasil

pencapaian siswa dalam pembelajaran KKPI yang meliputi ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik.


2) Definisi Operasional
Hasil belajar ini dinyatakan dalam bentuk skor skala interval yang

diperoleh siswa selama proses pembelajaran dimana hasil akhir

dalam pembelajaran tersebut menggambarkan pemahaman dan

pengaktualisasian pemahaman tersebut dalam suatu karya atau

produk.
d. Kemampuan numerik
1) Definisi Konsep
Kemampuan numerik adalah kemampuan potensial yang dimiliki

oleh siswa dalam melakukan oprasi hitung secara manual yang

85
meliputi operasi penjumlahan, perkalian, pembagian, yang akan

memungkinkan untuk berkembang dan berprestasi di bidang

pelajaran eksakta.
2) Definisi Operasional
Dalam penelitian ini tes kemampuan numerik yang digunakan

adalah tes yang dibuat oleh peneliti dan sudah divalidasi, dan

hasilnya berupa skor tentang kemampuan numeric siswa. Skor

tersebut diperoleh dengan memberikan soal dalam bentuk pilihan

ganda (obyektif) kepada anggota sampel. Butir tes ini disebut

dengan butir tes dikotomi yakni hanya ada dua nilai (1 dan 0), jika

jawaban butir benar maka diberikan skor 1 sebaliknya jika butir

jawaban salah maka diberikan skor 0. Kemudiaan skor-skor yang

didapatkan oleh responden dijumlahkan, dan skor totalnya berupa

skala interval.Ekspektasi (harapan), sedangkan karir adalah

rangkaian sikap dan perilaku yg berkaitan dengan pengalaman dan

aktivitas kerja dalam rentang waktu kehidupan seseorang yg terus

berkelanjutan
e. Ekspektasi Karir
1) Definisi Konsep
Ekspektasi karir di defisinikan sebagai suatu harapan akan karir

atau pekerjaannya di masa depan sesuai dengan bidang yang

digeluti saat ini dan dipengaruhi juga oleh bakat dan kemampuan

yang dimiliki seseorang sejak lahir.


2) Definisi Operasional
Ekspektasi karir adalah skor tentang harapan atau keinginan
yang menyenangkan terhadap pemilihan karir atau profesi yang

berkaitan dengan pelajaran KKPI yang dipelajarinya. Skor tersebut

diperoleh dengan memberikan kuesioner tentang ekspektasi karir

86
kepada anggota sampel yang terdiri dari pernyataan berperilaku

positif dan berperilaku negative. Masing-masing penyataan

disediakan 5 alternatif pilihan, yakni: SS (Sangat Setuju), S

(Setuju), RR (Ragu-ragu), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat

Tidak Setuju) dengan criteria penskoran yang tertera pada tabel D.5

berikut ini.

Tabel D.5 Penskoran Kuesioner Berdasarkan Perilaku Pernyataan

Pilihan Responden Skor pada pernyataan yang berperilaku


Positif Negatif
SS (Sangat Setuju) 5 (lima) 1 (satu)
S (Setuju) 4 (empat) 2 (dua)
RR (Ragu-ragu) 3 (tiga) 3 (tiga)
TS (Tidak Setuju) 2 (dua) 4 (empat)
STS (Sangat Tidak Setuju) 1 (satu) 5 (lima)

D.6 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


a. Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes dan kuesioner. Data

kemampuan numerik siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes yang

dibuat sendiri oleh peneliti dan sudah divalidasi sedangkan data ekspektasi

karir siswa dikumpulkan melalui kuesioner yang dibuat sendiri juga oleh

peneliti berdasarkan syarat-syarat pembuatan instrumen. Hasil belajar

KKPI dikumpulkan melalui rangkaian proses hasil projek siswa dalam

materi KKPI selama rentang waktu tertentu.


1) Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data kemampuan numerik

siswa, metode tes yang dimaksud adalah tes yang sudah divalidasi
2) Metode Kuesioner
Metode kuesioner digunakan untuk memperoleh data atau informasi

mengenai harapan karir mereka ke depan terhadap bidang yang

87
mereka geluti sekarang dan ditunjang dengan berbagai aspek yang

mendukung dari dalam diri masing-masing siswa.


3) Projek
Suatu kegiatan yang meliputi suatu investigasi sejak dari perencanaan,

pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data

sehingga menghasilkan suatu produk.

b. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka

digunakan tes bakat numerik, projek dan kuesioner ekspektasi karir.

Melihat begitu pentingnya kedudukan instrumen dalam penelitian ini,

maka proses pembuatannya perlu dirancang sedemikian rupa dan cermat

untuk memperoleh data yang valid. Untuk itu berikut diuraikan mengenai

instrumen yang dimaksud tersebut.


1) Konsep Tes Kemampuan numeric
Kemampuan numerik adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh

siswa dalam melakukan oprasi hitung secara manual yang meliputi

operasi penjumlahan, perkalian, pembagian, yang akan

memungkinkan untuk berkembang dan berprestasi di bidang pelajaran

eksakta.
2) Kisi-kisi tes kemampuan numeric
Butir soal kisi-kisi kemampuan numeric terdiri dari 30 butir soal, berikut 5

butir soal dari 30 butir soal yang akan digunakan dalam penelitian ini.

1. Ayah membeli 5 buah apel, 4 buah alpukat dan 7 buah jeruk. Harga
setiap buah apel, alpukat dan jeruk masing-masing adalah Rp.5.470,00;
Rp.8.275,00 dan Rp.3.225,00. Berapakah kira-kira uang yang
dibelanjakan oleh Ayah untuk membeli buah-buah tersebut?
a. Rp.16.970,00
b. Rp.83.100,00
c. Rp.85,000,00
d. Rp.90.000,00
2. Hasil dari 250 + (-75) – (-125) adalah …
a. 50

88
b. 200
c. 300
d. 450
3. Hasil dari 4,7 – 2,128 + 5 adalah …
a. 2,572
b. 2,577
c. 7,572
d. 7,628
4. Hasil dari [-9 x (-6)] + [-9 x (-8)] adalah …
a. 126
b. -126
c. 504
d. -504
5. Seorang pedagang mempunyai 12 keranjang buah melon dan tiap-tiap
keranjang berisi 14 buah melon. Ternyata 8 buah dari melon tersebut
busuk. Jika sisanya dibagikan kedalam kotak kecil yang mampu
menampung 8 buah melon, berapakah kotak kecil yang diperlukan
pedagang buah tersebut?
a. 8
b. 10
c. 16
d. 20

3) Validasi Tes Kemampuan Numerik


Dalam bahasa Indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”. Untuk

mengukur validitas data yang berbentuk dikotomi (yang benar diberi

skor 1 dan yang salah diberi skor 0). Validitas butir tes dihitung

dengan mengkorelasikan skor butir dengan skor total yang diperoleh

responden, skor butir tes objektif berupa skala dikotomi, sedangkan

skor totalnya berupa skala interval yakni jumlah skor butir. Oleh

karena itu, teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi

Point Biserial, dengan rumus sebagai berikut.

Mp  Mt
r pbi =
St (Candiasa, 2011: 32)

Keterangan

89
rpbi =
Koefisien korelasi point biserial

Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab betul

Mt = Rerata skor

St = Standar deviasi dari skor total

P = Proporsi siswa yang menjawab betul

q = Proporsi siswa yang menjawab salah ( q = 1 – p)

4) Reliabilitas Tes Kemampuan Numerik


Reliabilitas alat ukur adalah keterandalan alat ukur atau keajegan alat

ukur artinya, alat ukur itu digunakan akan menghasilkan hasil ukur

yang reatif tetap. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien

reliabilitas tes yang datanya dikotomi adalah dengan menggunakan

rumus Kuder Richadson (KR-20).


 n  St ² -  pq 
r1.1     (Candiasa, 2011: 53)
 n  1  St² 
Keterangan

r11 = Koefesien releabilitas tes

p = Proporsi siswa yang menjawab betul untuk tiap-

tiap butir

q = Proporsi siswa yang menjawab salah untuk tiap-

tiap butir

n = Banyaknya butir

St = Standar deviasi skor total

Jika taraf kesulitan butir tes homogen, digunakan KR – 21,

dengan rumus sebagai berikut.

 k  M (k - M) 
r1.1   1  
 k  1  k.SDt² 

90
Keterangan:

r11 = reliabilitas tes

M = rata-rata hitung

K = banyaknya butir

SDt² = varian total tes

1) Konsep Kuesioner Ekspektasi Karir


Pembuatan kuesioner ekspektasi karir berpedoman pada dimensi-

dimensi berikut ini: (1) Prinsip hidup, (2) Harapan hidup, (3)

Kreativitas, (4) Keterlibatan, (5) Kemampuan, (6) Bimbingan, (7)

Kesesuaian, (8) Daya tarik, (9) Memilih, dan (10) Motivasi. Karena

dalam kisi-kisi ini memuat beberapa dimensi-dimensi tersebut diatas,

maka konsep kuesioner ini harus jelas mengacu pada kisi-kisi serta

menuruti petunjuk dosen pembimbing.


2) Kisi-kisi Kuesioner Ekspektasi Karir
Penyusunan kuesioner ini berorientasi pada kisi-kisi, sedangkan kisi-

kisi terdiri dari dimensi-dimensi dan indicator yang mengacu pada

pengertian definisi konsep dan definisi operasional dari variable

ekspektasi karir serta petunjuk dari dosen pembimbing.

Tabel D.6 Kisi-kisi Angket Ekspektasi Karir

No Dimensi Indikator No. Soal


1 Prinsip hidup  Cara hidup 1,2,3,4,5
 Tujuan hidup
2 Harapan hidup  Kebutuhan 6,7,8,9,10,11
 Profesi
 Harga diri
3 Kreativitas  Harapan 12,13,14
 Inisiatif
4 Keterlibatan  Kemauan 16,17,18,19
 Keuletan

91
 Kerja keras
5 Kemampuan  Bakat pribadi 20,21
 Pengaruh lingkungan
6 Bimbingan  Guru KKPI 22,23,24,25,26
 Guru BK/Bimbingan karir
 Autodidak
7 Kesesuaian  Zaman 27,28
 Kemampuan dan minat
8 Daya tarik  Menjanjikan 29
9 Memilih  Baik, cocok, dan tidak 30
beresiko tinggi
10 Motivasi  Semangat belajar 15

3) Validasi
a. Validasi tampilan dan isi instrument ekspektasi karir

Untuk memperoleh penetapan validitas tampilan dan isi, maka

butir-butir kuesioner tersebut dikonsultasikan kepada para pakar

untuk dilakukan penilaian. Penilaian dilakukan oleh dua pakar

(expert judges) yang memiliki spesialisasi dalam Pendidikan.

Untuk menentukan validitas ini, hasil dari penilaian kedua pakar

dimasukan ke dalam tabulasi silang 2 x 2 yang terdiri dari kolom A,

B, C, dan D. Kolom A adalah sel yang menunjukan ketidaksetujuan

antara kedua pakar. Kolom B adalah sel yang menunjukan

kesetujuan pakar pertama sedangkan pakar kedua tidak setuju.

Kolom C adalah sel yang menunjukan pakar pertama menunjukan

penilaian tidak setuju dan pakar kedua setuju. Dan kolom D adalah

sel yang menunjukan kedua pakar setuju dengan butir yang dibuat.

Formula untuk mencari validitas isi (content validity), sebagai berikut.

D
Content Validity  (Candiasa, 2011:23)
( A  B  C  D)

92
Untuk memudahkan pemaparan di atas, dapat dilihat rancangan

tabulasi silang

Tabel D.7 Rancangan Tabulasi Silang

Pakar / Penilai 1

TR R

A B

Penilai 2 TR
C D

Keterangan

A : Sel yang menunjukkan kedua pakar tidak setuju

B : Sel yang menunjukkan pakar pertama setuju, pakar kedua tidak setuju

C : Sel yang menunjukkan pakar pertama tidak setuju, pakar kedua setuju

D : Sel yang menunjukkan kedua pakar setuju

TR :Tidak Relevan

R : Relevan

b. Validitas empiris kuesioner ekspektasi karir


Validitas empiris kuesioner ekspektasi karir diperoleh melali

ujicoba terhadap 30 siswa program TKJ ( Teknik jaringan ) SMK

Negeri 1 Denpasar. Untuk menentukan validitas dari masing-

masing butir kuesioner maka dilakukan dengan metode yang sama

dengan metode validitas tes kemampuan numeric. Adapun rumus

93
yang digunakan untuk validasi adalah rumus Pearson Product

Moment

n( XY )  ( X )( Y )
rhitung  (Candiasa, 2011:116)
n. X 2
 ( X 2 )n. Y 2  ( Y ) 2 

Keterangan

r xy = Koevisien korelasi antara X dan Y

N = Banyaknya sampel atau jumlah responden

∑X = Jumlah total variabel X

∑Y = Jumlah total variabel Y

∑YX = Jumlah total variabel X dikali variabel Y

∑X² = Jumlah total variabel X yang dikuadratkan

∑Y² = Jumlah total variabel Y yang dikuadratkan

X = skor dari variabel X (skor butir)

Y = skor dari variabel Y (skor total)

Valid atau tidaknya suatu item dalam sebuah instrument dapat diketahui

dengan membandingkan nilai koefesien korelasi product moment hasil

perhitungan dengan nilai koefesien korelasi yang terdapat pada tabel

dengan taraf signifikansi 5%. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka

item instrumen tersebut dikatakan valid, begitupula sebaliknya jika r

hitung lebih kecil dari r tabel maka item instrumen dikatakan tidak valid

(drop/gugur).

4) Reliabilitas kuesioner
Untuk mengukur reliabilitas instrumen non kognitif (ekspektasi karir)

digunakan rumus Alpha Cronbach.

94
 n   v i 

   1
 n  1   v t 
 (Candiasa, 2011:67)

Keterangan

Vi Varian bagian ke 1 dari tes

Vt Varian skor total

n Banyak bagian

Guilford (dalam Candi, 2011:80) telah mengembangkan kriteria untuk

reliabilitas instrument seperti berikut ini:

Batasan Koefesien Reliabilitas (r) Kriteria


0,00 < r < 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah
0,20 < r < 0,40 Derajat reliabilitas rendah
0,40 < r < 0,60 Derajat reliabilitas sedang
0,60 < r < 0,80 Derajat reliabilitas tinggi
0,80 < r < 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi

c) Tes Hasil Belajar KKPI


Tes hasil belajar KKPI terdiri dari dua bagian tes, bagian

pertama adalah tes awal (pre –test) dan bagian kedua adalah tes akhir

(post-test). Tes bagian pertama untuk mengetahui kesetaraan antara

kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, sedangkan tes

bagian kedua digunakan untuk mengetahui hasil belajar KKPI pada

program pengolah presentasi (Microsoft power point). Tes bagian

pertama dan kedua disusun sesuai pokok bahasan program pengolah

presentasi untuk kelas XI SMK Negeri 1 Denpasar Semester 1.


Materi pokok program pengolah presentasi yakni

melakukan editing sederhana font (huruf), mengenal fitur-fitur

95
presentasi, design/layout, dan mencetak file presentasi. Dari materi

pokok ini disusun butir soal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

hendak dicapai dan indikatornya. Tipe soal yang diberikan adalah

dalam bentuk projek, yakni tipe soal yang menuntut siswa untuk bisa

merancang dan mengorganisasikan pengetahuannya dalam bentuk

produk baik dalam bentuk soft copy maupun hard copy disamping itu

menuntut siswa untuk bisa bekerjasama dalam tim. Tipe soal ini

mengasah kemampuan peserta didik dalam pengaplikasian

pengetahuan, dan kemampuan siswa.

Tabel D.8 Kriteria dan Skor Proyek

Aspek Kriteria dan Skor


5 4 3 2 1
Persiapan Jika memuat Jika memuat Jika memuat Jika memuat Jika memuat
tujuan, materi, tujuan, tujuan, tujuan, tujuan,
dan format yang materi, dan materi, dan materi, dan materi, dan
sangat lengkap format yang format yang format yang format yang
lengkap kurang tidak sangat tidak
lengkap lengkap lengkap
Pengumpulan Jika semua Jika semua Jika semua Jika semua Jika semua
Data informasi informasi informasi informasi informasi
proyek dan proyek dan proyek dan proyek dan proyek dan
software sudah software software software software
tersedia rapi sudah sudah tersedia sudah sudah
dan sangat tersedia rapi rapi dan tersedia rapi tersedia rapi
lengkap dan lengkap kurang dan tidak dan sangat
lengkap lengkap tidak lengkap
Pengolahan Jika Jika Jika Jika Jika
Data pembahasan pembahasan pembahasan pembahasan pembahasan
sangat sesuai sesuai kurang sesuai tidak sesuai sangat tidak
dengan materi dengan dengan materi dengan sesuai
dan tampilan materi dan dan tampilan materi dan dengan
presentasi tampilan presentasi tampilan materi dan

96
presentasi presentasi tampilan
presentasi
Pelaporan Jika sistematika Jika Jika penulisan Jika Jika
Tertulis penulisan benar, sistematika kurang penulisan penulisan
memuat saran, penulisan sistematis, kurang kurang
dan bahasa benar, bahasa sistematis, sistematis,
sangat memuat kurang bahasa bahasa
komunikatif saran, namun komunikatif, kurang kurang
bahasa serta kurang komunikatif, komunikatif,
komunikatif memuat saran serta tidak serta sangat
memuat memuat
saran saran

Tabel D.9 Rubrik Penilaian Hasil Belajar KKPI dengan Asesmen Projek

Mata pelajaran : KKPI

Materi : Program Pengolah Presentasi (Power Point)

Alokasi Waktu : 14 x pertemuan

Nama Siswa : …………………………………… kelas : XI

No Aspek * Skor ( 1 – 5)
1 Perencanaan:
a. Menyiapkan materi presentasi
b. Menyiapkan software dan hardware
2 Pelaksanaan:
a. Instal program
b. Membuat Layout
c. Melakukan editing
d. Finishing
e. Mencetak lembar kerja
3 Laporan Projek:
a. Menyusun laporan
b. Presentasi
TOTAL SKOR

1) Validasi Instrumen Hasil Belajar KKPI

97
Suatu instrument dikatakan valid jika benar-benar mampu
mengukur apa yang semestinya diukur dengan instrument tersebut.

Peneliti menggunakan instrument untuk mengumpulkan data, data

yang diperoleh kemudian digunakan untuk membuat inferensi

tentang karakteristik tertentu dari individu, seperti kemampuan,

prestasi, bakat, sikap, motivasi, dan seterusnya. Inferensi tersebut

harus benar, agar simpulan yang ditarik benar oleh karena itu, data

yang digunakan dasar untuk melakukan inferensi juga harus benar.

Semakin tepat inferensi yang dibuat peneliti, semakin tinggi

validitas instrument tersebut (Candiasa, 2011:21). Validitas hasil

belajar KKPI dalam penelitian ini ditinjau dari dua segi yakni dari

segi validitas isi dan validitas butir. Selanjutnya untuk menentukan

validitas isi digunakan rumus Gregory. Formula rumus yang

digunakan adalah seperti berikut ini.

(Candiasa, 2011:24)

Keterangan

A = Sel yang menunjukkan ketidaksetujuan antara kedua

penilai

B dan C = Sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara

kedua penilai

D = Sel yang menunjukkan persetujuan yang valid antara

kedua penilai

Validitas isi > 0,60 dikatakan memiliki validitas isi yang baik dan tes

dapat dipergunakan dalam penelitian.

98
Nilai validitas isi yang diperoleh mencerminkan keseluruhan butir tes

yang dihasilkan (Gregory, 2000). Untuk mengklasifikasikan di kategori

mana koefisien validitas itu berada maka diketahui berdasarkan tabel

berikut ini :

KOEFISIEN VALIDITAS

0,80 – 1,00 Validitas isi sangat tinggi

0,60 – 0,79 Validitas isi tinggi

0,40 – 0,59 Validitas isi sedang

0,20 – 0,39 Validitas isi rendah

0,00 – 0,1 Validitas isi sangat rendah

Setelah didapatkan nilai validitas isi dilanjutkan mencari

validitas butir tes hasil belajar KKPI dengan menggunakan analisis

teknik point biserial (γpbi). Rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut.

(Candiasa, 2011:32)

Keterangan

Mp = Rerata skor total dari subjek yang menjawab benar butir

yang dicari validitasnya

Mt = Rerata skor total

St = Standar deviasi skor total

p = Proporsi siswa yang menjawab benar butir yang dicari

validitasnya

q = Proporsi siswa yang menjawab salah butir yang dicari

99
validitasnya (q = 1-p)

Valid tidaknya suatu item instrumen dapat diketahui dengan

membandingkan nilai koefesien korelasi point biserial hitung (

hitung) dengan koefesien korelasi point biserial tabel ( tabel)

dengan taraf signifikansi 5%. Jika hitung < tabel maka butir

soal tersebut dinyatakan tidak valid (drop/gugur) dan sebaliknya jika

hitung > tabel maka butir tersebut dinyatakan valid. Untuk

menentukan nilai koefesien korelasi point biserial dapat dihitung

dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel atau SPSS.

2) Reliabilitas Hasil Belajar KKPI


Reliabilitas instrument mengacu pada konsistensi hasil

pengukuran yang ditunjukkan oleh instrument tersebut. Instrumen

yang memiliki reliabilitas yang tinggi akan memberikan hasil yang

relatif sama, sekalipun instrument tersebut digunakan dalam kurun

waktu yang berbeda. Formula yang digunakan untuk menguji

reliabilitas instrument dalam penelitian ini adalah KR-20 dengan

rumus sebagai berikut.

(Candiasa, 2011:53)

Keterangan
n = Banyak butir
St = Standar deviasi skor total

100
p = Proporsi siswa yang menjawab benar untuk tiap-tiap butir
q = Proporsi siswa yang menjawab salah untuk tiap-tiap butir

3) Daya Beda Hasil Belajar KKPI


Analisis daya beda butir merupakan pengkajian butir-butir

tes yang dimaksudkan untuk mengetahui kesanggupan butir tes untuk

membedakan peserta tes yang tergolong mampu dengan peserta tes

yang tergolong tidak mampu. Secara operasional, daya beda

didefinisikan sebagai efektivitas butir untuk membedakan peserta tes

yang memperoleh skor tinggi dengan peserta tes yang memperoleh

skor rendah. Adapun langkah-langkah untuk mencari daya beda

adalah menentukan kelompok atas dengan kelompok bawah dari

peserta tes.
Penentuan masing-masing kelompok dilakukan dengan cara

mengurutkan hasil uji coba dari skor tertinggi hingga terendah,

selanjutnya diambil 27% dari skor tertinggi dan 27% dari skor

terendah. Kemudian 27% dari skor tertinggi disebut kelompok atas

dan 27% skor terendah disebut kelompok bawah. Indeks daya beda

butir dinyatakan dengan d dan dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

(Candiasa, 2011:109)

Keterangan
U = Banyak kelompok atas yang menjawab butir dengan benar
L = Banyak kelompok bawah yang menjawab butir dengan benar
N = Banyak peserta tes

Nilai daya masing-masing butir tes kemudian dikonversikan dengan indeks

tabel dibawah ini:

Kriteria Daya Pembeda Keputusan

101
d > 0,40 Sangat baik
0,30 < 0,40 Cukup tetapi perlu diperbaiki
0,20 < 0,30 Kurang dan harus diperbaiki
d < 0,20 Jelek, sehingga harus digugurkan

4) Tingkat Kesukaran Butir Soal Hasil Belajar KKPI


Taraf kesukaran butir yang dinyatakan dengan indeks kesukaran butir

adalah proporsi peserta tes yang menjawab butir tersebut dengan

benar. Makin banyak siswa yang menjawab soal dengan benar maka

semakin rendah tingkat kesukaran soal tersebut dan sebaliknya

semakin sedikit siswa yang menjawab soal maka semakin tinggi

tingkat kesukaran soal. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal

digunakan rumus sebagai berikut:

(Candiasa, 2011:81)

Keterangan
I = Indeks kesukaran butir
B = Banyak siswa yang menjawab butir tersebut dengan benar
N = Jumlah siswa yang mengikuti tes
Nilai indeks kesukaran butir dikonversikan kedalam kriteria dibawah

ini:

Kriteria Tingkat Kesukaran Kategori


P 0,00 – 0,30 Sukar
P 0,31 – 0,70 Sedang
P 0,71 – 1,00 Mudah

D.7 Metode Analisis Data


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh asesmen projek

terhadap hasil belajar KKP ditinjau dari kemampuan numerik dan

ekspektasi karir. Untuk uji hipotesis menggunakan analisis kovarian

(anakova).
1) Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis digunakan untuk mengetahui apakah asumsi

102
yang dipersyaratkan oleh uji statistik yang digunakan sudah terpenuhi atau

tidak, maka dilakukan pengujian atau pendeteksian. Analisis varians

memiliki syarat bahwa data harus berasal dari populasi yang berdistribusi

normal dan kelompok yang dibandingkan harus homogen. Oleh sebab itu

maka uji persyaratan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji

normalitas, uji homogenitas varian, uji linieritas, dan uji multikolinieritas.

a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan adalah untuk menguji apakah data dependent

atau independent berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas

dalam penelitian ini digunakan teknik analisis chi kuadrat yakni teknik

analisis yang menguji perbedaan dua kelompok atau lebih, yang mana

datanya berupa frekuensi.

(Candiasa, 2011:138)

Keterangan

Oi = Frekuensi observasi (frekuensi data yang diperoleh dari observasi)

Ei = Frekuensi harapan (frekuensi data yang berdistribusi normal)

K = Banyak kelompok atau kelas

Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut. ‘Jika

harga chi kuadrat hitung lebih kecil dari harga chi kuadrat tabel pada taraf

signifikansi tertentu (5%), maka hipotesis nol diterima dan hipotesis

alternatif ditolak. Artinya, frekuensi sebaran data hasil observasi tidak

103
berbeda secara signifikan dengan frekuensi sebaran data yang lain

(homogen)

b. Homoginitas Varians
Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau

lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki

variansi sama atau tidak berbeda secara signifikan (Candiasa,

2011:192). Teknik pengujian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan Uji Bartlet dengan rumus sebagai berikut.

dimana

Berikut harga-harga yang diperlukan dalam Uji Bartlet

Sampel dk 1/dk
Log (dk) log
Ke

1 n₁ - 1 1/(n₁ -1) Log (n₁ -1) Log

K Nk - 1 1/( Nk – 1)
Log ( Nk – 1) log

Kriteria pengujian, jika χ² hitung < χ² tabel pada taraf signifikansi 5%

dengan derajat kebebasan k-1 maka hipotesis nol diterima. Artinya,

varians data pada setiap kelompok homogen atau kelompok data berasal

dari populasi yang homogen.

c. Uji Linieritas

104
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui hubungan antara skor

kemampuan numerik (X₁), dan ekspektasi karir (X₂) sebagai variabel

bebas dan skor hasil belajar KKP (Y) sebagai variabel terikat antara

kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan

asesmen projek dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan asesmen konvensional. Untuk uji linieritas data dalam

penelitian ini digunakan uji F yang didasarkan pada analisis varian

dengan rumus sebagai berikut.

(Candiasa, 2011:153) dimana

Kriteria pengujian dilakukan kedalam dua tahapan yakni: (1)

Keberartian regresi, jika pada taraf signifikansi 5% F hitung > F tabel

maka H0 ditolak, sehingga koefisien arah regresi signifikan sehingga

regresi yang diperoleh berarti. (2) Linieritas regresi, jika pada taraf

signifikansi 5% F hitung (tuna cocok) > F tabel maka H0 diterima, sehingga

harga F tuna cocok adalah non signifikan. Maka pernyataan bentuk

regresi linier terbukti.


d. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan (korelasi) yang signifikan antar variabel bebas (Candiasa,

2011:167). Jika terdapat hubungan yang cukup tinggi (signifikan),

berarti ada aspek yang sama diukur pada variabel bebas. Uji

Multikolinieritas digunakan dalam penelitian ini untuk memastikan

105
bahwa kovariabel kemampuan numerik dan ekspektasi karir adalah

kovariabel yang berbeda. Multikolinieritas dapat diketahui dari

menghitung koefisien korelasi antara skor kedua kovariabel tersebut.

Untuk menentukan besar koefesien korelasinya digunakan analisis

Product Moment dengan rumus sebagai berikut.

N  XY  ( X )( Y )
rxy  (Candiasa, 2011:167)
 N  X  ( X )   N  Y
Keterangan
2 2 2
 ( Y ) 2 

rxy = Koefisien Korelasi Product Moment

X = Skor kemampuan numerik

Y = Skor ekspektasi karir

N = Banyak responden atau peserta tes


∑X = Jumlah skor kemampuan numerik
∑X² = Jumlah dari kuadrat skor kemampuan numerik
∑Y = Total dari jumlah skor ekspektasi karir
∑Y² = Total dari kuadrat jumlah skor ekspektasi karir
∑X.∑Y = Jumlah hasil kali skor kemampuan numerik
dengan jumlah skor ekspektasi karir

Uji nirkolinieritas digunakan pada sesama kovariabel, dalam

penelitian ini yang menjadi kovariabel adalah kemampuan numerik dan

ekspektasi karir baik pada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan asesmen projek maupun kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan asesmen konvensional. Nirkolinieritas

dimaksudkan bahwa sesama kovariabel tidak memiliki muatan faktor

bersama yang terlalu tinggi, koefisien korelasi yang besar dalam matriks

selalu merupakan pertanda adanya kolinieritas. Jika > 0,800 maka antara

sesama variabel sertaan adalah kolinier, namun jika < 0,800 maka

106
antara sesama variabel sertaan tidak kolinier

2) Uji Hipotesis
Untuk melakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis kovarian

(anakova) maka dilakukan secara bertahap


a. Uji Hipotesis 1 (satu)
Untuk menguji hipotesis 1 (satu) dengan menggunakan analisis varian

satu jalur (uji F) dengan rumus sebagai berikut.

(Koyan, 2012:141)

b. Uji Hipotesis 2 dan 3


Untuk melakukan uji terhadap hipotesis 2 yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh hasil belajar KKPI antara kelompok siswa yang

mengikuti pembelajaran menggunakan asesmen projek dan kelompok

siswa yang belajar dengan menggunakan asesmen konvensional setelah

diadakan pengendalian pengaruh variabel kemampuan numerik, pada

siswa kelas XI SMK Negeri I Denpasar. Dan hipotesis 3 yang bertujuan

untuk mengetahui mengetahui pengaruh hasil belajar KKPI antara

kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan asesmen

projek dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan asesmen

konvensional setelah diadakan pengendalian pengaruh variabel

ekspektasi karir, pada siswa kelas XI SMK Negeri I Denpasar, maka

dilakukan analisis kovarian (Anakova) dengan formula sebagai berikut.

(Candiasa, 2011:19)

Keterangan

107
Hipotesis statistik yang diuji adalah sebagai berikut

Derajat kebebasan

Keterangan

N = Banyaknya data

M = Banyaknya kovariabel

A = Banyaknya kelompok

c. Uji hipotesis 4
Uji hipotesis 4 dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil

belajar KKPI antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran

menggunakan asesmen projek dan kelompok siswa yang belajar dengan

menggunakan asesmen konvensional setelah diadakan pengendalian

secara simultan antara variabel numerik dan ekspektasi karir bidang

informatika, pada siswa kelas XI SMK Negeri I Denpasar. Maka

dilakukan analisis kovarian (Anakova) satu jalur dengan 2 kovariabel,

untuk analisis tersebut dipermudah perhitungannya dengan

108
menggunakan program SPSS for windows. Uji hipotesis 4 dilakukan

dengan melihat angka signifikansi yang dihasilkan pada Test of

Between Effects, pada harga F untuk variabel X₁ dan X₂. Jika angka

signifikansi kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis

alternatif diterima.

109

Anda mungkin juga menyukai