Anda di halaman 1dari 11

Psikologi lintas budaya

Budaya dan Psi lintas budaya

 Manusia tidak dapat dilepaskan dari budaya. Psikologi juga mempelajari budaya yg
terkait dgn manusia itu sendiri. Dengan mengenali budaya sbg konteks dimana manusia
berperilaku, kita dapat memperoleh gambaran yg lbh jelas mengenai manusia dan hal-hal
yg melatarbelakangi munculnya tingkah laku pd manusia tsb.
 PLB : sebuah studi komparatif dan kritis mengenai pengaruh-pengaruh budaya pada
psikologi manusia. Studi lintas budaya membahas dan menguji tingkah laku manusia
dalam beragam latar belakang, mis jenis kelamin, ras, suku, kelas sosial, gaya hidup, dsb
(Matsumoto & Juang, 2004).
 Budaya : suatu set dari sikap, perilaku, dan symbol-simbol yang dimiliki bersama oleh
manusia dan biasanya dikomunikasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya
(Shiraev & Levy, 2010). Manusia tidak lahir dengan membawa budayanya, melainkan
budaya tsb di wariskan dari generasi ke generasi. Mis orang tua kpd anak, guru kepada
murid, pemerintah kpd rakyat dsb.
 Dalam membahas budaya kita sering kali tidak dapat melepaskan diri dari istilah
masyarakat, Ras dan etnik. Ketiga pengertian tsb sering dicampur aduk, Ras: persamaan
fisik, diturunkan/genetik , Etnik: persamaan budaya (bahasa, tradisi, dll), Masyarakat:
persamaan tempat dan waktu.

4 macam pengetahuan dalam Psi lintas budaya


a. Pengetahuan yang pertama adalah pengetahuan yang bersifat Ilmiah. Misalnya Penelitian
Subyakto (1971 dalam Meinarno, Widianto, & Halida, 2011) mengenai masyarakat di
provinsi Maluku
b. Pengetahuan yang kedua adalah pengetahuan yang bersifat Populer, misalnya mitos Nyi
Roro Kidul yang sangat dipercaya di daerah pantai selatan. Hal ini menyebabkan banyak
orang yang menghindari warna hijau saat sedang ke pantai tersebut. Dikalangan etnik
Amungme dan komoro, di kabupaten Mimika, Papua, terdapat kepercayaan bahwa umat
manusia berasal dari dua bersaudara papua. Yang seorang berkulit putih, yang seorang
lagi berkulit hitam.

1
c. Pengetahuan ketiga adalah pengetahuan yang bersifat ideologi (nilai). Nilai-nilai tersebut
biasanya berkaitan dengan agama, adat, dan lain sebagainya.
d. Pengetahuan terakhir adalah hukum, yaitu sesuatu yang mengatur fungsi/perilaku
manusia. Missal UU No 44/2008 tentang pornografi yang ditolak oleh provinsi bali,
papua barat, dan NTT dengan alasan bertentangan dengan kearifan lokal.

Budaya dan kognisi


>> Hofstede menyatakan budaya adalah kumpulan representasi mental tentang dunia.

>> Berry, Poortinga, Segall & Dasen (1992), budaya adalah produk dari kognisi yang
muncul dalam berbagai bentuk, seperti norma, keyakinan, pendapat, nilai dan sebagainya.

>> (Sarlito W Sarwono), budaya sebagai kognisi yaitu sebuah sistem informasi dan bermakna
khusus di pakai bersama-sama oleh manusia dan diwariskan secara turun temurun, yang
memungkinkan sekelompok orang memenuhi kebutuhan dasarnya untuk bertahan hidup,
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan, serta memperoleh kebermaknaan hidup.

Tanpa kita sadari, budaya mempengaruhi cara kita menerima dan memproses informasi
mengenai lingkungan di sekitar kita (Matsumoto & Juang, 2004). Hal ini tampak dalam
penelitian yang dilakukan oleh Greenfield, Reich, dan Oliver (1966) dalam menggolongkan
barang pada orang-orang dewasa amerika keturunan Afrika (kulit hitam), orang dewasa
Amerika kulit putih dan anak-anak Amerika kulit putih. Hasil penelitian: 1). Dewasa kulit
putih menggolongkan berdasarkan jenis/fungsi 2). Anak kulit putih menggolongkan
berdasarkan warna 3). Dewasa kulit hitam menggolongkan berdasarkan warna. Hasil
penelitian ini memeberikan kesan bahwa ada sesuatu di samping kematangan yang
bertanggung jawab atas perilaku yang muncul tersebut, misalnya budaya dan tingkat
pendidikan yang dimiliki partisipan (Matsumoto & Juang, 2004).

2
Budaya dan Persepsi

Persepsi adalah proses mengumpulkan informasi mengenai dunia melalui penginderaan


yang kita miliki (Matsumoto & Juang, 2004). Persepsi individu di pengaruhi oleh beberapa hal,
seperti pengalaman pribadi, status sosial ekonomi, kondisi lingkungan (Shiraev & Levy, 2010;
Matsumoto & Juang, 2004). Matsumoto dan Juang (2004) menambahkan beberapa faktor lain
dalam budaya yang dapat mempengaruhi persepsi individu, antara lain: tingkat pendidikan, suku,
dan emotivasi dalam melihat beberapa jenis objek (pebelitian Broota dan Ganguli di tahun 1975).

Kebanyakan informasi mengenai pengaruh budaya terhadap persepsi dating dari


penelitian mengenai persepsi visual. Penelitian persepsi visual ini menggunakan ilusi optic
(optical illusion), yaitu persepsi yang melibatkan perbedaan nyata melibatkan perbedaan nyata
antara bagaimana sebuah objek terlihat dan bagaimana sebenarnya objek tersebut (Matsumoto &
Juang, 2004).

Pengaruh budaya pada persepsi visual

Ilusi Muller Lyer Ilusi Ebbinghaus

Hudson (1960 dalam Matsumoto & Juang, 2004) melakukan sebuah penelitian menarik
untuk melihat perbedaan budaya dalam persepsi. Berdasarkan tujuan tersebut, ia kemudian
membuat beberapa buah gambar. Penelitian yang ia lakukan terhadap masyarakat Amerika dan
Bantu ini menunjukkan bahawa terdapat perbedaan pada persepsi kedalaman (in depth
perception) mereka yang berkaitan dengan tingkat pendidikan dan paparan terhadap budaya
eropa.

3
Gajah di tengah yang tampak kecil itu, dipersepsikan sebagai jauh lebih besar daripada
manusia rusa, sementara orang Bantu yang tidak pernah mengalami pendidikan eropa, akan tetap
mempersepsi gajah lebih kecil dari dua objek lainnya.

Etnosentrisme, Prasangka dan stereotipe

Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia melalui kacamata budaya sendiri

- Menentukan baik buruk , normal-abnormal, benar-salah, dan lain-lain


- Baik untuk diri sendiri maupun untu orang lain

Etnosentrise dibagi dua:

 Etnosentrisme Infleksibel/kaku, hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan perspektif


yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar
belakangnya
 Etnosentrisme Fleksibel, meletakkan etnosentrismen dan persepsi mereka secara tepat
dan bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan pada cara pandang budaya mereka
serta menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan latar belakangnya.

4
Diperlukan upaya-upaya untuk memperkuatnya, mengetahui bagaimana cara kita
memahami realitas sebagaimana yang biasa kita lakukan dalam cara tertentu. Contoh:
dalam melakukan penilaian tentang ketidaksopanan sebab apa yang sopan menurut
budaya kita mungkin saja bukan merupakan kesopanan dalam budaya lain.

Lawan dari etnosentrisme adalah Etnorelativisme , yaitu kepercayaan bahwa semua


budaya dan subkultural pada hakikatnya sama dinilai memiliki kedudukan yang sama penting
dan berharganya.

Selanjutnya etnosentrisme dapat menimbulkan prasangka. Prasangka adalah sikap yang


tidak menguntungkan baik bagi individu, golongan, atau kelompok lain, karena didasarkan pada
pandangan yang belum terbukti kebenarannya (Meinarno dkk, 2011). Prasangka ini terdiri dari
dua jenis yaitu prasangka eksplisit dan prasangka implisit. Prasangka eksplisit adalah prasangka
yang diutarakan secara terbuka di hadapan public. Sementara itu, prasangka implicit adalah
prasangka yang merupakan bagian dari nilai, kepercayaan, atau sikap masyarakat.

Penyebab prasangka :

- Sosial-biologi dan evolusi (van berghe, 1981)


- Konflik/kekuasaan antar kelompok (Duckitt, 1992, Healey, 1998)
- Faktor sosial budaya
 Jane Elliot, 1960: Eksperimen diskriminasi (murid dibagi dalam kelas mata biru
dan mata coklat)
 Adorno dkk., 1950: faktor pengaruh kepribadian otoriter terhadap kelompok
 Cambel & Levine, 1965: faktor psikologis (loyalty, hostility, authoritarianism,
rigidity, self esteem)
 Vrij & Winkel (1994): paparan pada perbedaan

Stereotipe adalah gambaran umum yang kita miliki tentang sekelompok orang, terutama
tentang karakteristik psikologis atau cirri kepribadian yang mendasarinya (Lee, Jussim, &
McCauley, 1955 dalam Matsumoto & Juang, 2004). Stereotipe bisa menjadi positif ataupun
negative. Misalnya stereotipe orang Asia adalah pekerja keras, orang jerman yang dianggap
sebagai orang yang rajin dan berpikiran ilmiah.. disamping itu, stereotype juga dapat benar secara

5
umum benar atau benar-benar salah. Stereotype yang didasarkan pada pengamatan factual disebut
sebagai sociotypes (Triandis, 1994). Namun stereotype dapat pula tidak berdasar sama sekali.
Karena stereotype dapat diperoleh tanpa observasi langsung terhadap perilaku seseorang,
beberapa stereotipe tidak memiliki hubungan faktual dengan kelompok target (Matsumoto &
Juang, 2004).

ENKULTURASI
Enkul
turasi

  MKebu
u daya
s an
l adala
i h
mpema
hama
hn
a tenta
r ng
a dunia
mdan
bagai
mmana
a orang
k dewa
a sa
n harus
Enkulturasi (pembudayaan) ialah dimana seorang individu mempelajari dan
berpe
menyesuaikan alam pemikiran serta sikapnya terhadap adat istiadat, sistem norma, dan peraturan
d rilaku
yang hidup dala
dalam kebudayaan. Proses enkulturasi dapat dilihat pada kegiatan orang tua yang
a
gm
mengajak anaknya saat bekerja atau pergi ke tempat ibadah (Meinarno dkk, 2011).
i konte
Enkulturasi dapat dikatakan proses ketika individu memilih nilai-nilai yang dianggap
n ks
baik dan pantas untuk hidup bermasyarakat sehingga dapat digunakan sebagai pedoman
g pema
hama
bertindak. Enkulturasi  Terjadi agak dipaksakan pada anak-anak  ketika dewasa akan belajar
b n itu.
secara lebih sadar untuk menerima atau menolak nilai-nilai atau anjuran-anuran dari
a
Kebu
masyarakatnya.
b
daya
i
an
 O
dipel
r
ajari
a 6
sejak
n
kecil,
g
melal
ui
Agen- Lingk
agen unga
sosial n
isasi buda
& ya
enkul anak
turasi (Brof
enbre
Orang nner)
-
orang Macr
atau osyst
instit Bronfenbrenner
em (1979) percaya bahwa perkembangan manusia itu bersifat dinamis.
usi
Didalamnya Exosy
terhadap proses interaktif antara individu dan lingkungannya dalam beberapa tingkat.
yang
meng inistem
Tingkatan antara lain microsystem (lingkungan yang berinteraksi langsung dengan individu
ajarka keluarga,
misalnya Meso sekolah, teman-teman dsb), mesosystem (hubungan antara microsystem, mis
n dan syste
antara sekolah dan keluarga), exosystem (lingkungan yang tidak memiliki efek langsung terhadap
meng m
individu,
ukuhk mis tempat bekerja orang tua) dan macrosystem (missal, budaya, agama, media sosial,
Micro
dananmasyarakat).
buday syste
m
Budaya dan Perkembangan kognitif
a:
(lingk.
- O Terkec
r il) teori Piaget (1951), perk kognitif anak terbagi ke dalam empat tahap. Keempat
Dalam
a
tahap tsbn adalah Sensorimotor (usia 0-2 tahun) dimana bayi mulai mengenal dunia melalui
g (sensory) dan gerak tubuhnya (motorik), yang kedua Preoperational (usia 2 – 6/7
pancaindera
tahun) dimana
t biasanya anak sudah tahu hubungan sebab akibat walau belum bisa menggunakan
u
logika,, keterampilan motorik berkembang, egosentrisme mulai berkurang . yang ketiga concrete
a
- K (usia 6/7 – 11 tahun) dimana anak mulai bisa berpikir logis dan yang keempat formal
operational
e
operational (usia 11 tahun keatas) dimana sudah mampu berpikir abstrak dan logis.
l
u
Tahapan perkembangan kognitif ini tidak seragam di seluruh budaya orang0orang yang
a
tidak pernah bersekolah atau kuliah di sekolah barat menunjukkan performa yang buruk pada
r
g formal operation (Laurendeau-Bendavid. 1977; Shea, 1985). Penemuan ini kemudian
tugas-tugas
a
memunculkan
- T anggapan bahawa tugas-tugas piagetian bergantung pada pengetahuan yang
e
pernah didapat dan nilai-nilai budaya dibandingkan sekadar kemampuan kognitif (Matsumoto &
m
Juang, 2004).
a
n
- T 7
e
t
a
Budaya dan Bahasa
Semu
a Bayi
manu seluru
sia h
puny dunia
a meng
baha eluark
sa an
bunyi
(fakt Semua manusia memiliki bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi manusia. Bahasa
yang
danorbudayasama
memiliki hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Bahasa menciptakan
etic )
budaya yang dimiliki manusia, namun budaya juga dapat mempengaruhi bahasa yang digunakan
Tetapi
- Ba
manusia. Matsumoto & Juang (2004) mengatakan hubungan timbale balik antara budaya dan
bayi
ha
bahasa belaja
menunjukkan bahwa tidak ada satupun budaya yang dapat dipahami tanpa memahami
sa
r
bahasanya,
ad begitu pula sebaliknya. Melalui bahasa, kita dapat memahami bagaimana pola piker
bahas
ala dari suatu budaya tertentu. Hal ini juga membantu kita untuk memahami bagaimana ia
manusia a
h
memandang yang
dunia. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengamati hubungan antara budaya
me
berbe
dan dia
bahasa adalah dengan mencatat hubungan antara perbedaan bahasa pada masing-masing
da-
ko
budaya danbeda,
kosakatanya (Matsumoto & Juang, 2004).
mu
terga
nik Kosa kata adalah kata-kata yang terkandung dalam bahasa (Matsumoto & Juang, 2004).
ntung
asi
Masing-masing budaya memiliki kosa kata yang berbeda.
dari
pa
penga
B da
ruh
a ma
penga
h nu suhny
a sia a
-s Ba manu
a ha sia
sa mem
b m pelaja
e en ri
r cip meng
enai
b ta
buday
e ka
anya
d n
a bu
da
8
d ya,
i da
n
Budaya dan Gender
D
E
F
I
N
I
S
I

S
e
k
s

(
j
D
e
En
Fi
Is
N
Ik
Se
Il
a
P
m
e
i
r
n
a
)
n


G
e
p  Penelitian antropolog Margaret Mead (1963a) membuktikan bahwa di papua nugini, ada
n
e suku-suku bangsa yang memberlakukan peran gender berbeda dari yang biasa kita
d
r ketahui :
e
b
r
e
d

a 9
a
s
n
a
1) Suku Arapesh, oramg Arapesh menganggap baik laki-laki maupun perempuan
punya sifat feminim, keduanya peka secara emosional dan pasif.
2) Suku Mundugumor, menganggap laki-laki dan perempuan sama-sama maskulin,
agresif, dan suka berperang
3) Suku Tchambuli, perempuan tchambuli mengerjakan pekerjaan sehari-hari,
mencari makan, memperbaiki sarana dan prasarana, membuat keputusan-keputusan
penting dalam keluarga, sementara laki-lakinya berhias, feminism dan mengasuh
anak.
 Penelitian lain di suku bugis, Sulawesi selatan menemukan bahwa di kalangan etnik tu
ada lima macam gender :
1) Bissu, yaitu dukun spiritual (laki-laki) yang mampu melakukan peran gender laki-
laki maupun perempuan
2) Calabai, yaitu laki-laki berperan seperti perempuan atau disebut juga false woman
3) Calalai, yaitu perempuan yang berperan seperti laki-laki
4) (poin 4 dan 5) dan tentunya saja laki-laki dan perempuan biasanya
 Adapun teori gender dari Sandra Bem (1976), yang menyatakan bahwa di kebudayaan
barat, ada tiga gender bukan dua:
1) Androgin, yaitu orang, baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan
yang bisa melaksanakan peran gender laki-laki dan perempuan.
2) Laki-laki biasa (maakulin)
3) Perempuan (feminim)

10
B
u
d
a
y
a

d
a
n

s
t
e
H
r
u
e
b
o
u
t
n
i
g
p
a
e
n

g
a
e
n
n
t
d
a
e
r
r
a
P
e s
n e
e k
l s
i
t d
i a
a n
n
11
G
W e
i n

Anda mungkin juga menyukai