Disusun oleh :
Hendri Kristiyawan
P27220019273
Mengetahui,
____________________ ___________________
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Hiperbilirubinemia adalah suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar bilirubin
serum, total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan
ikterus, yang dikenal dengan ikterus neonatorum patologis. (A. Aziz Alimul H,
2008)
Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga konjungtiva, kulit, dan mukosa berwarna
kuning. (A. Aziz Alimul H, 2008)
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin darah yang kadar nilainya
lebih dari normal. Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk
0,1 – 0,4 mg/dl. (Suriadi 2010)
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubinemia mencapai
suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kernicterus kalau tidak
ditanggulangi dengan baik.
Hyperbilirubinemia (icterus pada bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa,
dan alat tubuh lainnya berwarna kuning. (Ngastiyah, 2010).
2. ETIOLOGI
a. Produksi yang berlebih
Hal ini melebihi kemampuan bayi mengeluarkannya , misalnya pada
hemolisis yang meningkat pada inkomptabilitas darah Rh, ABO, golongan
darah lain, defisiensi enzim G–6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup,
dan sepsis.
b. Gangguan dalam proses ‘ uptake’ dan konjugasi hepar
Disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi
bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau
tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase, defisiensi protein Y dalam
hepar yang berperanan penting dalam ‘uptake’ bilirubin ke hepar.
c. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar.
Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya
salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak
terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat
ke sel otak.
d. Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar.
Kelainan di luar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan.
Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh
penyebab lain. ( Ilmu Kesehatan Anak, Buku kuliah 3, FKUI, 1985 )
Rumus Kramer
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya air
(IWL) tanpa disadari akibat dari fototerapi dan kelemahan menyusu.
b. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi.
c. Resiko injury (internal) berhubungan dengan peningkatan serum
bilirubin sekunder dari pemecahan sel darah merah dan gaangguan
ekskresi bilirubin
d. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi
e. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengalaman
orang tua.
c. RENCANA TINDAKAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Resiko Setelah dilakukan a. Monitor suhu tiap 3 jam
kurangnya tindakan b. Pertahankan intake, beri
volume keperawatan selama minum sesuai program dan
cairan 3 x24 jam kebutuhan
berhubungan diharapkan c. Perhatikan frekuensi BAB,
dengan kebutuhan volume mungkin susu tidak cocok (
hilangnya air cairan terpenuhi jika bukan asi )
(IWL) tanpa dengan kriteria d. Kaji adanya dehidrasi
disadari hasil : membrae mukosa, ubun-
akibat dari a. Balance cairan ubun torgor kulit, mata
fototerapi intake output = e. Kolaborasi terapi infus
dan 0 sesuai program
kelemahan b. Reflek isap f. Tambah cairan 20% dari
menyusu bagus kebutuhan normal
c. Tidak terjadi
hipertermi
d. Mukosa bibir
lembab
2 Resiko Setelah dilakukan a. Inspeksi kulit tiap 3 jam.
gangguan tindakan b. Gunakan baby oil atau sabun
integritas keperawatan selama oil, untuk melembabkan
kulit 3x24 jam kulit
berhubungan diharapkan c. Merubah posisi bayi dengan
dengan gangguan integritas sering.
fototerapi kulit tidak terjadi d. Gunakan pelinndung daerah
dengan kriteria genital
hasil : e. Gunakan pengalas yangb
a. Tidak ada tanda lembut
tanda infeksi
seperti,
kemerahan,
demam, nyeri
b. Kulit dalam
keadaan bersih
dan lembab
c. Tidak terjadi
proritus
Arief ZR, dkk. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta:
Nuha Medika
Suriadi, dan Rita Y. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Fajar Inter Pratama.
Jakarta