Anda di halaman 1dari 11

Termodinamika : mempelajari perilaku dan perubahan zat yang diakibatkan oleh kalor.

Termodinamika bersifat empiris.


Makroskopik
Koordinat makroskopik sistem adalah besaran fisis yang menggambarkan perilaku zat akibat
pengaruh kalor. Misal : tekanan, suhu, volume.
Ciri-ciri:
- Tidak perlu pengandaian khusus (asumsi-asumsi)
- Dapat langsung dirasakan (oleh indera)
- Dapat langsung diukur menggunakan alat ukur (termometer, barometer, dsb)
Mikroskopik
Koordinat mikroskopik sistem adalah besaran fisis yang menyusun suatu sistem (berkaitan
dengan molekul) sehingga harus dikenai asumsi khusus dan untuk mencari nilainya
menggunakan perhitungan dari sifat sistem yang luas. Misal : massa, kecepatan.
Ciri-ciri:
- Memerlukan pengandaian khusus (asumsi-asumsi)
- Tidak dapat dirasakan oleh indra secara langsung
- Tidak dapat diukur menggunakan alat, namun nilainya dapat dihitung menggunakan rumus
Sistem
Sistem merupakan suatu area utama yang dipandang dan diamati. Diluar sistem disebut
lingkungan dan yang memisahkan sistem dengan lingkungan disebut batas sistem.

Batas
(Boundary)
Sistem
Lingkungan

Jenis-jenis sistem

a. Sistem terbuka Terdapat transfer massa, Energy Open Mass


energi dsb transfer system transfer

Terdapat transfer energi saja.


b. Sistem tertutup Energy Closed Mass
Tidak ada transfer massa. transfer system

Tidak dapat melakukan


transfer energi dan massa, Energy Isolated Mass
c. Sistem terisolasi karena dinding yang system
digunakan adalah dinding
adiabatis
Koordinat Sistem Termodinamika
Merupakan besaran-besaran makroskopik yang menggambarkan sistem saat dalam keadaan
setimbang (variabel keadaan).
Tekanan (P) Pa (N/m2) Energi Internal (U) Joule
Suhu (T) K Entalpi (H) Joule
Volume (V) m3 Energi bebas Helmholtz (F) Joule
Entropi (S) J/K Energi bebas Gibbs (G) Joule
Koordinat Intensif: tidak bergantung pada banyaknya massa/materi. Misal: tekanan,
temperatur, viskositas, intensitas listrik
Koordinat ekstensif : bergantung pada banyak massa/materi. Misal: volume, panjang, luas,
energi atau kerja.
Persamaan keadaan, Differensial Eksak dan Tak Eksak
Persamaan keadaan terjadi jika sistem dalam keadaan setimbang termodinamis (setimbang
mekanik, kimiawi dan termal).
Misal: sebuah persamaan f(x,y,z) = 0 mewakili hubungan tiga variabel bebas x,y,z.
Jika z adalah fungsi yang memang ada, maka dz disebut differensial eksak dan berlaku syarat
Euler, dimana juga dapat disebut sebagai fungsi keadaan.

Jika tidak memenuhi persamaan diatas, disebut differensial tak eksak (fungsi lintasan)
Keadaan Persamaan

Kesetimbangan teoritis / van der Walls (P + (a/v2))(v - b) = RT


a,b = tetapan; v = volume molar (V/n)
Gas Ideal PV = nRT ; n = jumlah mol
𝑅𝑇
Gas Dieterici P = (𝑣−𝑏) 𝑒 −𝑎/𝑘𝑡𝑣 ; a,b = tetapan
𝑅𝑇 1−𝑐 1−𝑏 𝐴
P = 𝑣2 (𝑣𝑇 3 ) [𝑣 + 𝐵0 ( 𝑣 )] − 𝑣20 (1 − 𝑎/𝑣)
Gas Beatti-Bridggeman
a,b,c,A0, B0 : tetapan
Pv = RT [ A + B/v + C/v2 + D/v3 + ………]
Gas dalam bentuk virial A, B, C, D,….. merupakan koefisien virial
gas yang bersangkutan
Pv = RT + B’P + C’P2 + D’P3 + …..
Virial yang lain
B’, C’, D’ ,…..merupakan koefisien virial
Gas Nyata (Pv)/(RT) = 1 + (B/v) + (C/v2) + (D/v3)+....
Perubahan infinit pada keadaan setimbang (koordinat mengalami sedikit perubahan)
Misal : V = V(T,P)
𝜕𝑉 𝜕𝑉 1 𝜕𝑉
Perubahan infinitnya dV = (𝜕𝑇 ) 𝑑𝑇 + (𝜕𝑃) 𝑑𝑃, muai volume : 𝛽 = 𝑣 (𝜕𝑇 ) satuan K-1
𝑝 𝑇 𝑇
1 𝜕𝑉
Ketermampatan Isotermal : 𝜅 = 𝑣 (𝜕𝑃) satuan Pa-1
𝑇
Teorema Matematis

Kesetimbangan Termal
Keadaan dimana sistem memiliki harga X dan Y tertentu tetap (selama kondisi eksternal
tidak berubah).

Yang menandakan setimbang = temperatur yang sama


Bunyi hukum ke Nol : “Jika dua sistem A dan B berada dalam kesetimbangan termal dengan
sistem C, berarti ketiga sistem berada dalam keadaan kesetimbangan termal satu sama lain”
Konsep temperatur
Temperatur adalah sebuah nilai derajat panas suatu benda. Temperatur juga disebut dengan
suhu dapat diukur menggunakan termometer, misal terdiri dari koordinat (X,Y) bila Y dibuat
tetap, maka nilai X akan berubah-ubah. Koordinat X disebut sifat termometrik
θ(x) = aX
θ(x) = fungsi termometrik ; a = konstanta
Termometer Gas
Bekerja berdasarkan sifat pemuaian gas (biasanya helium dan hidrogen dengan tekanan
rendah). Dari persamaan PV = nRT, jika suhu (T) naik, volume (V) dijaga konstan, maka
tekanan P akan naik.

Saat tabung gas didekatkan pada benda bersuhu T, maka


tekanan pada pipa 1 akan naik (untuk menjaga volume gas
konstan). Air raksa pada pipa 1 akan menekan air raksa pada
pipa 2 sehingga tinggi h akan berubah.
Tinggi kolom air raksa (h) pada pipa 2 menandakan tekanan
gas (1 atm = tinggi kolom air raksa sebesar 760 mm)
Tinjauan Contoh Gas Ideal
Gas ideal adalah gas yang bekerja pada tekanan dan suhu kamar.
Persamaan umum gas idel:
PV = nRT

P = Tekanan (atm / Pa) ; V = Volume (L) ; n = Jumlah Mol (mol)


R = Tetapan (0.082 atau 8314) ; T = Suhu (K)
Teori Kinetik Gas
Syarat: Memenuhi hukum Newton tentang gerak , partikel gas bergerak secara acak (gerak
Brown), partikel bertabrakan secara elastik dengan dinding sistem.
Total gaya yang bekerja pada dinding
Gaya yang bekerja
pada dinding Energi kinetik total

Proses Kuasistatis
Adalah proses yang terjadi saat ada perubahan infinitesimal sehingga sistem berada tetap
dalam keadaan setimbang termodinamik (memenuhi persamaan f(P,V,T) = 0).
Kerja Kuasistatis
Kerja adalah interaksi antara sistem dengan lingkungan. Jika kerja dilakukan oleh sistem
(sistem melakukan kerja pada lingkungan) secara infinitesimal, maka dW = - P dV (Satuan
Joule). dW bukan diferensial eksak, pada proses non-kuasistatis, tidak ada persamaan yang
menggambarkan keadaannya, sehingga pendekatan P diambil saat akhir proses.
Kerja Bergantung Lintasan (hidrostatis)
Kerja yang bergantung pada arah lintasan. Misalkan kerja dari luas
permukaan kecil ke besar, maka kerjanya bernilai positif (lintasan C)
dan sebaliknya.
Tampak di gambar bahwa luas dibawah kurva B = luas di bawah
kurva C, namun tandanya yang berbeda.

Sistem hidrostatis dapat digambarkan dengan koordinat (P,V,T)


Kerja infinitesimalnya
2
δW = -P dV W12 = - ∫1 𝑃 dV

Kerja pada Perubahan Panjang (kawat)


Misal keadaan kawat teregang digambarkan dengan koordinat (gaya tegang F, L, T)
Kerja infinitesimalnya dW = F dL
Untuk dL (perubahan panjang) +, W juga bertanda + (kerja dilakukan pada kawat)
2
W12 = ∫1 𝐹 dL
Konsep Kalor (fenomena yang bersifat transien/sementara)
Kalor adalah suatu energi yang berpindah dari sistem A ke sistem B akibat kontak termal,
dimana temperatur sistem A > temperatur sistem B. Kalor adalah fungsi lintasan dan
2
diferensial tak eksak. ∫1 𝜕𝑄 = Q12 (infinitesimal/dalam jumlah kecil)
𝜕𝑄 𝑄
Laju kalor 𝑄̇ = (Joule) ; Kalor spesifik q = 𝑚 (J/kg)
𝜕𝑡

Hukum I Termodinamika
“Pada kerja adiabatis, kerja yang dilakukan ternyata tidak bergantung pada cara yang
digunakan, namun hanya bergantung pada keadaan i dan f”
𝑓
Misal kerja adiabatik yang dilakukan sistem Wad = - ∫𝑖 𝑃 dV (Wad adalah fungsi keadaan)
Fungsi diatas diberi nama energi internal sistem, sehingga
𝑓
Wad = - ∫𝑖 𝑃 dV = + (Uf - Ui)
ΔU – Wad = 0 (W+, ΔU akan naik ; W-, ΔU akan turun)
Bila non adiabatik, maka ΔU – Wad = Q , sehingga ΔU = Wad + Q
Hukum I Termodinamika δQ = dU – δW, untuk proses kuasistatis δQ = dU + P dV
Kerja bersifat sementara (transien), teramati pada batas sistem (seperti kalor), fungsi lintasan
dan deferensial tak eksak.
Kapasitas Kalor dan Kalor Jenis
𝑄 𝛿𝑄 𝛿𝑄
Kapasitas kalor C = 𝑑𝑇 , pada P konstan CP = (𝑑𝑇 ) ; pada V konstan CV = (𝑑𝑇 )
𝑃 𝑉
𝐶 𝑑𝑞 𝑑𝑞
Kalor jenis (spesifik) c = 𝑚 , pada P konstan cP = (𝑑𝑇) ; pada V konstan cV = (𝑑𝑇)
𝑃 𝑉

Hubungan Cp dengan Cv

Konduktivitas Termal dan Pengukurannya


Temperatur yang diukur dengan termokopel pada dua tempat terpisah berjarak L memiliki
𝐿 𝑑̅ 𝑄
persamaan: k = ;jika T1-T2 kecil, maka k= konduktivitas termal rata2 (W/m K)
𝐴(𝑇1 −𝑇2 ) 𝑑𝑡
Konduktivitas termal adalah besaran intensif bahan yang menunjukkan kemempuan
menghantarkan panas dan hanya dimiliki oleh benda padat. Perpindahan energi pada benda
padat disebut heat conduction, dimana energinya saja yang berpindah tanpa disertai
perpindahan molekul. Jika digunakan lempeng infinitesimal dengan tebal dx maka laju
𝑑̅ 𝑄 𝑑𝑇
perpindahan kalor adalah = − 𝑘𝐴
𝑑𝑡 𝑑𝑥
Konveksi Panas
Heat convection adalah perpindahan energi pada zat cair, dimana molekulnya ikut berpindah
𝑑̅ 𝑄
pula. Laju perpindahan kalornya adalah = −ℎ𝐴∆𝑇 ; dengan h = koefisien konveksi
𝑑𝑡
Radiasi Termal
Themal radiation adalah perpindahan energi tanpa memerlukan medium, dapat berpindah
sejauh yang dia bisa.
Hukum Stefan-Boltzmann
“The heat radiated was proportional to the difference of the fourth powers of the absolute
temperatures” Jika dimatematikakan Rbb (T) = σ T4 , sehingga daya (laju perpindahan kalor)
𝑑̅ 𝑄
adalah = 𝐴𝜀𝜎(𝑇𝑤4 − 𝑇 4 ) ; σ = tetapan Stefan-Boltzmann (5,67051 x 10-8 W/m2 K4)
𝑑𝑡
Mesin Kalor
Adalah mesin yang mengkonversi kalor Q2 menjadi kerja
W dan melepas kalor Q1 pada lingkungan, dimana Q2 > Q1.
Tidak ada perubahan energi internal dalam sistem, sesuai
HK I Termodinamika, maka -W = Q , dimana (-)
menandakan bahwa kerja dilakukan oleh sistem ke
lingkungan.
𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑤
Efisiensi termal (η) : 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑄
2

𝑊 𝑄2 −𝑄1 𝑇
η = 𝑄 100% = 100% , jika gas ideal η =1 − 𝑇1 100%
Q2 > Q1, T2 > T1 2 𝑄2 2

Mesin Uap

Bekerjanya mesin uap dapat dilihat dari perubahan


tekanan dan volume sejumlah kecil air pada massa
tetap ketika berjalan dari pengembun melalui ketel
penguap masuk ke kamar pemuaian dan kembali ke
pengembun.
Pernyataan Kelvin-Planck Tentang Hukum II Termodinamika
Tidak mungkin dibuat mesin kalor (bersiklus) yang mengubah kalor Q2 seluruhnya menjadi
kerja luar W tanpa melepas kalor Q1 pada lingkungan (tidak mungkin ada efisiensi mesin
100%).
Mesin Pendingin
Adalah mesin yang memindahkan kalor Q1 ke lingkungan
bertemperatur lebih tinggi dengan bantuan kerja W dari luar.
Koefisien performansi:
𝐾𝑎𝑙𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
ω= , dimana Q2 = W + Q1
𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
𝑄1 𝑄1
ω= 100% = 100%
𝑊 𝑄2 −𝑄1

Jika yang digunakan adalah gas ideal, maka


𝑇
1
ω = 𝑇 −𝑇 100%
2 1

Pernyataan Clausius tentang Hukum II Termodinamika


Tidak mungkin dibuat mesin pendingin (bersiklus) yang dapat memindahkan kalor Q1 dari
benda bertemperatur rendah ke benda bertemperatur tinggi tanpa adanya kerja dari luar.
Entropi
Entropi adalah ketidakteraturan gerak molekul suatu sistem. Semakin besar gerak molekul,
semakin besar pula entropinya. Entropi gas > entropi zat cair > entropi zat padat.
Entropi tidak mudah diamati, yang paling mudah mengamati peristiwa ini adalah dengan
𝑓 𝛿𝑄
mengamati perubahannya. Perubahan entropi dirumuskan dalam persamaan: ΔS = ∫𝑖 ;
𝑇

diferensial eksak dan merupakan fungsi titik (hanya bergantung keadaan awal dan akhir saja)
Entropi Gas Ideal
▪ Fungsi entropi gas ideal sebagai fungsi T dan V, yaitu S = Cv ln T + nR ln V + Const
▪ Fungsi entropi gas ideal sebagai fungsi T dan P, yaitu S = Cp ln T - nR ln P + Const
▪ Fungsi entropi gas ideal sebagai fungsi P dan V, yaitu S = Cp ln V + Cv ln P + Const
Diagram T-S (Diagram energi atau kalor)
Diagram ini digunakan untuk memvisualisasikan perubahan suhu maupun entropi selama
proses siklus atau termodinamika. Misal diagram T-S dari siklus karnot di bawah:

Dari sini dapat ditentukan pula efisiensi dari mesin karnot


Siklus Carnot
Mesin karnot merupakan mesin yang cara kerjanya sama dengan mesin kalor, karena mesin
kalor merupakan aplikasi dari mesin karnot. Tidak pernah ditemui mesin karnot dengan
efisiensi 100%.
Entropi dan keterbalikan (reversibilitas)
Perubahan entropi sistem + perubahan entropi lokal = perubahan entropi semesta. Reversible
adalah proses sedemikian rupa, sehingga pada akhir proses dapat dikembalikan ke keadaan
semula tanpa menimbulkan apapun pada semesta (universe), atau bisa disebut proses
kuasistatis tanpa disertai efek disipasi. Dalam proses reversibel, entropi semesta tidak
berubah.
▪ Adiabatik reversibel ; dQ = 0, sehingga ΔS = 0, hal ini berarti entropi (S) tetap
𝑉 𝑃𝑓
▪ Isotermal reversibel ; dT = 0, sehingga ΔST = nR 𝑙𝑛 𝑉𝑓 atau ΔST = - nR ln
𝑖 𝑃𝑖
𝑇𝑓
▪ Isobar reversibel ; dP = 0, sehingga ΔSP = Cp ln 𝑇𝑖
𝑇𝑓
▪ Isovolum reversibel ; dV = 0, sehingga ΔS = Cv ln 𝑇𝑖

Entropi dan ketakterbalikan (irreversibilitas)


Pada poses ketakterbalikan, perubahan entropi semesta tidak sama dengan nol. Misal terjadi
perubahan entropi sistem sebesar:
Proses takketerbalikan dibatasi hanya menyangkut
keadaan awal dan akhir yang setimbang.

Prinsip Pertambahan Entropi


“Whenever an irreversible process occurs, the entropy of the universe increases” hal ini
berarti terdapat pertambahan entropi pada proses irreversible. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ΔS(universe) ≥ 0, dimana = untuk reversibel dan > untuk irreversible.
Entropi dan Energi Tak Tersedia
Energi tak tersedia adalah energi yang ada di dalam sebuah sistem, namun tidak dapat
digunakan untuk kerja, namun hanya dapat diambil dalam bentuk kalor. Hubungan energi tak
tersedia dengan entalpi adalah E = To ΔS. Dimana T0 adalah suhu pada lingkungan bantu.
Entropi dan Ketakteraturan
Hubungan antara entropi dan ketidakteraturan yaitu : "Entropi suatu sistem adalah ukuran
tingkat tertinggi dari ketidakteraturan molekul yang ada dalam sistem." Sehingga jika
dituliskan dalam bentuk persamaan adalah sbb : S = K ln W dengan K = konstanta Boltzmann
Entropi dan Arah ; Entropi Mutlak
Hukum III Termodinamika : “Entropi setiap zat murni pada keadaan setimbang didefinisikan
sama dengan nol pada 0 K”. Sehingga keadaan diatas disebut entropi mutlak (S = K ln W).
Entalpi (H)
H = U + PV ; U = energi dalam
yang mudah teramati adalah perubahan entalpi, dH = 𝑑̅ Q + V dP = T dS + V dP
𝑓
Pada proses isobar Hf – Hi = Cp dT, pada proses adiabatis Hf – Hi =∫𝑖 𝑉 𝑑𝑃.
Energi Bebas : Fungsi Helmholtz dan Gibbs
▪ Fungsi Helmholz : F = U –TS, untuk infinitesimal reversible process: dF = – S dT – P dV
𝑓
Isoterm rp Ff – Fi = -∫𝑖 𝑃 𝑑𝑉 , reversible isoterm-isovolum process: dF = 0, F tetap.
▪ Fungsi Gibbs : G = H – TS , untuk infinitesimal reversible process: dG = – S dT + V dP
Reversible isobar-isoterm process: dG = 0, G tetap.
Teorema Matematik : deferensial eksak dan tak eksak
𝜕𝑀 𝜕𝑁
◊ Teorema 1 : ( 𝜕𝑦 ) = ( 𝜕𝑥 ) adalah kondisi differensial eksak (sesama)
𝑥 𝑦

𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
◊ Teorema 1 : (𝜕𝑦) ( 𝜕𝑧 ) (𝜕𝑥) = 1 ; dimana f(x,y,z) dan ketiganya memiliki hubungan
𝑓 𝑓 𝑓

𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑦
◊ Teorema 1 : (𝜕𝑦) (𝜕𝑥) (𝜕𝑧 ) = −1
𝑧 𝑦 𝑥

Hubungan Maxwell (Aplikasi dari teorema 1)


tidak merujuk pada suatu proses, namun hubungan yang berlaku pada setiap keadaan
setimbang dari sistem hidrostatis. Ada 4 hubungan Maxwell dari 4 sifat zat murni
𝜕𝑇 𝜕𝑃
1. dU = T dS – P dV = (𝜕𝑉) = − ( 𝜕𝑆 )
𝑆 𝑉
𝜕𝑇 𝜕𝑉
2. dH = T dS + V dP = (𝜕𝑃) = ( 𝜕𝑆 )
𝑆 𝑃
𝜕𝑆 𝜕𝑃
3. dF = - S dT – P dV = (𝜕𝑉) = (𝜕𝑇 )
𝑇 𝑉
𝜕𝑆 𝜕𝑉
4. dG = - S dT + V dP = (𝜕𝑃) = − (𝜕𝑇 )
𝑇 𝑃

Persamaan TdS
𝜕𝑆 𝜕𝑆
▪ Jika entropi zat murni dipandang sebagai fungsi T dan V maka dS = (𝜕𝑇) dT + (𝜕𝑉) dV,
𝑉 𝑇
𝜕𝑆 𝜕𝑆
jika kedua ruas dikali T maka T dS = 𝑇 (𝜕𝑇) dT + 𝑇 (𝜕𝑉) dV
𝑉 𝑇
𝝏𝑷
jika ps ke-3 Maxwell dimasukkan, maka T dS = Cv dT + 𝑻 (𝝏𝑻) dV (Pers. Pertama TdS)
𝑽

▪ Jika entropi zat murni dipandang sebagai fungsi T dan P maka


𝜕𝑆 𝜕𝑆 𝜕𝑆 𝜕𝑆
dS = (𝜕𝑇) dT + (𝜕𝑃) dP, jika kedua ruas dikali T maka T dS =T (𝜕𝑇) dT + 𝑇 (𝜕𝑃) dP
𝑃 𝑇 𝑃 𝑇
𝝏𝑽
jika ps ke-4 Maxwell dimasukkan, maka T dS = CP dT - 𝑻 (𝝏𝑻) dP (Pers. Kedua TdS)
𝑷

Persamaan Energi
Perubahan energi dalam : dU = T dS – P dV
𝜕𝑈 𝜕𝑃
Persamaan pertama energi dalam (𝜕𝑉 ) = T (𝜕𝑇 ) – P
𝑇 𝑉
𝜕𝑈 𝜕𝑉 𝜕𝑉
Persamaan pertama energi dalam (𝜕𝑉 ) = - T (𝜕𝑇 ) – P (𝜕𝑃)
𝑇 𝑃 𝑇

Persamaan Kapasitas Kalor


Jika persamaan pertama dan kedua diolah, maka akan menghasilkan persamaan baru yaitu:

Kapasitas Kalor pada Tekanan Tetap

Harga Cp Mendekati 0 Ketika T Mendekati 0


Harga Cp Naik Secara Signifikan Pada T = 0
sampai T = 300
Pada Kondisi T>300K Perubahan Yang Terjadi
Tidak Terlalu Signifikan

Ketermampatan
Isotermal compressibility Adiabatic compressibility

Kapasitas Kalor pada Volume Tetap

Pada volume tetap, dimana temperatur semakin


tinggi, CP terus bertambah sedangkan CV
mendekati harga tetap 3R, harga ini disebut
Dulong & Petit.

Persamaan Clapeyron
Jika entropi dan volume setiap saat dari sebuah campuran adalah

Dan jika pergantian fase dilakukan secara reversibel, maka kalor laten yang dipindahkan
permol adalah l = T(S(f) – S(i))
Persamaan Clapeyron, dimana 1 mol zat diubah secara reversible isoterm isobar dari fase i
ke f , ketika P(fungsi T, tidak dipengaruhi V) dan T terjadi pergantian fase, sehingga

Persamaan Clapeyron
orde pertama

Peleburan
Jika terdapat n mol zat padat yang melebur dalam waktu Δt dengan pemberian daya listrik εI,
maka kalor laten peleburan pada titik lebur normal nya :

Penguapan
Jika terdapat n mol zat padat yang menguap dalam waktu t dengan pemberian daya listrik εI,
maka kalor laten penguapannya:

Anda mungkin juga menyukai