Lina
Lina
Disusun Oleh:
Dosen Pembimbing:
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Interaksi Obat Diluar Tubuh
Manusia. Makalah ini membahas tentang pembuatan Interaksi Obat Diluar Tubuh Manusia.
Makalah ini masih memiliki banyak sekali kekurangan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembacanya agar makalah ini agar
dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap agar makalah ini dapat berguna bagi
pembaca lebih khusus dapat membantu memahami tentang pembuatan Interaksi Obat Diluar
Tubuh Manusia.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
I. 2 Perumusan Masalah ....................................................................................... 2
I. 3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan ................................................................................................. 14
IV.2 Saran ............................................................................................................ 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2 Perumusan masalah
Informasi mengenai risiko efek samping karena interaksi obat, dan seberapa jauh
risiko efek samping dapat dikurangi diperlukan jika akan mengganti obat yang
berinteraksi dengan obat alternatif. Dengan mengetahui bagaimana mekanisme
interaksi antar obat, dapat diperkirakan kemungkinan efek samping yang akan terjadi
dan melakukan antisipasi. Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak
dikehendaki, umumnya interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi
prognosis sehingga faktor farmasetiknya pun harus diperhatikan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau dipengaruhi oleh
obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu obat mengubah
efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau kurang Aktif
(Harknes 1989).
Interaksi obat merupakan kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat.
Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru
yang tidak dimiliki sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita adalah antara satu obat
dengan obat lain. Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat
dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infus.
Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam
farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi
(ADME) obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari sifat-sifat
farmakodinamik obat tersebut, misal, pemberian bersamaan antara antagonis reseptor
dan agonis untuk reseptor yang sama
Obat dapat berinteraksi karena pengobatan dengan beberapa obat sekaligus
(polifarmasi), makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan, atau dengan obat lain.
Pada interaksi obat melibatkan dua jenis obat yaitu:
a. Obat Presipitan yakni obat yang mempengaruhi atau mengubah aksi efek obat
lain. Ciri - ciri dari obat presipitan adalah sebagai berikut:
Obat - obat dengan ikatan protein yang kuat sehingga akan menggusur
obat dengan ikatan protein yang lemah. Dengan demikian obat-obat yang
tergusur kadarnya akan bebas dalam darah dan meningkat sehingga
menimbulkan efek toksik.
Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang
(Inducer) enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati.
Obat-obat yang dapat mempengaruhi atau merubah fungsi ginjal sehinga
eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi.
3
b. Obat Objek merupakan obat yang hasil atau efeknya dipengaruhi atau diubah
oleh obat lain. Cirinya adalah :
Mempunyai kurva dose response yang curam
Obat-obat dengan rasio toksis yang rendah
a. Interaksi farmasetik
Interaksi farmasetik terjadi jika antara dua obat yang diberikan secara
bersamaan tersebut terjadi inkompibilitas atau terjadinya reaksi lansung, yang
umumnya di luar tubuh dan berakibat berubah atau lhilang nya efek
farmakologis obat yang diberikan. Sebagai contoh, Pencampuran penisilin dan
aminoglikosida akan menyebabkan hilangnya efek farmakologik yang
diharapkan.
4
b. Interaksi farmakokinetik
Interaksi dalam proses farmakokinetik, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme
dan ekskresi (ADME) dapat meningkatkan ataupun menurunkan kadar plasma
obat. Interaksi obat secara farmakokinetik yang terjadi pada suatu obat tidak
dapat diekstrapolasikan (tidak berlaku) untuk obat lainnya meskipun masih
dalam satu kelas terapi, disebabkan karena adanya perbedaan sifat fisikokimia,
yang menghasilkan sifat farmakokinetik yang berbeda..
Contohnya, interaksi farmakokinetik oleh simetidin tidakdimiliki oleh H2-
bloker lainnya; interaksi oleh terfenadin, aztemizole tidak dimiliki oleh
antihistamin non-sedatif lainnya.
c. Interaksi farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja pada sistem
reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek
yang aditif, sinergistik, atau antagonistik, tanpa ada perubahan kadar plasma
ataupun profil farmakokinetik lainnya. Interaksi farmakodinamik umumnya
dapat diekstrapolakan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang
berinteraksi, karena klasifikasi obat adalah berdasarkan efek
farmakodinamiknya. Selain itu, umumnya kejadian interaksi farmakodinamik
dapat diramalkan sehingga dapat dihindari sebelumnya jika diketahui
mekanisme kerja obat.
5
3. Memantau pasien Keputusan dari memantau atau tidak memantau tergantung
dari berbagai faktor, seperti karakteristik pasien, penyakit lain yang diderita
pasien, waktu mulai menggunakan obat yang menyebabkan interaksi, dan waktu
timbulnya reaksi interaksi obat.
6
BAB III
PEMBAHASAN
Prinsip interaksi obat diluar tubuh manusia adalah interaksi langsung secara fisik dan
atau kimiawi, yang mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna,
dll, atau mungkin juga tidak terlihat dari hasil interaksi yang terjadi
7
contoh : Absorpsi dari tetrasiklin akan terhambat bila diberikan bersama-sama
dengan suatu antasida (yang mengandung kalsium, aluminium, magnesium atau
bismuth). Fenobarbital dengan MAO--inhibitors menimbulkan efek potensiasi dari
barbituratnya. Kombinasi dari quinine dengan asetosal dapat menimbulkan
chinotoxine yang tidak dapat bekerja lagi terhadap malaria. Mencampur hipnotik
dan sedatif dengan kafein hanya dalam perbandingan yang tertentu saja
rasionilpun harus diperhatikan bahwa mengkombinasikan berbagai antibiotik
tanpa indikasi bakteriologis yang layak sebaiknya tidak dianjurkan
b. Inkompatibilitas fisika.
Yang dimaksudkan disini adalah perubahan-perubahan yang tidak diinginkan
yang timbul pada waktu obat dicampur satu sama lain tanpa terjadi perubahan-
perubahan kimia.
Contoh :
c. Inkompatibilitas kimia.
Yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu pencampuran obat yang
disebabkan oleh berlangsungnya reaksi kimia/interaksi. Termasuk di sini adalah :
8
3.3.Contoh interaksi obat di luar tubuh
9
7. Oleum Sesami Aqua Membentuk 2 fase Fase minyak berda Penambah
destilata yang sukar homogen di permukaan air emulgator
Ceftriaxon inj merupakan suatu antibiotik yang apabila di campur dengan RL (ringer
Laktat akan membentuk suatu larutan keruh dan perubahan warna. Dari pemerikasaan
menggunakan spektrofotometeri berpengaruh pada serapan absorbansi menggunakan
pelarut yang berbeda. Pelarut kompatibel yaitu WFI dan NaCl didapatkan absorbansi
sebesar 3,9-4,4, sedangkan dengan pelarut ringer laktat di dapatkan absorbansi 2,3.
Penurunan nilai absorbansi ini akan mempengaruhi penyerapan yang mempengaruhi
efektifitas dari ceftriaxone. Ceftriaxone sebaiknya tiadak dicampur dengan RL.
Karbenisilin sebaiknya tidak dicampur dengan Gentamisin, karena jika dberikan
bersama karbenisilin akan dapat menghambat kerja gentamisin. Hal ini membuat
Gentamisin menjadi tidak aktif selain itu kabenisilin akan rusak. Oleh karena itu sebaiknya
kedua obat tersebut tidak dicampur secara bersamaan.
10
Rifampisin dapat berinteraksi dengan Isoniazid (INH) pada proses pencampuran. Bila
digerus bersamaan,maka menurunkan aktifitas INH hal ini dikarenakan sifat rifampisin
yang higroskopis. Efek yang ditimbulakan adalah INH mengalami penurunan aktifitas.
Oleh karena itu pemberian obatnya harus dipisah, dan tidak digerus bersama pada saat
pembuatan.
Amfoterisin jika dicampur dengan Larutan garam fisiologis/ larutan Ringer maka akan
terbentuknya suatu senyawa kompleks antara amfoterisin dengan larutan ringer. Hal ini
dapat menyebabkan proses pengendapan. Amfoterisin akan mengendap dalam larutan
garam fisiologis/larutan Ringer. Oleh karena itu Amfoterisin tidak dicampur bersamaan
dengan cairan infus.
Fenitoin dapat bereaksi dengan Larutan dextrose 5 % diluar tubuh. Jika diberikan
bersama maka akan terjadinya interaksi antara fenitoin dengan larutan dextrose 5 % . hal ini
menyebabkan Fenitoin akan mengendap dalam larutan dextrose 5%, sehingga Fenitoin tidak
dicampur bersamaan dengan cairan infus.
Penicilin merupakan salah satu antibiotic yang apabila di reaksikan bengan Larutan RL
(Ringer Laktat) akan terbentuk suatu senyawa kompleks antara penicillin dengan larutan
ringer sehingga dapat terjadi proses pengendapan. Hal ini membuat Penicillin menjadi tidak
aktif karena eddapan yang dihasilkan. Untuk itu Penicillin sebaiknya tidak dicampur
bersamaan dengan hidrokortison taua dalan hal ini larutan ringer laktat.
Aspirin dapat berinteraksi dengan Natrium bikarbonat di lingkungan terbuka. H2O yang
terdapat dalam udara memungkinan terjadinya hidrolisis Aspirin. Cahaya mataharipun
berperan dalam hidrolisis aspirin. Oleh karena itu perlu diperhatikan pemakaian wadah
ampul yang berwarna gelap untuk menghindari terjadinya hidrolisis.
Oleum sesami dengan aqua destilata akan membentuk 2 fase yang sukar homogen. Hal
ini terjadi pembentukan fese minyak yang berada di permikaan air. Karena iti ditambahkan
emulgator untuk pencampurannya.
Phenitoin-Na bereaksi dengan Infus diluar tubuh manusia. Terjadinya interaksi antara
phenitoin-Na dengan infus apabila diberikan secara bersamaan. Hal ini
menyebabkanPhenitoin-Na akan mengendap dalam larutan infus. Karena hal tersebut
Phenitoin-Na tidak dicampur bersama cairan infus.
11
Oksitertrasiklin-HCl dapat berinteraksi dengan MgS04. Terjadi interaksi antara
oksitetrasiklin-HCl dengan MgSO4 dengan terbentuknya ikatan komplek tak larut.
Oksitetrasiklin-Ca. Sebaiknya Oksitertrasiklin- HCl tidak di campur bersama MgSO4 saat
pemberian.
12
kejadian inkompatibilitas, mengetahui pola peresepan sediaan intravena,mengetahui
proses rekostitusi (dispensing) obat, mengetahui pengaruh kemampuan farmasis pada
kejadian inkompatibilitas, mengetahui hubungan inkompatibilitas dengan outcome terapi,
dan kejadian inkompatibilitas pada penggunaan antibiotika. Penelitian menggunakan studi
eksperimen, yaitu memberikan mengetahui pengaruh inkompatibilitas secara kuantitatif
dan studi observasional untuk mengetahui kejadin inkompatibilitas antibiotika. Sampel
yang digunakan yaitu pasien rawat inap di Rumah sakit , tidak termasuk pasien
hemodialisa dan pasien persalinan. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif, untuk
mendapatkan data kualitatif dan secara prospektif, untuk mendapatkan data kuantitatif.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa:
1) Antibiotika yang sering digunakan di Rumah Sakit adalah ceftriaxone sebesar 40,5 %,
Cefoperazone Sulbactam (13,6%), dan Levofloksasin (13,2%),
2) Pelarut yang digunakan pada umumnya adalah NaCl , WFI , Ringer Laktat , dan
Dextrosa 5%
3) Inkompatibilitas yang terjadi sebanyak 19,5%
4) Inkompatibilitas yang terjadi adalah inkompatibilitas fisika (keruh) dan
inkompatibilitas kimia (perubahan warna dan penurunan absorbansi)
5) Hubungan antara inkompatibilitas dengan Outcome terapi tidak dapat diamati karena
semua pasien yang diambil dinyatakan kondisi sembuh
13
BAB IV
PENUTUP
IV. 1 Kesimpulan
Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau dipengaruhi oleh
obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu obat mengubah
efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau kurang Aktif.
Mekanisme interaksi obat dapat melalui beberapa cara, yakni interaksi secara
farmasetik (inkompatibilitas); interaksi secara farmakokinetik dan interaksi secara
farmakodinamik.
Interaksi langsung secara fisik dan atau kimiawi dapat terjadi di luar tubuh manusia,
yang mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna, dll, atau
mungkin juga tidak terlihat dari hasil interaksi yang terjadi
IV. 2 Saran
Dalam pemberian suatu sediaan khusunya sediaan iv kebanyakan interaksi obat
memiliki efek yang tak dikehendaki sehingga faktor farmasetiknya pun harus
diperhatikan sehingga tidak terjasi efek yang dapat merugikan
14
Daftar Pustaka
Gitawati, Retno., 2008. Interaksi obat dan beberapa implikasinya. Media Litbang Kesehatan
Volume XVIII Nomor 4.
Richard, Harkness., 1989. Interaksi Obat. Penerbit ITB : Bandung.
15