Anda di halaman 1dari 1

Bahasa Indonesia:

Materi:
TAX PLANNING PPN
1. Pendahuluan
PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas konsumsi barang/jasa kena pajak di dalam daerah
pabean. Setiap pembelian dan penjualan barang/jasa dari Pengusaha Kena Pajak dikenai PPN.
2. Memaksimalkan Mekanisme Pengkreditan PPN
Perusahaan sebaiknya memperoleh Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dari Pengusaha Kena Pajak,
supaya pajak masukannya dapat dikreditkan. Perusahaan perlu mengamati dengan cermat jangan sampai
terdapat pajak masukan yang belum dikreditkan.
3. Faktur Pajak
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat PKP yang melakukan penyerahan BKP atau JKP, atau
bukti pungutan pajak karena impor BKP yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
4. Saat Terutang PPN
Dalam melakukan perencanaan pajak, penentuan saat terutangnya pajak sangat penting diperhatikan
mengingat pengaruhnya terhadap cash flow perusahaan. PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa
Pajak, harus disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT
Masa PPN disampaikan.
5. Batas Waktu Penyetoran PPN dan Pelaporan SPT Masa PPN
Sesuai PER-Dirjen Pajak No.14/PJ./2010, batas waktu penyetoran PPN dan pelaporan SPT Masa PPN
ditetapkan sebagai berikut: PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa Pajak, harus disetor paling lama
akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan dan SPT
Masa PPN harus disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
6. Memaksimalkan Fasilitas di Bidang PPN
Dalam perencanaan pajak, memaksimalkan pemanfaatan fasilitas tersebut akan memberi dampak pada
berkurangnya jumlah yang harus dibayar oleh pembeli terhadap barang yang dibeli dari penjual minimal 10%
dari harga jual, dan sebaliknya pemanfaatan tersebut akan mendorong penjual untuk menurunkan harga
jualnya secara proposional sehingga terjadi suatu keseimbangan pasar yang baru dari produk yang
bersangkutan akibat dari efisiensi harga yang diperoleh.
7. Sentralisasi Pengenaan PPN
Sentralisasi tempat terutangnya PPN tersebut pada dasarnya merupakan fasilitas yang bisa dimanfaatkan oleh
PKP. Dengan izin sentralisasi, maka akan terdapat penghematan biaya administrasi dan pengaturan cash flow
perusahaan yang lebih baik dalam melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PPN.
8. Memaksimalkan Restitusi PPN
Dalam kondisi tertentu perusahaan mungkin memiliki pertimbangan khusus untuk meminta pengembalian
kelebihan bayar PPN. Misalnya, bagi wajib pajak yang melakukan kegiatan tertentu yaitu ekspor BKP atau
yang melakukan penyerahan BKP atau JKP kepada terpungut PPN, maka restitusi merupakan hal yang tidak
terhindarkan, hanya masalah timing-nya perlu ada perencanaan yang masak.
9. Membangun Sendiri Tidak Dalam Kegiatan Usaha
Membangun sendiri untuk tempat tinggal atau tempat usaha oleh orang pribadi atau badan dikenai PPN,
dengan kondisi luas bangungan 200 m persegi atau lebih, bangunan permanen, tarif 10% x 40% x biaya
bangunan (tanpa harga tanah) dan disetor tiap bulan, pada tanggal 15 bulan berikutnya sejak pembangunan
dimulai.
10. PPN Atas Barang Gratis untuk Kepentingan Promosi
Dalam UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 99(1) e, pemberian ini dikategorikan sebagai pemberian dalam
natura dan oleh sebab itu tidak bisa dibiayakan.
11. Penjagaan Terhadap Cash Flow Perusahaan
Salah satu tujuan dilakukannya perencanaan pajak oleh manajemen perusahaan adalah untuk menjaga
kesehatan cash flow. Ada beberapa cara yang aman dalam perencanaan pajak yang perlu diagendakan oleh
manajemen perusahaan untuk diaplikasikan dalam kerangka peningkatan efisiensi pajak dan keuangan
perusahaan.
12. Pengendalian Pajak Melalui Tax Review
Tax Review merupakan pelayanan yang bertujuan untuk menelaah dan meneliti tingkat kepatuhan wajib pajak
secara umum dan memberikan rekomendasi untuk meniminalkan pajak yang belum diketahui perusahaan.
13. Tanggung Jawab Renteng
Pada awalnya ketentuan tanggung jawab renteng ini diatur dalam Pasal 33 UU KUP No. 16 Tahun 2000,
kemudian ketentuan ini dihapus dalam UU KUP No.28 Tahun 2007, kemudian dihidupkan lagi melalui
penambahan Pasal 16F kedalam UU PPN No. 42 Tahun 2009.

Anda mungkin juga menyukai