Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
“Korupsi” kata ini mungkin sudah tak asing lagi di telinga kita, kata
ini sering kita baca di media masa dan bahkan kerap kali menghiasi layar kaca
televisi kita. Dimana pelaku korupsi biasanya berasal dari kalangan pejabat
yang telah mendapat kepercayaan dari masyarakat. Namun, dengan mudahnya
mereka mengkhianati kepercayaan rakyat. Dengan rasa tidak bersalah mereka
menggelapkan uang Negara dan berhura-hura dengan uang tersebut sementara
itu Negaralah yang menjadi korban ulah mereka dan harus menanggung
kerugian yang mereka sebabkan.
Korupsi di negeri ini sekarang sedang merajalela bahkan telah
menjadi suatu “kebiasaan” bahkan bisa dikatakan sudah menjamur hingga sulit
untuk dihilangkan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam
menangani korupsi. Namun, tetap saja korupsi masih terdapat di negeri ini.
Salah satu mengapa orang berani melakukan tindak pidana korupsi yaitu
karena kurangnya kesadaran pribadi tentang bahaya korupsi. Tentu saja kita
tidak bisa menyadarkan para koruptor karena mereka sudah terlanjur terbiasa
dengan tindakan tersebut.
Salah satu upaya jangka panjang yang terbaik untuk mengatasi
korupsi adalah dengan memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada
kalangan generasi muda sekarang. Karena generasi muda adalah generasi
penerus yang akan menggantikan kedudukan para penjabat terdahulu. Selain
itu, generasi muda juga sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan di
sekitarnya. Melalui penerapan pendidikan anti korupsi di sekolah diharapkan
bisa lebih mudah mendidik dan memengaruhi generasi muda supaya tidak
melakukan tindak pidana korupsi sebelum mereka lebih dulu dipengaruhi oleh
“budaya” korupsi dari generasi pendahulunya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa contoh dari permasalahan korupsi?
2. Apa solusi dari permasalahan korupsi?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Permasalahan
a. Korupsi dikalangan DPR
Terbukti Korupsi 7 Miliar, Anggota DPR RI Musa Zainuddin Divonis 9
tahun Penjara
Terdakwa Anggota DPR RI Musa Zainuddin divonis sembilan tahun penjara
dan denda Rp 500 juta subsidair tiga bulan kurungan.
Musa Zainuddin terbukti korupsi menerima suap Rp 7 miliar dari Direktur
Utama PT Windhu Tunggal Utama Abdul Khoir terkiait proyek
pembangunan infrastruktur di Maluku dan Maluku Utara.
"Mengadili menyatakan terdakwa Musa Zainuddin terbuki secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-
sama," kata Hakim Ketua Mas'ud saat membacakan putusan di Pengadilan
Negeri Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Rabu (15/11/2017).
Hal-hal yang memberatkan adalah perbuatan Musa Zainuddin tidak
mendukung program Pemerintah yang sedang gencar dalam pemberantasan
korupsi, perbautan Musa sebagai anggota DPR tidak memberikan contoh
yang baik, perbuatan terdakwa merusak citra DPR sebagai wakil rakat,
terdakwa berbelit-belit da tidak mengakui terus terang perbuatannya,
perbuatannya membuktikan terdakwa membuktikan makenisme check and
balance tidak berjalan.
Sementara hal-hal yang meringankan adalah terdakwa bersikap sopan di
persidangan, belum pernah dihukum dan musa masih memiliki tanggungan
keluarga.
Putusan tersebut lebih rendah dari tuntutan jaksa penuntut umum pada
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yakni dituntut pidana penjara 12
tahun dan denda Rp 1 miliar subsidair enam bulan kurungan.

3
Musa dinilai terbukti secara sah bersalah korupsi yakni menerima suap
hadiah atau janji sebesar Rp 7 miliar dari Direktur Utama PT Windhu
Tunggal Utama Abdul Khoir.
Pemberian uang tersebut untuk mempengaruhi Musa agar mengusulkan
program tambahan belanja/prioritas/optimasi/on tip dalam bentuk proyek
pembangunan infrastruktur di Maluku dan Maluku Utara.
Proyek tersebut adalah pembangunan jalan Taniwei -Saleman dan
rekonstruksi Jalan Piru-Waisala di wilayah Balai Pelaksaaan Nasional IX.
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa itu dinilai terbukti melanggar Pasal 12
huruf a Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHPidana.
b. Korupsi dikalangan MK
Kasus Suap di MK, Patrialis Akbar dituntut 12,5 Tahun Bui
Jakarta - Eks hakim konstitusi Patrialis Akbar dituntut hukuman penjara
12,5 tahun ditambah denda Rp 500 juta subsider 6 bulan. Jaksa menyatakan
Patrialis terbukti melakukan korupsi untuk mempengaruhi perkara nomor
129/PUU-XIII/2015 terkait permohonan uji materi UU no 41/2014 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan.
"Terdakwa Patrialis Akbar terbukti secara sah dan meyakinkan terbukti
melakukan korupsi secara sah bersama-sama," kata Jaksa KPK Lie Putra
Setiawan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta
Pusat, Senin (14/8/2017).
Menurut jaksa, Patrialis terbukti menerima hadiah atau janji dari Basuki
Hariman Dan Ng Feny selaku pemohon perkara nomor 129/PUU-
XIII/2015. Hal itu dibuktikan dari pemberian sejumlah uang dari Basuki
Hariman dan Ng Fenny melalui Kamaludin.
"Terdakwa terbukti menerima uang sebesar USD 10 ribu dan Rp
4.000.043.100 untuk kepentingan terdakwa," kata Lie.

4
Jaksa juga menyebut unsur patut diduga Patrialis menerima hadiah untuk
mempengaruhi putusan perkara juga terpenuhi. Hal itu terbukti dari
beberapa kali pertemuan antara Patrialis dengan para penyuapnya adalah
untuk membahas progress permohonan uji materi UU no 41/2014 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan, salah satunya untuk mempengaruhi
hakim MK yang belum berpendapat atau berseberangan.
"Menanggapi menyarankan membuat permohonan ke MK tentang uji
materi perkara nomor 129/PUU-XIII/2015 segera dibahas dan menyarankan
membuat permohonan pengaduan kode etik kepada I Gede Dewa Palguna
dan Manahan Sitompul karena berseberangan," kata jaksa.
Jaksa menambahkan unsur melanggar hukum juga terpenuhi. Di anataranya
Patrialis menjanjikan akan melakukan dissenting opinion untuk memenuhi
permintaan penyuapnya.
"Kemudian menyarankan Kamaludin mendekati hakim Suhartoyo melalui
jaksa Lukas dan akan mencarikan jasa lain jika Basuki Hariman tidak
berkenan dengan Lukas. Akan dissenting opinion dengan hakim lainnya jika
permohonan pemohon ditolak seluruhnya," urai jaksa.
"Kemudian untuk dalam draft putusan menyatakan harus memiliki sertifikat
bebas penyakit mulut dan kuku (PMK) dari otoritas veteriner negara asal
sesuai badan kesehatan dunia dan diakui veteriner Indonesia sebagaimana
permohonan Ng Feny jika daging India tidak diakui The World of Id,"
lanjutnya.
Jaksa menyebut hal-hal yang memberatkan terdakwa ialah tidak mendukung
program pemerintah dalam pemberantasan korupsi. Kedua perbuatan
terdakwa telah merusak lembaga peradilan yaitu Mahkamah Konstitusi
(MK).
Atas perbuatannya Patrialis dijerat dengan pasal 12 huruf c atau pasal 11
UU Tipikor. Patrialis juga diwajibkan membayar uang pengganti yang
jumlahnya sama dengan harta benda yang diterimanya sejumlah USD 10
ribu dan Rp 4 jutaan dengan ketentuan apabila dalam waktu 1 bulan setelah

5
putusan berkekuatan hukum tetap tidak dibayar harta akan disita untuk
dilelang memenuhi uang pengganti tersebut.
c. Korupsi di kalangan kepala daerah
KPK Tetapkan Wali Kota Mojokerto Sebagai Tersangka Kasus Suap DPRD
JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK)
menetapkan Wali Kota Mojokerto, Masud Yunus, sebagai tersangka dugaan
kasus suap. Dugaan suap itu terkait pengalihan anggaran dari anggaran hibah
Politeknik Elektronik Negeri Surabaya (PENS) menjadi anggaran program
penataan lingkungan pada Dinas PUPR Kota Mojokerto Tahun 2017. Juru
Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, penetapan Masud berdasarkan
pengembangan penyidikan yang dilakukan terhadap empat tersangka
sebelumnya dalam kasus ini. Empat tersangka itu adalah Ketua DPRD Kota
Mojokerto Purnomo, Wakil Ketua DPRD Kota Mojokerto Abdullah Fanani,
Wakil Ketua DPRD Kota Mojokerto Umar Faruq, dan Kepala Dinas PU dan
Penataan Ruang Pemkot Mojokerto, Wiwiet Febryanto.
Dari pengembangan penyidikan terhadap empat tersangka itu, KPK
menemukan bukti baru. Pada 17 November 2017, KPK mengeluarkan surat
perintah penyidikan dan menetapkan Masud sebagai tersangka ke lima
dalam kasus ini. "Tanggal 17 November 2017 KPK terbitkan surat perintah
penyidikan dan menetapkan MY, Wali Kota Mojokerto sebagai tersangka,"
kata Febri, dalam jumpa pers di gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Kamis
(23/11/2017). Pasal yang disangkakan terhadap Masud yakni pasal 5 ayat (1)
huruf a atau pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Kasus ini berawal
dari operasi tangkap tangan KPK di Mojokerto, Jawa Timur. Empat orang
ditangkap dan ditetapkan tersangka yakni Purnomo, Abdullah, Umar Faruq,
dan Wiwiet. Baca: Usai OTT di Kota Mojokerto, Pimpinan KPK Peringatkan
Daerah Lain KPK mengamankan uang Rp 470 juta. Sebanyak Rp 300 juta di
antaranya merupakan total komitmen fee dari kepala dinas untuk pimpinan
DPRD Mojokerto. Uang tahap pertama sebesar Rp 150 juta yang merupakan

6
bagian dari komitmen fee tersebut disebut sudah ditransfer pada 10 Juni
2017. Sementara itu, Rp 170 juta diduga terkait komitmen setoran triwulan
yang disepakati sebelumnya. Pihak yang diduga sebagai pemberi suap dalam
kasus ini yakni Wiwiet. Sementara, yang diduga menerima suap yakni
Purnomo, Abdullah, dan Umar Faruq.
d. Korupsi dikalangan kementrian agama
Terbukti Korupsi Haji Suryadarma Ali divonis 6 Tahun Penjara
Liputan6.com, Jakarta - Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
(Tipikor) Jakarta menjatuhkan vonis 6 tahun penjara terhadap terdakwa
kasus dugaan korupsi penyelenggaraan haji di Kementerian Agama tahun
2011-2013 serta penyalahgunaan Dana Operasional Menteri (DOM)
Suryadharma Ali. Selain hukuman badan, mantan Menteri Agama ini juga
dikenakan hukuman denda Rp 300 juta subsidair 3 bulan kurungan.
"Mengadili, menyatakan terdakwa Suryadharma Ali terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-
sama," ujar Ketua Majelis Hakim Aswijon di Pengadilan Tipikor Jakarta,
Senin (11/1/2016).
Hakim menilai, pelanggaran yang dilakukan mantan Ketua Umum PPP ini
di antaranya penunjukan Petugas Penyelenggara lbadah Haji (PPIH),
penggunaan sisa kuota haji nasional, proses pendaftaran haji, penyediaan
perumahan haji, pengelolaan Biaya Penyelenggaraan lbadah Haji (BPlH)
dan pengelolaan DOM tahun 2011-2013.
Dari perbuatannya tersebut, Suryadharma terbukti mendapat keuntungan
mencapai Rp 1.821.698.840. Hal inilah yang membuat hakim menjatuhkan
hukuman tambahan berupa membayar uang pengganti sebesar nilai
keuntungannya tadi.
"Jika dia tidak dapat membayarnya, maka harta bendanya akan disita senilai
dengan yang dibebankan. Apabila tidak mempunyai harta benda yang
mencukupi, maka diganti pidana kurungan selama 2 tahun," kata hakim.
Vonis Lebih Ringan

7
Vonis Suryadharma Ali ini lebih ringan dari tuntutan Jaksa KPK yang
menginginkan mantan Ketua Umum PPP itu divonis 11 tahun penjara dan
denda Rp 750 juta subsider 6 bulan kurungan.
Selain itu, jaksa juga menuntut agar pria yang akrab disapa SDA itu
membayar ganti rugi atas kerugian negara sebesar Rp 2,325 miliar. Serta
dicabut hak politiknya selama 5 tahun terhitung sejak yang bersangkutan
selesai menjalani masa hukuman.
e. Korupsi dibidang pendidikan
Korupsi Dana Bos Kepala Sekolah Ini ditahan
KOMPAS.com — Jaksa penuntut umum Kejaksaan Negeri Mejayan
Kabupaten Madiun menahan mantan Kepala SMKN 1 Jiwan, Mudjijono
(58). Ia diduga menyelewengkan dana Biaya Operasional Sekolah (BOS)
2012-2014 senilai Rp 2.093.900.000. "Kami tahan untuk kelancaran
persidangan nanti di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi di
Surabaya," kata Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Mejayan
Kabupaten Madiun, Wartajiono Hadi, SH, Kamis ( 16/3/2017). Hadi
mengungkapkan, tersangka Mudjijono ditahan selama 20 di Rutan Madiun.
Penahanan tersangka dilakukan setelah tim jaksa penuntut umum (JPU)
memastikan Mudjijono dalam kondisi sehat. "Tadi penasehat hukumnya
mengajukan permohonan untuk tidak ditahan karena tersangka sakit. Tapi
setelah di cek di Rumah Sakit Umum Caruban ternyata tersangka sehat,"
tutur Hadi. Sebelumnya, Mudjijono dijerat dengan tuduhan korupsi dana
BOS tahun anggaran 2012-2014 senilai Rp 2.093.900.000 dengan kerugian
negara mencapai Rp 515.084.029. Dari hasil penyidikan Polres Madiun
Kota, Mudjijono melakukan mark up pengadaan alat dan barang. Penasehat
hukum tersangka Mudjijono, Mas Sri Mulyono mengatakan, kliennya
ditahan setelah hasil cek di Rumah Sakit Caruban menyebutkan Mudjijono
sehat. Selaku penasehat hukum, ia akan mengajukan surat permohonan
penangguhan penahanan kliennya. Mengenai tudingan kliennya
menggunakan dana untuk kepentingan pribadinya, Mas Sri membantahnya.
Saat kasus ini terjadi, kliennya menjabat kepala sekolah yang peranya

8
menjadi pengguna anggaran dan bertanggung jawab dalam pengelolaan
anggaran. Penyelewengan sendiri, sambung Mas Sri, terjadi di tingkat kapro.
MENUTUP MUKA-Tim Kejaksaan Negeri Mejayan Kabupaten Madiun
menggiring tersangka Mantan Kepala Sekolah SMKN 1 Jiwan, Mudjijono
yang menutup muka dengan stopmap menuju mobil tahanan, Kamis ( 16 / 3
/ 2017) sore. Mudjijono ditahan setelah penyidik Tipikor Polres Madiun
Kota menyerahkan tahap dua dalam kasus korupsi dana BOS SMKN 1
Jiwan-Madiun tahun anggaran 2012-2014 senilai Rp 2.093.900.000 dengan
kerugian negara mencapai Rp 515.084.029.
B. Solusi

Upaya Pencegahan (Preventif)

a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan


pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal
dan agama.
b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.
c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki
tang-gung jawab yang tinggi.
d. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada
jaminan masa tua.
e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang
tinggi.
f. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab
etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
g. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
h. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan
mela-lui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.

9
2.6.2 Upaya Penindakan (Kuratif)

Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan
dibe-rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum
pidana. Beberapa contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK :

a. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov
Rusia milik Pemda NAD (2004).
b. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga
melekukan pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
c. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda
DKI Jakarta (2004).
d. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan
keuang-an negara Rp 10 milyar lebih (2004).
e. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan
fasilitas preshipment dan placementdeposito dari BI kepada PT Texmaco
Group melalui BNI (2004).
f. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).
g. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
h. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.
i. Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam
kasus korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara
sebesar Rp 15,9 miliar (2004).
j. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).

2.6.3 Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa

a. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol


sosial terkait dengan kepentingan publik.
b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
c. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan
desa hingga ke tingkat pusat/nasional.

10
d. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan
peme-rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.
e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif
dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

2.6.4 Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang


meng-awasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi
di Indonesia dan terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen
untuk memberantas korupsi me-lalui usaha pemberdayaan rakyat untuk
terlibat melawan praktik korupsi. ICW la-hir di Jakarta pd tgl 21 Juni 1998
di tengah-tengah gerakan reformasi yang meng-hendaki pemerintahan
pasca-Soeharto yg bebas korupsi.
b. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang
bertujuan memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai
organisasi nirlaba se-karang menjadi organisasi non-pemerintah yang
bergerak menuju organisasi yang demokratik. Publikasi tahunan oleh TI
yang terkenal adalah Laporan Korupsi Global. Survei TI Indonesia yang
membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) In-donesia 2004 menyatakan
bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disu-sul Surabaya,
Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, In-donesia
berada di posisi keenam negara terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah 2,2
sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan,
ser-ta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay, Somalia,
Sudan, Angola, Nigeria, Haiti & Myanmar. Sedangkan Islandia adalah
negara terbebas dari korupsi.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Permasalahan korupsi telah menyebar diseluruh bidang, dan diseluruh elemen
pemerintah. Korupsi menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi
pemerintah serta elemen masyarakat. Hal ini diperlukan solusi dalam
mengatasi permasalahan korupsi. Baik secara pencegahan ataupun penindakan.
Guna menciptakan masyarakat yang sejahtera

12
DAFTAR PUSTAKA

Muzadi, H. 2004. MENUJU INDONESIA BARU, Strategi Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi. Malang : Bayumedia Publishing.

Lamintang, PAF dan Samosir, Djisman. 1985. Hukum Pidana Indonesia .Bandung
: Penerbit Sinar Baru.

Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia . Jakarta :


GhaliaIndonesia

Sinaga, K. 2017. Terbukti Korupsi Musa Zainuddin Divonis 9 Tahun Penjara

(http://www.tribunnews.com/nasional/2017/11/15/terbukti-korupsi-rp-7-
miliar-anggota-dpr-ri-musa-zainuddin-divonis-9-tahun-penjara)

Mardiastuti, A. 2017. Kasus Suap di MK Patrialis Akbar dituntut 12,5 tahun


Penjara (https://news.detik.com/berita/3598672/kasus-suap-di-mk-patrialis-
akbar-dituntut-125-tahun-bui)

Belarminus, R. 2017. KPK Tetapkan Wali Kota Mojokerto Sebagai Tersangka


Kasus Suap(https://nasional.kompas.com/read/2017/11/23/21313271/kpk-
tetapkan-wali-kota-mojokerto-sebagai-tersangka-kasus-suap-dprd)

Triono, S. 2016. Terbukti Korupsi Haji Suryadama Ali divonis 6 Tahun


Penjara(https://www.liputan6.com/news/read/2409525/terbukti-korupsi-
haji-suryadharma-ali-divonis-6-tahun-penjara)

Alawi, M. 2017. Korupsi Dana Bos Mantan Kepala Sekolah Ini Ditahan

(https://regional.kompas.com/read/2017/03/16/22130881/korupsi.dana.bos
.mantan.kepala.sekolah.ini.ditahan)

13

Anda mungkin juga menyukai