Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM IPA TERAPAN

PEWANGI RUANGAN

Kelompok VI:
1. Yutika Tessarani (12312241005)
2. Yohan Lestiana (12312241020)
3. Alvionita (12312241024)
4. Atha Yessy Saputri (12312241006)
5. Anis Setiawati (12312241013)
6. Vini Rahayu (12312241012)
7. Fidiah Pamrih Utami (12312241034)

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
A. JUDUL
Pewangi Ruangan

B. TUJUAN
1. Menjelaskan penggunaan polimer sebagai pewangi ruangan
2. Mengetahui komposisi polimer yang efektif dalam pembuatan pewangi ruangan

C. DASAR TEORI
1. Polimer
Polimer merupakan suatu golongan kimia penting dalam kehidupan kita sehari-
hari maupun dalam industry. Polimer meliputi plastik, karet, serat, dan nilon.
Beberapa senyawa penting dalam tubuh makhluk hidup, yaitu karbohidrat
(polisakarida), protein, dan asam nukleat juga merupakan polimer. Kita akan melihat
bahwa polimer adalah suatu makro molekul yang terbentuk dari molekul-molekul
sederhana yang kita sebut sebagai monomer.
Polimer telah menggunakan banyak dan telah membuat hidup kita jauh lebih
nyaman, seperti untuk membuat rumah atau ruangan berbau segar. Agar-agar atau
Nutrijel adalah salah satu contoh polimer. Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan
di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-
molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang
mengurung molekul-molekul air sehingga terbentuk system koloid padat-cair.
2. Agar-agar
Agar-agar ialah makanan tinggi serat yang berasal dari dinding sel rumput laut. Ia
merupakan polimer yang tersusun dari monomer galaktosa. Agar-agar dikenal luas di
wilayah asia beriklim tropis dan subtropis sebagai makanan sehat kaya serat lunak
yang dapat melancarkan pencernaan. Agar-agar Berupa gel kenyal yang mengandung
banyak air. Agar-agar adalah koloid jenis Gel dengan medium pendispersi padat dan
medium terdispersi cairan.
Jenis rumput laut yang sering digunakan untuk agar-agar adalah Eucheuma
spinosum. Beberapa jenis rumput laut dari golongan Phaeophycophyta (Gracilaria
dan Gelidium) juga dapat dipakai sebagai bahan dasar pembuatan agar-agar. Pada
aplikasinya agar-agar tidak hanya digunakan sebagai makanan tetapi juga sering
digunakan dilaboraturium sebagai media tumbuh pada kultur jaringa, media biakan
mikroba dan sebagai fasa diam dalam elektrooresis gel. Dalam agar-agar terdapat zat
yang dapat membentuk polisakarida(serat) dan dapat memerangkap molekul air
sehingga terbentuk koloid gel, zat tersebut adalah karagenan(carrageenan). Dalam
koloid ini molekul terdispersinya berupa air (fasa cair) dan molekul pendispersinya
berupa serat (fassa padat). Berikut adalah komposisi Nutijell dan agar swallow :
a. Nutrijel

(sumber: http://supermetroemall.com)
http://supermetroemall.com/
Komposisi: karagenan, konnyaku bubuk, serat pangan frukto oligosakarida,
gula, kalsium, vitamin D, perisa stroberi, pewarna makanan CI 14720. Netto : 15
gram.

(sumber: http://supermetroemall.com)
http://supermetroemall.com/
Komposisi: karagenan, konnyaku bubuk, serat pangan frukto oligosakarida,
gula, kalsium, vitamin D, perisa melon, pewarna makanan. Netto : 15 gram.
b. Agar- agar biasa ( swallow)
Komposis: Agar, Vanili Bubuk, Pewarna apel, Netto : 7 gram.
3. Karagenan
Karagenan merupakan komponen penting dari agar-agar berupa getah rumput
laut yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali yang biasa diperoleh dari
spesies tertentu dari kelas Rhodophyceae(alga merah) dan umumnya berbentuk
tepung. Karagenan adalah senyawa hidrokoloid yang terdiri atas ester kalium,
natrium, magnesium dan kalium sulfat dengan galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa
kopolimer. Pada rumput laut terdapat tiga tipe karagenan yaitu kappa karagenan,
iota karagean dan lambda karagenan. Tipe karagenan yang paling banyak dalam
agar-agar adalah kappa karagenan.
Pada pemasakan agar-agar terjadi reaksi hidrolisis dari kappa karagenan.
Proses pemanasan dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu pembentukan gel akan
mengakibatkan polimer karagenan dalam larutan menjadi molekul acak. Bila suhu
menurun, maka karagenan akan membentuk struktur double helix (pilinan ganda)
dan membentuk polimer dan apabila penurunan suhu terus dilanjutkan polimer-
polimer ini akan terikat saling silang secara kuat dan dengan makin bertambahnya
bentuk heliks akan terbentuk agregat yang membentuk gel yang kuat.
Saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika
didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan
membentuk kisi-kisi yang mengurung moleku lair, sehingga terbentuk sistem
koloid padat-cair. Kisi-kisi ini dimanfaatkan dalam elektroforesis gel agarosa
untuk menghambat pergerakan molekul objek akibat perbedaan tegangan antara
dua kutub.
Semua jenis karagenan memiliki kelarutan yang baik di dalam air panas.
Namun, hanya jenis lambda dan larutan garam Natrium karagenan kappa dan iota
dapat larut dalam air dingin. Karagenan lambda membentuk larutan kental dengan
karakteristik pseudoplastik ketika dipompa atau diaduk. Dengan kelarutan seperti
itu, larutan-larutan karagenan tersebut memiliki kemampuan untuk mengentalkan
dan memberikan tekstur krimi. Temperatur merupakan faktor yang cukup penting
dalam penggunaan karagenan dalam sistem pangan. Semua jenis hidrat karagenan
pada temperatur tinggi, karagenan jenis iota dan jenis kappa memiliki kekentalan
yang cukup rendah. larutan karagenan akan kehilangan karakteristik gel dan
kekentalannya dalam sistem dengan nilai pH di bawah 4.3. Penyebabnya adalah
pada proses autohidrolisis karagenan yang terjadi pada pH rendah yang
membentuk ikatan 3,6-anhydrogalaktosa. Laju autohidrolisis bertambah pada
kenaikan temperatur dan konsentrasi kation yang rendah. Untuk mencegah
terjadinya autohidrolisis, karagenan didinginkan pada temperatur yang lebih
rendah daripada temperatur pembentukan gel. Dalam produk yang bersifat asam,
karagenan ditambahkan pada bagian akhir proses untuk mencegah degradasi
kelebihan asam, dan jika mungkin, asam ditambahkan segera sebelum dilakukan
pengisian oleh karagenan untuk mencegah penguraian polimer.
Sifat Fisik Karagenan
1. Kelarutan
Semua jenis karagenan memiliki kelarutan yang baik di dalam air panas.
Namun, hanya jenis lambda dan larutan garam Natrium karagenan kappa dan iota
dapat larut dalam air dingin. Karagenan lambda membentuk larutan kental dengan
karakteristik pseudoplastik ketika dipompa atau diaduk. Dengan kelarutan seperti
itu, larutan-larutan karagenan tersebut memiliki kemampuan untuk mengentalkan
dan memberikan tekstur krimi. Temperatur merupakan factor yang cukup penting
dalam penggunaan karagenan dal;am system pangan. Semua jenis hidrat karagenan
pada temperatur tinggi, karagenan jenis iota dan jenis kappa memiliki kekentalan
yang cukup rendah.
2. Kestabilan asam
Larutan karagenanakan kehilangan karakteristik gel dan kekentalannya dalam
system dengan nilai pH di bawah 4.3. Penyebabnya adalah pada proses
autohidrolisis karagenan yang terjadi pada pH rendah yang membentuk ikatan 3,6-
anhydrogalaktosa. Laju autohidrolisis bertambah pada kenaikan temperatur dan
konsentrasi kation yang rendah. Untuk mencegah terjadinya autohidrolisis,
karagenan didinginkan pada temperatur yang lebih rendah daripada temperatur
pembentukan gel. Dalam produk yang bersifat asam, karagenan ditambahkan pada
bagian akhir proses untuk mencegah degradasi kelebihan asam, dan jika mungkin,
asam ditambahkan segera sebelum dilakukan pengisian oleh karagenan untuk
mencegah penguraian polimer. waktu pembentukan gel dan pH waktu
pembentukan gel akan bergantung pada konsentrasi karagenan dan bahan penyusun
pangan lainnya seperti garam dan gula. Dalam proses kontinu, waktu pemrosesan
dijaga minimum. Dalam system dengan pH 4.5, kondisi proses menjadi irelevan
untuk larutan karagenan menjadi stabil untuk berbagai waktu pemrosesan sebagian
besar makanan utama.
3. Karakterisstik gel
Larutan panas karagenan iota dan kappa akan mulai membentuk gel ketika system
tersebut didinginkan pada temperatur 40 and 60ºC bergantung pada kehadiran kation.
Gel karagenan bersifat reversible dan memperlihatkan efek histerisis atau perbedaan
antara temperatur penentuan gelling dengan melting. Gel tersebut stabil pada
temperatur ruangan namun dapat meleleh kmbali dengan pemanasan 5–20ºC di atas
temperatur pembentukan gel. Dengan pendinginan gel kembali akan membentuk
gel.
Komposisi ionic dari system pangan adalah penting untuk utilisasi karagenan.
Misalnya, karagenan kappa lebih memilih ion kalium untuk menstabilkan zona
sambungan yang melingkupi karakteristik kekokohan gel sebagai gel yang sedikit
rapuh. Karagenan iota memilih ion kalsium untuk menjembatani rantai untuk
memberikan pengaruh gel yang lembut elastic.
4. Garam
Garam dapat bertindak sebagi pengawet karena garam akan menarik air dari
bahan sehingga mikroorganisme pembusuk tidak dapat berkembang biak karena
menurunnya aktivitas air. Garam memberi sejumlah pengaruh bila ditambahkan pada
jaringan tumbuh-tumbuhan yang segar. Garam akan berperan sebagai penghambat
selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme pembusuk atau
proteolitik dan pembentuk spora adalah yang paling mudah terpengaruh walau
dengan kadar garam yang rendah sekalipun (yaitu sampai 6%).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Gelatin tanpa rasa
2. Air, minyak harum
3. Pewarna makanan
4. Garam
5. Mangkok atau beker gelas
6. Cup plastik
7. Panci
8. Kompor
9. Pipet
E. LANGKAH KERJA

Membuat larutan dari campuan air dan bubuk agar-agar atau nutrijel dalam
berbagai rasio atau konsentrasi sebagai treatmen yang diuji. Memilih treatmen
yang akan digunakan untuk percobaan.

Merebusnya sambil mengaduknya


lalu membiarkannya dingin, kemudian menambahkan satu cup air dingin

Menambahkan sekitar 5 sampai 20 tetes bibit parfum. Bisa juga menambahkan


beberapa tetes warna makanan.

Menambahkan 1 sdm garam untuk mencegah jamur.


dan menuangkan adonan gel kedalam cup plastik.

Meletakkannya di dalam ruangan (bisa pada suhu kamar atau dalam lemari es).
lalu mengamati tingkat kekerasan dan ketajaman aromanya setiap hari selama
lima hari.

F. DATA HASIL PENGAMATAN


Tabel Pengamatan Pewangi Ruangan Berbahan Dasar Agar-agar
N Tingkat Kekerasan Gel Tingkat Keharuman
Hari ke Keterangan
o A1 A2 A3 A4 A1 A2 A3 A4
+++ +++ Agar-agar
1 1 +++ + ++ +++ + ++ belum
+ +
mengeras
+++ +++ sempurna, ada
2 2 +++ + ++ +++ + ++
+ + bagian yang
masih berair,
tingkat
+++ +++
3 3 +++ + ++ +++ + ++ kekerasan
+ +
belum
maksimal
Kandungan air
+++ +++ pada agar-agar
4 4 +++ + ++ +++ + ++ mulai
+ +
berkurang,
agar-agar
semakin padat,
+++ +++ ukuran semakin
5 5 +++ + ++ +++ + ++ kecil, bisa
+ +
dilepas dari
gelas plastik
Pada perlakuan
A3 sudah mulai
ditumbuhi
jamur, namun
tidak
+++ +++ menimbulkan
6 6 +++ + ++ +++ + ++
+ + bau, tingkat
keharuman
pada semua
perlakuan
mulai
berkurang
N
Hari ke N1 N2 N3 N4 N1 N2 N3 N4 Keterangan
o
Pada hari 1
semua nutrijel
+++ +++ +++ +++ ++++
1 1 + ++ +++ dalam keadaan
+ ++ ++ ++ +
baik, pada hari
ke
Pada hari ke 2
yang masih
dalam keadaan
+++ +++ +++ bagus yaitu
2 2 + + +++ - ++++
+ + + pada N4 dan
N5, pada N1
berair, pada N2
timbul jamur.
Keadaan
pewangi
ruangan sama
seperti hari
sebelumnya
3 3 + + +++ +++ ++ - +++ +++ hanya saja pada
N 1 air mulai
bertambah
begitu pula
pada N2 jamur
juga bertambah.
Pada N1 timbul
4 4 + + +++ ++ ++ - +++ ++
air seperti hari
sebelumnya,
pada N2 yang
tumbuh jamur
juga terdapat
busa, pada N3
dan N4
permukannya
bergelombang.
Pada N1 timbul
air seperti hari
sebelumnya,pa
da N2 muncul
5 5 + + +++ ++ + - ++ + ulat, pada N3
dan N4
permukaan
bergelombang
betambah.
Keterangan:
A1: Perlakuan 1 (100 mL air : ½ bungkus agar-agar)
A2: Perlakuan 2 (100 mL air : 1 bungkus agar-agar)
A3: Perlakuan 3 (100 mL air : 1½ bungkus agar-agar)
A4: Perlakuan 4 (100 mL air : 2 bungkus agar-agar)
N1: Perlakuan 1 (100mL air: ½ bungkus nutrijel)
N2: Perlakuan 2 (100mL air: 1 bungkus nutrijel)
N3: Perlakuan 3 (100mL air: 1½bungkus nutrijel)
N4: Perlakuan 4 (100mL air: 2 bungkus nutrijel)
 Tingkat Kekerasan Gel
+ : kurang keras
++ : sedang
+++: keras
++++: sangat keras
 Tingkat Keharuman Gel
+ : kurang harum
++ : sedang
+++: harum
++++: sangat harum

G. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini berjudul Pewangi Ruangan, adapun tujuan dari percobaan ini
adalah menjelaskan penggunaan polimer sebagai pewangi ruangan. Alat dan bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah agar-agar dan nutrijel, air, minyak wangi,
pewarna makanan, garam, mangkuk atau cangkir plastic, panci, kompor dan pipet.
Penggunaan garam dalam pembuatan pewangi ruangan ini adalah sebagai upaya
mencegah tumbuhnya jamur. Prosedur dari percobaan ini adalah dengan membuat
larutan dari campuran air dan bubuk agar-agar atau nutrijel dengan perbandingan ½
bungkus gel dengan 100 ml air untuk perlakuan pertama, 1 bungkus gel dengan 100
ml air pada perlakuan kedua, 1½ gel dengan 100 ml air pada perlakuan ketiga dan 2
bungkus gel dengan 100 ml air untuk perlakuan keempat. Selanjutnya merebusa
sambil diaduk dan membiarkannya dingin. Menambahkan sekitar 5 sapai 20 tetes
bibit parfum serta 1 sdm garam. Kemudian menuangkan adonan gel ke dalam
mangkok kecil dan mengamati kekerasan serta jetajaman aromanya setiap hari selama
enam hari.
1. Pembahasan Agar-agar
Agar-agar ialah makanan tinggi serat yang berasal dari dinding sel rumput
lautyang merupakan polimer yang tersusun dari monomer galaktosa. Agar-agar
berupa gel kenyal yang mengandung banyak air. Agar-agar adalah koloid jenis Gel
dengan medium pendispersi padat dan medium terdispersi cairan. Jenis rumput laut
yang sering digunakan untuk agar-agar adalah Eucheuma spinosum.
Pada percobaan ini praktikan memvariasikan konsentrasi agar-agar untuk dapat
mengetahui keefektifan pewangi ruangan dengan bahan dasar agar-agar. Dengan
perbandingan ½ bungkus gel, 1 bungkus gel, 1½ bungkus gel, dan 2 bungkus gel dan
penambahan air yang sama yakni 100 ml.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah praktikan lakukan, data yang didapatkan
adalah dari pewangi ruangan yang menggunakan ½ bungkus gel memiliki tingkat
kekerasan yang ditandai dengan +++ yaitu keras dari pengamatan hari pertama sampai
hari keenam tetap sama. Untuk pewangi ruangan yang menggunakan 1 bungkus gel
memiliki tingkat kekerasan yang ditandai dengan ++++ yaitu sangat keras dari
pengamatan hari pertama sampai hari keenam tetap sama. Sedangkan pewangi
ruangan yang menggunakan 1½ bungkus gel memiliki tingkat kekerasan yang
ditandai + yaitu kurang keras dari pengamatan hari pertama sampai hari keenam tetap
sama. Dan untuk pewangi ruangan yang menggunakan 2 bungkus gel memiliki
tingkat kekerasan yang ditandai dengan ++ yaitu sedang, hasil ini didapat pada
pengamatan hari pertama hingga hari keenam tetap sama. Pada hari pertama hingga
hari ketiga Agar-agar belum mengeras sempurna, ada bagian yang masih berair,
tingkat kekerasan belum maksimal. Pada hari keempat dan hari kelima Kandungan air
pada agar-agar mulai berkurang, agar-agar semakin padat, ukuran semakin kecil, bisa
dilepas dari gelas plastic. Dan pada hari keenam perlakuan penambahan 1½ bungkus
gel sudah mulai ditumbuhi jamur, namun tidak menimbulkan bau, tingkat keharuman
pada semua perlakuan mulai berkurang
Tingkat kekerasan pewangi ruangan yang optimal adalah keras yang ditandai
dengan +++ pada penambahan ½ bungkus gel. Hal ini dikarenakan gel terbentuk
karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika
didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan
membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air sehingga terbentuk system
koloid padat-cair. Selain itu disebabkan oleh adanya karagenan. Pada pemasakan
agar-agar terjadi reaksi hidrolisis dari kappa karagenan. Proses pemanasan dengan
suhu yang lebih tinggi dari suhu pembentukan gel akan mengakibatkan polimer
karagenan dalam larutan menjadi molekul acak. Bila suhu menurun, maka karagenan
akan membentuk struktur double helix (pilinan ganda) dan membentuk polimer dan
apabila penurunan suhu terus dilanjutkan polimer-polimer ini akan terikat saling
silang secara kuat dan dengan makin bertambahnya bentuk heliks akan terbentuk
agregat yang membentuk gel yang kuat.
Praktikan juga mengamati tingkat keharuman dari masing-masing konsentrasi
pewangi ruangan, pada penambahan ½ bungkus gel tingkat keharuman ditandai +++
yaitu harum dari pengamatan hari pertama sampai hari keenam tetap sama. Pada
penambahan 1 bungkus gel tingkat keharuman ditandai ++++ yaitu sangat harum dari
pengamatan hari pertama sampai hari keenam tetap sama. Untuk penambahan 1½
bungkus gel tingkat keharuman ditandai dengan + yaitu kurang harum dari
pengamatan hari pertama hingga hari keenam tetap sama. Sedangkan pada
penambahan 2 bungkus gel tingkat keharuman ditandai dengan ++ yaitu keharuman
sedang dari pengamatan hari pertama hingga hari keenam tetap sama.
Dari hasil tersebut dapat diketahui tingkat keharuman yang optimal dalam
pembuatan pewangi ruangan adalah pada penambahan ½ bungkus gel yaitu harum.
Hal ini tidak dipilih pada tingkat keharuman yang tinggi dikarenakan dengan
keharuman yang tinggi Pengharum ruangan memancarkan senyawa organik volatil
(volatile organic compound atau VOC), seperti cat kebanyakan. Dalam Material
Safety Data Sheet (MSDS), pabrikan mengakui bahwa bernapas pada ruangan dengan
konsentrasi tinggi uap VOC yang melebihi tingkat pemaparan dapat menyebabkan
masalah berikut ini : sakit kepala, gelisah, pusing, tremor (gemetaran), kelelahan, dan
mual.
2. Pembahasan Nutrijell
Pada percobaan dengan bahan nutrijell, perlakuan sama seperti pada agar-agar
yaitu dengan memvariasikan konsentrasi untuk mengetahui keefektifan pewangi
ruangan dari segi kekerasan gel dan tingkat keharuman.
Hasil pengamatan yang didapatkan pada penambahan ½ bungkus gel tingkat
kekerasan hari pertama yaitu sedang, tetapi berangsur-angsur menurun sampai pada
hari kelima pengamatan. Untuk penambahan 1 bungkus gel tingkat kekerasan sedang
dan pada hari selanjutnya sampai hari kelima pengamatan menjadi berkurang tingkat
kekerasannya, pada penambahan 1½ bungkus gel tingkat kekerasan yaitu keras, dan
pada pengamatan sampai hari kelima tetap sama. Dan pada penambahan 2 bungkus
gel tingkat kekerasan yang didapatkan adalah keras tetapi kemudian berkurang pada
hari pengamatan selanjutnya sampai ke hari kelima.
Selain itu praktikan juga mengamati keadaan dari nutrijell selama lima hari, tetapi
nutrijell yang dipakai dalam percobaan ini dengan rasa yang berbeda-beda, pada
penambahan ½ bungkus gel warna awal adalah putih pada hari pertama masih dalam
keadaan yang bagus selayaknya jelly, tetapi pada pengamatan hari selanjutnya sampai
hari kelima menjadi berair. Pada penambahan 1 bungkus gel, warna awal adalah
cokelat. Hari pertama masih dalam keadaan bagus, tetapi pada hari berikutnya timbul
jamur bahkan pada hari kelima terdapat ulat. Untuk penambahan 1½ bungkus gel,
warna awal adalah hijau, pada hari pertama dan kedua masih dalam keadaan bagus
tetapi pada hari berikutnya permukaan jelly menjadi bergelombang. Dan untuk
penambahan 2 bungkus gel, keadaan jelly pada hari pertama dan kedua bagus
sedangkan pada hari berikutnya permukaan jelly menjadi bergelombang.
Dari hasil tersebut, pada penambahan 1½ bungkus gel memiliki tingkat kekerasan
yang optimal yaitu dapat dilihat dari pengamatan dari hari ke hari hingga hari kelima
tetap dalam kategori keras. Tingkat kekerasan pada nutrijell karena adanya zat
karagenan yang terdapat dalam produk tersebut. Saat dipanaskan di air, molekul agar-
agar dan air bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai
saling merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung moleku lair,
sehingga terbentuk sistem koloid padat-cair. Kisi-kisi ini dimanfaatkan dalam
elektroforesis gel agarosa untuk menghambat pergerakan molekul objek akibat
perbedaan tegangan antara dua kutub.
Praktikan juga mengamati tingkat keharuman dari jelly, yakni pada penambahan
penambahan ½ bungkus gel, tingkat kaharuman pada hari pertama sangat harum tetapi
berangsur-angsur menurun tingkat keharumannya hingga hari kelima pengamatan.
Untuk penambahan 1 bungkus gel tingkat keharuman pada hari pertama tinggi dan
tidak teramati pada hari berikutnya karena timbul jamur. Untuk penambahan 1½
bungkus gel, keharuman tinggi pada hari pertama, dan hari selanjutnya mengalami
penurunan tetapi tidak terlalu signifikan sehingga pada hari kelima masih tetap harum.
Sedangkan pada penambahan 2 bungkus gel, tingkat keharuman tinggi kemudian
mengamai penurunan pada hari selnjutnya hingga hari kelima.
Dapat dilihat dari pengamatan tersebut, konsentrasi yang optimal untuk
pembuatan pewangi ruangan adalah pada penambahan 1½ bungkus gel. Hal ini
dikarenakan pada konsentrasi tersebut, tingkat keharuman masih tetap wangi
walaupun sudah pada hari kelima, tingkat kekerasan juga yang paling optimal, selain
itu dari segi keadaan jelly juga tidak ditumbuhi jamur, hanya saja permukaan jelly
menjadi bergelombang yang disebabkan karena ketidakstabilan struktur dari jelly
yang mudah berubah bentuk dan pengaruh udara di sekitar.
Menurut Budiawan, bahaya pewangi umumnya tergantung pada jenis/bentuknya
maupun pewangi dan komponen-komponen kimia aktif yang terkandung di dalamnya,
disamping faktor pengaruh lain, seperti jalur paparannya. Dari segi bentuk, sediaan
yang mudah menguap (aerosol) lebih berisiko bagi tubuh, terutama jika terjadi kontak
langsung melalui sistem pernapasan. Namun demikian kontak yang terjadi melalui
kulit pun bukan tak berisiko mengingat zat pewangi akan begitu mudah memasuki
tubuh.
Di pasaran ada 2 jenis zat pewangi, yakni yang berbahan dasar air dan berbahan
dasar minyak. Pewangi berbahan dasar air umumnya memiliki kestabilan aroma
(wangi) relatif singkat (sekitar 3-5 jam). Itulah mengapa pewangi berbahan dasar air
relatif lebih aman bagi kesehatan dibandingkan pewangi berbahan dasar minyak.
Pewangi berbahan dasar minyak lebih tahan lama sehingga harga jualnya bisa lebih
mahal. Pewangi jenis ini biasanya menggunakan beberapa bahan pelarut/cairan
pembawa, di antaranya isoparafin, diethyl phtalate atau campurannya.
Dari kedua bahan yang digunakan yaitu berupa agar-agar dan nutrijel diperoleh
hasil yang berbeda. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa bahan dari agar-agar
memiliki ketahanan yang lebih lama dibandingkan bahan dari nutrijel. Hal ini dapat
diakibatkan dari kompisis bahan anata kedua bahan tersebut yang berbeda sehingga
hasilnya pun berbeda.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan polimer sebagai pewangi ruangan:
Pada pemasakan agar-agar dan nutrijel dimana keduanya merupakan contoh dari
polimer terjadi reaksi hidrolisis dari kappa karagenan. Proses pemanasan dengan suhu
yang lebih tinggi dari suhu pembentukan gel akan mengakibatkan polimer karagenan
dalam larutan menjadi molekul acak. Bila suhu menurun, maka karagenan akan
membentuk struktur double helix (pilinan ganda) dan membentuk polimer dan apabila
penurunan suhu terus dilanjutkan polimer-polimer ini akan terikat saling silang secara
kuat dan dengan makin bertambahnya bentuk heliks akan terbentuk agregat yang
membentuk gel yang kuat.
2. Dari kedua polimer tersebut berupa agar-agar dan nutrijel komposisi yang efektif
dalam pembuatan pewangi ruangan adalah agar-agar.

I. DAFTAR PUSTAKA

Hubeis MN. 1995. Paket Industri Pangan Es Krim Ekonomi Skala Industri Kecil.
Buletin Teknologi Industri Pangan Vol 7 Hal. 1. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Winarno, F.G. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan. Diakses dari http://www.mystupidtheory.com/2012/12/pembentukan-
koloid-agar-agar-dan.html pada hari jumat 3 april 2015
Anonim.______. Diakses dari http://supermetroemall.com pada hari jumat 3 april 2015

Anda mungkin juga menyukai