Anda di halaman 1dari 11

Tema : Hubungan SKS ( Sistem Kebut Semalam) terhadap Tingkat Stress dan Nilai

Akademik Mahasiswa Ilmu Keperawatan UNDIP 2015

Penelitian : Kuantitatif

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Stress adalah kondisi yang dirasakan sebagai tekanan, desakan, ketidaksesuaian terhadap
situasi yang diinginkan baik dalam keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu.
Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat dialami oleh siapa
saja dan memiliki implikasi negatif jika berakumulasi dalam kehidupan individu tanpa
solusi yang tepat. Akumulasi stres merupakan akibat dari ketidakmampuan individu
dalam mengatasi dan mengendalikan stresnya .1

Mahasiswa dalam kegiatannya juga tidak terlepas dari stres. Stresor atau penyebab stres
pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan
eksternal dan tuntutan dari harapannya sendiri. Tuntutan eksternal dapat bersumber dari
tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, tuntutan orang tua untuk berhasil di kuliahnya, dan
penyesuaian sosial di lingkungan kampusnya. Tuntutan ini juga termasuk kompetensi
perkuliahan dan meningkatnya kompleksitas materi perkuliahan yang semakin lama
semakin sulit. Tuntutan dari harapan mahasiswa dapat bersumber dari kemampuan
mahasiswa dalam mengikuti pelajaran. 2

Menurut Rizki, 2007 lamanya masa studi yang harus ditempuh mahasiswa menjadikan
prokrastinasi akademik di kalangan mahasiswaBerdasarkan penelitian mengenai prokrastinasi
(penundaan akademik) yang dilakukan oleh Knauss (1998) menyatakan bahwa sebanyak 90%
mahasiswa melakukan prokrastinasi dan sebanyak 25% dari populasi tersebut merupakan
prokrastinator kronik. Sedangkan berdasarkan survey yang dilakukan Solomon & Ro
nthblum (1984) didapatkan bahwa 50% para mahasiswa melaporkan bahwa mereka
melakukan prokrastinasi pada tugas akademik setidaknya hingga separuh dari waktu yang
diberikan untuk mengerjakan tugas dan 38% lainnya melaporkan bahwa mereka hanya
kadang-kadang melakukan prokrastinasi3.
SKS merupakan suatu kegiatan kebut semalam. Istilah SKS sudah sangat akrab di telinga
para pelajar, khususnya mahasiswa5. SKS bisa terjadi baik dalam mengerjakan tugas maupun
dalam mempersiapkan diri mengikuti ujian. Padahal, kedisiplinan merupakan suatu yang
signifikan bagi siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal. SKS
seperti sudah menjadi kebiasaan bagi para mahasiswa5.Pada umumnya kebiasaan menunda
ini timbul karena menghindarimelakukan hal yang tidak menarik, tidak menyenangkan atau
tidak penting11.Akibat dari SKS sendiri mahasiswa menjadi tidak kreatif dan malas untuk
berpikir. Selain bahaya secara psikis, seperti malas dan tidak kreatif, bahaya SKS juga dapat
dirasakan secara fisik. Misalnya, karena begadang mengerjakan tugas yang akan
dikumpulkan esok hari, atau belajar untuk ujian esok hari, mahasiswa akan kurang
tidur.Jadwal otak yang harusnya istirahat tapi dipaksa semalaman untuk terus bekerja,
padahal saat jadwalnya tidur otak mendapatkan protein untuk kinerjanya12.Kurang tidur akan
mengakibatkan sakit kepala, tekanan darah tinggi, bahkan nilai akademik yang kurang
memuaskan.5

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan , ternyata masih saja terdapat mahasiswa
yang kurang disiplin dalam hal belajar maupun perkuliahan4. Kerap sekali mahasiswa
menunda tugasnya untuk sesuatu yang tidak produktif dan tidak bermanfaat11. Fenomena
SKS atau Sistem Kebut Semalam masih menjadi primadona dalam cara belajar mahasiswa,
baik itu dalam hal mengerjakan tugas ataupun menghadapi ujian yang deadline-nya esok hari
sehingga hasil yang didapat kurang maksimal. Anggapan mahasiswa mengenai mata kuliah
yang rumit dan terlalu sulit juga menyebabkan mahasiswa kurang termotivasi untuk belajar.
Hal ini menyebabkan minat mahasiswa untuk belajar menjadi kurang dan prestasi belajar
mahasiswa menjadi kurang optimal4. Maka dari itu perlu adanya perubahan sikap menganai
pentingnya dan tujuan diberikan tugas terhadap mahasiswa11.

Menurut data 10 responden mahasiswa ilmu keperawatan Universitas Diponegoro 2015


dengan pengajuan pertanyaan yang sama antar tiap responden, didapatkan bahwa terdapat 7
dari 10 responden mengatakan bahwa mereka melakukan kegiatan belajar dengan SKS
(Sistem kebut semalam) sebelum ujian. Respon yang sering mereka peroleh dari SKS adalah
mereka selalu merasa stress,tidak fokus, dan ragu saat mengerjakan ujian,dan saat
pengumuman nilai,mereka selalu mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Kemudian
untuk 3 responden lagi mengatakan bahwa mereka tidak melakukan SKS, karena mereka tahu
tingkat kemampuannya dalam mengingat sangatlah kurang. Berdasarkan fenomena yang
ada,dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa ilmu keperawatan angkatan 2015 itu
rata-rata melakukan SKS saat akan ujian. Namun, penelitian ini tidak bisa secara langsung di
benarkan hasilnya, karena kami belum melakukan penelitian kepada semua mahasiswa ilmu
keperawatan angkatan 2015.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ada hubungan SKS terhadap tingkat stress dan nilai akademik mahasiswa Ilmu
Keperawatan UNDIP 2015
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sistem
belajar SKS dengan tingkat stress dan nilai akademik mahasiswa ilmu keperawatan
UNDIP 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran tingkat stress mahasiswa ilmu keperawatan UNDIP
2015
2. Untuk mengetahui hubungan SKS dengan nilai akademik mahasiswa ilmu
keperawatan UNDIP 2015
3. Untuk mengetahui penyebab SKS
1.4 Manfaat Penelitian
Dapat menjadi dasar pertimbangan untuk pengaturan pola belajar mahasiswa agar tidak
melakukan tindakan SKS ketika menghadapi ujian di kampus Ilmu Keperawatan UNDIP
Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah
1.1 Manfaat penelitian
a. Bagi responden
1) Memberikan informasi kepada responden mengenai pengaruh SKS terhadap
tingkat stress dan nilai akademik mahasiswa.
2) Menambah pengetahuan mengenai factor-faktor penyebab SKS
3) Menambah pengetahuan bagi responden bahwa fenomena SKS harus disikapi
secara bijak.

b. Bagi Institusi pendidikan


1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi kalangan yang akan
melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang berhubungan dengan
judul penelitian di atas.
2) Menambah pengetahuan bagi mahasiswa dan staff akademik lain sehingga
dapat membantu proses pembelajaran.

c. Bagi Perawat
1) Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai dampak SKS pada stress
dan nilai akademik mahasiswa.
2) Sebagai bahan informasi perawat dalam pengembangan solusi-solusi inovatif
untuk mengatasi masalah stress akibat SKS dan nilai akademik mahasiswa.

d. Bagi Penelitian lebih lanjut


1) Memodifikasi metode penanganan stress bagi mahasiswa akibat SKS dan nilai
akademik.
2) Mengembangkan cara belajar efektif bagi mahasiswa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Stress


Kata “stres” bisa diartikan berbeda bagi tiap-tiap individu. Sebagian
individu mendefinisikan stres sebagai tekanan, desakan atau respon emosional. Para
psikolog juga mendefinisikan stres dalam berbagai bentuk. Stres bisa mengagumkan,
tetapi bisa juga fatal. Semuanya tergantung kepada para penderita. Lazarus dan
Folkman, 1984 menyatakan, stres psikologis adalah sebuah hubungan antara
individu dengan lingkungan yang dinilai oleh individu tersebut sebagai hal yang
membebani atau sangat melampaui kemampuan seseorang dan membahayakan
kesejahteraannya. 6
Stres juga bisa berarti ketegangan, tekanan batin, tegangan, dan konflik yang
berarti: 7

a. Satu stimulus yang menegangkan kapasitas-kapasitas (daya) psikologis


atau fisiologis dari suatu organisme.

b. Sejenis frustasi, di mana aktifitas yang terarah pada pencapaian tujuan telah diganggu
oleh atau dipersukar, tetapi terhalang-halangi; peristiwa ini biasanya disertai oleh
perasaanwas-was kuatir dalam percapaian tujuan.

c. Kekuatan yang diterapkan pada suatu sistem, tekanan-tekanan fisik dan


psikologis yang dikenakan pada tubuh dan pada pribadi.

d. Satu kondisi ketegangan fisik atau psikologis disebabkan oleh adanya persepsi
ketakutan dan kecemasan.

Menurut Robert S. Fieldman (1989) stress adalah suatu proses yang menilai
suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun
membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis,
emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang memunculkan stress dapat saja
positif (misalnya: merencanakan perkawinan) atau negatif (contoh:
kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan
(stressfull event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu.8
Berdasarkan dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa stress
adalah suatu kondisi dimana individu mengalami tekanan, desakan, maupun respon
emosional yang dinilai sebagai suatu ancaman.

1.2 Definisi SKS


SKS alias Sistem Kebut Semalam seringkali menjadi alternatif utama mahasiswa
ketika menghadapi tugas maupun menghadaapi ujian11.SKS merupakan suatu kegiatan
kebut semalam5.Mereka mengerjakan tugas maupun belajar hanya ketika tugas segera di
kumpulkan dan hanya ketika ujian saja, sehingga muncullah istilah Sistem Kebut
Semalam11. Istilah SKS sudah sangat akrab di telinga para pelajar, khususnya mahasiswa.
SKS bisa terjadi baik dalam mengerjakan tugas maupun dalam mempersiapkan diri
mengikuti ujian. Padahal, kedisiplinan merupakan suatu yang signifikan bagi siswa dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal5.
SKS seperti sudah menjadi kebiasaan bagi para mahasiswa5. Kerap sekali mahasiswa
menundatugasnya untuk sesuatu yang tidak produktif dan tidak bermanfaat11. Akibat dari
SKS sendiri mahasiswa menjadi tidak kreatif dan malas untuk berpikir. Selain bahaya
secara psikis, seperti malas dan tidak kreatif, bahaya SKS juga dapat dirasakan secara
fisik. Misalnya, karena begadang mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan esok hari,
atau belajar untuk ujian esok hari, mahasiswa akan kurang tidur. Kurang tidur akan
mengakibatkan sakit kepala, tekanan darah tinggi, bahkan nilai akademik yang kurang
memuaskan5
1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Stress
Faktor yang mempengaruhi tingkat stress menurut Alvin (2007), beliau mengemukakan
bahwa stres akademik ini diakibatkan oleh dua factor yaitu internal dan eksternal.
1) Faktor internal yang mengakibatkan stres akademik, yaitu:
a. Pola pikir
Individu yang berfikir mereka tidak dapat mengendalikan situasi mereka
cenderung mengalami stres lebih besar. Semakin besar kendali yang siswa
pikir dapat ia lakukan, semakin kecil kemungkinan stres yang akan siswa
alami.
b. Kepribadian
Kepribadian seorang siswa dapat menentukan tingkat toleransinya terhadap
stres. Tingkat stres siswa yang optimis biasanya lebih kecil dibandingkan
siswa yang sifatnya pesimis.
c. Keyakinan
Penyebab internal selanjutnya yang turut menentukan tingkat stres siswa
adalah keyakinan atau pemikiran terhadap diri. Keyakinan terhadap diri
memainkan peranan penting dalam menginterpretasikan situasi-situasi
disekitar individu. Penilaian yang diyakini siswa, dapat mengubah cara
berfikirnya terhadap suatu hal bahkan dalam jangka panjang dapat membawa
stres secara psikologis.
2) Faktor eksternal yang mengakibatkan stres akademik
a. Pelajaran lebih padat
Kurikulum dalam sistem pendidikan telah ditambah bobotnya dengan standar
lebih tinggi. Akibatnya persaingan semakin ketat, waktu belajar bertambah dan
beban pelajar semakin berlipat. Walaupun beberapa alasan tersebut penting
bagi perkembangan pendidikan dalam negara, tetapi tidak dapat menutup mata
bahwa hal tersebut menjadikan tingkat stres yang dihadapi siswa meningkat
pula.
b. Tekanan untuk berprestasi tinggi
Para siswa sangat ditekan untuk berprestasi dengan baik dalam ujian-uijan
mereka. Tekanan ini terutama datang dari orang tua, keluarga guru, tetangga,
teman sebaya, dan diri sendiri.
c. Dorongan status sosial
Pendidikan selalu menjadi simbol status sosial. Orang-orang dengan kualifikasi
akademik tinggi akan dihormati masyarakat dan yang tidak berpendidikan tinggi
akan dipandang rendah. Siswa yang berhasil secara akademik sangat disukai,
dikenal, dan dipuji oleh masyarakat. Sebaliknya, siswa yang tidak berprestasi di
sekolah disebut lamban, malas atau sulit. Mereka dianggap sebagai pembuat
masalah dan cendrung ditolak oleh guru, dimarahi orang tua, dan diabaikan
teman-teman sebayanya.
d. Orang tua saling berlomba
Dikalangan orang tua yang lebih terdidik dan kaya informasi, persaingan untuk
menghasilkan anak-anak yang memiliki kemampuan dalam berbagai aspek juga
lebih keras. Seiring dengan menjamurnya pusat-pusat pendidikan informal,
berbagai macam program tambahan, kelas seni rupa, musik, balet, dan drama
yang juga menimbulkan persaingan siswa terpandai, terpintar dan serba bisa.
Koping stress
Coping Stres dapat dibagi menjadi 2 macam:
a. Defensive Coping
Defensive Coping adalah saalah satu cara seseorang dalam menghadapi stress,
yaitu dengan lari dari masalah yang menimbulkan stres tersebut, baik secara
fisik maupun psikologis. Menurut Freud, seluruh tipe defensive coping
merupakan penyesuaian diri pada realitas yang tidak sehat. Kebanyakan pola
defensive coping yang meliputi mental atau fisik merupakan pelarian dari
situasi yang traumatis.
b. Direct Coping
Direct Coping adalah salah satu cara seseorang dalam menghadapi stress, yaitu
dengan menghadapi permasalahan dan mengatasinya. Direct coping meliputi
pengidentifikasian stres yang masuk (yang dihadapi), kemudian mengadakan
perhitungan cara untuk mengatasinya. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara
selangkah demi selangkah
1.4 Nilai Akademik
Rothbulum, Solomon, Murakami(1986) menjelaskan bahwa proktrinasi akademik
mempunyai hubungan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang rendah. Seperti yang
diketahui, IPK seringkali digunakan sebagai Nilai IPK mahasiswa yang rendah sebagai
akibat dari prokrastinasi akan mempunyai dampak yang kurang menguntungkan bagi
mahasiswa. Di lingkungan akademis prokrastinasi dapat berlanjut pada hal-hal yang
mengakibatkan kegagalan dalam beberapa mata kuliah penting. Sehingga mahasiswa
tidak dapat menyelesaikan studinya dengan tepat waktu. Bahkan kemudian dapat
dikeluarkan dari perguruan tinggi karena IPK yang tidak memenuhi syarat.
1.5 Kerangka Teori

SKS
Mahasiswa Ilmu Stress Nilai Akademik
Keperawatan 2015

Faktor-faktor penyebab
Coping stress
stress:
1. Defensive Coping
1. Faktor internal
2. Direct Coping
2. Faktor eksternal
BAB III
METODE PENELITIAN

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
DAFTAR PUSTAKA
1. Crampton, Suzanne M., Hodge, J.W., & Mishra, J.M., 1995. Stress and
Stress Management. Journal of Advance Management, 60 (3): 2. Diakses pada :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25590/5/Chapter%20I.pdf.
[diakses 1 November 2016].
2. Heiman & Kariv, 2005. Task-Oriented versus Emotion-Oriented Coping
Strategies: The Case of College Students. College Student Journal, 39 (1):
72-89. Diakses pada :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25590/5/Chapter%20I.pdf.
[Diakses 1 November 2016]
3. http://repository.maranatha.edu/8387/3/0332001_Chapter1.pdf
4. ST Saputra dan Pardiman. (2012). Pengaruh Disiplin Belajar dan Lingkungan
Teman Sebaya terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Akuntansi Angkatan 2009 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Volume 10(1): 78 – 97.
5. http://digilib.uinsby.ac.id/387/4/Bab%202.pdf
6. ( Arilia Rahma, Coping Stres pad, Wanita Hamil Resiko Tinggi Grnde
Multi, (Skripsi.: Fakultas Psikologi UNAIR Surabaya, 2007) hal: 11.
7. Kartini Kartono, Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: Pionir Jaya. 2003)
Hal: 488
8. (Fitri Fausiah, Julianti Widury, “Psikologi Abnormal”(Jakarta:UI-Press, 2007),
h:9-10)
9. http://digilib.uinsby.ac.id/7329/1/bab%201.pdf
10. Zulistianah. 2009. Studi kasus stress dan perilaku coping pada caleg yang gagal
menjadi anggota dewan pada pemilu. Diakses pada tanggal 26 oktober 2016, dari :
http://digilib.uinsby.ac.id/8084/4/bab%202.pdf
11. Bisnani. 2010. Laporan sistem kebut semalam. Dalam
https://www.scribd.com/doc/45193013/LAPORAN-Sistem-Kebut-Semalam.
Diakses pad 11 November 2016.
12. http://akademikfp.staff.ub.ac.id/archives/2108

Anda mungkin juga menyukai