Oleh:
KELOMPOK N19a
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada Nabi besar kita yakninya
Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah
kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita rasakan pada saat sekarang
ini.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kelompok mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing, demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kelompok berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan supaya kita selalu berada di bawah lindungan Allah
SWT.
Penyusun
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Makalah ini menjabarkan secara rinci tentang teori konseptual mengenai
Kanker Kandung Kemih dan bagaimana cara memberikan penatalaksaan yang
cepat dan tepat, serta pembaca diharapkan memahami dan menerapkan asuhan
keperawatan pada kasus Kanker Kandung Kemih secara komprehensif.
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
1) Menjelaskan anatomi dan fisiologi kandung kemih
2) Menjelaskan definisi dari Kanker Kandung Kemih
3) Menjelaskan etiologi dan faktor resiko dari Kanker Kandung Kemih
4) Menjelaskan klasifikasi stadium dari Kanker Kandung Kemih
5) Menjelaskan patofisiologi dari Kanker Kandung Kemih
6) Menjelaskan manifestasi klinis dari Kanker Kandung Kemih
7) Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dari Kanker Kandung Kemih
8) Menjelaskan penatalaksanaan dari Kanker Kandung Kemih
9) Menjelaskan Web of Cautation dari Kanker Kandung Kemih
1.3 Manfaat
Mahasiswa mampu mengetahui tentang kanker kandung kemih sehingga perawat
akan lebih peka dan teliti dalam mengumpulkan data pengkajian awal dan menganalisa
suatu respon tubuh pasien terhadap penyakit, sehingga kanker kandung kemih tidak
semakin berat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Fisiologi
a. Vesica Urinaria
Vesica urinaria terletak tepat dibelakang os.pubis di dalam rongga pelvis.
Pada orang dewasa, kapasitas maksimum vesika urinaria sekitar 500ml. Vesica
urinaria mempunyai dinding otot yang kuat. Bentuk dan batas-batasnya sangat
bervariasi sesuai dengan jumlah urin yang dikandungnya. Vesica urinaria yang
kosong pada orang dewasa terletak seluruhnya di dalam pelvis; waktu terisi,
dinding atasnya terangkat sampai masuk regio hypogastrica (Gambar 1). Pada
anak kecil, vesica urinaria yang kosong menonjol di atas pintu atas panggul;
kemudian bila rongga pelvis membesar, vesica urinaria terbenam ke dalam pelvis
untuk menempati posisi seperti orang dewasa (Snell 2011).
5
Vesica urinaria yang kosong berbentuk piramid mempunyai apex,
basis, dan sebuah facies superior serta dua buah facies infero lateralis;
juga mempunyai collum. Apex vesica urinaria mengarah kedepan dan
terletak dibelakang pinggir atas symphisis pubis. Apex vesicae
dihubungkan dengan umbilicus dengan ligamentum umbilicale medianum
(sisa urachus). Basis atau facies poterior vesicae, menghadap ke posterior
dan berbentuk segitiga. Sudut superolateralis merupakan tempat muara
ureter, dan sudut inferior merupakan tempat asal urethra (Gambar B).
Pada laki-laki, kedua duktus deferens terletak berdampingan difacies
posterior vesicae dan memisahkan vesicula seminalis satu dengan yang
lain. Bagian atas facies posterior vesicae diliputi peritoneum, yang
membentuk dinding anterior excavatio rectovesicalis. Bagian bawah
facies posterior dipisahkan dari rectum oleh ductus deferens,vesicula
seminalis, dan fascia rectovesicalis.
Pada perempuan, uterus dan vagina terletak berhadapan dengan
facies posterior.Facies superior vesicae diliputi peritoneum dan
berbatasan dengan lengkung ileum / colon sigmeideum. Sepanjang
pinggir leteral permukaan ini, peritoneum melipat kedinding lateral
pelvis. Bila vesica urinaria terisi, bentuknya menjadi lonjong, permukaan
superiornya membesar dan menonjol keatas, kedalam cavitalis
abdominalis. Peritonium yang meliputinya terangkat pada bagian bawah
dinding anterior abdomen, sehingga vesica urinaria berhubungan
langsung dengan dinding anterior abdomen. Facies inferolateralis di
depan berbatasan dengan bantalan lemak retropubis. Dan os.pubis lebih
keposterior, diatas berbatasan dengan musculus obturator internus dan
dibagian bawah dengan musculus levatorani.
Collum vesica terletak diinferior dan pada laki-laki terletak pada
permukaan atas prostat. Disini, serabut otot polos dinding vasicae urinaria
dilanjutkan sebagai serabut otot polos prostat. Collum vesicae
6
dipertahankan pada tempatnya oleh ligamentum pubo prostaticum pada
laki-laki dan ligamentum pubo vesicale pada perempuan. Kedua liga
mentumini merupakan penebalan dari fascia pelvis. Pada perempuan
karena tidak terdapat prostat, collum vesicae terletak langsung pada facies
superior diaphragmatis urogenitalis. Bila vesicae urinaria terisi, posisi
facies posterior dan collum vesica erelatif tetap, tetapi facies permukaan
superiornya naik keatas, masuk kedalam rongga abdomen.
.
7
merupakan tempat muara dari ureter dan sudut inferiornya merupakan
orificium urethrae internum. Ureter menembus dinding vesica urinaria
secara miring dan keadaan ini membuat fungsinya seperti katup, yang
mencegah aliran balik urin pada waktu vesica urinaria terisi.
Trigonum vesicae di atas dibatasi oleh rigi muscular yang berjalan
dari muara ureter yang satu ke muara ureter yang laindan disebut sebagai
plica interureterica, uvula vesicae merupakan tonjolan kecil terletak tepat
di belakang orificum urethrae yang disebabkan oleh lobus medius
prostate yang ada di bawahnya (Snell 2011).
Tunica Muscularis Vesica Urinaria terdiri atas otot polos yang
tersusun dalam tiga lapis yang saling berhubungan yang disebut sebagai
musculus detrusor vesicae. Pada collum vesicae, komponen sirkular
dari lapisan otot ini menebal membentuk musculus sphincter vesicae
(Snell 2011). Ligamentum-ligamentum Vesica Urinaria Collum vesicae
dipertahankan dalam posisinya pada laki-laki oleh ligamentum pubo
prostat.
8
Batas-batas Vesicae :
a) Pada Laki-laki
1) Keanterior: symphisis pubica, lemak retropubik, dan dinding
anterior abdomen.
2) Keposterior: vesica rectovesicalis peritonei, ductus deferens,
vesicula seminalis, fascia rectovesicalis, dan rectum.
3) Kelateral: di atas musculus obturator internus dan dibawah musculus
levatorani.
4) Kesuperior: cavitas peritonealis, lengkung ileum, dan colon
sigmoideum.
5) Keinferior: prostata
9
Gambar 4. Potongan sagital pelvis perempuan (Snell 2011)
Pendarahan/Vaskularisasi
a) Arteri
Arteri vesicalis superior dan inferior berasal dari trunkus anterior arteri
iliaka interna sebagai sumber utama suplai darah arterial. Suplai darah minor
berasal dari arteri obturatoria, glutea inferior dan pada wanita juga dari arteri
uterine dan vaginali
b) Vena
Vena-vena membentuk plexus pada permukaan lateral dan inferior buli.
Dengan demikian selama sistostomi suprapubik, struktur-struktur ini harus
dihindari pada saat membuka buli.
c) Pleksus Vesikalis Adalah kelanjutan dari pleksus venosus prostatikus pada
pria yang bermuara ke dalam vena iliaka interna (Shenoy 2014).
d) Limfatik
Kelenjar limfe iliaka interna merupakan level pertama kelenjar limfeserta
Kelenjar limfe obturatoria dan iliaka eksterna terlibat lebih lanjut (Shenoy
2014).
Persyarafan
Persyarafan vesica urinaria berasal dari plexus hypogastricus inferior. Serabut
post ganglionik simpatik berasal dari ganglion lumbal pertama dan kedua dan
berjalan turun ke vesica urinaria melalui plexus hypogastricus. Serabut pre
ganglionik parasimpatikus yang muncul sebagai nervisplanchnici pelvici dari
nervus sacralis kedua, ketiga, keempat berjalan melalui plexus hypogastricus
menuju ke vesica urinaria, di tempat iniserabut- serabut tersebut bersinaps dengan
neuron post ganglionik. Sebagian besar serabut aferen sensorik yang berasal dari
vesica urinaria menuju sistem saraf pusat melalui nervisplanchnici pelvici.
Sebagian serabut aferen berjalan bersama saraf simpatik melalui plexus
hypogastricus dan masuk ke medula spinalis setinggi segmen lumbalis pertama
dan kedua. Saraf simpatik menghambat kontraksi musculus detrusor vesicae dan
merangsang penutupan musculus sphincter vesicae. Saraf parasimpatik
10
merangsang kontraksi musculus detrusor vesicae dan menghambat kerja musculus
sphinctervesicae (Snell 2011).
Fisiologi Miksi
Kapasitas maksimum vesica urinaria orang dewasa adalah sekitar 500ml.
Miksi merupakan suatu kerja refleks yang pada orang dewasa normal dikendalikan
oleh pusat yang lebih tinggi di otak. Refleks berkemih mulai bila volume urin
mencapai kurang lebih 300 ml. Reseptor regangan di dalam dinding vesica urinaria
terangsang dan impuls tersebut diteruskan kesusunan saraf pusat,dan orang itu
mempunyai kesadaran ingin berkemih. Sebagian impuls naik ke atas melalui
nervisplanchnici pelvici dan masuk ke segmen sacralis kedua, ketiga, keempat
medulla spinalis. Sebagian impuls aferen berjalan bersama dengan saraf simpatik
yang membentuk plexus hypogastricus dan masuk segmen lumbalis pertama dan
kedua medula spinalis (Snell 2011).
Impuls eferen parasimpatik meninggalkan medula spinalis dari segmen
sacralis kedua, ketiga, dan keempat lalu berjalan melalui serabut-serabut
preganglionik parasimpatik dengan perantara nervi splanchnici pelvici dan
plexus hypogastricus inferior kedinding vesica urinaria, tempat nervus
tersebut bersinaps dengan neuron posganglionik. Melalui lintasan saraf ini,
otot polos dinding vesica urinaria (musculus detrusor vesicae) berkontraksi
dan musculus sphincter vesicae dibuat relaksasi, impuls eferen juga berjalan
ke musculus sphincter urethrae melalui nervus pudendus (S2,3, dan 4) dan
menyebabkan relaksasi. Bila urin masuk ke urethrae, impuls aferen
tambahan berjalan ke medula spinalis dari urethra dan memperkuat refleks.
Miksi dapat dibantu oleh kontraksi otot-otot abdomen yang menaikkan
tekanan intra abdominalis dan tekanan pelvicus sehingga timbul tekanan
dari luar pada dinding vesica urinaria (Snell 2011).
Pada anak kecil miksi merupakan refleks sederhana dan terjadi bila
vesica urinaria mengalami peregangan. Pada orang dewasa refleks regangan
sederhana ini dihambat oleh aktivitas cortex cerebri sampai waktu dan
tempat untuk miksi tersedia. Serabut-serabut inhibitor berjalan ke bawah
bersama tractus corticospinalis menuju segmen sacralis kedua, ketiga, dan
11
keempat medula spinalis. Kontraksi musculus sphincter urethrae yang
menutup urethra dapat dikendalikan secara volunter; dan aktivitas ini
dibantu oleh musculus sphincter vesicae yang menekan leher vesica
urinaria. Pengendalian miksi secara volunter normalnya berkembang pada
tahun kedua dan ketiga kehidupan (Snell 2011).
2. Pengertian
Kanker kandung kemih adalah kanker non agresif yang muncul pada lapisan sel
transisional kandung kemih. Kanker ini sifatnya kambuh. Dalam kasus yang lebih
sedikit, kanker kandung kemih ditemukan menginvasi lapisan lebih dalam dari
jaringan kandung kemih, kanker cenderung lebih agresif. Paparan zat kimia industri
(cat, tekstil), riwayat penggunaan cyclophosphamide, dan merokok meningkatkan
resiko kanker kandung kemih (Di Giulio,et al., 2007). Kanker kandung kemih
(karsinoma buli-buli) adalah kanker yang mengenai kandung kemih dan kebanyakan
menyerang laki-laki(Nursalam 2009).
3. Etiologi
a) Genetik
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain
seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko kanker
kandung kemih.
b) Life style
Mengkonsumsi makanan yang mengandung 4P (Pemanis, pewarna,
pengawet, penyedap rasa)
Merokok selama bertahun-tahun memiliki resiko lebih tinggi daripada orang
yang tidak merokok atau orang yang merokok dalam jangka waktu yang
pendek. Rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic dan
nitrosamine.
Sering mengkonsumsi kopi dalam jangka waktu lama
Riwayat Penyakit Sekarang
Infeski saluran kemih, ca colon, ca rnal, ca prostat, ca rectum.
Obat atau tindakan (cytoksan dan cyclofosfamid). Orang yang pernah
12
mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan tertentu seperti
cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker kandung kemih. Juga
orang yang pernah mendapatkan terapi radiasi di abdomen atau panggul
akan memiliki resiko.
c) Agent
Invasi kuman (parasit: schistozomiasis yang terdapat pada siput).
d) Environment
Berhunbungan dengan pekerjaan di pabrik kimia (terutama cat), pabrik
rokok, penyamak kulit dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan
karsinogen (senyawa ain aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan 4 aminobifamil).
Faktor Resiko kanker kandung kemih, antara lain: (Lyndon 2014)
Para pekerja di pabrik kimia (terutama cat), laboratorium pabrik korek api,
tekstil, pabrik kulit dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan
karsinogen (senyawa ain aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan 4
aminobifamil).
Perokok aktif karena rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin
aromatic dan nitrosamine.
Infeksi saluran kemih seperti E-coli dan proteus sp yang menghasilkan
nitrosamine sebagai zat karsinogen.
Sering mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan
siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid melalui intravesika,
fenasetin,opium, dan antituberkulosis INH dalam jangka waktu lama.
Kanker kandung kemih memiliki beberapa faktor resiko termasuk interaksi
antara latar belakang genetik dan faktor lingkungan dan merokok adalah
faktor resiko utama pemicu kanker kandung kemih (Cohen, et al., 2000
dalam Rouissi, et al., 2011), dan bertanggung jawab atas 50% kasus pada
pria dan 35% pada wanita (Zeegers,et al., 2000 dalam Rouissi, et al., 2011).
Asap rokok mengandung sejumlah xenobiotics termasuk oksidan dan radikal
bebas, sehingga asap rokok dapat menurunkan serum dan folat sel darah
merah dalam darah dan antioksidan vitamin B12 (Maninno, et al., 2003;
Tungtrongchitr, et al., 2003 dalam Rouissi,et al., 2011).
Sebagai tambahan laporan mengindikasikan bahwa konsentrasi total plasma
13
homocysteine lebih tinggi pada perokok daripada non perokok (Lwin, et al.,
2002; Saw, et al., 2001 dalam Rouissi. et al., 2011). Penemuan-penemuan
ini menunjukkan bahwa fungsi polimorfisme pada gen terlibat dalam
metabolisme folat dan tingkat serum dari vitamin B12 memiliki peranan
penting dalam perkembangan karsinogenesis kanker.
Penelitian menemukan bahwa faktor-faktor berikut beresiko terhadap
munculnya kanker kandung kemih (National Cancer Institute 2010):
Merokok merupakan faktor resiko utama untuk kanker kandung kemih.
Merokok merupakan penyebab utama dari beberapa kasus kanker
kandung kemih. Orang yang merokok selama bertahun-tahun memiliki
resiko lebih tinggi daripada orang yang tidak merokok atau orang yang
merokok dalam jangka waktu yang pendek.
Bahan-bahan kimia di tempat kerja. Orang-orang tertentu memiliki
resiko lebih tinggi karena bahan kimia penyebab kanker di tempat
mereka bekerja. Pekerja di industri pewarnaan, karet, kimia, logam,
tekstil,dan bulu, akan memiliki resiko terkena kanker kandung kemih.
Resiko lain juga muncul pada penata rambut, masinis, pekerja printer,
pengecat, dan supir truk.
Riwayat kanker kandung kemih. Orang-orang yang memiliki riwayat
kanker kandung kemih memiliki kemungkinan untuk kembali memiliki
penyakit yang sama.
Pengobatan kanker tertentu. Orang yang pernah mendapatkan
pengobatan kanker dengan obat-obatan tertentu seperti
cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker kandung kemih.
Juga orang yang pernah mendapatkan terapi radiasi di abdomen atau
panggul akan memiliki resiko.
Arsenik merupakan suatu racun yang mampu meningkatkan resiko
kanker kandung kemih. Dibeberapa bagian dunia, kadar arsenik
mungkin ditemukan tinggi pada air minum.
Riwayat keluarga dengan kanker kandung kemih.Keluarga yang
memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain seperti
kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko
14
kanker kandung kemih.
Infeksi Infeksi kronis saluran kencing dan infeksi dari parasit.
Haematobium juga dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker
kandung kemih, seringnya pada karsinoma sel skuamosa. Inflamasi
kronis juga diperkirakan memainkan peran penting pada proses
karsinogenesis pada kasus ini.
Faktor resiko lain yang menyebabkan kanker kandung kemih menurut
Wein, AJ (2012):
a) Pada karsinoma urothelial kandung kemih
Merokok
Paparan industri
Paparan zat kimia
Paparan cyclophosphamide
b) Pada karsinoma sel skuamosa kandung kemih:
Schistosomiasis, merupakan sebuah infeksi dari
Schistosoma haematobium
Batu pada saluran kemih, jika terjadi bertahun-tahun
Penggunaan kateter selama bertahun-tahun
Divertikula kandung kemih
c) Pada adenokarsinoma kandung kemih:
Sisa dari tindakan urachal
Neurogenic bladder
Metastasis dari malignansi primer
Ekstropi kandung kemih
Invasi tumor/kanker dari organ lain seperti kolon dan
ginjal
d) Penyebab lain yang jarang terjadi: Penggunaan analgesik
yang mengandung phenacetin.
Faktor resiko lain (Ferri 2014):
a) Kerusakan spinal cord disebabkan karena pasien neurogenic
15
bladder memerlukan drainase kandung kemih jangka panjang
dengan kateter Foley; iritasi kronis dari penggunaan jangka
panjang secara umum mengingkatkan resiko kanker kandung
kemih, khususnya karsinoma sel skuamosa.
b) Onkogenik berkaitan dengan kanker kandung kemih termasuk ras
keluarga dengan gene dan onkogenikras p21.
c) Tumor suppressor genes, termasuk p53 pada kromosom 17p;
gen Retinoblastoma (Rb) pada kromosom 13q; gen pada
kromosom 9: 9p21 dan 9q32-3
d) Bentuk Tumor
Tumor buli-buli dapat berbentuk, antara lain: (Yosef 2007)
Papiler
Tumor non invasif (in situ)
Noduler (infiltrat)
Campuran antara papiler dan infiltrat
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis pada kanker kandung kemih, antara lain:
1) Lokal
a) Obstruktif
Kencing sedikit: sebagai akibat dari tumbuhnya tumor yang menutup
aliran menuju uretra.
16
Hematuria: massa tumor memiliki sifat mudah ruptur dan sifat urin
adalah asam yang akan mengikis tumor tersebut sehingga akan terjadi
bleeding dan dikeluarkan melalui urin.
Pancaran melemah: karena adanya obtruksi sehingga kencing menjadi
sedikit dan mengakibatkan pancaran melemah.
b) Iritatif
Frekuensi: terjadi peningkatan frekuensi karena adanya retensi urine dan
pengisian kandung kemih secara kontinyu.
Urgensi
Nocturia ( jarang )
Urge incontinensia
Disuria
c) Sistemik
Anemia: sebagai akibat dari adanya hematuria sehingga tubuh
kekurangan Hb.
Hiperventilasi : karena tidak adanya Hb yang mengikat O2
sehingga mengakibatkan sesak napas.
Hipertensi: karena adanya gangguan pada fungsi ginjal sehingga
mengakibatkan aldosteron terganggu, pembuluh darah menjadi
vasokonstriksi sehingga muncul hipertensi.
Oedema: karena adanya gangguan pada renin angiotensin yang
berdampak pada pompa Na dan K, kemudian Na tidak dapat keluar
sehingga mengikat banyak air yang mengakibatkan oedema.
Manifestasi klinis dari kandung kemih, antara lain:
1) Hematuria
Hematuria dapat dibagi menjadi hematuria intermiten atau penuh, dan
dapat dinyatakan sebagai hematuria awal atau terminal hematuria,
sebagian dari pasien kanker kandung kemih akan ada pembuangan
gumpalan-gumpalan darah dan bangkai-bangkai busuk.
2) Iritasi kandung kemih
17
Tumor terbentuk di trigonum kandung kemih, lingkup patologi meluas
atau saat terjadi infeksi dapat menstimulasi sampai ke kandung kemih
sehingga menyebabkan fenomena sering buang air kecil dan urgen.
3) Gejala obstruktif saluran kemih
Tumor yang lebih besar, tumor pada leher kandung kemih dan
penyumbatan gumpalan darah akan menyebabkan buang air bahkan
sampai retensi urin. Infiltrasi tumor ke dalam lubang saluran kemih
dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih, sehingga menimbulkan
nyeri pinggang, hidronefrosis dan fungsi ginjal terganggu.
4) Gejala metastase
Invasi tumor stadium lanjut sampai ke jaringan kandung kemih
sekitarnya, organ lain atau metastasis kelenjar getah panggulsimpul,
akan menyebabkan nyeri di daerah kandung kemih, uretra fistula
vagina, dan edema ekstremitas bawah, metastasis sampai organ yang
lebih jauh, nyeri tulang dan cachexia.
Gambaran klinis dari kanker kandung kemih, antara lain: (Shenoy 2014)
1) Pada 90% kasus, gejala klinis yang awal adalah hematuria intermitten
yang tidak disertai nyeri.
2) Gejala klinis menyerupai sisititis yang hebat terjadi pada ulkus
karsinoma
3) Selanjutnya dapat kencing bercampur darah yang disertai nyeri
4) Stranguria adalah rasa nyeri saat miksi dengan perdarahan dan
pengososngan buli yang tidak lampias
5) Nyeri pinggang disebabkan oleh obstruksi ureter dengan hidronefrosis
6) Nyeri suprapubik, nyeri lipat paha, nyeri perineal disebabkan oleh
infiltrasi nervus. Keadaan ini menandakan bentuk tumor yang sudah
lanjut
5. Pemeriksaan Diagnostik
18
a) Palpasi Bimanual (Shenoy 2014)
Yaitu per reto-abdominal pada pria dan per vagino-abdominal pada wanita
dilakukan di bawah anastesi umum. Penebalan dinding buli, mobilitas, fiksasi,
dan keras tidaknya tumor dapat ditentukan. Palpasi bimanual dikerjakan dengan
narkose umum (supaya otot buli-buli relaks) pada saat sebelum dan sesudah
reseksi tumor TUR buli-buli. Jari telunjuk kanan melakukan colok dubur atau
colok vagina sedangkan tangan kiri melakukan palpasi buli-buli di daerah
suprasimfisis untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor. Kontribusi perawat
dalam pemeriksaan bimanual adalah untuk mengetahui apakah teraba tumor pada
dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi sesuai prosedur.
20
Hematuria dengan IVP yang normal
Gejala klinis saluran kemih bagian bawah
Sel maligna dalam sitologi urine
5) MRI
Dapat memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran
tumor. Jika tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk
dilakukan analisa. Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa
dilakukan sebagai persiapan pembedahan untuk memberikan
keterangan tambahan mengenai tumor dan arteri renalis.
6) Sistoskopi
Sitoskopi merupakan pemeriksaan gold standart untuk
menentukan lokasi lesi dan mengambil biopsi yang sangat diperlukan
untuk penatalaksanaan kasus lebih lanjut. Peran perawat yaitu
memantau adanya komplikasi pasca prosedur sistoskopi berupa
perdarahan, perforasi kandung kemih, dan infeksi. Perawat melakukan
observasi terhadap perubahan warna urin. Pasca dilakukan sistoskopi,
urin normalnya berwarna merah muda karena trauma saat
memasukkan instrumen, tetapi bila ada perdarahan nyata harus segera
dilaporkan. Perawat memantau kecukupan asupan cairan klien untuk
mencegah statis urin dan obstruksi darah beku. Perawat memantau
tanda-tanda vital klien secara teratur untuk mendeteksi dini potensi
adanya infeksi.
6. Penatalaksanaan
Hematuria
Dilakukan three way kateter untuk irigasi kandung kemih yang mengalami
perdarahan akibat massa dengan PZ 1000 cc. Monitoring irigasi , Monitoring balance
cairan urin yang di tampung pada urin bag dikurangi dengan cairan yang masuk
{PZ}), Evaluasi warna urin , Kondisi bladder
Oksigenasi karena kilen mengalami hiperventilasi
Transfusi + farmakologi (asam traneksamat serta vitamin K) untuk penatalksaan
21
perdarahan.
TURB-T (Trans-Urethral Resection of Bladder-Tumor)
Dilakukan reseksi untuk mengambil tumor. Jika terjadi perdarahan dilakukan
tindakan irigasi kandung kemih , jika urine tidak keluar , curiga adanya stone cell
dan tatalaksana dengan dilakukan spool.
Cystektomy radikal atau parsial
Sistektomi radikal yang diikuti dengan kemoterapi sistemik (MVAC-
Methotrexate, Vinblastine, Adriamycin, Cisplatin). Sistektomi radikal merupakan
pengangkatan buli dengan lemak perisistikserta prostat dan vesikula seminalis, uretra
pada priadan buli serta lemak perisistik, serviks, uuterus, kubah vagina anterior,
uretra dan ovarium pada wanita. Sistektomi radikal merupakan suatu operasi mayor
dengan angka mortalitas 3 sampai 8%.
Diversi Urine
Sistektomi radikal adalah pengangkatan kandung kemih dan jaringan
sekitarnya (pada pria berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran urine
dari ureter dialirkan melalui beberapa cara diversi urine, antara lain: (Yosef,
2007)
Uretrosigmoidostomi, yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam
sigmoid. Cara ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena banyak
menimbulkan penyulit.
Kondisi usus, yaitu mengganti kandung kemih dengan ileum sebagai
penampung urin, sengakan untuk mengeluarkan urine dipasang kateteer
menetap melalui sebuah stoma. Konduit ini diperkenalkan oleh Bricke
pada tahun 1950 dan saat ini tidak banyak dikerjakan lagi karena
dianggap tidak praktis.
Diversi urin kontinen, yaitu mengganti kandung kemih dengan segmen
ileum dengan membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urin pada
volume tertentu). Urin kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan
melakukan kateterisasi mandiri secara berkala. Cara diversi urin ini yang
terkenal adalah cara Kock pouch dan Indian pouch.
22
Diversi urin Orthotopic, adalah membuat neobladder dari segmen usus
yang kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa
lebih fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan tidak
memakai stoma yang dipasang di abdomen. Teknik ini pertama kali
diperkenalkan oleh Camey dengan berbagai kekurangannya dan
kemudian disempurnakan oleh Studer dan Hautmann.
Kemoterapi Intra Buli
Kemoterapi intravesika pasca bedah yaitu dengan Thiotepa/ Adriamycin
dan Mitomycin yang ditahan di sisi dalam kandung kemih selama 1 jam, 6-8
serial seperti ini dengan interval setiap seminggu diberikan untuk mengurangi
angka kekambuhan.
Kontrol Berkala
Semua pasien kanker kandung kemih harus mendapatkan pemeriksaan secara
berkala, dan secara rutin dialkukan pemeriksaan klinis, sitologi urine serta sistoskopi.
Jadwal pemeriksaan berkala itu pada: (Yosef 2007)
Tahun I dilakukan setiap 3 bulan sekali,
Tahun II setiap 4 bulan sekali, dan
Tahun III dan seterusnya setiap 6 bulan sekali
Tipe Histologi
Sebagian besar (±90%) tumor kandung kemih adalah karsinoma sel transisional.
Tumor ini bersifat multifokal, yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya
terdiri atas sel transisional, seperti di pielum, ureter, uretra posterior. Sedangkan
jenis yang lainnya adalah karsinoma sel skuamosa (±10%) dan adenokarsinoma
(±2%) (Nursalam 2009). Ada tiga kelompok adenokarsinoma pada kandung kemih,
yaitu:
Primer terdapat di kandung kemih, dan biasanya terdapat di dasar serta di
fundus kandung kemih. Pada beberapa kasus sistitis, glandularis kronis, dan
ekstrafia vesika pada perjalanannya lebih lanjut dapat mengalami degenerasi
menjadi adenokarsinoma kandung kemih.
24
Urakhus persisten (sisa duktus urakhus) yang mengalami degenerasi maligna
menjadi adenokarsinoma
Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ lain, diantaranya
prostat, rektum, ovarium, lambung, mamae, dan endometrium.. Prognosis
adenokarsinoma buli-buli ini sangat jelek. Karsinoma sel skuamosa terjadi
karena rangsangan kronis pada kandung kemih dan mengakibatkan sel epitel
mengalami metaplasia ganas. Rangsangan kronis ini terjadi karena:
Infeksi saluran kemih kronis
Batu kandung kemih
Kateter menetap yang dipasang dalam jangka waktu lama
Infestasi cacing Schistosomiasis pada kandung kemih
Pemakaian obat-obatan siklofosfamid secara intravesik
7. Klasifikasi Stadium
Klasifikasi Duke-Masina, Jewett dengan modifikasi Strong-Marshal untuk
menentukan operasi atau observasi (Jiang & Lizhong 2008)
T= Pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui:
Pemeriksaanklinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di
bawah Anestesi umum dan biopsy atau trans urethral reseksi.
Tis Carcinoma in situ (pre invasive Ca)
TX Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat
dilakukan
T0 Tanda-tanda tumor primer tidak ada
T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan massa yang bergerak
T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli
T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau massa nodular yang
bergerak bebas dapat diraba di buli-buli
T3a Invasi otot yang lebih dalam
T3b Perluasan lewat dinding buli-buli
25
T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam
abdomen
N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe,
pemeriksaan klinis, lympgraphy, urography, operative
NX Minimal yang ditetapkan kel.Lymfe regional tidak dapat ditemukan
N0 Tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar lymfe regional
N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
N2 Pembesaran kontra lateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional
yang multiple
N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang
bebas antaranya dan tumor
N4 Pembesaran kelenjar lymfe juxta regional
M=Metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh,
Pemeriksaan klinis ,thorax foto,dan test biokimia
MX Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya
metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 Adanya metastase jauh
M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b Metastase tunggaldalam satu organ yang tunggal
M1c Metastase multipledalam satu terdapat organ yang multiple
M1d Metastase dalam organ yang multiple
26
8. Patofisiologi
Menurut Amiruddin, kanker kandung kemih terjadi karena beberapa faktor yaitu,
usia Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50 tahun dan angka
kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan. Usia dapat menyebabkan imunitas
seseorang turun sehingga rentan terpapar oleh radikal bebas, selain itu lifestyle
seperti kebiasaan merokok dan bahan-bahan karsinogenik seperti pabrik jaket kulit
bagian pewarnaan. Kedua faktor ini akan masuk ke dalam sirkulasi darah daan masuk
ke dalam ginjal yang selanjutnya terfiltrasi di glomerulus. Radikal bebas bergabung
dengan urin secara terus menerus dan masuk ke kandung kemih. Selanjutnya terjadi
stagnasi radikal bebas, radikal bebas mengikat elektron DNA dan RNA sel
transisional sehingga terjadi kerusakan DNA. Apabila terjadi kerusakan DNA maka
tubuh akan malukan perbaikan DNA jika berhasil maka sela akan kembali normal,
jika tidak maka akan terjadi mutasi pada genom sel somatik. Mutasi dari genom sel
somatik ada 3 hal yang terjadi pertama adalah pengaktifan onkogen pendorong
pertumbuhan, kedua perubahan gen yang mengandalikan pertumbuhan dan yang
terakhir adalah pengnonaktifan gen supresor kanker. Ketiga hal tersebut
mengakibatkan produksi gen regulatorik hilang. Selanjutnya terjadi replikasi DNA
yang berlebih. Akhirnya terjadi kanker pada kandung kemih.
9. Web of Cautation
27
MK:
Resiko
Perdara 28
han
29
10. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Identitas klien
1) Usia: Menurut Brunner & Suddarth, 2004 Kanker kandung kemih lebih sering
terjadi pada orang dewasa berusia 50 sampai 70 tahun, usia rata-rata pada saat
diagnosis adalah 65 tahun, dan pada periode tersebut sekitar 75% dari kanker
kandung kemih terlokalisasi pada kandung kemih, 25% telah menyebar ke
kelenjar getah bening regional atau tempat yang jauh.
2) Jenis Kelamin: Pria memiliki resiko 3 kali lipat lebih besar dibanding dengan
wanita (Brunner & Suddarth 2004).
3) Pekerjaan: Pekerja di pabrik bahan kimia, penyamak kulit, pegawai salon,
pewarna, karet, minyak bumi, industri kulit, dan percetakan memiliki risiko
lebih tinggi. Karsinogenik yang spesifik meliputi benzidin, betanaphthylamine,
dan 4-aminobiphenyl. Perkembangan tumor dapat berlangsung lama (Emil
Tanagho dan Jack W. McAninch 2007).
4) Tempat Tinggal: Terdapat insiden kanker kandung kemih yang tinggi di banyak
negara di Afrika, terutama Mesir, terkait paparan parasit Schistosoma
haematobium, yang dapat ditemukan dalam kandungan air di negara-negara ini
(Connie Yarbro, dkk, 2010).
b. Keluhan Utama : Klien akan mengeluhkan hematuria.
c. Riwayat Penyakit Sekarang:
Kencing sedikit
Hematuria
Pancaran melemah
Frekwensi
Urgency
Nocturia (jarang)Urge inkontinencia
Dysuria
30
d. Riwayat Penyakit Dahulu:
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih, infeksi kronis saluran
kencing, dan infeksi dari parasit memiliki kemungkinan untuk kembali memiliki
penyakit yang sama (National Cancer Institute 2010).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga:
f. Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain
seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko
kanker kandung kemih (National Cancer Institute 2010).
g. Pengkajian Kesehatan Fungsional Gordon
1) Persepsi dan Penanganan Kesehata
Menggambarkan persepsi pasiendan manajemen dalam mempertahankan
kesehatan/kesejahteraan
Gambaran kesehatan secara umum dan saat ini,alasan kunjungan dan
harapan
gambaran terhadap sakit dan penyebabnya dan penanganan yang
dilakukan,
Kepatuhan terhadap pengobatan
Pencegahan/tindakan dalam menjaga kesehatan
Penggunaan obat resep dan warung
Penggunaan produk atau zat didalam kehidupan sehari-hari dan frekuensi
(misal : rokok, alkohol)
Penggunaan alat keamanan dirumah/sehari-hari, dan faktor resiko
timbulnya penyakit Gambaran kesehatan keluarga
2) Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit, kondisi
kulit; rambut;kuku;gigi, keadaan menyusui dan pola pemberian makan pada
infant
Gambaran yang biasa dimakan (Pagi,siang,sore,snack),
Tipe dan intake cairan,
Gambaran bagaimana nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang
mempengaruhi makan dan nafsu makan, Penggunaan obat diet
31
Makanan Kesukaan,
Pantangan,alergi,
Penggunaan suplemen makanan,
Gambaran BB, perubahan BB dalam 6-9 bln,
Perubahan pada kulit (lesi, kering, membengkak,gatal),
Proses penyembuhan luka (cepat-lambat)
Adakah faktor resiko terkait ulcer kulit (penurunan sirkulasi, defisit
sensori,penurunan mobilitas)
3) Eliminasi
Menggambarkan pola eksresi dari fungsi usus, kandung kemih&kulit
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat bantu
untukmiksi
Gambaran pola BAB, karakteritik
Penggunaan alat bantu
Bau Badan, Keringat berlebih,lesi dan pruritus
4) Aktivitas-Latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan
sirkulasi
Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari dan olahraga
Aktivitas saat senggang/waktu luan
Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri
dada,palpitasi,nyeri pada tungkai, gambarkan!
Gambaran dalam pemenuhan ADL
Level Fungsional (0-IV)
Kekuatan Otot (1-5)
5) Tidur-Istirahat
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energ
Berapa lama tidur dimalam hari
Jam berapa tidur-Bangun
Apakah terasa efektif
32
Adakah kebiasaan sebelum tidur
33
Apakah mempunyai kegiatan sosial?
9) Seksualitas – Reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi
Apakah kehidupan seksual aktif
Apakah menggunakan alat bantu/pelindung
Apakah mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan
seks
Khusus wanita : TMA, gambaran pola haid, usia
menarkhe/menopauseriwayat,kehamilan, masalah terkait dengan haid
10) Koping – Toleransi Stres
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan menggunakan sistem
pendukung
Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam bbrp thn terakhir
Dalam menghadapi masalah apa yang dilakukan?efektif?
Apakah ada orang lain tempat berbagi?apakah orang tersebut ada
sampai sekarang?
Apakah anda selalu santai/tegang setiap saat
Adakah penggunaan obat/zat tertentu
11) Nilai – Kepercayaan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam hidup
Apakah anda selalu mendapatkan apa yang diinginkan
Adakah tujuan,cita-cita,rencana di masa y.a.d
Adakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikut berpengaruh
Apakah agama merupakan hal penting
dalamhidup?GambarkanPemeriksaan fisik
Nyeri atau ketidak nyamanan : nyeri tekan abdomen, nyeri tekan pada
area ginjal pada saat palpasi, nyeri dapat digambarkan sebagai akut,
hebat, tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain
h. Pemeriksaan per sistem
B1(Breathing) Bisa ditemui pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu
napas, retraksi dada yang disebabkan karena hiperventilasi.
34
B2 (Blood) Fungsi renal terganggu dapat menyebabkan, gangguan pada fungsi
aldosteron yang menyebabkan vasokontriksi pembulu darah yang berakibat
pada hipertensi (peningkatan TD). Saat terjadi hematuria, maka banyak darah
yang dikeluarkan dan tubuh kekurangan Hb berdampak pada anemia
B3 (Brain)Kepala dan wajah tidak ada kelainan, pucat, mata: sklera icterus,
conjunctiva pucat, pupil isokor, leher tekanan vena jugularis normal. Persepsi
sensori tidak ada kelainan.
B4 (Bladder)
Inspeksi:
Obstruktif :Kencing sedikit, Hematuria, Pancaran melemah
Iritatif: Frekwensi, Urgency, Nocturia (jarang), Urge inkontinencia,
Dysuria
Auskultasi : arteri renalis ada bruit atau tidak
Palpasi : teraba massa supra sympisis, diameter 10 x 10 cm, keras,
fixed.
B5 (Bowel) Mulut dan tenggorok kering, agak merah (iritasi) disebabkan
adanya mual dan muntah pada klien kanker kandung kemih.
B6( Bone) Gangguan pada Renin-Angiotensin yang berakibat pada gangguan
pompa Na dan K, sehingga Na tidak dapat dikeluarkan yang menyebabkan
edema pada ekstermitas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Retensi Urine berhubungan dengan sumbatan saluran perkemihan
b. Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal
c. Resiko Perdarahan
d. Nyeri Kronis berhubungan dengan agen injuri
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1 Retensi Urine Defenisi retensi urine NIC 1 : Irigasi Kandung Kemih
berhubungan dengan adalah pengosongan Aktivitas
sumbatan saluran kandung kemih tidak 1. Jelaskan tindakan yang akan
perkemihan komplet dilakukan kepada pasien
35
Batasan Karkteristik NOC : Eliminasi urine 2. Observasi tindakan-tindakan
1. Distensi abdomen Kriteria Hasil pencegahan umum
2. Disuria 1. Pola eliminasi tidak 3. Tentukan apakah akan melakukan
3. Inkontinensia aliran terganggu irigasi terus menerus atau berkala
berlebih 2. Jumlah urine normal 4. Siapkan peralatan irigasi steril dan
4. Residu urine 3. Kandung kemih pertahankan teknik steril
5. sensasi kandung kosong sepenuhnya setiapkalitindakan
kemih penuh 4. Mengenali keinginan 5. Siapkan peralatan irigasi yang steril
6. sering berkemih untuk berkemih dan jaga teknik secara secara
5. Darah tidak terlihat protokol
dalam urine 6. Bersihkan sambungan kateter
6. Frekwensi berkemih dengan kapas alkohol
dalam batas normal 7. Monitor dan pertahankan
kecepatan aliran yang tepat
8. Catat jumlah cairan yang
digunakan, karakteristik cairan,
jumlah cairan yang keluar , dan
respon pasien sesuai dengan
prosedur tetap yang ada
36
ukuran
11. Pastikan kateter masuk jauh
kedalam kantung kemih
12. Isi balon kateter untuk menetapkan
kateter
13. Hubungnkan retensi kateter ke sisi
tempat tidur
14. Amankan kateter pada kulit dengan
plester
15. Monitor intake output
37
2.
Resiko Ketidakefektifan Defenisi resiko perfusi NIC 1 : Manajemen cairan
perfusi ginjal ginjal tidak efektif adalah Aktivitas
Faktor resiko berisiko mengalami 1. Pantau kadar serum elektrolit yang
1. Keganasan penurunan sirkulasi darah abnormal
2. Merokok terhadap ginjal yang 2. Monitor perubahan status paru dan
3. Penyakit ginjal dapat mengganggu jantung yang menunjukan
4. Trauma kelebihan cairan dan dehidrasi
kesehatan
3. Pantau adanya tanda dan gejala
overhidrasi yang buruk
NOC 1: Perfusi jaringan
4. Timbang berta badan harian
Kriteria Hasil 5. Berikan cairan yang sesuai
6. Berikan cairanpenganti naso
1. Aliran darah melalui
gastrik yang diresepkan
pembuluh ginjal
7. Monitor hasil laboratorium yang
normal
relevan dengan retensi cairan
2. Aliran darah melalui
8. Monitor status hemodinamik
pembuluh darah pada
9. Jaga pencatatan intake dan output
tingkat sel normal
10. Pantau adanya tanda dan gejala
retensi cairan
11. Monitor tanda-tanda vital
38
NOC 3 : Kontrol Resiko perbaiki setiap kesalahpahaman
Kriteria Hasil 6. Jelaskan perawatan dan
1. mengenali aktor resiko bagaimana kemajuan akan diukur
2. mengenali faktor dari 7. Identifikasi tanda dan gejala
peringatan dini sistem
lingkungan
hemodinamik yang
3. menjalankan strategi
dikompromikan
kontrol resiko dengan 8. Tentukan status perfusi
baik 9. Monitor adanya tanda dan gejala
4. mengunakan fasilitas masalah pada status perfusi
kesehatan dengan baik 10. Monitor dan catata tekanan darah
5. mengenali perubahan denyut nadi dan iraman
status kesehatan 11. Monitor kadar elektrolit
NIC 3: Kontrol Infeksi
Aktivitas
1. Bersihkan lingkungan dengan
baik setelah digunakan pasien
2. Ganti peralatan perawatan
perpasien sesuai protokol
3. Isolasi pasien yang terkena
penyakit menular
4. Batasi jumlah pengunjung
5. Anjurkan pasien mengenal
teknik untuk mencuci tangan
dengan tepat
6. Anjurkan pengunjung untuk
mencuci tangan pada saat
memasuki rungan dan
meninggalkan ruangan pasieN
7. Cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
pada paien
8. Pakai sarung tangan yang steril
dengan tepat
9. Jaga lingkungan yang aseptik
10. Jaga sistem yang tertutup saat
melakukan monitor
hemodinamik invasif
11. Dorong intake yang sesuai
3. T Perdarahan
Resiko Defenisi resiko NIC 1 :Pencegahan perdarahan
e resiko
Faktor perdarahan adalah Aktivitas
39
1. r Aneurisme beresiko penurunan 1. Monitor dengan ketat resiko
2. l Koagulsi inkoheren volume darah yang terjadinya perdarahan pada pasien
dapat mengganggu 2. Catat nilai hemoglobin dan
s kesehatan hematokrit sebelum dan sesudah
e N0C 1 : Keparahan pasien kehilangan darah
s kehilangan darah 3. Monitor tanda dan
u Kriteria Hasil gejalaperdarahan menetap
a 1. Hematuria tidak ada 4. Monitor komponen koagulasi
i 2. Penurunan darah
Haemoglobin tidak 5. Monitor tanda-tanda vital
p ada 6. Pertahankan agar pasien tetapt
r 3. Penurunan hematokrit tirah baring jika perdarahan masif
o tidak ada 7. Lindungi pasien dari truma yang
t 4. Kulit dan membarn dapat menyebabkan perdarahan
o mukosa tidak pucat 8. Lakukan prosedur invasif
k NOC 2 : Prilaku patuh : bersaam dengan pemberian
o transfusi trombosit
pengobatan yang
l 9. Hindari pengangkatan benda yang
disarankan
berat
Kriteria Hasil 10. Gunakan kasur yang terapeutik
1. Memperoleh obat 11. Cegah konstipasi
dengan benar
NIC 2 : Manajemen Obat
2. Minum obat sesuai
Aktivitas
dengan dosis
1. Tentukan obat apa yang diperlukan
3. Menghindari
dan kelola menurut resep
makanan dan
2. Tentukan kemampuan pasien untuk
minuman jika terjadi
mengobati diri sendiri cara yang
kontraindikasi
tepat
4. Memantau efek
3. Monitor efektifitas cara pemberia
samping obat
obat yang sesuai
5. Memantau efek
4. Monitor tanda dan gejala toksisitas
terapeutik obat
obat
6. Menyimpan obat
5. Monitor pasien mengenai efek
dengan benar
terapeutik obat
7. Memantau
6. Monitor efeksamping obat
kadarluasa
7. Monitor interaksi obat yang non
NOC 3 : Pemulihan
terapeutik
pembedahan 8. Bunag obat yang sudah kadaluarsa
Kriteria Hasil 9. Monitor respon terhadap perubahan
1. Stabilitas pengobatan dengan cara yang tepat
haemodinamik 10. Pertimbangkan faktor-faktor yang
2. Keseimbangan
40
elektrolit dapat menghalangi pasien untuk
3. Asupan cairan mengkonsumsi obat yang
4. Integrits jaringan diresepkan
5. Penyembuhan luka a. NIC 3 Pengajaran : prosedur/
perawatan
b. Aktivitas
1. Informasikan pada pasien kapan dan
dimana tindakan dilakukan
2. Tekankan kerahasiaan pasien pada
tim yang terlibat
3. Kaji pengalaman pasien sebelumnya
dan tingkatkan pengetahuan pasien
terkait tindakan yang akan
dilakukan
4. Jelaskan tujujan tindakan yang akan
dilakukan
5. Jelaskan prosedur dan penanganan
6. Ajarkan pasien jika pasian harus
berpartisipasi dalam setiap kegiatan
7. Jelaskan pentingnya beberapa
peralatan beserta fungsinya
8. Beritahu pasien pentingnya
pengukuran tanda-tanda vitalnya
9. Berikan informasi mengenai apa
yang akan didengar,dilihat dan
dirasakan
10. Informasikan pasien agar pasien
ikut terlibat dalam proses
penyembuhan
4.
Nyeri kronis Defenisi Nyeri kronis NIC 1: Pemberian analgetik
berhubungan dengan adalah pengalaman Aktivitas
agen injury sensori dan emosional 1. Tentukan lokasi,
Batasan Karakteristik: yang tidak menyenangkan karakteristik,kualitas dan
keparahan nyeri
1.Ekspresi wajah nyeri dan muncul akibat
2. Cek perintah pengobatan
2. Fokus pada diri kerusakan jaringan yang
melalui obat, dan dosis,
sendiri aktual dan potensial yang frekwensi obat analgeik yang
3. Hambatan di prediksi dan diresepkan
kemampuan berlangsung> 6 𝑏𝑙𝑛 3. Cek adanya riwayat alergi
meneruskan aktifitas NOC 1 : Kontrol nyeri 4. Evaluasi kemampuan pasien
KriteraHasil
41
4. keluhan tentang 1. Mengenali kapan untuk berperan serta dalam
intensitas mengunakan nyeri terjadi pemilihan anlagetik sesuai
standar instrumen nyeri 2. Mengunakan kebutuhan
5. keluhan tentang tindakan 5. Pilih analgesikyang sesuai
pencegahan 6. Pilih intravena dari pada
karakteristik nyeri
3. Mengunakan intramuskuler untuk injeksi jika
6. laporan tentang
analgesik yang di memungkinkan
prilaku /perunahan anjurkan 7. Monitor tanda vital sebelum
aktifitas 4. Melaporkan gejal pemberian analgetik
7. perubahan pola tidur ang tidak terkntrol 8. Berikan kebutuhan kenyaman
5. Menggunakan dan aktivitas yang dapat
sumber daya yang membantu penyembuhan
tersedia 9. Pertimbangkan pengunaaan
NOC 2 Tingkat nyeri infus yang terus menerus
Kriteria Hasil : 10. Evaluasi ke efektifan analgetik
1. Melaporkan nyeri NIC 2 Peningkatan koping
berkurang Aktivitas
2. Frekuensi nyeri 1. Bantu pasien dalam
berkurang mengidentifikasi tujuan jangka
3. Ekspresi wajah saat pendek dan tujuan jangka pajang
nyeri yang tepat
4. Tidak bisa 2. Bantu pasien memeriksa
beristirahat sumber-sumber yang tersedia
5. Posisi tubuh untuk memenuhi tujuan-
melindungi tujuannya
3. Bantu pasien untuk memecah
tujuan komplek menjadi lebih
kecil dengan langkah yang dapat
di kelola
4. Dukung hubungan dengan
pasien dengan orang yang
memiliki ketertarikan dan tujuan
yang sama
5. Bantu pasien untuk
menyelesaikan masalah dengan
cara yang konstruktif
6. Berikan penilaian mengenai
dampak dari situasi kehidupan
pasien dari perandan hubungan
yang ada
7. Dukung pasien untuk
42
mengidentifikasikan deskripsi
yang realistik terhadap adanya
perubahan dalam peran
8. Berikan penilaian mengenai
pemahaman pasien terhadap
proses penyakit
9. Berikan suasana penerimaan
10. Dukung kemampuan mengatasi
situasi secara berangsur-angsur
NIC 3 Manajemen nyeri
Aktivitas
1. Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi
lokasi,karakteristik onset/durasi,
frekwensi, kualitas, intensitas
/beratnya nyeri dan faktor
pencetus
2. Observasi adanya petunjuk
nonverbal mengenai
ketidaknyamanan
3. Pastikan perawatan analgetik
bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan ketat
4. Gali pengetahuan dan
kepercayaan pasien mengenai
nyeri
5. Tentukan dampak nyeri
terhadap kualitas hidup klien
(misalnya tidur, nafsu makan,
aktivitas, kognitif, suasana
hati, hubungan, kinerja kerja,
dan tanggung jawab peran).
6. Kontrol faktor lingkungan
yang mungkin menyebabkan
respon ketidaknyamanan klien
(misalnya temperature
ruangan, pencahayaan, suara).
7. Pilih dan terapkan berbagai
cara (farmakologi,
nonfarmakologi,
43
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
8. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
9. Pertimbangkan tipe dan
sumber nyeri ketika memilih
strategi penurunan nyeri
10. Gali pengunaan metode
farmakologi saat ini yang
dipakai pasien untuk
menurunkan nyeri
BAB III
1. PENGKAJIAN
DATA DASAR
Nama : Tn. G
Kesadaran : CMC
TTV
TD : 130/80
Nadi : 97 x/menit
Suhu : 36° C
Pernafasan : 19 x/menit
44
Nyeri : ya
Berat Badan : 55 Kg
Pembiayaan : BPJS
Pekerjaan : Sopir
1. RIWAYAT KESEHATAN
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Alasan Masuk pasien masuk melalui IGD RS. M. Djamil tanggal 30
september 2019 rujukan dari RSAM. Bukittinggi dengan keluhan BAK
berdarah dan nyeri saat BAK sejak 3 minggu sebelum masuk RS.
45
operasi ulang karena BAK masih tersendat. Selama ini pasien rutin berobat ke poli
bedah dan sudah dianjurkan pengangkatan buli, tetapi pasien menolak.
GENOGRAM
46
Persepsi terhadap penyakit:
Pasien mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya karena akibat dari kebiasaan dimasa
lalu, pasien perokok berat dan pasien memiliki kebiasaan minum kopi.
PENGGUNAAN:
Reaksi __-__________________________________________________________
B. POLA NUTRISI/METABOLISME
Diet/Suplemen Khusus : ML TKTP
( ) Makanan Cair
47
Penyembuhan AbNormal ( ) Ruam ( ) Kering ( ) Keringat berlebihan
Makan dan minum sebelum sakit Makan dan minum selama di rawat
C. POLA ELIMINASI
Pola Defekasi : Pola Urinasi :
Kesimpulan :
0 1 2 3 4
Makan/Minum √
48
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki Tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
555 555
Lain-lain ___________________________________________________________
( ) Protesis (Kanan_Kiri)
Vertigo: ( ) Ya ( √ ) Tidak
50
Ketidaknyamanan/Nyeri:( √ ) Ya ( ) Tidak ( )Akut ( ) Kronik
Kesimpulan :
Lain-lain anak
Kegiatan Sosial
Kesimpulan :
H. POLA SEKSUALITAS/REPRODUKSI
Tanggal Menstruasi Akhir (TMA): _____________________________
51
lain-lain:____________________________________________________________
Keluarga lebih fokus dalam perawatan dan aktivitas ADL pasien di rumah sakit. Tidak ada
masalah finansial.
J. POLA KEYAKINAN-NILAI
Agama: ( √ ) Islam ( ) Katolik Roma ( ) Protestan ( ) Hindu ( ) Budha
Kesimpulan :
Laboratorium :
Tanggal 6.10.2019
52
Hemoglobin : 9,9 g/dl
Leukosit : 10.180/ mm
Hematokrit : 30 %
Tanggal 8.10.2019
Hemoglobin : 10 g/dl
Leukosit : 8950/ mm
Hematokrit : 33 %
Tanggal 10.10.2019
AGD PH : 7.503
Saturasi : 97.6 %
Hct : 40 %
53
Leukosit : 14. 560 /mm
Hematokrit : 31 %
PEMERIKSAAN FISIK
N : 97 x/menit P : 24 x/menit
Dada
P : Sonor
54
Abdomen I : Membuncit/ Asites (-), Lesi (-), jejas (-)
P : Tympani
Rectal
Ekstremitas
Lain- lain -
Penatalaksanaan Medis :
55
Therapy obat 8.10.2019 Cefixime 2x200 mg (PO)
ANALISA DATA
56
Irigasi kateter terkadang
macet dan dilakukan spooling
dengan Nacl 0,9% 50cc
dengan spuit.
2. DS : Faktor resiko Resiko Ketidakefektifan
perfusi ginjal
Pasien mengatakan saat 1. Keganasan
kateter tersumbat pasien 2. Merokok
selain mengeluhkan nyeri 3. Penyakit ginjal
pada kandung kemih, juga 4. Trauma
disertai nyeri pada pinggang
atas kiri dan kanan.
Pasien mengatakan
sebelumnya di waktu sehat
memiliki riwayat perokok
aktif, dan memiliki kebiasaan
minum kopi untuk membuat
terjaga selama berprofesi
sebagai supir.
DO :
57
(Hipoksia)
PCO2 : 101.8 mmHg
Saturasi : 97.6 %
HCO3- : 17.7 mmol/L
(Alkalosis Respiratorik)
DO :
lancar
58
R : Pasien mengeluhkan nyeri
pada suprapubis
S : skala nyeri 6
DO :
59
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
RUANG RAWAT : CP
NANDA (Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan)
60
perkemihan keperawatan selama 3x 24 retensi 2. Observasi tindakan-tindakan
Batasan Karkteristik urin pasien teratasi dengan kriteria pencegahan umum
hasil: 3. Tentukan apakah akan melakukan
1. Distensi abdomen
irigasi terus menerus atau berkala
2. Disuria 1. Kandung kemih kosong
4. Siapkan peralatan irigasi sterildan
3. Inkontinensia secarapenuh
pertahankan teknik steril
aliran berlebih 2. Tidak ada residu urine >100-200
setiapkalitindakan
4. Residu urine cc
5. Siapkan peralatan irigasi yang
5. Sensasi kandung 3. Intake cairan dalam rentang
steril dan jaga teknik secara
kemih penuh normal
secara protocol
6. Sering berkemih 4. Bebas dari ISK
6. Bersihkan sambungan kateter
5. Tidak ada spasme bladder
dengan kapas alkohol
6. Balance cairan seimbang
7. Moor dan pertahankan kecepatan
aliran yang tepat
8. Catat jumlah cairan yang
digunakan, karakteristik cairan,
jumlah cairan yang keluar , dan
respon pasien sesuai dengan
prosedur tetap yang ada
b. Kateterisasi Urine
1. Jelaskan Prosedur dan
rasionalisasi katerisasasi
2. Pasang alat dengan tepat
3. Betikan privasi dan tutupi pasien
dengan baik untuk kesopanan
4. Pertahankan teknik aseptik yang
ketat
5. Posisikan pasien dengan tepat
6. Bersihakan daerah sekitar meatus
uretra
7. Masukan dengan lurus kateter
kedalam kandung kemih
8. Gunakan kateter sesuai dengan
61
ukuran
9. Pastikan kateter masuk jauh
kedalam kantung kemih
10. Isi balon kateter untuk
menetapkan kateter
11. Monitor intake output
62
Faktor resiko Setelah dilakukan asuhan 2. Monitor perubahan status paru
dan jantung yang menunjukan
5. Keganasan Selama........ketidakefektifan perfusi
kelebihan cairan dan dehidrasi
6. Merokok jaringan renal teratasi
3. Pantau adanya tanda dan gejala
7. Penyakit ginjal
dengan kriteria hasil: overhidrasi yang buruk
8. Trauma
4. Timbang berta badan harian
1. Tekanan systole dan diastole 5. Berikan cairan yang sesuai
dalam batas normal 6. Monitor hasil laboratorium yang
2. Tidak ada gangguan mental, relevan dengan retensi cairan
orientasi kognitif dan kekuatan 7. Monitor status hemodinamik
otot 8. Jaga pencatatan intake dan output
3. Na, K, Cl, Ca, Mg, BUN, Creat 9. Pantau adanya tanda dan gejala
dan Biknat dalam batas normal retensi cairan
4. Tidak ada distensi vena leher 10. Monitor tanda-tanda vital
Tidak ada bunyi paru tambahan
5. Intake output seimbang b. Pengaturan Hemodinamik
6. Tidak ada oedem perifer dan 1. Lakukan penilaian komprehensif
asites terhadap status hemodinamik
7. Tdak ada rasa haus yang 2. Gunakan beberapa parameter
abnormal untuk menentukan status klinis
63
denyut nadi dan iraman
10. Monitor kadar elektrolit
c. Kontrol Infeksi
1. Bersihkan lingkungan dengan
baik setelah digunakan pasien
2. Ganti peralatan perawatan
perpasien sesuai protokol
3. Isolasi pasien yang terkena
penyakit menular
4. Batasi jumlah pengunjung
5. Anjurkan pasien mengenal teknik
untuk mencuci tangan dengan
tepat
6. Anjurkan pengunjung untuk
mencuci tangan pada saat
memasuki rungan dan
meninggalkan ruangan pasien
7. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan pada paien
8. Pakai sarung tangan yang steril
dengan tepat
9. Jaga lingkungan yang aseptik
10. Jaga sistem yang tertutup saat
melakukan monitor hemodinamik
invasif
11. Dorong intake yang sesuai
64
3. Monitor tanda dan
gejalaperdarahan menetap
4. Monitor komponen koagulasi
darah
5. Monitor tanda-tanda vital
6. Pertahankan agar pasien tetapt
tirah baring jika perdarahan masif
7. Lindungi pasien dari truma yang
dapat menyebabkan perdarahan
8. Lakukan prosedur invasif
bersaam dengan pemberian
transfusi trombosit
9. Hindari pengangkatan benda
yang berat
10. Gunakan kasur yang terapeutik
11. Cegah konstipasi
b. Manajemen Obat
1. Tentukan obat apa yang
diperlukan dan kelola menurut
resep
2. Tentukan kemampuan pasien
untuk mengobati diri sendiri cara
yang tepat
3. Monitor efektifitas cara pemberia
obat yang sesuai
4. Monitor tanda dan gejala
toksisitas obat
5. Monitor pasien mengenai efek
terapeutik obat
6. Monitor efeksamping obat
7. Monitor interaksi obat yang non
terapeutik
8. Buang obat yang sudah
kadaluarsa
65
9. Monitor respon terhadap
perubahan pengobatan dengan
cara yang tepat
10. Pertimbangkan faktor-faktor yang
dapat menghalangi pasien untuk
mengkonsumsi obat yang
diresepkan
c. Pengajaran : prosedur/
perawatan
1. Informasikan pada pasien kapan
dan dimana tindakan dilakukan
2. Tekankan kerahasiaan pasien
pada tim yang terlibat
3. Kaji pengalaman pasien
sebelumnya dan tingkatkan
pengetahuan pasien terkait
tindakan yang akan dilakukan
4. Jelaskan tujujan tindakan yang
akan dilakukan
5. Jelaskan prosedur dan
penanganan
6. Ajarkan pasien jika pasian harus
berpartisipasi dalam setiap
kegiatan
7. Jelaskan pentingnya beberapa
peralatan beserta fungsinya
8. Beritahu pasien pentingnya
pengukuran tanda-tanda vitalnya
9. Berikan informasi mengenai apa
yang akan didengar,dilihat dan
dirasakan
10. Informasikan pasien agar pasien
ikut terlibat dalam proses
penyembuhan
66
4 Nyeri Kronik b/d agen a. Pain Level, b. Pemberian analgetik
cedera fisik (prosedur b. Pain control, 1. Tentukan lokasi,
pembedahan) c. Comfort level karakteristik,kualitas dan
Kriteria Hasil : keparahan nyeri
2. Cek perintah pengobatan
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu
melalui obat, dan dosis,
penyebab nyeri, mampu
frekwensi obat analgeik yang
menggunakan tehnik
diresepkan
nonfarmakologi untuk mengurangi
3. Cek adanya riwayat alergi
nyeri, mencari bantuan)
4. Evaluasi kemampuan pasien
2. Melaporkan bahwa nyeri
untuk berperan serta dalam
berkurang dengan menggunakan
pemilihan anlagetik sesuai
manajemen nyeri
kebutuhan
3. Mampu mengenali nyeri (skala,
5. Pilih analgesikyang sesuai
intensitas, frekuensi dan tanda
6. Pilih intravena dari pada
nyeri)
intramuskuler untuk injeksi jika
4. Menyatakan rasa nyaman setelah
memungkinkan
nyeri berkurang
7. Monitor tanda vital sebelum
5. Tanda vital dalam rentang normal
pemberian analgetik
8. Berikan kebutuhan kenyaman
dan aktivitas yang dapat
membantu penyembuhan
9. Pertimbangkan pengunaaan
infus yang terus menerus
10. Evaluasi ke efektifan analgetik
c. Peningkatan koping
1. Bantu pasien dalam
mengidentifikasi tujuan jangka
pendek dan tujuan jangka
pajang yang tepat
2. Bantu pasien memeriksa
sumber-sumber yang tersedia
untuk memenuhi tujuan-
tujuannya
67
3. Bantu pasien untuk memecah
tujuan komplek menjadi lebih
kecil dengan langkah yang
dapat di kelola
4. Dukung hubungan dengan
pasien dengan orang yang
memiliki ketertarikan dan
tujuan yang sama
5. Bantu pasien untuk
menyelesaikan masalah dengan
cara yang konstruktif
6. Berikan penilaian mengenai
dampak dari situasi kehidupan
pasien dari perandan hubungan
yang ada
7. Dukung pasien untuk
mengidentifikasikan deskripsi
yang realistik terhadap adanya
perubahan dalam peran
8. Berikan penilaian mengenai
pemahaman pasien terhadap
proses penyakit
9. Berikan suasana penerimaan
10. Dukung kemampuan mengatasi
situasi secara berangsur-angsur
d. Manajemen nyeri
11. Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi
lokasi,karakteristik
onset/durasi, frekwensi,
kualitas, intensitas /beratnya
nyeri dan faktor pencetus
12. Observasi adanya petunjuk
nonverbal mengenai
68
ketidaknyamanan
13. Pastikan perawatan analgetik
bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan ketat
14. Gali pengetahuan dan
kepercayaan pasien mengenai
nyeri
15. Tentukan dampak nyeri
terhadap kualitas hidup klien
(misalnya tidur, nafsu makan,
aktivitas, kognitif, suasana hati,
hubungan, kinerja kerja, dan
tanggung jawab peran).
16. Kontrol faktor lingkungan yang
mungkin menyebabkan respon
ketidaknyamanan klien
(misalnya temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
17. Pilih dan terapkan berbagai cara
(farmakologi, nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
18. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
19. Pertimbangkan tipe dan
sumber nyeri ketika memilih
strategi penurunan nyeri
20. Gali pengunaan metode
farmakologi saat ini yang
dipakai pasien untuk
menurunkan nyeri
69
CATATAN PERKEMBANGAN
RUANG RAWAT : CP
70
Keperawatan
71
5. Memonitor tanda-tanda vital Leukosit :10.180 /mm
6. Melakukan penilaian (↑)
komprehensif terhadap status Trombosit : 451. 000/mm
hemodinamik (↑)
7. Mengidentifikasi dan Hematokrit : 30 % (↓)
memonitor adanya tanda dan BAK Pasien terliaht
gejala masalah pada status hematuria
perfusi Ureum : 77mg/dl (↑)
8. Membersihkan lingkungan Kreatinin : 3,2 mg/dl (↑)
dengan baik setelah digunakan TD : 130/80 mmHg
pasien
Suhu : 36,2 ℃
9. Mengganti peralatan perawatan
Nadi : 97x/mnit
perpasien sesuai protokol
P : 21x/menit
10. Membatasi jumlah pengunjung
A : masalah belum
11. Menjaga lingkungan yang
teratasi
aseptik
P: Intervensi dilanjutkan
12. Mendorong intake yang sesuai
Resiko Perdarahan 1. Memonitor dengan ketat resiko S : pasien mengatakan bak pada
terjadinya perdarahan pada kantong kateter masih berdarah
pasien
O:
2. Mencatat nilai hemoglobin dan
hematokrit sebelum dan - leukosit :8950/mm
sesudah pasien kehilangan - Trombosi t : 530.000/mm
darah - Suhu : 36,2 ℃
3. Memonitor tanda dan A : masalah belum teratasi
gejalaperdarahan menetap
4. Melakukan prosedur invasif P : intervensi dilanjutkan
72
faktor yang dapat menghalangi
pasien untuk mengkonsumsi
obat yang diresepkan
7. Mengajarkan pasien jika pasian
harus berpartisipasi dalam
setiap kegiatan
8. Menjelaskan pentingnya
beberapa peralatan beserta
fungsinya
9. Memberitahu pasien pentingnya
pengukuran tanda-tanda
vitalnya
10. Memberikan informasi
mengenai apa yang akan
didengar,dilihat dan dirasakan
11. Menginformasikan pasien agar
pasien ikut terlibat dalam
proses penyembuhan
73
sumber nyeri ketika memilih O:
strategi penurunan nyeri
- Pasien terlihat meringis
6. Menggali pengunaan metode
sambil memegang perut
farmakologi saat ini yang
- Skala nyeri 6
dipakai pasien untuk
- Irigasi kateter tidak lancar
menurunkan nyeri dan
saat sumbatan nyeri terasa
mengajarkan teknik nafas
pasien
dalam untuk mengurangi nyeri
- TD : 130/80 mmHg
7. Mengecek perintah pengobatan
- Suhu : 37,2 ℃
melalui obat, dan dosis,
- Nadi : 97x/mnit
frekwensi obat analgeik yang
- P : 21x/menit
diresepkan
8. Memberikan terapi analgetik
Ketorolac 3x1 Amp (Intravena/ P : Masalah belum teratasi
Bolus)
9. Memonitor tanda vital sebelum A : Intervensi dilanjutkan
pemberian analgetik
10. Mengevaluasi ke efektifan
analgetik
11. Memberikan penilaian
mengenai pemahaman pasien
terhadap proses penyakit
12. Memberi dukungan
kemampuan mengatasi situasi
secara berangsur-angsur kepada
pasien
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
74
9/10/19 Retensi Urine 1. Melakukan Irigasi Kandung S : Pasien mengeluhkan
20.30 berhubungan dengan Kemih/ spooling dengan NaCL kandung kemih terasa penuh dan
sumbatan saluran 0,9 % disertai nyeri.
perkemihan 2. Menentukan apakah akan
O:
melakukan irigasi terus
menerus atau berkala Urin spooling terlihat urin
3. Mencatat jumlah cairan yang berwarna merah pekat
digunakan, karakteristik cairan, Terlihat masih terpasang
jumlah cairan yang keluar , dan irigasi kandung kemih
respon pasien sesuai dengan dengan Nacl 0,9% dengan
prosedur tetap yang ada jumlah cairan yang telah
4. Pertahankan teknik aseptik di spooling sebanyak 10
yang ketat saat spooling/ irigasi kolf atau sekitar 5000 cc
kandung kemih dan masih di lanjutkan.
5. Memposisikan pasien dengan A : masalah belum
tepat saat spolling
6. Memonitor intake output teratasi
75
hemodinamik (↑)
6. Mengidentifikasi dan Trombosit : 451. 000/mm
memonitor adanya tanda dan (↑)
gejala masalah pada status Hematokrit : 30 % (↓)
perfusi BAK Pasien terliaht
7. Mengganti peralatan perawatan hematuria
perpasien sesuai protokol Ureum : 77mg/dl (↑)
8. Menjaga lingkungan yang Kreatinin : 3,2 mg/dl (↑)
aseptik TD : 138/110 mmHg
9. Mendorong intake yang sesuai Suhu : 36,2 ℃
Nadi : 80 x/mnit
P : 22x/menit
A : masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Resiko Perdarahan 1. Memonitor dengan ketat resiko S : pasien mengatakan bak pada
terjadinya perdarahan pada kantong kateter masih berdarah
pasien O:
2. Mencatat nilai hemoglobin dan
- leukosit :8950/mm
hematokrit sebelum dan
- Trombosi t : 530.000/mm
sesudah pasien kehilangan
- Suhu : 36,2 ℃
darah
A : masalah belum teratasi
3. Memonitor tanda dan
P : intervensi dilanjutkan
gejalaperdarahan menetap
4. Melakukan prosedur invasif
bersaam dengan pemberian
transfusi trombosit PRC 1 Unit
5. Memonitor respon terhadap
perubahan pengobatan dengan
cara yang tepat
6. Mempertimbangkan faktor-
faktor yang dapat menghalangi
pasien untuk mengkonsumsi
obat yang diresepkan
76
7. Mengajarkan pasien jika pasian
harus berpartisipasi dalam
setiap kegiatan
8. Menjelaskan pentingnya
beberapa peralatan beserta
fungsinya
9. Memberitahu pasien pentingnya
pengukuran tanda-tanda
vitalnya
10. Memberikan informasi
mengenai apa yang akan
didengar,dilihat dan dirasakan
77
mengajarkan teknik nafas saat sumbatan nyeri terasa
dalam untuk mengurangi nyeri pasien
7. Mengecek perintah pengobatan - TD : 138/110 mmHg
melalui obat, dan dosis, - Suhu : 36,2 ℃
frekwensi obat analgeik yang - Nadi : 80 x/mnit
diresepkan - P : 22x/menit
8. Memberikan terapi analgetik
Ketorolac 3x1 Amp (Intravena/
P : Masalah belum teratasi
Bolus)
9. Memonitor tanda vital sebelum A : Intervensi dilanjutkan
pemberian analgetik
10. Mengevaluasi ke efektifan
analgetik
11. Memberi dukungan
kemampuan mengatasi situasi
secara berangsur-angsur kepada
pasien
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
78
10/10/19 Retensi Urine 1. Melakukan Irigasi Kandung S : Pasien mengeluhkan
20.30 berhubungan dengan Kemih/ spooling dengan NaCL kandung kemih terasa penuh dan
sumbatan saluran 0,9 % disertai nyeri.
perkemihan 2. Menentukan apakah akan
O:
melakukan irigasi terus
menerus atau berkala Terpasang threeway
3. Mencatat jumlah cairan yang cateter, warna urin merah
digunakan, karakteristik cairan, pekat.
jumlah cairan yang keluar , dan Urin spooling terlihat urin
respon pasien sesuai dengan berwarna merah pekat
prosedur tetap yang ada Terlihat masih terpasang
4. Pertahankan teknik aseptik irigasi kandung kemih
yang ketat saat spooling/ irigasi dengan Nacl 0,9% dengan
kandung kemih jumlah cairan yang telah
5. Memposisikan pasien dengan di spooling sebanyak 13
tepat saat spolling kolf atau sekitar 6500 cc
6. Memonitor intake output dan masih di lanjutkan.
7. Mempertahankan kepatenan
A : masalah belum
sistem kateter urine
8. Membersihkan daerah kulit teratasi
secara berkala P: Intervensidilanjutkan
9. Mengganti alat drainase secara
berkala
10. Mencatat karakteristik drainase
urine
Resiko 1. Memantau kadar serum S: Pasien mengatakan saat
Ketidakefektifan elektrolit yang abnormal kateter tersumbat pasien selain
perfusi ginjal 2. Memonitor hasil laboratorium mengeluhkan nyeri pada
yang relevan dengan retensi kandung kemih, juga disertai
cairan nyeri pada pinggang atas kiri
3. Menjaga pencatatan intake dan dan kanan.
output
DO :
4. Pantau adanya tanda dan gejala
retensi cairan Hemoglobin : 10.4
5. Memonitor tanda-tanda vital gr/dl
79
6. Melakukan penilaian Leukosit : 14.560 /mm
komprehensif terhadap status Trombosit: 454.000/mm
hemodinamik Hematokrit : 31 %
7. Mengidentifikasi dan BAK Pasien terlihat
memonitor adanya tanda dan hematuria pada urin bag
gejala masalah pada status Ureum : 77mg/dl (↑)
perfusi Kreatinin : 3,2 mg/dl (↑)
8. Membersihkan lingkungan
TD : 140/80 mmHg
dengan baik setelah digunakan
Suhu : 36,9 ℃
pasien
Nadi : 101 x/mnit
9. Mengganti peralatan perawatan
P : 24x/menit
perpasien sesuai protokol
PH :
10. Membatasi jumlah pengunjung
7.503
11. Menjaga lingkungan yang
PO2 : 22.3 mmHg
aseptik
(Hipoksia)
12. Mendorong intake yang sesuai
PCO2 : 101.8 mmHg
Saturasi : 97.6 %
HCO3- : 17.7 mmol/L
(Kesan Alkalosis
Respiratorik)
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Resiko Perdarahan 1. Memonitor dengan ketat resiko S : pasien mengatakan bak pada
terjadinya perdarahan pada kantong kateter masih berdarah
pasien O:
2. Mencatat nilai hemoglobin dan
- Hemoglobin : 10.4 gr/dl
hematokrit sebelum dan
- Leukosit : 14.
sesudah pasien kehilangan
560 /mm
darah
- Trombosit : 454.000/mm
3. Memonitor tanda dan
- Hematokrit : 31 %
80
gejalaperdarahan menetap - Suhu : 36,9 ℃
4. Melakukan prosedur invasif A : masalah belum teratasi
bersaam dengan pemberian P : intervensi dilanjutkan
transfusi trombosit
5. Memonitor respon terhadap
perubahan pengobatan dengan
cara yang tepat
6. Mempertimbangkan faktor-
faktor yang dapat menghalangi
pasien untuk mengkonsumsi
obat yang diresepkan
7. Mengajarkan pasien jika pasian
harus berpartisipasi dalam
setiap kegiatan
8. Menjelaskan pentingnya
beberapa peralatan beserta
fungsinya
9. Memberitahu pasien pentingnya
pengukuran tanda-tanda
vitalnya
10. Memberikan informasi
mengenai apa yang akan
didengar,dilihat dan dirasakan
11. Menginformasikan pasien agar
pasien ikut terlibat dalam
proses penyembuhan
81
pencahayaan, suara). T : nyeri hilang timbul
3. Memiilih dan menerapkan Pasien mengatakan nyeri
berbagai cara (farmakologi, pada area kandung kemih/
nonfarmakologi, interpersonal) buli-buli sudah terjadi
untuk meringankan nyeri. sejak desember 2018, dan
4. Mengajarkan prinsip-prinsip disertai susah untuk BAK
manajemen nyeri
5. Menggali pengunaan metode
farmakologi saat ini yang
dipakai pasien untuk O:
menurunkan nyeri dan
mengajarkan teknik nafas - Pasien terlihat meringis
82
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
83
yang relevan dengan retensi kandung kemih, juga disertai
cairan nyeri pada pinggang atas kiri
3. Menjaga pencatatan intake dan dan kanan.
output
DO :
4. Pantau adanya tanda dan gejala
retensi cairan Hemoglobin : 10.4 gr/dl
5. Memonitor tanda-tanda vital
6. Melakukan penilaian Leukosit : 14. 560 /mm
Resiko Perdarahan 1. Memonitor dengan ketat resiko S : pasien mengatakan bak pada
terjadinya perdarahan pada kantong kateter masih berdarah
pasien
O:
2. Mencatat nilai hemoglobin dan
hematokrit sebelum dan - leukosit :8950/mm
sesudah pasien kehilangan - Trombosi t : 530.000/mm
darah - Suhu : 36,2 ℃
3. Memonitor tanda dan A : masalah belum teratasi
gejalaperdarahan menetap
4. Melakukan prosedur invasif P : intervensi dilanjutkan
84
bersaam dengan pemberian
transfusi trombosit
5. Memonitor respon terhadap
perubahan pengobatan dengan
cara yang tepat
6. Mempertimbangkan faktor-
faktor yang dapat menghalangi
pasien untuk mengkonsumsi
obat yang diresepkan
7. Mengajarkan pasien jika pasian
harus berpartisipasi dalam
setiap kegiatan
8. Menjelaskan pentingnya
beberapa peralatan beserta
fungsinya
9. Memberitahu pasien pentingnya
pengukuran tanda-tanda
vitalnya
10. Memberikan informasi
mengenai apa yang akan
didengar,dilihat dan dirasakan
11. Menginformasikan pasien agar
pasien ikut terlibat dalam
proses penyembuhan
85
berbagai cara (farmakologi, pada area kandung kemih/
nonfarmakologi, interpersonal) buli-buli sudah terjadi
untuk meringankan nyeri. sejak desember 2018, dan
4. Mengajarkan prinsip-prinsip disertai susah untuk BAK
manajemen nyeri
5. Menggali pengunaan metode
O:
farmakologi saat ini yang
dipakai pasien untuk - Pasien terlihat meringis
menurunkan nyeri dan sambil memegang perut
mengajarkan teknik nafas - Skala nyeri 5
dalam untuk mengurangi nyeri - Irigasi kateter tidak lancar
6. Memberikan terapi analgetik saat sumbatan nyeri terasa
Ketorolac 3x1 Amp (Intravena/ pasien
Bolus) - TD : 130/80 mmHg
7. Memonitor tanda vital sebelum - Suhu : 37,2 ℃
pemberian analgetik - Nadi : 97x/mnit
8. Mengevaluasi ke efektifan - P : 24x/menit
analgetik
9. Memberikan penilaian
mengenai pemahaman pasien P : Masalah belum teratasi
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
86
12/10/19 Retensi Urine 1. Melakukan Irigasi Kandung S : Pasien mengeluhkan
20.30 berhubungan dengan Kemih/ spooling dengan NaCL kandung kemih terasa penuh dan
sumbatan saluran 0,9 % disertai nyeri.
perkemihan 2. Menentukan apakah akan
O:
melakukan irigasi terus
menerus atau berkala Terpasang threeway
3. Mencatat jumlah cairan yang cateter, warna urin agak
digunakan, karakteristik cairan, kemerah-merahan
jumlah cairan yang keluar , dan Urin spooling terlihat urin
respon pasien sesuai dengan berwarna merah pekat
prosedur tetap yang ada Terlihat masih terpasang
4. Pertahankan teknik aseptik irigasi kandung kemih
yang ketat saat spooling/ irigasi dengan Nacl 0,9% dengan
kandung kemih jumlah cairan yang telah
5. Memposisikan pasien dengan di spooling sebanyak 22
tepat saat spolling kolf atau sekitar 11000 cc
6. Memonitor intake output dan masih di lanjutkan.
7. Mempertahankan kepatenan
A : masalah belum
sistem kateter urine
8. Membersihkan daerah kulit teratasi
secara berkala P: Intervensi dilanjutkan
9. Mengganti alat drainase secara
berkala
10. Mencatat karakteristik drainase
urine
11. Mengosongkan alat drainase
urine secara berkala
87
output DO :
4. Pantau adanya tanda dan gejala
Hemoglobin : 10.4 gr/dl
retensi cairan
5. Memonitor tanda-tanda vital Leukosit : 14. 560 /mm
6. Melakukan penilaian
komprehensif terhadap status Trombosit : 454.
hemodinamik 000/mm
7. Mengidentifikasi dan
Hematokrit : 31 %
memonitor adanya tanda dan
gejala masalah pada status BAK Pasien terliaht
perfusi hematuria
8. Membersihkan lingkungan Ureum : 77mg/dl (↑)
dengan baik setelah digunakan Kreatinin : 3,2 mg/dl (↑)
pasien TD : 125/80 mmHg
9. Mengganti peralatan perawatan Suhu : 37,4 ℃
perpasien sesuai protokol Nadi : 96x/mnit
10. Membatasi jumlah pengunjung P : 20x/menit
11. Menjaga lingkungan yang A : masalah belum
aseptik teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Resiko Perdarahan 1. Memonitor dengan ketat resiko S : pasien mengatakan bak pada
terjadinya perdarahan pada kantong kateter masih berdarah
pasien O:
2. Mencatat nilai hemoglobin dan Hemoglobin : 10.4 gr/dl
hematokrit sebelum dan
Trombosit :454.000/mm
sesudah pasien kehilangan
darah Hematokrit : 31 %
3. Memonitor tanda dan
gejalaperdarahan menetap - Suhu : 36,2 ℃
transfusi trombosit
5. Memonitor respon terhadap
perubahan pengobatan dengan
88
cara yang tepat
6. Mempertimbangkan faktor-
faktor yang dapat menghalangi
pasien untuk mengkonsumsi
obat yang diresepkan
7. Mengajarkan pasien jika pasian
harus berpartisipasi dalam
setiap kegiatan
8. Menjelaskan pentingnya
beberapa peralatan beserta
fungsinya
89
dalam untuk mengurangi nyeri - TD : 125/80 mmHg
7. Mengecek perintah pengobatan - Suhu : 37,4 ℃
melalui obat, dan dosis, - Nadi : 96x/mnit
frekwensi obat analgeik yang - P : 20x/menit
diresepkan
8. Memberikan terapi analgetik
P : Masalah belum teratasi
Ketorolac 3x1 Amp (Intravena/
Bolus) A : Intervensi dilanjutkan
9. Memonitor tanda vital sebelum
pemberian analgetik
10. Mengevaluasi ke efektifan
analgetik
11. Memberikan penilaian
mengenai pemahaman pasien
terhadap proses penyakit
12. Memberi dukungan
kemampuan mengatasi situasi
secara berangsur-angsur kepada
pasien
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
90
13/10/19 Retensi Urine 1. Melakukan Irigasi Kandung S : Pasien mengeluhkan
20.30 berhubungan dengan Kemih/ spooling dengan NaCL kandung kemih terasa penuh dan
sumbatan saluran 0,9 % disertai nyeri.
perkemihan 2. Menentukan apakah akan
O:
melakukan irigasi terus
menerus atau berkala jumlah Terpasang threeway
caairan spooling di batasi cateter, warna urin merah
3. Mencatat jumlah cairan yang pekat.
digunakan, karakteristik cairan, Urin spooling terlihat urin
jumlah cairan yang keluar , dan berwarna merah pekat
respon pasien sesuai dengan Terlihat masih terpasang
prosedur tetap yang ada irigasi kandung kemih
4. Memposisikan pasien dengan dengan Nacl 0,9% dengan
tepat saat spolling jumlah cairan yang telah
5. Memonitor intake output di spooling sebanyak 24
6. Mempertahankan kepatenan kolf atau sekitar 12000 cc
sistem kateter urine dan masih di lanjutkan.
7. Membersihkan daerah kulit
A : masalah belum
secara berkala
8. Mengganti alat drainase secara teratasi
berkala P: Intervensidilanjutkan
9. Mencatat karakteristik drainase
urine, mdan engosongkan alat
drainase urine secara berkala
Resiko 1. Memantau kadar serum S: Pasien mengatakan saat
Ketidakefektifan elektrolit yang abnormal kateter tersumbat pasien selain
perfusi ginjal 2. Memonitor hasil laboratorium mengeluhkan nyeri pada
yang relevan dengan retensi kandung kemih berkurang, juga
cairan disertai nyeri pada pinggang atas
3. Menjaga pencatatan intake dan kiri dan kanan.
output
DO :
4. Pantau adanya tanda dan gejala
retensi cairan Hemoglobin : 10.4 gr/dl
5. Memonitor tanda-tanda vital
6. Melakukan penilaian Leukosit : 14. 560 /mm
91
komprehensif terhadap status Trombosit : 454. 000/mm
hemodinamik
Hematokrit : 31 %
7. Mengidentifikasi dan
memonitor adanya tanda dan BAK Pasien terliaht
gejala masalah pada status hematuria
perfusi Ureum : 77mg/dl (↑)
8. Membersihkan lingkungan Kreatinin : 3,2 mg/dl (↑)
dengan baik setelah digunakan
TD : 120/70 mmHg
pasien
Suhu : 37,2 ℃
9. Mengganti peralatan perawatan
Nadi : 90 x/mnit
perpasien sesuai protokol
P : 21x/menit
10. Membatasi jumlah pengunjung
A : masalah belum
11. Menjaga lingkungan yang
aseptik teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Resiko Perdarahan 1. Memonitor dengan ketat resiko S : pasien mengatakan bak pada
terjadinya perdarahan pada kantong kateter masih berdarah
pasien
O:
2. Mencatat nilai hemoglobin dan
hematokrit sebelum dan Hemoglobin : 10.4 gr/dl
sesudah pasien kehilangan
darah Leukosit : 14. 560 /mm
92
7. Menjelaskan pentingnya
beberapa peralatan beserta
fungsinya
8. Memberikan informasi
mengenai apa yang akan
didengar,dilihat dan dirasakan
93
terhadap proses penyakit
A : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
94
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 8 Oktober 2019 didapatkan
data bahwa Tn. G umur 62 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 30
September 2019 melalui IGD dengan keluhan BAK berdarah dan nyeri
saat BAK sejak 3 minggu sebelum masuk RS. Saat dilakukan pengkajian,
pasien mengeluh BAK berdarah, pasien menggunakan kateter tiga jalur
saluran kencing, warna urin merah. Pasien mengeluh nyeri pada saat
irigasi kateter tidak lancar. Nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 6.
Pasien post operasi cytoscopy tanggal 2 oktober 2019.
Menurut teori penyebab terjadinya Ca. Buli-buli diantaranya adalah
genetik, life style (merokok, sering mengkonsumsi kopi, makanan yang
mengandung pemanis, pengawet), infeksi saluran kemih, obat atau
tindakan, agent (invasi kuman), Lingkungan (pekerja di pabrik kimia,
laboratorium) (Lyndon, 2014). hal ini sesuai dengan kebiasaan pasien
yaitu pasien punya kebiasaan merokok dan minum kopi.
Alasan masuk pada teori Ca. Buli-buli biasanya klien masuk runah
sakit dengan keluhan utama Hematuria, kencing sedikit, pancaran
melemah dan nyeri saat BAK.. Pada kasus ditemukan pasien mengeluh
BAK berdarah, nyeri pada saat BAK.
Hasil pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada Tn. G adalah
Hb 10 g/dl, leukosit 8950/mm3, trombosit 530.,000/mm3, hematocrit
33%, ureum 77 mg/dl, kreatinin 3,2 mg/dl, pemeriksaan AGD didapatkan
hasil Ph 7.503, PCO2 101,8 mmhg, PO2 22,3 mmHg, Saturasi O2 97,6 %.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Retensi urine berhubungan dengan sumbatan saluran perkemihan.
Diagnosa retensi urine berhubungan dengan sumbatan saluran
perkemihan ditegakkan karena klien mengeluh kandung kemih tersa
penuh dan disertai nyeri saat BAK. Didata objektif didapatkan pasien
terpasang kateter tiga jalur warna urine merah pekat, terpasang irigasi
95
kandung kemih dengan Nacl 0,9%. irigasi kateter terkadang macet dan
dilakukan spooling dengan Nacl 0,9 %.
2. Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal b/d keganasan
Diagnosa ini ditegakkan karena pasien mengeluh nyeri pada
pinggang dan saat BAK dan didata objektif ditemukan nilai ureum 77
mg/dl dan kreatinin 3,2 mg/dl dimana nilai ini meningkat dari nilai
normal. Hal ini juga menjadi indikator terjadinya gangguan pada
ginjal.
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren
Diagnosa ini ditegakkan karena pasien mengalami gross hematuri ec
Ca. Buli-buli, pasien terpasang kateter 3 jalur dan urine berwana
merah darah. Pasien tampak pucat, konjungtiva anemis, Hb 10 g/dl,
trombosit 530.000/mm, hematokrit 33%.
4. Nyeri kronik berhubungan dengan infiltrasi tumor
Diagnosa ini ditegakkan karena pasien mengeluh nyeri dibagian supra
pubis, nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 6 , nyeri
dirasakan hilang timbul, pasien tampak meringis, TD : 130/80 mmHg,
N : 97x/i, P : 24x/i.
c. Intervensi Keperawatan
Langkah ketiga dari proses keperawatan adalah perencanaan.
Perencanaan keperawatan terdiri dari tujuan dan tindakan yang akan
dilakukan. Sesuai standar terminology asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini, maka tujuan yang direncanakan dari suatu diagnose
yang dipilih dari Nursing Outcome Classification (NOC) (Nanda NIC
NOC,2015) dari semua intervensi yang ada di teoritis tidak semuanya
dilakukan, terkait dengan kondisi klien keterbatasan alat dan waktu
96
1. Retensi urine berhubungan dengan sumbatan saluran
perkemihan.
A. Irigasi Kandung Kemih
1. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
2. Observasi tindakan-tindakan pencegahan umum
3. Tentukan apakah akan melakukan irigasi terus menerus atau
berkala
4. Siapkan peralatan irigasi sterildan pertahankan teknik steril
setiapkalitindakan
5. Siapkan peralatan irigasi yang steril dan jaga teknik secara secara
protocol
6. Bersihkan sambungan kateter dengan kapas alkohol
7. Monitor dan pertahankan kecepatan aliran yang tepat
8. Catat jumlah cairan yang digunakan, karakteristik cairan, jumlah
cairan yang keluar , dan respon pasien sesuai dengan prosedur tetap
yang ada
A. Kateterisasi Urine
1. Jelaskan Prosedur dan rasionalisasi katerisasasi
2. Pasang alat dengan tepat
3. Betikan privasi dan tutupi pasien dengan baik untuk kesopanan
4. Pertahankan teknik aseptik yang ketat
5. Posisikan pasien dengan tepat
6. Bersihakan daerah sekitar meatus uretra
7. Masukan dengan lurus kateter kedalam kandung kemih
8. Gunakan kateter sesuai
97
1. Pantau kadar serum elektrolit yang abnormal
2. Monitor perubahan status paru dan jantung yang menunjukan
kelebihan cairan dan dehidrasi
3. Pantau adanya tanda dan gejala overhidrasi yang buruk
4. Timbang berta badan harian
5. Berikan cairan yang sesuai
6. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan
7. Monitor status hemodinamik
8. Jaga pencatatan intake dan output
9. Pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan
11.Monitor tanda-tanda vital
B. Pengaturan Hemodinamik
1. Lakukan penilaian komprehensif terhadap status hemodinamik
2. Gunakan beberapa parameter untuk menentukan status klinis pasien
3. Monitor dan dokumentasikan tekanan nadi
4. Berikan pemeriksaan fisik berkala pada populasi beresiko
5. Kurangi kecemasan dengan memberikan informasi akurat dan
perbaiki setiap kesalahpahaman
6. Jelaskan perawatan dan bagaimana kemajuan akan diukur
7. Identifikasi dan Monitor adanya tanda dan gejala masalah pada status
perfusi
8. Tentukan status perfusi
9. Monitor dan catata tekanan darah denyut nadi dan iraman
10. Monitor kadar elektrolit
C. Kontrol Infeksi
1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan pasien
2. Ganti peralatan perawatan perpasien sesuai protokol
3. Isolasi pasien yang terkena penyakit menular
4. Batasi jumlah pengunjung
98
5. Anjurkan pasien mengenal teknik untuk mencuci tangan dengan tepat
6. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki
rungan dan meninggalkan ruangan pasien
7. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien
8. Pakai sarung tangan yang steril dengan tepat
9. Jaga lingkungan yang aseptik
10. Jaga sistem yang tertutup saat melakukan monitor hemodinamik
invasif
11. Dorong intake yang sesuai
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren
A. Pencegahan perdarahan
1. Monitor dengan ketat resiko terjadinya perdarahan pada pasien
2. Catat nilai hemoglobin dan hematokrit sebelum dan sesudah pasien
kehilangan darah
3. Monitor tanda dan gejalaperdarahan menetap
4. Monitor komponen koagulasi darah
5. Monitor tanda-tanda vital
6. Pertahankan agar pasien tetapt tirah baring jika perdarahan masif
7. Lindungi pasien dari truma yang dapat menyebabkan perdarahan
8. Lakukan prosedur invasif bersaam dengan pemberian transfusi trombosit
9. Hindari pengangkatan benda yang berat
10. Gunakan kasur yang terapeutik
11. Cegah konstipasi
B. Manajemen Obat
1. Tentukan obat apa yang diperlukan dan kelola menurut resep
2. Tentukan kemampuan pasien untuk mengobati diri sendiri cara yang tepat
3. Monitor efektifitas cara pemberia obat yang sesuai
4. Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
5. Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
6. Monitor efeksamping obat
7. Monitor interaksi obat yang non terapeutik
99
8. Buang obat yang sudah kadaluarsa
9. Monitor respon terhadap perubahan pengobatan dengan cara yang tepat
10. Pertimbangkan faktor-faktor yang dapat menghalangi pasien untuk
mengkonsumsi obat yang diresepkan
C. Pengajaran : prosedur/ perawatan
1. Informasikan pada pasien kapan dan dimana tindakan dilakukan
2. Tekankan kerahasiaan pasien pada tim yang terlibat
3. Kaji pengalaman pasien sebelumnya dan tingkatkan pengetahuan pasien
terkait tindakan yang akan dilakukan
4. Jelaskan tujujan tindakan yang akan dilakukan
5. Jelaskan prosedur dan penanganan
6. Ajarkan pasien jika pasian harus berpartisipasi dalam setiap kegiatan
7. Jelaskan pentingnya beberapa peralatan beserta fungsinya
8. Beritahu pasien pentingnya pengukuran tanda-tanda vitalnya
9. Berikan informasi mengenai apa yang akan didengar,dilihat dan
dirasakan
10. Informasikan pasien agar pasien ikut terlibat dalam proses penyembuhan
4. Nyeri kronis b/d infiltrasi tumor
A. Pencegahan perdarahan
1. Monitor dengan ketat resiko terjadinya perdarahan pada pasien
2. Catat nilai hemoglobin dan hematokrit sebelum dan sesudah pasien
kehilangan darah
3. Monitor tanda dan gejalaperdarahan menetap
4. Monitor komponen koagulasi darah
5. Monitor tanda-tanda vital
6. Pertahankan agar pasien tetapt tirah baring jika perdarahan masif
7. Lindungi pasien dari truma yang dapat menyebabkan perdarahan
8. Lakukan prosedur invasif bersaam dengan pemberian transfusi trombosit
9. Hindari pengangkatan benda yang berat
10. Gunakan kasur yang terapeutik
11. Cegah konstipasi
100
B.Manajemen Obat
1. Tentukan obat apa yang diperlukan dan kelola menurut resep
2. Tentukan kemampuan pasien untuk mengobati diri sendiri cara yang
tepat
3. Monitor efektifitas cara pemberia obat yang sesuai
4. Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
5. Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
6. Monitor efeksamping obat
7. Monitor interaksi obat yang non terapeutik
8. Buang obat yang sudah kadaluarsa
9. Monitor respon terhadap perubahan pengobatan dengan cara yang tepat
10. Pertimbangkan faktor-faktor yang dapat menghalangi pasien untuk
mengkonsumsi obat yang diresepkan
101
Untuk diagnosa keperawatan tersebut penulis sudah melakukan
beberapa tindakan keperawatan yang telah disusun sebelumnya
sesuai dengan kondisi klien. Implementasi yang dilakukan yaitu
melakukan irigasi kandung kemih / spooling Nacl 0,9 %, mencatat
jumlah cairan yang digunakan, karakteristik cairan yang keluar dan
respon pasien, pertahankan teknik aseptik yang ketat saat spooling,
mengatur posisi pasien saat spooling, membersihkan daerah kulit
secara berkala, mengganti alat drainase secara berkala, mencatat
karakteristik drainase urine, mengosongkan alat drainase secara
berkala.
102
4. Nyeri kronik b/d infiltrasi tumor
Untuk diagnosa keperawatan tersebut penulis sudah melakukan
beberapa tindakan keperawatan yang telah disusun sebelumnya
sesuai dengan kondisi klien. Implementasi yang dilakukan yaitu
mengkaji lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri,
mengontrol faktor lingkungan yang mungkin menyebabkan respon
ketidaknyamanan pasien, memilih dan menerapkan berbagai cara
untuk meringankan nyeri, mengajarkan prinsip-prinip manajmen
nyeri, memberikan terapi analgetik sesusi program dan
mengevaluasi keefektifan analgetik.
e. Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk menentukan perkembangan kesehatan
klien, menilai efektifitas tindakan keperawatan yang diberikan. Berikut
evaluasi yang dilakukan terhadap implementasi yang dilakukan
adalah:
103
resiko ketidakefektifan perfusi ginjal belum teratasi P: Intervensi
dilanjutkan
c. Resiko perdarahan
Diagnosa tersebut muncul pada tanggal 8 Oktober 2019 dan pada
tanggal 12 Oktober 2019 hasil evaluasi S: pasien mengatakan pada
urine pada kantong kateter masih berdarah O: Hb 10,4 gr/dl,
trombosit 454. 000/mm, Hematokrit 31%, suhu 36,2 A: Masalah
resiko perdarahan belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan
104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
105
makalah ini, maka perawat seyogyanya mengerti dan memahami akan medikasi.
Ssehingga perawat dapat mengimplementasikannya dalam proses penanganan
terhadap pasien. Maka asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien akan
berjalan dengan baik dan maksimal.
106
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Di Giulio, M, Jackson, D, dan Keogh, J. 2007. Medical- Surgical Nursing,
Demystified: A Self-Teaching Guide. USA: The MC Graw-Hill Companies
Ferri, FF. 2014. Ferri’s Clinical Advisor 2014. USA: MosbyInc
NANDA International, 2015. Diagnosa Keperawatan Defensi Dan Klasifikasi. Jakarta : EGC
Nursing Outcomes Classification (NOC), 2016. Pengukuran outcomes Kesehatan. Edisi 5,
Elsener Singapore Pte.Ltd.
Nursing Intervention Classification (NIC), 2016. Edisi 6, Elsener Singapore Pte.Ltd.
Nursalam & Batticaca, FB. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan System Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Saputra, Lyndon. 2011. Master Plan Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher
Shenoy, K. Rajgopal dan Anita N. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah Jilid Satu.
Tangerang: Karisma Publishing Group
Snell, RS. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC
Wein, AJ, Kavaoussi, LR, Novick, AC, Partin, AW, Peters, CA. 2012.Campbell-
Walsh Urology Tenth Edition. USA: Saunders
107