Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Percobaan pada Praktikum ini dilakukan untuk menentukan nilai kp, ka,pka, dank p
Percobaan ini menggunakan fase air berupa larutan dapar (asam sitrat dan natrium hydrogen
fosfat) dan fase organik berupa heksan . larutan dapar ini memiliki sifat yang mampu
mempertahankan pH, meskipun ditambahkan sedikit asam ataupun basa. pH yang digunakan
pada percobaan kali ini adalah pH 4, pH 5, dan pH 6. Tujuan pengaturan pH yaitu untuk
optimalisasi penetapan kadar salisilat dengan pereaksi ferri nitrat (Sudjadi dan Abdul, 2018)
sehingga dapat mengetahui pengaruh pH terhadap koefisien partisi. Koefisien partisi sangat
mempengaruhi kecepatan absorbsi obat. Semakin besar koefisien partisi suatu obat, maka
semakin cepat pula obat tersebut terabsorbsi karena sebagian besar obat larut dalam lemak.
Begitu pula sebaliknya, obat-obat yang sukar larut dalam lipid memiliki koeisien partisi yang
kecil.
Asam salisilat merupakan asam lemah dengan nilai pKa 8,2 dan bila berada di dalam air
akan terdisosiasi menjadi bentuk terion dan tak terion. Jumlah bentuk terion dan tak terion
salisilamid dipengaruhi oleh pH saluran cerna (1,5-7) dan pH kulit (4-6). Dari persamaan
Henderson-Hasselbach dapat diketahui bahwa Asam salisilat akan memiliki bentuk tak terion
lebih banyak pada pH asam. Kemampuan senyawa obat menembus membran biologis ditentukan
oleh bentuk tak terion dan dapat digambarkan dengan nilai koefisien partisi.

Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah spektrofotometri yaitu suatu metode
analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detector fototube. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum
Lambert-Beer, bila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya
tersebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian lagi dipancarkan. Larutan yang akan diuji
absorbansinya dimasukkan kedalam kuvet yaitu wadah larutan sampel yang dimasukkan ke
dalam spektofotometer.
Percobaan dilakukan dengan memasukkan larutan induk asam salisilat ke dalam tabung.
Kemudian ditambahkan heksan dan divortex. Apabila tercapai kesetimbangan pada tabung,
campuran akan terpisahkan dan membentuk dua lapisan atau dua fase zat cair yang tidak
bercampur. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan sifat dari kedua fase tersebut, dimana
heksan merupakan fase organik sedangkan larutan induk (dapar dan asam salisilat) merupakan
fase air yang memiliki kepolaran yang lebih tinggi dari fase organik. Senyawa polar tidak dapat
bercampur dengan senyawa non polar. Lapisan heksan berada dibagian bawah karena massa
jenis heksan lebih ringan daripada massa jenis fase air.
Fase air ditambahkan dengan larutan feri nitrat. Tujuan penambahannya adalah untuk
membentuk kompleks warna agar dapat dilakukan pembacaan absorbansi pada spektrofotometer
visibel. Terbentuk reaksi kompleks warna antara asam salisilat dengan feri nitrat sehingga
menghasilkan warna ungu. Namun pada praktikum tidak terjadi perubahan warna. Hal ini
dikarenakan …..Kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam spektrofotometer untuk
dihitung nilai absorbansinya. Untuk pembacaan absorbansinya hanya menggunakan fase airnya
saja, karena fase air dalam tabung merupakan campuran dari obat salisilat dengan ionnya dan
untuk mempermudah pengambilan cairan. Sebelum dibaca absorbansinya larutan didiamkan
terlebih dahulu, tujuannya agar asam salisilat dapat membentuk kompleks seluruhnya dengan feri
nitrat.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh pH terhadap nilai log koefisien partisi
(P) senyawa salisilamid dalam oktanol/larutan dapar pada berbagai pH (2,0; 3,0; 4,0; 5,0; 6,0;
7,0; 8,0; 9,0; dan 10,0). Penentuan koefisien partisi dilakukan dalam campuran n-heksan dan
dapar berbagai pH (pH 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; 6,0; 7,0; 8,0; 9,0; dan 10,0) dengan kadar 0,02 M. Dari
data absorban yang diperoleh dapat diketahui kadar Asam salisilat dalam fase air dan nilai log
koefisien partisinya dapat dihitung. Nilai log koefisien partisi (P) salisilamid pada pH 2,0; 3,0;
4,0; 5,0; 6,0; 7,0; 8,0; 9,0; dan 10,0 berturut-turut adalah 1,06; 1,06; 1,05; 1,04; 1,04; 0,84; 0,75;
-0,35; dan -0,68.
Absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi dan pH karena semakin besar
konsentrasi dan pH maka semakin besar absorbansi atau cahaya yang bisa diserap. Hal ini dapat
dibuktikan dari grafik yang diperoleh dibawah ini.
Hubungan Konsentrasi
Asam Salisilat (ppm)
terhadap Absorbansi
2
Absorbansi

1
0
5 10 15 20 25
Konsentrasi Asam Salisilat (ppm)

Dari grafik diatas membuktikan bahwa konsentrasi asam salisilat berbanding lurus
dengan tingkat absorbansinya. Artinya semakin tinggi konsentrasi asam salisilat, maka semakin
besar nilai absorbansinya. Grafik yang diperoleh ini sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu
semakin besar konsentrasi maka semakin besar absorbansinya. Tetapi yang praktikan dapatkan
pada konsentrasi 10 ppm absorbansinya menurun atau lebih rendah daripada absorbansi pada
konsentrasi 5 ppm. Hal ini dapat terjadi mungkin karena adanya kesalahan-kesalahan dan kurang
teliti dalam melakukan praktikum.

Hubungan pH
terhadap absorbansi
1
Absorbansi

0.5

0
4 5 6
pH

Dari grafik diatas membuktikan bahwa pH berpengaruh terhadap absorbansi. pH juga


berbanding lurus dengan nilai absorbansinya. Artinya semakin tinggi pH, maka semakin besar
nilai absorbansinya. Grafik yang diperoleh ini sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu semakin
besar pH maka semakin besar absorbansinya.

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan yaitu :
 Semakin besar pH suatu larutan semakin besar koefisien partisinya.
 Semakin besar pH suatu larutan semakin besar absorbansinya.
 Nilai pH berbanding lurus dengan koefisien partisi.
 Nilai pH berbanding lurus dengan absorbansinya.
 Absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi, makin tinggi konsentrasinya maka makin
tinggi pula absorbansinya.

Anda mungkin juga menyukai