Anda di halaman 1dari 11

79

Optimasi Jumlah Katalis KOH dan NaOH


pada Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit Menggunakan Kopelarut

Optimizing the Amount of KOH and NaOH Catalyst on Biodiesel Preparation from
Palm Oil Using Co-solvent

Abdullah, Jaka Darma Jaya, Rodiansono


Program Studi Kimia FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
Jln. A. Yani Km 36, Banjarbaru – Kalimantan Selatan
e-mail: abdullah.ssi.msi@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian optimasi jumlah katalis dalam reaksi transesterifikasi


pembuatan biodiesel dari minyak sawit menggunakan petroleum benzin sebagai
kopelarut. Transesterifikasi minyak sawit yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan
untuk melihat pengaruh penambahan katalis terhadap kualitas biodiesel serta untuk
menentukan jumlah optimum katalis KOH atau NaOH yang ditambahkan pada reaksi
transesterifikasi. Reaksi transesterifikasi dilakukan dengan mencampurkan 50 ml
minyak sawit dengan 12,8 ml metanol (rasio mol 1:6) menggunakan 20 ml kopelarut
petroleum bensin teknis (70-90oC) dan variasi jumlah katalis KOH dan NaOH masing-
masing: 0; 0,25; 0,375; 0,5; 0,625; dan 0,75 g. Reaksi dilakukan pada temperatur 60 oC.
Berdasarkan hasil transesterifikasi yang dilakukan, diperoleh jumlah optimum katalis
KOH adalah sebesar 0,75 g dengan sifat fisik, antara lain viskositas (5,7099 cSt), berat
jenis (0,8666 g/ml) dan bilangan asam (0,1662 mg KOH/g) memenuhi standar biodiesel
(ASTM). Sedangkan jumlah optimum katalis NaOH adalah sebesar 0,625 g dengan sifat
fisik seperti viskositas (4,6367 cSt), berat jenis (0,8611 g/ml) dan bilangan asam (0,2255
mg KOH/g) telah memenuhi standar biodiesel (ASTM).

Kata kunci: transesterifikasi, minyak sawit, katalis, KOH, NaOH

ABSTRACT

A research on optimizing the amount of catalyst on palm oil transesterification


using petroleum benzin as cosolvent had been done. The aim of this research was to
know the influence of catalyst addition towards the quality of biodiesel and to determine
optimum amount of catalyst added in the reaction. The transesterification reaction
carried out by mixing 50 ml palm oil with 12.8 ml methanol (1:6 molar ratios) using 20 ml
technical grade petroleum benzin solvent (70-90 oC). KOH or NaOH catalyst were added
to the reaction for 0; 0,25; 0,375; 0,5; 0,625; and 0,75 g respectively. From the research,
it was obtained that the optimum amount for each catalyst obtained is 0,75 g for KOH
and 0,625 for NaOH. Physical properties of product with 0,75 g KOH catalyst already
meet the ASTM biodiesel standard with viscosity (5,7099 cSt), density (0,8666 g/ml) and
acid number (0,1662 mg KOH/g). Physical properties of the product with 0,625 g NaOH
catalyst already meet the ASTM biodiesel standard with viscosity (4,6367 cSt), density
(0,8611 g/ml) and acid number (0,2255 mg KOH/g).

Keywords: transesterification, palm oil, catalyst, KOH, NaOH

Optimasi Jumlah Katalis KOH dan NaOH… (Abdullah dkk)


80

PENDAHULUAN Rudolf Diesel pada tahun 1985 dengan


menjadikan minyak nabati sebagai
Ketersediaan bahan bakar minyak
bahan bakar diesel, yang pada
bumi semakin hari semakin terbatas.
perkembangan selanjutnya dilakukan
Sebagai gambaran, cadangan minyak
secara lebih intensif, sehingga akhirnya
bumi di laut utara diperkirakan akan
dikenal dengan teknologi biodiesel.
habis pada tahun 2010. Indonesia
Minyak nabati relatif mudah
merupakan salah satu negara yang
dikembangkan, dapat diperbarui dan
memenuhi kebutuhan minyak bumi
mempunyai potensi energi yang cukup
dengan mengimpornya dari negara lain.
besar sebagai bahan bakar mesin diesel
Salah satu bentuk produk minyak bumi
(Schwab et al., 1997).
yang sekarang banyak dibutuhkan baik
Suatu proses yang selama ini
untuk industri maupun transportasi
digunakan untuk menghasilkan biodiesel
adalah minyak solar (petrodiesel). Oleh
dari CPO adalah metode
karena itu, diperlukan upaya
transesterifikasi. Melalui metode ini
pengembangan bahan bakar alternatif
trigliserida yang merupakan suatu ester
yang dapat memberikan kontribusi pada
diubah ke dalam bentuk ester lain (alkil
pemenuhan kebutuhan minyak solar
ester asam lemak bebas) melalui
Indonesia (Hariyadi et al., 2005).
petukaran bagian alkoksida yang
Penggunaan minyak nabati
dikandungnya (Schuchardt et al., 1998).
sebagai bahan bakar merupakan salah
Reaksi transesterifikasi dapat
satu upaya alternatif yang bisa
digambarkan sebagai berikut:
dilakukan. Studi ini diawali oleh
O
H 2C O C R1
H 2C OH
- O
CH O C R2 + 3 ROH
CH OH + 3 RCO OR'
O
H 2C O C R3
H 2C OH
Trigliserida Alkohol
Gliserol Alkil ester
R'= R 1= R 2= R 3

Gambar 1. Reaksi pembentukan alkil ester (biodiesel) dari suatu trigliserida

Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 79 - 89


81

Alkil ester ini dapat digunakan yang diperlukan pada pembuatan


sebagai bahan pengganti minyak diesel biodiesel ini. Selain itu, penelitian ini
dan sering disebut biodiesel. Pada juga bertujuan untuk mengidentifikasi
perkembangannya, teknik pembuatan senyawa kimia yang terkandung dalam
biodiesel mulai mengarah pada biodiesel dari minyak sawit.
keterlibatan suatu kopelarut dalam
campuran reaksinya. Transesterifikasi
menggunakan kopelarut ini mulai dikaji METODE PENELITIAN
oleh Krisnangkura & Simamaharnnof Bahan
(1990) dalam (Mittelbach & Remschmit, Bahan-bahan yang digunakan pada
2004) , Boocock & Gavin (2004), dan penelitian ini adalah minyak kelapa sawit
kemudian diikuti oleh Kovacs et al. (CPO) dari PT. Sinar Mas Group (Tanah
(2005). Perbedaan mendasar dari Bumbu, Kalimantan Selatan), metanol p.a
penelitian yang dilakukan ini terletak (Merck), KOH p.a (Ajax Chemicals),
pada macam kopelarut yang digunakan. NaOH p.a (Ajax Chemicals), isopropil
Katalis yang biasa digunakan pada alkohol p.a (Merck), gliserol teknis (Ajax
transesterifikasi trigliserida adalah Chemicals), indikator phenolphtalein,
katalis basa, seperti KOH dan NaOH. H3PO4 (Ajax Chemicals), Na2SO4 p.a
Sebagai katalis, KOH dan NaOH (Ajax Chemicals) dan akuades
memiliki beberapa kelebihan yaitu, nilai (Laboratorium Dasar FMIPA UNLAM).
konversi yang tinggi, tidak bersifat
Alat
korosif seperti katalis asam, lebih aman
(Schuchardt et al., 1998) dan relatif lebih Alat-alat yang digunakan pada
murah dibandingkan katalis basa lain, penelitian ini adalah alat-alat gelas, labu bulat
misalnya alkoksida (Mittelbach & leher tiga (Duran) dan perangkat
Remschmit, 2004). distilasi fraksinasi (Duran), alat
Pada penelitian ini akan dikaji sentrifugasi, termometer (pyrex),

pembuatan biodiesel dengan bahan baku pengaduk magnet, neraca analitik

minyak sawit menggunakan prinsif-prinsif (Ohaus), alat distilasi, piknometer

pembuatan biodiesel yang dikembangkan (Duran) dan viskometer (Duran), dan


oleh Kovacs et al. (2005). GCMS.
Pengamatan secara khusus
dimaksudkan untuk mengetahui
pengaruh jumlah katalis pada Cara Kerja
transesterifikasi minyak sawit dan untuk Transesterifikasi minyak sawit
menentukan jumlah optimum katalis
menggunakan kopelarut

Optimasi Jumlah Katalis KOH dan NaOH… (Abdullah dkk)


82

Transesterifikasi dilakukan dengan dikaji pengaruh jumlah katalis yang


mencampurkan minyak sawit dan ditambahkan terhadap kualitas biodiesel
metanol dengan perbandingan mol 1:6. yang dihasilkan. Selain itu akan
Kopelarut ditambahkan ke dalam minyak ditentukan juga jumlah optimum masing-
sawit dan metanol, agar interaksi masing katalis (KOH atau NaOH) yang
keduanya lebih kuat. Katalis yang diperlukan pada reaksi transesterifikasi
digunakan adalah katalis basa, yaitu minyak sawit. Variasi percobaan yang
KOH dan NaOH. Pada penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut
Tabel 1. Keperluan jumlah masing-masing katalis

Minyak Metanol Kopelarut Katalis


KOH NaOH
50 ml 12,8 ml 20 ml - -
50 ml 12,8 ml 20 ml 0,250 g -
50 ml 12,8 ml 20 ml 0,375 g -
50 ml 12,8 ml 20 ml 0,500 g -
50 ml 12,8 ml 20 ml 0,625 g -
50 ml 12,8 ml 20 ml 0,750 g -
50 ml 12,8 ml 20 ml - 0,250 g
50 ml 12,8 ml 20 ml - 0,375 g
50 ml 12,8 ml 20 ml - 0,500 g
50 ml 12,8 ml 20 ml - 0,625 g
50 ml 12,8 ml 20 ml - 0,750 g

A. Perlakuan awal terhadap pendingin bola, corong pisah, kompor


minyak sawit listrik, dan pengaduk magnet.
Perlakuan awal ini dilakukan
B. Pembuatan campuran
dengan mencampurkan minyak sawit metanol-katalis
dengan 20 ml kopelarut petroleum
Sejumlah katalis KOH atau
bensin teknis (70-90oC) dan 5 ml NaOH ditambahkan dengan 12,8 ml
gliserol teknis. Campuran metanol dalam sebuah beaker.
dimasukkan dalam beaker dan Kemudian diaduk hingga terbentuk
diaduk selama 20 menit larutan yang homogen. Campuran
menggunakan pengaduk magnet. inilah yang kemudian digunakan
Campuran dipindahkan ke dalam secara bertahap pada
corong pisah dan didiamkan selama
transesterifikasi minyak sawit.
30 menit. Lapisan bawah dibuang,
C. Transesterifikasi minyak sawit
sedangkan lapisan atas dimasukkan
Campuran selanjutnya
ke dalam labu bulat leher tiga yang
telah dilengkapi termometer, dipanaskan hingga mencapai 60oC, lalu

Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 79 - 89


84

ditambahkan dengan 0,8 bagian lapisan bagian bawah campuran memiliki


campuran metanol-katalis secara pH 7. Kemudian, campuran dicuci
perlahan-lahan melalui corong pisah sebanyak 3 kali masing-masing dengan 50
yang telah dirangkaikan dengan labu, ml akuades. Pencucian dilanjutkan dengan

sambil diaduk menggunakan pengaduk menggunakan 50 ml kopelarut petroleum

magnet selama 15 menit. Kemudian, bensin (fraksi <70oC). Lapisan atas yang
pemanasan dihentikan dan campuran terbentuk diambil dan ditambahkan

didinginkan hingga 50oC, lalu Na2SO4 anhidrat untuk mengikat molekul


dimasukkan ke dalam corong pisah dan air yang mungkin
dibiarkan selama 15 menit. Bagian atas masih tersisa dalam produk
diambil dan dimasukkan lagi ke dalam transesterifikasi. Campuran disaring dan
labu bulat leher tiga. didistilasi hingga suhu 100oC. Biodiesel
Transesterifikasi tahap kedua yang dihasilkan selanjutnya disimpan
dilakukan dengan cara menambahkan dan siap untuk dianalisis.
secara perlahan 0,2 bagian campuran
metanol-katalis ke dalam labu bulat leher
tiga. Reaksi transesterifikasi dan Analisis

pengadukan dilakukan selama 10 menit. Produk hasil transesterifikasi

Hasil reaksi dimasukkan ke dalam selanjutnya dianalisis viskositas, berat

corong pisah dan dibiarkan pada suhu jenis, bilangan asam dan kadar air. Hasil

kamar selama 120 menit hingga transesterifikasi dengan nilai parameter

terbentuk 2 lapisan. uji yang paling mendekati nilai standar

Lapisan atas yang terbentuk biodiesel (berbahan baku minyak sawit)

adalah metil ester dan kopelarut serta diasumsikan memiliki tingkat konversi
sebagian kecil metanol. Lapisan ester paling tinggi. Hasil transesterifikasi ini
dimurnikan dengan cara distilasi pada kemudian dianalisis menggunakan GC-

suhu 100 oC. Metil ester dimasukkan ke MS untuk mengetahui komponen

dalam corong pisah dan ditambahkan kimianya. Selain itu, untuk mengetahui

dengan 50 ml aquades. Selanjutnya pada kualitas biodiesel, maka dilakukan


analisa sifat fisik biodiesel seperti
campuran ditambahkan larutan H3PO4 0,5
viskositas, berat jenis, bilangan asam
% sedikit demi sedikit, sampai
dan kadar air.

Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 79 - 89


85
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah

Pengaruh jumlah katalis terhadap dilakukan diperoleh data yield biodiesel


sebagai berikut:
yield biodiesel

90 82
80 68 68 66 70 74
70 64 64 64
60
60 56
Yield (% v/v) 46
50
40
30
20
10
0
0 0.25 0.375 0.5 0.625 0.75
KOH Jumlah katalis (gram)
NaOH

Gambar 2. Hubungan jumlah katalis terhadap yield biodiesel

Penggunaan katalis yang berlebih terkonversi menjadi biodiesel masih


dapat mengurangi yield, karena sebagian terkandung dalam produk hasil reaksi.
minyak sawit akan berubah menjadi sabun Oleh karena itu, sangat diperlukan data
padat, yang akan terpisah pada proses lain seperti viskositas, berat jenis,
penyaringan. Hal ini terlihat bilangan asam dan kadar air.
jelas pada transesterifikasi
Pengaruh jumlah katalis
menggunakan katalis NaOH (Gambar
terhadap sifat fisik biodiesel
2), sehingga dapat dilihat bahwa yield
A. Viskositas
untuk variasi penelitian dengan jumlah Pada dasarnya, transesterifikasi
katalis NaOH besar cenderung kecil. yang dilakukan adalah untuk
Sedangkan pada transesterifikasi
menurunkan viskositas minyak sawit
menggunakan katalis KOH tidak
agar dapat memenuhi spesifikasi
terbentuk sabun padat, sehingga jumlah
minyak diesel. Viskositas standar
yield yang dihasilkan juga tidak berbeda
biodiesel ASTM adalah 1,9 – 6,0 cSt,
signifikan. Yield tidak bisa dijadikan
sedangkan dari penelitian ini diperoleh
acuan untuk menentukan kualitas
data viskositas biodiesel seperti terlihat
biodiesel. Yield tidak menunjukkan
pada Gambar 3. Berdasarkan data
konversi dari minyak sawit menjadi
penelitian, diketahui bahwa biodiesel
biodiesel, sebab ada kemungkinan
yang memenuhi standar adalah sampel
sebagian minyak sawit yang tidak

Optimasi Jumlah Katalis KOH dan NaOH… (Abdullah dkk)


86

biodiesel dengan katalis 0,75 g KOH nukleofilik, yang merupakan tahapan


dan 0,5; 0,625; 0,75 g NaOH. Katalis penting reaksi transesterifikasi minyak
yang ditambahkan dengan metanol akan sawit membentuk metil ester. Hal ini
bereaksi membentuk metoksida yang membuktikan bahwa, semakin besar
berfungsi sebagai nukleofil, menyerang jumlah katalis, maka kemungkinan
gugus karbonil dari trigliserida pada pembentukan metil ester juga semakin
transesterifikasi minyak sawit. Dengan besar, dilihat dari asumsi viskositasnya
demikian jika jumlah katalis yang yang semakin rendah (Gambar 3).
ditambahkan terlalu kecil maka akan
mengurangi kekuatan serangan

40 36.3936
36.2892
35 32.5093 31.6675
30
)25
t
S
c
(
20
s
a
t
i
s
15
o 10.1900
9.0910
k
s
i10 6.3795 5.8726
V 5.2958 4.6367 5.7099
5
0
0 0.25 0.375 0.5 0.625 0.75
KOH Jumlah katalis (gram)
NaOH

Gambar 3. Hubungan jumlah katalis terhadap viskositas biodiesel

Data viskositas paga Gambar 3 perlu penanganan khusus pada proses


menunjukkan bahwa katalis NaOH lebih pencucian. Penelitian menggunakan KOH
kuat mengkatalisis reaksi menunjukkan bahwa jumlah katalis
transesterifikasi dibandingkan KOH, optimum adalah 0.75 g dengan viskositas
sebab pada konsentrasi yang sama 5,7099 cSt. Sedangkan penelitian dengan
tampak bahwa katalis NaOH lebih NaOH menunjukkan bahwa jumlah katalis
mampu menurunkan viskositas lebih optimum adalah 0,625 g dengan
rendah dari pada katalis KOH. Namun viskositas 4,6367 cSt. Jika dibandingkan
demikian. kekurangan katalis NaOH data viskositas bahan minyak sawit
adalah kemudahan terbentuknya sabun 40,7623 cSt, maka penurunan viskositas
sebagai hasil samping reaksi, sehingga yang terjadi karena

Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 79 - 89


87

proses transesterifikasi mencapai dan 0,375; 0,5; 0,625; 0,75 g NaOH


85,99% untuk KOH dan 88,62% untuk memenuhi kriteria standar berat jenis
NaOH. biodiesel. Berdasarkan data data ini juga
dapat terlihat bahwa semua produk
B. Berat jenis
biodiesel yang memenuhi standar dalam
Sifat fisik lain yang diperoleh dari
hal viskositas, juga memenuhi standar
penelitian ini adalah Berat jenis. Standar
dalam hal berat jenis. Selain itu, terlihat
berat jenis biodiesel adalah 0,85 – 0,89
kecenderungan bahwa semakin rendah
g/ml. Pengukuran berat jenis biodiesel
viskositas biodiesel, maka berat jenisnya
ini dilakukan menggunakan piknometer.
juga semakin kecil. Jika dibandingkan
Data yang diperoleh seperti terlihat pada
dengan berat jenis bahan minyak sawit
Gambar 4 menunjukkan bahwa
0,9045 g/ml, maka berat jenis masing-
biodiesel hasil transesterifikasi dengan
masing sampel tadi mengalami penurunan
variasi katalis 0,5; 0,625; 0,75 g KOH sebesar 4,19% dan 4,80%.

0.91 0 .9 0 4 0 0 .9 0 4 6 0 .9 0 2 7
0 .9 0 3 1
0.90

0.89

0.88 0 .8 7 7 6 0 .8 7 6 6
Berat jenis (g/ml)
0 .8 7 1 6
0.87 0 .8 6 9 0 0 .8 6 6 6

0 .8 6 1 1 0 .8 6 3 1

0.86

0.85

0.84

0.83
0 0.25 0.375 0.5 0.625 0.75
KOH
Jum lah Katalis (gram )
NaOH

Gambar 4. Hubungan jumlah katalis terhadap berat jenis biodiesel

C. Bilangan asam katalis 0,5 g KOH dan 0,75 g NaOH.


Berdasarkan data bilangan asam Tingginya bilangan asam ini disebabkan
yang diperoleh (Gambar 5), dapat jumlah katalis yang ditambahkan terlalu
diketahui bahwa semua produk banyak sehingga terbentuk sabun. Pada
transesterifikasi memenuhi kriteria proses pencucian sabun menyebabkan
standar bilangan asam biodiesel terbentuknya emulsi metil ester dan air,
(maksimal 0,8 mg KOH/g), kecuali sehingga sulit dipisahkan. Pada waktu
produk transesterifikasi dengan variasi pemanasan dimungkinkan metil ester

Optimasi Jumlah Katalis KOH dan NaOH… (Abdullah dkk)


88

mengalami hidrolisis membentuk asam terjadi penurunan bilangan asam


lemak bebas, karena kandungan air minyak sawit 1,3454 mg KOH/g hingga
berlebih yang ada dalam biodiesel. 0,1142 mg KOH/g untuk KOH dan
Melalui penelitian ini diketahui bahwa 0,1136 untuk NaOH.

2 .5 2 .3 5 6 7
2 .0 1 .4 6 0 0

Bilangan asam
(mg KOH/g) 1 .5

1 .0 0 .6 8 0 0 0 .7 4 2 5

0 .5 0 .2 8 0 6 0 .3 9 1 1 0 .3 9 6 2

0 .0 0 .1 1 4 2 0 .1 1 3 6 0 .2 2 5 5 0 .1 6 6 2

0 0 .2 5 0 .3 7 5 0 .5 0 .6 2 5 0 .7 5
KOH Ju m lah k atalis (g r am )
NaOH

Gambar 5. Hubungan jumlah katalis terhadap bilangan asam biodiesel

D. Kadar air memenuhi standar produksi. Terkecuali


Metode analisa kadar air biodiesel kadar air biodiesel hasil transesterifikasi
menggunakan metode analisa kadar air dengan 0,75 g NaOH. Sebagaimana
untuk minyak goreng Standar Industri pada penjelasan bilangan asam, hal ini
Indonesia (SII) sebagai bentuk metode dikarenakan terbentuknya emulsi metil
pendekatan. Analisa ini dilakukan dengan ester dan air oleh sabun, sehingga
mengukur kadar air biodiesel dari BPPT menyebabkan kandungan air biodiesel
dan membandingkannya dengan kadar air cukup besar (0,9226 %). Padahal
biodiesel hasil penelitian. Berdasarkan kandungan air ini dapat menyebabkan
data penelitian (Gambar 6) terlihat bahwa reaksi hidrolisis ester, sehingga akan
kadar air produk biodiesel yang dihasilkan menurunkan kualitas biodiesel. Data
secara umum mendekati nilai kadar air kadar air biodiesel adalah sebagai
biodiesel dari BPPT (0,46%). Hal ini berikut:
menunjukkan bahwa kandungan air
biodiesel sudah

Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 79 - 89


88

1 .0 0.9226
0 .9
0 .8

0 .7
kadar air (% b/b) 0 .6 0.5817 0.5362

0 .5 0.4799 0.4034 0. 3989 0.4837

0. 3873
0 .4 0.3852
0 .3 0.3183

0 .2 0. 1099

0 .1
0 .0

0 0 .2 5 0 .3 7 5 0 .5 0 .6 2 5 0 .7 5

KOH Jum lah KOH (gram )


N aOH

Gambar 6. Hubungan jumlah katalis terhadap kadar air biodiesel

Analisis Menggunakan Gas optimum karena nilai viskositasnya


Chromatography – Mass paling rendah dibandingkan sampel lain.
Spectrometric (GC-MS) Selain itu, hasil analisis menunjukkan
Analisis GC-MS digunakan untuk bahwa sampel 0,625 g NaOH
mengidentifikasi senyawa kimia yang memenuhi standar sifat fisik biodiesel,
terkandung dalam biodiesel. Sampel seperti viskositas, berat jenis dan
yang dipilih dalam analisis GC-MS bilangan asam. Kromatogram hasil
adalah sampel dengan variasi katalis analisis GC adalah seperti tertera pada
0.625 g NaOH, dengan asumsi bahwa Gambar 7 berikut ini.
sampel ini mempunyai nilai konversi

Gambar 7. Kromatogram GC campuran metil ester

Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 79 - 89


89

Selanjutnya berdasarkan hasil analisis titik nyala (flash point), sisa karbon
menggunakan GC-MS diperkirakan Conradson (Conradson carbon residue),
bahwa komponen kimia senyawa dan kadar abu (ash content), untuk
biodiesel yang diperoleh adalah metil meyakinkan bahwa metil ester yang
miristat, metil palmitat, metil stearat, dihasilkan memenuhi standar biodiesel.
metil oleat dan metil linoleat. Selain itu perlu dilakukan juga pengujian
langsung pada mesin diesel untuk
melihat pengaruhnya terhadap mesin.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan penelitian diperoleh
Boocock, B. & Gavin, D., 2004. Single-
kesimpulan bahwa Jumlah katalis yang
Phase process for Production of
ditambahkan berpengaruh terhadap fatty Acid Methyl Esters from
Mixtures of Triglicerides and Fatty
kualitas biodiesel yang dihasilkan dari
Acids, United State Patent, Ontario
transesterifikasi minyak sawit (CA).
Hariyadi, P., N. Andarwulan, L. Nuraida
menggunakan kopelarut. Jumlah
& Y. Sukmawati. 2005. Kajian
optimum katalis KOH dan NaOH pada Kebijakan dan Kumpulan Artikel
proses transesterifikasi minyak sawit Penelitian Biodiesel. IPB. Bogor.
Kovacs, A., L. Hass, I. Goezi, G. Szabo
menggunakan kopelarut masing-masing
& M. Jamborne Ulbrecht. 2005.
sebesar 0,75 g KOH dan 0,625 g NaOH Methode for Transesterifying
Vegatable Oils. United State
untuk setiap 50 ml minyak sawit.
Patent Aplication 20050016059 Al.
Berdasarkan hasil analisis GC-MS yang Mittelbach, M. and C. Remschmidt.
dilakukan diperkirakan komponen kimia 2004. Biodiesel: The
Comprehensive Handbook. Edisi
biodiesel dari minyak sawit sebagai
ke-1. Boersedruck Ges. M.b.H.
berikut: metil miristat, metil palmitat, Graz.
Schuchardt, U. Ricardo & S. Regerio,
metil stearat, metil oleat dan metil
M.V.. 1998. Transesterification of
linoleat. Vegetable Oils: a review. J. Braz.
Chem. Soc. Vol 9, 199-210.
Schwab, A.W. Dykstra, G.J. Selke, E.
Sorenson, S.C. & Pryde, E.H.
Saran
1988. J. Am. Oil Chem. Soc. 65.
Perlu dilakukan analisis sifat fisik 1781.

biodiesel seperti titik tuang (pour point),

Optimasi Jumlah Katalis KOH dan NaOH… (Abdullah dkk)

Anda mungkin juga menyukai