Anda di halaman 1dari 76

PERAN KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA MALANG

TERHADAP PEMBERDAYAAN UMKM BATIK JATIM KATESA DI


KOTA MALANG

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA PROFESI

(KKN-P)

Disusun Oleh:

MUHAMMAD IRFAN NUGROHO

135020100111004

KONSENTRASI SUMBERDAYA

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Peran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang Terhadap

Pemberdayaan UMKM Batik Jatim Katesa Di Kota Malang

Nama : Muhammad Irfan Nugroho.

NIM : 135020100111004

Fakultas : Ekonomi & Bisnis Universitas Brawijaya Malang

Jurusan : S-1/Ilmu Ekonomi

Prodi : Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Sumber Daya

Mengetahui / Menyetujui Malang, Desember 2016

Dosen Pembimbing Penulis

Al Muizzudin F., SE., ME. Muhammad Irfan Nugroho

NIM: 135020100111004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

Dwi Budi Santoso, Se., Ms., Ph.D.

NIP: 196203151987011001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat, nikmat, serta karunia-Nya dapat menyelesaikan Kuliah Kerja

Nyata Profesi (KKN-P) ini dengan baik. Tugas ini merupakan salah satu syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Brawijaya Malang

Laporan Kuliah Kerja Nyata Profesi yang mengulas tentang “Peran

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang Terhadap Pemberdayaan UMKM

Batik Jatim Katesa Di Kota Malang” ini ditulis berdasarkan proses

pembelajaran yang saya laksanakan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Malang mulai tanggal 6 September 2016 sampai dengan 27 September 2016.

Dengan terselesaikannya laporan Kuliah Kerja Nyata Profesi (KKN-P) ini,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas rahmat dan nikmat yang telah diberikan kepada penulis

selama hidup di dunia ini.

2. Bapak Prof. Chandra Fajri Ananda, SE., MSc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas

Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.

3. Bapak Dwi Budi Santoso, Se., Ms., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Ilmu

Ekonomi Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.

4. Bapak Al Muizzudin F., SE., ME. selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, memberi motivasi, dan

dorongan kepada penulis dalam penyusunan laporan KKN-P hingga selesai.

5. Seluruh dosen pengajar Ilmu Ekonomi yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat bagi penulis.

iii
6. Bapak Dudi Herawadi selaku pimpinan pada KPw Bank Indonesia Malang

yang telah memberikan ijin dan bantuan selama melakukan kegiatan KKN-P.

7. Seluruh pegawai dan staff Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang atas

segala kerjasama, dukungan, dan bimbingan yang telah diberikan.

8. Keluarga tercinta yang telah begitu tulus memberika semangat, dorongan,

dan doa bagi penulis.

9. Basofi, Natalia, Laksmi Ken, Laurentia Clara, Pahlevi, Nania dan Devvy

selaku teman seperjuangan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI)

Malang selama KKN-P berlangsung.

10. Semua Pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan KKN-P ini yang

tidak dapat penulis sebut satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan

KKN-P ini, baik dalam teknik penyajian materi maupun pembahasan. Oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga

laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan semua

pihak pada umumnya. Amiin.

Malang, Desember 2016

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................... i

Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii

Kata Pengantar .................................................................................................... iii

Daftar Isi .............................................................................................................. v

Daftar Tabel ........................................................................................................ vii

Daftar Gambar ................................................................................................... viii

Daftar Lampiran ...................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 5

BAB II RENCANA KEGIATAN KKN-P

2.1 Tempat PelaksanaanKegiatan KKN-P .................................................... 6

2.2 WaktuPelaksanaanKegiatan KKN-P ....................................................... 6

2.3JadwalKegiatanKKN-P ............................................................................. 6

BAB IIIPELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Gambaran Umum Obyek KKN-P............................................................. 9

3.1.1 Status dan Kedudukan Bank Indonesia ....................................... 9

3.1.2 Landasan Hukum Bank Indonesia .............................................. 10

3.1.3 Visi, Misi dan sasaran Strategis Bank Indonesia......................... 11

3.1.4 Tujuan Tunggal Bank Indonesia ................................................ 13

3.1.5 Organisasi Bank Indonesia ......................................................... 14

3.1.6 Sejarah Singkat KPw Bank Indonesia Malang ............................ 15

3.1.7 Organisasi KPw Bank Indonesia Malang .................................... 16

3.1.8 Kegiatan Operasional KPw Bank Indonesia Malang ................... 18

v
3.2 Kegiatan yang Ditekuni ......................................................................... 25

3.3 Evaluasi Hasil Kegiatan KKN-P ............................................................ 28

3.3.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah .............................................. 28

3.3.1.1 Pengertian UMKM ............................................................ 28

3.3.1.2 Aspek-Aspek UMKM ......................................................... 31

3.3.1.3 Tujuan dan Peranan UMKM .............................................. 32

3.3.1.4 Peta Permasalahan UMKM ............................................... 35

3.3.2 Kebijakan Bank Indonesia Pemberdayaan dan Pengembangan

UMKM ........................................................................................... 39

3.3.3 Peran Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Malang Dalam

Pemberdayaan UMKM ................................................................. 43

3.3.3.1 Peran KPw Malang dalam Pemberdayaan UMKM Batik

Jatim Katesa di Kota Malang Melalui Pemberian Bantuan

Teknis .............................................................................. 45

3.4 Pengalaman Belajar .............................................................................. 50

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan. .......................................................................................... 52

4.2 Saran .................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 55

LAMPIRAN ........................................................................................................ 56

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.3 Rencana Kegiatan selama KKN-P ................................................ 6

Tabel 3.2 Laporan Harian selama kegiatan KKN-P .................................... 25

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Struktur Organisasi Bank Indonesia ......................................... 15

Gambar 3.2 : Struktur Organisasi KPw Bank Indonesia Malang ..................... 17

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Buku Harian Kegiatan KKN-P ......................................................... 56

Lampiran 2 Surat Keterangan Magang di KpwBI Malang .....................................

Lampiran 2 Foto Kegiatan KKN-P .........................................................................

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peranan

Pemerintah, lembaga-lembaga di sektor keuangan dan pelaku-pelaku usaha.

Pemerintah sebagai pembuat dan pengatur kebijakan diharapkan dapat

memberikan iklim yang kondusif bagi dunia usaha, sehingga lembaga keuangan

baik perbankan maupun non perbankan serta pelaku usaha mampu

memanfaatkan kebijakan dan melakukan kegiatan usahanya dengan lancar,

yang pada akhirnya dapat mendorong percepatan pembangunan ekonomi di

Indonesia.

Salah satu pelaku usaha yang memiliki peran penting dan strategis

dalam pembangunan ekonomi di Indonesia adalah Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM). Setidaknya ada tiga indikator yang menunjukan bahwa

UMKM memiliki peran penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi yaitu

; jumlah industrinya besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi , UMKM

punya potensi besar didalam menyerap tenaga kerja dan yang terakhir UMKM

memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap pendapatan nasional di

Indonesia.

Dalam kondisi krisis yang melanda di Indonesia baik krisis ekonomi

tahun 1998 maupun krisis global tahun 2008, UMKM menunjukan ketahannya di

dalam menghadapi krisis karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh UMKM.

UMKM mampu bertahan, karena memang di tingkat ini tidak ada pilihan kecuali

1
dengan cara bagaimanapun harus mampu bertahan. Apabila gagal untuk

bertahan, maka mereka akan mati dalam arti sebenarnya. Dengan itulah yang

memicu UMKM untuk terus berinovasi dalam bisnis mereka, sehingga kalangan

UMKM bisa bertahan dan tetap eksis.

Untuk itulah dalam rangka untuk mempercepat pertumbuhan kegiatan

ekonomi, telah diupayakan pengembangan dan perbaikan di berbagai sektor

ekonomi, dimana salah satu sektor strategis yang menjadi perhatian adalah

sektor UMKM. Melihat hal tersebut diatas, Upaya Bank Indonesia ( BI ) dalam

pengembangan UMKM sejak tahun 1960-an hingga tahun 1999 telah membantu

UMKM dalam bentuk pemberian Kredit Likuiditas Bank Indonesia ( KLBI ) yang

merupakan kredit subsidi untuk membantu berbagai sektor untuk mendukung

pembangunan dalam hal ini juga kepada UMKM. Tetapi sejak diberlakukannya

UU No.23/1999 yang kemudian diubah dengan UU No. 3 tahun 2004 tentang

Bank Indonesia, maka kebijakan Bank Indonesia dalam membantu

pengembangan UMKM mengalami perubahan yang sangat mendasar. Bank

Indonesia tidak dapat lagi memberikan bantuan keuangan atau KLBI, sehingga

peranan Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM menjadi bersifat tidak

langsung. Pendekatan kepada UMKM khususnya peranan bank sentral telah

bergeser dari developmental role kepada promotional role. Pendekatan yang

memberikan subsidi kredit dan bunga murah sudah bergeser kepada pendekatan

yang lebih fokus kepada bentuk aktifitas tidak langsung seperti pelatihan dan

penyediaan informasi termasuk penelitian, survei, riset dan advokasi.

Salah satu tugas Bank Indonesia dalam bidang Ekonomi Moneter pada

Kelompok Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM (KPSRU) adalah menyusun

dan melaksanakan program pemberdayaan sektor riil (korporasi, BUMN, dan

UMKM) berdasarkan hasil identifikasi. Selain dituntut untuk dapat melaksanakan

2
tugas tersebut, BI juga diminta mengkomunikasikan program yang telah

ditetapkan kepada para stakeholder dalam rangka mendorong perbankan dalam

pembiayaan UMKM. Oleh karena itu, untuk mendorong pertumbuhan UMKM

dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan akses keuangan dari

berbagai pihak. Peran Bank Indonesia tidak boleh dianggap remeh, mengingat

Bank Indonesia berberan sebagai otoritas moneter dimana kebijakan-kebijakan

yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia tersebut sangat memberikan dampak

yang luas terutama kebijakan terkait dengan pengembangan UMKM itu sendiri.

Dibalik banyaknya UMKM yang ada di Indonesia, upaya pengembangan

UMKM masih menjumpai berbagai kendala seperti pengelolaan usaha yang

masih tradisional, kualitas SDM yang belum memadai, skala dan teknik produksi

yang rendah, masalah permodalan serta masih terbatasnya akses kepada

lembaga keuangan, khususnya perbankan. Dalam rangka mendukung

pemberdayaan dan pengembangan UMKM terutama dalam mempermudah

akses UMKM kepada layanan kredit perbankan, Bank Indonesia melakukan

beberapa upaya yang dikenal dengan empat pilar stategi Bank Indonesia dalam

pengembangan UMKM, yaitu (1) Pelaksanaan kebijakan perkreditan; (2)

Pelaksanaan pengembangan kelembagaan; (3) Pemberian bantuan teknis dan

(4) Kerjasama dengan pemerintah dan lembaga terkait lainnya. Salah satu pilar

kebijakan Bank Indonesia tersebut adalah mendorong pengembangan UMKM

melalui pemberian bantuan teknis. Kegiatan pelatihan dan penyediaan informasi

yang juga didalamnya juga termasuk penelitian merupakan kegiatan yang

dilaksanakan oleh Bank Indonesia dalam kerangka pemberian bantuan teknis,

sehingga diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada UMKM tentunya

dan juga stakeholders, baik kepada pemerintah daerah, perbankan, kalangan

3
swasta maupun masyarakat luas yang berkepentingan dalam upaya

pemberdayaan UMKM.

Dalam perkembangannya setiap Kantor Perwakilan Bank Indonesia di

tiap daerah memiliki UMKM binaan yang dipilih berdasarkan potensi UMKM

tersebut yang nantinya akan dididik, dilatih dan diberi bantuan agar dapat

mengembangkan usahanya lebih baik lagi. Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Malang yang merupakan perpanjangan tangan dari Kantor Pusat Bank

Indonesia yang ada di daerah, sehingga tugas yang dilaksanakannya tidak bisa

terlepas dari apa yang telah digariskan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia. Dalam

rangka turut melaksanakan tujuan dan tugas Bank Indonesia, maka KPw Bank

Indonesia Malang melaksanakan aktifitas-aktifitas yang salah satunya adalah

pemberian bantuan dan pelatihan kepada UMKM binaan yang berada di wilayah

kerja diantaranya Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Batu,

Kabupaten Malang, Kabupaten Probolinggo, dan kabupaten Pasuruan.

Upaya pemberdayaan UMKM oleh KPw Bank Indonesia Malang

dilakukan dengan menggunakan program klaster yang berarti pengelompokan

jenis UMKM berdasarkan komoditasnya serta memilih UMKM yang memiliki

potensi menjadi besar untuk dijadikan UMKM binaan dari KPw Bank Indonesia

Malang. Dalam laporan kali ini penulis ingin mengetahui apa saja peran KPw

Bank Indonesia Malang dalam pemberdayaan UMKM binaan yang dalam

laporan ini penulis memilih UMKM batik Jatim Katesa di Kota Malang yang

menjadi UMKM binaan dari KPw Bank Indonesia Malang untuk diteliti. Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk menulis laporan Kuliah Kerja Nyata Profesi

(KKN-P) dengan judul “PERAN KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

MALANG TERHADAP PEMBERDAYAAN UMKM BINAAN BATIK JATIM

KATESA DI KOTA MALANG”

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan diatas,

masalah yang ingin diangkat pada laporan kali ini yaitu: apa peran Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Malang terhadap pemberdayaan UMKM binaan batik

Jatim Katesa di Kota Malang ?

5
BAB II

RENCANA KEGIATAN

2.1 Tempat Pelaksanaan KKN-P

Kuliah Kerja Nyata-Profesi (KKN-P) dilaksanakan sesuai kebijakan

instansi yang akan berlangsung di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang

Jalan Merdeka Utara no. 7, Malang, Jawa Timur.

2.2 Waktu Pelaksanaan KKN-P

Kegiatan KKN-P dilaksanakan selama tiga Minggu atau 15 hari kerja

efektif, dimulai pada tanggal 6 September 2016 sampai dengan 27 September

2016.

2.3 Jadwal Kegiatan KKN-P

Jadwal kegiatan yang telah direncanakan oleh penulis akan dijelaskan

secara rinci pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Rencana Kegiatan Kuliah Kerja Nyata-Profesi (KKN-P)

WAKTU RENCANA KEGIATAN


 Pengenalan lingkungan kantor dan mengetahui

Minggu 1 gambaran umum KPwBI (Kantor Perwakilan Bank

Indonesia) Malang.

6
 Ditempatkan di Unit Layanan Nasabah, Kliring,

Perizinan, dan Pengawasan Sistem Pembayaran

 Ditempatkan di Unit Asesmen, Statistik, Survei Dan


Minggu 2
Liaison serta di Unit Akses Keuangan dan UMKM

 Ditempatkan di Unit Komunikasi dan Koordinasi


Minggu 3
Kebijakan

 Ditempatkan di Unit Sumber Daya dan

Minggu 4 mempersiapkan laporan magang serta presentasi

pada hari terakhir magang

Penulis berharap dapat melakukan kegiatan-kegiatan pada instansi ini

yaitu proses perkenalan pada minggu pertama, baik perkenalan terhadap profil

instansi maupun perkenalan dengan para pegawai yang berada di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Malang. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam

penulisan laporan kegiatan KKN-P maupun untuk menjaga hubungan baik

dengan para pegawai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang. Sehubungan

dengan masalah yang akan dievaluasi, pada minggu pertama penulis

merencanakan untuk melakukan kegiatan pada Unit Layanan Nasabah, Kliring,

Perizinan, dan Pengawasan Sistem Pembayaran

Dan diharapkan pada minggu kedua penulis dapat berpindah ke Unit

Asesmen, Statistik, Survei Dan Liaison serta di Unit Akses Keuangan dan UMKM

serta juga dapat dipindah ke Unit Akses Keuangan dan UMKM.

Kemudian pada minggu ketiga KKN-P, penulis diharapkan dapat

berpindah ke Unit Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan.

7
Dan pada Minggu terakhir yaitu minggu keempat, penulis diharapkan

dipindah ke Unit Sumber Daya serta mempersiapkan laporan serta presentasi

dihadapan Deputi KPw Bank Indonesia Malang.

8
BAB III

PELAKSANAAN RENCANA KEGIATAN

3.1 Gambaran Umum Obyek

3.1.1 Status dan Kedudukan Bank Indonesia

Lembaga Negara yang Independen

Seperti yang telah disinggung pada latar belakang yaitu babak baru

dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah undang-undang

baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada

tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Republik Indonesia No. 6/2009. Undang undang ini memberikan status dan

kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah

dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal hal yang secara tegas diatur dalam

undang-undang ini (Bank Indonesia Website, 2016).

Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan

melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam

undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan

tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak

atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga.

Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia

dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih

efektif dan efisien (Bank Indonesia Website, 2016).

Sebagai Badan Hukum

9
Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan

hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik

Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang

merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat

luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata,

Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di

luar pengadilan (Bank Indonesia Website, 2016).

3.1.2 Landasan Hukum Bank Indonesia

a. Pasal 23 D UUD 1945 (yang sudah diamandemen)

“Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan,

kewenangan, tanggungjawab, dan independensinya diatur dengan

undang-undang”.

b. Pasal 4 UU Republik Indonesia No. 23 tahun 1999 tentang Bank

Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan UU

No. 6 Tahun 2009 :

1. Bank Indonesia (BI) adalah Bank Sentral Republik Indonesia

2. Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan

pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal lain yang secara

tegas diatur dalam Undang-Undang tentang Bank Indonesia (Materi

Umum Kebanksentralan singkat-pasca OJK).

10
3.1.3 Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Bank Indonesia

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional

melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

rendah dan nilai tukar yang stabil (Bank Indonesia Website, 2014).

Misi Bank Indonesia

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi

kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien

serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk

mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi

pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas

sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan

kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang

menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta

melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka

melaksanakan tugas yang diamanatkan Undang-Undang (Bank Indonesia

Website, 2016).

Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia

11
1. Trust and Integrity

Membangun kondisi saling menghormati dan mempercayai secara

internal dan eksternal melalui keterbukaan, kehandalan, dan konsistensi

antara pikiran, ucapan, dan tindakan yang didasari oleh nilai-nilai moral

dan etika.

2. Professionalism

Bekerja dengan tuntas dan bertanggungjawab atas dasar kompetensi

terbaik yang dilakukan secara independen, antisipatif, rasional, dan

obyektif.

3. Excellence

Senantiasa melakukan yang terbaik dengan mengedepankan

penciptaan nilai tambah yang prima untuk mencapai keunggulan yang

berkelanjutan menuju kesempurnaan.

4. Public Interest

Senantiasa mengutamakan dan melindungi kepentingan bangsa dan

negara di atas kepentingan pribadi dan golongan dalam melaksakan

mandat dengan penuh dedikasi, adil, dan bertanggungjawab.

5. Coordination and Teamwork

Membangun sinergi yang berkesinambungan secara internal dan

eksternal melalui kolabolari dan komunikasi yang menghasilkan komitmen

yang memberikan nilai tambah dengan dasar saling percaya, saling

menghargai, dan semangat interdependensi (Bank Indonesia Website,

2016).

12
Sasaran Strategis

Untuk mewujudkan Visi, Misi dan Nilai-nilai Strategis tersebut, Bank

Indonesia menetapkan sasaran strategis jangka menengah panjang, yaitu :

1. Memperkuat pengendalian inflasi dari sisi permintaan dan penawaran

2. Menjaga stabilitas nilai tukar

3. Mendorong pasar keuangan yang dalam dan efisien

4. Menjaga SSK yang didukung dengan penguatan surveillance SP

5. Mewujudkan keuangan inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis

6. Memelihara SP yang aman, efisien, dan lancar

7. Memperkuat pengelolaan keuangan BI yang akuntabel

8. Mewujudkan proses kerja efektif dan efisien dengan dukungan SI, kultur,

dan governance

9. Mempercepat ketersediaan SDM yang kompeten

10. Memperkuat aliansi strategis dan meningkatkan persepsi positif BI

11. Memantapkan kelancaran transisi pengalihan fungsi pengawasan bank

ke OJK (Bank Indonesia Website, 2016).

3.1.4 Tujuan Tunggal Bank Indonesia

Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai

satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata

13
uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara

lain.

Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara

aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata

uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas

sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung

jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini

kelak akan dapat diukur dengan mudah (Bank Indonesia Website, 2016).

3.1.5 Organisasi Bank Indonesia

Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur yang terdiri dari seorang

Gubernur, seorang Deputi Gubernur Senior dan sekurangkurangnya 4 orang

atau sebanyak-banyaknya 7 orang Deputi gubernur yang diusulkan dan diangkat

oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Untuk membantu

DPR dalam melaksanakan fungsi pengawasan di bidang tertentu terhadap BI,

dibentuk Badan Supervisi dalam upaya meningkatkan akuntabilitas,

independensi, transparansi, dan kredibilitas Bank Indonesia. Secara garis besar,

tugas BI dilaksanakan melalui 4 sektor satuan kerja (sektor moneter, sektor

sistem pembayaran, sektor manajemen intern, dan jaringan kantor yang terdiri

dari KPwBI DN (Kantor Perwakilan BI Dalam Negeri) dan KPwBI LN (Kantor

Perwakilan BI Luar Negeri)) yang kesemuanya bertanggung jawab kepada

Dewan Gubernur (Bank Indonesia Website, 2016).

14
Gambar 3.1

Struktur Organisasi Bank Indonesia

3.1.6 Sejarah Singkat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang

Bank Indonesia yang kita kenal sekarang merupakan hasil nasionalisasi

dari sebuah bank milik Hindia Belanda bernama De Javasche Bank NV yang

didirikan pada tanggal 24 Januari 1828. Oleh pemerintah Hindia Belanda De

Javasche Bank NV didirikan sebagai bank sirkulasi yang bertugas untuk

mencetak dan mengedarkan uang. Pada 1953 ditetapkan Undang-Undang

Pokok Bank Indonesia yang menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk

menggantikan peran De Javasche Bank NV sebagai bank sentral. Secara de

yure, Bank Indonesia Malang lahir bersama-sama dengan kelahiran Bank

Indonesia secara nasional, yakni sejak berlakunya Undang - Undang Pokok

Bank Indonesia.

15
Cikal bakal Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang adalah De

Javasche Bank Malang yang berdiri pada tanggal 1 Desember 1916. De

Javasche Bank pada waktu itu sebenarnya berfungsi sebagai bank sirkulasi.

Namun dalam prakteknya De Javasche Bank juga bergerak di bidang komersial

yaitu menerima deposito, memberikan kredit, melakukan jual beli emas dan

perak batangan. Fungsi ganda ini menyebabkan De Javasche Bank selalu

mempertimbangkan prospek usaha di wilayah yang akan dimasuki dalam

mengembangkan wilayah operasi dan organisasinya, termasuk pada waktu akan

membuka kantor cabangnya di kota Malang.

Data jumlah dan luas perkebunan sekitar Malang seperti Kabupaten

Probolinggo, Lumajang pada saat ini dimana daerah tersebut merupakan wilayah

kerja KPwBI Malang menjadi bukti kuat bahwa dibukanya kantor cabang De

Javasche Bank di Kota Malang adalah pertimbangan prospek daerah yang

sesuai dengan bidang usaha pemberian kredit De Javasche Bank di sektor

perkebunan.

Pada masa penjajahan Jepang semua kantor De Javasche Bank ditutup

dan fungsinya sebagai bank sirkulasi digantikan oleh Nanpo Kaihatsu Ginko.

Pada tanggal 19 September 1945 Dewan Menteri Keuangan RI mengambil

keputusan mendirikan Bank Negara Indonesia yang fungsinya merupakan

penjelmaan dari Jajaran Pusat Bank Indonesia adalah sebagai bank sirkulasi

untuk Indonesia. Namun dalam prakteknya fungsi tersebut tidak berjalan karena

BNI terlalu banyak bergerak di bidang kredit komersial dan sebagai bank umum.

Berdasarkan keputusan KMB Den Haag tahun 1949 sebenarnya yang

berfungsi sebagai bank sentral adalah De Javasche Bank sedangkan BNI

sebagai Bank Pembangunan Daerah (BPD). Akhirnya berdasarkan Undang-

16
Undang No. 24 Tahun 1951 pada tanggal 15 Desember 1951 De Javasche Bank

di nasionalisasi seperti dimuat pada Lembaran Negara Tahun 1951 No. 120.

3.1.7 Organisasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang

Menunjuk pada Peraturan Dewan Gubernur Bank Indonesia Nomor

9/4/PDG/2007 tanggal 26 Maret 2007, yang kemudian diatur pelaksanaannya

dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/12/INTERN/2007 bahwa Struktur

organisasi masing-masing KpwBI merupakan cerminan dari fungsi dan beban

tugas seluruh kegiatan yang dilakukan KPwBI dengan mempertimbangkan

prinsip-prinsip yang diatur dalam ketentuan tentang Pedoman Penyempurnaan

Organisasi Bank Indonesia.

Gambar 3.2

Struktur Organisasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang

Sumber : KPw BI Malang


17
Pada Gambar 3.2 di atas menunjukkan struktur organisasi yang ada

pada kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang yang tersusun atas dua

tim dan masing-masing unit di bawahnya. Dimana struktur organisasi pada

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang tersebut disusun pasca

berdirinya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang tadinya struktur Kantor

Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang memiliki tiga tim kerja.

3.1.8 Kegiatan Operasional KPwBI Malang

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang dibagi menjadi dua tim yang

kinerjanya saling menunjang antara satu dengan yang lainnya. Tim yang

pertama adalah Tim Ekonomi dan Keuangan, serta tim yang kedua ialah Tim

Sistem Pembayaran dan Manjamenen Intern. Kedua tim tersebut dipimpin oleh

seorang Deputi PBI yang membawahi Analis & Peneliti Ekonomi Muda Senior,

Analis & Peneliti Muda, Pegawai Tata Usaha (PTU) dan sejumlah tenaga non-

organik yang bertugas untuk membantu kelancaran kegiatan di dalamnya.

Kedua tim tersebut terbagi atas beberapa unit kerja. Pada Tim Ekonomi

dan Keuangan memiliki tiga unit kerja, yaitu:

1. Unit Assesmen, Statistik, Survey dan Liaison (UASSL)

Unit kerja ini dibentuk untuk menyediakan informasi kepada kantor pusat

mengenai ekonomi dan keuangan di daerah wilayah kerjanya berdasarkan hasil

kajian yang akurat dan memberi saran kepada pemerintah daerah mengenai

kebijakan ekonomi daerah. Kemudian, unit ini juga mempunyai peran secara

garis besar melakukan kegiatan economic intelligence melalui data dan statistik

18
yang diperoleh melalui survei serta liaison dan data melalui Laporan Bulanan

Bank Umum (LBU) sebagai bahan kajian dan riset bagi stakeholder.

UASSL mempunyai beberapa tugas pokok,yaitu:

a. Menyusun KER (Kajian Ekonomi Regional) dan perkiraan

perekembangan ekonomi dan harga.

b. Melakukan penelitian ekonomi daerah yang berbasis lapangan.

c. Melaksanakan kegiatan fungsi investor relation program.

d. Mengumpulkan dan menyusun data/informasi ekonomi keuangan

sekaligus sebagai pusat informasi (regional).

e. Melakukan kegiatan survei: SKDU, SHPR, SK, Prompt Indicator.

f. Mengelola dan mengembangkan database informasi perekonomian

daerah untuk mendukung penyusunan SEKDA dan Booklet Perbankan.

g. Melakukan kegiatan liaison dalam rangka pengumpulan data dan

informasi dari pelaku ekonomi : diary notes untuk merekam kegiatan

dunia usaha uang tidak tampak dari survei, kemudian mengetahui

kegiatan pembiayaan yang tidak dibiayai oleh perbankan.

Dan UASSL mempunyai produk pokok antara lain:

a. Kajian Ekonomi Regional (KER) dan Ringkasan Ekonomi Regional

(RER). RER digunakan sebagai rangkuman tentang perekonomian Kota

Malang beserta isu terkini yang terjadi dan dilakukan secara bulanan.

KER bertujuan untuk memberikan masukan kepada kantor pusat tentang

kondisi perekonomian di daerah, serta untuk memberikan saran kepada

Pemerintah Daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah yang didukung

hasil kajian/riset. Dan dilakukan setiap semester.

b. TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah)

19
Bertujuan untuk mengendalikan dan mencapai inflasi sesuai target

(6,5%). Sistem kerja yang dilakukan adalah memantau harga, pasokan

dan mengantisipasi adanya lonjakan. Rapatnya dilakukan setiap triwulan.

c. Liaison

Merupakan suatu kegiatan wawancara mendalam ke beberapa

perusahaan untuk menggali informasi yang lebih dalam tentang

perkembangan kegiatan usahanya serta rencana perusahaan ke depan

yang informasinya tidak didapat dari survei, selain itu juga untuk

menangkap informasi tentang sumber pembiayaan yang digunakan selain

bank. Hasil Liaison dituangkan dalam Diary Notes dan juga dalam Likert

Scale. Laporan dilaporkan dalam aplikasi web setiap triwulan.

d. Survey

Salah satu alat yang digunakan BI untuk mendukung pengambilan suatu

keputusan berbasis informasi data maupun dalam menetapkan suatu

kebijakan tertentu. Survei yang dilakukan KPwBI Malang antara lain :

Survey Ekspektasi Konsumen (SEK), Survey Kegiatan Usahanya (SKDU)

dan Survey Hunian Properti Residensial (SHPR), dan semua survey

tersebut dilakukan triwulanan.

2. Unit Akses Keuangan dan UMKM (UAKU)

Terkait dengan hasil Forstra 2008 serta Strategy Map KPwBI 2008

khususnya mengenai peran KPwBI dalam pengembangan sektor riil, bahwa

Bank Indonesia harus sinergi dengan lingkungan eksternal melalui kemitraan

strategis dalam rangka mendukung efektivitas kebijakan BI dan mendorong

pertumbuhan ekonomi/sektor riil yang sustainable. Dalam rangka mendukung

perkembangan ekonomi daerah, KPwBI Malang melaksanakan tugas

pemberdayaan sektor riil yang meliputi identifikasi kondisi dan permasalahan

20
serta tindak lanjutnya dalam bentuk bantuan teknis maupun pembiayaan

perbankan (intermediasi perbankan).

Tugas pokok dari UAKU antara lain :

a. Menyusun program pemberdayaan sektor riil.

b. Mengidentifikasi hasil-hasil kajian penelitian dalam pengembangan sektor

riil.

c. Melaporkan identifikasi berupa usulan program mengenai komoditi.

d. Melakukan koordinasi dengan stakeholder daerah dalam bentuk bantuan

teknis (bantek).

e. Mengkomunikasikan hasil penelitian dalam rangka mendorong perbankan

dalam pembiayaan UMKM.

f. Menyediakan data profil UMKM yang potensial dibiayai oleh Lembaga

Keuangan.

g. Mendukung kegiatan koordinasi dengan KKBI dalam rangka pelaksanaan

tugas-tugas pemberdayaan sektor riil.

Dan beberapa produk-produk pokok dari UAKU antara lain :

a. Lending Model.

Suatu bentuk penelitian pola pembiayaan untuk usaha kecil. Biasanya

dilakukan untuk komoditi yang berpotensi untuk dikembangkan, sehingga

dapat menjadi suatu informasi bagi masyarakat, instansi Pemerintah

bahkan kalangan perbankan.

b. Pengembangan UMKM.

Dilakukan dalam tiga tahap kegiatan, yaitu penyusunan program UMKM,

melaksanakan program pengembangan UMKM dan mengevaluasi

21
program yang telah dilaksanakan. BI juga bekerjasama dengan

Pemerintah Daerah untuk membentuk Satgasda Konsultan Keuangan

Mitra Bank (KKMB) dalam pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT)

KKMB.

c. Penguatan Komoditas Inflasi.

Dilakukan untuk mencapai tujuan tunggal tercapainya target inflasi.

Penguatan komoditas ini diharapkan dapat memperbanyak jumlah supply

untuk memenuhi demand masyarakat.

d. Menatausahakan Kredit Program KLBI.

KPwBI Malang melakukan penatausahaan angsuran KLBI dan

menatausahakan angsuran bunganya. Hal ini dilakukan dalam rangka

penyelesaian kredit program KLBI yang pernah diberikan.

e. Monitoring Kredit Usaha rakyat (KUR).

Bank Indonesia sebagai Otoritas Perbankan dan Bendaharawan negara

berhak melakukan monitoring untuk setiap kredit, bahwa setiap kredit

yang disalurkan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. KUR sendiri

merupakan sebuah program kredit bebas agunan dengan memakai dana

dari Pemerintah yang dilakukan untuk mendorong sektor ekonomi

masyarakat.

3. Unit Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan (UK3)

Unit ini bertugas untuk mengelola dan mengadministrasikan LBU dan

LBPR (Laporan Bank Perkreditan Rakyat). LBU sendiri disampaikan oleh 53

22
Bank yang berada di wilayah kerja KPwBI Malang. Laporan yang disampaikan

terdiri dari :

 Laporan Bulanan Bank Umum disampaikan oleh kantor cabang bank

umum di wilayah kerja KPwBI Malang secara online.

 Laporan Bulanan BPR disampaikan melalui Kelompok Pemeriksa Bank.

 Laporan mengenai pemberian kredit kepada UMKM oleh Bank Umum

dan BPR.

Disisi lain tugas yang diadakan dalam rangka mendukung pencapaian

visi dan misi Bank Indonesia melalui implementasi strategi kehumasan yang baik.

Lalu kegiatan deseminasi atau sosialisasi merupakan kegiatan mempengaruhi

opini publik dan penyebaran suatu indormasi melalui media publikasi, press

release, seminar, lokakarya, focus group discussion atau event lainnya.

Melaksanakan tugas sebagai pusat informasi regional, mendukung

terlaksananya koordinasi yaitu untuk mendukung kegiatan statistik dan survei

dan memberi masukan mengenai kebijakan terkait bidang moneter, melayani

permintaan data dari stakeholder (Perbankan, BPS, Bappeda dan Dinas terkait)

Kemudian kegiatan yang dilakukan unit ini juga meliputi penelitian

kepustakaan dan pelayanan perpustakaan. Tugasnya antara lain membuat

resensi buku perpustakaan dan mengidentifikasi kebutuhan pengunjung

perpustakaan serta menyusun laporan perkembangan perpustakaan. Lalu

melakukan pemelihataan, inventaris perpustakaan, pembelian buku baru

perpustakaan, meng-entry buku baru, menatausahakan pinjaman buku yang

dilakukan oleh pegawai, pensiunan dan pengunjung. Tugas lainnya adalah

melakukan bimbingan dan konsultasi bagi pihak-pihak terkait.

23
Sedangkan pada Tim Sistem Pembayaran dan Manajemen Intern juga

memiliki tiga unit kerja, yaitu:

1. Unit Operasional Kas

Unit ini melakukan kegiatan yang terkait dengan operasional kas

(keluar masuknya dana) antar bank di seluruh wilayah kerja KPwBI Malang

melalui pencatatan pergerakan dan posisi devisa yang digunakan untuk

keputusan penyusunan uang beredar dan Balance of Payments (BOP).

Salah satu caranya yakni memonitor dan membantu menghimpun dana

likuiditas dari perbankan yang ada di wilayah kerjanya yang bertujuan untuk

menstabilkan jumlah uang yang beredar di masyarakat agar tidak terjadi

inflasi yang tinggi. Serta menarik jumlah uang yang tidak layak edar dan

menggantinya dengan uang yang layak edar sesuai dengan peraturan dan

perundang-undangan Bank Indonesia baik yang dihimpun dari masyarakat

maupun perbankan.

2. Unit Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan dan Pengawasan Sistem

Pembayaran

Pada Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan, dan Pengawasan Sistem

Pembayaran atau yang sering disingkat dengan Unit LNKP2SP ini,

melakukan kegiatan untuk melayani nasabah yang berasal dari seluruh

perbankan dalam wilayah kerja KPwBI Malang dalam hal kliring yaitu tukar

menukar warkat antar bank, perizinan dan pengawasan sistem pembayaran

yang dilakukan oleh seluruh bank di wilayah kerjanya. Sehingga disini Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Malang berperan sebagai fasilitator untuk

memediasi antar bank baik konvensional maupun syariah yang ada

diwilayah kerja KPwBI Malang itu sendiri.

24
3. Unit Sumber Daya

Pada Unit Sumber Daya ini, melakukan berbagai macam kegiatan

seputar bidang sumber daya yang ada di dalam KPwBI Malang yang terdiri

dari sumber daya manusia di dalamnya yakni segala hal yang terkait dengan

para pegawai KPwBI Malang baik pegawai organik maupun menangani

recruitment pegawai baru di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang.

Selain itu, pada unit ini juga menangani masalah seputar pengadaan barang

di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang serta melakukan

pencatatan inventaris dan segala aset yang merupakan benda bergerak

maupun tidak bergerak yang dimiliki oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

(KPwBI) Malang (Bank Indonesia : 2016)

3.2 Kegiatan Yang Ditekuni Selama Kegiatan KKN-P di KPwBI Malang

Tabel 3.2 Laporan Harian Selama Kegiatan KKN-P di KpwBI Malang

Waktu Kegiatan Yang Dilakukan

 Perkenalan instansi serta staff dan pejabat KPw BI

Selasa, 6 Malang

September  Mengunduh dan merekap data rekapitulasi hasil

2016 perhitungan kliring penyerahan warkat debet

 Materi tentang Sumber Daya

Rabu, 7  Materi tentang kebijakan – kebijakan Bank Indonesia

September untuk stabilisasi nilai rupiah

25
2016  Mengunduh dan merekap data bilyet saldo kliring

 Menginventarisasi buku

 Menginventarisasi buku
Kamis, 8
 Mengunduh dan merekap data bilyet saldo kliring,
September
operasional layanan kliring debet penyerahan &
2016
pengembalian

 Materi tentang UASSL


Jumat, 9
 Menginventarisasi buku
September
 Merekap data bilyet saldo kliring, operasional layanan
2016
kliring debet penyerahan & pengembalian

Selasa, 13  Membuat kliping tentang berita ekonomi

September  Menginput data harga pangan di SISKAPERBAPO

2016

 Materi tentang program-program divisi Unit Akses


Rabu, 14
Keuangan dan UMKM (UAKU)
September
 Membuat kliping tentang berita ekonomi
2016
 Menginput data penyerahan dan pengembalian kliring

Kamis, 15  Menginput data penyerahan dan pengembalian kliring

September  Merekap data sistem pembayaran non tunai bank di

2016 wilayah kerja KPw BI Malang

Jumat, 16  Menginput data penyerahan dan pengembalian kliring

September  Membantu persiapan event Gerakan Nasioanal Non

2016 Tunai (GNNT)

26
 Merekap data sistem pembayaran non tunai bank di

wilayah kerja KPw BI Malang

Senin, 19  Mengikuti pembentukan Asosiasi Cabai yang diadakan

September di KPw BI Malang

2016  Mengerjakan laporan serta presentasi KKN

 Diskusi mengenai Inklusi keuangan bersama Deputi


Selasa, 20
Kepala Perwakilan Tim Ekonomi dan Keuangan
September
 Membuat visi dan misi mengenai transformasi Bank
2016
Indonesia

Rabu, 21  Menghubungi responden untuk konfirmasi Survey

September Kegiatan Dan Usaha (SKDU)

2016  Mengerjakan laporan serta presentasi KKN

Kamis, 22  Materi tentang Operasional Kas

September  Mengerjakan laporan serta presentasi KKN

2016

Jumat, 23  Menginput data absen staff dan pejabat untuk “pilar

September pagi”

2016  Mengerjakan laporan serta presentasi KKN

 Menginput data surat yang akan dikirim ke seluruh


Senin, 26
bank di wilayah kerja KPw Bank Indonesia Malang
September
 Mengarsipkan surat kuitansi obat
2016
 Mengerjakan laporan serta presentasi KKN

Selasa, 27  Presentasi laporan KKN

27
September

2016

3.3 Evaluasi Hasil Kegiatan

Selama melaksanakan Kuliah Kerja Nyata-Profesi (KKNP) di Kantor

Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Malang, hal yang disoroti adalah peran KPw

Bank Indonesia Malang dalam pemberdayaan UMKM. Hal ini diperlukan guna

mengetahui peran dan apa saja yang dilakukan oleh KPw Bank Indonesia

Malang dalam upaya memberdayakan serta memajukan UMKM di wilayah

kerjanya khususnya UMKM binaan KPw Bank Indonesia Malang yang salah

satunya yaitu UMKM Batik. Dengan demikian, selain mencapai dan memelihara

kestabilan nilai rupiah yang menjadi tujuan tunggal, Bank Indonesia juga

bertugas untuk memberdayakan dan mengembankan UMKM. Pada akhirnya

dengan berkembang dan majunya UMKM dihrapkan dapat menjadi pondasi

ekonomi yang kuat serta dapat memajukan perekonomian di Indonesia.

3.3.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

3.3.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Pendirian usaha baru dan dorongan untuk menumbuhkan budaya

kewirausahaan merupakan isu penting di banyak negara termasuk di Negara

Indonesia. Isu tersebut menjadi alternatif sumber pembangunan ekonomi suatu

negara. Mobilitas investasi sektor riil yang tinggi mendorong suatu negara harus

dapat melepaskan diri dari ketergantungan investasi asing dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Beberapa bukti juga menunjukkan bahwa

pembentukkan bisnis baru melalui kewirausahaan berkontribusi terhadap

28
penciptaan lapangan kerja, stabilitas politik dan sosial, inovasi dan pebangunan

ekonomi (Prefensi UMKM terhadap Pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro di

wilayah Surakarta, 2007).

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha

yang mampu memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan ekonomi

secara luas kepada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan dan

peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan

berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional (Iman dan Adi, 2009).

Ada empat karakteristik yang dimiliki oleh kebanyakan UMKM di

Indonesia. Pertama, tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang

administrasi dan operasi. Kedua, rendahnya akses terhadap lembaga-lembaga

kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan

usahanya dari modal sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat,

pedagang, perantara, bahkan rentenir. Ketiga, sebagian besar usaha ini belum

memiliki status badan hukum. Keempat, hampir sepertiga UMKM bergerak pada

kelompok usaha makanan, minuman, dan tembakau, barang galian bukan

logam, tekstil, dan industri kayu, bambu, rotan, rumput, dan sejenisnya termasuk

perabot rumah tangga.

Usaha Mikro Kecil dan menengah adalah usaha ekonomi produktif yang

berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha, yang

bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari

usaha menengah atau usaha besar, yang memenuhi kriteria usaha kecil

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 UMKM memiliki kriteria

sebagai berikut:

29
1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik orang perorangan atau badan

usaha milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 3000.000.000 (tiga

ratus juta rupiah).

2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari

usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta`rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau

30
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

3.3.1.2 Aspek-aspek UMKM

Apabila dikaji lebih lanjut, aspek UMKM sangatlah bervariasi, terutama

jika dilihat dari berbagai dimensi yang membentuk profil UMKM. Beberapa hal

yang perlu diketahui mengenai aspek/ dimensi UMKM adalah sebagai berikut:

1. Aspek Karakteristik Pengusaha

Karakteristik pengusaha merupakan ciri yang melekat pada pengusaha

tersebut. Karakteristik ini akan menyangkut dan meliputi: jenis kelamin

((gender), usia, pengalaman usaha, status dalam keluarga, pendidikan, dan

karakteristik yang relevan lainnya.

2. Aspek Input

Aspek input menyangkut berbagai masukan yang dipergunakan oleh UMKM,

yaitu jenis usaha, bahan baku, bahan penunjang, bahan penolong, mesin dan

tenaga kerja yang digunakan.

3. Aspek Produksi

Aspek produksi menyangkut sistem produksi yang digunakan, urutan proses

produksi, jumlah produksi, dan keahlian yang dibutuhkan dalam produksi.

4. Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran menyangkut dimensi konsumen, situasi pasar dan sistem

distribusi. Dimensi konsumen menyangkut siapa konsumen, dimana mereka

berada dan banyak konsumen. Dimensi situasi menyangkut situasi

persaingan, daerah pemasaran, identitas pesaing dan pangsa pasar. Dimensi

distribusi menyangkut bagaimana distribusi produk ke konsumen, saluran

pemasaran yang digunakan dan alat transportasi yang digunakan.

5. Aspek Usaha

31
Aspek usaha menyangkut jenis usaha, jumlah unit usaha, sarana usaha yang

dimiliki, peluang usaha dan pola kemitraan yang sudah dilakukan.

6. Aspek Keuangan

Aspek keuangan menyangkut perkembangan modal, hutang usaha, laba

usaha, sumber dan penggunaan dana, rasio keuangan, piutang usaha dan

kendala keuangan yang dihadapi.

7. Aspek Manajemen dan Tingkat Penguasaan Teknologi

Aspek manajemen dan tingkat penguasaan teknologi menyangkut struktur

organisasi beserta tugas dan wewenang, balas jasa dan insentif yang

diberikan kepada karyawan, teknologi yang digunakan, adanya rencana dan

jadwal kegiatan.

8. Aspek Legalitas Usaha

Aspek legalitas usaha menyangkut perizinan yang dimiliki, yuridis perkreditan

yang diambil, pembayaran pajak dan masalah yuridis penggunaan tenaga

kerja.

9. Faktor Pembatas dan Intervensi yang diperlukan

Faktor Pembatas menyangkut kendala yang dihadapi dalam usaha serta

faktor intervensi menyangkut keinginan UMKM terhadap pihak pemerintah

untuk mengatasi faktor pembatas tersebut.

3.3.1.3 Tujuan Dan Peranan UMKM

Tujuan Usaha Mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu bertujuan menumbuhkan dan

mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional

berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Usaha Mikro memiliki peranan yang penting dalam pembangunan

ekonomi, karena intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan investasi

32
yang lebih kecil, sehingga usaha mikro lebih fleksibel dalam menghadapi dan

beradaptasi dengan perubahan pasar. Hal ini menyebabkan usaha mikro tidak

terlalu terpengaruh oleh tekanan eksternal, karena mampu mengurangi impor.

Oleh karena itu pengembangan usaha mikro dapat memberikan kontribusi pada

perubahan struktur sebagai prakondisi pertumbuhan ekonomi jangka panjang

yang stabil dan berkesinambungan. Disamping itu tingkat penciptaan lapangan

kerja lebih tinggi pada usaha mikro daripada yang terjadi di perusahaan besar.

Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian

Indonesia paling tidak dapat dilihat dari:

1. Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai

sektor.

2. Penyedia lapangan kerja yang terbesar.

3. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan

pemberdayaan masyarakat.

4. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi.

5. Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan

ekspor.

Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui

berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran

strategis UMKM menurut Bank Indonesia antara lain: jumlahnya yang besar dan

terdapat dalam setiap sektor ekonomi mampu menyerap banyak tenaga kerja

dan setiap investasi menciptakan lebih banyak kesempatan kerja; memiliki

kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang

dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga terjangkau.

33
UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan

strategis dimana bukan saja telah terbukti mampu menghadapi krisis ekonomi

Indonesia yang berkepanjangan, tetapi justru mampu memberikan kontribusi

yang sangat berarti dalam :

1. Penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

2. Sebagai jaring pengaman sosial (Social Safety Net), khususnya dalam

penyediaan lapangan kerja bagi calon-calon pekerja maupun pekerja

yang terkena PHK.

3. Mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis kepada perekonomian rakyat.

4. Memperkuat fundamental ekonomi.

Yang juga perlu dicermati, bukti bahwa sektor UMKM lebih tahan

terhadap guncangan krisis dan mampu memberi kontribusi terhadap

perekonomian nasional karena sektor tersebut memiliki karakteristik yang unik,

yaitu:

1. Dapat dikembangkan di hampir semua sektor usaha di seluruh wilayah

Indonesia.

2. Pemerataan kesempatan kerja.

3. Umumnya sangat fleksibel, karena skala usaha, spesifikasi dan

teknologinya relatif kecil dan sederhana sehingga fleksibel (mudah

menyesuaikan) terhadap setiap perubahan.

4. Produk-produk yang dihasilkan sebagian besar merupakan kebutuhan

primer masyarakat.

34
5. Lebih sesuai dan lebih dekat dengan kehidupan tingkat bawah (grassroot

economy), sehingga upaya mengentaskan masyarakat dari

keterbelakangan pendapatan akan lebih efektif melalui pengembangan

sektor UMKM.

3.3.1.4 Peta Permasalahan UMKM

Dalam rangka menyusun kebijakan dan strategi dalam pengembangan

UMKM khususnya pendanaan ataupun permodalan UMKM, perlu diketahui peta

permasalahan UMKM yang dikelompokan dalam 3 (tiga) kategori permasalahan

yaitu:

1) Permasalahan dasar (basic problems), dapat dilihat dari berbagai aspek

meliputi pemasaran, SDM, teknologi, keuangan, dan aspek legalitas maupun

aspek permodalan/pendanaan yang semuanya bersifat mendasar, dan rata-

rata dialami UMKM pada umumnya. Permasalahan-permasalahan tersebut

relatif masih sederhana dan lebih mudah untuk ditangani. Sebagai gambaran

dari aspek-aspek tersebut adalah bagaimana mencari pasar yang potensial

pada suatu daerah target pemasaran, kemasan produksi yang lebih baik dan

menarik, keperluan tambahan modal dari taman dan keluarga, penggunaan

teknologi yang relatif masih sederhana, dan manajemen usaha yang bersifat

manajemen keluarga atau one man show.

2) Permasalahan antara (intermediate problems), merupakan permasalahan

yang menghubungkan antara masalah dasar dengan masalah yang lebih

kompleks dan canggih. Masalah-masalah ini dapat tergambar dari

pemasalahan aspek pemasaran seperti kurangnya informasi maupun data-

data yang akurat dan terkini mengenai peluang pasar baik dalam maupun

35
luar negeri. Selain itu permasalan dari aspek keuangan khususnya

keterbatasan modal yang dikarenakan kesulitan UMKM mengakses kredit di

bank. Permasalahan dari aspek produksi berupa ketergantungan pada

bahan baku impor.

3) Pada tingkat akhir, terdapat permasalahan-permasalahan yang

dikategorikan sebagai permasalahan lebih lanjut (advanced problems),

terdapat permasalahan-permasalahan yang dikategorikan sebagai masalah

lebih lanjut terutama terkait dengan pengembangan ekspor.

Permasalahan tersebut antara lain pengenalan pasar dan penetrasi

pasar untuk promosi ekspor yang belum optimal, kurangnya pemahaman

terhadap desain produk yang sesuai dengan karakter pasar, permasalahan

hukum yang menyangkut hak paten, kontrak penjualan serta peraturan yang

berlaku di negara tujuan ekspor. Selain itu manajemen yang digunakan oleh

UMKM pada umumnya masih terkonsentrasi kepada satu atau dua orang yang

merupakan kerabat dekat. Belum terdapat pembagian tugas yang jelas,

menyebabkan satu orang harus mengerjakan banyak tugas seperti bahan baku,

penentuan harga jual, penyimpanan uang hasil usaha. Seringkali tidak ada

pemisahan antara harta perusahaan dengan harta keluarga, sehingga sulit

diketahui secara cepat dan tepat informasi posisi keuangan perusahaan.

Realitas menunjukkan bahwa UMKM yang ada sekarang ini masih

menghadapi berbagai kendala dan masalah. Andang

Setyobudi mengkategorisasikan permasalahan UKM menjadi :

1. Permasalahan yang bersifat klasik dan mendasar pada UMKM (basic

problems), antara lain berupa permasalahan modal, bentuk badan hukum

yang umumnya non formal, SDM, pengembangan produk dan akses

pemasaran;

36
2. Permasalahan antara (intermediate problems), yaitu permasalahan dari

instansi terkait untuk menyelesaikan masalah dasar agar mampu

menghadapi persoalan lanjutan secara lebih baik. Permasalahan tersebut

antara lain dalam hal manajemen keuangan, agunan dan keterbatasan

dalam kewirausahaan.

3. Permasalahan lanjutan (advanced problems), antara lain pengenalan

dan penetrasi pasar ekspor yang belum optimal, kurangnya pemahaman

terhadap desain produk yang sesuai dengan karakter pasar,

permasalahan hukum yang menyangkut hak paten, prosedur kontrak

penjualan serta peraturan yang berlaku di negara tujuan ekspor;

Sedangkan menurut Mohammad Jafar Hafsah membagi permasalahan UMKM

hanya menjadi menjadi 2 hal utama yaitu :

1. Faktor Internal

a. Kurangnya permodalan yang diperlukan untuk mengembangkan unit

usaha, karena padaumumnya usaha kecil dan menengah merupakan

usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup dengan

mengandalkan pada modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat

terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga

keuangan lainnya sulit diperoleh, karena persyaratan secara

administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi

(tidak Bankable).

b. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), sebagian besar usaha

kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang

turun temurun. Keterbatasan SDM usaha kecil baik dari segi

pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat

berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga

usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Disamping

37
itu unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan

teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang

dihasilkannya.

c. Keterbatasan produk dan lemahnya kemampuan penetrasi pasar,

pada umumnya UKM merupakan unit usaha keluarga yang

mempunyai hasil produk yang jumlahnya terbatas serta mempunyai

kualitas yang kurang kompetitif

2. Faktor Eksternal

a. Iklim usaha yang belum sepenuhnya kondusif karena Kebijaksanaan

Pemerintah untuk menumbuh kembangkan Usaha Kecil dan

Menengah (UKM) yang masih kurang berpihak.

b. Terbatasnya sarana dan prasarana usaha dan kurangnya informasi

yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki

juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan

usahanya sebagaimana yang diharapkan.

c. Implikasi negatif dari diberlakunya Undang-undang No. 22 Tahun

1999 tentang Otonomi Daerah, dimana kewenangan daerah

mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat

setempat yang terkadang malah menurunkan daya saing Usaha Kecil

dan Menengah (UKM).

d. Implikasi ACFTA yang mulai berlaku penuh Tahun 2010 dan

Perdagangan Bebas tahun 2015 yang berakibat luas terhadap usaha

kecil dan menengah untuk bersaing dalam produk, kualitas produk,

jaringan usaha maupun keterbatasan akses pemasaran.

38
e. Sifat produk dengan umur yang pendek, sebagian besar produk

industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk

fashion dan kerajinan dengan lifetime yang pendek.

3.3.2 Kebijakan Bank Indonesia Pemberdayaan dan Pengembangan

UMKM

Pemberdayaan UMKM merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang demokratis, adil dan

makmur sesuai dengan amanat konstitusi Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Dalam UU nomor 20 tahun 2008 tentang usaha Mikro, Kecil dan Menengah,

Pemberdayaan UMKM diartikan sebagai upaya yang dilakukan Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk

penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang

tangguh dan mandiri. Sedangkan untuk pengembangan UMKM diartikan sebagai

upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dunia usaha,

dan masyarakat untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan, dan bantuan perkuatan

untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah.

Dalam UU nomor 20 tahun 2008 juga menjelaskan mengenai prinsip

dan tujuan pemberdayaan UMKM yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Prinsip Pemberdayaan UMKM

a. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri

39
b. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan

berkeadilan

c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar

sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

d. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara

terpadu.

2. Tujuan Pemberdayaan UMKM

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang, dan berkeadilan;

b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri;

c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam

pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan

pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari

kemiskinan.

Melihat besarnya potensi UMKM ini bagi pertumbuhan dan pemerataan

perekonomian di tanah air, oleh karena itu pentingnya pemberdayaan UKM

dilandasi oleh pemikiran bahwa masih banyak pengusaha kecil dan menengah

yang belum dapat tersentuh oleh perbankan dan pengalaman selama krisis

menunjukkan bahwa segmen UMKM relatif lebih tahan menghadapi krisis

dibandingkan sektor yang skala besar. Sedangkan dari sisi lembaga pembiayaan

(termasuk perbankan) juga terdapat urgensi pembiayaan ke sektor UMKM yaitu

upaya meningkatkan aktivitas pengusaha kecil dan menengah dalam

pembiayaan pengembangan usaha melalui modal kerja dan investasi serta

mengurangi dan menyebarkan risiko kredit

40
Seperti yang telah diketahui bahwa dengan diberlakukannya UU Nomor

23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 3 Tahun 2004

tentang Bank Indonesia, dimana kebijakan Bank Indonesia dalam membantu

pengembangan UMKM mengalami perubahan paradigma yang cukup mendasar

karena Bank Indonesia tidak dapat lagi memberikan bantuan keuangan atau

Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI), sehingga peranannya dalam

pengembangan UMKM berubah menjadi tidak langsung. Pendekatan yang

digunakan kepada UMKM bergeser dari development role menjadi promotional

role. Pendekatan yang memberikan subsidi kredit dan bunga murah sudah

bergeser kepada pendekatan yang lebih menitikberatkan pada kegiatan :

1. Pelatihan, dengan tujuan yaitu meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan serta mendorong Bank dan Lembaga Pembiayaan UMKM

dalam menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada UMKM;

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Lembaga Penyedia Jasa

(Business Development Service Provider) agar mampu memfasilitasi

akses UMKM terhadap pembiayaan dan menjadi mitra Bank dalam upaya

pengembangan UMKM melalui penyaluran dana dari bank atau lembaga

keuangan kepada UMKM.

2. Penelitian, terutama yang diarahkan untuk mendukung penetapan arah

dan kebijakan Bank Indonesia dalam rangka untuk menggali potensi

sektor UMKM di tiap-tiap daerah dan pemberian bantuan teknis dalam

rangka mendorong pengembangan UMKM yang sesuai dengan

kebutuhannya.

3. Penyediaan dan penyebarluasan informasi, dengan tujuan memberikan

masukan kepada UMKM, perbankan dan pihak lainnya yang terkait,

dalam rangka penyediaan informasi dan data perkembangan UMKM.

41
Penyebarluasan informasi dilakukan melalui media cetak, media

elektronika dan sosialisasi. Khusus untuk sosialisasi dapat dilakukan

dalam bentuk pertemuan, seminar, lokakarya, pameran dan bazaar

intermediasi perbankan.

Upaya-upaya lain yang dapat dilakukan dalam rangka pemberdayaan sektor riil

dan UMKM adalah :

1. Penciptaan iklim usaha yang kondusif, dalam hal ini pemerintah perlu

mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain dengan

mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta

penyederhanaan prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan

regulasi-regulasi lainnya.

2. Perlindungan usaha jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha

tradisional yang merupakan usaha golongan ekonomi lemah, harus

mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik itu melalui undang-

undang maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling

menguntungkan antar pihak.

3. Membentuk lembaga khusus atau asosiasi, sebagai upaya

mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan

penumbuhkembangan UMKM, jaringan informasi dan berfungsi untuk

mencari solusi dalam rangka mengatasi permasalahan baik internal

maupun eksternal yang dihadapi oleh UMKM.

4. Pengembangan kemitraan dan kerjasama yang setara, antara UMKM

dengan dunia usaha yang berskala Korporasi dengan mediasi oleh

Pemerintah untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha,

memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien

42
serta menginventarisir berbagai isu-isu mutakhir yang terkait dengan

perkembangan usaha. Dengan demikian UMKM akan mempunyai

kekuatan dalam bersaing dengan pelaku bisnis lainnya.

Menurut Surat Edaran No. 7 / 85 / INTERN tanggal 31 Oktober 2005

tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Bantuan Teknis dalam rangka

Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dapat dijelaskan bantuan

teknis Bank Indonesia didefinisikan sebagai bantuan teknis yang diberikan

kepada UMKM melalui kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan/atau Pihak

Ketiga dalam bentuk pelatihan, pendampingan, studi banding, magang dan

pameran produksi atau bazar intermediasi perbankan. Tujuan pemberian

bantuan teknis adalah meningkatkan kapasitas dan kinerja Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (UMKM) yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan

akses UMKM kepada kredit perbankan. Dalam rangka pemberdayaan UMKM,

Bank Indonesia menggunakan program klaster (pengelompokan UMKM

berdasarkan komoditas) dan wirausaha (UMKM binaan Bank Indonesia)

3.3.3 Peran Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Malang Dalam

Pemberdayaan UMKM

Sebelum berbicara mengenai fungsi dan peran Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Malang, harus mengetahui fungsi Bank Indonesia terlebih dahulu yaitu

sebagai bank sentral yang bertugas mencapai dan memelihara kestabilan nilai

rupiah. Dalam hal ini kestabilan nilai rupiah tersebut diatas mengandung dua

aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta

kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada

43
perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada

perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.

Sebagai perpanjangan tangan kantor pusat Bank Indonesia di daerah,

KPw BI Malang mempunyai fungsi yang tidak jauh berbeda dengan kantor pusat

Bank Indonesia. Tetapi fungsi KPw BI Malang lebih terfokus pada salah satu

aspek yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa yang tercermin

pada perkembangan laju inflasi di wilayah kerjanya Yaitu wilayah Malang,

Pasuruan, Probolinggo dan Batu.

Selain itu KPw BI Malang juga bertugas dalam upaya pemberdayaan

dan pengembangan UMKM di wilayah kerjanya. Bentuk pengembangan dan

pemberdayaan yang dilakukan oleh KPw BI Malang dilakukan lewat bentuk

lending model yaitu suatu bentuk penelitian pola pembiayaan untuk usaha kecil.

Biasanya dilakukan untuk komoditi yang berpotensi untuk dikembangkan,

sehingga dapat menjadi suatu informasi bagi masyarakat, instansi Pemerintah

bahkan kalangan perbankan. Selanjutnya dalam tahap pengembangan UMKM,

KPw BI Malang melakukan dalam tiga tahap kegiatan, yaitu penyusunan program

UMKM, melaksanakan program pengembangan UMKM dan mengevaluasi

program yang telah dilaksanakan. BI juga bekerjasama dengan Pemerintah

Daerah untuk membentuk Satgasda Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB)

dalam pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) KKMB.

Selain itu KPw BI Malang juga melakukan penguatan komoditas inflasi,

yaitu dengan melakukan pemantauan harga komoditas pangan hal ini dilakukan

untuk mencapai tujuan tunggal tercapainya target inflasi. Penguatan komoditas

ini diharapkan dapat memperbanyak jumlah penawaran untuk memenuhi

permintaan masyarakat. Di KPw BI Malang juga menggunakan program kalster

44
(pengelompokan UMKM berdasarkan komoditas) dan wirausaha (UMKM binaan

KPw BI Malang) dalam upaya mengembangkan serta memberdayakan UMKM di

wilayah kerja KPw BI Malang. Contoh klaster yang dibuat oleh KPw BI Malang

meliputi: klaster padi, klaster cabai, klaster bawang merah, dan masih banyak

lagi. Sedangkan UMKM yang dibina KPw BI Malang adalah UMKM Batik Jatim

Katesa yang merupakan pengrajin batik di wilayah kerja KPw BI Malang.

3.3.3.1 Peran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang dalam

Pemberdayaan UMKM Batik Jatim Katesa di Kota Malang Melalui

Pemberian Bantuan Teknis

Terkait dengan upaya untuk mendukung pengembangan UMKM, KPw

BI Malang telah melaksanakan program pembinaan terhadap UMKM di wilayah

kerjanya. Dalam menentukan UMKM mana yang akan dijadikan binaan oleh KPw

BI Malang, tim Unit Akses Keuangan dan UMKM (UAKU) melakukan penelitian

dan survei untuk menentukan UMKM mana yang akan dijadikan UMKM binaan.

UMKM yang dipilih adalah UMKM yang memiliki potensi besar untuk dapat

berkembang sehingga tim UAKU memilih UMKM yang tidak terlalu besar serta

tidak baru berdiri tapi memiliki potensi yang besar untuk berkembang dan maju.

Setelah melakukan survei dan penelitian, KPw BI Malang memutuskan

untuk melakukan pembinaan terhadap UMKM Batik Jatim Katesa yang berjumlah

12 kelompok pengrajin batik yang berada di wilayah kerja KPw BI Malang yang

meliputi Kabupaten/Kota Malang, Kabupaten/Kota Pasuruan, Kabupaten/Kota

Probolinggo dan Kota batu. Namun dalam laporan KKN-P ini penulis hanya

memilih UMKM Batik Jatim Katesa binaan KPw BI Malang yang berada di Kota

Malang.

45
Keberadaan batik sebagai identitas dan warisan budaya bangsa

Indonesia semakin diakui sejak ditetapkannya batik sebagai world heritage oleh

UNESCO pada 2 Oktober 2009. Batik Jatim Katesa merupakan icon batik di

daerah Jawa Timur Kawasan Tengah Selatan meliputi Probolinggo, Pasuruan,

Malang dan Batu. Keunikan masing masing daerah menambah keanekaragaman

motif “Batik Jatim Katesa” seperti di daerah Kota/Kabupaten Malang dengan

motif “topeng malangan”, “tebu”, “kopi” dan “padi”. Seiring dengan semakin

banyaknya pengrajin batik Jatim katesa, namun terkadang tidak diseimbangkan

dengan keahlian pengetahuan pengrajin mengenai teknik desain dan pembuatan

batik.

Mengacu pada permasalahan umum mengenai minimnya pengetahuan

pengrajin tentang teknik desain dan pembuatan batik perlunya pelatihan untuk

meningkatkan keahlian kepada pengrajin batik di daerah Jatim Katesa. Oleh

karena itu KPw BI Malang selain memberikan bantuan teknis berupa sarana dan

prasarana seperti alat-alat membatik serta kain batik, juga mengadakan pelatihan

berupa penguatan kelompok dan peningkatan kualitas batik yang bertujuan untuk

menambah pengetahuan dan keahlian serta dapat meningkatkan penguatan

kelompok dan peningkatan kualitas batik khususnya di Jatim Kawasan Tengah

Selatan melalui teknik desain dan pembuatan batik sesuai dengan standarisasi

UNESCO. Diharapkan dengan adanya pelatihan tersebut terjadi peningkatan

produksi batik, peningkatan keahlian pengrajin batik dalam pengolahan limbah

batik sehingga ramah lingkungan serta memperbaiki kesejahteraan pengrajin

batik dan masyarakat sekitar yang secara tidak langsung diharapkan mampu

meningkatkan perekonomian daerah.

Dalam pelatihan tersebut terdapat beberapa materi yang bermanfaat

bagi para pengrajin batik Jatim Katesa antara lain: Penguatan kelembagaan

46
pengrajin batik, pembuatan laporan keuangan sederhana UMKM, Teori desaain,

motivasi, pengendalian limbah serta praktek proses pewarnaan alami. Ukuran

keberhasilan dari pelatihan yang dilakukan oleh KPw BI Malang adalah sebagai

berikut:

1. Peningkatan peran dan fungsi kelompok

 Menjadi kelompok yang mandiri dan dinamis

 Mempunyai AD/ART kelompok yang telah disepakati bersama

2. Pelaksanaan pencatatan laporan sumber dan penggunaan dana pengrajin

batik melalui pembukuan sederhana

 Pengrajin batik mempunyai catatan pembukuan sederhana untuk

setiap pemasukan/pengeluaran agar dapat menentukan tingkat

kelayakan usaha serta pengembangan usaha selanjutnya

3. Peningkatan pendapatan pengrajin batik

 Peningkatan pendapatan dapat tercapai apabila pengrajin

mempunyai kualitas yang baik, produksi yang tinggi, dan

penguatan kelompok dalam hal pemasaran.

Dengan adanya tingkat ukuran keberhasilan pelatihan maka KPw BI

Malang tahu mana UMKM yang sudah menerapkan dengan baik apa yang

diperoleh dari proses pelatihan. Selanjutnya monitoring dan evaluasi

dilakukan secara rutin dan berkesinambungan setiap 3 bulan sekali, untuk

mengetahui keberhasilan pengrajin batik dan penguatan kelompok dan

peningkatan kualitas batik.

Di Kota Malang sendiri selaku salah satu wilayah kerja dari KPw BI

Malang terdapat 3 kelompok UMKM batik Jatim Katesa yang menjadi binaan

dari KPw BI Malang diantaranya:

47
1. Batik “Blimbing Malang”

Kelompok pengrajin batik ini berdiri pada tahun 2010 yang beralamat di

Jalan Candi Jago no 6 Malang. Dengan beranggotakan 10 pengrajin,

kelompok pengrajin batik ini mampu berkembang sampai sekarang.

Dengan modal awal sebesar Rp. 15.000.000 sampai sekarang telah

bertambah menjadi Rp. 105.000.000. Sedangkan perbulannya mampu

meraup omset sebesar Rp.7.000.000. Dengan adanya pelatihan dan

bantuan dari KPw BI Malang diharapkan dapat meningkatkan etos kerja,

motivasi dan ketrampilan dari para pengrajin sehingga kelompok batik

“Blimbing Malang” dapat berkembang dengan baik dan juga dapat

mengakses kredit ke perbankan agar masalah permodalan dapat teratasi

sehingga dapat memperluas produksi dan usahanya. Dengan besarnya

potensi dari Kelompok Batik “Blimbing Malang” ini maka KPw BI Malang

menjadikannya sebagai UMKM binaan yang bertujuan untuk

dikembangkan serta diberdayakan menjadi lebih baik lagi.

2. Batik “Bhre Tumapel”

Kelomppok pengrajin batik yang beralamat di Jalan Kepuh IV no 29

Malang ini berdiri pada tahun 2009 dengan beranggotakan 20 orang.

Latar belakang terbentuknya kelompok pengrajin batik ini dilandasi untuk

menggerakan perekonomian warga sekitar serta untuk melestarikan

budaya lokal. Dengan modal awal sebesar Rp. 4.000.000, sekarang

omset perbulan mencapai Rp. 8.000.000. Hingga sekarang kelompok

pengrajin batik ini terus berkembang dengan baik sehingga KPw BI

Malang menjadikannya UMKM binaan agara dapat terus berkembang dan

meningkatkan produksinya sehingga dapat menyerap tenaga kerja lebih

banyak lagi.

48
3. Batik “Tlogomas”

Kelomppok pengrajin batik yang beralamat di Jalan Raya Tlogomas no 56

Malang ini berdiri pada tahun 2014 dengan beranggotakan 15 orang.

Latar belakang terbentuknya kelompok pengrajin batik ini adalah sebagai

wadah bagi ibu-ibu yang memiliki potensi ketrampilan membatik di daerah

tersebut. Dengan modal awal sebesar Rp. 2.500.000,omset sekarang

hanya berkisar Rp. 600.000 sampai Rp. 1.000.000. Karena termasuk

masih baru ,belum banyak produk yang terjual, kebanyakan hanya

berdasarkan pesanan. Dengan melihat kualitas batik yang baik dari

kelompok pengrajin batik ini maka KPw BI Malang menjadikannya

sebagai UMKM binaan agar dapat diberikan bantuan serta pelatihan agar

dapat berkembang dan dapat memperluas usahanya. Karena masih baru

diperlukan pendampingan dan monitoring oleh KPw BI Malang agar

program pemberdayaan UMKM dari Bank Indonesia dapat berhasil.

Hingga sekarang kelompok pengrajin batik ini terus berkembang dengan

baik sehingga KPw BI Malang menjadikannya UMKM binaan agara dapat

terus berkembang dan meningkatkan produksinya sehingga dapat

menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi.

Selain itu upaya pemberdayaan UMKM secara langsung oleh KPw BI

Malang juga telah melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Kunjungan Bisnis ( Road Show )

Kunjungan bisnis ( road show ) yang dilaksanakan KPw BI Malang yaitu

melakukan kunjungan bisnis ke beberapa UMKM batik yang telah sukses.

49
Diharapkan dengan adanya kunjungan bisnis tersebut, tim dari KPw BI Malang

dapat mengetahui apa saja kiat-kiat agar dapat sukses dalam usaha batik, serta

permasalahan apa yang sering terjadi pada pengrajin batik.

2. Pameran Produk UMKM

Pameran produk UMKM yang dilakukan oleh KPw BI Malang dengan pihak-pihak

yang terkait dalam pengembangan UMKM seperti halnya pemerintah daerah ini

bertujuan untuk memperluas jaringan pemasaran bagi UMKM dan meningkatkan

kecintaan terhadap produk dalam negeri dan menggali potensi UMKM baru di

daerah. Pameran produk batik serta fashion show dengan menggunakan batik

asli UMKM binaan KPw BI Malang bertujuan mengenalkan produk unggulan

UMKM binaan serta mendorong kepada perbankan agar mau memberikan kredit

kepada UMKM Batik yang memiliki potensi untuk berkembang dengan baik

tersebut.

3.4 Pengalaman Belajar

Pada kegiatan KKN-P yang telah dilaksanakan penulis selama 15 hari

kerja di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang, banyak

pengalaman dan manfaat yang penulis peroleh. Adapun manfaat tersebut

pertama, penulis mendapatkan pengalaman bahwa Bank Indonesia ternyata

mempunyai peran yang penting bagi pengembangan serta pemberdayaan

UMKM. Kedua, penulis mendapatkan pengalaman mengenai bagaimana KPw BI

turut serta dalam upaya pengendalian inflasi di wilayah kerjanya melalui Tim

Pengendalian Inflasi Daerah dan inisiatif KPw BI sendiri. Ketiga, penulis

mengetahui bagaimana proses penukaran dan penghancuran uang tidak layak

edar, di wilayah KPw BI Malang. KPw BI Malang senantiasa membuka jasa

penukaran uang yang tidak layak edar (UTLE) yang ditukar dengan uang layak

50
edar (ULE). Penukaran UTLE dengan ULE oleh KPw BI tidak dikenakan biaya

alias gratis, penukaran bisa dilakukan di KPw BI Malang. Selain itu, KPw BI

Malang ternyata juga menggelar operasi kas keliling, yakni beberapa pegawai

KPw BI Malang ditemani oleh beberapa orang dari Satuan Brimob Polri

melakukan penukaran UTLE dengan ULE di beberapa tempat yang dianggap

strategis. Selain pengalaman yang langsung berhubungan dengan operasional

kerja, penulis juga mendapatkan banyak materi tentang Bank Indonesia yang

disampaikan oleh pemateri dari masing-masing unit serta dengan Deptuti di KPw

BI Malang. Adapun materi-materi yang penulis dapatkan antara lain adalah

pertama, materi mengenai kebanksentralan, yakni bagaimana sejarah bank

sentral dibentuk, alasan mengapa diperlukan adanya bank sentral serta tugas-

tugas yang diemban oleh bank sentral. Kedua, penulis juga mendapatkan materi

mengenai pengelolaan sumberdaya di KPw BI Malang, yakni bagaimana KPw BI

Malang dalam menjaga dan memberdayakan sumberdaya manusia yang ada

agar terbentuk kualitas sumberdaya yang baik di KPw BI Malang. Pemberian

bonus, sanksi dan tunjangan hidup diberikan KPw BI Malang kepada seluruh

pegawai agar kinerja sumberdaya manusia dapat optimal. Materi berikutnya yang

penulis dapatkan adalah mengenai uang kartal, yakni tentang bagaimana proses

pembentukan uang kartal, karakteristik uang kartal yang asli, karakteristik uang

palsu dan bagaimana menilai sebuah uang layak untuk diedarkan atau tidak.

Selain pengalaman dan materi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

kebanksentralan, penulis juga mendapatkan pengalaman berharga tentang dunia

kerja yang sesungguhnya. Meskipun sibuk dengan pekerjaan masing-masing

akan tetapi para staff dan pegawai KPw BI senantiasa ramah dan murah senyum

dalam memberikan bimbingan terhadap. Dan, masih banyak lagi pengalaman

lain yang diperoleh penulis selama KKN-P di KPw BI Malang.

51
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

 Peranan UMKM dalam pereonomian Indonesia sangat besar. Hal ini

dapat dilihat dari besarnya kontribusi UMKM dalam penyerapan tenaga

kerja dan sumbangan dalam PDB Indonesia. Oleh karena itu, untuk

mendorong pertumbuhan UMKM dengan cara mengembangkan dan

memberdayakan dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi

dibutuhkan akses keuangan dari berbagai pihak, dalam pembahasan

kali ini adalah peran Bank Indonesia sebagai salah satu lembaga

keuangan dan otoritas moneter di Indonesia.

 Dukungan Bank Indonesia terhadap perkembangan UMKM

direalisasikan dalam berbagai benruk kebijakan yang dikeluarkan seperti

guna meningkatkan penyaluran kredit atau pembiayaan dari perbankan

kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang diperlukan

untuk memperkuat peran UMKM dalam struktur perekonomian nasional

serta memberikan pelatihan, penelitian, bantuan teknis dan

penyedian/penyebarluasan informasi kepada UMKM. Dalam upaya

pemberdayaan UMKM, Bank Indonesia menggunakan program klaster

(pengelompokan berdasarkan komoditas) dan wirausaha (UMKM binaan

Bank Indonesia).

 Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Malang selaku perpanjangan

tangan dari Bank Indonesia pusat juga bertanggungjawab untuk

mengembangkan dan memberdayakan UMKM di wilayah kerjanya

sesuai kebijakan Bank Indonesia. KPw Bank Indonesia memiliki UMKM

binaan yang menjadi produk unggulan di wilayah kerjanya yaitu UMKM

52
batik yang bernama “Batik Jatim Katesa”. Di Kota Malang sendiri

terdapat 3 pengrajin batik yang tergabung dalam Batik Jatim Katesa

yang menjadi binaan KPw Bank Indonesia Malang diantaranya Batik

“Tlogomas”, Batik “Bhre Tumapel dan Batik “Blimbing Malang”.

 Peran KPw Bank Indonesia Malang dalam memberdayakan dan

mengembangkan UMKM Batik Jatim Katesa di Kota Malang adalah

dengan memberikan pelatihan, bantuan peralatan membatik serta

monitoring dan pendampingan kepada pengrajin batik binaan KPw Bank

Indonesia Malang. Disamping itu KPw Bank Indonesia Malang juga

melakukan kunjungan bisnis dan pameran batik untuk meningkatkan

kualitas, pengetahuan, pemasaran, serta sebagai ajang promosi untuk

mengenalkan produk unggulan dari UMKM binaan KPw Bank Indonesia

Malang.

4.2. Saran

 Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Malang meningkatkan kerja

sama yang lebih baik lagi dengan Pemerintah Daerah dan dinas terkait

sehingga dengan adanya kerjasama yang lebih baik maka akan lebih

mudah melakukan koordinasi dalam usaha pemberdayaan UMKM

khususnya batik di wilayah kerja KPw Bank Indonesia Malang.

 Kegiatan yang dilakukan KPw Bank Indonesia Malang dalam melakukan

bimbingan teknis dan monitoring terhadap UMKM binaan perlu

ditingkatkan intensitasnya, karena UMKM binaan sangat

memerlukannya untuk pengembangan usahanya agar lebih baik lagi.

 Lebih meningkatkan lagi akses permodalan kepada UMKM di wilayah

kerja KPw Bank Indonesia Malang seperti dengan cara mengadakan

53
penyuluhan atau menjemput bola dengan datang langsung kepada

UMKM yang masih butuh bantuan modal.

 Program pelatihan yang dilakukan oleh KPw Bank Indonesia Malang

dapat berlangsung kontinyu serta berkesinambungan agar program

tersebut dapat berjalan dengan baik.

54
DAFTAR PUSTAKA

Situs Resmi Bank Indonesia http://www.bi.go.id/ diakses Minggu 30 Oktober

2016 Pukul 19.00.

Undang-Undang No. 6 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang No. 3

Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun

1999 Tentang Bank Indonesia: Publikasi Bank Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah.

Hidayat, Iman dan Ridwan Fadillah, Adi. 2009. Pengaruh Penyaluran Kredit

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dan Pendapatan Operasional

Terhadap Laba Operasional.

Kuncoro, Mudrajad. 2007. Usaha Kecil Di Indonesia : Profil, Masalah dan strategi

Pemberdayaan.

Surat Edaran Bank Indonesia No. 7 / 85 / INTERN perihal Pedoman

Pelaksanaan Pemberian Bantuan Teknis Dalam Rangka

Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Tanggal 31 Oktober

2005: Publikasi Bank Indonesia.

KPw Bank Indonesia Malang. 2016. Laporan Pelatihan Batik Jatim Katesa.

Malang.

Joko, Sutrisno dan Sri. 2004. Pengkajian Koperasi Dan Ukm Nomor 2

Pengkajian Koperasi Dan Ukm Nomor 2 Tahun I” - 2006 and

Management Consultant Tahun 2004. Nusa Tenggara Barat

Nadjamudin, Ach. 2013. Booklet Unit Akses Keuangan & UMKM KpwBI Malang.

Malang

55
LAMPIRAN 1

56
57
58
59
60
61
62
63
LAMPIRAN 2

64
LAMPIRAN 3

65
66
67

Anda mungkin juga menyukai