AMALGAM
MODUL 512
Penatalaksanaan Kelainan Jaringan Keras Gigi
FAKULTAS KEDOKTERAN
GIGI UNIVERSITAS
TRISAKTI JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nyalah
kami mampu menyelesaikan makalah tentang amalgam pada modul 512 tepat waktu dan
dengan baik meskipun ada kekurangan di dalamnya.
Kami sangat berterima kasih kepada dosen yang membimbing kami di modul ini
dan juga kepada seluruh kontributor dan kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi
dalam pembentukan makalah ini secara maksimal.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi seluruh pembacanya dan juga menambah
wawasan serta pengetahuan kami juga. Kami menyadari bahwa makalah ini memiliki
banyak kekurangan, baik dari segi tulisan maupun isinya, oleh karena itu kami berharap
adanya kritikan dan juga saran yang diberikan kepada kami guna memperbaiki makalah ini
dan juga untuk makalah di masa yang akan datang.
Sebelumnya kami mohon maaf bila terdapat kesalahan kata di dalamnya yang
kurang berkenan.
Kelompok D
1
DAFTAR ISI
COVER
BAB I - PENDAHULUAN.................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2 Tujuan ........................................................................................................................... 3
1.3 Manfaat ......................................................................................................................... 3
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui kontra amalgam sebagai bahan restorasi.
1.3 Manfaat
Menambah wawasan bagi mahasiswa tentang penggunaan amalgam sebagai bahan
restorasi dalam bidang kedokteran gigi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
sampai 120 µm, ketebalan 10-70 µm dan ketebalan 10-35 µm. Alloy
konvensional mengandung 66% sampai 73% Perak, 25-29% Timah dan 6%
Tembaga. Zink mungkin dapat ditemukan sampai 2% dan Merkuri 3%.
Kelebihannya adalah mudah mencapai kontak proximal karena
ketahanan alloy lathe-cut terhadap tekanan kondensasi baik. Kekurangannya,
sulit dikondensasi ke area yang sulit diakses, karena membutuhkan tekanan
kondensasi yang baik, laju pengerasan lebih lambat dibanding spherical, kasar
saat di carving,burnishing, dan polishing.
2) Spherical
Diperkenalkan sejak tahun 1960, umumnya ukuran partikel 40-50 µm
atau kurang, amalgam spherical memerlukan sedikit merkuri dan mengurangi
tekanan kondensasi. Kelebihan alloy berbentuk spherical adalah mudah
dikondensasi ke area yang sulit untuk diakses karena tidak memerlukan tekanan
kondensasi yang besar, dapat mengeras dengan cepat, dan lebih halus saat di
carving, burnishing, dan polishing. Kekurangan : sulit mencapai bagian kontak
interproximal.
5
2.4 Komposisi amalgam
Restorasi amalgam merupakan paduan logam dengan komposisi terdiri atas
merkuri, perak, timah, seng dan tembaga, serta beberapa elemen tambahan yang akan
meningkatkan sifat fisik dan mekanik bahan. Amalgam khususnya cocok untuk
restorasi klas I dan klas II dimana dapat menahan tekanan kunyah yang besar. Dengan
komposisi terdiri dari berbagai logam, restorasi amalgam akan memberi warna yang
sangat berbeda dengan warna gigi dan tidak cocok dijadikan tambalan gigi anterior
karena warnanya yang abu-abu perak.
Perak (Ag) 25 - 35
Timah (Sn) 15 - 30
Tembaga (Cu) 2 - 30
Merkuri (Hg) 45 - 50
6
perak, tembaga, dan timah — sedangkan 50% lainnya terdiri dari unsur merkuri.
Kekuatan restoratif bergantung pada sifat kimia merkuri untuk membentuk amalgam.
Merkuri merupakan komponen utama dalam restorasi amalgam, mempunyai sifat
toksisitas yang sudah diketahui banyak orang dari afinitas yang tinggi terhadap protein
dan asam amino. Eksperimen in vitro menunjukkan bahwa unsur merkuri sepuluh kali
lebih beracun daripada timbal pada neuron (Pb). Jaringan seperti hati, ginjal, dan sistem
saraf pusat (SSP) adalah target utama untuk bioakumulasi toksin amalgam. Mengingat
kedekatan rongga mulut ke otak, merkuri menembus dan terdeposit di organ tubuh ini
mempengaruhi sistem saraf pusat. Eksperimen menggunakan tikus telah menunjukkan
pencemaran merkuri ke otak.
Meskipun campuran merkuri gigi telah digunakan selama lebih dari 150 tahun,
keamanan dan risikonya tidak pernah menjalani uji bukti keamanan yang diwajibkan
untuk implan medis lainnya berdasarkan undang-undang A.S. Di bawah Amandemen
Undang-Undang Federal, Makanan, Obat-obatan, dan Kosmetika Federal (FDA) tahun
1976, Kongres mengarahkan FDA untuk menilai keamanan perangkat medis dan gigi
dan untuk meminta persetujuan pasar atas keamanan untuk perangkat apa pun yang
“dimaksudkan untuk ditanamkan dalam tubuh manusia”. ”; namun, amalgam gigi telah
dibebaskan oleh FDA.
Pada tahun 1991, Organisasi Kesehatan Dunia mengonfirmasi bahwa amalgam gigi
adalah sumber merkuri terbesar, yang memaparkan orang secara signifikan melebihi
yang ditetapkan untuk makanan, udara dan air. Studi otopsi telah menunjukkan
amalgam gigi menjadi sumber utama merkuri dalam jaringan manusia, setidaknya 60-
95% dari endapan merkuri. Dari penjelasan di atas, harus jelas bahwa bahaya kesehatan
amalgam merkuri adalah masalah serius yang perlu segera diatasi.
Sejumlah penelitian epidemiologis telah menilai dampak paparan merkuri dari
amalgam gigi oral. Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, laki-laki dengan kadar
merkuri yang tinggi pada rambut (1> ppm) memiliki kemungkinan 50% lebih tinggi
mengalami periodontitis dibandingkan perempuan dengan kadar merkuri normal (1
<ppm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan merkuri, terlepas dari jenis
kelamin, dikaitkan dengan periodontitis. Bakteri anaerob dari penyakit periodontal
menghasilkan hidrogen sulfida (H2S) dan metil mercaptan (CH3SH) yang bertanggung
jawab untuk radang gusi. Senyawa belerang ini bereaksi dengan amalgam merkuri
untuk menghasilkan jaringan gusi hitam yang disebut "tato amalgam", yang terdiri dari
7
merkuri sulfida (HgS); merkuri sulfida sangat beracun yang menyebabkan penyakit oral
dan sistemik.
8
spherical, rasio bubuk : cairan biasanya lebih kecil, dengan kandungan merkuri sekitar
45%.
Proses selanjutnya adalah triturasi, yaitu pengadukan bubuk dengan cairan yang
dapat dilakukan secara manual menggunakan mortar dan pastel maupun secara mekanis
menggunakan amalgamator dan kapsul. Hasil dari proses triturasi adalah didapatnya
suatu massa plastis yang disebut amalgam.
Setelah triturasi, amalgam dimasukkan ke dalam kavitas menggunakan amalgam
carrier dan dilanjutkan dengan kondensasi yaitu memberikan tekanan yang besar
menggunakan amalgam stopper agar dapat berkontak rapat dengan dinding kavitas.
Kondensasi yang baik perlu dilakukan untuk membuang kelebihan merkuri, karena
merkuri yang berlebihan dapat melemahkan struktur amalgam dan menyebabkan
porositas pada amalgam.
9
2.9 Pengertian strength pada amalgam
Semua bahan restorasi memerlukan kekuatan yang cukup untuk menghindari
terjadinya fraktur. Jika desain amalgam cukup baik, kegagalan relatif dapat dihindari,
sulit menemukan faktor apa yang menyebabkan terjadinya kegagalan.
10
sedangkan pada high copper adalah sekitar 90-110 MPa. Beberapa macam arah dari
beban yang diberikan. A. uniaxial loading dari silinder. B. uniaxial loading dari
restorasi MO amalgam.
11
besar dianjurkan untuk meminimalkan porositas dan mengeluarkan kelebihan
merkuri dari lathecut amalgam.
4) Efek laju pengerasan amalgam
Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan, sebagai contoh,
pada akhir menit ke-20, compressive strength hanya 6% dari kekuatan sesudah 1
minggu. Spesifikasi ADA menyebutkan compressive strength minimal adalah 80
MPa pada 1 jam. compressive strength 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang
kandungan tembaganya tinggi sangat besar. Setelah 8 jam, amalgam umumnya
sudah mempunyai 70% dari kekuatan totalnya.
12
BAB III
PEMBAHASAN
1) Toksisitas Merkuri
Toksisitas merkuri berkaitan dengan afinitasnya untuk membentuk
ikatan kovalen dengan gugus sulfhidril yang akan mengganggu sistem enzim
dalam organ. Keracunan merkuri terjadi karena terbentuknya senyawa yang
mudah diserap yaitu merkuri yang teroksidasi atau terikat dengan sulfida.
Merkuri dapat diabsorpsi dalam tubuh melalui tiga cara yaitu inhalasi,
pencernaan, dan permukaan kulit. Inhalasi adalah jalur utama absorpsi
persenyawaan merkuri yaitu sebesar 80%. Sementara sedikit yang dapat diserap
melalui saluran pencernaan. Absorpsi melalui inhalasi dalam bentuk Hg,
diabsorpsi melalui alveoli paru lalu diubah menjadi bentuk teroksidasi Hg2+
(garam merkuri). Setelah diabsorpsi, merkuri akan berdifusi ke lapisan lemak
membrane sel dinding alveoli dan diangkut oleh darah ke jaringan yang lain.
Ion merkuri mempunyai sifat larut dalam lemak sehingga akan
ditransportasi melalui plasma, sementara elemen merkuri yang lebih mudah
larut dalam air akan ditransportasi melalui sel darah merah. Absorpsi merkuri
melalui kulit juga dapat menjadi masalah yang cukup serius, karena sifatnya
yang mudah larut dalam lemak sehingga mudah diabsorpsi oleh kulit.
13
Persenyawaan merkuri mempunyai efek kumulatif dan terutama akan dideposit
dalam jaringan otak, hati dan ginjal walaupun tidak tertutup kemungkinan untuk
terdeposit dalam jaringan lain. Konsentrasi tertinggi ditemukan dalam ginjal
kira-kira 50-90% dari total merkuri dalam tubuh.
2) Toksisitas Akut
Paparan jangka pendek dengan uap merkuri dapat menimbulkan
toksisitas akut berupa rasa lemah, mual, muntah, diare, disertai lendir dan darah,
sakit kepala, sukar bicara dan menelan kulit pucat dan dingin, iritasi membrane
mukosa bronkus, pneumonitis yang diikuti demam dan dispnea, rasa sakit
terbakar pada kerongkongan dan perut, penyempitan lapangan pandang, serta
berkurangnya pengeluaran air seni sampai berhenti sama sekali.
3) Toksisitas Kronis
Paparan yang terus menerus dengan merkuri akan menimbulkan tiga
gejala yang khas berupa eretisme (keadaan sangat mudah terangsang), tremor
dan stomatitis. Gejala neurologis dan psikis merupakan gejala yang paling
karakteristik. Gejala dini non-spesifik berupa anoreksia, penurunan berat badan
dan sakit kepala. Kemudian gejala ini diikuti dengan gangguan iritabilitas,
gangguan tidur, mudah terangsang, kecemasan, depresi, gangguan daya ingat,
kehilangan kepercayaan diri. Juga dapat terjadi tremor, dimana gejala utama
tampak seperti tremor halus kelopak mata pada saat tertutup, bibir, lidah serta
jari-jari. Tulisan tangan menjadi kacau, tidak teratur dan sering tidak terbaca.
Tremor tersebut berlanjut ke lengan dan akhirnya ke seluruh tubuh.
Keracunan berat sering berakibat kelainan bicara terutama mengenai
pengucapan. Deposit air raksa dalam kapsula anterior lensa mata menimbulkan
bayangan coklat kuning dalam lensa mata. Selain efek-efek di atas merkuri juga.
Terhadap Pasien Pencemaran merkuri terhadap pasien yang memiliki
tambalan gigi dapat langsung terjadi sewaktu tindakan tersebut di bawah ini:9
Sewaktu pemakaian di dalam mulut. Dalam waktu lama, merkuri dalam mulut
dapat bereaksi dengan zat lain dan bereaksi dengan air ludah. Pelepasan merkuri
dapat terjadi karena adanya friksi dan abrasi pada permukaan amalgam pada
saat pengunyahan dan meminum minuman panas. Karena Proses Korosi. Korosi
adalah peristiwa kerusakan suatu logam atau logam campuran karena bereaksi
secara kimia dan lingkungannya. Hal ini terjadi karena mulut merupakan
lingkungan ideal untuk terjadinya korosi karena terdapat cairan, fluktuasi suhu,
14
kelembaban udara, pH yang berubah karena diet makanan dan dekomposisi
bahan makanan. Pelepasan Hg dari tambalan gigi dapat langsung terjadi pada
waktu dilakukan penambalan gigi, pemolesan tambalan, pembuangan tambalan
dan pengunyahan.
Manifestasi di dalam Rongga Mulut, faktor sistemik logam berat dapat
mengakibatkan menurunnya resistensi jaringan periodontal sehingga dapat
mempercepat penyakit periodontal. Keracunan merkuri dapat menimbulkan
garis gelap di bawah gingival margin. Efek merkuri dalam gingival dapat terjadi
karena adanya garam merkuri yang terlarut dalam sirkulasi darah dan kapiler
gingival. Garam tersebut berkontak dengan hydrogen sulfide yang dibentuk
selama dekomposisi plak dalam sulkus gingival. Kombinasi hydrogen sulfide
dengan garam merkuri akan mengakibatkan penyumbatan mikrosirkulasi dan
iritasi kronis. Manifestasi keracunan merkuri dalam rongga mulut.
Hipersalivasi atau peningkatan yang mencolok dari aliran saliva yang
kental sekali merupakan ciri khas merkuri, Rasa terbakar dalam mulut dan
tenggorokan, Rasa gatal dan rasa logam di lidah yang disebabkan oleh garam
merkuri dalam saliva, Ulserasi dalam membrane mukosa,palatum dan faring,
Lidah membengkak, sakit dan sering mengalami ulserasi, Kelenjar limfe dan
saliva membesar dan sakit, Perubahan warna gusi menjadi abu-abu, Stomatitis,
Gigi-gigi goyang, Tremor pada lidah.
15
langsung. Tingkat merkuri terikat partikel berkisar antara 0,1 hingga 1,2 μg / m3,
sementara uap merkuri berkisar antara 1100 hingga 3300 μg / m3 selama pelatihan
klinik. Tingkat merkuri berkisar antara 0,01 hingga 0,02 μg / m3 untuk partikel yang
terikat merkuri dan 13,6 hingga 102,7 μg / m3 dalam uap. Tingkat uap merkuri beberapa
kali lebih tinggi dari yang diizinkan oleh OSHA(Occupational Safety and Health
Administration) yaitu 100 μg / m3. Meskipun ada bukti kadar merkuri yang tinggi di
lingkungan kerja gigi, regulasi kadar merkuri di lingkungan klinik tidak ditegakkan.
Jelas, personel yang bekerja di klinik gigi terpapar dan menghirup uap merkuri, serta
partikel amalgam halus, yang berpotensi mengganggu kesehatan. Hal ini disebabkan
fakta bahwa mereka menjadi lebih terpapar merkuri karena mereka terlibat dalam
mempersiapkan amalgam, pengelolaan limbah, dan memoles amalgam gigi.
16
BAB IV
KESIMPULAN
17
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Craig RG, Powers JM. Restorative dental material. 11th ed. 2002. Mosby.
2. Powers JM, Sakaguchi RL. CRAIGS’S Restorative Dental Materials. 12th ed. Missouri :
Evolve, 2003 : 193, 229
3. Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevant’s art & science of operative
dentistry. 4th ed. 2002. Mosby. p.141, 157
4. Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevant’s art & science of operative
dentistry. 7th ed. 2013. Mosby
18