Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

AMALGAM
MODUL 512
Penatalaksanaan Kelainan Jaringan Keras Gigi

DISUSUN OLEH : KELOMPOK D

Helena Gita Vania 040001700074 Jason Pratama 040001700085


Himawan Irawan 040001700075 Jenyfer I.Moksidy 040001700086
Holie Fransiski 040001700076 Jeremia Armi 040001700087
Holly Sutanto 040001700077 Joanna Nadia 040001700088
Hosea Timothy 040001700078 Johanes Christian 040001700089
I Ketut Ardi Wira 040001700079 Jonathan Rafel 040001700090
Immanuel Leon 040001700080 Jovan Audric 040001700091
Intan Purnama Sari 040001700081 Julia Mustopa 040001700092
Irviana Anggita 040001700082 Kathleen Octavia 040001700093
Ivy Gracia 040001700083 Kelvin Suryajaya 040001700094
Jacinda Jesslyn 040001700084

FAKULTAS KEDOKTERAN
GIGI UNIVERSITAS
TRISAKTI JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nyalah
kami mampu menyelesaikan makalah tentang amalgam pada modul 512 tepat waktu dan
dengan baik meskipun ada kekurangan di dalamnya.
Kami sangat berterima kasih kepada dosen yang membimbing kami di modul ini
dan juga kepada seluruh kontributor dan kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi
dalam pembentukan makalah ini secara maksimal.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi seluruh pembacanya dan juga menambah
wawasan serta pengetahuan kami juga. Kami menyadari bahwa makalah ini memiliki
banyak kekurangan, baik dari segi tulisan maupun isinya, oleh karena itu kami berharap
adanya kritikan dan juga saran yang diberikan kepada kami guna memperbaiki makalah ini
dan juga untuk makalah di masa yang akan datang.
Sebelumnya kami mohon maaf bila terdapat kesalahan kata di dalamnya yang
kurang berkenan.

Jakarta, 6 November 2019

Kelompok D

1
DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2

BAB I - PENDAHULUAN.................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2 Tujuan ........................................................................................................................... 3
1.3 Manfaat ......................................................................................................................... 3

BAB II - TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 4


2.1 Definisi amalgam .......................................................................................................... 4
2.2 Pemakaian amalgam ....................................................................................………… 4
2.3 Klasifikasi amalgam………………………………………………………………….. 4
2.4 Komposisi amalgam……………………………………………………….…………. 6
2.5 Bahaya merkuri dalam amalgam……………………………………………………. 6
2.6 Fungsi dari unsur-unsur amalgam………………………………………..….……… 8
2.7 Manipulasi amalgam……………………………………………………...………….. 8
2.8 Reaksi pengerasan amalgam………………………………………….……………… 9
2.9 Pengertian strength dalam amalgam……………………………………….………. 10
2.10 Macam-macam strength pada amalgam…………………………………..……… 10
2.11 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas amalgam…………………...……….. 11
2.12 Mekanisme pelepasan merkuri dari amalgam…………………………..…..…….. 12
2.13 Metabolisme merkuri yang terhirup dalam tubuh……………………,…...……… 12

BAB III - PEMBAHASAN....................................................................................,,............. 13


3.1 Kontraindikasi penggunaan amalgam ...................................................................... 13
3.2 Resiko pada pengguna amalgam…………………………………..……………….. 15

BAB IV - KESIMPULAN .................................................................................................... 17

BAB V - DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dental amalgam merupakan salah satu bahan restoratif serbaguna yang sering
digunakan dalam bidang kedokteran gigi dengan persentase penggunaan mencapai
sekitar 75%. Bahan ini telah menjadi bahan restorasi gigi selama lebih dari 165 tahun.
Pada awalnya, campuran perak dan merkuri dilakukan oleh M. Taveau pada tahun 1826
di Paris. Dental amalgam diperkenalkan dalam bidang kedokteran gigi pada tahun 1833,
dan sejak tahun 1850 dental amalgam digunakan sebagai bahan restorasi.
Amalgam mengandung campuran dari dua ataupun lebih logam. Salah satu paduan
amalgam adalah merkuri yang dicampurkan dengan bubuk silver-tin alloy. Merkuri
adalah cairan yang mudah dimanipulasi ketika dicampur dengan alloy. Kedua bahan
dasar tersebut akan bereaksi menjadi amalgamasi saat pencampuran menghasilkan
material restorasi yang keras dan tahan terhadap tekanan kunyah tinggi.
Namun seiring berjalan waktu dan berkembangnya teknologi, penggunaan
amalgam sebagai bahan restorasi mulai menurun. Tak hanya itu, tingkat keamanannya
juga dipertanyakan karena adanya perkembangan bahan alternatif lain, yaitu resin dan
keramik. Para peneliti setuju bahwa restorasi amalgam merembeskan merkuri ke dalam
mulut, tetapi temuan yang konsisten tidak tersedia untuk melaporkan apakah itu
memiliki risiko kesehatan yang signifikan.

1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui kontra amalgam sebagai bahan restorasi.

1.3 Manfaat
Menambah wawasan bagi mahasiswa tentang penggunaan amalgam sebagai bahan
restorasi dalam bidang kedokteran gigi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi amalgam


Kata "amalgam" berasal dari bahasa Arab "almalgham"dan bahasa Yunani
"malagma," yang merujuk pada substansi atau massa.. Amalgam adalah campuran dari
dua atau beberapa logam, salah satunya adalah merkuri. Dental amalgam dihasilkan
dengan mencampur Merkuri(Hg) dengan partikel padat beberapa logam seperti
Perak(Ag), Timah(Sn), Tembaga(Cu), dan kadangkala Zink(Zn), Palladium(Pd),
Indium(In), dan Selenium. Menurut American Dental Association (ADA) amalgam
adalah logam campuran dari Merkuri, Perak, Timah dan Tembaga serta logam lainnya
untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanikal.

2.2 Pemakaian amalgam


Beberapa kegunaan bahan restorasi dental amalgam adalah sebagai berikut :
a) Sebagai bahan restorasi permanen pada kavitas kelas I, kelas II, dan kelas V dimana
faktor estetis bukanlah suatu hal yang penting.
b) Dapat dikombinasikan dengan pin retentif untuk menempatkan mahkota.
c) Dipergunakan dalam pembuatan die.
d) Sebagai bahan pengisian saluran akar retrograde.
e) Dilihat dari segi biokompatibilitasnya, amalgam memiliki adaptasi yang cukup baik
pada jaringan di rongga mulut terutama email dari gigi tersebut.

2.3 Klasifikasi amalgam


A. Berdasarkan bentuk partikel
1) Lathe-cut
Hingga tahun 1960, komposisi kimia dan mikrostruktur dari amalgam
alloy yang tersedia pada dasarnya sama dengan system yang sangat sukses yang
diselidiki oleh G.V Black (Black, 1895). Alloy konvensional digunakan oleh
dokter gigi sebagai tambalan, yang mana lathe cut dari bentukan batang logam.
Sebuah Alloy komersial berkembang menjadi campuran dari ukuran
partikel yang berbeda-beda daripada sistem unimodel untuk mengoptimalkan
efisiensi pemakaian. Panjang dari partikel alloy lathe-cut berkisar antara 60

4
sampai 120 µm, ketebalan 10-70 µm dan ketebalan 10-35 µm. Alloy
konvensional mengandung 66% sampai 73% Perak, 25-29% Timah dan 6%
Tembaga. Zink mungkin dapat ditemukan sampai 2% dan Merkuri 3%.
Kelebihannya adalah mudah mencapai kontak proximal karena
ketahanan alloy lathe-cut terhadap tekanan kondensasi baik. Kekurangannya,
sulit dikondensasi ke area yang sulit diakses, karena membutuhkan tekanan
kondensasi yang baik, laju pengerasan lebih lambat dibanding spherical, kasar
saat di carving,burnishing, dan polishing.
2) Spherical
Diperkenalkan sejak tahun 1960, umumnya ukuran partikel 40-50 µm
atau kurang, amalgam spherical memerlukan sedikit merkuri dan mengurangi
tekanan kondensasi. Kelebihan alloy berbentuk spherical adalah mudah
dikondensasi ke area yang sulit untuk diakses karena tidak memerlukan tekanan
kondensasi yang besar, dapat mengeras dengan cepat, dan lebih halus saat di
carving, burnishing, dan polishing. Kekurangan : sulit mencapai bagian kontak
interproximal.

B. Berdasarkan kandungan Tembaga (Cu)


1) Low copper amalgam
Alloy ini mengandung kurang dari 6% tembaga. Komposisi dasarnya adalah
sebagai berikut :
Ag ( Perak ) 69,4% Cu ( Tembaga) 3,6%
Sn ( Timah ) 26,2% Zn ( Zinc ) 0,8%
2) High copper amalgam
Alloy ini mengandung 12% - 30% tembaga. Komposisi dasarnya adalah sebagai
berikut :
Ag ( Perak ) 60% Cu (Tembaga) 13%
Sn ( Timah ) 27% Zn (Zinc) 0%.

C. Berdasarkan kandungan Zinc


1) Amalgam yang mengandung zinc (1%)
2) Amalgam yang tidak mengandung zinc (0,2%-1%)

5
2.4 Komposisi amalgam
Restorasi amalgam merupakan paduan logam dengan komposisi terdiri atas
merkuri, perak, timah, seng dan tembaga, serta beberapa elemen tambahan yang akan
meningkatkan sifat fisik dan mekanik bahan. Amalgam khususnya cocok untuk
restorasi klas I dan klas II dimana dapat menahan tekanan kunyah yang besar. Dengan
komposisi terdiri dari berbagai logam, restorasi amalgam akan memberi warna yang
sangat berbeda dengan warna gigi dan tidak cocok dijadikan tambalan gigi anterior
karena warnanya yang abu-abu perak.

Elemen Persentase dari komposisi (%)

Perak (Ag) 25 - 35

Timah (Sn) 15 - 30

Tembaga (Cu) 2 - 30

Merkuri (Hg) 45 - 50

2.5 Bahaya merkuri dalam amalgam


Merkuri (Hg) telah diidentifikasi sebagai salah satu bahan non-radioaktif paling
beracun yang diketahui manusia. Walaupun merkuri adalah unsur alami, merkuri
antropogenik sekarang menjadi perhatian utama dunia dan merupakan polutan utama
internasional. Ini juga terdiri dari salah satu unsur utama dari restorasi amalgam pada
gigi. Meskipun campuran merkuri gigi telah digunakan selama hampir dua abad,
keamanannya belum pernah diuji atau dibuktikan di Amerika Serikat oleh badan
pengawas mana pun. Ada perdebatan yang sedang berlangsung mengenai keamanan
penggunaannya sejak 1845, dan banyak penelitian menyimpulkan bahwa
penggunaannya membuat pasien terkena toksisitas yang menyusahkan.
Penggunaan merkuri dalam kedokteran gigi mewakili sekitar 10% dari total
konsumsi merkuri global; dengan demikian, ini adalah konsumen merkuri terbesar di
dunia: di AS saja, hingga 32 ton digunakan per tahun. Dibandingkan dengan AS,
penggunaan gigi merkuri di Uni Eropa - konsumen terbesar kedua - berjumlah sekitar
20-25%, meskipun negara-negara seperti Norwegia, Denmark, dan Swedia
merekomendasikan pelarangan penggunaan merkuri dalam amalgam gigi.
Penggunaan utama amalgam dalam penambalan gigi adalah untuk menunda
kerusakan gigi. Bahan restoratif ini terdiri dari paduan logam sekitar 50% — campuran

6
perak, tembaga, dan timah — sedangkan 50% lainnya terdiri dari unsur merkuri.
Kekuatan restoratif bergantung pada sifat kimia merkuri untuk membentuk amalgam.
Merkuri merupakan komponen utama dalam restorasi amalgam, mempunyai sifat
toksisitas yang sudah diketahui banyak orang dari afinitas yang tinggi terhadap protein
dan asam amino. Eksperimen in vitro menunjukkan bahwa unsur merkuri sepuluh kali
lebih beracun daripada timbal pada neuron (Pb). Jaringan seperti hati, ginjal, dan sistem
saraf pusat (SSP) adalah target utama untuk bioakumulasi toksin amalgam. Mengingat
kedekatan rongga mulut ke otak, merkuri menembus dan terdeposit di organ tubuh ini
mempengaruhi sistem saraf pusat. Eksperimen menggunakan tikus telah menunjukkan
pencemaran merkuri ke otak.
Meskipun campuran merkuri gigi telah digunakan selama lebih dari 150 tahun,
keamanan dan risikonya tidak pernah menjalani uji bukti keamanan yang diwajibkan
untuk implan medis lainnya berdasarkan undang-undang A.S. Di bawah Amandemen
Undang-Undang Federal, Makanan, Obat-obatan, dan Kosmetika Federal (FDA) tahun
1976, Kongres mengarahkan FDA untuk menilai keamanan perangkat medis dan gigi
dan untuk meminta persetujuan pasar atas keamanan untuk perangkat apa pun yang
“dimaksudkan untuk ditanamkan dalam tubuh manusia”. ”; namun, amalgam gigi telah
dibebaskan oleh FDA.
Pada tahun 1991, Organisasi Kesehatan Dunia mengonfirmasi bahwa amalgam gigi
adalah sumber merkuri terbesar, yang memaparkan orang secara signifikan melebihi
yang ditetapkan untuk makanan, udara dan air. Studi otopsi telah menunjukkan
amalgam gigi menjadi sumber utama merkuri dalam jaringan manusia, setidaknya 60-
95% dari endapan merkuri. Dari penjelasan di atas, harus jelas bahwa bahaya kesehatan
amalgam merkuri adalah masalah serius yang perlu segera diatasi.
Sejumlah penelitian epidemiologis telah menilai dampak paparan merkuri dari
amalgam gigi oral. Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, laki-laki dengan kadar
merkuri yang tinggi pada rambut (1> ppm) memiliki kemungkinan 50% lebih tinggi
mengalami periodontitis dibandingkan perempuan dengan kadar merkuri normal (1
<ppm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan merkuri, terlepas dari jenis
kelamin, dikaitkan dengan periodontitis. Bakteri anaerob dari penyakit periodontal
menghasilkan hidrogen sulfida (H2S) dan metil mercaptan (CH3SH) yang bertanggung
jawab untuk radang gusi. Senyawa belerang ini bereaksi dengan amalgam merkuri
untuk menghasilkan jaringan gusi hitam yang disebut "tato amalgam", yang terdiri dari

7
merkuri sulfida (HgS); merkuri sulfida sangat beracun yang menyebabkan penyakit oral
dan sistemik.

2.6 Fungsi unsur-unsur dalam amalgam


Fungsi unsur-unsur kandungan bahan restorasi tersebut adalah sebagai berikut :
1) Perak
a) Meningkatkan strength
b) Meningkatkan setting expansion
2) Timah
a) Mengurangi strength dan hardness
b) Mengurangi ekspansi
c) Meningkatkan setting time
3) Tembaga
a) Meningkatkan strength dan hardness
b) Menghambat pembentukan fase gamma 2
c) Mengurangi tarnish dan korosi
d) Mengurangi terjadinya pengerutan dan kebocoran tepi
4) Zinc
a) Berperan sebagai penghambat oksidasi selama dalam proses pembuatan,
sehingga dapat mencegah oksidasi dari unsur-unsur yang penting seperti
perak, tembaga, maupun timah.
b) Dapat menyebabkan ekspansi yang tertunda pada low copper
5) Palladium
a) Mengurangi korosi
6) Indium
a) Meningkatkan strength
b) Mengurangi jumlah pemakaian merkuri
c) Mengurangi terjadinya kerusakan marginal

2.7 Manipulasi amalgam


Pemanipulasian amalgam dilakukan dengan cara mencampurkan alloy amalgam
dengan merkuri. Rasio bubuk alloy amalgam dengan merkuri yang biasa digunakan
adalah 1:1 dengan persentase merkuri bervariasi dari 43% sampai 54%. Pada alloy

8
spherical, rasio bubuk : cairan biasanya lebih kecil, dengan kandungan merkuri sekitar
45%.
Proses selanjutnya adalah triturasi, yaitu pengadukan bubuk dengan cairan yang
dapat dilakukan secara manual menggunakan mortar dan pastel maupun secara mekanis
menggunakan amalgamator dan kapsul. Hasil dari proses triturasi adalah didapatnya
suatu massa plastis yang disebut amalgam.
Setelah triturasi, amalgam dimasukkan ke dalam kavitas menggunakan amalgam
carrier dan dilanjutkan dengan kondensasi yaitu memberikan tekanan yang besar
menggunakan amalgam stopper agar dapat berkontak rapat dengan dinding kavitas.
Kondensasi yang baik perlu dilakukan untuk membuang kelebihan merkuri, karena
merkuri yang berlebihan dapat melemahkan struktur amalgam dan menyebabkan
porositas pada amalgam.

2.8 Reaksi pengerasan amalgam


1) Amalgam Konvensional (low copper)
Selama proses triturasi, merkuri berdifusi ke alloy membentuk berbagai
senyawa, terutama perak-merkuri dan timah-merkuri senyawa. Senyawa perak
merkuri Ag2Hg, dan dikenal sebagai fase gamma satu (y1), dan senyawa timah-
raksa adalah Sn7Hg dan dikenal sebagai fase gamma dua (γ2). Prosesnya dapat
digambarkan seperti ini :
Ag3Sn (γ) + Ag3Sn (γ) + Ag2Hg3 (γ1) + Sn7Hg (γ2)
Fase Sn7Hg (γ2) adalah hasil reaksi yang tidak dikehendaki karena dianggap
meningkatkan korosi dan melemahkan kekuatan. Persentase Ag2Hg3 (γ1) yaitu
sekitar 54% sampai 56%. Persentase Ag3Sn (γ) dan Sn7Hg (γ2) adalah 27% sampai
35% dan 11% sampai 13%.
2) Amalgam high copper
Perbedaan utama antara low dan high copper amalgam tidak hanya dalam hal
persentase tembaga tetapi efeknya dalam reaksi amalgam. Tembaga ini disajikan
baik sebagai bagian dari alloy Ag-Sn, maupun ditambahkan (admixed) sebagai
partikel terpisah dari Ag-Sn. Pada kedua penyajian ini, jika alloy bereaksi dengan
Hg maka akan terbentuk hasil reaksi Cu-Sn ( fase eta (ŋ)) dan bukan gamma 2.
Prosesnya dapat digambarkan seperti ini :

Ag3Sn (∂) + Ag-Cu (V) + Ag3Sn + AgCu (∂1) +Ag2Hg3+Cu6Sn5 (ŋ)

9
2.9 Pengertian strength pada amalgam
Semua bahan restorasi memerlukan kekuatan yang cukup untuk menghindari
terjadinya fraktur. Jika desain amalgam cukup baik, kegagalan relatif dapat dihindari,
sulit menemukan faktor apa yang menyebabkan terjadinya kegagalan.

2.10 Macam-macam strength pada amalgam


1) Compressive strength
Compressive strength merupakan sesuatu yang berguna untuk membandingkan
material yang umumnya lemah terhadap regangan seperti amalgam, semen, dan
resin komposit. Ketahanan terhadap gaya kompresi adalah kekuatan yang paling
menguntungkan karakteristik amalgam. Karena amalgam terkuat di kompresi dan
jauh lebih lemah pada regangan dan pergeseran.
Compressive strength dipertimbangkan sebagai indikator penting karena
compressive strength yang tinggi dibutuhkan untuk menahan tekanan pengunyahan,
karena tekanan yang diberikan selama proses pengunyahan lebih banyak berupa
tekanan kompresif. Bila suatu benda ditempatkan di bawah beban yang cenderung
menekan atau memendekkannya, ketahanan internal terhadap beban tersebut
disebut tekanan kompresi. Compressive strength setelah tujuh hari tertinggi untuk
amalgam high copper. Compressive strength amalgam setelah tujuh hari adalah 350
MPa.
2) Tensile strength
Tensile strength terjadi jika, terjadi fraktur pada bahan yang diberi kekuatan yang
saling menjauh satu sama lain. Meskipun tegangan utama yang terjadi selama
pengunyahan adalah tekanan kompresif, namun tekanan lain juga terjadi. Dan
ketika kekuatantersebut mempengaruhi suatu tegangan tarik (tensile stress), fraktur
akan mungkin terjadi. Amalgam mempunyai tensile strength yang lebih kecil dari
compressive strength-nya. Tensile strength amalgam adalah sekitar 1/8 (12, 5 %)
dari compressive strength-nya.
3) Flexural (transverse) strength
Nilai ini sering disamakan dengan modulus of rupture, karena amalgam adalah
bahan yang rapuh. Amalgam dapat menahan perubahan bentuk selama uji
transversal strength. Flexural (transverse) strength dapat diartikan sebagai
kekuatan untuk menahan beban transversal yang terjadi selama pengunyahan.
Flexural strength pada low copper amalgam adalah sekitar 120-130 MPa,

10
sedangkan pada high copper adalah sekitar 90-110 MPa. Beberapa macam arah dari
beban yang diberikan. A. uniaxial loading dari silinder. B. uniaxial loading dari
restorasi MO amalgam.

2.11 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas amalgam


1) Perbandingan Merkuri dan alloy
Jumlah merkuri dan alloy yang akan digunakan disebut sebagai rasio merkuri :
alloy, yang menunjukkan berat merkuri dan alloy yang akan digunakan untuk suatu
teknik tertentu. Misalnya, rasio merkuri : alloy = 4 : 5, kadang-kadang dalam
instruksi pabrik telah dicantumkan persentase berat air raksa yang harus digunakan
di dalam campuran. Perbandingan yang dianjurkan berbeda-beda sesuai dengan
perbedaan komposisi alloy, ukuran partikel, bentuk partikel, dan suhu yang
digunakan.Terlepas dari angka perbandingannya adalah hal yang sangat penting
pada teknik air raksa minimal. Jika kandungan merkuri agak rendah, campuran
amalgamnya bisa kering dan kasar serta tidak ada cukup matriks untuk mengikat
keseluruhan massa. Penggunaan merkuri yang terlalu sedikit akan melemahkan
kekuatan amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi, sama seperti
penggunaan merkuri yang terlalu banyak, daya tahan terhadap korosinya juga
menurun.
2) Triturasi
Tujuan dari triturasi adalah amalgamasi yang benar dari merkuri dan alloy. Waktu
triturasi yang pendek (undertrituration) ataupun yang panjang (overtrituration)
akan mengurangi compressive dan tensile strength karena ada kekosongan dan
karena tidak terbentuknya fase γ1 sehingga partikel-partikel amalgam tidak
berikatan seluruhnya. Amalgam yang overtriturasi mempunyai konsistensi yang
kental dan kekuatan yang lemah karena pembentukan fase γ1 yang berlebihan.
3) Kondensasi
Tujuan kondensasi adalah memadatkan alloy ke dalam kavitas yang sudah
dipreparasi sehingga tercapai kepadatan yang maksimal, dengan cukup merkuri
yang tertinggal untuk menjamin kelanjutan tahap matriks di antara partikel-partikel
alloy yang ada. Tekanan kondensasi berpengaruh terhadap kekuatan amalgam.
Kekuatan yang diberikan selama kondensasi adalah sekitar 1-50 N dan hal ini
tergantung pada bentuk dan ukuran partikel alloy. Tekanan kondensasi yang lebih

11
besar dianjurkan untuk meminimalkan porositas dan mengeluarkan kelebihan
merkuri dari lathecut amalgam.
4) Efek laju pengerasan amalgam
Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan, sebagai contoh,
pada akhir menit ke-20, compressive strength hanya 6% dari kekuatan sesudah 1
minggu. Spesifikasi ADA menyebutkan compressive strength minimal adalah 80
MPa pada 1 jam. compressive strength 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang
kandungan tembaganya tinggi sangat besar. Setelah 8 jam, amalgam umumnya
sudah mempunyai 70% dari kekuatan totalnya.

2.12 Mekanisme pelepasan merkuri dari amalgam


Uap merkuri dilepaskan selama penempatan, kondensasi, dan pengukiran
amalgam.Pelepasan merkuri dari tumpatan amalgam gigi dapat langsung terjadi pada
waktu dilakukan penumpatan gigi, pemolesan tumpatan, pengurangan tumpatan dan
pembuangan tumpatan, serta pengunyahan. Uap merkuri dapat meningkat jika alloy
kurang mengandung perak dalam komponennya.Jumlah merkuri yang dilepaskan
tampak seimbang dengan daerah tambalan.

2.13 Metabolisme merkuri yang terhirup dalam tubuh


Merkuri dapat diabsorbsi ke dalam tubuh melalui pernapasan, pencernaan, makanan
yang terkontaminasi, dan peresapan melalui kulit. Merkuri dapat tertelan atau terhirup
dan sebagai hasilnya dapat ditemukan dalam kebanyakan organ. Dalam penelitian Eley
dan Cox dikatakan bahwa merkuri amalgam dapat masuk melalui darah ke seluruh
tubuh yaitu susunan saraf pusat, ginjal, paru-paru dan kekebalan tubuh.

12
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kontraindikasi penggunaan amalgam


Penggunaan restorasi amalgam pada daerah yang membutuhkan estetik dihindari.
Area yang dimaksud adalah gigi anterior, premolar, dan molar (pada beberapa kasus).
Karena preparasi amalgam lebih besar daripada preparasi komposit, lesi karies yang
kecil pada gigi posterior sebaiknya ditumpat dengan komposit agar tidak
menghilangkan struktur gigi disekelilingnya yang masih sehat.
Pencemaran merkuri terhadap lingkungan hidup dapat menimbulkan dampak
negatif pada kesehatan manusia. Pencemaran tersebut akan menyebabkan terjadinya
toksisitas atau keracunan tubuh manusia. Bahaya utama timbul akibat paparan kerja
terhadap uap unsur merkuri. Pencemaran merkuri di bidang kedokteran gigi dapat
terjadi pada saat pembuatan amalgam dan sampai pemakaian amalgam sebagai
tumpatan gigi di dalam mulut.

1) Toksisitas Merkuri
Toksisitas merkuri berkaitan dengan afinitasnya untuk membentuk
ikatan kovalen dengan gugus sulfhidril yang akan mengganggu sistem enzim
dalam organ. Keracunan merkuri terjadi karena terbentuknya senyawa yang
mudah diserap yaitu merkuri yang teroksidasi atau terikat dengan sulfida.
Merkuri dapat diabsorpsi dalam tubuh melalui tiga cara yaitu inhalasi,
pencernaan, dan permukaan kulit. Inhalasi adalah jalur utama absorpsi
persenyawaan merkuri yaitu sebesar 80%. Sementara sedikit yang dapat diserap
melalui saluran pencernaan. Absorpsi melalui inhalasi dalam bentuk Hg,
diabsorpsi melalui alveoli paru lalu diubah menjadi bentuk teroksidasi Hg2+
(garam merkuri). Setelah diabsorpsi, merkuri akan berdifusi ke lapisan lemak
membrane sel dinding alveoli dan diangkut oleh darah ke jaringan yang lain.
Ion merkuri mempunyai sifat larut dalam lemak sehingga akan
ditransportasi melalui plasma, sementara elemen merkuri yang lebih mudah
larut dalam air akan ditransportasi melalui sel darah merah. Absorpsi merkuri
melalui kulit juga dapat menjadi masalah yang cukup serius, karena sifatnya
yang mudah larut dalam lemak sehingga mudah diabsorpsi oleh kulit.

13
Persenyawaan merkuri mempunyai efek kumulatif dan terutama akan dideposit
dalam jaringan otak, hati dan ginjal walaupun tidak tertutup kemungkinan untuk
terdeposit dalam jaringan lain. Konsentrasi tertinggi ditemukan dalam ginjal
kira-kira 50-90% dari total merkuri dalam tubuh.
2) Toksisitas Akut
Paparan jangka pendek dengan uap merkuri dapat menimbulkan
toksisitas akut berupa rasa lemah, mual, muntah, diare, disertai lendir dan darah,
sakit kepala, sukar bicara dan menelan kulit pucat dan dingin, iritasi membrane
mukosa bronkus, pneumonitis yang diikuti demam dan dispnea, rasa sakit
terbakar pada kerongkongan dan perut, penyempitan lapangan pandang, serta
berkurangnya pengeluaran air seni sampai berhenti sama sekali.
3) Toksisitas Kronis
Paparan yang terus menerus dengan merkuri akan menimbulkan tiga
gejala yang khas berupa eretisme (keadaan sangat mudah terangsang), tremor
dan stomatitis. Gejala neurologis dan psikis merupakan gejala yang paling
karakteristik. Gejala dini non-spesifik berupa anoreksia, penurunan berat badan
dan sakit kepala. Kemudian gejala ini diikuti dengan gangguan iritabilitas,
gangguan tidur, mudah terangsang, kecemasan, depresi, gangguan daya ingat,
kehilangan kepercayaan diri. Juga dapat terjadi tremor, dimana gejala utama
tampak seperti tremor halus kelopak mata pada saat tertutup, bibir, lidah serta
jari-jari. Tulisan tangan menjadi kacau, tidak teratur dan sering tidak terbaca.
Tremor tersebut berlanjut ke lengan dan akhirnya ke seluruh tubuh.
Keracunan berat sering berakibat kelainan bicara terutama mengenai
pengucapan. Deposit air raksa dalam kapsula anterior lensa mata menimbulkan
bayangan coklat kuning dalam lensa mata. Selain efek-efek di atas merkuri juga.
Terhadap Pasien Pencemaran merkuri terhadap pasien yang memiliki
tambalan gigi dapat langsung terjadi sewaktu tindakan tersebut di bawah ini:9
Sewaktu pemakaian di dalam mulut. Dalam waktu lama, merkuri dalam mulut
dapat bereaksi dengan zat lain dan bereaksi dengan air ludah. Pelepasan merkuri
dapat terjadi karena adanya friksi dan abrasi pada permukaan amalgam pada
saat pengunyahan dan meminum minuman panas. Karena Proses Korosi. Korosi
adalah peristiwa kerusakan suatu logam atau logam campuran karena bereaksi
secara kimia dan lingkungannya. Hal ini terjadi karena mulut merupakan
lingkungan ideal untuk terjadinya korosi karena terdapat cairan, fluktuasi suhu,

14
kelembaban udara, pH yang berubah karena diet makanan dan dekomposisi
bahan makanan. Pelepasan Hg dari tambalan gigi dapat langsung terjadi pada
waktu dilakukan penambalan gigi, pemolesan tambalan, pembuangan tambalan
dan pengunyahan.
Manifestasi di dalam Rongga Mulut, faktor sistemik logam berat dapat
mengakibatkan menurunnya resistensi jaringan periodontal sehingga dapat
mempercepat penyakit periodontal. Keracunan merkuri dapat menimbulkan
garis gelap di bawah gingival margin. Efek merkuri dalam gingival dapat terjadi
karena adanya garam merkuri yang terlarut dalam sirkulasi darah dan kapiler
gingival. Garam tersebut berkontak dengan hydrogen sulfide yang dibentuk
selama dekomposisi plak dalam sulkus gingival. Kombinasi hydrogen sulfide
dengan garam merkuri akan mengakibatkan penyumbatan mikrosirkulasi dan
iritasi kronis. Manifestasi keracunan merkuri dalam rongga mulut.
Hipersalivasi atau peningkatan yang mencolok dari aliran saliva yang
kental sekali merupakan ciri khas merkuri, Rasa terbakar dalam mulut dan
tenggorokan, Rasa gatal dan rasa logam di lidah yang disebabkan oleh garam
merkuri dalam saliva, Ulserasi dalam membrane mukosa,palatum dan faring,
Lidah membengkak, sakit dan sering mengalami ulserasi, Kelenjar limfe dan
saliva membesar dan sakit, Perubahan warna gusi menjadi abu-abu, Stomatitis,
Gigi-gigi goyang, Tremor pada lidah.

3.2 Resiko pada pengguna amalgam


Perlu diperhatikan bahwa dokter gigi dan personel yang terlibat dalam restorasi
amalgam berisiko lebih tinggi karena mereka terpapar uap merkuri lebih banyak selama
hari kerja. Sebuah studi tahun 1992 membandingkan populasi dokter gigi yang terpapar
uap merkuri dengan populasi kontrol tanpa paparan merkuri. Percobaan mengukur efek
neurobehavioral kronis berdasarkan tes termasuk kecepatan motorik, pemindaian
visual, koordinasi visio-motorik, memori visual, dan memori verbal, antara lain. Tes
kinerja ini menunjukkan bahwa populasi terpapar setiap hari selama 5,5 tahun (dosis
14 μg / m3, yang berada di bawah batas ambang yang direkomendasikan oleh
Konferensi Amerika Serikat dari Hygienist Industry) terpengaruh secara signifikan
lebih buruk daripada subjek kontrol.
Sebuah studi baru-baru ini, dilakukan di sekolah pelatihan gigi pada 45 siswa,
melaporkan paparan merkuri dari dua sumber: terikat pada partikel dan dari uap

15
langsung. Tingkat merkuri terikat partikel berkisar antara 0,1 hingga 1,2 μg / m3,
sementara uap merkuri berkisar antara 1100 hingga 3300 μg / m3 selama pelatihan
klinik. Tingkat merkuri berkisar antara 0,01 hingga 0,02 μg / m3 untuk partikel yang
terikat merkuri dan 13,6 hingga 102,7 μg / m3 dalam uap. Tingkat uap merkuri beberapa
kali lebih tinggi dari yang diizinkan oleh OSHA(Occupational Safety and Health
Administration) yaitu 100 μg / m3. Meskipun ada bukti kadar merkuri yang tinggi di
lingkungan kerja gigi, regulasi kadar merkuri di lingkungan klinik tidak ditegakkan.
Jelas, personel yang bekerja di klinik gigi terpapar dan menghirup uap merkuri, serta
partikel amalgam halus, yang berpotensi mengganggu kesehatan. Hal ini disebabkan
fakta bahwa mereka menjadi lebih terpapar merkuri karena mereka terlibat dalam
mempersiapkan amalgam, pengelolaan limbah, dan memoles amalgam gigi.

16
BAB IV
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas , kita dapat menyimpulkan bahwa walaupun dental


amalgam sudah sering digunakan pada bidang kedokteran gigi, kita harus mengetahui
kelebihan dan terutama kekurangan pada penggunaan amalgam sebagai bahan restorasi.
Salah satu kontraindikasi restorasi amalgam adalah pada kasus yang membutuhkan
estetik, karena warnanya yang gelap, amalgam tidak digunakan untuk restorasi pada
gigi anterior. Selain itu, amalgam juga berbahaya bagi tubuh karena kandungan merkuri
di dalam amalgam yang dapat menyebabkan toksisitas bagi pasien dan juga dokter gigi
yang terpapar uap merkuri lebih banyak dari pasien, sehingga perlu perhatian yang lebih
dalam memanipulasi amalgam sebagai bahan restorasi. Selain bahaya kesehatan, juga
ada bahaya terhadap lingkungan sehingga perlu diberi perhatian khusus dalam
penanganan pembuangan bahan amalgam di lingkungan praktik dokter gigi.

17
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1. Craig RG, Powers JM. Restorative dental material. 11th ed. 2002. Mosby.
2. Powers JM, Sakaguchi RL. CRAIGS’S Restorative Dental Materials. 12th ed. Missouri :
Evolve, 2003 : 193, 229
3. Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevant’s art & science of operative
dentistry. 4th ed. 2002. Mosby. p.141, 157
4. Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevant’s art & science of operative
dentistry. 7th ed. 2013. Mosby

18

Anda mungkin juga menyukai