Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

telah melahirkan masyarakat informasi yang makin besar tuntutannya akan

hak untuk mengetahui dan hak untuk mendapatkan informasi. Informasi itu

sendiri telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat dan telah menjadi

komoditas penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Kebutuhan akan informasi dengan menggunakan teknologi

komunikasi harus dapat terjaga dengan baik, dengan kata lain diperlukan

sistem pengamanan (security) karena secara tekhnis kebutuhan informasi dan

sistem ini sendiri sangatlah rentan untuk tidak bekerja sebagaimana mestinya

(malfunction), dapat diubah-ubah ataupun diterobos oleh pihak lain baik oleh

orang maupun lembaga yang tidak bermaksud jahat (unintentional threats)

maupun yang bermaksud jahat (intentional threats).1

Salah satu sarana dibidang teknologi dan informasi adalah radio.

Radio adalah alat komunikasi yang menggunakan gelombang elektromagnetik

yang disebarkan oleh Orang yang melalui ruang pada kecepatan cahaya.

Gelombang elektromagnetik yang digunakan dalam komunikasi radio persis

dengan cahaya dan gelombang panas, tetapi frekuensinya lebih rendah.

1Edmon Sekilas Perkembangan Teknologi Sistem Informasi Dan Komunikasi dalam Kompilasi Hukum
Telematika, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 92.Makarim,
Menurut Wahyudi, pengertian Radio adalah pemancar gelombang

elektromagnetik yang membawa muatan sinyal suara, yang terbentuk melalui

microphone, kemudian pancaran ini diterima oleh sistem antena untuk

diteruskan ke pesawat penerima dan sinyal radio itu diubah menjadi suara

atau audio di dalam loudspeaker.2 Menurut Simanjuntak, pengertian radio

adalah sistem komunikasi yang menggunakan udara atau ruang antariksa

sebagai bahan antara (medium) yang bentuk umum sistemnya adalah sebuah

pemancar yang memancarkan dayanya melalui antena ke arah tujuan dalam

bentuk gelombang elektromagnetis.3 Penyelenggara Telekomunikasi dapat

menyelenggarakan Telekomunikasi untuk keperluan penyiaran khususnya

radio,4 Prinsip dasar penyelenggaraanpenyiaran akibat perkembangan

teknologi dan informasi berkaitan erat dengan prinsip-prinsip penjaminan dari

negara agar aktivitas Penyiaran yang dilakukanoleh lembaga penyiaran

berdampak positif bagi publik. Publik harus memiliki akses yang memadai

untuk dapat terlibat, memanfaatkan, mendapatkan perlindungan, serta

mendapatkan keuntungan dari kegiatan penyiaran.

Guna mencapai keberhasilan dari prinsip ini sangat dibutuhkan

prinsip lain yang secara melekat (embedded) menyokong lembaga

Penyiaran, yakni prinsip diversity of ownership (keberagaman kepemilikan)

dan diversity of content (keberagaman isi) dari lembaga Penyiaran. kedua

prinsip diversity ini diharapkan, negara dapat melakukan penjaminan

2 Wahyudi. Pengertian Radio. (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1996), hlm. 12.
3 Simanjuntak. Pengertian Radio. (Jakarta: PT.Buku Seru, 1993), hlm. 70.
4 Pasal 9 ayat (3) huruf (c) Undang-undang Telekomunikasi Nomor 36 tahun 1999: penyelenggara

telekomunikasi khusus sebagaimana dalam Pasal 8 ayat (2) dapat menyelenggarakan telekomunikasi
untu keperluan penyiaran.
terhadap publik melalui penciptaan iklim kompetitif antar lembaga Penyiaran

agar bersaing secara sehat dalam menyediakan pelayanan informasi yang

terbaik kepada publik. Untuk itu sangat diperlukan penekanan pada prinsip

keterbukaan akses, partisipasi, serta perlindungan dan kontrol publik. Prinsip

ini membuka peluang akses bagi setiap warga negara untuk menggunakan dan

mengembangkan penyelenggaraan Telekomunikasi khususnya di bidang

Penyiaran nasional. Undang-Undang memberi hak, kewajiban dan tanggung

jawab serta partisipasi masyarakat untuk mengembangkan Telekomunikasi

khususnya di bidang Penyiaran radio, seperti mengembangkan pribadi dan

lingkungan sosialnya, mencari, memperoleh, memiliki dan menyimpan,

mengolah dan menyampaikan informasi di lembaga Penyiaran serta

mengembangkan kegiatan literasi dan/atau pemantauan untuk mengawasi dan

melindungi publik dari isi siaran yang merugikan masyarakat.5 Perkembangan

teknologi komunikasi dan informasi telah membawa implikasi terhadap dunia

Telekomunikasi,6 termasuk Penyiaran radio di Indonesia sehingga menjadikan

Penyiaran selain sebagai salah satu sarana berkomunikasi bagi masyarakat,

dunia bisnis dan pemerintah, penyiaran juga telah menjadi suatu lembaga

bisnis yang juga berperan dalam kegiatan ekonomi nasional, oleh karenanya

diperlukan perlindungan terhadap dunia penyiaran di dalam perangkat

peraturan perundang-undangan terhadap tindak pidana yang berkaitan dengan

Penyiaran.

5 Edmon Makarim ,Loc. Cit., hlm. 92.


6 Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Telekomunikasi Nomor 36 tahun 1999 : menyatakan Telekomunikasi
adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau pneriman dari setiap informmasi dalam bentuk tnda-
tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem
elektromagnetik lainnya
Penyiaran termasuk salah satu perekonomian nasional sesuai dengan

UUD 1945 Pasal 33 ayat (4) yang berbunyi Perekonomian nasional

diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip

kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,

kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan

ekonomi nasional. Yang sering terjadi perbedaan pandangan para aparatur

penegak hukum dalam menegakkan hukum secara teori dan praktek, sehingga

sering ditemukan dalam praktek penegakan hukum pidana yang diterapkan

sering mengandung kebenaran yang relatif, terkadang bersifat subjektif, baik

di bidang penyidikan, penuntutan maupun proses di peradilan, sehingga

masyarakat menjadi korban, kesalahan-kesalahan tesebut perlu dikaji dan

dicari solusinya agar kepercayaan masyarakat terhadap hukum benar-benar

tumbuh dan masyarakat dapat terlindungi sesuai dengan amanat Undang-

Undang Dasar 1945, sehingga keadilan yang responsif yang di harapkan

masyarakat dapat terwujud.7

Usaha untuk mengendalikan dan menanggulangi tindak pidana

Telekomunikasi khususnya di bidang Penyiaran adalah menentukan suatu

perbuatan sebagai suatu tindak pidana.8 Kemajuan yang terus terjadi pada

dunia teknologi informatika membawa dampak lahirnya radio sebagai sebuah

fenomena dalam kehidupan umat manusia, dimana teknologi ini berisikan

kumpulan informasi yang dapat diakses oleh semua orang dalam bentuk

frekuensi radio.

7 Ediwarman, Penegakan Hukum Dalam Prespektif Kriminologi, (Medan: Genta Publishing, 2014), hlm
.2.
8 Lihat, Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 1996), hlm.26.


Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal

dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang

elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa

juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini

tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara). Seiring

dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi tersebut menimbulkan

dampak sisi negatif yaitu tindakan kejahatan yang selama ini dianggap tidak

mungkin terjadi. Kejahatan yang sering berupa penggunaan frekuensi radio

tanpa izin. Dengan demikian perlu ditelaah bentuk-bentuk perbuatan melawan

hukum atas penggunaan frekuensi radio tanpa izin ini. Hal ini termasuk

didalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi,

yang selanjutnya Undang-undang disingkat dengan UU.

Penggunaan frekuensi radio tanpa izin ini bukan saja merugikan

frekuensi radio legal, masyarakat, pemerintah, tapi juga membahayakan

penerbangan karena mengganggu komunikasi pilot dengan bandara

(penerbangan). Contoh di dalam pesawat, tentunya banyak jiwa manusia yang

terancam keselamatannya apabila pada saat tertentu komunikasi Pilot dengan

Bandara terganggu. Penggunaan hukum pidana sebagai sarana

penanggulangan kejahatan haruslah dilakukan dengan pendekatan yang

berorientasi pada kebijakan guna mencapai tujuan tertentu. Artinya, sarana

hukum pidana akan digunakan, yakni menyangkut perbuatan apa yang

dianggap sebagai tindak pidana dan mengenai sanksi apa yang akan dikenakan

kepada pelaku.9 Telekomunikasi khususnya di bidang Penyiaran radio

9Mahmud Mulyadi, Criminal Policy, Pendekatan Integral Penal Policy dan Non Penal Pollicy, Pustaka
Bangsa Press, Tahun 2008, halaman 20.
merupakan salah satu media dan sebagai tempat peluang usaha di dalam

Penyiaran. Banyak penyiar yang dapat menyiarkannya dengan cara mencuri

frekuensi radionya. Berdasarkan hasil monitoring dan pendataan di lapangan

dan dengan melihat data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Berbagai bentuk tindak pidana Telekomunikasi di dalam usaha di bidang

Penyiaran, salah satunya sejumlah fakta terjadinya berbagai bentuk

penggunaan frekuensi radio tanpa ijin dalam Penyiaran dimana sebagian besar

korbannya adalah pengusaha yang telah memiliki izin dalam menyiar,

masyarakat dan Pemerintah.

Berbagai dampak penggunaan frekuensi radio tanpa izin yang

mengancam pengusaha khususnya dalam bidang Penyiaran radio ini

merupakan fakta hukum yang harus menjadi pertimbangan utama dalam

menyatakan perbuatan tersebut sebagai tindak pidana dalam berusaha.

Penggunaan frekuensi radio tanpa izin dalam Penyiaran merupakan masalah

bagi sesama pengusaha di bidang Penyiaran radio, hal ini pengusaha yang

melakukan tindak pidana tersebut berlaku tidak adil bagi pengusaha yang

memiliki izin dalam penggunaan spektrum frekuensi radio dalam menyiar

(Pasal 33 ayat (1) Uundang-Undang Nomor 36 tahun 1999). Salah satu tujuan

dalam penyiaran radio adalah untuk memberikan suatu informasi bagi

masyarakat, serta menguntungkan bagi pengusaha tersebut di dalam berbisnis

dan memberikan keuntungan bagi khas negara demi kemakmuran rakyat.

Radio sebagai media komunikasi yang memberikan peluang untuk pengusaha

yang menjanjikan keuntungan ekonomi yang tinggi merupakan tempat rawan

untuk munculnya tindakkan pidana penggunaan spektrum frekuensi radio


tanpa izin yang menyebabkan kerugian negara. Selanjutnya tindak pidana

tersebut di dalam Pasal 53 ayat (1) yang berbunyi barang siapa yang

melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat 1 atau Pasal

33 ayat 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan

atau denda paling banyak Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah)

Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999.

Berdasarkan hal tersebut Penting adanya suatu analisis mengenai

bagaimana sebenarnya penentuan tindak pidana pencurian spectrum frekuensi

radio berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999. Perkembangan

pertanggung jawaban pidana sebagai pelaku tindak pidana adalah sesuai

dengan tujuan dan fungsi hukum untuk memberikan sarana perlindungan

masyarakat dan kesejahteran masyarakat, sebab kecenderungan melakukan

pelanggaran hukum untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya

telah menjadi realita masyarakat. Maka menyikapi keadaan tersebut

pengaturan sanksi terhadap tindak pidana pencurian frekuensi harus jelas dan

tepat agar dapat digunakan dalam rangka hukum di masa yang akan datang.

Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul

“TINJAUAN YURIDIS PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI

RADIO TANPA IZIN BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR

36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI”


B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah di atas

maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana tinjauan yuridis penggunaan spektrum frekuensi radio tanpa

izin berdasarkan Undang-undang Nomor 36 tahun 1999 tentang

TELEKOMUNIKASI ?

2. Bagaimana pertanggung jawaban penggunaan spektrum frekuensi radio

tanpa izin ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui Undang-undang Nomor 36 tahun 1999 tentang

TELEKOMUNIKASI mengenai penggunaan spektrum frekuensi radio

tanpa izin.

2. Untuk mengetahu bagaimana pertanggung jawaban penggunaan frekuensi

radio tanpa izin.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat serta berguna

baik secara Teoritis maupun Praktis :

1) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan untuk mengembangkan

pemikiran dalam ilmu pengetahuan dalam bidang kajian ilmu hukum


pidana tentang telekomunikasi mengenai penggunaan spektrum frekuensi

radio tanpa izin.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman

dalam penelitian khususnya ilmu hukum.

b. Bagi Institusi

Hasil karya ilmiah ini digunakan sebagai sumber kepustakaan untuk

bahaan bacaan serta perbandingan dalam karya ilmiah selanjutnya.

c. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini digunakan sebagai penambah wawasan bagi para

pemilik usaha penyiaran radio untuk memeperhatikan peraturan yang

telah dibuat oleh pemerintah agar menciptakan keadaan yang damai

sesuai yang di harapkan.

E. Sistematika Penulisan

Agar segala pembahasan yang berhubungan dengan pokok

permasalahan dapat penulis jabarkan secara jelas dan mudah dipahami, maka

dalam penyusunan penulisan hukum ini maka penulis menjabarkan ke dalam

bentuk sistematika penulisan.

Penulisan akan disusun dalam 5 bab yang masing-masin terdiri dari

beberapa sub bab, Adapun susunan sistematika penulisan tersebut adalah

sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisi teori-teori ilmiah yang terkait dengan masalah dalam penelitian

yang meliputi tentang pengertian tentang perbuatan melawan hukum,

yang berkaitan erat dengan pertanggung jawaban pidana dan sistem

pemidanaan berdasarkan UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN

1999 tentang TELEKOMUNIKASI.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menggunakan metode penelitian normatif, dimana dalam

penelitian normatif ini metode yang digunakan adalah jenis dan

pendekatan penelitian, jenis dan sumber bahan hukum, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV : TINJAUAN YURIDIS PENGGUNAAN SPEKTRUM

FREKUENSI RADIO TANPA IZIN BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG

TELEKOMUNIKASI

Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai

bagaimanakah tinjauan yuridis penggunaan spektrum radio tanpa izin

dan bagaimana pertanggung jawaban penggunaan spektrum radio


tanpa izin menurut UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999

TENTANG TELEKOMUNIKASI.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini meliputi kesimpulan dan saran sebagai suatu masukan

maupun perbaiakan dari apa yang telah didapat selama penelitian.


BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Sejarah Penemuan Radio

Sejarah penemuannya radio dimulai di Inggris dan Amerika Serikat.

Donald Mc. Nicol dalam bukunya Radio’s Conquest of Space menyatakan

bahwa terkalahkannya ruang angkasa oleh radio dimulai tahun 1802 oleh

Dane, yaitu dengan ditemukannya suatu pesan dalam jarak pendek dengan

menggunakan alat sederhana berupa kawat beraliran listrik. Penemuan

berikutnya adalah oleh tiga orang cendikiawan muda, di antaranya adalah

James Maxwell berkebangsaan Inggris pada tahun 1865. Ia dijuluki scientific

father of wireless, karena berhasil menemukan rumus-rumus yang diduga

mewujudkan gelombang elegtromagnetik, yaknigelombang yang digunakan

radio dan televisi.

Penemuan radio yang digunakan sebagai alat atau media komunikasi

massa awalnya diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915.

Selanjutnya Le De Forrest melalui eksperimen siaran radionya telah

menyiarkan kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 1916,

sehingga Ia dikenal sebagai pelopor radio siaran.10

Sejarah Radio di Indonesia

Radio pertama di Indonesi (pada waktu itu bernama Nederland Hindia

Belanda) ialah Bataviase Radio Vereningin (BRV) di Batavia (Jakarta tempo

10
Ardianto Elvinaro, Komunikasi Massa, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 1986, hal. 117-
119
dulu) yang resminya didirikan tanggal 16 Juni 1925. Radio siaran di Indonesia

selama penjajahan belanda dahulu mempunyai status swasta. Setelah munculnya

BRV, maka muncul pula stasiun-stasiun radio yang lain yang bersifat ketimuran

seperti Nederlansch Indische Radio Omroeap Mij (Nirom) di Jakarta, Bandung

dan Medan, Solosche Radio Vereniging (SRV) di Surakarta, Mataramse

Vereniging Voor Oosterse Radio Omroep Luisteraars (VOLR) di Bandung,

Vereniging Voor Oosterse Radio Omroep (VORO) di Surakarta, Chieneese en

Inheemse Radio Luisteraars Vereniging Oos Java (CIRVO) di Surabaya, Eerste

Madiunse Radio Omroep (EMRO) diMadiun, dan lain-lain. Radi sekian banyak

radio itu, yang paling besar adalah NIROM karena mendapatkan bantuan dari

pemerintahan Belanda yang lebih bersifat mencari keuntungan finasial dan

membantu kukuhnya penjajahan Belanda menghadapi semangat kebangsaan

kalangan penduduk pribumi yang berkobar sejak tahun 1908, lebih-lebih setelah

tahun 192811.

Sebagai pelopor lahirnya radio usaha Indonesia adalah Solosche Radio

Vereniging (SRV) yang didirikan pada tanggal 1 april 1933 yang didirikan oleh

Mangkunegoro V11 seorang bangsawan Solo dan seorang insinyur bernama Ir.

Sarsito Mangunkusumo.

Banyaknya siaran radio yang munucul membuat NIROM. NIROM yang pada

awalnya adalah radio yang mensubsidi radio yang bersifat ketimuran diatas

menarik dan mengurangi subsidinya. Hal tersebut dilakukan untuk mematikan

radio-radio yang bersifaat ketimuran. Hal tersebut menjadi berita yang sangat

mengejutkan bagi radio-radio yang bersifat ketimuran diatas.

11
Onong Uchyana Efendi, Ilmu, Teori dan Filsafat, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993, hal. 156-
170
Pada tanggal 29 maret 1937, atas usaha Volksraad M. Sutarjo Karthohadikusuma

dan Ir. Sarsito Mangunkusumo diselenggarakan sebuah pertemuan diantara radio-

radio yang bersifat ketimuran yang bertempat di Bandung dan hasil dari

pertemuan itu melahirkan badan baru bernama Perikatan Perkumpulan Radio

Ketimuran (PPRK) dan yang menjadi ketua adalah Sutardho Kartohadikusumo.

Sejak saat itu, PPRK berusaha agar dapat berjalan sepenuhnya tanpa

bantuan dari NIROM. Pada saat bersamaan, situasi semakin panas karena api

perang di Eropa yang menyebabkan Negeri Belanda berada dalam situasi sulit dan

membutuhkan bantuan dari negara jajahannya. Hal tersebut membuat

pemerintahan Belanda menjadi lunak. Pada tanggal 1 November 1940, tercapailah

tujuan PPRK untuk menyelenggarakan siaran pertamaPada 8 Maret 1942, Belanda

menyerah pada Jepang. Sejak itu, bekas kawasan Hindia Belanda beralih ke

pemerintahan Jepang. Radio yang tadinya berstatus perkumpulan swasta

dimatikan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku yang

merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta. Cabang-cabangnya

bernama Hoso Kyoku terdapat di bandung, Purwokerto, Yokya, Surakarta,

Semarang, Surabaya, dan Malang. Di samping stasiun-stasiun tadi, setiap Hoso

Kyoku memiliki cabang disetiap kabupaten-kabupaten. Semua pesawat disegel,

agar masyarakat tidak bisa mendengarkan siaran luar negeri selain radio yang

dimiliki pemerintah jepang. Dalam pemerintahan Jepang ini, kebudayaan dan

kesenian mendapat kemajuan yang pesat, jauh sekali dibandingkan ketika

pemerintahan Belanda.

Tanggal 14 Agustus 1945, terdengar berita bahwa Jepang telah menyerah

kalah tanpa syarat kepada tentara sekutu, setelah Jepang mengalami serangan bom
atom yang hebat di Hirosiman dan Nagasaki. Seperti yang disebutkan diatas,

rakyat tidak diperbolehkan mendengarkan siaran luar negeri. Namun, di kalangan

pemuda terdapat orang yang dengan resiko kehilangan nyawa tetap mendengarkan

radio siaran luar negeri dan mengetahui bahwa Jepang telah menyerah.

Tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Bung

Karno dan Bung Hatta. Pada awalnya, teks proklamasikan akan disiarkan secara

live, namun karena sejak tanggal 15 Agustus stasiun radio dijaga ketat oleh tentara

Jepang, maka proklamasi itu baru boleh disiarkan pada malam harinya, tepanya

pukul 19.00 dan hanya dapat didengar oleh penduduk sekitar Jakarta. Namun, atas

usaha Sachrudin, seorang wartawan kantor berita Domei dan para penyiar Hoso

Kanri Kyoku, Jusuf Ronodipuro dan Bachtiar Lubis serta paran petugas teknik

Suwardio dan Ismaun Irsan. Baru pada tanggal 18 Agustus 1945. Naskah

bersejarah itu dapat dikumandangkan di luar batas tanah air dengan resiko para

petugas nya diberondong oleh tentara Jepang. Siaran ini mengudara dengan

gelombang-gelombang pendek yaitu 16 meter, 19 meter, 24 meter, 24 meter, dan

45 meter PMH. Namun, walaupun pemerintah Jepang sudah kalah, mereka tetap

memerintahkan kepada orang-orang radio agar menghentikan siarannya. Bangsa

Indonesia tidak tinggal diam. Sebuah pemancar gelap telah diusahakan dan tidak

lama kemudian berkumandang di udara radio siaran dengan stasiun call Radio

Indonesia Merdeka.

Pada tanggal 15 Agustus 1950 jam 08.05, presiden Soekarno menyatakan

bahwa seluruh Indonesia sejak hari itu menjadi Negara Kesatuan dengan nama

Republik Indonesia berdasarkan proklamasi 17 Agustus 1945 dan UUD 1945.


sejak itu pula, radio siaran di Indonesia meliputi 22 studio kembali ke call: Di sini

Radio Republik Indonesia.

Sampai akhir tahun 1966, RRI adalah satu-satunya radio siaran di

Indonesia yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah. Pada tahun itu, terjadi

banyak perubahan dalam masyakarat akibat pergolakan politik, yakni beralihnya

pemerintahan Soekarno ke pemerintahan Soeharto atau yang lebih dikenal dengan

sebutan perubahan orde lama ke orde baru. Situasi peralihan ini merupakan

kesempatan baik bagi mereka yang mempunyai hobi radio amatiran untuk

mengadakan radio siaran.

B.pengertian spektrum

1.Spektrum adalah sebuah keadaan atau harga yang tidak


terbatas hanya pada suatu set harga saja tetapi dapat
berubah secara tak terbatas di dalam sebuah kontinum.
Kata ini ber-evolusi dari kata bahasa Latin, spectre, yang
berarti hantu, tetapi arti modern sekarang berasal dari
penggunaannya dalam ilmu alam.
Penggunaan pertama kata spektrum dalam ilmu alam
adalah di bidang optik untuk
menggambarkan pelangi warna dalam cahaya
tampak ketika cahaya tersebut terdispersi oleh
sebuah prisma, dan sejak itu diterapkan sebagai analogi di
berbagai bidang lain. Kini istilah itu dipakai juga untuk
menggambarkan rentang keadaan atau kelakuan yang luas
yang dikelompokkan bersama dan dipelajari di bawah
sebuah topik untuk kemudahan diskusi, misalnya 'spektrum
opini politik', atau 'spektrum kerja dari sebuah obat', dan
lain sebagainya. Pada penggunaan ini, harga-harga di
dalam sebuah spektrum tidak perlu digambarkan secara
tepat sebagai sebuah bilangansebagaimana dalam bidang
optik. Dalam penggunaan spektrum yang paling modern,
terdapat 'tema pemersatu' di antara ekstrem-ekstrem di
kedua ujung
.2. Istilah spektrum kemudian segera diterapkan
untuk gelombang-gelombang lain, seperti
gelombang suara, dan sekarang diterapkan untuk semua
sinyal yang dapat diuraikan ke dalam komponen-komponen
frekuensi. Sebuah spektrum biasanya adalah plot
2 dimensi dari sekumpulan sinyal, menggambarkan
komponen-komponennya dengan ukuran lain. Kadang-
kadang, kata spektrum merujuk pada kumpulan sinyal itu
sendiri, seperti pada "spektrum cahaya tampak", yang
merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat
dikesani oleh mata manusia. Cahaya yang dilewatkan pada
sebuah prisma terpisahkan ke dalam warna-warna
berdasarkan panjang gelombang. Warna ungu di salah
satu ujung memiliki panjang gelombang terpendek dan
merah di ujung lainnya memiliki panjang gelombang
terpanjang. Urutan warna dari panjang gelombang panjang
ke pendek adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru, ungu.
Ketika panjang gelombang diperpanjang melewati cahaya
merah, akan didapati inframerah, gelombang
mikro dan radio. Ketika panjang gelombang diperpendek
melewati cahaya ungu, didapati ultraungu, sinar-x,
dan sinar gamma.

Dalam ilmu Fisika, Pengertian Frekuensi adalah jumlah


getaran yang dihasilkan dalam setiap 1 detik. Sedangkan
dalam ilmu elektronika, Frekuensi dapat diartikan sebagai
jumlah gelombang listrik yang dihasilkan tiap detik.
Frekuensi biasanya dilambangkan dengan huruf “f” dengan
satuannya adalah Hertz atau disingkat dengan Hz. Jadi
pada dasarnya 1 Hertz adalah sama dengan satu getaran
atau satu gelombang listrik dalam satu detik (1 Hertz = 1
gelombang per detik). Istilah Hertz ini diambil dari nama
seorang fisikawan Jerman yaitu Heinrich Rudolf Hertz yang
memiliki kontribusi dalam bidang elektromagnetisme.
C.pengertian frekuensi

Anda mungkin juga menyukai