Anda di halaman 1dari 75

Ramang Said Hasan

 Pada anak2 lipatan leher 2-3 kali lipat lebih


pendek dari orang dewasa.
 Periksa arteri karotis
 Vena Jugularis
 posisi pasien semifowler 45 dan dimiringkan,
tekan daerah nodus krokoideus maka akan
tampak adanya vena.
 Taruh mistar pada awal dan akhir
pembesaran vena tersebut kemudian tarik
garis imajiner untuk menentukan panjangnya.
Raba tiroid : daerah tiroid ditekan,dan
pasien disuruh untuk menelan,apakah ada
pembesaran atau tidak.
Tonick neck refleks : kedua tangan ditarik,
kepala akan mengimbangi.
Neck rigting refleks refleks : posisi
terlentang,kemudian tangan ditarik
kebelakang,pertama badan ikut berbalik
diikuti dengan kepala.
Pemeriksaan nervus XI (Asesoris)
Menganjurkan klien memalingkan kepala,
lalu disuruh untuk menghadap kedepan
,pemeriksa memberi tahanan terhadap
kepala. sambil meraba otot
sternokleidomasatodeus.
 Tanda-tanda yang diamati :
 (1) bentuk prekordium
 (2) Denyut pada apeks jantung
 (3) Denyut nadi pada dada
 (4) Denyut vena
Pada umumnya kedua belah dada adalah
simetris
Prekordium yang cekung dapat terjadi
akibat perikarditis menahun, fibrosis atau
atelektasis paru, scoliosis atau kifoskoliosis.
Prekordium yang gembung dapat terjadi
akibat dari pembesaran jantung, efusi
epikardium, efusi pleura, tumor paru,
tumor mediastinum
 Dalam keadaaan normal, dengan
sikap duduk, tidur terlentang atau
berdiri iktus terlihat didalam
ruangan interkostal V sisi kiri agak
medial dari linea midclavicularis
sinistra
 Pada anak-anak iktus tampak pada
ruang interkostal IV
 Sifat iktus :
 Pada keadaan normal, iktus hanya
merupakan tonjolan kecil, yang sifatnya
local. Pada pembesaran yang sangat
pada bilik kiri, iktus akan meluas.
 Iktus hanya terjadi selama systole.Oleh
karena itu, untuk memeriksa iktus, kita
adakan juga palpasi pada a. carotis
comunis untuk merasakan adanya
gelombang yang asalnya dari systole.
 Apabila di dada bagian atas terdapat
denyutan maka harus curiga adanya
kelainan pada aorta
 Aneurisma aorta ascenden dapat
menimbulkan denyutan di ruang
interkostal II kanan, sedangkan denyutan
dada di daerah ruang interkostal II kiri
menunjukkan adanya dilatasi a.
pulmonalis dan aneurisma aorta
descenden
 Vena yang tampak pada dada dan
punggung tidak menunjukkan
denyutan
 Vena yang menunjukkan denyutan
hanyalah vena jugularis interna dan
eksterna
Urutan palpasi dalam rangka
pemeriksaan jantung adalah
sebagai berikut :
 Pemeriksaan iktus cordis
 Pemeriksaan getaran / thrill
 Pemeriksaan gerakan trachea
 Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus,
dan apabila teraba dinilai kuat angkat atau
tidak
 Kadang-kadang kita tidak dapat melihat,
tetapi dapat meraba iktus
 Pada keadaan normal iktus cordis dapat
teraba pada ruang interkostal kiri V, agak ke
medial (2 cm) dari linea midklavikularis kiri.
 Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya
kelainan katub bawaan atau penyakit jantung
congenital.
 Disini harus diperhatikan :
 Lokalisasi dari getaran
 Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
 Getaran yang lemah akan lebih mudah
dipalpasi apabila orang tersebut melakukan
pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan
darah akan mengalir lebih cepat.
 Dengan terabanya getaran maka pada
auskultasi nantinya akan terdengar bising
jantung
 Pada pemeriksaan jantung, trachea
harus juga diperhatikan karena
anatomi trachea berhubungan
dengan arkus aorta
 Pada aneurisma aorta denyutan
aorta menjalar ke trachea dan
denyutan ini dapat teraba
 Kita melakukan perkusi untuk
menetapkan batas-batas jantung
1. Batas kiri jantung
2. Batas kanan jantung
 Perkusi jantung mempunyai arti
pada dua macam penyakit jantung
yaitu efusi pericardium dan
aneurisma aorta
• Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke
medial.
• Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru

ke redup relatif kita tetapkan sebagai batas


jantung kiri
• Normal

• Atas : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri


(pinggang jantung)
• Bawah: SIC V kiri agak ke medial linea
midklavikularis kiri ( t4 iktus)
 Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke
medial.
 Disini agak sulit menentukan batas jantung
karena letaknya agak jauh dari dinding depan
thorak
 Normal :
 Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar
ruang interkostal III-IV kanan,di linea
parasternalis kanan
 Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal
II kanan linea parasternalis kanan
 Auskultasi jantung menggunakan alat
stetoskop duplek, yang memiliki dua
corong yang dapat dipakai bergantian.
 Corong pertama berbentuk kerucut
(bell)yang sangat baik untuk
mendengarkan suara dengan frekuensi
tinggi (apeks)
 Corong yang kedua berbentuk lingkaran
(diafragma) yang sangat baik untuk
mendengarkan bunyi dengan nada rendah
1. Bunyi jantung : Bunyi jantung I dan II
BJ I : Terjadi karena getaran menutupnya
katup atrioventrikularis, yang terjadi pada
saat kontraksi isometris dari bilik pada
permulaan systole
BJ II : Terjadi akibat proyeksi getaran
menutupnya katup aorta dan a. pulmonalis
pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira
pada permulaan diastole.
BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I

2. Bising jantung / cardiac murmur


 Daerah auskultasi untuk BJ I :
 Pada iktus : katub mitralis terdengar baik disini.
 Pada ruang interkostal IV – V kanan, pada tepi sternum :
katub trikuspidalis terdengar disini
 Pada ruang interkostal III kiri, pada tepi sternum :
merupakan tempat yang baik pula untuk mendengar katub
mitral.
 Intensitas BJ I akan bertambah pada apek pada:
 stenosis mitral
 interval PR (pada EKG) yang begitu pendek
 pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang
cepat misalnya pada kerja fisik, emosi, anemia, demam dll.
 Intensitas BJ I melemah pada apeks pada :
 shock hebat
 interval PR yang memanjang
 decompensasi hebat.
 Intensitas BJ II aorta akan bertambah pada :
 hipertensi
 arterisklerosis aorta yang sangat.
 Intensitas BJ II pulmonal bertambah pada :
 kenaikan desakan a. pulmonalis, misalnya pada :
kelemahan bilik kiri, stenosis mitralis, cor pulmonal
kronik, kelainan cor congenital
 BJ I dan II akan melemah pada :
 orang yang gemuk
 emfisema paru-paru
 perikarditis eksudatif
 penyakit-penyakit yang menyebabkan kelemahan otot
jantung
• Apakah bising terdapat antara BJ I dan BJ II
(=bising systole), ataukah bising terdapat antara BJ
II dan BJ I (=bising diastole). Cara termudah untuk
menentukan bising systole atau diastole ialah
dengan membandingkan terdengarnya bising dengan
saat terabanya iktus atau pulsasi a. carotis, maka
bising itu adalah bising systole.
• Tentukan lokasi bising yang terkeras.
• Tentukan arah dan sampai mana bising itu
dijalarkan. Bising itu dijalarkan ke semua arah
tetapi tulang merupakan penjalar bising yang baik,
dan bising yang keras akan dijalarkan lebih dulu.
Perhatikan derajat intensitas bising tersebut, Ada 6
derajat bising :
1. Bising yang paling lemah yang dapat didengar. Bising
ini hanya dapat didengar dalam waktu agak lama untuk
menyakinkan apakah besar-benar merupakan suara
bising.
2. Bising lemah , yang dapat kita dengar dengan segera.
3. dan
4. adalah bising yang sedemikian rupa sehingga
mempunyai intensitas diantara (2) dan (5).
5. Bising yang sangat keras, tapi tak dapat didengar bila
stetoskop tidak diletakkan pada dinding dada.
6. Bising yang dapat didengar walaupun tak menggunakan
stetoskop.
Perhatikan kualitas dari bising, apakah kasar, halus,
bising gesek, bising yang meniup, bising yang melagu
a). Pemeriksaan Labolatorium
1.DARAH
2. URIN
b). Laboratorium Spesifik
1. Enzim jantung
2. Kreatin fosfokinase
3. Isoenzim CK-MB
4. Troponin T
5. Serum glutamic-oxaloacetic
transaminase(SGOT)
6. Lactic dehydrogenase (LDH)
7. Alpha hydroxybutyric dehydrogenase (alpha-
HBDH)
8. C-reactive protein (CRP)
9. Anti sreptosilin-O(ASTO)
10. Tes fungsi hati
11. System koagulasi
12. Kultur darah
13. Kadar digitalis dalam darah
14. Pemeriksaan cairan ekstra vaskuler
15. Lain-lain
a. Methemoglobinemia
b. Hiperlipidemia
c. Hipertiroidism
c). Pemeriksaan RadioGrafik :
 Foto rongten thoraks
 Katerisasi jantung
 Angiografi
 Flouroskopi

d). Pemeriksaan Prosedur Grafik :


 EKG
 Eco Cardiografi
 Uji pembebanan jantung(stress testing)
 Nadi yang lemah atau kecil (pulsus parvus)
 Nadi yang kecil dan terisi dengan lambat (pulsus parvus et
tardus)
 Nadi dikrotik (dicrotic pulse) , curah jantung yang rendah
dengan elastisitas dinding arteri yang masih normal,
misalnya pada kardiomiopati, tamponade jantung dan CHF
berat
 Pulsus alternans, nadi yang saling bergantian antara nadi
yang relatif kuat diselingi oleh nadi yang lebih lemah
(CHF)
 penurunan cardiac output
 peningkatan cardiac output
 resiko tinggi kelebihan cairan
 bentuk dada tidak simetris
 bagian dada atas terdapat denyutan
 vena pada dada dan punggung
menunjukan denyutan
 irama jantung ireguler
 Curah jantung menurun berhubungan dengan
kontraktilitas miokardial ditandai dengan takikardia,
distritmia, hipotensi/hipertensi
 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
menurunnya fungsi glomerulus dengan orthoprea odema
dan peningkatan berat badan.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan,
kelelahan/kelemahan ditandai dengan kelemahan/
kelelahan, perubahan tanda vital, adanya distritmia,
disponea, pucat dan berkeringat.
 Perfusi berkurang ke kulit berhubungan dengan oedema.
a. Inspeksi
 Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior.
 Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan
yang lainnya.
 Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
 Inspeksi thorax poterior terhadap warna kulit dan
kondisinya, skar, lesi, massa, gangguan tulang belakang
seperti : kyphosis, scoliosis dan lordosis.
 Mencatat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan
kesimetrisan pergerakan dada.
 Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan hidung
atau pernafasan diafragma, dan penggunaan otot bantu
pernafasan.
 Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase
inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E).
 Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter
anteroposterior (AP) dengan diameter lateral/tranversal
(T). ratio ini normalnya berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7,
tergantung dari cairan tubuh klien.
 Kelainan pada bentuk dada :
 a) Barrel Chest
 b) Funnel Chest (Pectus Excavatum)
 c) Pigeon Chest (Pectus Carinatum)
 d) Kyphoscoliosis
 Kiposis

 Skoliosis

 Observasi kesimetrisan pergerakan dada.


Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya
ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru
atau pleura.
 Observasi retraksi abnormal ruang interkostal
selama inspirasi, yang dapat mengindikasikan
obstruksi jalan nafas.
b. Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji
kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas,
mengidentifikasi keadaan kulit dan
mengetahui vocal/tactile premitus
(vibrasi).
c. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji
resonansi pulmoner, organ yang ada disekitarnya
dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
 Jenis suara perkusi :
 Suara perkusi normal :

 Resonan (Sonor)
 Dullness
 Tympany
 Suara Perkusi Abnormal :

 Hiperresonan
 Flatness
d. Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat
bermakna, mencakup mendengarkan
suara nafas normal, suara tambahan
(abnormal), dan suara. Suara nafas
normal dihasilkan dari getaran udara
ketika melalui jalan nafas dari laring ke
alveoli, dengan sifat bersih.
 Suara nafas normal :
 a) Bronchial
 b) Bronchovesikular
 c) Vesikular
 d) Wheezing
 e) Ronchi
 f) Pleural friction rub
 g) Crackles
 Fine crackles

 Coarse crackles
1. pemeriksaan Fungsi Paru
a. peak flow meter
b. pengukuran fungsi paru ( spirometer)
2. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
3. Tomografi (planigrafi)
4. Computed Tomography Scan
5. positron Emission Tomography
6. flouroskopi
7. Bronkhografi
8. angiografi pembuluh-pembuluh pulmonal
9. Pemeriksaan Darah :
a. Hemoglobin
b. laju endapan darah
c. leukosit
d. fungsi hati
e. glukosa
f. C-creatin protein
g. Elektrolit serum
h. analisa gas darah
 Proses Ventilasi
1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif
 Proses Difusi
2.Kerusakan pertukaran gas
 Proses Transportasi Gas
3.Pola nafas tidak efektif
4.Intoleran Aktifitas
5.Penurunan Curah Jantung
6.Risiko terhadap aspirasi
 Bentuk dada apakah simetris kiri dan kanan
 Normal : diameter AP – transfersal = 1:2
 Pigeon chest AP > .transfersal
 Barrel chest : AP : trans = 1 : 1
 Funnel chest : AP mengecil, sternum
menonjol ke dalam.
 Suara tracheal : pada daerah trachea,
intensitas tinggi, ICS 2 1:1, suara bronchial :
pada percabangan bronchus, pada saat udara
masuk ,intensitas keras pada ICS 4-5 1:3
 Sifat pernafasan : pernafasan perut & dada.
 RR : 16 – 18 x/m atau 18 – 20 x/m
Ritme / Irama pernafasan :
Eupnea : irama normal
Kusmaul : cepat dan dalam (DM)

Hiperventilasi
: pernapasan dalam,
kecepatan normal
Biot’s : cepat dan dalam, berhenti tiba
– tiba, ke dalaman sama (kerusakan
saraf).

Cheyne stoke : bertahap dangkal –


lebih cepat dan dalam – lambat – apnea
Bunyi Durasi bunyi Nada Intensitas Lokasi
nafas inspirasi n bunyi bunyi eks
eks eks
Vesikuler Insp > eksp Rendah Lembut Sebgian
area paru
ka n ki
Bronkho Insp = eksp Sedang Sedang Sering pada
vesikuler ics 1 – 2 dan
ant skapula
Bronkhial Eks > insp Tinggi Keras Di atas
manubrium
Trakeal Insp = eksp Sangat Sangat Di atas
tinggi keras trakea pd
leher.
BERBAGAI MASALAH PARU – PARU
VARIABLE PNEU
EFUSI
PENG PNEUMONIA EMFI SEMA ASMA MOTO
PLEURA
KAJIAN RAKS
Batuk  Menyetak  Kronis  Tdk teratur  Tidak  Sedikit
 Pada awalnya tidak  Menyentak  Pd awalnya prod kadang
produktif, namun  Tidak tdk prod, muncul
kemudian menjadi produktif namun mnjadi batuk
produktif sesuai dengan sgt produktif non prod
kemunduran kondisi saat srangan

Sputum  Kental dan berwarna  Sedikit  Kental dan  Tidak  Tidak


(pada tahap akhir) sputum yang banyak bila ada ada
jernih kondisi
memburuk

Nyeri  Tiba – tiba dan tajam,  Tidak ada  Tidak ada  Tiba2  Biasa nya
bila dada bergerak (mungkin ada dan tidak
semakin sakit pada saat tajam di ada
serangan) dada
VARIABLE PNEU
EFUSI
PENG PNEUMONIA EMFI SEMA ASMA MOTO
PLEURA
KAJIAN RAKS
Pernapasan  Cepat dan  Ekspirasi lebih  Dispnea  Dispnea  dispnea
meningkat panjang dan bibir berat,  Kecepatan
mengerut ekspirasi meningkat
 Menggunakan otot panjang  Gerakan
tambahan yg menye  Mungkin napas
bbkan retraksi gagal nafas tidak
interkostal normal pd
area
terkena
Palpasi  Taktil  Taktil fremitus  Taktil  Taktil  Taktil
fremitus menurun fremitus fremitus fremitus
meningkat meningkat, menurun menurun
menurun
atau
menetap
Lanjutan masalah paru
VARIABLE
PNEU EFUSI
PENG PNEUMONIA EMFISEMA ASMA
MOTO RAKS PLEURA
KAJIAN
Perkusi  Resonan  Resonan /  Resonan  Hiper  Bunyi pekak
menurun hiperresonan meningkat resonan atau redup
 Gerakan  Gerakan atau melemah  Gerakan
diagfragma diagfragma diagfragma
melemah minimal melemah
pada sisi yg
terkena
Auskultasi  Rales  Bunyi napas  Bunyi napas  Bunyi napas  Bunyi napas
 Ronki melemah atau melemah melemah melemah
tidak ada  Lebih mengi atau tidak atau tidak
 Mengi dan ronki pada ekspirasi ada pada ada pada
area yg area yg
terkena terkena
 Egofoni dan
berdesir pd
area di atas
tingginya air
Lanjutan masalah paru
VARIABLE
PNEU EFUSI
PENG PNEUMONIA EMFISEMA ASMA
MOTO RAKS PLEURA
KAJIAN
Kekhususan  Umumnya  Diameter AP  Mengi, gelisah,  Payah,  Trakea
disertai dada mungkin berkeringat tekanan mungkin
demam dan bertambah saat serangan darah bergeser
menggigil menurun,  takikardi
nadi cepat
Suara broncho vesikuler : pada
bronchus sebelum alveolus,
intensitas sedang ICS 5.
suara vesikuler : pada seluruh
bagian lateral paru, intensitas
rendah 3:1
Wheezing terdengar pada saat
inspirasi dan rales pada saat
ekspirasi
 Perkusi pada daerah paru suara yang
ditimbulkan adalah sonor
Apeks jantung pada mid klavikula
kiri intercostals 5
Batas jantung pada sternal kanan
ICS 2 ( bunyi katup aorta), sternal
kiri ICS 2 ( bunyi katup pulmonal),
sternal kiri ICS 3-4 ( bunyi katup
tricuspid), sternal kiri mid klavikula
ICS 5 ( bunyi katup mitral).
 Perkusi pd daerah jantung ad pekak.
Talipusat : Dua arteri satu vena.
Observasi adanya pembengkakan atau
perdarahan.
Observasi vena apakah terbayang atau
tidak.
Observasi distensi abdomen.
Terdengar suara peristaltic usus.
HIPOKONDRIUM

LUMBAL

ILIAKAL

4 KUADRAN 9 REGIO
REGIO ABDOMINALIS :
 Hypokondria Kanan :  Lumbal kiri :
Lobus kanan hepar , Ginjal Kolon Descendens, bagian
kanan, Bagian duodenum, bawah ginjal kiri, bagian
kelenjar suprarenal, Flexus yeyenum, dan illeum.
hepatica
 Inguinalis Kanan :
 Epigastrik :
Sekum, appendiks,
Akhir pyloric, duodenum,
pankreas ureter/ovarium
 Hypokondria Kiri :  Hypogastrium :
Lambung, limpa, ginjal kiri Illeum, kandung kemih,
 Lumbal Kanan : uterus
Kolon Ascendens, bagian  Inguinalis Kanan :
duodenum, dan yeyenum Kolon sigmoid, ureter,
 Umbilikalis : ovarium
Oementum, mesentrika,
bagian bawah duodenum,
yeyenum, dan illeum
KUADRAN-KUADRAN ABDOMEN :
 Kuadran Kanan Atas :
• Hati, kandung empedu, duodenum, bagian kepala
pankreas, flexus hepaticus colon, sebagian kolon
ascendens dan tranversum
 Kuadran Kiri Atas :
• Lobus kiri hati, lambung, lien, badan dan ekor pankreas,
flexus splenikus colon, sebagian colon tranversum, dan
ascendens
 Kuadran Kanan Bawah :
• Sekum, appendik, ovarium kanan dan tuba fallopi, korda
spermatikus kanan
 Kuadran Kiri Bawah :
• Sebagian kolon descendens,kolon sigmoid, ureter kiri,
ovarium kiri dan tuba fallopi, korda spermatikus kiri.
XIPHOID
process

AORTA

TRANSVERSE
colon
ILIAC artery

DESCENDING
SIGMOID colon

full BLADDER
COSTOVERTEBRAL
ANGLE
Tympany

Dullness

GAS TUMOR

tympany

dullness

Ascitic Fluid
LIPOMA

INFANT Incisional Hernia Epigastric Hernia


Bising usus
Palpasi pada daerah hati, teraba 1 – 2 cm
dibawah costa, panjangnya pada garis
media clavikula 6 – 12 cm.
Palpasi pada daerah limpa pada kuadran
kiri atas
Perkusi pada daerah hati suara yang
ditimbulkan adakah pekak
Perkusi pada daerah lambung suara yang
ditimbulkan adalah timpani
Refleks kremaster : gores pada abdomen
mulai dari sisi lateral kemedial, terlihat
kontraksi.
Right Midclav.line

4-8 cm in m
line
6-12 cm i
midclav.li
right midclav.line

right midclav.line
(ORGAN
TERLINDUNG
KOSTA)
SPLEEN

(S 1-8 )
(1,2,3,4)
COSTOVERTEBRAL
ANGLE
 Susuri tulang belakang , apakah ada spina bivida
okulta : ada lekukan pada lumbo sacral,tanpa
herniasi dan distribusi lanugo lebih banyak.
 Spina bivida sistika : dengan herniasi ,
meningokel (berisi meningen dan CSF) dan
mielomeningokel (meningen + CSF + saraf spinal).
 Rib hum and Flank: dalam posisi bungkuk jika
tulang belakang rata/simetris
 (scoliosis postueral) sedangkan jika asimetris
atau bahu tinggi sebelah dan vertebra bengkok
(scoliosis structural) skoliometer >40

Anda mungkin juga menyukai