Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA

REMAJA PUTRI

Siti Khotimah, Linda Wahyuni


Program Studi D3 Kebidanan Universitas Dharmas Indonesia
Email: sitikhotimah900@gmail.com

ABSTRACT

Reproductive health is an important issue for teenagers, as most teenagers do not have an accurate
knowledge of reproductive health and sexuality such as pain in menstruation. Dysmenorrhea is menstrual
pain where the main cause is spasm or contraction of the uterine muscles. Usually women with
dysmenorrhoea will experience symptoms such as abdominal pain, nausea, vomiting, headache, which starts
on the first day of menstruation and will disappear after 2 days. This study aims to analyze the factors
associated with the incidence of dysmenorrhoea. In this study the authors use quantitative research methods
analytic survey with cross sectional approach. In this study the sample used is 114 adolescents. Pursuant to
result of research by using chi-square test found that there is value p-value 0,001 <0,05 or there is significant
relation between menarche age with incidence of dysmenorrhea, there is value p-value 0,430> 0,05 or no
significant relation between menstrual duration with the incidence of dysmenorrhoea and p-value = 0.004
<0.05 or there is a significant relationship between nutritional status and the incidence of dysmenorrhea.
Thus it is expected to adolescent to be able to pay attention to factors that can influence the occurrence of
menarhce like diet.

Keywords: Dysmenorrhoea, Age of menarche, Menstrual period, Nutritional status

I. PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk remaja, karena kebanyakan remaja tidak
memiliki pengetahuan yang akurat tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas. Biasanya informasi yang
didapat hanya dari teman dan media yang sering tidak akurat. Adapun tujuan kesehatan reproduksi untuk
meningkatkan kesadaran, pemahaman, perlindungan serta dukungan untuk pemenuhan hak reproduksi bagi
semua individu dan keluarga (Noviana, 2014).
Dismenorea merupakan nyeri haid. Penyebab utama dismenorea yang biasanya menyerang wanita
adalah kejang atau kontraindikasi dari otot rahim. Biasanya wanita dismenorea mengalami gejala seperti
sakit perut, mual, muntah, kepala pusing, dan dimulai pada hari pertama menstruasi. Dismenorea biasanya
hilang setelah 2 hari menstruasi (Pudiastuti, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) didapatkan angka kejadian dismenorea sebesar
1.769.425 jiwa (90%) wanita. Angka kejadian dismenorea di Indonesia sebesar 107.673 jiwa (64,25%)
wanita, yang terdiri dari 59.671 jiwa (54,89%) mengalami dismenorea primer dan 9.496 jiwa (9,36%)
mengalami dismenorea sekunder (Zshasa et al, 2016).
Pada tahun 2016 jumlah estimasi penduduk Indonesia umur 10-14 tahun wanita berjumlah 11.005.173
jiwa. jumlah estimasi penduduk di Sumatera Barat wanita berjumlah 2.642.255 jiwa, sedangkan jumlah usia
muda >15 tahun wanita berjumlah 774.753 jiwa tahun 2016. Estimasi jumlah anak usia 7-12 tahun di
Sumatera Barat adalah 303.554 jiwa. Persentase puskesmas menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja di
Sumatera Barat berjumlah 42,42% dari jumlah puskesmas. Di Kabupaten Dharmasraya jumlah anak usia 7 –
12 tahun berjumlah 27.241 jiwa (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Berdasarkan survei awal peneliti di SMPN4 Koto Baru Kabupaten Dharmasraya, dari hasil wawancara
15 siswi didapatkan 13 siswi yang mengalami Dismenorea dan 2 orang siswi yang tidak mengalami
dismenorea.
Menurut Proverawati, (2009) menyatakan faktor resiko timbulnya dismenore bermacam-macam yaitu
menstruasi pertama pada usia yang amat dini, belum pernah melahirkan anak, periode menstruasi yang lama,
status gizi, merokok, kebiasaan olahraga, stress. Secara psikologis wanita remaja yang pertama sekali
mengalami haid atau disebut juga dengan menarche, akan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman, dan

PROSIDING
ISSN: 2654-8380
Universitas Pasir Pengaraian, Selas 31 Juli 2018.
387
mengeluh perutnya terasa begah. Tetapi pada beberapa remaja keluhan – keluhan tersebut tidak dirasakan,
hal ini dipengaruhi oleh nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi dan olahraga yang teratur. Sedangkan
menurut Pudiastuti tahun 2012, Lamanya perdarahan mesntruasi normalnya 3-7 hari. Ada yang disebut
dengan Hipomenorea merupakan perdarahan yang pendek. Sedangkan Hipermenorea atau menoragia
merupakan perdarahan yang panjang atau lama lebih dari 8 hari dan menurut Noviana tahun 2014, status gizi
remaja wanita sangat mempengaruhi terjadinya manarche, baik dari faktor usia terjadinya manarche, adanya
keluhan selama manarche maupun lamanya hari menarche.
Pada wanita dengan diet vegetarian akan terjadi peningkatan frekuensi gangguan siklus menstruasi.
Namun untuk wanita yang bukan vegetarian dan pindah ke diet rendah lemak akan menyebabkan
perpanjangan siklus menstruasi sebagai akibat dari memanjangnya fase menstruasi dan folikuler. Ini
membuktikan bahwa peranan nutrisi dan gizi yang seimbang sangat berpengaruh pada pola menstruasi
seseorang. Sehingga bagi para remaja seharusnya lebih memperhatikan pola gizinya tanpa harus berambisi
mendapatkan tubuh yang ideal tanpa dengan membatasi makanan yang bergizi (Proverawati, 2009).
Pemerintah berupaya menangani permasalahan kesehatan reproduksi remaja dalam program Generasi
Berencana (GenRe) yang diselenggarakan oleh badan penduduk dan keluarga berencana (BKKBN). Program
GenRe dilaksanakan melalui pendekatan dari dua sisi yaitu pendekatan kepada remaja itu sendiri dan
pendekatan pada keluarga yang memiliki remaja. Pendekatan dilakukan pada remaja melalui pengembangan
pusat informasi dan konseling remaja atau mahasiswa (PIK R/M). salah satu prioritas kasus kesehatan
reproduksi yang dihadapi remaja yaitu desminorea. Dismenorea pada remaja harus dapat ditangani dengan
tindakan yang tepat untuk menghindari dampak negatif yang akan timbul (Infodatin, 2015).
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif menggunakan survey analytic dengan pendekatan
cross sectional. Responden pada penelitian ini adalah remaja putri di SMPN4 Koto Baru Kabupaten
Dharmasraya. Tehnik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah menggunakan total sampling
dimana sampel diambil secara keseluruhan sebagai responden. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2
yaitu variabel independen (usia menarce, lama menstruasi dan status gizi) dan variabel dependen adalah
kejadian dismenore. Dalam pelaksanaan penelitian responden diberikan quesioner dari setiap variabel dan
responden diminta untuk mengisi quesioner sesuai dengan arahan peneliti. Uji penelitian yang digunakan
untuk menghitung variabel adalah dengan menggunakan analisis uji chi-square. Jumlah responden dalam
penelitian ini sebanyak 114 remaja putri. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret tahun 2018.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia Menarche remaja putri di SMPN4 Koto Baru Kabupaten
Dharmasraya tahun 2018.

No Usia Menarche Frekuensi Persentase (%)


1 Normal 39 34,2
2 Tidak Normal 75 65,8
Total 114 100
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami usia menarche tidak
normal yaitu sebanyak 75 orang (65,8%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Lama Menstruasi remaja putri di SMPN4 Koto Baru Kabupaten
Dharmasraya tahun 2018.

No Lama Menstruasi Frekuensi Persentase (%)


1 Normal 68 59,6
2 Tidak Normal 46 40,4
Total 114 100
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami lama menstruasi
normal yaitu sebanyak 68 orang (59,6%).

PROSIDING
ISSN: 2654-8380
Universitas Pasir Pengaraian, Selas 31 Juli 2018.
388
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Status Gizi remaja putri di SMPN4 Koto Baru Kabupaten
Dharmasraya tahun 2018.

No Status Gizi Frekuensi Persentase (%)


1 Kurus 67 58,8
2 Normal 47 41,2
Total 114 100
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa setengahnya responden mempunyai status gizi kurus
yaitu sebanyak 67 orang (58,8%).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenorea remaja putri di SMPN4 Koto Baru Kabupaten
Dharmasraya tahun 2018.

No Kejadian Dismenorea Frekuensi Presentase (%)


1 Dismenorea 90 78,9
2 Tidak Dismenorea 24 21,1
Total 114 100,0
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya responden mengalami Dismenorea
yaitu sebanyak 90 orang (78,9%).

Tabel 5. Hubungan usia menarche dengan kejadian dismenorea pada remaja putri di SMPN4 Koto
Baru Kabupaten Dharmasraya tahun 2018.

Kejadian Dismenore
Total
Umur Menarche Dismenore Tidak Dismenore p-value
F % F % F %
Normal 24 61,5 15 38,5 39 100 0,001
Tidak Normal 66 88,0 9 12,0 75 100
Jumlah 90 78,9 24 21,1 114 100
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche
dengan kejadian dismenorea dengan nilai p-value = 0,001< 0,05.

Tabel 6. Hubungan Lama Menstruasi dengan kejadian dismenorea pada remaja putri di SMPN4 Koto
Baru Kabupaten Dharmasraya tahun 2018.

Kejadian Dismenore
Total
Lama Menstruasi Dismenore Tidak Dismenore p-value
f % f % f %
Normal 52 76,5 16 23,5 68 100 0,430
Tidak Normal 38 82,6 8 17,4 46 100
Jumlah 90 78,9 24 21,1 114 100
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara lama menstruasi
dengan kejadian dismenorea dengan nilai p-value = 0,430 > 0,05.

Tabel 7. Hubungan Status Gizi dengan kejadian dismenorea pada remaja putri di SMPN4 Koto Baru
Kabupaten Dharmasraya tahun 2018.

Kejadian Dismenore
Total
Status Gizi Dismenore Tidak Dismenore p-value
f % f % f %
Kurus 59 88,1 8 11,9 67 100 0,004
Normal 31 66,0 16 34,0 47 100
Jumlah 90 78,9 24 21,1 114 100

PROSIDING
ISSN: 2654-8380
Universitas Pasir Pengaraian, Selas 31 Juli 2018.
389
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi
dengan kejadian dismenorea dengan nilai p-value = 0,004 < 0,05.

3.2 PEMBAHASAN
3.2.1 Hubungan usia menarche dengan kejadian dismenore
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche
dengan kejadian dismenorea dengan nilai p-value = 0,001< 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Herawati tahun 2017 bahwa tidak ada perbedaan proporsi kejadian yang mengalami
dismenorea antara responden yang menarche dini dan yang tidak menarche dini (tidak ada hubungan yang
signifikan antara menarche dini dengan kejadian dismenorea).
Usia menarche atau waktu permulaan menstruasi mungkin akan menjadi peristiwa yang traumatik bagi
beberapa remaja putri yang tidak mempersiapkan dirinya terlebih dahulu. Jika menstruasi datangnya pada
usia masih sangat muda, remaja putri belum siap menerimanya dan peristiwa itu akan mempengaruhi
psikologinya. Reaksi psikis yang menyertai kedatangan menstruasi untuk remaja putri pertama kalinya
disebut Helena Deutch sebagai kompleks kastrasi yaitu perasaan kecewa, takut, panik, sehingga anak akan
trauma genetalis yaitu luka atau shock psikis yang disebabkan oleh pengalaman baru, berkaitan dengan
masalah genetalis dan sistem reproduksi maka timbul nyeri haid atau dismenore.

3.2.2 Hubungan lama menstruasi dengan kejadian dismenore


Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara lama menstruasi
dengan kejadian dismenorea dengan nilai p-value = 0,430 > 0,05. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Purwanti tahun 2014 yaitu Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama menstruasi
dengan kejadian dismenorea.
Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat. Keparahan
dismenorea berhubungan langsung dengan lama dan jumlah darah haid. Seperti diketahui haid hampir selalu
diikuti dengan rasa mules atau nyeri (Prawirohardjo, 2011). Sedangkan menurut Pudiastuti tahun 2012
disebutkan bahwa rata–rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu periode menstruasi
telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25–60 ml. masa menstruasi selama dua sampai
delapan hari. Pada waktu itu endometrium dilepas sedangkan pengeluaran hormon–hormon ovarium paling
rendah.
Pada saat menstruasi ada kontraksi otot–otot halus rahim yang dikendalikan oleh interaksi hormon
yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan ovarium. Sehingga semakin lama
menstruasi terjadi, maka semakin sering uterus berkontraksi, akibatnya semakin banyak pula prostaglandin
yang dikeluarkan. Akibat prostaglandin yang berlebihan maka timbul rasa nyeri pada saat menstruasi.
Keluhan dismenorea terjadi tidak hanya dilihat dari lama menstruasi tetapi juga dilihat dari jumlah darah
haidnya yang dikeluarkan.

3.2.3 Hubungan status gizi dengan kejadian dimenore


Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi
dengan kejadian dismenorea dengan nilai p-value = 0,004 < 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Suliawati tahun 2013 bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenore pada
wanita usia subur.
Status Gizi atau dikatakan baik, apabila nutrisi yang diperlukan baik protein, lemak, karbohidrat,
mineral, vitamin, maupun air digunakan oleh tubuh sesuai kebutuhan. Gizi kurang atau terbatas selain akan
mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi.
Hal ini akan berdampak pada gangguan haid, tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik (Noviana,
2014).
Bila kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi akan beresiko mengalami defisiensi. Misalnya seorang wanita
mengalami defisiensi zat besi. Dimana kita ketahui bahwa dengan kurangnya mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi akan menyebabkan terjadinya anemia. Jika mengalami anemia maka daya tahan tubuh
akan berkurang sehingga akan meningkatkan rasa nyeri disaat haid atau dismenore.

PROSIDING
ISSN: 2654-8380
Universitas Pasir Pengaraian, Selas 31 Juli 2018.
390
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1). Sebagian besar remaja putri
memiliki usia menarche tidak normal (<10 atau >16 tahun); 2). Sebagian besar remaja putri mengalami lama
menstruasi normal (3–7 hari); 3). Setengahnya remaja putri memiliki status gizi kurus (IMT <18,5 Kg/ );
4). Hampir seluruhnya remaja putri mengalami Dismenorea; 5). Ada hubungan yang bermakna antara usia
menarche dengan kejadian dismenorea; 6). Tidak ada hubungan yang bermakna antara lama menstruasi
dengan kejadian dismenorea; 7). Ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian
dismenorea.

4.2 SARAN
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat
khususnya remaja putri tentang kesehatan reproduksi khususnya faktor yang menyebabkan terjadinya
dismenorea dan penelitian ini bisa dijadikan sebagai gambaran dan pembanding untuk penelitian berikutnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Saya ucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu pihak yang terkait dalam penelitian ini dan terutama
kepada Universitas Dharmas Indonesia yang telah banyak memberikan dukungan dalam menyelesaikan
penelitian serta kepada Universitas Pasir Pangaraian yang telah membantu menerbitkan hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, S. 2012. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Evans, S dan Mangunkusumo, N. 2016. Endometriosis dan Nyeri haid. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
Herawati, R. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Nyeri Haid (Dismenorea) pada Siswi
Madrasah Aliyah Negeri Pasir Pengaraian. Prodi Diploma III kebidanan. Universitas Pasir
Pangaraian. Volume 2 No 3.
Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Profil Kesehatan 2016. Jakarta.
. 2016. Infodatin Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta.
Kumalasari, I dan Andhyantoro, I. 2012. Kesehatan Reproduksi. Jakarta Selatan: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Novia, I. Puspitasari, N. 2006. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Airlangga. Volume 4 No 2.
Noviana, N dan Wilujeng R. 2014. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media.
Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kandungan edisi revisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Proverawati, A dan Asfuah,S. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Numed.
Pudiastuti, R. 2012. 3 Fase Penting pada Wanita. Jakarta: Kompas Gramedia.
Purwanti, E. Puspita, D. Pranowowati, P. 2014. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Dismenore pada Siswi Kelas X di SMK NU Ungaran. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi
Waluyo : Program Studi DIV Kebidanan.
Rohan, H dan Siyoto, H. 2013. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Numed.
Saam, Z dan Wahyuni, S. 2012. Psikologi Keperawatan. Jakarta: PT Raja Grafido Persada.
Setiyaningrum, E dan Aziz, Z. 2014. Pelayanan keluarga berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
Trans Info Media.
Sibagariang, E. 2010. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media.
Sophia, F. Muda, S. Jemadi. 2013. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Dismenore pada Siswi Smk
Negeri 10 Medan Tahun 2013. Universitas Sumatera Utara. Medan. Volume 2 No 5.

PROSIDING
ISSN: 2654-8380
Universitas Pasir Pengaraian, Selas 31 Juli 2018.
391
Suliawati, G. 2013. Hubungan Umur,Paritas dan Status Gizi Dengan Kejadian Dismenore pada Wanita Usia
Subur di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan U’Budiayah Banda Aceh.
Susanti dan Kumala, M. 2011. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.

PROSIDING
ISSN: 2654-8380
Universitas Pasir Pengaraian, Selas 31 Juli 2018.
392

Anda mungkin juga menyukai