PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Akhlak terhadap Allah SWT
Akhlak menurut bahasa yaitu berasal dari bahasa Arab ( )قالخاjamak dari kataلقخtingkah
laku, perangai atau tabiat. Sedangkan menurutistilah; akhlak adalah daya kekuatan jiwa
yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi.
Dengan demikian akhlak pada hakikatnya adalah sikap yang melekat pada diri manusia,
sehingga manusia dapat melakukannnya tanpa berpikir (spontan).Menurut Kahar
Masyhur akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai
Khaliq.Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai segala sikap atau perbuatan
manusia yang dilakukan tanpa dengan berpikir lagi (spontan) yang memang seharusnya
ada pada diri manusia (sebagai hamba) kepada AllahSWT.
Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara diri dalam
menjalani hidup sesuai tuntunan atau petunjuk allah. Adapun dari asal bahasa arab
quraish taqwa lebih dekat dengan kata waqa,waqabermakna melindungi sesuatu,
memelihara dan melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan.
Taqwa dalam bahasa arab berarti memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Maka kata taqwa bisa diartikan
berusaha memelihara dari ketentuan allah dan melindungi diri dari dosa atau larangan
Allah SWT, atau juga berhati-hati dalam menjalani hidup sesuai petuntuk allah.
Sebagai kaum muslimin, setiap kali sorang muslim melakukan rutinitas dalam
kesehariannya yang terpenting dalam hidupnya adalah ridha Allah SWT. Maka dalam
menjalankan segala aktivitasnya sesorang muslim haruslah berpegang teguh kepada
Ridha Ilahi, bukan selainnya. Ada salah satu agama yang mengajarkan bahwa cinta
tuhanlah yang dicari. Olehkarena itu, hendaklah seorang mengetahui makana dari cinta
dan Ridha
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi,.
Cinta juga dapat diartikan take and give (saling memberi dan menerima), sedangkan
dalam konsep filosofi cinta adalah sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan
belas kasih dan kasih sayang.
Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan
seorang terpatut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan rasa
kasih sayang.
Ridha secara harfiyah berarti “rela” atau “perkenan”. Bisa juga diartikan sebagai
“puas”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) rida atau ridha adalah rela, suka,
senang hati. Ridha juga berarti memperkenankan atau mengizinkan.
Devinisi ridha kepada Allah berarti Allah SWT puas akan ibadah yang kita
lakukan. Karena kepuasan Allah SWT ini berarti tata cara, niat, dan rukun ibadah kita
sudah sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan begitu, Allah SWT rela dan memberikan
izin kepada kita untuk berkarya di muka bumi-Nya.
2.3.1 Perbedaan Cinta dan Ridha
Manusia sering kali terkecoh oleh cinta, namun sangat sedikit sekali yang benar-benar
mengetahui makna cinta yang sebenarnya. Dalam memahami cinta, sebaiknya seorang
harus mengetahui makna cinta sendiri itu seperti apa, maka untuk mengetahui itu
hendaklah mengenal perbedaan antara cinta dan ridho,
A. Cinta
Cinta memiliki arti saling memberi dan menerima, yang maknanya setiap terjadinya cinta
pasti memiliki proses pemberian dan penerimaan. Contohnya cinta anak terhadap orang
tua, cinta seorang anak adalah hasil pemberian kasih sayang yang diberikan dengan tulus
oleh kedua orangtuanya terhadap anak tersebut, sehingga orang tua pun menerima dan
banggga kepada anaknya tersebut, begitupun sebaliknya.
B. Ridha
Ridha memiliki arti yang lebih luas dari cinta, ini menunjukan hierarki tuhan yang lebih
tinggi daripada manusia. Jika makna cinta itu saling memberi dan menerima, sementara
itu ridha Allah SWT sama sekali tidak membutuhkan pemberian manusia atau tidak perlu
menerima apapun. Seperti yang dijelaskan diatas Ridha Allah artinya Allah SWT puas
akan ibadah yang kita lakukan.Tidak hanya itu, bahkan ada suatu kisah tentang seorang
sufi yang hendak berdo’a : “Tuhanku, andaikata engkau menempatkan aku di neraka
sekalipun, bila itu karena Ridha-Mu kepadaku, aku ikhlas.” . Hikmah dari kisah ini
sangatlah dalam, terkadang seorang muslim yang keberagamaannya masih ditatanan
awam, beragumentasi “mendapatkan surga dan menghindari neraka”. Argumentasi ini
sering kali terdengar ditelingga kita pasca sekolah dasar (SD), hal inilah yang
menyebabkan orientasinya berbeda antara Cinta dan Ridha.Maka semoga kita selalu
ikhlas dalam melakukan rutinitas kita, khususnya dalam beribadah.
Banyak sekali manusia yang menyombongkan dirinya lebih berkuasa, ini merupakan
akibat dari mengejar tujuan duniawi, bahkan ada yang meyombangkan dirinya lebih
pintar, lebih berkuasa dibanding tuhan. Fir’aun adalah salahsatu contoh nyata dan sebagai
pelajaran bagi seluruh umat manusia bahwa tidak ada yang paling sempurna, paling
berkuasa dibanding tuhan, maka jangan sekali-kali kita menandingi idealisme, intelektual
kita dengan-Nya. Dalam mengantisipasi itu semua hendaklah kaum muslimin didunia ini
untuk senantiasa takut dan hanya mengharapkan ridho kepadanya (Khauf dan Raja’)
2.5.1 Khauf
A. Pengertian Khauf
Secara bahasa khauf berasal dari kata khafa, yakhafu, khaufan yang artinya takut.Takut
yang dimaksud disini adalah takut kepada Allah SWT. Khauf adalah takut kepada Allah
SWT dengan mempunyai perasaan khawatir akan adzab Allah yang akan ditimpahkan
kepada kita. Cara untuk dekat kepada Allah yaitu mengerjakan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya.
B. Macam-Macam Khauf
Adapun macam-macam khauf terbagi menjadi tiga macam yaitu :
a. Khouf thabi’i
Seperti halnya orang takut hewan buas, takut api, takut tenggelam, maka rasa takut
semacam ini tidak membuat orangnya dicela akan tetapi apabila rasa takut ini menjadi
sebab dia meninggalkan kewajiban atau melakukan yang diharamkan maka hal itu haram.
b. Khouf ibadah
Khauf Ibadah yang berarti seseorang merasa takut kepada sesuatu sehingga membuatnya
tunduk beribadah kepadanya maka yang seperti ini tidak boleh ada kecuali ditujukan
kepada Allah SWT. Adapun menujukannya kepada selain Allah adalah syirik akbar.
c. Khouf sirr
Khauf sirr seperti halnya orang takut kepada penghuni kubur atau wali yang berada di
kejauhan serta tidak bisa mendatangkan pengaruh baginya akan tetapi dia merasa takut
kepadanya maka para ulama pun menyebutnya sebagai bagian dari syirik.Allah SWT
bukanlah Dzat yang harus ditakuti dalam arti dijauhi, tetapi dipatuhi segala perintah-Nya
dan dijauhi segala larangan-Nya.Allah Maha Pengasih.Lagi Maha Penyayang, Allah
Maha Penolong, juga Maha Pengampun. Ada pun alasan yang sering kali ditakuti
manusia terhadap allah adalah karena kekuasaan dan keagungan-Nya, Karena balasan-
Nya, karena taufik dan hidayah yang diberikan-Nya kepada manusia, dan karena rahmat
dan minat yang dilimpahkan kepada manusia.
2.5.2 Raja’
A. Pengertian Raja’
Raja’ secara bahasa artinya harapan atau cita-cita. Raja’ adalah mengharap ridho, rahmat
dan pertolongan kepada Allah SWT, serta yakin hal itu dapat diraihnya, atau suatu jiwa
yang sedang menunggu (mengharapkan) sesuatu yang disenangi dari Allah SWT, setelah
melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya sesuatu yang diharapaknnya. Jika
mengharap ridha, rahmat dan pertolong Allah SWT, kita harus memenuhi ketentuan
Allah SWT. Jika kita tidak pernah melakukan shalat ataupun ibadah-ibadah lainnya,
jangan harap meraih ridha,rahmat,dan pertolongan Allah SWT.
B. Macam-Macam Raja’
Dua bagian termasuk termasuk raja` yang terpuji pelakunya sedangkan satu lainnya
adalah raja` yang tercela. Yaitu:
a. Seseorang mengharap disertai dengan amalan taat kepada Allah di atas cahaya Allah, ia
senantiasa mengharap pahala-Nya
b. Seseorang yang berbuat dosa lalu bertaubat darinya, dan ia senantiasa mengharap
ampunan Allah, kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya.
c. Adapun yang menjadikan pelakunya tercela ialah seseorang yang terus-menerus dalam
kesalahan-kesalahannya lalu mengharap rahmat Allah tanpa dibarengi amalan. Raja`
yang seperti ini hanyalah angan-angan belaka, sebuah harapan yang dusta.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seorang muslim itu harus berahlak baik kepada Allah SWT, karena kita sebagai manusia
yang diciptakan oleh Allah SWT dan untuk menyembah kepada Allah SWT sesuai
dengan firman Allah SWT yang artinya “dan tidaklah Kami (Allah) ciptakan jin dan
manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT, manusia
seharusnya selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya semata dengan penuh keikhlasan
dan bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukan ditujukan untuk memperoleh
keridhaan-Nya.
Konsep akhlak terhadap Allah sudah diterangkan diatas bahwa kita harus senantiasa
menanmkan delapan nilai-nilai tersebut dalam diri kita. Bertaqwa kepada-Nya, cinta dan
ridha atas segala kehendak-Nya, ikhlas menerima kenyataan dari-Nya, takut dan berharap
ridha (Khauf dan Raja’) dari-Nya, selalu tawakal kepada-Nya, mensyukuri segala
kehendaknya, bermuraqabah dengan-Nya, dan senantiasa bertaubat atas segala kesalahan
yang diperbuat.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Yunahar. 2005. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman
Islam (LPPI).
http://hisbulah.blogspot.com/2011/03/akhlak-seorang-muslim-kepada-allah-swt.html