Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN MORAL


MASYARAKAT INDONESIA

Disusun Oleh :

Edho Dwi Jayanto (2014-14-0184)


Dicky TN (2014-14-xxxx)
Wahyuddin (2014-14-xxxx)
Oktavianus (2014-14-xxxx)
Putri Arumi P (2014-14-xxxx)
WHOAMI? (2014-14-xxxx)

TEHNIK INFORMATIKA

0
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Surya Kencana No. 1 Pamulang, Telp. ( 021 ) 741 2256, Fax. ( 021 ) 741 2256
Tangerang Selatan, Banten

BAB I PENDAHULUAN

Nilai, norma, dan moral adalah konsep-konsep yang saling berkaitan. Dalam
hubungannya dengan Pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman yang saling
melengkapi sebagai sistem etika.

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai yang
menjadi sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun norma
kenegaran lainnya. Di samping itu, terkandung juga pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis,
mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat adalah
suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar yang memberikan landasan bagi manusia dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan
nyata dalam masyarakat, bangsa dan negara maka diwujudkan dalam norma-norma yang
kemudian menjadi pedoman.

Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat dan waktu
tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum. Dalam pengertian itulah Pancasila berkedudukan
sebagai sumber dari segala sumber hukum.

1
Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu pedoman yang
langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika
yang merupakan sumber norma.

Pengertian Moral

Secara etimologis kata moral berasal dari kata mos artinya cara/adat istiadat/kebiasaan,
jamaknya mores. Kata moral sama dengan kata etos (Yunani) menurunkan kata etika. Dalam
bahasa Arab, moral berarti budi pekerti/akhlak.

Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan
perbuatan manusia. Seorang yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang
berlaku dalam masyarakatnya ,dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika sebaliknya
terjadi, pribadi itu dianggao tidak bermoral. Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan,
prinsip-prinsip yang benar, baik, terpuji, dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan
terhadap nilai dan norma, moral pun dapat dibedakan seperti moral ketuhanan atau agama,
moral, filsafat, moral etika, moral hukum, moral ilmu, dan sebagainya. Nilai, norma dan moral
secara bersama mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya.

Dalam konsep Indonesia, Menurut Driyarka, moral atau kesusilaan adalah nilai yang
sebenarnya bagi manusia, dengan kata lain moral atau kesusilaan adalah kesempurnaan sebagai
manusia atau kesusilaan adalah tuntutan kodrat manusia. (Driyarkara, 1966 : 25). Norma atau
kesusilaan adalah keseluruhan norma yang mengatur tingkah laku manusiadi masyarakat untuk
melaksanakan perbuatan yang baik dan benar.

2
Makna Nilai-Nilai Setiap Sila Pancasila

Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia merupakan nilai
yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing silanya. Hal ini dikarenakan apabila
dilihat satu per satu dari masing-masing sila, dapat saja ditemukan dalam kehidupan bangsa lain.
Makna Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu kesatuan yang
tidak dapat diputarbalikkan letak dan susunannya. Namun demikian, untuk lebih memahami
nilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing sila Pancasila, maka berikut ini kita uraikan :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila
lainnya. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah pengejawantahan
tujuan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha esa.

Konsekuensi yang muncul kemudian adalah realisasi kemanusiaan terutama dalam


kaitannya dengan hak-hak dasar kemanusiaan (hak asasi manusia) bahwa setiap warga negara
memiliki kebebasan untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan
dan kepercayaannya masing-masing. Hal itu telah dijamin dalam Pasal 29 UUD. Di samping itu,
di dalam negara Indonesia tidak boleh ada paham yang meniadakan atau mengingkari adanya
Tuhan (atheisme).

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Kemanusian berasal dari kata manusia yaitu mahluk yang berbudaya dengan memiliki
potensi pikir, rasa, karsa dan cipta. Potensi itu yang mendudukkan manusia pada tingkatan
martabat yang tinggi yang menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Kemanusiaan terutama
berarti hakikat dan sifat-sifat khas manusia sesuai dengan martabat. Adil berarti wajar yaitu
sepadan dan sesuai dengan hak dan kewajiban seseorang. Beradab sinonim dengan sopan santun,
berbudi luhur, dan susila, artinya, sikap hidup, keputusan dan tindakan harus senantiasa
berdasarkan pada nilai-nilai keluhuran budi, kesopanan, dan kesusilaan. Dengan demikian, sila
3
ini mempunyai makna kesadaran sikap dan perbuatan yang didasarkan kepada potensi budi
nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kesusilaan umumnya, baik terhadap
diri sendiri, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan.

3. Persatuan Indonesia

Persatuan berasal dari kata satu artinya tidak terpecah-pecah. Persatuan mengandung
pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan.
Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan keamanan. Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang
mendiami seluruh wilayah Indonesia. Yang bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan
kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Persatuan Indonesia
merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia dan bertujuan melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

Kerakyatan berasal dari kata rakyat yaitu sekelompok manusia yang berdiam dalam satu
wilayah negara tertentu. Dengan sila ini berarti bahwa bangsa Indonesia menganut sistem
demokrasi yang menempatkan rakyat di posisi tertinggi dalam hirarki kekuasaan. Hikmat
kebijasanaan berarti penggunaan ratio atau pikiran yang sehat dengan selalu mempertimbangkan
persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan
bertanggung jawab serta didorong dengan itikad baik sesuai dengan hati nurani.
Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan atau
memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat sehingga tercapai keputusan yang bulat
dan mufakat. Perwakilan adalah suatu sistem, dalam arti, tat cara mengusahakan turut sertanya
rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara melalui lembaga perwakilan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

4
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang
kehidupan, baik materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti untuk setiap orang
yang menjadi rakyat Indonesia. Pengertian itu tidak sama dengan pengertian sosialistis atau
komunalistis karena keadilan sosial pada sila kelima mengandung makna pentingnya hubungan
antara manusia sebagai pribadi dan manusia sebagai bagian dari masyarakat.

BAB II PEMBAHASAN

Pancasila Menjadi Moral Kehidupan Bangsa

Pancasila sebagai falsafah hidup menginginkan agar moral Pancasila menjadi moral
kehidupan negara dalam arti menuntut penyelenggara dan penyelenggaraan negara menghargai
dan menaati prinsip-prinsip moral atau etika politik. Sebagai konsekuensinya, negara tunduk
kepada moral dan wajib mengamalkannya. Moral menjadi norma tindakan dan kebijaksanaan
negara sehingga perlu dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

Moral Pancasila memberikan inspirasi dan menjadi pembimbing dalam pembuatan


undang-undang yang mengatur kehidupan negara, menetapkan lembaga-lembaga negara dan
tugas mereka masing-masing, serta hubungan kerja sama diantara mereka, hak-hak dan
kedudukan warga negara, dan hubungan warga negara dan negara dalam iklim semangat
kemanusiaan.

Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti bahwa semua norma moral harus dijadikan norma
yuridis. Norma moral ditetapkan menjadi norma hukum positif selama norma itu mengatur
tindakan-tindakan lahiriah yang menyangkut masyarakat. Sementara itu, masalah yang semata-
mata batiniah merupakan urusan pribadi warga negara. Hal ini harus senantiasa diperhatikan
dalam pelaksanaan pembinaan dan pengaturan negara terhadap peri kehidupan bangsa.

5
Oleh karena itu, tampaklah bahwa materi perundang-undangan terbatas pada moral
bersama rakyat Sehubungan dengan pengamalan Pancasila dalam konteks moral perorangan,
negara wajib menciptakan suasana yang mampu memupuk budi pekerti luhur dengan baik.
Dalam penjelasan umum UUD 1945 dengan tepat ditandaskan bahwa “undang-undang dasar
harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat
yang luhur.

Pancasila Sebagai Landasan Moral Masyarakat Indonesia

Sebagaimana telah dikatakan bahwa moralitas memegang kunci sangat penting dalam
mengatasi krisis. Kalau krisis moral sebagai hulu dari semua masalah, maka melalui moralitas
pula krisis dapat diatasi. Indikator kemajuan bangsa tidak cukup diukur hanya dari kepandaian
warga negaranya, tidak juga dari kekayaan alam yang dimiliki, namun hal yang lebih mendasar
adalah sejauh mana bangsa tersebut memegang teguh moralitas. Moralitas memberi dasar, warna
sekaligus penentu arah tindakan suatu bangsa.

Moralitas dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu moralitas individu, moralitas sosial dan
moralitas mondial. Moralitas individu lebih merupakan kesadaran tentang prinsip baik yang
bersifat ke dalam, tertanam dalam diri manusia yang akan mempengaruhi cara berpikir dan
bertindak. Moralitas sosial juga tercermin dari moralitas individu dalam melihat kenyataan
sosial. Bisa jadi seorang yang moral individunya baik tapi moral sosialnya kurang, hal ini
terutama terlihat pada bagaimana mereka berinteraksi dengan masyarakat yang majemuk.

Moralitas dapat dianalogikan dengan seorang kusir kereta kuda yang mampu
mengarahkan ke mana kereta akan berjalan. Arah perjalanan kereta tentu tidak lepas dari ke
mana tujuan hendak dituju. Orang yang bermoral tentu mengerti mana arah yang akan dituju,
sehingga pikiran dan langkahnya akan diarahkan kepada tujuan tersebut, apakah tujuannya hanya
untuk kesenangan duniawi diri sendiri saja atau untuk kesenangan orang lain atau lebih jauh
untuk kebahagiaan rohaniah yang lebih abadi, yaitu pengabdian pada Tuhan. Alinea pertama
6
pada Pembukaan Undang Undang Dasar yang berbunyi, “bahwa kemerdekaan itu adalah hak
segala bangsa, oleh karena itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Alinea ini menjadi payung moral para pejuang kita
bahwa telah terjadi pelanggaran hak atas kemerdekaan pada bangsa kita. Pelanggaran atas hak
kemerdekaan itu sendiri merupakan pelanggaran atas moral mondial, yaitu perikemanusiaan dan
perikeadilan. Apapun bentuknya penjajahan telah meruntuhkan nilai-nilai hakiki manusia.
Moralitas individu dan sosial yang begitu kuat dengan dipayungi moralitas mondial telah
membuahkan hasil dari cita-cita mereka, meskipun mereka banyak yang tidak sempat merasakan
buah perjuangannya sendiri. Dasar moral yang melandasi perjuangan mereka terabadikan dalam
Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang termuat dalam
alinea-alineanya.

Apabila ditilik dari Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 tampak
jelas bahwa moralitas sangat mendasari perjuangan merebut kemerdekaan dan bagaimana
mengisinya. Alasan dasar mengapa bangsa ini harus merebut kemerdekaan karena penjajahan
bertentangan dengan nilai kemanusiaan dan keadilan (alinea I). Secara eksplisit sang pencetus
menyatakan bahwa kemerdekaan dapat diraih karena rahmat Allah dan adanya keinginan luhur
bangsa (alinea III). Ada perpaduan antara nilai ilahiah dan nilai humanitas yang saling
berharmoni. Selanjutnya, di dalam membangun negara ke depan diperlukan dasar- dasar nilai
yang bersifat universal, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

Praktik Pancasila Sebagai Landasan Moral Masyarakat Indonesia

Dalam paktiknya sendiri, Moralitas Pancasila saat ini menjadi barang yang sangat mahal
karena semakin langka orang yang masih betul-betul memegang moralitas tersebut. Namun dapat
juga dikatakan sebagai barang murah karena banyak orang menggadaikan moralitas hanya
dengan beberapa lembar uang. Ada keterputusan antara alinea I, II, III dengan alinea IV. Nilai-
nilai yang seharusnya menjadi dasar sekaligus tujuan negara ini telah digadaikan dengan nafsu
berkuasa dan kemewahan harta. Egoisme telah mengalahkan solidaritas dan kepedulian pada
sesama. Lalu bagaimana membangun kesadaran moral anti korupsi berdasarkan Pancasila?

7
Kemiskinan, pendidikan yang mahal, keadilan yang diperjual-belikan, tidak adanya
kebebasan memeluk agama, serta korupsi yang merajalela merupakan sedikit polemik yang
dihadapi rakyat pada saat sekarang ini. Korupsi sendiri secara harafiah diartikan sebagai
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan
dari kesucian (Tim Penulis Buku Pendidikan anti korupsi, 2011: 23). Kasus korupsi yang terjadi
di Indonesia dewasa ini semakin menunjukkan ekskalasi yang begitu tinggi. Banyak kesan yang
didapat rakyat dari masalah-masalah tersebut, namun mereka tidak sanggup untuk
mengungkapkannya. Sehingga seolah-olah rakyat tidak dapat merasakan adanya Pancasila.

Resolusi Pancasila Sebagai Landasan Moral Masyarakat Indonesia

Nilai-nilai Pancasila apabila betul-betul dipahami, dihayati dan diamalkan tentu mampu
menurunkan angka korupsi. Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, apabila
bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai makhluk Tuhan, tentu tidak akan mudah
menjatuhkan martabat dirinya ke dalam kehinaan dengan melakukan korupsi. Membangun
kesadaran moral anti korupsi berdasar Pancasila adalah membangun mentalitas melalui
penguatan eksternal dan internal tersebut dalam diri masyarakat. Di perguruan tinggi penguatan
tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan kepribadian termasuk di dalamnya pendidikan
Pancasila.

Penanaman satu nilai tentunya tidak cukup dan memang tidak bisa dalam konteks
Pancasila, karena nilai-nilai Pancasila merupakan kesatuan organis yang tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lain. Dengan demikian, akan menjadi kekuatan moral besar manakala
keseluruhan nilai Pancasila yang meliputi nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan
dan keadilan dijadikan landasan moril dan diejawantahkan dalam seluruh kehidupan berbangsa
dan bernegara, terutama dalam pemberantasan korupsi.

Sehingga tercapailah cita-cita sang perumus Pancasila yaitu menjadikan Pancasila


menjadi jalan keluar dalam menuntaskan permasalahan bangsa dan Negara. Apabila nilai-nilai
yang terkandung dalam butir-butir Pancasila di implikasikan di dalam kehidupan sehari-hari

8
maka tidak akan ada lagi kita temukan di negara kita namanya ketidakadilan, terorisme, koruptor
serta kemiskinan. Karena di dalam Pancasila sudah tercemin semuanya norma-norma yang
menjadi dasar dan ideologi bangsa dan negara.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai yang
menjadi sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun norma
kenegaran lainnya. Suatu nilai yang bersifat mendasar yang memberikan landasan bagi manusia
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Makna Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu kesatuan
yang tidak dapat diputarbalikkan letak dan susunannya. Nilai-nilai yang terkandung dalam
masing-masing sila Pancasila yang tidak dapat dipisahkan dari masing-masing silanya.

Pancasila sebagai falsafah hidup menginginkan agar moral Pancasila menjadi moral
kehidupan negara dalam arti menuntut penyelenggara dan penyelenggaraan negara menghargai
dan menaati prinsip-prinsip moral atau etika politik. Sebagai konsekuensinya, negara tunduk
kepada moral dan wajib mengamalkannya. Moral menjadi norma tindakan dan kebijaksanaan
negara sehingga perlu dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

Moralitas memegang kunci sangat penting dalam mengatasi krisis. Kalau krisis moral
sebagai hulu dari semua masalah, maka melalui moralitas pula krisis dapat diatasi. Indikator
kemajuan bangsa tidak cukup diukur hanya dari kepandaian warga negaranya, tidak juga dari

9
kekayaan alam yang dimiliki, namun hal yang lebih mendasar adalah sejauh mana bangsa
tersebut memegang teguh moralitas. Moralitas Pancasila memberi dasar, warna sekaligus
penentu arah tindakan suatu bangsa.

Namun dalam paktiknya, Moralitas Pancasila saat ini semakin sedikit orang yang masih
betul-betul memegang terhadap moralitas tersebut. Hal tersebut berimplikasi kepada sedikit
banyak polemik yang dihadapi oleh Masyarakat Indonesia pada saat sekarang ini.

Saran

Nilai-nilai Pancasila apabila betul-betul dipahami, dihayati dan diamalkan tentu bisa
mengurangi angka polemik di Indonesia. Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa, apabila bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai makhluk Tuhan, tentu tidak akan
mudah menjatuhkan martabat dirinya ke dalam kehinaan dengan melakukan korupsi.
Membangun kesadaran moral anti korupsi berdasar Pancasila adalah membangun mentalitas
melalui penguatan eksternal dan internal tersebut dalam diri masyarakat.

Menanamkan pentingnya nilai-nilai Pancasila adalah merupakan hal yang sangat penting
dan mendasar. Karena dewasa ini, dalam praktiknya Masyarakat Indonesia lebih hanya baru
sampai kepada tingkat menghafal sila-sila dari Pancasila, daripada memaknai nilai-nilai luhur
yang terkandung dalam setiap sila Pancasila.

Apabila nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir Pancasila di implikasikan di dalam


kehidupan sehari-hari maka tidak akan ada lagi kita temukan di negara kita namanya
ketidakadilan, terorisme, koruptor serta kemiskinan. Karena di dalam Pancasila sudah tercemin
semuanya norma-norma yang menjadi dasar dan ideologi bangsa dan negara.

10
Daftar Pustaka

• http://weloveblitar.blogspot.co.id
• http://almachaniago.blogspot.co.id

11
12

Anda mungkin juga menyukai