DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
1. NOVI IDA WULANDARI (P17220173043)
2. CHOIRUN NISSA A (P172201740
3. YOSHI APRILIANI (P17220174053)
4. FARID (P172201740
Puji dan syukur kami haturkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
KMB II.
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1LATAR BELAKANG................................................................................ 1
1.2TUJUAN..................................................................................................... 2
1.3RUMUSAN MASALAH........................................................................... 2
2.1DEFINISI................................................................................................... 4
2.2ETIOLOGI................................................................................................. 4
2.3ANATOMI SISTEM IMUNITAS............................................................. 7
2.4PATOFISOLOGI & PATHWAY.............................................................. 7
2.5MANIFESTASI KLINIS........................................................................... 10
2.6PEMERIKSAAN PENUNJANG.............................................................. 13
2.7PENATAKLASANAAN MEDIS............................................................. 14
2.8PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN........................................... 14
3.1PENGKAJIAN .......................................................................................... 16
3.2DIAGNOSA .............................................................................................. 17
3.3INTERVENSI............................................................................................ 17
3.4IMPLEMENTASI...................................................................................... 22
3.5EVALUASI................................................................................................ 22
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................... 23
BAB V PENUTUP
5.1KESIMPULAN........................................................................................... 23
ii
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
24
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit lupus berasal dari bahasa Latin yang berarti “Anjing hutan,” atau
“Serigala,” merupakan penyakit kelainan pada kulit, dimana disekitar pipi dan
hidung akan terlihat kemerah-merahan. Tanda awalnya panas dan rasa lelah
merah. Tidak hanya itu, penyakit ini dapat menyerang seluruh organ tubuh lainnya
salah satunya adalah menyerang ginjal. Penyakit untuk menggambarkan salah satu
ciri paling menonjol dari penyakit itu yaitu ruam di pipi yang membuat penampilan
seperti serigala. Meskipun demikian, hanya sekitar 30% dari penderita lupus benar-
Sistem imun normal akan melindungi kita dari serangan penyakit yang
diakibatkan kuman, virus, dan lain-lain dari luar tubuh kita. Tetapi pada penderita
lupus, sistem imun menjadi berlebihan, sehingga justru menyerang tubuh sendiri,
oleh karena itu disebut penyakit autoimun. Penyakit ini akan menyebabkan
keradangan di berbagai organ tubuh kita, misalnya: kulit yang akan berwarna
kemerahan atau erythema, lalu juga sendi, paru, ginjal, otak, darah, dan lain-lain.
Oleh karena itu penyakit ini dinamakan “Sistemik,” karena mengenai hampir
seluruh bagian tubuh kita. Jika Lupus hanya mengenai kulit saja, sedangkan organ
lain tidak terkena, maka disebut LUPUS KULIT (lupus kutaneus) yang tidak terlalu
1
dengan HIV/AIDS, SLE adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan
melawan bakteri maupun virus yang masuk ke dalam tubuh berbalik merusak organ
tubuh itu sendiri seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit.
Karena organ tubuh yang diserang bisa berbeda antara penderita satu dengan
lainnya, maka gejala yang tampak sering berbeda, misalnya akibat kerusakan di
ginjal terjadi bengkak pada kaki dan perut, anemia berat, dan jumlah trombosit yang
penelitian Lembaga Konsumen Jakarta (LKJ), pada tahun 2009 saja, di RS Hasan
Sadikin Bandung sudah terdapat 350 orang yang terkena SLE (sistemic lupus
erythematosus). Hal ini disebabkan oleh manifestasi penyakit yang sering terlambat
kualitas pelayanan, dan peningkatan masalah yang dihadapi oleh penderita SLE.
Masalah lain yang timbul adalah belum terpenuhinya kebutuhan penderita SLE dan
keluarganya tentang informasi, pendidikan, dan dukungan yang terkait dengan SLE.
1.2 TUJUAN
a) Tujuan Umum :
b) Tujuan Khusus :
2
1) Mampu menjelaskan tentang defenisi, etiologi, klasifikasi / jenis-jenis
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Lupus berasal dari bahasa latin yang berarti anjing hutan atau
merahan. Istilah lupus erythematosus pernah digunakan pada zaman Yunani kuno
dengan adanya inflamasi tersebar luas, mempengaruhi setiap organ atau sistem
dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi dan kompleks
2.2 ETIOLOGI
Etiologi utama SLE sampai saat ini belum diketahui, namun beberapa faktor
beberapa faktor predisposisi tersebut, sampai saat ini belum diketahui faktor
1. Faktor Genetik
4
Berbagai gen dapat berperan dalam respon imun abnormal sehingga timbul
SLE telah ditunjukkan oleh studi yang dilakukan pada anak kembar. Sekitar 2-5%
anak kembar dizigot berisiko menderita SLE, sementara pada kembar monozigot,
risiko terjadinya SLE adalah 58%. Risiko terjadinya SLE pada individu yang
memiliki saudara dengan penyakit ini adalah 20 kali lebih tinggi dibandingkan
merupakan salah satu faktor risiko tertinggi yang dapat menimbulkan SLE.
Sebanyak 90% orang dengan defisiensi C1q homozigot akan berisiko menderita
2. Faktor Imunologi
a. Antigen
Dalam keadaan normal, makrofag yang berupa APC (Antigen PresentingCell) akan
5
yang berada di permukaan sel T mengalami perubahan pada struktur maupun
fungsinya sehingga pengalihan informasi normal tidak dapat dikenali. Hal ini
Kelainan yang dapat terjadi pada sel T dan sel B adalah sel T dan sel B akan
teraktifasi menjadi sel autoreaktif yaitu limfosit yang memiliki reseptor untuk
autoantigen dan memberikan respon autoimun. Sel T dan sel B juga akan sulit
c. Kelainan antibodi
Ada beberapa kelainan antibodi yang dapat terjadi pada SLE, seperti substrat
antibodi yang terlalu banyak, idiotipe dikenali sebagai antigen dan memicu limfosit
3. Faktor Hormonal
Peningkatan hormon dalam tubuh dapat memicu terjadinya LE. Beberapa studi
menemukan korelasi antara peningkatan risiko lupus dan tingkat estrogen yang
tinggi. Studi lain juga menunjukkan bahwa metabolisme estrogen yang abnormal
4. Faktor Lingkungan
6
Beberapa faktor lingkungan dapat bertindak sebagai antigen yang bereaksi dalam
tubuh dan berperan dalam timbulnya SLE. Faktor lingkungan tersebut terdiri dari:
Agen infeksius, seperti virus dan bakteri, dapat berperan dalam timbulnya SLE.
Sinar ultra violet dapat mengurangi penekanan sistem imun, sehingga terapi
menjadi kurang efektif dan penyakit SLE dapat kambuh atau bertambah berat. Hal
ini menyebabkan sel pada kulit mengeluarkan sitokin dan prostaglandin sehingga
darah
7
2.3 ANATOMI SITEM IMMUNITAS
8
2.4 PATOFISIOLOGI
terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan
penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan. Pada SLE, peningkatan
produksi autoimun diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal
9
akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan
Pathway
10
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Awitan penyakit ini sifatnya membayakan atau akut. SLE bisa saja tidak
dan remisi.
Gejala klasik
A) Sistem Muskuloskeletal
Artralgia dan artritis (sinovitis) adalah cirti yang paling sering muncul.
Pembekakan sendi nyeri tekan, dan nyeri pergerakan adalah hal yang lazim,
11
B) Sistem integumen
Terlihat beberapa jenis SLE yang berbeda (mis., lupus eritematosuskutaneus sub
akut [SCLE], lupus etitematosus diskoid [DLE]). Ruam kupu-kupu pada batang
hidung dan pipi muncul pada lebih dari separuh pasien dan mungkin merupakan
eksaserbasi (ledakan) dan dapat distimulasi oleh sinar matahari atau sinar
ultraviolet buatan. ulkus oral dapat mengenai mukosa bukal dan palatum.
C) Sistem Pernapasan
penderita akan merasa sesak, batuk kering, dan dijumpai ronki di basal. Keadaan
ini terjadi sebagai akibat deposisi kompleks imun pada alveolus atau pembuluh
darah paru, baik disertai vaskulitis atau tidak. Pneumonitis lupus ini memberikan
respons yang baik terhadap steroid. Hemoptisis merupakan keadaan yang sering
apabila merupakan bagian dari perdarahan paru akibat LES ini dan memerlukan
penanganan tidak hanya pemberian steroid namun juga tindakan lasmafaresis atau
pemberian sitostatika.
D) Sistem Kardiovaskuler
dapat ditemukan pada 15% kasus, ditandai oleh takikardia, aritmia, interval PR
12
apabila dijumpai adanya keluhan nyeri substernal, friction rub, gambaran
lebih tinggi dibandingkan wanita normal. Pada wanita yang berumur 35-44 tahun,
E) Manifestasi Ginjal
setelah 5 tahun menderita LES. Rasio wanita : pria dengan kelainan ini adalah 10 :
1, dengan puncak insidensi antara usia 20-30 tahun. Gejala atau tanda keterlibatan
ginjal pada umumnya tidak tampak sebelum terjadi kegagalan ginjal atau sindroma
nefrotik.
F) Manifestasi Gastrointestinal
merupakan cerminan keterlibatan berbagai organ pada penyakit LES atau sebagai
gangguan motilitas. Dispepsia dijumpai lebih kurang 50% penderita LES, lebih
13
hepatomegali. Hepatomegali merupakan pembesaran organ yang banyak dijumpai
G) Manifestasi Hemopoetik
Terjadi peningkatan Laju Endap Darah (LED) yang disertai dengan anemia
normositik normokrom yang terjadi akibat anemia akibat penyakit kronik, penyakit
ginjal kronik, gastritis erosif dengan perdarahan dan anemia hemolitik autoimun.
H) Manifestasi Neuropsikiatrik
yang begitu luas. Kelainan ini dikelompokkan sebagai manifestasi neurologik dan
pada 10% kasus. Kelainan psikiatrik sering ditemukan, mulai dari anxietas, depresi
sampai psikosis. Kelainan psikiatrik juga dapat dipicu oleh terapi steroid. Analisis
14
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
2) Urin rutin dan mikroskopik, protein kwantitatif 24 jam, dan bila diperlukan
kreatinin urin
monitoring
adalah tes ANA generik. Tes ANA dikerjakan/diperiksa hanya pada pasien dengan
tanda dan gejala mengarah pada LES. Pada penderita LES ditemukan tes ANA yang
positif sebesar 95-100%, akan tetapi hasil tes ANA dapat positif pada beberapa
penyakit lain yang mempunyai gambaran klinis menyerupai LES misalnya infeksi
normal.Jika hasil tes ANA negatif, pengulangan segera tes ANA tidak diperlukan,
tetapi perjalanan penyakit reumatik sistemik termasuk LES seringkali dinamis dan
15
berubah, mungkin diperlukan pengulangan tes ANA pada waktu yang akan datang
terutama jika didapatkan gambaran klinis yang mencurigakan. Bila tes ANA
dengan menggunakan sel Hep-2 sebagai substrat; negatif, dengan gambaran klinis
Beberapa tes lain yang perlu dikerjakan setelah tes ANA positif adalah tes
Ro(SSA), La (SSB), Scl-70 dan anti-Jo. Pemeriksaan ini dikenal sebagai profil
ANA/ENA. Antibodi anti- dsDNA merupakan tes spesifik untuk LES, jarang
didapatkan pada penyakit lain dan spesifitasnya hampir 100%. Titer anti-ds DNA
yang tinggi hampir pasti menunjukkan diagnosis SLE dibandingkan dengan titer
yang rendah. Jika titernya sangat rendah mungkin dapat terjadi pada pasien yang
bukan LES.
16
2.8 PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pekalah terhadap reaksi psikologis pasien akibat perubahan yang terjadi dan
proses penyakit SLE yang tidak terduga; dorong pasien untuk berpatisifasi
ultrapiolet atau untuk melindungi diri mereka dengan tabir surya dan
pakaiaan.
3. Karena beberapa sistem organ berisiko tinggi terkena penyakit ini, ingatkan
kardiovaskuler.
17
BAB III
18
3.1 PENGKAJIAN
gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah lelah,
lemah, nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap
2. Kulit
Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
3. Kardiovaskuler
gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan
4. Sistem Muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku
5. Sistem integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi
19
6. Sistem pernafasan
7. Sistem vaskuler
eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
8. Sistem Renal
9. Sistem saraf
3.2 DIAGNOSA
kulit
20
3.3 INTERVENSI
kulit
a. Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor,sirkulasi dan sensasi. Gambarkan lesi
dan amati perubahan.R/: Menentukan garis dasar di man perubahan pada status
c. Gunting kuku secara teratur.R/: kuku yang panjang dan kasar meningkatkan
d. Tutupi luka tekan yang terbuka dengan pembalut yang steril atau barrier
21
kemampuan pasien mengolah makanan dan mengurangi keinginan untuk
makan.
makan.
pemasukan cairan dengan makanan, kecuali jika cairan memiliki nilai gizi.
R/: lambung yang penuh akan akan mengurangi napsu makan dan
pemasukan makanan.
22
3. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan
INTERVENSI/TINDAKAN RASIONAL
MANDIRI
terhadap pusing.
23
Hipotensi postural atau hipoksia serebral
dekompensasi/kegagalan.
24
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
a. Tinjau ulang proses penyakit dan apa yang menjadi harapan di masa depan. R/:
berdasarkan informasi.
perubahan/individu.
INTERVENSI RASIONAL
25
Auskultasi bunyi napas . Catat adanya Beberapa derajat spasme bronkus terjadi
bunyi napas misalnya mengi, krekels, dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak
26
sebagai alat ekspansi dada
napas abdomen/bibir.
3.4 IMPLEMENTASI
3.5 EVALUASI
27
TINJAUAN KASUS
DI RS INDONESIA MAJU
Kasus
Seorang prempuan bernama Ny.S usia 35 tahun datang ke UGD dengan keluhan
merasa tidak nyaman dengan kulit memerah pada daerah pipi dan leher, awalnya
kecil namun setelah satu minggu ukuran tersebut bertambah lebar, demam, nyeri
dan terasa kaku seluruh persendian terutama pagi hari dan kurang nafsu makan.
Pada pemeriksaan fisik diperolah ruam pada pipi dengan batas tegas, peradangan
pada siku, lesi pada daerah leher, malaise. Pasien mengatakan terdapat sariawan
pada mukosa mulut. Pasien ketika bertemu dengan orang lain selalu menunduk
dan menutupi wajahnya dengan masker. Tekanan darah 110/80mmHg, RR
20x/mnt, Nadi 90x/mnt Suhu 38,5 ºC, Hb 11 gr/dl, WBC 15.000/mm
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S
Status :Menikah
Agama :Islam
Suku :Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :IRT
DX Medis :SLE
28
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama :Tn. D
Umur : 36thn
C. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama :
Pasien menggeluhnyeri pada sendi serta kekakuan kaki dan tangan,
saat beraktivitas pasien merasa mudah lelah, pasien merasa demam.
Pipi dan leher memerah serta nyeri pada bagian yang memerah
6. Riwayat Alergi :
Tidak ada
29
7. Pengkajian Sistem Tubuh :
a. Sistem Pernapasan
RR 20x/mnt
Napas dalam terlihat seperti menahan nyeri
b. Sistem Kardiovaskuler
TD 110/80 mmHg
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan
lesi papuler,eritematous dan purpur di ujung jari kaki,
tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah
atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
c. Sistem Persyarafan
Gangguan psikologis
d. Sistem Perkemihan
Tidak ada
e. Sistem Pencernaann
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum
f. Sistem Muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika
bergerak, rasa kaku pada pagi hari
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk
kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi
g. Sistim Endokrin
Tidak ada
i. Sistim integument
SH: 38,5C, demam (+)
30
Tes fluorensi untuk menetukan antinuelear antibody
(ANA), positif dengan titer tinggi pada 98% penderita
SLE
Pemeriksaan DMA double stranded lebih spesifik untuk
menentukan SLE
Bila titer antidobel stranded tinggi, spesifik untuk
diagnose SLE
Tes sifilis bisa positif palsu pada pemeriksaan SLE
Pemeriksaan zat antifosfolipid (seperti antikardiolipin
antibody) berhubungan untuk menentukan adanya
thrombosis pada pembuluh arteri atau pembuluh vena
atau pada abortus spontan, bayi meninggal dalam
kandungan dan trombositopeni
HB 11gr/dl
WBC 15.000/mm
k. Sistim Reproduksi
Tidak ada masalah disistem reproduksi
8. Pengkajian Fungsional
1. Oksigenasi
RR:20x/mnt
2. Cairan dan Elektrolit
terpasang infus RL 20tpm
3. Nutrisi
Mual (-), muntah (-)
4. Aman dan Nyaman
Kulit memerah pada daerah pipi dan leher
5. Eliminasi
BAK (-), BAB (-)
6. Aktivitas dan Istirahat
Kurang
7. Psikososial
31
Dapat mengalami ketidakpercayaan diri akibat dari penyakitnya
8. Komunikasi
Terganggu karena sariawan pada mukosa mulut
9. Seksual
Tidak ada perubahan
10. Nilai dan Keyakinan
Tidak ada pantangan yang berhubungan dengan nilai dengan
keyakinan pasien
11. Belajar
Tidak ada kelainan
32
9. PemeriksaanPenunjang
a. Hasil Laboratorium
Tangg Pemeriksa Hasil Nilai Interpreta
al an Normal si
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Rontgen tidak ada kelainan
10. ProgamTerapi
Terapi medis tgl 01-01-2019 :
33
D. ANALISA DATA
Genetic, lingkungan,
Peningkata
hormone, obat
n suhu
tertentu tubuh
↓
Produkasi autoimun
Ds : Pasien berlebih
mengeluhkan ↓
demam Autoimun
Do : TD 110/80 menyerang orang
mmHg tubuh
↓
RR
20x/mnt Terjadi reaksi
inflamasi
S 38,5 C
↓
34
N Peningkatan suhu
90x/mnt
Kamis/01-01- tubuh
19/13.00
Genetic, Keletihan
lingkungan,hormone
, obat tertentu
↓
Produksi autoimun
berlebih
↓
Autoimun
Ds : Nyeri pada menyerang orang
sendi dan bagian tubuh
↓
yang
mengalami SLE
kemerahan, ↓
ketika ↓ Gangguan
beraktivitas. Suplai oksigen integritas
kulit
menurun
Kamis,01-01- ↓
2019/ 15.00 Do : Pasien ATP menurun
terlihat menahan
↓
nyeri
Keletihan
TD
110/80mmHg,
RR Genetic, lingkungan,
hormone, obat
20x/mnt,
tertentu
S 38,5C, N
90x/mnt ↓
Produksi autoimun
berlebihan
35
↓
Kamis,01-01- Autoimun
2019 /15.00 menyerang organ
tubuh
↓
Gangguan
SLE
mobilitas
↓ fisik
Menyerang kulit
↓
Kerusakan integritas
kulit Gangguan
Genetic, lingkungan, citra tubuh
hormone, obat
tertentu
Ds : Nyeri pada ↓
sendi dan bagian Produksi autoimun
Kamis 01-01- berlebihan
2019, 16.00 yangmengalami ↓
kemerahan Autoimun
menyerang organ
Do : TD
110/80mmHg, tubuh
RR ↓
20x/mnt, SLE
S 38,5C, N ↓
90x/mnt Arthritis
Kulit ↓
kering dan Gangguan mobilitas
kemerahan fisik
Genetic, lingkungan,
hormone, obat
tertentu
↓
Produksi
36
autoimun berlebihan
↓
SLE
↓
Menyerang kulit
↓
Kerusakan integritas
kulit
↓
Ds : Nyeri pada Gangguan citra
sendi bagian tubuh ( body image
yang
menglami
kemerahan
Do : Pasien
terlihat menahan
nyeri
TD
110/80mmHg,R
R
20x/mnt,
S 38,5c, N
90x/mnt
37
Ds : Pasien
mengatakan
malu
terhadap
kemerahan pada
pipi
dan leher
Do : Pasien
menunduk saat
masuk
UGD
TD
110/80mmHg,R
R
20x/mnt,
S 38,5c, N
90x/mnt
DIAGNOSAKEPERAWATAN
38
39
Nama : Ny. S Umur : 35 thn No. Dokumen RM :
INTERVENSI
NOC
i
a. Suhu tubuh
dalam batas
normal
b. Nadi dan RR
dalam
rentang
normal
c. Tidak ada
perubahan
warna kulit
dan tidak ada
pusing,
pasien
merasa
nyaman
ii
nyerinya dengan
tepat.
4. Memastikan
pemberian
analgesik dan
atau strategi
nonfarmakologi
(teknik relaksasi
nafas dalam).
1. Memonitoring
suhu
2. Memonitoring
intake output
3. Memonitoring
hasil laboratorium
4. Beri kompres
pada lipatan paha
dan axila
5. Memberikan
cairan intravena
dan paracetamol
drip
Kamis/01-01-19/ Nyeri kronis berhubungan S : Pasien mengatakan nyeri sendi dan kemerahan pada
08.00 dengan agen pencedera lutut berkurang
iii
O: KU lemah Kesadaran Composmentis Suhu 37,8˚C, akral teraba
hangat, terpasang infus RL 20 tpm dengan triway paracetamol
drip
iv
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 PENGKAJIAN
Dari hasil studi kasus ini untuk tahap pengkajian tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus nyata. Manifestasi klinis pada teori pasien
muncul demam, pembentukan ruam, atritis, pericarditis. Bila dikaitkan dengan
kondisi Ny. S saat pengkajian pada tanggal 01-01-2019 manifestasi klinis
yang ditemukan pasien merasa tidak nyaman dengan kulit memerah pada
daerah pipi dan leher, awalnya kecil namun setelah satu minggu ukuran tersebut
bertambah lebar, demam, nyeri dan terasa kaku seluruh persendian terutama
pagi hari. Sehingga pengkajian pada diagnosis nyeri kronis berhubungan
dengan pencedera, berdasarkan teori mampu diterapkan pada praktek nyata dan
dinilai efektif dalam hasil yang diperoleh.
4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut teori terdapat 5 diagnosa keperawatan pada pasien SLE, sedangkan
dari hasil pengumpulan data yang dilakukan kepada Ny.S tanggal 01-01-2019
ditemukan 2 diagonasa keperawatan yaitu Nyeri kronis berhubungan dengan
agen pencedera dan Peningkatan Suhu tubuh berhubungan dengan inflamasi.
4.3 INTERVENSI
Dari hasil intervensi yang dilakukan tidak terdapat kesenjangan antara teori
yang dilakukan. Karena intervensi yang diberikan kepada Ny.S disesuaikan
dengan teori Nanda,NIC,NOC.
4.4 IMPLEMENTASI
Dari hasil yang diperoleh dari implementasi yang dilakukan tidak terdapat
kesenjangan antara teori yang dilakukan. Karena implementasi yang diberikan
kepada Ny.S disesuaikan dengan teori Nanda,NIC,NOC.
4.5 EVALUASI
Dari tindakan evaluasi yang dilakukan ditemukan adanya kesenjangan
anatara teori dan praktek nyata, kareana evaluasi merupakan hasil akhir dari
asuhan keperawatan dengan mengidentifikasi sejauh mana tujuan rencana
keperawatan tercapai atau tidak selama pasien dirawat. Pada saat evaluasi yang
dilakukan adalah mengevaluasi selama tindakan asuhan keperawatan
berlangsung atau selama pasien dirawat.
v
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Lupus merupakan sistemik (SLE) adalah suatu penyakit inflamasi
autoimunpada jaringan penyembuhan yang dapat mencukup ruam kulit, nyeri
sendi, dan keletihan. Penyakit ini lebih sering terjadi pada prempuan dari pada
pria dengan faktor 10:1. Androgen mengurangi gejala SLE dan estrogen
memperburuk keadaan tersebut. Gejala memburuk selama fase luteal siklus
menstruasi, namun tidak dipengaruhi pada derajat yang besar oleh kehamilan
( Elizabeth 2009).Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah penyakit vaskuler
kolagen (suatu penyakit autoimun). Ini berarti tubuh manusia menghasilkan
antibody terhadap organ tubuhnya sendiri,yang dapat merusak organ tersebut dan
fungsinya. Lupus dapat menyerang banyak bagian tubuh termasuk
sendi,ginjal,paru-paru seta jantung (Glade,1999). SLE (systemic lupus
erythematosus) adalah sejenis rema jaringan yang bercirikan nyeri sendi
(arthralgia),demam,malaise umum dan erythema dengan pola berbentuk kupu-
kupu khas dipipi muka. Darah mengandung antibody beredar terhadap IgG dan
imunokompleks,yakni kompleks antigen-antibodi-komplemen yang dapat
mengendap dan mengakibatkan radang pembuluh darah (vaskulitis) dan radang
ginjal. Sama dengan rematik,SLE juga merupakan penyakit auroimun,tetapi jauh
lebih jarang terjadi dan terutama timbul pada prempuan. Sebabnya tidak
diketahui,penanganannya dengan kortikosteroida atau secara alternative dengan
sediaan enzim (papain 200mg + pangkreatin 100mg + vitamin E 10mg) 2 dd 1
kapsul (tan&kirana,2007)
Penyakit ini disebabkan oleh faktor genetic, faktor imunologi ,faktor
hormonal dan faktor lingkungan. Manifestasi klinik dari penyakit ini dapat berupa
konstitusional, integument, musculoskeletal, paru-paru, kardivaskuler, ginjal,
gastrointestinal, hemopoetik dan neuropsikiatrik. Pemeriksaan diagnostic dari
penyakit ini adalah pemeriksaan laboratorium pemeriksaan laboratorium lainnya
dan pemeriksaan penunjang.
6
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunnya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi
ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetika, hormonal
(sebagaimana terbukti oleh penyakit yang biasannya terjadi selama usia prodiktif)
dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obatan tertentu seperti
hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat
antikonvulsan disamping makanan seperti kecambah alfa-alfa turut terlihat dalam
penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
7
DAFTAR PUSTAKA
8
9