Anda di halaman 1dari 124

E d iEdisi

s i 5 7| Ta
| Tahun
h u n 22017
017

Manajemen
Pengadaan
Kontrak
lump
& Hukum
Pengadaan
sum !
BINTEK IAPI
Mengenai kontruksi design and build

Kegiatan IAPI KALBAR

IAPI IN ACTION
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

ii | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
"Acara konferensi procurement di Taiwan, IAPI - IFPSM 2017"

Pengurus DPD IAPI Prov. Bali

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | iii


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
edisi 7 | tahun 2017

DAFTAR ISI
Ir. Afrizul, MM
Percepatan Proses Penunjukan Langsung Pengadaan Benih Padi | 2
Sunarno
Langkah-Langkah Backup dan Restore Database ke Server E-Reporting SPSE
Otomatis | 11
Lucky Akbar
Penerapan Value Discipline bagi Peningkatan Kualitas Layanan Aparatur Sipil
Negara | 13
Rahmad Daulay
Menagih Komitmen Dekriminalisasi Pengadaan | 19
Emir Suryo Guritno
Membuat Tanda Tangan Digital Elektronik dengan Mudah | 23

Aisyah Baranyanan
Sistem Manajemen Mutu Barang / Jasa sistem Manajemen Mutu Barang / Jasa
(SEMUT BAJA) ISO 9001:2015 | 29
Sonny Sumarsono
Sourcing vs Purchasing | 35
I Made Heriyana
Pekerjaan Utama dan Penunjang Kaitan dengan Subkontrak | 37

Betrika Oktaresa
Kajian Penerapan Public Private Partnership dalam Rangka Penyediaan Listrik di
Kabupaten Berau | 40
Prof. Sarwono Hardjomuljadi
Kontrak Lumpsum pada Pekerjaan Konstruksi di Indonesia | 53

Artikel atau tulisan bukan pendapat resmi IAPI

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

iv | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Pengantar

Membangun
Referensi
Pengadaan
Indonesia

R eferensi pengadaan di Indonesia belum cukup banyak. Majalah IAPI ini,


mencoba mengumpulkan pemikiran-pemikiran yang berserak mengenai
pengadaan, sehingga pengetahuan pengadaan para pengelola pengadaan
menjadi kaya. Pengadaan seharusnya tidak harus mengikuti prosedur yang
ketat, sepanjang menuju value for money seharusnya dibuka tentang fleksibilitas.
Namun dalam prakteknya fleksibilitas ini sering dipermasalahan dalam penegakan
hukum, terutama berkaitan dalam memberantas korupsi. Sehingga kejadian
dilapangannya, tidak bisa dibedakan antara kesalahan pengadaan dan kerugian
negara dengan tindakan perbuatan korupsi. Masih banyak yang berpendapat
bahwa setiap kesalahan proses yang tidak sesuai aturan adalah korupsi. Bahkan
pendapat ini sering mengemuka di sidang pengadilan.
Semoga dengan banyaknya referensi, kita bisa membedakan antara membe-
rantas kesalahan pengadaan dengan memberantas korupsi.
Selanjutnya perlu diingat, artikel-artikel yang disampaikan di majalah ini, bu-
kan pendapat resmi IAPI, majalah ini hanya memberi panggung atas artikel-ar-
tikel yang berkaitan dengan pengadaan. Semoga bermanfaat dan kita menung-
gu kiriman tulisan anda.
Salam Pengadaan

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 1


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Percepatan Proses
Penunjukan Langsung
Pengadaan
Benih Padi
Oleh. Ir. Afrizul, MM,
Pejabat Fungsional Pengadaan Barang/Jasa Madya,, Kementerian Pertanian.

U ntuk meningkatkan produksi tanaman pangan, maka penggunaan benih


bersertifikat sudah menjadi kebutuhan di semua lokasi Sentra Produksi
Padi Sawah. Sampai saat ini, penyerapan benih padi bersertifikat baru mencapai
angka 57,7 dari total kebutuhan benih padi bersertifikat, (Koran Kompas Selasa,
22 Agustus 2017), yaitu 166.728 ton per tahun dari total kebutuhan 344.858
ton per tahun, untuk memenuhi kebutuhan benih padi 13,79 juta hektar sawah.
Pengadaan benih padi inbrida sudah berlangsung beberapa tahun. Kelambatan
proses pengadaan merupakan faktor tersendiri dalam mengadakan benih
besertifikat di lapangan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan tindakan
taktis yang tidak melanggar perpres 56 dan prubahannya.
Kunci dari penyediaan benih padi bagi petani adalah tiga tepat, yaitu tepat
kualitas, tepat kuantitas dan tepat varietas. Tepat kualitas artinya kualitas benih
yang disediakan untuk ditanam petani adalah sesuai dengan perturan perundang
undangan yang berlaku. Tepat kuantitas artinya jumlah yang tersedia sesuai
dengan kebutuhan luas pertanaman yang akan dikembangkan, misalnya 20 kg/
ha. Tepat Varietas artinya Varietas yang akan disediakan sesuai dengan iklim,
lokasi di mana varietas tesebut akan di tanam sehingga dapat menghasilkan
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

2 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
produksi yang maksimal.
Standar Mutu Benih padi bersertifikat, menurut Permentan 1316/
HK.150/C/12/2016, tanggal 2 Desember 2016, tentang Perubahan Atas
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 355/HK.130/C/05/2015, tentang Pedoman
Teknis Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan terdiri dari dua pengertian, yaitu :

1. Standar Mutu Benih di Lapangan


Standar Mutu Benih Padi Inbrida di Lapangan adalah sebagai berikut :
No. Parameter Pemeriksaan Satuan Kelas Benih
BS BD BP BR
1 Isolasi Jarak (Minimal) Meter 2,0 2,0 2,0 2,0
2 Campuran Varietas Lain dan Tipe % 0,0 0,0 0,0 0,0
Simpang (Maksimal)
3 Isolasi waktu (Minimal) Hari 21,0 21,0 21,0 21,0

2. Standar Mutu Benih di Laboratorium


Standar Mutu Benih Padi Inbrida di laboratorium adalah sebagai berikut :
No. Parameter Pengujian Satuan Kelas Benih
BS BD BP BR
1 Kadar Air (Maksimal) % 13,0 13,0 13,0 13,0
2 Benih Murni (Minimal) % 99,0 99,0 98,0 98,0
3 Kotoran Benih (Maksimal) % 1,0 1,0 2,0 2,0
4 Benih Tanaman Lain (Maksimal) % 0,0 0,0 0,2 0,2
5 Biji Gulma (Maksimal) % 0,0 0,0 0,0 0,0
6 Daya Kecambah (Minimal) % 80,0 80,0 80,0 80,0

Menurut Peraturan Menteri Pertanian No 56/Permentan/PK.110/11/2015,


tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina Tanaman Pangan dan
Tanaman Hijauan Pakan Ternak, pelaku usaha di dalam perbenihan ada 2 yaitu :
1. Produsen Benih Bina dijelaskan dalam pasal 8, pasal 9, pasal 10 dan pasal 13.
2. Pengedar Benih Bina dijelaskan dalam pasal 39, pasal 40, pasal 41 dan pasal 42.
Dalam pengertian Pengadaan Barang dan Jasa, Produsen Benih Bina
dapat diartikan sebagai produsen atau importir seandainya barang tersebut
merupakan barang import sedangkan Pengedar berarti distributor atau pihak
yang bertanggung jawab dalam penyampaian benih ke tangan pengguna (end
user).
Untuk menjadi produsen benih bina, maka pelaku usaha produsen benih
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 3


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
bina hendaklah menenuhi Syarat produsen Benih Bina, yang tertuang di dalam
pasal 8 Peraturan Menteri Pertanian No 56/Permentan/PK.110/11/2015, tentang
Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina Tanaman Pangan dan Tanaman
Hijauan Pakan Ternak, yaitu :
1) Produsen benih yang akan memproduksi benih harus menguasai lahan, sarana
pengolahan benih dan sarana penunjang yang memadai sesuai dengan jenis
benihnya, serta tenaga yang mempunyai pengetahuan di bidang perbenihan.
2) Produsen benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki izin
produksi Benih Bina apabila :
a. mempekerjakan paling sedikit 30 (tiga puluh) orang tenaga tetap;
b. memiliki aset diluar tanah dan bangunan paling sedikit Rp. 5.000.000.000,-
(lima milyar rupiah); atau
c. hasil penjualan Benih Bina selama 1 (satu) tahun paling sedikit Rp.
15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah).
3) Produsen benih yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) didaftar dan dinilai untuk mendapatkan Rekomendasi sebagai
produsen benih.
4) Antar Produsen Benih Bina dapat bekerjasama dalam bentuk kerjasama
produksi Benih Bina dan/atau kerjasama pemasaran Benih Bina.
Jadi dalam pengertian pasal 8 Peraturan Menteri Pertanian No. 56/Permentan/
PK.110/ 11/2015, tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina Tanaman
Pangan dan Tanaman Hijauan Pakan Ternak, produsen benih bina ada 2 kategori,
yaitu :
1. Produsen Benih Bina yang memenuhi syarat mempekerjakan paling sedikit
30 (tiga puluh) orang tenaga tetap; memiliki aset diluar tanah dan bangu-
nan paling sedikit Rp.5.000.000.000,- (lima milyar rupiah); atau hasil penjualan
Benih Bina selama 1 (satu) tahun paling sedikit Rp. 15.000.000.000,- (lima belas
milyar rupiah). Produsen Benih Bina ini hendaklah mempunyai izin produksi
benih bina.
Untuk memperoleh tanda daftar (izin produksi) sebagaimana dimaksud, calon
Produsen Benih mengajukan permohonan izin produksi benih kepada bupati/
walikota (tertuang dalam pasal 10 ayat 2), dengan persyaratan:
a. identitas dan alamat domisili yang benar;
b. jenis dan jumlah benih yang akan diproduksi;
c. fasilitas dan kapasitas prosesing dan penyimpanan yang dimiliki untuk
produksi Benih Tanaman pangan; dan
d. Rekomendasi sebagai Produsen Benih yang diterbitkan oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah.
2. Produsen Benih Bina yang mendapat rekomendasi yaitu produsen benih bina
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

4 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
yang tidak memenuhi syarat pada nomor 1 di atas didaftar dan dinilai untuk
mendapatkan Rekomendasi sebagai produsen benih.
Kedua kategori produsen benih bina ini, mendapat kewajiban yang sama
dalam memproduksi benih bina. Kewajiban produsen benih bina tertuang
dalam Pasal 13.
Produsen Benih Bina wajib :
a. menerapkan sistem manajemen mutu untuk produsen yang mendapatkan
sertifikat sertifikasi sistem manajemen mutu;
b. mentaati peraturan perundang-undangan bidang perbenihan;
c. mendokumentasikan data benih yang diproduksi dan diedarkan;
d. bertanggungjawab atas mutu Benih Bina yang diproduksi; dan
e. memberikan keterangan kepada Pengawas Benih Tanaman atau Pengawas
Mutu Pakan apabila diperlukan.
Produsen Benih Bina yang mendapat rekomendasi hendaklah mendapat izin
atau tanda daftar produsen benih bina. Prosedur mendapatkan tanda daftar
produsen Benih Bina tersebut terdapat pada pasal 9.
1) Izin atau tanda daftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diterbitkan oleh
bupati/walikota.
2) Izin atau tanda daftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditembuskan ke-
pada Menteri Pertanian melalui Direktur Jenderal dan Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan di bidang Peng-
awasan dan Sertifikasi Benih.
3) Izin atau tanda daftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang
berisi keterangan pemilik, data lahan, identitas dan domisili pemilik, lokasi la-
han, status kepemilikan lahan, luas areal, jenis Tanaman dan rencana produksi.
Untuk memeroleh tanda daftar Produsen Benih Bina yang mendapat
rekomendasi ini maka calon produsen benih bina hendaklah melalui prosedur
yang tertuang dalam pasal 10 ayat 1, yaitu :
Untuk memperoleh izin produksi Benih Bina sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) produsen benih harus mengajukan permohonan secara tertulis
kepada bupati/ walikota dengan persyaratan :
a. memiliki akte pendirian usaha dan perubahannya (kecuali perseorangan);
b. surat kuasa dari Direktur Utama (kecuali perseorangan);
c. KTP pemilik atau penanggung jawab perusahaan;
d. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e. fotokopi surat keterangan telah melaksanakan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) atau Upaya Kelola Lingkungan (UKL) dan Upaya Peman-
tauan Lingkungan (UPL);
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 5


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
f. fotokopi Hak Guna Usaha (HGU) pada Pasal 12.
bagi yang menggunakan tanah ne- 1) Bupati/walikota setelah menerima
gara; dan permohonan izin atau tanda daftar
g. Rekomendasi sebagai produsen sebagaimana dimaksud dalam Pasal
benih yang diterbitkan oleh Satuan 10 dalam jangka waktu paling lama
Kerja Perangkat Daerah yang melak- 10 (sepuluh) hari kerja, harus mem-
sanakan urusan pemerintahan di berikan jawaban menerima atau me-
bidang Pengawasan dan Sertifikasi nolak.
Benih. 2) Permohonan yang diterima sebagai-
Rekomendasi sebagaimana mana dimaksud pada ayat (1) diter-
dimaksud untuk Produsen Benih bitkan izin atau tanda daftar usaha
Bina yang memenuhi syarat dan produksi Benih Bina.
Produsen Benih Bina yang mendapat 3) Permohonan yang ditolak sebagai-
rekomendasi diatur dalam pasal 11 mana dimaksud pada ayat (1) dibe-
yaitu : diterbitkan oleh Satuan Kerja ritahukan kepada pemohon disertai
Perangkat Daerah yang melaksanakan dengan alasan secara tertulis.
urusan pemerintahan di bidang
4) Apabila dalam jangka waktu 10
Pengawasan dan Sertifikasi Benih.
(sepuluh) hari kerja tidak ada jawa-
Untuk lebih detailnya dapat dilihat
ban diterima atau ditolak sebagai-
pasal 11 berikut :
mana dimaksud pada ayat (1), per-
1) Untuk mendapatkan Rekomen-
mohonan dianggap diterima dan
dasi sebagaimana dimaksud dalam
harus diterbitkan izin atau tanda
Pasal 8 ayat (3) dan Pasal 10 huruf
daftar usaha produksi Benih Bina
g Produsen Benih Bina mengajukan
oleh bupati/walikota.
permohonan kepada Kepala Satuan
Kerja Perangkat Daerah yang melak- 5) Apabila izin atau tanda daftar usaha
sanakan urusan pemerintahan di produksi Benih Bina sebagaimana
bidang Pengawasan dan Sertifikasi dimaksud pada ayat (4) belum diter-
Benih. bitkan, pelayanan sertifikasi dapat
dilaksanakan berdasarkan Reko-
2) Permohonan sebagaimana dimak-
mendasi sebagaimana dimaksud
sud pada ayat (1) harus dilengkapi
dalam Pasal 10.
keterangan penguasaan lahan, sa-
rana pengolahan benih, sarana Untuk menjadi Pengedar Benih Bina
penunjang yang memadai sesuai hendaklah memenuhi syarat yang
dengan jenis benihnya dan tenaga tertuang dalam pasal 39, yaitu :
yang mempunyai pengetahuan di 1) Peredaran Benih Bina dilakukan oleh
bidang perbenihan. Pengedar Benih Bina.
Dalam merespon permohonan izin 2) Pengedar Benih Bina sebagaimana
atau tanda daftar untuk menjadi pro- dimaksud pada ayat (1) harus me-
dusen benih bina maka Bupati/Waliko- miliki tanda daftar dari bupati/wa-
ta hendaklah melaksanakan prosedur likota.
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

6 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
3) Untuk memperoleh tanda daftar se- sebagaimana dimaksud dalam Pasal
bagaimana dimaksud pada ayat (2) 39 ayat (3) huruf d Pengedar Benih
calon pengedar mengajukan per- Bina mengajukan permohonan
mohonan tertulis kepada bupati/ kepada Satuan Kerja Perangkat
walikota dengan dilengkapi per- Daerah yang melaksanakan urusan
syaratan: pemerintahan di bidang Pengawasan
a. identitas dan alamat domisili dan Sertifikasi Benih.
yang jelas dan benar; 2) Permohonan sebagaimana dimak-
b. jenis dan jumlah benih yang sud pada ayat (1) harus dilengkapi
akan diedarkan; keterangan penguasaan sarana pe-
c. fasilitas dan kapasitas penyim- nyimpanan benih.
panan yang dimiliki; dan Dalam merespon Permohonan
d. Rekomendasi sebagai pengedar untuk mendapatkan izin atau tanda
benih yang diterbitkan oleh daftar sebagai Pengedar benih bina
Satuan Kerja Perangkat Daerah maka Bupati/Walikota melaksanakan
yang melaksanakan urusan prosedur yang tertuang dalam Pasal
pemerintahan di bidang
41, yaitu :
Pengawasan dan Sertifikasi
Benih. 1) Setelah menerima permohonan se-
bagaimana dimaksud dalam Pasal
4) Apabila persyaratan sebagaima-
39 ayat (3) dalam jangka waktu 10
na dimaksud pada ayat (3) telah
(sepuluh) hari kerja, bupati/ walikota
dipenuhi, kepada calon Pengedar
harus memberikan jawaban diterima
Benih Bina diberikan tanda daftar
atau ditolak.
pengedar Benih Bina.
2) Permohonan yang diterima sebagai-
5) Rekomendasi sebagaimana dimak-
mana dimaksud pada ayat (1) diter-
sud pada ayat (3) huruf d, untuk
bitkan tanda daftar pengedar Benih
benih tanaman hijauan pakan ternak
Bina.
diterbitkan oleh Satuan Kerja Per-
angkat Daerah yang melaksanakan 3) Permohonan yang ditolak sebagai-
urusan pemerintahan di bidang mana dimaksud pada ayat (1) diber-
Pengawasan dan Sertifikasi Benih itahukan kepada pemohon disertai
atau Unit Pelaksana Teknis Pusat dengan alasan secara tertulis.
yang melaksanakan tugas dan fung- 4) Apabila dalam jangka waktu 10
si pengawasan dan sertifikasi benih (sepuluh) hari kerja tidak ada jawa-
tanaman hijauan pakan ternak. ban diterima atau ditolak seba-
Prosedur untuk mendapatkan gaimana dimaksud pada ayat (1),
rekomendasi sebagai Pengedar Benih permohonan dianggap diterima
Bina maka Calon Pengedar benih Bina dan harus diterbitkan tanda daftar
Hendaklah menempuh prosedur pada pengedar benih oleh bupati/ wa-
Pasal 40, yaitu: likota.
1) Untuk mendapatkan Rekomendasi 5) Apabila tanda daftar sebagaimana
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 7


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
dimaksud pada ayat (4) belum diter- pasal 38, ayat 4 huruf d, menjelaskan
bitkan, pelayanan pelabelan ulang tentang “barang khusus/ Pekerjaan
dapat dilaksanakan berdasarkan Konstruksi khusus/Jasa Lainnya yang

PERCEPPATAN PENGADAAN
Rekomendasi sebagaimana dimak- bersifat khusus,” sebagai berikut :
sud dalam Pasal 39 ayat (3) huruf d. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Kewajiban Pengedar Benih Bina Lainnya yang spesifik dan hanya dapat
tertuang dalam Pasal 42, yaitu : dilaksanakan oleh 1 (satu) Penyedia
Barang/Jasa Lainnya karena 1 (satu)
a. mematuhi peraturan perundang-
pabrikan, 1 (satu) pemegang hak
undangan perbenihan yang berlaku;
paten, atau pihak yang telah mendapat
b. bertanggungjawab atas mutu Benih izin dari pemegang hak paten atau
Bina yang diedarkan; pihak yang menjadi pemenang
c. melakukan pencatatan dan peny- pelelangan untuk mendapatkan izin
impanan dokumen Benih Bina yang dari pemerintah.
diedarkan selama 1 (satu) tahun; “Kriteria Barang Khusus/Pekerjaan
Konstruksi khusus/Jasa Lainnya yang
d. memberikan data atau keterangan
bersifat khusus yang dimungkinkan
yang diperlukan Pengawas Benih
dilakukan Penunjukan Langsung seba-
Tanaman atau Pengawas Mutu
gaimana dimaksud diuraikan lebih lan-
Pakan; dan
jut dala Perpres 172 tahun 2014, pasal
e. melaporkan setiap terjadi peruba- 38, ayat 5 huruf d1, meliputi :
han data sebagaimana dimaksud “Pekerjaan Pengadaan dan penya-
dalam Pasal 39 ayat (3). luran benih unggul yang meliputi benih
Produsen dan Pengedar Benih padi, jagung dan kedelai, serta pupuk
Bina dapat menjadi rekanan penyedia yang meliputi Urea, NPK dan ZA ke-
jasa dalam pengadaan Barang/Jasa, pada petani dalam rangka menjamin
menurut Perpres 56 tahun 2010 ketersediaan benih dan pupuk secara
sebagaimana telah dirubah pada tahun tepat dan cepat untuk pelaksanaan
2014 melalui perpres 172 tahun 2014. peningkatan ketahanan pangan;
Pengadaan Benih Bina memenuhi
syarat dilakukan secara Penunjukan Kualifikasi Penyedia Barang Jasa
langsung tertuang dalam Pasal 38 ayat Pengadaan Benih bina sesuai Perpres
1, Perpres 172 tahun 2014 menyatakan 56/2010 dan Perubahannya yang
bahwa Penunjukan langsung terhadap selalu dipersyaratkan dalam Proses
1 (satu) penyedia Barang/Pekerjaan Penunjukan Langsung pengadaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dapat Benih Bina di Kementerian Pertanian :
dilakukan, dalam hal : 1. Formulir Isian Kualifikasi ditandatan-
a. Keadaan tertentu, dan/atau gani oleh : direktur utama/ pimpinan
b. Pengadaan barang khusus/ Peker- perusahaan/ penerima kuasa dari
jaan Konstruksi khusus/Jasa Lainnya direktur utama/ pimpinan perusa-
yang bersifat khusus. haan yang nama penerima kuasanya
tercantum dalam Akta Pendirian/
Lebih lanjut Perpres 172 tahun 2014,
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

8 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Anggaran Dasar; yang bersangkutan dan manaje-
mennya tidak dalam pengawas-
2. Untuk Produsen Benih Padi Me-
an pengadilan, tidak bangkrut dan
menuhi persyaratan sebagai produ-
tidak sedang dihentikan kegiatan
sen benih wajib memiliki Tanda Daf-
usahanya;
tar Produsen benih bina/mendapat
rekomendasi sebagai produsen 9. Surat pernyataan bahwa salah satu
benih yang diterbitkan oleh Bupati/ dan/atau semua pengurus dan
Walikota; (Permentan : Nomor : 56/ badan usahanya atau atau peserta
Permentan/PK.110/ 11/2015 Pasal 8 perorangan tidak masuk dalam Daf-
dan Pasal 10). tar Hitam;
3. Untuk Pengedar Benih Bina padi 10.Akta Pendirian Perusahaan dan pe-
Memenuhi persyaratan sebagai rubahannya;
Pengedar Benih Bina Padi wajib me-
11.Memiliki NPWP dan telah me-
miliki Tanda Daftar Pengedar Benih
menuhi kewajiban perpajakan tahun
Bina/ mendapat rekomendasi se-
pajak terakhir (SPT tahunan) minimal
bagai Benih benih yang diterbitkan
tahun teakhir;
oleh Bupati/ Walikota; (Permentan:
Nomor : 56/Permentan/PK.110/ Dari sebelas point persyaratan
11/2015 Pasal 39, 40, 41 dan 42). ini hanya persyaratan angka 4 yaitu:
“Memiliki stock benih berupa benih
4. Memiliki stock benih berupa benih siap salur, calon benih dalam proses
siap salur, calon benih dalam proses sertifikasi di gudang dibuktikan
sertifikasi di gudang dibuktikan de- dengan Data Stock lengkap dengan
ngan Data Stock lengkap dengan al- alamat gudang penyimpanan dan siap
amat gudang penyimpanan dan siap untuk diperiksa.” Yang selalu berubah-
untuk diperiksa. rubah sesuai jenis dan varietas yang
dibutuhkan saat pengadaan. Oleh
5. Untuk Pengedar Benih Bina sebab itu Daftar stock pada point 4 ini
Mendapat Surat Dukungan dari Pro- dapat diterbitkan oleh Stake Holder
dusen Benih Bina yang Mempunyai yang memegang kewenangan dalam
Tanda Daftar Produsen Benih Bina. pebinaan perbenihan yaitu Direktorat
6. Memiliki keahlian, pengalaman, ke- Perbenihan masing-masing komoditi.
mampuan teknis dan manajerial, Tugas pihak ULP adalah memverifikasi
sumber daya manusia, modal, pera- kebenaran stock ini menurut kondisi
terakhir untuk pengadaan.
latan dan fasilitas lain yang diper-
lukan dalam pengadaan Benih Bina Persyaratan kualifikasi yang lainnya
Padi, dibuktikan dengan Bukti Kon- adalah merupakan persyaratan yang
sama untuk setiap paket pengadaan.
trak Pengalaman;
Memperhatikan dan mempelajari
7. Peserta yang berbadan usaha harus daftar produsen benih bina yang
memiliki surat izin usaha (SIUP) bi- diterbitkan oleh Direktur Perbenihan,
dang benih/bibit pertanian; Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian
8. Surat pernyataan bahwa perusahaan Pertanian terdapat kondisi yang
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 9


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
berfariasi. Satu Produsen mungkin Pihak Penyedia Jasa Produsen Benih
dapat menyediakan 3 varietas yang Bina dan Pengedar Benih Bina (tentu
berbeda pada musim dan bulan yang setelah mendapatkan hak akses dari
berbeda dengan jumlah yang berbeda. pihak LPSE Kementerian Pertanian), di
Produsen yang lain mungkin dapat mana mereka dapat menampilkan atau
menyediakan berbagai varietas yang meng-up-load dokumen kualifikasinya
lain juga pada musim dan bulan yang serta dapat pula diakses oleh Pokja
berbeda dengan jumlah yang berbeda Pengadaan Barang Jasa yang akan
pula. Sehingga ada kemungkinan satu melaksanakan Proses Penunjukan
paket pengadaan yang diajukan untuk Langsung Pengadaan Benih Bina
dilakukan Proses Penunjukan Langsung untuk untuk menyeleksi langsung
oleh Pokja Pengadaan dapat dipenuhi Pihak Penyedia Jasa Produsen Benih
oleh satu penyedia atau dua penyedia Bina dan Pengedar Benih Bina yang
sehingga perlu dilakukan tindakan memenuhi syarat kualifikasi untuk
mempercepat proses Pengadaan pengadaan Benih Bina pada tahun
Barang/jasa melalui Penunjukan anggaran berjalan.
Langsung ini dengan memperpendek Keuntungan dari Aplikasi Kualifikasi
Proses Pengadaan. Untuk Proses ini memudahkan dan mempercepat
Penunjukan Langsung pada peket proses pelayanan pengadaan
yang berbeda, ada kemungkinan Benih Penunjukan Langsung oleh Pokja
Varietas yang berbeda tersedia pada ULP untuk Pengadaan Benih Bina
Penyedia yang sama sehingga akan yang kebutuhannya selalu sangat
terjadi Evaluasi Kualifikasi untuk pelaku mendesak. Keuntungan lainnya
usaha yang sama dengan maksud adalah menghindari proses kualifikasi
yang berbeda secara berulang-ulang yang berulang ulang untuk dokumen
sehingga kelihatan proses penunjukan kualifikasi yang sama pada paket
langsung Pengadaan Benih Padi tidak pengadaan yang berbeda karena
praktis, tidak efektif dan tidak efisien biasanya yang berbeda dalam
dalam pengunaan dana dan waktu. setiap proses Penunjukan Langsung
Untuk mengatasi haltersebut, Pengadaan Benih Bina adalah varietas
seyogyanya pihak Bagian Layanan dan lokasi CPCL nya saja sehingga
Pengadaan Kementerian Pertanian dapat menghemat biaya pengadaan
bekerjasama, LPSE Kementerian dan mengefektifkan waku pada proses
Pertanian dan ULP membuat sebuah pengadaan.
aplikasi sederhana yang bersifat
khusus untuk melayani proses
prakualifikasi penunjukan langsung
pengadaan Benih Bina. Aplikasi
sederhana mana dapat diakses oleh

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

10 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Langkah-Langkah Backup
dan Restore Database
ke Server e-Reporting
SPSE Otomatis
oleh : Sunarno

U ntuk memudahkan langkah-langkah, kita samakan persepsi dulu bahwa


yang akan kita lakukan ini road mapnya : Dari Server SPSE ke Server Backup.
Dari Server Backup menuju ke Server Reporting.
Kita mulai :
1. dibutuhkan paket aplikasi ‘sudo’, cara instal :
apt-get install sudo
2. Dibutuhkan login ssh TANPA password misal dari Server_SPSE ke Server_
BACKUP dan dari Server_BACKUP ke Server_REPORTING, caranya dengan perintah
: ssh-keygen -t rsa dan dilanjutkan dengan perintah :  ssh-copy-id -i ~/.ssh/id_rsa.
pub root@xxx.xxx.xxx.xxx
Selanjutnya silahkan test dengan perintah :  ssh root@xxx.xxx.xxx.xxx
3. Download file kebutuhan_data_to_backup.zip
Isi file kebutuhan_data_to_backup.zip ada 10, yaitu :
– backup_db.sh
– scp-to-reporting.sh
– restore_db.sh
– view_kota_asal.sql
– view_narno_menang.sql
– view_narno_semua.sql
– view_v_jadwal.sql
– view_v_lama_llg.sql
– view_v_lelang_menang.sql
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 11


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
– view_v_lelang_semua.sql
– view_v_rkn_asal.sql
Bisa disesuaikan dengan VIEW yang sudah dimiliki sesuai kebutuhan Aplikasi
e-Reporting.
Dan KHUSUS VIEW-VIEW tersebut di atas, akan terus berkembang sesuai
kebutuhan Aplikasi.
4. backup_db.sh :
– copykan file ini ke server SPSE misal ke /home/backup
– edit file ini dan sesuaikan lokasi penyimpanan file backup
– tambah atribut x biar dapat dieksekusi, perintah :
chmod +x backup_db.sh
– Tambahkan baris berikut pada crontab -e sebagai berikut :
00 01 * * * /home/backup/backup_db.sh
perintah di atas akan menjalankan file backup_db.sh setiap hari (daily) pada jam 1
AM
5. scp-to-reporting.sh :
– copykan file ini ke server BACKUP misal ke /home/backup
– edit file ini dan sesuaikan lokasi penyimpanan file backup
– tambah atribut x biar dapat dieksekusi, perintah :
chmod +x scp-to-reporting.sh
– Tambahkan baris berikut pada crontab -e sebagai berikut :
00 02 * * * /home/backup/scp-to-reporting.sh
perintah di atas akan menjalankan file scp-to-reporting.sh setiap hari (daily) pada
jam 2 AM, SEHARUSNYA scp-to-reporting.sh dijalankan setelah menjalankan script
untuk membackup database SPSE.
6. restore_db.sh :
– copykan file ini misal ke /home/backup di server reporting
– tambah atribut x biar dp dieksekusi, perintah :
chmod +x restore_db.sh
– Tambahkan baris berikut pada crontab -e sebagai berikut :
15 02 * * * /home/lpse/restore_db.sh
Perintah di atas akan menjalankan file restore_db.sh setiap hari pada jam 2:15
AM (dibutuhkan jeda waktu setelah file scp-to-reporting.sh dijalankan pada server
spse misalnya 15 menit, jangan lupa samakan waktu antar 2 server)
7. file-file view_****.sql :
setelah proses restore, kita harus meng-create 10 view di postgresql, sesuaikan file
ini dengan kebutuhan.
8. sebelum dicoba di crontab, silahkan melakukan ujicoba file-file sh dengan perintah
misal : ./scp-to-reporting.sh atau ./restore_db.sh
Semoga dapat membantu….Sukses untuk temen-temen Pengelola LPSE

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

12 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Penerapan
Value Discipline
Bagi Peningkatan
Kualitas Layanan
Aparatur Sipil Negara
oleh : Lucky Akbar - Kemenkeu

K ondisi birokrasi Indonesia di era reformasi saat ini bisa dikatakan belum
menunjukan arah perkembangan yang diharapkan. Hal itu bisa jadi karena
nilai-nilai reformasi belum tertanamkan dengan baik di kalangan birokrat. Masih
banyak ditemukan birokrat yang arogan dan menganggap rakyatlah yang
membutuhkan. Praktik KKN masih banyak terjadi dan mentalitas birokrat masih
banyak menuai kritik dari masyarakat.
Salah satu pemahaman yang perlu diperkenalkan di lingkungan birokrasi
adalah penerapan Value Discipline dalam rangka menanamkan nilai-nilai
reformasi yang diharapkan dapat tumbuh menjadi jiwa birokrat dalam
menjalankan roda pemerintahan. Salah satu contoh dari penerapan dari Value
Discipline tersebut adalah penerapan gerakan efisiensi yang digaungkan oleh
kementerian keuangan.
Sebelum kita bicara lebih jauh tentang penerapan gerakan efisiensi di
kementerian keuangan, terlebih dulu saya jelaskan tentang apa itu value discpilin.

Pengertian Value Discipline


Konsep Value Discipline (http://www.enterprise-advocate.com/2012/02/the-
tracey-wiersema-value-discipline-model-part-1/) dikenal luas di sektor swasta
khususnya dibidang marketing. Konsep tersebut dipopulerkan oleh Michael
Treacy & Fred Wiersema pada tahun 1995. Konsep ini menitikberatkan pada
pentingnya fokus (disiplin) terhadap nilai yang dianggap mampu menjadi
pendorong bagi organisasi untuk memperoleh posisi pemimpin pasar, sekaligus
bernilai bagi pasar.
Terdapat tiga konsep besar Value Discipline yang harus selalu dimiliki oleh
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 13


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
perusahaan apapun latar belakang industri nya. Tiga konsep ini adalah product
leadership, operational excellences dan customer intimacy.
Konsep ini merupakan platform atau landasan dasar perusahaan untuk
mengimbangi ketatnya persaingan usaha.
Setiap elemen akan menjadi fokus perusahaan tergantung dari model
bisnisnya. Tidak rumit, elemen ini merupakan konsep besar yang nanti dapat

VALUE DISCIPLINE
diturunkan secara detil strategi menurut bisnis model masing-masing.

Model Value Discipline

Elemen product leadership berbicara bagaimana perusahaan fokus dalam


pengembangan inovasi produk baru. Untuk elemen operational excellences
lebih fokus pada penerapan operasional yang mudah dan cepat, seperti online
ticketing, ketepatan boarding, antrian check-in cepat, loading baggage, makanan,
dst.
Sedangkan customer intimacy diterapkan pada bisnis model yang sering
berhubungan langsung dengan manusia, seperti konsultan, sekolah, tidak
menutup model bisnis lain menerapkan elemen ini, namun dengan implementasi
yang berbeda.
Maka dapat disimpulkan bahwa ketiga elemen ini masing-masing akan
berbobot besar tergantung dari terapan bisnis model. Ada proporsi fokus
diantara elemen-elemen ini. Sekali lagi bukan memilih dan mengabaikan yang
lain namun fokus dan tetap sinergi dengan elemen lain.

Penerapan Value Discipline dalam Birokrasi


Penerapan Value Discipline dalam kehidupan birokrasi dapat menjadi sebuah
terobosan nyata dalam rangka meningkatkan good governance dengan tujuan
mewirausahakan birokrasi untuk lebih berdayaguna dan berhasilguna dalam
melaksanakan tugas fungsi (tusi) yang diemban.
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

14 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Implementasi dari pendekatan Value Discipline ini adalah lebih kepada
internalisasi nilai-nilai reformasi kepada fungsi Aparatur Sipil Negara.
Sedikit berbeda pada penerapan di sektor swasta, penerapan Value Discipline
di sektor publik bukan untuk memilih fokus pada salah satu nilai/elemen, namun
menjadi pengingat kita bahwa ketiga nilai-nilai tersebut perlu lebih bersinergi
dalam pelaksanaan tugas sebagai aparatur negara.
Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (UU
ASN), fungsi ASN adalah sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik,
serta perekat dan pemersatu bangsa.
Secara lebih spesifik, model Value Discipline merupakan engine yang dapat
meningkatkan kualitas ASN sebagai pelaksana layanan publik yang profesional
dan akuntabel.
Dalam konteks ini diperlukan sebuah nilai yang diyakini dapat menjadikan
layanan publik yang diberikan sebagai product leadership karena mempunyai
output yang berdayaguna dan berhasilguna.
Dalam hal operational excellence, dapat diartikan sebagai proses
penyelenggaraan layanan publik dengan menjadikan efesiensi sebagai salah
satu alat ukur keberhasilan proses untuk mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan customer intimacy adalah sebuah implikasi strategis yang ingin
dicapai dari layanan publik yang dihasilkan, yaitu mampu menjadi bukti bahwa
layanan publik tersbut bermanfaat bagi rakyat banyak dan menstimulasi berbagai
aspek untuk mendukung kesejahteraan masyarakat.

Ilustrasi Value Discipline di Kementerian Keuangan


Untuk membuat Value Discipline terserap kedalam fungsi penyelenggaraan
pemerintahan secara optimal, tentunya harus ada tool untuk mengikat semua
nilai tersebut kedalam operasionalisasi pelaksanaan tugas.
Tool itu dapat berupa sebuah kebijakan yang secara tegas menyuarakan
kepatuhan yang harus ditegakkan sebagai wujud dari nilai-nilai disiplin yang
dimasukkan kedalam sebuah budaya kerja yang positif.
Di lingkungan Kementerian Keuangan telah dikembangkan nilai-nilai
Kementerian Keuangan dari hasil peleburan dan kontemplasi nilai-nilai yang
sebelumnya telah diterapkan secara berbeda pada masing-masing eselon
satu dan ditetapkan formal melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 312/
KMK.01/2011(http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2011/312~KMK.01~2
011Kep.htm). Peleburan ini penting untuk membangun sinergi seluruh jajaran
kementerian keuangan serta untuk menunjukkan kepada masyarakat secara
lebih jelas perubahan yang diwujudkan oleh Kementerian Keuangan secara
keseluruhan.
Penerapan nilai-nilai keutamaan Kementerian Keuangan ini menunjukkan
bahwa Kementerian Keuangan memberikan warna spesifik bagi PNS di lingkungan
Kementerian Keuangan tidak sama dengan PNS lainnya terutama dalam hal
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 15


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
karakter dan budaya kerja. Penerapan Keuangan yang mengacu pada
nilai-nilai ini juga merupakan bagian Keputusan Menteri Keuangan Republik
dari langkah Kementerian Keuangan Indonesia Nomor 127/KMK.01/2013
sebagai penggerak reformasi birokrasi tentang Program Budaya Di Lingkungan
di Indonesia agar nantinya penerapan Kementerian Keuangan Tahun 2013
nilai-nilai organisasi juga diterapkan (http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullTe
dalam level birokrasi lainnya. xt/2013/127~KMK.01~2013Kep.HTM),
Nilai-nilai Kementerian Keuangan dengan uraian budaya sebagai berikut.
Meliputi 5 Nilai yang diinterna–
1. Satu Informasi Setiap Hari.
lisasikan dalam setiap pegawainya.
Nilai-nilai tersebut meliputi: 2. Dua Menit Sebelum Jadual.
1. Integritas 3. Tiga Salam Setiap Hari.
Berpikir, berkata, berperilaku dan 4. Rencanakan, Kerjakan, Monitor dan
bertindak dengan baik dan benar Tindaklanjuti.
serta memegang teguh kode etik
5. Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin.
dan prinsip-prinsip moral.
Selanjutnya dengan kembalinya
2. Profesional
Ibu Sri Mulyani sebagai Menteri
Bekerja tuntas dan akurat atas dasar Keuangan, Kondisi penerapan budaya
kompetensi terbaik dengan penuh kerja di kementerian keuangan saat
tanggung jawab dan komitmen ini mengalami peningkatan kualitas
yang tinggi. untuk mewujudkan perbaikan budaya
3. Sinergi organisasi Kementerian Keuangan
guna mendorong reformasi birokrasi
Membangun dan memastikan dan menjadi branding Kemenkeu
hubungan kerjasama internal yang secara nasional, yaitu dengan
produktif serta kemitraan yang har- dicanangkan gerakan efisiensi secara
monis dengan para pemangku. formal sebagai tool value dicipline
4. Pelayanan dalam rangka memperkuat nilai-nilai
dan budaya yang telah dicanangkan
Memberikan layanan yang me-
sebelumnya
menuhi kepuasan pemangku ke-
pentingan yang dilakukan dengan Gerakan efisiensi adalah salah satu
sepenuh hati, transparan, cepat, contoh dalam rangka mewujudkan
budaya kerja positif. Gerakan ini secara
akurat, dan aman.
moral menjadi langkah nyata dalam
5. Kesempurnaan pelaksanaan tugas, baik tugas yang
Senantiasa melakukan upaya per- dikapitalisasi dengan efisiensi finansial
maupun efisiensi dalam rangka
baikan di segala bidang untuk men-
memangkas birokrasi. Tujuannya
jadi dan memberikan yang terbaik.
adalah agar pelaksanaan tugas ASN
Berdasarkan nilai-nilai tersebut yang ada dapat berjalan dengan lebih
dirumuskan sebuah konsensus cepat dan lebih tepat sasaran.
mengenai budaya kerja di Kementerian Contoh kongkrit gerakan efisensi di
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

16 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
lingkungan instansi Pemerintah adalah sebagaimana diterapkan di lingkungan
kementerian keuangan yaitu melalui Instruksi Menteri Keuangan (IMK) Nomor
346/IMK.01/2017 tentang Gerakan Efisiensi sebagai Penguatan Budaya
Kementerian Keuangan (https://www.kemenkeu.go.id/gerakan-efisiensi) .
Kebijakan tersebut bertujuan mewujudkan perbaikan budaya organisasi
kementerian keuangan guna mendorong reformasi birokrasi, sekaligus menjadi
branding position kemenkeu secara nasional.
Dalam instruksi menteri tersebut, terdapat beberapa langkah efisiensi
pelaksanaan tugas. Salah satunya adalah work-life balance, yang isinya
pemanfaatan jam kerja secara efektif dan meminimalisir jam lembur, dengan
tetap memperhatikan tanggung jawab dan penyelesaian tugas.
Selain itu gerakan efisiensi dimaksud juga mendorong percepatan pelaksanaan
tugas antara lain melalui percepatan proses untuk berkas masuk/keluar pada
level unit eselon I, II, III, dan IV. Lalu, pembahasan kebijakan yang efektif, yang
mana pengelolaan rapat pembahasan yang tepat waktu dan terstandarisasi
(antara lain kejelasan durasi rapat, tujuan rapat, dan penetapan peserta rapat
yang berkompeten).
Selanjutnya, gerakan efisiensi tersebut juga secara formal mengajak seluruh
jajaran pegawai di kementerian keuangan melakukan efisiensi anggaran
birokrasi, seperti efisiensi perjalan dinas, pembatasan Rapat Dalam Kantor (RDK),
pengurangan makanan rapat, pembatasan makan siang, pembatasan pemberian
honorarium tim kerja dan narasumber, go green maksudnya dalam penggunaan
air, listrik, ATK dan internet, serta melakukan efisiensi perdagangan barang dan
jasa.
Harapan dan tujuan yang ingin dicapai dari adanya gerakan ini adalah
bagaimana menjadikan efisiensi sebagai tolok ukur proses secara nyata (dapat
diukur keberhasilannya), sehingga apabila nilai anggaran yang terkumpul dari
efsiensi itu dapat menjadi bukti bahwa ASN kementerian keuangan sangat
berhati-hati dalam mengelola keuangan negara yang dikelola di internal
kementerian keuangan sendiri, padahal misi-misi strategis yang diamanatkan
kepada kementerian keuangan sangat banyak.
Kementerian keuangan sendiri menjadikan pelayanan dan kesempurnaan
sebagai bagian dari nilai-nilai organisasi yang harus dilaksanakan setiap pegawai,
sehingga pelayanan tak akan menuju sempurna apabila tidak dimulai dari hal
yang kecil namun penuh kebaikan.
Oleh karena gerakan efisiensi kementerian keuangan juga diikuti di masing-
masing unit eselon I. Hal kecil, matikan listrik atau matikan lampu apabila tidak
digunakan, juga saling mengingatkan dalam menggunakan air.
Begitu pula dalam bagaimana kita bisa mengurangi hal-hal yang tidak
perlu atau tidak penting termasuk rapat-rapat yang hendaknya dibuat dengan
agenda yang jelas, dengan waktu yang jelas, dengan output yang jelas, sehingga
pegawai tidak perlu terus menerus di dalam ruangan rapat yang bahkan tidak
memberikan hasil yang jelas bagi kementerian keuangan.
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 17


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Gerakan efisiensi ini digunakan sebagai trigger dari perubahan budaya dan
nilai yang diharapkan, karena tanpa adanya walk the talk dari pimpinan sebagai
role model, bukti nyata perubahan tersebut tidak akan mungkin terjadi apabila
tidak disampaikan melalu instruksi menteri dimaksud.

Budaya yang ingin dirubah di lingkungan kementerian keuangan dengan


adanya gerakan efisiensi ini adalah …
Ibu Menteri Keuangan memberikan ilustrasi terhadap dampak dari gerakan
efisiensi yang dilakukan dengan uraian sebagai berikut: apabila kementerian
keuangan melakukan 10% saja penghematan untuk anggaran operasional, 10%
saja anggaran operasional kita hemat itu nilainya setara dengan 626.666 siswa
SD yang mendapatkan Kartu Indonesia Pintar (KIP), nilainya adalah sama dengan
2.820 rehabilitasi ruang kelas.
Hal itu adalah bukti bahwa efisiensi sebagai instrumen yang selama ini kita
anggap normatif, ternyata dapat menjadi sebuah Value Discipline yang memiliki
dampak luar biasa bagi rakyat kita.
Uang yang ada tidak kita boroskan untuk membayar perjalan dinas yang tidak
diperlukan atau membayar listrik, membayar air, membayar ATK, yang semua itu
dapat kita hemat tanpa mengurangi produktivitas kita, tanpa mengurangi kinerja
kita, namun kita bisa hemat karena mampu menggunakan dengan tepat, maka
dana itu sangat berguna untuk rakyat kita.
Inilah Value Discipline yang merupakan komitmen kelembagaan yang
dicanangkan oleh kementerian keuangan untuk dapat ditularkan kepada instansi
lainnya. Sehingga untuk itu Ibu Menteri Keuangan berpesan:

“...jadilah birokrat yang kredibel,


profesional dan menjadi role
model bagi bangsa Indonesia,
Insya Allah kita akan membangun
Indonesia menjadi negara yang
adil dan makmur...”

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

18 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
MENAGIH KOMITMEN

DEKRIMINALISASI
PENGADAAN
oleh : Rahmad Daulay

P engadaan barang/jasa dinaungi oleh Peraturan Presiden Nomor


54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan
seluruh perubahannya dan seluruh peraturan turunannya. Pada
konsiderannya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 menginduk
kepada UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan negara,
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi, dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Dalam kaitannya dengan permasalahan pengadaan barang/jasa yang
dalam menghadapi sengketa pengadaan diatur dalam pasal 117 ayat
(2) pengaduan disampaikan kepada APIP (aparat pengawasan internal
pemerintah) dan LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan barang/Jasa
Pemerintah). Tidak dijelaskan apakah APIP hanya meliputi Inspektorat/
Inspektorat Jenderal atau juga meliputi BPK dan BPKP. Pengaduan harus
disertai bukti-bukti kuat yang terkait langsung dengan materi pengaduan.
Ayat (3) menyatakan APIP dan LKPP menindaklanjuti pengaduan sesuai
kewenangannya. Ayat (4 menyatakan hasil tindak lanjut pengaduan
dapat dilaporkan kepada instansi yang berwenang dalam hal
diyakini terdapat indikasi KKN yang akan merugikan keuangan
negara. Ayat (5) menyatakan instansi yang berwenang dapat
menindaklanjuti pengaduan setelah kontrak ditandatangani dan
terdapat indikasi adanya kerugian negara. Pasal 118 sampai dengan
pasal 124 mengatur lebih lanjut tentang pasal 117. Dari uraian ini
bisa diambil kesimpulan bahwa seluruh pengaduan tentang sengketa
pengadaan barang/jasa seharusnya ditangani pertama kali oleh APIP/
LKPP, sedangkan instansi berwenang bekerja setelah ada pelimpahan
dari APIP/LKPP.
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 seharusnya
mempedomani peraturan yang menjadi konsiderannya.
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 19


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
DEKRIMINALISAS
Bila kita buka UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara. Pasal 1 tentang pengertian Kerugian Negara/Daerah adalah
kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti
jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai. Penyelesaian kerugian negara/daerah diatur dalam
pasal 59-67. Pasal 60 dan 61 ayat (1) menyatakan setiap kerugian
negara/daerah wajib dilaporkan oleh atasan langsung kepada
menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah dan diberitahukan kepada
Badan Pemeriksa Keuangan. Pasal 62 menyatakan pengenaan ganti
rugi kerugian negara/daerah ditetapkan oleh BPK dan apabila
ditemukan unsur pidana maka BPK menindaklanjuti sesuai peraturan
yang berlaku (dalam penjelasan disebutkan menyampaikan
kepada instansi yang berwenang).. Penjelasan pasal 59 disebutkan
Penyelesaian kerugian negara perlu segera dilakukan untuk
mengembalikan kekayaan negara yang hilang atau berkurang serta
meningkatkan disiplin dan tanggung jawab para pegawai negeri/
pejabat negara pada umumnya, dan para pengelola keuangan pada
khususnya. Dan Dari uraian ini bisa disimpulkan bahwa kerugian
negara/daerah ditangani pertama kali oleh BPK dan bila ditemukan
unsur pidana baru ditindaklanjuti kepada instansi yang berwenang
sesuai peraturan.
Bila kita buka Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi pasal 31-35 mengatur tentang
kegagalan bangunan. Di pasal 34 disebutkan kegagalan bangunan
adalah keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik sebagian
maupun keseluruhan, dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan
kesehatan kerja atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan
penyedia jasa atau pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjan
konstruksi. Pasal 36 ayat (1) menjelaskan kegagalan bangunan
dinilai dan ditetapkan oleh penilai ahli. Pasal 46 mengatur tentang
pelaksanaan ganti rugi kegagalan bangunan dapat dilakukan oleh
asuransi. Pasal 49 mengatur tentang penyelesaian sengketa di luar
pengadilan. Dari uraian singkat ini bisa diambil kesimpulan bahwa
kesalahan atas kegagalan bangunan ditetapkan oleh penilai ahli.
Bila kita buka Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah pasal 82 menyatakan bahwa
setiap kerugian negara/daerah akibat kelalaian, penyalahgunaan/
pelanggaran hukum diselesaikan melalui tuntutan ganti rugi sesuai
peraturan.
Kesimpulan besarnya adalah Peraturan Presiden Nomor 54 tahun
2010 mengamanahkan pengaduan diserahkan ke APIP/LKPP. Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 mengamanahkan kerugian negara/
daerah ditangani oleh BPK. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
2000 mengamanahkan kegagalan bangunan diperiksa oleh penilai
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

20 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
ahli. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 mengamanahkan
kerugian negara/daerah diselesaikan melalui tuntutan ganti rugi.

Namun, kenapa para praktisi pengadaan merasa sering terjadi


kriminalisasi pengadaan ?
Salah satu sebabnya adalah karena aparat penegak hukum
(APH) memiliki peraturan sendiri tentang penanganan pengaduan
masyarakat termasuk pengaduan pengadaan. Mulai dari UU Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU
Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI
dan UU Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI. Dikarenakan
keterbatasan pemahaman tentang hukum maka saya tidak bisam
menafsirkan UU yang dimiliki APH. Namun saya melihat tidak ada
satu pasalpun yang mengatur tentang peran dan fungsi Penilai
Ahli, BPK, APIP dan LKPP dalam kaitannya dengan penanganan
permasalahan hukum.
Dalam kaitannya dengan Arahan Presiden di Istana Negara
tanggal 19 Juli 2016 yang menegaskan bahwa pembangunan
harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penegakan hukum
harus sejalan dengan semangat pemerintah dalam melaksanakan
pembangunan. Instruksi Presiden di Istana Negara tersebut meliputi :
kebijakan diskresi tidak bisa dipidanakan, tindakan administratif tidak
boleh dipidanakan, kerugian negara ditentukan oleh BPK, kerugian
negara harus konkrit tidak mengada-ada, dan tidak diekspose ke
media secara berlebihan sebelum dilakukan penuntutan. Instruksi
Presiden tersebut disambut dengan gembira oleh para praktisi
pengadaan karena bermuatan dekriminalisasi pengadaan. Namun
sejalan dengan berlalunya waktu, sayup-sayup Instruksi Presiden
tersebut mulai hilang secara perlahan. Apalagi dalam tata urutan
perundang-undangan maka posisi Instruksi Presiden sangat jauh di
bawah UU.
Oleh karena itu, bila kita sepakat untuk mendinginkan suasana
kriminalisasi pengadaan yang dirasakan oleh para praktisi pengadaan
maka diperlukan harmonisasi dan penyesuaian antara peraturan
pengadaan dan UU APH. Para petinggi lembaga pengadaan (LKPP,
IAPI, APPI dan perwakilan praktisi pengadaan yang berpengaruh)
harus duduk bersama dengan petinggi APH dalam rangka harmonisasi
ini untuk menyelaraskan peraturan masing-masing dengan Instruksi
Presiden 19 Juli 2016. Bagaimana memasukkan kaidah pemeriksaan
kasus pengadaan standar peraturan pengadaan ke dalam UU APH
atau dibentuk satu UU Interkoneksitas Pemeriksaan Gabungan
itu tidak masalah. Yang penting adalah komitmen dekriminalisasi
pengadaan harus terwujud dalam bentuk pasal peraturan dalam
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 21


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
UU penegakan hukum. Sehingga tugas dan fungsi penilai ahli, APIP, BPK dan
LKPP terwujud dalam UU penegakan hukum seperti UU Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara RI dan UU Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI.
Namun di sisi lain, praktisi pengadaan juga harus berbenah diri dan
menyusun secara sistematis konsep dan strategi independensi pengadaan agar
resiko hukum bisa dihindari. Keberadaan Auditor Pengadaan dan Penilai Ahli
Pengadaan juga perlu dipertimbangkan untuk terlibat dalam penanganan kasus
pengadaan. Dengan demikian tugas pengadaan barang/jasa akan menjadi tugas
yang menyenangkan, bukan tugas yang menakutkan.

Dekriminalisasi pengadaan adalah mimpi kita semua.


Salam reformasi

Blog: www.selamatkanreformasiindonesia.com

13 Agustus 2017

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

22 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
MEMBUATTANDA TANGAN
ELEKTRONIK
DENGAN MUDAH
Oleh : Emir Suryo Guritno

B agi yang terbiasa untuk melakukan suatu pelelangan atau membuat dokumen
apapun, selain melakukan pengisian formulir yang telah di sediakan melalui
aplikasi tidak menutup kemungkingan kita akan melakukan penyalinan/scanning
dokumen untuk di-upload dan disampaikan kepada panitia pelelangan. Pada saat
pembuatan dokumen tersebut kadang kala kita membubuhkan tanda tangan dan
baru kemudian di lakukan penyalinan/scanning dengan hasil akhir file dengan
ekstensi (*.jpg / *.pdf). Sebagai alternative yang selama ini telah dilakukan, dan
merujuk kepada Undang Undang No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) yang pada pasal 1 angka (12) yang menyebutkan secara
eksplisit bahwa tanda tangan elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas
informasi elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan informasi
elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentifikasi, serta
pada pasal 1 angka (13) menyebutkan pula bahwa penanda tangan adalah
subjek hukum yang terasosiasi atau terkait dengan tangan elektronik, kita dapat
menggunakan software pembuat file PDF misal Nitro PDF, Acrobat Profesional
yang menyediakan fitur digital signature. Namun kali ini kita akan menggunakan
software Nitro PDF, adapun langkah langkah membuat digital signature sebagai
berikut :

1. Buka aplikasi Nitro PDF, dengan tampilan akhir sebagai berikut:

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 23


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
2. Pada pilihan menu diatas, pilih menu “Protect”, pilih “Sign”, akan muncul be-
berapa pilihan dan pilih “Create New Signature Profile”

tandatangan elektronik
3. Akan muncul Signature Profile Wizard sebagaimana gambar 1, klik New digi-
tal ID, yang akan memunculkan tampilan sebagaimana gambar 2. Isilah form
Nama, Email, Organizational Unit (Unit Organisasi), dan Organizational Name
(Nama Organisasi/Nama Instansi), kemudian setelah diisi semua tombol Next
yang sebelumnya berfungsi akan berfungsi dan silahkan klik tombol tersebut.
(Catatan: form isian yang telah anda sampaikan itulah yang nantinya akan
dilekatkan pada file dokumen yang akan dibubuhi tanda tangan anda)

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3 Gambar 4

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

24 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
4. Pembuatan digital ID telah selesai dan klik “Finish” pada gambar 3, kemudian
lanjutkan klik “Next” pada Signature Profile Wizard sebagaimana pada gambar 4.
tandatangan elektronik

Gambar 5

5. Untuk mengetahui secara detail Digital ID silahkan klik “View Digital ID” dan
informasi akan muncul sebagaimana pada gambar 5.
6. Setelah klik “Next” sebagaimana pada angka 4 diatas, akan muncul tampilan
seperti gambar 6 dibawah ini (Signature detail ini maksudnya adalah informasi
apa saja yang akan di munculkan pada suatu tanda tangan). Pada form Reason
for signing document silahkah klik drop down dan akan muncul beberapa pili-
han alasan untuk menanda tangani suatu dokumen, lebih baik lagi jika anda
mengisikan form Location dan Contact.
Silahkan centang pada Show digital signature on document, kemudian klik
“New” pada Use this signature appreance.

Gambar 6

7. Pada tampilan Configure Signature Appreance, silahkan isi form Name (se-
bagai contoh saya menuliskan Tanda Tangan Fulan), pada pilih Graphic form
file untuk menampilkan tanda tangan anda atau tanda tangan siapapun yang
anda kehendaki (catatan pastikan anda mendapatkan persetujuan dari dia)
pilih file tanda tangan dalam format lebih baik dengan ekstensi *.png karena
dengan format file ini gambar akan fokus pada vector tanda tangan.
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 25


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Silahkan centang semua pada display text (tulisan yang akan tampil pada suatu
tanda tangan) dan jika anda mencentang semua maka anda dapat melihat
contoh tampilan tanda tangan anda pada Signature Preview (sebagai contoh
saya akan mencentang semuanya), klik kemudian klik “OK”

tandatangan elektronik
Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9

8. Tampilan gambar 10 akan muncul sebagai langkah terkahir pembuatan tanda


tangan digital anda. Isilah form pada Save profile with name (sebagai contoh
saya mengisi dengan “Tanda Tangan Fulan”).

Gambar 10

9. Telah selesai sudah pembuatan tanda tangan digital anda dan kini saatnya un-
tuk di implementasikan. Pastikan anda sudah mempunyai file dokumen yang
hendak anda tanda tangani dan tentu saja file tersebut dalam format *.pdf bu-
kalah file tersebut dan pilih menu “Sign” dan disana telah tersedia tanda tan-
gan yang dapat anda tempelkan pada file yang telah anda buka (lihat tampilan
Gambar 11). Pada saat anda klik tanda tangan yang telah tersedia maka kursor
anda akan berubah menjadi gambar pensil/bolpoin dan silahkan drag pada
file dokumen anda. (Catatan: pastikan pada saat drag kursor pas dengan uku-
rannya, lihat Gambar 12)

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

26 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
tandatangan elektronik

Gambar 11 Gambar 12

10.Anda akan melihat hasil akhir dari tanda tangan digital anda. Untuk gambar
13 merupakan hasil akhir dari angka 7, gambar 7 yang mana kita mencen-
tang semua informasi text yang akan kita tampilkan pada tanda tangan digital
kita. Sedangkan untuk gambar 14, semua informasi text tidak perlu di centang
cukup menampilkan gambar tanda tangannya saja (Catatan: terserah selera
anda sekalian mana yang lebih enak dilihat).

Gambar 13 Gambar 14

11.Baik pada gambar 13 dan gambar 14, anda akan melihat simbol centang dan
bolpoint, silahkan klik symbol tersebut untuk memunculkan informasi tanda
tangan, dan dilihat dari gambar 15 pada Additional Information terlihat infor-
masi yang sama dengan apa yang telah kita buat sebagaimana pada langkah
sebelumnya yaitu langkah 6. (gambar 6).

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 27


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
tandatangan elektronik
Gambar 15 Gambar 16

Silahkan klik View Certificate untuk memunculkan Digital ID anda sebagaimana


gambar 16 dan silahkan cocokkan dengan gambar 5.

Kesimpulan
Pembuatan tanda tangan digital sebagaimana telah saya kemukakan diatas
sangat mudah jika kita terbiasa untuk melakukannya, namun yang perlu
diperhatikan pastikan anda selalu ingat di komputer/laptop mana saja yang
telah install software Nitro PDF dan software tersebut telah di setting untuk bisa
membuat tanda tangan digital anda karena jika anda lupa maka orang yang
tidak berhak dapat menggunakan tanda tangan digital anda (Software Nitro
PDF yang saya gunakan tidak menyedia fasilitas password saat membuat tanda
tangan digital, namun untuk Acrobat Professional atau software lainnya mungkin
menyediakannya).
Semoga bermanfaat

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

28 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Sistem Manajemen
Mutu Barang/Jasa
(Semut Baja)| ISO 9001:2015
tandatangan elektronik

SISTEM MANAJEMEN MUTU BARANG / JASA ( SEMUT BAJA) ISO 9001:2015


Oleh : Aisyah Baranyanan - Proyek Perubahan Kab. Halmahera Selatan

A. Latar Belakang
Sebagai Organisasi perangkat daerah (OPD) yang baru terbentuk, Bagian
Pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa (BPPBJ) Sekretariat Daerah Kabupaten
Halmahera Selatan dalam penataan organisasi masih terkesan belum efektif
sehingga kwalitas dan mutu pekerjaan belum maksimal, selain karena tenaga ahli
PBJ yang belum mencukupi dan masih ada keadaan rangkap jabatan yang sering
mengakibatkan tumpang tindih pekerjaan maka BPPBJ Sekretariat Daerah
Kabupaten Halmahera Selatan perlu menerapkan suatu “Sistem Manajemen Mutu
Barang / Jasa (SEMUT BAJA) ISO 9001:2015 untuk mengatur tata cara pelayanan
pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa sekretariat Daerah Kabupaten Halmahera
Selatan sesuai standar internasional.

B. Maksud Dan Tujuan


Maksud dan Tujuan pelaksanaan Laporan Proyek Perubahan Sistem Manajemem
mutu (Semut Baja) ISO 9001:2015, yaitu:

JANGKA PENDEK
TERIMPLEMENTASINYA SISTEM MANAJEMEN MUTU BARANG/JASA ISO
9001:2015 DI BAGIAN PENGELOLAAN PENGADAAN BARANG/JASA KAB.
HALMAHERA SELATAN

JANGKA MENENGAH
TERSERTIFIKASINYA BAGIAN PENGELOLAAN PENGADAAN BARANG
DAN JASA BERBASIS SISTEM MANAJEMEN MUTU
ISO 9001: 2015

JANGKA PANJANG
TERTERAPKANNYA SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2015 DI
SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN HALMAHERA SELATAN

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 29


Manajemen
Pengadaan
SISTEM MANAJEMEN MUTU BARANG DAN JASA (SEMUT BAJA) 1
& Hukum
ISO 9001 : 2015
C. Manfaat
Manfaat yang didapat dengan penerapan Sistem Manajemen mutu sesuai SNI ISO
9001:2015 berdsarkan tujuannya, yakni, meliputi:

BAGI MASYARAKAT
Masyarakat (Penerima jasa) mendapatkan pelayanan berstandar
internasional.

BAGI PEMERINTAH

SEMUT BAJA ISO 9001:2015


Membantu Mewujudkan Good Government
Tata kelola Pemerintahan Daerah berstandar Intenasional SEMUT BAJA
ISO 9001:2015

BAGI ORGANISASI
Tata kelola sistem pelayanan pengadaan Barang dan jasa di BPPBJ lebih
Efisien dan efektif

Secara pribadi manfaat yang diperoleh dari Proyek Perubahan Sistem Manajemen
mutu (Semut Baja) ISO 9001:2015, antaralain meliputi:
1) Mampu bekerja melibatkan diri dan mempengaruhi pemangku kepentingan untuk
ikut terlibat mensuskseskan proyek perubahan Sistem Manajemen Mutu Barang
/ jasa (SEMUT BAJA) sesuai ISO 9001:2015.
2) Dapat menjadi bahan referensi penyusunan Dokumen sistem Manajemen Mutu
sesuai ISO 9001:2015 pada organisasi lainnya.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari kegiatan sistem manajemen mutu meliputi:
1. Pembentukan tim efektif
2. Workshop Sistem Manajemen Mutu barang/jasa ISO 9001: 2015
3. Pendampingan dalam pembuatan Dokumen Panduan Mutu
4. Implementasi Sistem Manajemen Mutu barang/jasa ISO 9001: 2015
5. Pelatihan auditor
6. Pembentukan Tim Auditor
7. Pelaksanaan Audit
8. Sertifikasi

SISTEM MANAJEMEN MUTU BARANG DAN JASA (SEMUT BAJA) 2


ISO 9001 : 2015

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

30 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
E. Mengidentifikasi Stakeholder
Masing Masing stakeholders dapat digambarkan sebagai berikut
KABAG PPBJ SEKRETARIS DAERAH
INTERNAL

EKSTERNAL
SUBAG INFORMASI, PELAYANAN NARASUMBER
DAN PENGADUAN AUDITOR EKSTERNAL
SUBAG EVALUASI DAN SKPD
PELAPORAN
MASYARAKAT PENERIMA JASA
SUBAG PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN
STAF

F. Peta Stakeholder
Secara garis besar Peta stakeholder dapat digambarkan sebagai berikut:

•LATENS •PROMOTORS

SEKRETARIS DAERAH
KABAG DAN
NARASUMBER
AUDITOR
KASUBAG PPBJ

STAF SKPD DAN


MSAYARAKAT
(Penerima jasa)
•APATHETICS •DEFENDERS

G. Pontensi Penghambat
Potensi Penghambat tersebut meliputi;
 Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2015
 Aparat yang malas melakukan pelayanan secara optimal
 Ragu atas komitment bersama dalam menerapkan Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2015

SISTEM MANAJEMEN MUTU BARANG DAN JASA (SEMUT BAJA) 3


ISO 9001 : 2015

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 31


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
H. Langkah Antisipasi
Langkah langkah antisipasi yang dilakukan untuk menghambat potensi yang
merugikan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisasi manfaat Pelayanan berbasis Sistem Manajemen Mutu
Barang dan jasa (Semut Baja) berstandar ISO 9001:2015
2. Menanamkan rasa percaya diri semua pihak untuk menerapkan Sistem

SEMUT BAJA ISO 9001:2015


Manajemen Mutu Barang dan jasa (Semut Baja) berstandar ISO 9001:2015
3. Melakukan pelatihan dan bimbingan teknis dokumen Sistem Manajemen Mutu
Barang dan jasa (Semut Baja) berstandar ISO 9001:2015

I. Sistem Manajemen Mutu (Quality Manajemen System) ISO 9001: 2015

SISTEM MANAJEMEN MUTU BARANG DAN JASA (SEMUT BAJA) 4


ISO 9001 : 2015

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

32 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
J. DIAGRAM ISO 9001:2015

K. 10 Langkah SMM untuk memperoleh SERTIFIKASI ISO 9001:2015

SISTEM MANAJEMEN MUTU BARANG DAN JASA (SEMUT BAJA) 5


ISO 9001 : 2015

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 33


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
L. Waktu pelaksanaan SMM dan biaya yang diperlukan

M. Dokumen Yang Disiapkan


Dalam Sistem Manajemen Mutu perlu disiapkan:
1. PM :Panduan Mutu / Rencana Implementatif pengelolaan pengadaan
Barang/Jasa
2. PR : Prosedur – prosedur pengelolaan pengadaan Barang/Jasa
3. IK : Instruksi Kerja* (bila ada) pengelolaan pengadaan Barang/Jasa
4. FR : Formulir – formulir pengelolaan pengadaan Barang/Jasa
5. DP : Dokumen pendukung pengelolaan pengadaan Barang/Jasa

SISTEM MANAJEMEN MUTU BARANG DAN JASA (SEMUT BAJA) 6


ISO 9001 : 2015

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

34 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
SOURCING vs
PURCHASING oleh : Sonny Sumarsono, PMP

K egiatan membeli barang/jasa dilakukan oleh hampir semua organisasi


pemerintah, swasta maupun lembaga non-profit. Namun cara mereka
melakukan kegiatan pengadaan dapat berbeda-beda. Dalam tulisan ini akan
disampaikan dua cara melakukan pengadaan barang/jasa.
Pengadaan secara tradisional biasanya dilakukan dengan cara menetapkan
apa yang akan dibeli lalu mencari penyedia yang dapat mensuplai barang/
jasa dengan harga terendah. Namun belakangan ini berkembang cara inovatif
dalam pengadaan yang dapat menciptakan nilai tambah bagi organisasi pembeli
melalui kolaborasi yang lebih efektif. Teknik ini sering dikenal dengan istilah
strategic sourcing.
Perbedaan utama strategic sourcing dengan pengadaan secara tradisional
terletak pada upaya organisasi pembeli membangun hubungan saling
menguntungkan jangka panjang dengan penyedia yang bisa diandalkan.
Tujuan utama strategic sourcing adalah dengan meningkatkan pola transaksi
pembelian menjadi kegiatan yang lebih strategis untuk mengoptimalkan
kemampuan pembeli dan penjual sehingga tercipta kemitraan jangka panjang
yang menciptakan efisiensi dan nilai tambah bagi semua pihak.
Berikut ini beberapa perbedaan mendasar antara strategic soucing dengan
pengadaan secara tradisional:
Dari aspek biaya, strategic sourcing fokus tidak hanya pada biaya jangka
pendek tetapi juga biaya jangka panjang (total cost of ownership).
Pengadaan tradisional hanya mencari diskon dari volume pengadaan yang
besar, sementara strategic sourcing berupaya meningkatkan kualitas barang/jasa
dengan biaya yang seoptimal mungkin.
Strategic sourcing biasanya mencoba mencari alternatif penyedia baru secara
global sementara pengadaan tradisional hanya mengandalkan penyedia yang
sudah dikenal.

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 35


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Prosedur dalam pengadaan tradisional hanya menetapkan apa yang ingin
dibeli dan mencari penyedia terbaik, sementara strategic sourcing secara aktif
mencari penawaran terbaik dari aspek biaya dan kualitas.
Pengadaan tradisional hanya mengandalkan tertib administrasi dan
ketrampilan negosiasi harga, sementara strategic sourcing memerlukan
ketrampilan dalam membangun kolaborasi untuk mendapatkan kemitraan yang
bersifat jangka panjang.
Pengadaan tradisional hanya fokus pada menjalankan prosedur dengan baik
(doing the things right), sementara strategic sourcing akan selalu mencari cara
yang lebih baik untuk hasil yang maksimal (doing the right things).
Pengadaan tradisional akan melakukan perbaikan jika ada kesalahan,
sementara strategic sourcing akan secara aktif menghindari terjadinya kesalahan.
Pertanyaannya kapankah kita merasa perlu untuk melakukan strategic sourcing
untuk menggantikan cara pengadaan tradisional? Paling tidak saat kita merasa
bahwa peran pengadaan barang/jasa sangat besar terhadap keberhasilan tujuan
organisasi kita, misalnya saat kita berada di organisasi yang nilai pengadaan
sangat besar, atau saat kita melihat peluang untuk meningkatkan nilai tambah
melalui fungsi pengadaan.
Selamat mencoba.

Sonny Sumarsono, PMP


ADW Consulting | Managing Partner
Email: sonnys@adw.co.id | Mobile: +62 811 818 695
PT. Anggada Duta Wisesa
Graha ADW, Wijaya Graha Puri | Blok H-33 | Jalan Wijaya II | Jakarta 12160 -
Tel: +62 21 7202 630 | Fax: +62 21 7279 3989

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

36 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
PEKERJAAN UTAMA
DAN PENUNJANG KAITAN
DENGAN SUBKONTRAK
oleh : I Made Heriyana

P PK menetapkan Pekerjaan Utama dan Pekerjaan


Penunjang (Lampiran Permen PU Nomer 31/Prt/M/2015)
untuk kebutuhan penyusunan dokumen pengadaan dan
Pokja Menetapkan Pekerjaan utama dan pekerjaan penunjang
tersebut dalam Dokumen pengadaan (Pasal 17 ayat 2 huruf
b)” Pokja menetapkan dokumen pengadaan.
Kaitan nya dengan kewajiban subkontrak adalah “Bagian
pekerjaan yang disubkontrakkan, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
dalam Dokumen Pengadaan meliputi:
Sebagian pekerjaan utama disubkontrakkan kepada penyedia jasa spesialis;
• Penawaran di atas Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) sampai
dengan Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mensubkontrakkan
sebagian pekerjaan yang bukan pekerjaan utama kepada sub penyedia jasa
Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil; dan/atau
• Penawaran di atas Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mensub-
kontrakkan sebagian pekerjaan yang bukan pekerjaan utama kepada sub
penyedia jasa Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil dan dalam
penawarannya sudah menominasikan sub penyedia jasa dari lokasi peker-
jaan setempat, kecuali tidak tersedia sub penyedia jasa yang dimaksud.
Dengan cara memilih perkerjaan yang disubkontaakan sesuai yang
tercantum dalam lembar Data Pemilihan (LDP).
Dalam hal subkontrak ada dua subkontrak yang dikenal yaitu subkontrak
spesialis (Pekerjaan utama)dan non spesialis (bukan pekerjaan utama).

PPK menetapkan pekerjaan subkontrak


Subkontrak merupakan bagian dari tugas pokok PPK pasal 11 ayat 1 yaitu
PPK menetapkan rancangan Kontrak. Subkontrak wajib sudah di rancang pada
rancangan kontrak, apabila dalam paket pekerjaannya PPK ingin menentukan
bagian pekerjaan yang akan disubkontrakan. Hal ini dikarenakan PPK wajib
mengetahui pekerjaan yang akan disubkontrakan pada pelaksanaan pekerjaan
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 37


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
nanti termasuk sanksi sanksi apabila penyedia melanggar ketentuan subkontrak.
Pada lampiran Permen PU Nomer 31/PRT/M/2015 sangat jelas diatur sanksi
sanksi tersebut yaitu :
Sanksi kepada penyedia apabila melanggar ketentuan mengenai subkontrak:
• Apabila sebagai pelaksana konstruksi, Penyedia Usaha Mikro, Usaha Kecil
dan koperasi kecil mensubkontrakkan pekerjaan,maka akan dikenakan denda
……………..[ketentuan ini untuk nilai paket di bawah Rp 2.500.000.000, dengan
mengisi didenda senilai pekerjaan yang dikontrakkan kepada pihak lain atau
sesuai ketentuan peraturan yang berlaku, misalnya didenda senilai pekerjaan
yang akan disubkontrakkan yang dicantumkan dalam dokumen penawaran]
• Apabila sebagai pelaksana konstruksi, Penyedia bukan Usaha Mikro, Usaha
Kecil dan koperasi kecil yang tidak mensubkontrakkan pekerjaan,maka
akan dikenakan denda ……………..[ketentuan ini untuk nilai paket di atas Rp
25.000.000.000, dengan mengisi di denda senilai pekerjaan yang akan disub-
kontrakkan yang dicantumkan dalam dokumen penawaran atau sesuai keten-
tuan peraturan yang berlaku, misalnya didenda senilai pekerjaan yang akan
disubkontrakkan yang dicantumkan dalam dokumen penawaran]
• Apabila sebagai pelaksana konstruksi, Penyedia bukan Usaha Mikro, Usaha
Kecil dan koperasi kecil yang mensubkontrakkan pekerjaan utama,maka
akan dikenakan denda ……………[ketentuan ini untuk nilai paket di atas Rp
25.000.000.000, dengan mengisi didenda senilai pekerjaan utama yang disub-
kontrakkan atau sesuai ketentuan peraturan yang berlaku, misalnya didenda
senilai pekerjaan utama yang disubkontrakkan]
Hal yang wajib diketahui PPK dalam menentukan pekerjaan subkontrak adalah
PPK wajib menentukannya berdasarkan dari pekerjaan utama atau pekerjaan
penunjang yang mana nantinya akan dituangkan dan ditetapkan dalam dokumen
pengadaan oleh Pokja yaitu :
• Dalam hal menetapkan bagian pekerjaan yang akan diiberikan kepada pe-
nyedia jasa spesialis, maka PPK menentukannya dari bagian pekerjaan utama
yaitu menetapkan sebagaian pekerjaan utama kepada penyedia spesialis Con-
toh pekerjaan baja dll
• Dalam hal menetapkan bagian pekerjaan yang bukan utama pada UMKM
maka, PPK menetapkannya dari pekerjaan penunjang. Contoh pekerjaan
pemasangan lantai dll
Dalam hal nilai HPS pekerjaan sampai dengan 50 M atau nilai tidak terbatas,
peserta wajib melakukan subkontrak yang sudah ditentukan dalam LDP
(dokumen pengadaan) dengan kriteria :
1. apabila Nilai HPS sampai dengan 50 M, dan peserta menawar diatas 25M,
maka wajib mensubkontrakan dengan memilih pekerjaan subkontrak yang su-
dah ditentukan dalam LDP. Ketentuan tidak memilih subkontrak yang sudah
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

38 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
ditetapkan dalam dokumen pengadaan menggugurkan penawaran dan atau
apabila semua pekerjaan subkontrak yang sudah ditetapkan dalam dokumen
pengadaan dipilih oleh penyedia (bukan pekerjaan utama), maka kewajiban
peserta adalah mensubkontrakannya semua kepada UMKM.
Ketentuan evaluasi dalam hal subkon sampai dengan 50 M adalah, peserta
hanya memilih dan mencantumkan nama pekerjaan yang dipilih tanpa meminta
legalitas perusahaan yang melaksanakan subkon.
2. apabila Nilai HPS 50 M sampai tak terbatas , dan peserta menawar diatas 50
M, maka wajib mensubkontrakan dengan memilih pekerjaan subkontrak yang
sudah ditentukan dalam LDP. Ketentuan tidak memilih subkontrak yang sudah
ditetapkan dalam dokumen pengadaan menggugurkan penawaran dan atau
apabila semua pekerjaan subkontrak yang sudah ditetapkan dalam dokumen
pengadaan dipilih oleh penyed]ia (bukan pekerjaan utama), maka kewajiban
peserta adalah mensubkontrakannya semua kepada UMKM. Ketentuan evalu-
asi dalam hal subkon penawaran diatas 50 M adalah, peserta hanya memilih
dan mencantumkan nama pekerjaan serta nama perusahaan yang akan melak-
sanakan subkon , termasuk legalitas perusahaan yang melaksanakan subkon.
3. apabila PPK tidak menetapkan pekerjaan subkon baik dari sampai 50 M hing-
ga tak terbatas, dan peserta menawar diatas 25 M, maka peserta wajib me-
nentukan pekerjaan subkonnya sendiri. Peserta yang tidak mensubkontrakan ,
maka penawarannya digugurkan.
Semoga tulisan ini ada manfaatnya

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 39


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Kajian Penerapan Public Private Partnership dalam Rangka
Kajian Penerapan Public Private Partnership
dalam Rangka Penyediaan Listrik di Kabupaten Berau
Penyediaan Listrik di Kabupaten Berau

Betrika Oktaresa1)
1) Program Diploma IV Keuangan Spesialisasi Akuntansi Kurikulum Khusus BPKP,
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan

Abstract - Pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk suatu negara tentu saja sejalan dengan
pertumbuhan kebutuhan energi listriknya. Di Indonesia khususnya, masalah kelistrikan timbul
akibat kebutuhan energi listrik yang meningkat lebih pesat dibandingkan kemampuan PT. PLN
(Persero) untuk memenuhi pasokan listrik yang dibutuhkan. laju pertumbuhan pembangunan
pembangkit listrik yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) berada pada kisaran angka 2,2% per
tahun, artinya jika hanya mengandalkan PT. PLN saja, kecukupan dan pemerataan wilayah untuk
menikmati ketersediaan listrik tidak akan tercapai. Hal inilah yang menjadi latar belakang
diperlukannya pembangunan pembangkit listrik yang dilakukan oleh pihak lain selain PT. PLN
(Persero) terutama di wilayah luar Jawa, khususnya daerah-daerah terpencil. Dalam tulisan ini,
Penulis ingin mengetahui apakah pelaksanaan Public Private Partnership dalam rangka penyediaan
listrik di Kabupaten Berau telah sesuai dengan prinsip Public Private Partnership yang berlaku?
Dan apakah penerapan Public Private Partnership ini dapat menjadi solusi yang tepat mengatasi
permasalahan krisis ketersediaan energi listrik di wilayah Kabupaten Berau?.

Keyword – PPP, PT. IPB, PLTU Lati, Berau

1. Introduction
1.1 Introduction Problem
Pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk suatu negara tentu saja sejalan dengan pertumbuhan
kebutuhan energi listriknya. Di Indonesia khususnya, masalah kelistrikan timbul akibat kebutuhan
energi listrik yang meningkat lebih pesat dibandingkan kemampuan PT. PLN (Persero) untuk
memenuhi pasokan listrik yang dibutuhkan. Pada akhir Desember 2012, total kapasitas terpasang
dan jumlah unit pembangkit PLN (Holding dan Anak Perusahaan) mencapai 32.901,48 MW dan
5.048 unit, dengan 25.787,45 MW (78,38%) berada di Jawa. Total kapasitas terpasang meningkat
12,41% dibandingkan dengan akhir Desember 2011. Prosentase kapasitas terpasang per jenis
pembangkit sebagai berikut : PLTU 14.446 MW (43,91%), PLTGU 8.814 MW (26,79%), PLTD
2.599 MW (7,90%), PLTA 3.516 MW (10,68%), PLTG 2.973 MW (9,04%), dan PLTP 548 MW
(1,67%) (Statistik PLN 2012, 2013). Dengan jumlah penduduk pada tahun 2012 sebanyak

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

40 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
251.857.940 jiwa, maka rasio ketersediaan kapasitas listrik dengan jumlah penduduk adalah 130,64
Watt/penduduk. Hal ini menggambarkan bahwa ketersediaan listrik masih belum mencukupi dan
penyebarannya belum merata ke seluruh wilayah Indonesia. Akibatnya, terjadi pemadaman bergilir
dimana-mana dan masih terdapat beberapa daerah di Indonesia yang belum mendapatkan
kesempatan untuk dialiri listrik. Pada kenyataannya, laju pertumbuhan pembangunan pembangkit
listrik yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) berada pada kisaran angka 2,2% per tahun, artinya
jika hanya mengandalkan PT. PLN saja, kecukupan dan pemerataan wilayah untuk menikmati
ketersediaan listrik tidak akan tercapai.
Hal inilah yang menjadi latar belakang diperlukannya pembangunan pembangkit listrik yang
dilakukan oleh pihak lain selain PT. PLN (Persero) terutama di wilayah luar Jawa, khususnya
daerah-daerah terpencil. Atas dasar itulah sebagai Pembangkit Listrik berskala kecil dan
mempergunakan bahan bakar batubara yang cukup murah, PLTU Lati dapat menjadi alternatif
terbaik untuk mengatasi problem kelistrikan.
PT. Indo Pusaka Berau (PT. IPB) adalah perusahaan joint venture yang didirikan oleh Konsorsium
Indo Pusaka Berau yang terdiri dari 3 (tiga) anggota konsorsium yaitu PT. Indonesia Power dengan
keahlian dan pengalaman membangun dan mengoperasikan pembangkit listrik, Pemerintah
Kabupaten Berau yang bertanggung jawab terhadap perijinan, lokasi lahan dan penyediaan batu
bara dan PT. Pusaka Jaya Baru (Perwakilan Shandong Machinery I & E Group Co) bekerjasama
dengan pabrik mesin yang melakukan instalasi PLTU. Konsorsium tersebut dibentuk dengan nama
Konsorsium Indo Pusaka Berau sesuai Surat Perjanjian Konsorsium tanggal 23 Desember 2002
dalam rangka pembangunan PLTU Lati (2 x 7 MW) di Tanjung Redeb. Kabupaten Berau,
Kalimantan Timur.
1.2 Research Question
Dalam tulisan ini, penulis ingin melakukan kajian tentang penerapan Public Private Partnership
dalam rangka penyediaan listrik di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Penulis ingin
mengetahui apakah pelaksanaan Public Private Partnership dalam rangka penyediaan listrik di
Kabupaten Berau telah sesuai dengan prinsip Public Private Partnership yang berlaku? dan apakah
penerapan Public Private Partnership ini dapat menjadi solusi yang tepat mengatasi permasalahan
krisis ketersediaan energi listrik di wilayah Kabupaten Berau?.
1.3 Literature Review
Kerjasama Pemerintah dan Swasta atau Public Private Partnership (PPP) dapat diterjemahkan
sebagai perjanjian kontrak antara swasta dan pemerintah, yang keduanya bergabung dalam sebuah
kerjasama untuk menggunakan keahlian dan kemampuan masing-masing untuk meningkatkan
pelayanan kepada publik. Kerjasama tersebut dibentuk untuk menyediakan kualitas pelayanan

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 41


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
terbaik dengan biaya yang optimal untuk publik (America’s National Council on Public Private
Partnership, 2000).
Sementara, World Bank mendefinisikan PPP sebagai kesepakatan antara pemerintah dan pihak
swasta dimana pihak swasta menyediakan aset, layanan atau keduanya dengan imbalan pembayaran
yang bersifat jangka panjang serta disesuaikan dengan karakteristik dari output yang dihasilkan.
PPP yang efektif menyadari bahwa sektor publik dan swasta masing-masing memiliki keunggulan
tertentu, relatif terhadap yang lain, dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu. Kontribusi
pemerintah ke PPP dapat berupa modal untuk investasi (tersedia melalui penerimaan pajak), sebuah
pengalihan aset, atau komitmen lain atau kontribusi lainnya. Pemerintah juga memberikan
tanggung jawab sosial, kesadaran lingkungan, pengetahuan lokal, dan kemampuan untuk
memobilisasi dukungan politik. Peran sektor swasta dalamkemitraan adalah untuk memanfaatkan
keahlian dalam perdagangan, manajemen, operasional, dan inovasi untuk menjalankan bisnis secara
efisien. Mitra swasta juga dapat berkontribusi modal investasi tergantung pada bentuk kontraknya.
(Asian Development Bank, 2008).
Melalui perjanjian kontrak kerjasama ini aset-aset dan keahlian kedua belah pihak disumbangkan
untuk melayani kepentingan umum dan fasilitas-fasilitas pihak membagi risiko dan keuntungan
pada setiap sektor yang dikerjasamakan. Pihak swasta memainkan peran memperbaiki (to
renovate), membangun (to construct), mengoperasikan (to operate), memelihara (to maintain)
dan/atau mengelola sebagian atau seluruh fasilitas atau sistem yang menyediakan pelayanan umum.
Tujuan kerjasama pemerintah dan swasta dalam penyediaan infrastruktur adalah efisiensi pelayanan
fasilitas umum. Untuk meyakinkan masyarakat maka ada fungsi monitoring atau pengawasan
terhadap ketetapan-ketetapan perjanjian/kontrak kerjasama dan pengoperasiannya. Dengan
demikian, harapannya adalah bahwa semua pihak baik pemerintah, swasta, dan masyarakat
mendapat keuntungan (manfaat).
Bentuk-bentuk kerjasama Public Private Partnership (PPP) (ncppp.org, 2000) adalah :
a. Build-Operate-Transfer (BOT) atau Build-Transfer-Operate (BTO)
Bentuk ini merupakan bentuk kerjasama PPP dimana pihak swasta membangun fasilitas
sesuai dengan perjanjian tertentu dengan pemerintah, mengoperasikan selama periode
tertentu berdasarkan kontrak, dan kemudian mengembalikan fasilitas tersebut kepada
pemerintah. Pada banyak kasus yang lain, swasta selalu menyediakan sebagian atau seluruh
dana pembiayaan pembangunannya sehingga pada periode kontrak harus sesuai dengan
perhitungan dalam pengembalian investasi melalui pengguna fasilitas tersebut. Pada akhir
kontrak, pihak pemerintah dapat menilai tanggung jawab pengoperasian, memperpanjang
masa kontrak dengan pihak yang sama, atau mencari pihak (swasta) baru sebagai mitra
untuk mengoperasikan atau memelihara. BTO hampir sama dengan BOT. Perbedaannya
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

42 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
terletak pada waktu pengembalian atau penyerahan fasilitas. Kalau BOT dari pihak swasta
mengembalikan setelah memiliki dalam jangka waktu tertentu, sebaliknya, pada BTO, pihak
swasta menyerahkan fasilitas kepada pemerintah setelah proyek pembangunan selesai.
b. Build-Own-Operate (BOO)
BOO merupakan bentuk kerjasama PPP dimana konstraktor swasta membangun dan
mengoperasikan fasilitas tanpa harus mengembalikan kepemilikan kepada pemerintah.
Dengan kata lain, dari pemerintah menyerahkan hak dan tanggung jawabnya atas suatu
prasarana pemerintah kepada pihak swasta untuk membiayai, membangun, memiliki dan
mengoperasikan suatu prasarana publik baru tersebut selama-lamanya. Transaksi BOO
dapat berstatus bebas pajak apabila semua persyaratan kantor pajak terpenuhi.
c. Buy-Build-Operate (BBO)
BBO merupakan sebuah bentuk penjualan aset yang mencakup proses rehabilitasi atau
pengembangan dari fasilitas yang sudah ada. Pemerintah menjual aset kepada swasta dan
kemudian swasta melakukan upaya peningkatan yang dibutuhkan fasilitas tersebut untuk
menghasilkan keuntungan dengan mekanisme yang menguntungkan pula.
d. Contract Services
1) Operations and Maintanance
Pemerintah (pemerintah negara bagian, badan-badan/instansi pemerintah lokal)
melakukan kontrak/perjanjian kerjasama dengan swasta untuk menyediakan
dan/atau memelihara jasa atau layanan tertentu. Berdasarkan pada pilihan operasi
dan pemeliharaan yang telah diberikan kepada swasta, pemerintah mempertahankan
kepemilikan dan seluruh manajemen fasilitas umum atau sistem.
2) Operations, Maintanance, Management
Pemerintah melakukan kontak kerjasama dengan swasta untuk mengoperasikan,
memelihara, dan mengelola fasilitas atau sistem untuk meningkatkan pelayanan.
Berdasarkan kontrak/perjanjian ini, pemerintah mempertahankan kepemilikan tetapi
pihak swasta boleh menginvestasikan modalnya pada fasilitas atau sistem tersebut.
Swasta manapun sangat berhati-hati dalam memperhitungkan investasi pada setiap
kerjasama dengan operasional yang efisien dan tabungan selama waktu kontrak.
Dengan kontrak yang rata-rata lebih lama, pihak swasta memiliki kesempatan besar
untuk memperoleh keuntungan dan pengembalian yang sesuai. Pemerintah di
Amerika Serikat biasanya menggunakan bentuk kerjasama ini untuk pelayanan
perawatan sampah cair.

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 43


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
e. Design-Build (DB)
DB merupakan bentuk kerjasama dimana pihak swasta menyediakan desain dan
membangun sesuai desain proyek yang memenuhi persyaratan yang standard dan kinerja
yang dibutuhkan yang ditetapkan oleh pemerintah. Bentuk kerjasama ini dapat menghemat
waktu, dana, jaminan yang lebih jelas, dan membebankan risiko tambahan kepada swasta.
Selain itu bentuk ini juga dapat mengurangi konflik karena pembagian tanggung jawab yang
jelas dan sederhana.
f. Design-Build-Maintain (DBM)
Bentuk DBM merupakan bentuk kerjasama yang hampir sama dengan DB dengan
pengecualian pada pemeliharaan fasilitasnya selama beberapa waktu dalam perjanjian
menjadi tanggung jawab pihak swasta. Keuntungan juga hampir sama dengan DB dengan
risiko selama pemeliharaan dibebankan kepada mitra swasta ditambah dengan garansi
selama periode pemeliharaan juga oleh swasta.
g. Design-Build-Operate (DBO)
DBO merupakan bentuk kerjasama dimana kontrak tunggal diberikan untuk mendesain,
membangun, dan mengoperasikan. Kepemilikan fasilitas dipertahankan untuk sektor public
kecuali jika proyek tersebut berupa design-build-operate-transfer atau design-buil-own-
operate. Metode kontrak kerjasama ini sangat berbeda dengan pendekatan yang biasanya
digunakan di Amerika Serikat. Metode ini melibatkan satu kontrak dengan seorang arsitek
atau insinyur, diikuti dengan kontrak yang berbeda dengan pemborong, kemudian diikuti
pengambil-alihan oleh pemilik dan mengoperasikannya.
h. Concession
Konsesi memberikan peluang tanggung jawab yang lebih besar kepada pihak swasta tidak
hanya untuk mengoperasikan dan memelihara aset tersebut namun juga berinvestasi.
Kepemilikan aset masih berada ditangan pemerintah, tetapi keseluruhan hak guna berada
ditangan private hingga berakhirnya kontak (biasanya 25 – 30 tahun). Konsesi biasanya
ditawarkan melalui lelang dengan penawaran terendah akan keluar sebagai pemenang.
Konsesi diatur dengan kontrak yang mencakup kondisi seperti target kinerja (kualitas),
standard kinerja, perjanjian investasi modal, mekanisme penyelarasan tarif, dan
penyelesaian arbritase atau peselisihan yang berpotensi muncul. Keuntungan bentuk konsesi
adalah seluruh pengelolaan dan investasi dilakukan oleh private untuk tujuan efisiensi.
Konsesi sesuai untuk menarik investasi dalam skala besar.
i. Enhanced Use Leasing (EUL)
EUL di Amerika merupakan pengelolaan aset-aset pada Departemen Urusan Veteran
(Veterans Affairs-VA) yang meliputi beberapa perjanjian sewa-menyewa (seperti lease-
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

44 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
develop-operate, build-develop-operate). EUL juga memungkinkan pada departemen ini
mengontrol sewa properti dalam jangka panjang dengan pihak swasta atau instansi
pemerintah untuk keperluan di luar Departemen Urusan Veteran.
j. Lease-Develop-Operate (LDO) atau Build-Develop-Operate (BDO)
LDO atau BDO merupakan kerjasama swasta menyewa atau membeli prasarana publik dari
pemerintah, dan mengembangkannya serta melengkapinya, lalu mengoperasikan
berdasarkan kontrak dalam waktu tertentu. Selama kontrak berlangsung, pihak swasta dapat
mengembangkan prasarana yang ada dan mengoperasikannya sesuai dengan perjanjian
kontrak.
k. Lease/Purchase
Bentuk kerjasama ini terjadi ketika pemerintah membuat kontrak dengan swasta untuk
merancang dan membiayai serta membangun prasarana publik, tetapi setelah selesai
dibangun prasarana tersebut menjadi milik pemerintah. Lalu pihak swasta tersebut menyewa
prasarana tersebut kepada pemerintah untuk dioperasikan dalam periode waktu tersebut
sesuai dengan perjanjian. Berdasarkan perjanjian ini pengoperasian fasilitas dapat dilakukan
oleh kedua belah pihak (pemerintah-swasta) selama masa sewa. Lease/purchase sudah
digunakan pada General Service Administration pada pembangunan gedung kantor
pemerintah negara bagian dan pembangun gedung-gedung penjara di Amerika Serikat.
l. Sale/Leaseback Sale/leaseback
merupakan bentuk kerjasama pengaturan keuangan dimana pemilik fasilitas menjual kepada
pihak lain, dan setelah itu menyewa kembali dari pemilik baru tersebut. Baik pemerintah
maupun swasta dibolehkan ikut masuk di dalam pengaturan sale/leaseback meskipun
dengan banyak pertimbangan. Inovasi penggunaan bentuk kerjasama ini adalah penjualan
fasilitas umum kepada sektor publik atau perusahaan swasta dengan pertimbangan
pembatasan kewajiban dari pemerintah. Berdasarkan dari kesepakatan tersebut, pemerintah
yang menjual fasilitas menyewanya kembali dan melanjutkan pengoperasiannya.
m. Tax-Exempt Lease
Pihak pemerintah membiayai aset modal atau fasilitas dengan meminjam dana dari investor
swasta atau lembaga keuangan. Pihak swasta umumnya memperoleh hak atas aset, tapi
kemudian ditransfer ke pemerintah baik pada awal atau akhir masa sewa. Bagian dari
pembayaran sewa yang digunakan untuk membayar bunga atas modal investasi bebas pajak
berdasarkan undang-undang negara bagian dan federal. Sewa bebas pajak telah digunakan
untuk membiayai berbagai aset modal, mulai dari komputer hingga sistem telekomunikasi
dan armada kendaraan kota.

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 45


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
n. Turn-key
merupakan bentuk kerjasama dimana pemerintah membiyai suatu proyek dan pihak swasta
melaksanakan perancangan, pembangunan dan pengoperasian dalam waktu yang telah
disepakati bersama. Persyaratan standard dan untuk Kinerja ditetapkan oleh pemerintah dan
kepemilikan tetap ditangan pemerintah.
Bentuk-bentuk kerjasama PPP di atas dapat dibedakan antara satu dengan yang lainnya dengan
kriteria-kriteria sebagai berikut :
1. Kepemilikan aset.
Kepemilikan aset merupakan hak atas kepemilikan terhadap aset yang dikerjasamakan,
apakah aset itu berada ditangan pemerintah atau swasta, selama jangka waktu tertentu.
Semakin besar keterlibatan pihak swasta dalam kepemilikan aset maka akan semakin
menarik minat mereka bekerjasama/berinvestasi. Kepemilikan aset dapat dibedakan apakah
menjadi milik pemerintah, milik swasta, atau milik pemerintah dan swasta (kepemilikan
bersama).
2. Operasional dan pengelolaan aset
Operasional dan pengelolaan aset merupakan kriteria yang mengindentifikasikan
pendelegasian tanggung jawab untuk mengelola aset yang dikerjasamakan selama kurun
waktu tertentu. Pihak yang mengelola berpeluang untuk memperoleh pendapatan dari aset
kerjasama. Operasional dan kepemilikan aset dapat dibedakan menjadi tanggung jawab
pemerintah, swasta, atau tanggung jawab bersama.
3. Investasi modal atau penanam modal
Investasi modal merupakan kriteria berkaitan dengan siapa yang akan menanamkan modal
tersebut pada aset yang akan dikerjasamakan. Investasi modal dapat dibedakan menjadi
investasi pemerintah, swasta, atau investasi dengan modal bersama.
4. Risiko-risiko yang akan terjadi
Risiko komersial merupakan kriteria yang berhubungan siapa yang akan dibebani dengan
risiko-risiko komersial tersebut yang nanti akan muncul selama pembangunan dan
pengelolaan aset yang dikerjasamakan. Risiko komersial yang akan terjadi dapat
dibebankan kepada pemerintah, swasta, atau menjadi beban bersama.
5. Durasi kerjasama
Durasi kerjasama merupakan kriteria yang berkaitan dengan jangka waktu kerjasama yang
disepakati. Semakin lama jangka waktu kerjasama akan memberikan peluang yang lebih
besar bagi pengembalian. Durasi kerjasama dapat dibedakan menjadi jangka pendek, jangka
menengah, atau jangka panjang.

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

46 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Berdasarkan lima kriteria bentuk kerjasama private yang telah dirumuskan, bentuk kerjasama yang
dapat mewakili untuk bahan analisis AHP tahap ketiga adalah kontrak pelayanan (service contract),
kontrak manajemen (management contract), BOO, konsesi (concession), dan BOT.
Tabel Perbandingan Tanggung Jawab Kerjasama

2. Method
Dalam penelitian ilmiah faktor metodologi memegang peranan penting guna mendapatkan data
yang obyektif, valid dan selanjutnya digunakan untuk memecahkan permasalahan yang telah
dirumuskan. Pengertian metode adalah salah satu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan
dengan menggunakan teknik tertentu untuk memperoleh suatu keberhasilan dalam penelitian
dengan menggunakan metodologi yang tepat, istimewa dan berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk
menguji kebenaran sesuatu secara ilmiah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif
adalah mengumpulkan data, menganalisis secara kritis atas data-data tersebut, dan
menyimpulkannya berdasarkan fakta-fakta pada masa penelitian berlangsung atau pada masa
sekarang (Sugiama, 2008:37). Sumber data utama dalam penelitian ini adalah Laporan Tahunan
(Annual Report 2012) PT. Indo Pusaka Berau (IPB) dan dokumen-dokumen lainnya.

3. Results
Dari hasil analitis atas sumber data utama dan data pendukung lainnya, diperoleh hasil sebagai
berikut:
PT. Indo Pusaka Berau adalah perusahaan joint venture yang didirikan oleh Konsorsium Indo
Pusaka Berau yang terdiri dari 3 (tiga) anggota konsorsium yaitu PT. Indonesia Power dengan
keahlian dan pengalaman membangun dan mengoperasikan pembangkit listrik, Pemerintah
Kabupaten Berau yang bertanggung jawab terhadap perijinan, lokasi lahan dan penyediaan batu
bara dan PT. Pusaka Jaya Baru (Perwakilan Shandong Machinery I & E Group Co) bekerjasama
dengan pabrik mesin yang melakukan instalasi PLTU. Komposisi saham terdiri dari: Pemerintah

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 47


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Kabupaten Berau sebanyak 65.113 lembar saham (49%), PT Indonesia Power sebanyak 61.950
lembar saham (47%), dan PT Pusaka Jaya Baru sebanyak 5.310 lembar saham (4%).
PT. Indo Pusaka Berau adalah pelopor dan inovator pembangkit litrik tenaga uap skala kecil yang
menggunakan bahan bakar utama yaitu batu bara dengan kualitas rendah atau Low calorie dalam
pengoprasiannya, sehingga dapat menekan biaya bahan bakar. Sebagai Pembangkit Listrik berskala
kecil dan mempergunakan bahan bakar batubara yang cukup murah, PLTU Lati dapat menjadi
alternatif terbaik untuk mengatasi problem kelistrikan pada daerah-daerah terpencil di seluruh
Indonesia. Saat ini, PT. Indo Pusaka Berau telah menjadi pemasok listrik terbesar di Berau, sebuah
Kabupaten seluas 34,127 kilometer persegi di Kalimantan Timur dan ikut menjadi salah satu
elemen pendukung proses pembangunan di Berau yang telah meraih berbagai penghargaan, baik di
bidang sosial kemasyarakatan dan lingkungan hidup dari Pemerintah Indonesia.
Trend Produksi, Penjualan, dan Pemakaian Sendiri
Realisasi
No Uraian
2010 2011 2012

1 Produksi Bruto 84,495 94,010 100,921

2 Losses Jaringan

- mWH 4,794 6,322 7,055

- Persentase 5.67 5.81 6.99

3 Pemakaian Sendiri

- mWH 11,811 12,860 13,019

- Persentase 13.98 13.68 12.90

4 Total Losses & Pemakaian Sendiri

- mWH 16,605 19,182 20,073

- Persentase 19.65 19.49 19.89

5 Penjualan Energi Listrik 67,889 74,827 80,944

Secara total, volume penjualan listrik sampai dengan bulan Desember 2012 sebanyak 80,944 mWh
lebih dari target yang di targetkan sebanyak 74,262 mWh, atau sebesar 9,00% diatas dari RKAP
2012 dan 8,20% pencapaian diatas relisasi sampai dengan bulan Desember 2011.
Selain data produksi dan penjualan listrik di atas, faktor ketersediaan pembangkit untuk
memproduksi energi listrik merupakan indikator perusahan dalam mewujudkan pelayanan kepada
pelanggan yang dinyatakan dalam Equivalent Availability Factor (EAF). Realisasi Equivalent
Availability Factor (EAF) secara korporat tahun 2012 adalah sebesar 90,11% lebih baik
dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 84,77%.

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

48 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Tabel Ketersediaan Pembangkit Listrik
2010 2011 2012
Uraian
% % %

Equivalent Availability Factor


71.97 84.77 90.11

Kemudian, faktor gangguan mesin pembangkit diukur berdasarkan indikator Equivalent Forced
Outage Rate (EFOR). EFOR menunjukkan tingkat persentase gangguan outage pada periode
operasi, realisasi untuk tahun 2012 mencapai 0,35% lebih baik dari rencana yang di tetapkan
sebesar 4,05% dan realisasi tahun 2011. Data EFOR dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel kejadian Gangguan Pembangkit
2010 2011 2012
Uraian
% % %

Equivalent Forced Outage Rate


0.50 0.46 0.35

4. Discussion
Merujuk pada literature review dan hasil olah data di atas, penulis melakukan analisis terkait
bentuk kerjasama public private partnership yang dilakukan antara Pemerintah Kabupaten Berau
dan PT. Indo Pusaka Berau (PT.IPB) sesuai dengan tipe PPP yang dirancang oleh NCPPP.
Pertama, dari segi kepemilikan atas aset, diketahui bahwa Pemerintah Kabupaten Berau memegang
kepemilikan atas lahan yang digunakan untuk membangun PLTU Lati dan juga memberikan
pasokan batu bara secara gratis sebagai bahan pembangkit PLTU tersebut, Batu bara sebanyak
100.000 ribu metrik ton per tahun tersebut merupakan hasil dari Corporate Social Responsibility
PT Berau Coal yang berlangsung sampai dengan tahun 2025 kepada Pemerintah Kabupaten Berau
yang kemudian dialihkan oleh Pemkab Berau ke PLTU Lati. Sedangkan aset berupa konstruksi
PLTU Lati merupakan aset yang kepemilikannya dipegang oleh PT IPB. Dari data di atas, dapat
disimpukan bahwa secara kepemilikan atas aset, dipegang oleh kedua belah pihak (bersama), pihak
pemerintah (public) dan pihak swasta (private). Kedua, dari segi operasional dan pemeliharaan,
secara penuh dilaksanakan oleh PT. IPB (private) selaku pihak yang kompeten dalam hal
pembangunan dan pengoperasian pembangkit listrik. Ketiga, dari segi investasi modal (keuangan),
seluruhnya merupakan tanggung jawab dari PT. IPB (private). Keempat, risiko komersial juga
merupakan tanggung jawab dari PT. IPB (private). Terakhir, dari segi durasi waktu, dalam kontrak
pendirian tidak dibatasi berapa tahun kerjasama tersebut dilaksanakan. Dari lima kriteria di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa tipe/ bentuk kerjasama yang dilakukan terkait pembangunan dan
pengoperasian PLTU Lati tersebut adalah Build-Own-Operate (BOO).
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 49


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Kemudian, penulis juga melakukan analisis tingkat keberhasilan PPP yang dilakukan ini dalam
rangka menjawab permasalahan krisis energi listrik yang terjadi di Wilayah Kabupaten Berau. Dari
data yang diolah oleh penulis, pada tahun 2003 sebelum dibangunnya PLTU Lati, produksi listrik
di Wilayah Kabupaten Berau dihasilkan oleh 10 pembangkit listrik, yaitu PLTD Sambaliung,
PLTD Sewa Kaltimex, ULD Talasayan, ULD Biduk biduk, ULD Batu Putih, ULD Gunung Sari,
ULD Merasa, ULD Tanjung Batu, ULD Pulau Derawan, dan ULD Tubaan. Hasil penjualan energi
listrik di Wilayah Kabupaten Berau pada tahun 2003 tersebut sebanyak 38.326 MWH. Bandingkan
dengan hasil penjualan energi listrik pada tahun 2010 dan 2011 sebanyak 74.933,03 MWH dan
79.567,16 MWH, dimana penjualan energi listrik yang dihasilkan oleh PLTU Lati (PT. IPB) pada
tahun tersebut adalah 67.889,00 dan 74.827,00 MWH atau 90,60% dan 94,04% dari seluruh
penjualan energi listrik di Wilayah Kabupaten Berau. Hal ini menunjukkan bahwa PLTU Lati
merupakan pembangkit listrik yang memiliki peranan yang sangat penting dalam penyediaan energi
listrik di Wilayah Berau. Selain menjadi pemasok listrik terbesar, produksi dan penjualan listrik
PLTU Lati juga terus meningkat, dimana sejak tahun 2010 sampai dengan 2012 terus meningkat
rata-rata sebesar 9,20% per tahun. Jika dilakukan perbandingan, sejak sebelum dibangunnya PLTU
Lati pada tahun 2003 dengan tahun 2012, maka peningkatan produksi dan penjualan energi
listriknya mencapai 211,20% atau lebih dari dua kali lipat dari hasil produksi dan penjualan listrik
di tahun 2003. Peningkatan produksi dan penjualan listrik tersebut juga tidak lepas dari peningkatan
ketersediaan pembangkit listrik yang dilakukan oleh PT. IPB dan terus menurunnya persentase
terjadinya gangguan pembangkit setiap tahunnya. Dari data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa
inisiatif dilakukannya Public Private Partnership dalam rangka penyediaan listrik melalui
pembangunan PLTU Lati tersebut merupakan langkah yang tepat dan efektif mengatasi krisis
ketersediaan listrik di daerah yang sulit dijangkau oleh PT PLN sampai saat ini.
Keberhasilan pelaksanaan PPP di atas, dapat dijabarkan berdasarkan Six Critical Success Factors of
PPPs (Klaus Weirmair et all, 2008) yaitu: Pertama, Sifat Alami dari PPP: Sebuah kemitraan yang
sukses dapat terjadi hanya jika ada komitmen dari "atas". Para pejabat pemerintah harus secara aktif
terlibat dalam mendukung konsep PPP dan akan mengambil peran kepemimpinan dalam
pengembangan kemitraan. Seorang pemimpin politik yang baik dalam memberikan informasi dapat
memainkan peran penting dalam meminimalkan kesalahan persepsi tentang nilai kepada
masyarakat terkait pengembangan kemitraan yang efektif. Hal lain yang tidak kalah penting, harus
ada landasan hukum untuk pelaksanaan setiap kemitraan. Dalam hal kemitraan terkait penyediaan
energi listrik di Kabupaten Berau ini, komitmen dan optimisme yang kuat dari Bupati Berau untuk
mandiri dalam penyediaan listrik di wilayahnya merupakan fondasi awal kesuksesan PPP ini.
Selain itu, pihak Pemerintah Kabupaten Berau secara aktif melakukan pengawasan atas berjalannya
bisnis di PT Indo Pusaka Berau dengan menempatkan perwakilan Pemerintah Kabupaten Berau
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

50 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
menjadi anggota Dewan Komisaris di PT Indo Pusaka Berau. Fungsi pengawasan yang
dilaksanakan anggota Dewan Komisaris Perwakilan Pemkab Berau menunjukkan bahwa pihak
Pemkab turut berperan aktif terkait PPP yang dibentuk.
Kedua, keterlibatan pemerintah: Setelah kemitraan telah didirikan, sektor publik dapat tetap aktif
terlibat dalam proyek atau program tersebut. Pemantauan kinerja kemitraan mungkin menjadi
penting dalam menjamin keberhasilannya. Pemantauan ini dapat dilakukan secara harian,
mingguan, bulanan atau kuartal-an untuk alasan yang berbeda dan aspek masing-masing kemitraan.
Untuk mendapat persetujuan dari Pemegang Saham terkait misalnya penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Perusahaan (RKAP), Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dan Laporan
Tahunan, PT Indo Pusaka Berau akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang di
dalamnya terdapat perwakilan tidak hanya dari PT Indo Pusaka Berau melainkan juga dari
Pemegang Saham lainnya yaitu Pemerintah Kabupaten Berau dan PT Pusaka Jaya Baru. Begitu
juga untuk laporan pertanggungjawaban di akhir tahun, PT Indo Pusaka Berau juga akan menggelar
RUPS untuk mendapatkan persetujuan atas laporan tersebut.
Ketiga, Ukuran dan Waktu. kontrak PPP cenderung merupakan kontrak jangka panjang.
Bagaimanapun, dalam kemitraan ini harus jelas melibatkan produk atau perubahan proyek merujuk
pada siklus hidup proyek. Analisis yang detail sesuai dengan berbagai siklus pengembangan dapat
membantu menentukan kapan keterlibatan pemerintah harus ditingkatkan ataupun dikurangi.
Konsorsium antara ketiga pihak, PT Indo Pusaka Berau, Pemerintah Kabupaten Berau dan PT
Pusaka Jaya Berau merupakan sebuah perikatan kerjasama jangka panjang selama batubara yang
tersedia masih dapat digunakan maka kerja sama tersebut akan tetap berlangsung.
Keempat, Rencana bisnis: mitra harus tahu apa yang bisa mereka harapkan dari kerjasama sebelum
memulai proyek. Sebuah rencana yang dikembangkan dengan hati-hati (sering dilakukan dengan
bantuan seorang ahli luar dalam bidang ini) akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan
kemitraan. Rencana ini paling sering akan mengambil bentuk yang luas, kontrak rinci, jelas
menggambarkan tanggung jawab dari kedua publik dan swasta mitra. Penyusunan Anggaran Dasar
Perusahaan merupakan sebuah bentuk perencanaan awal Perusahaan. Penyusunan Anggaran Dasar
Perusahaan melibatkan seluruh Pemegang Saham karena digelar RUPS terkait penyusunannya.
Kelima, Komunikasi Stakeholder: Lebih banyak orang akan terpengaruh oleh kemitraan dari
sekedar pejabat publik dan pihak swasta. Karyawan yang terkena dampak, bagian dari masyarakat
yang menerima layanan, pers, serikat buruh yang sesuai dan kelompok kepentingan yang relevan,
semua akan memiliki pendapat, dan kadang muncul kesalahpahaman yang signifikan tentang
kemitraan. Penting untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan pemangku kepentingan
untuk meminimalkan resistensi potensial untuk membangun dan mempertahankan kemitraan.
Bentuk komunikasi antara Perusahaan dengan seluruh Stakeholders adalah disusunnya Laporan
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 51


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Tahunan (Annual Report) yang memuat tidak hanya laporan keuangan Perusahaan namun juga
mengungkapkan transparansi Perusahaan terkait pencapaian kinerja Perusahaan dan Tata Kelola
Perusahaan beserta organ yang menjalankannya yaitu Dewan Komisaris dan Direksi serta organ
pendukung lainnya.
Keenam, pengalaman calon mitra merupakan faktor terpenting dalam mengidentifikasi mitra yang
tepat untuk bekerjasama. Dalam hal ini, Penunjukkan PT Indonesia Power sebagai mitra dalam
pembentukan PT. IPB sebagai PPP Penyediaan Energi Listrik, dengan tingginya pengalaman dan
kompetensi PT Indonesia Power di bidang ketenagalistrikan di Indonesia merupakan faktor yang
sangat penting memilih mitra yang tepat.
Dari data-data dan pembahasan di atas, penulis memberikan kesimpulan bahwa penerapan Public
Private Partnership dalam rangka penyediaan energi listrik di Wilayah Kabupaten Berau telah
dilakukan sesuai dengan prinsip yang berlaku dan merupakan langkah yang tepat dan dapat menjadi
solusi yang efektif dalam mengatasi krisis energi listrik yang selama ini terjadi.

5. References
America's National Council on Public Private Partnership. (n.d.). Retrieved from National Council
on Public Private Partnership: http://www.ncppp.org
Asian Development Bank. Public Private Partnership Handbook. Manila.
EAASD World Bank. Public Private Partnership Unit - Lessons for their Design and Use in
Infrastructure.
Hendratna, R. A. (2012). Kemitraan Pemerintah dan Swasta dalam Pembangunan Ruang Terbuka
Hijau di Surabaya.
Menteri Koordinator Bidang Kementerian. (2010). Kerjasama Pemerintah dan Swasta. Panduan
bagi Investor dalam Pembangunan Bidang Infrastruktur .
PT Indo Pusaka Berau. (2013). Annual Report 2012. Annual Report, PT Indo Pusaka Berau, Berau.
Sekretariat Perusahaan PT. PLN (Persero). (2013). Statistik PLN 2012. Laporan Statistik, PT PLN
(Persero), Jakarta.
Vining, A. R., & Boardman, A. E. (2008). Public Private Partnership: Eight Rules for
Governments.
Weiermair, K., Peters, M., & Frehse, J. (2008). Success Factors for Public Private Partnership.
Case in Alpine Tourism Development , 11-13.

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

52 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
KONTRAK LUMPSUM PADA PEKERJAAN
KONSTRUKSI DI INDONESIA
(Berdasarkan FIDIC Conditions of Contract dan Perundangan Terkait)
KONTRAK LUMPSUM PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI
oleh
DI :INDONESIA
Prof. Sarwono Hardjomuljadi
(Berdasarkan FIDIC Conditions of Contract dan Perundangan Terkait)

Yang terhormat Bapak Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat,
Yang terhormat Bapak Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi,
Yang terhormat Bapak Direktur Jenderal Sumber Daya Ristekdikti,
para Pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pimpinan Tinggi
Pratama di lingkungan Kementerian Ristekdikti dan
Kementerian PUPR yang telah berkenan hadir
Yang terhormat Ibu Kepala Koordinator Perguruan Tinggi Swasta
Wilayah III beserta jajarannya.
Yang terhormat Bapak Ketua Pembina, Pengawas dan Pengurus
Yayasan Menara Bhakti.
Yang terhormat Bapak Ketua dan seluruh anggota Majelis Guru Besar
Universitas Mercu Buana.
Yang terhomat Bapak Rektor, para Wakil Rektor, para Direktur, para
Dekan Universitas Mercu Buana beserta jajarannya.
Yang terhormat Bapak Ketua dan seluruh anggota Senat Akademik
Universitas Mercu Buana,
Yang terhormat Segenap Sivitas Akademika Universitas Mercu Buana

Assalamu’alaikum wa rakhmatullahi wa barakatuh,


Salam sejahtera bagi kita semua,
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga
pada hari ini, kita semua dapat hadir di ruangan ini, guna mengikuti
Sidang Terbuka Majelis Guru Besar Universitas Mercu Buana.

Terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada


Ketua Majelis Guru Besar Universitas Mercu Buana, Bapak Rektor
dan Ketua Senat Akademik yang telah memberikan kehormatan pada
saya untuk menyampaikan pidato pengukuhan sehubungan dengan
pengangkatan saya sebagai Guru Besar Manajemen Konstruksi pada
Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana, dengan judul:
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 53


Manajemen
Pengadaan
& Hukum Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 1
KONTRAK LUMPSUM PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI DI
INDONESIA
(Berdasarkan FIDIC Conditions of Contract dan Perundangan Terkait)

Hadirin yang saya mulyakan,

KONTRAK LUMPSUM
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi besar milik institusi
pemerintah, di antaranya Kementerian PUPR, Kementerian
Ristekdikti, Kementeri Perhubungan, Kemenerian ESDM,
Kementerian Dalam Negeri maupun Badan Usaha Milik Negara di
antaranya, PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Jasa Marga
(Persero), PT Pelindo I & 2 (Persero), PT Angkasa Pura 1 & 2
(Persero), PT PGN (Persero) dikerjakan oleh pihak lain yang ditunjuk
sebagai penyedia jasa kontraktor melalui suatu kontrak konstruksi,
yang dalam pelaksanaannya hampir semua kontrak konstruksi
mengacu pada FIDIC Conditions of Contract sebagai suatu “model
law”. Oleh karena itu pemahaman tentang kontrak konstruksi,
manajemen klaim dan penyelesaian sengketa konstruksi pada
umumnya dan model kontrak konstruksi yang diterbitkan oleh
Fédération Internationale des Ingénieurs-Conseils (FIDIC) yang
berkedudukan di Geneva-Switzerland, merupakan syarat mutlak
keberhasilan pekerjaan konstruksi.

Alasan institusi pemberi pinjaman seperti World Bank, ADB,


JICA dan yang lain untuk merekomendasikan penggunaan FIDIC
Conditions of Contract adalah karena adanya pembagian risiko yang
sangat jelas dalam FIDIC Conditions of Contract sehingga dianggap
sangat adil sebagaimana dinyatakan oleh Michael Mortimer-Hawkins
”………. the principal obligation of the contractor is to execute and
complete the works in strict accordance with the terms and conditions
of the contract, but the employer is also required to carry certain risk
under the contract”.

Kontrak secara umum


Garner (2004) “Contract is an agreement between two or more
parties creating obligations that are enforceable or otherwise
recognizable at law” atau “a promise or set of promises by a party to
a transaction, enforceable or otherwise recognizeable at law”.
Kontrak adalah suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan
hak dan kewajiban yang dapat diberlakukan atau dikenal dalam

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 2


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

54 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
hukum atau perundangan yang berlaku, atau dapat juga berupa suatu
janji atau serangkaian janji-janji oleh para pihak untuk suatu transaksi,
yang didasari hukum dan/atau perundangan yang berlaku.
Martin dan Law (2006) “Contract is a legally binding
agreement. Agreement arises as a result of “offer and acceptance”,
KONTRAK LUMPSUM

but a number of other requirements must be satisfied for an agreement


to be legally binding”. Kontrak adalah suatu perjanjian yang mengikat
secara hukum. Perjanjian terjadi sebagai hasil dari suatu “penawaran
dan persetujuan”, tetapi beberapa persyaratan lain harus dipenuhi
untuk suatu perjanjian agar menjadi suatu perjanjian yang mengikat.
Chow (2006) “Contract is a legally binding agreement formed
when one party accepts an offer made by another and which fulfills
the conditions”. Kontrak adalah suatu perjanjian yang bersifat
mengikat secara hukum dan terjadi ketika salah satu pihak menyetujui
penawaran yang dibuat oleh pihak lain dan memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Both parties must have legal capacity to enter into the contract
(kedua belah pihak harus memiliki kapasitas hukum untuk memasuki
kontrak);
b. The parties must have intended to create legal relations (kedua
belah pihak harus memiliki niat untuk menciptakan hubungan
hukum);
c. It must comply with any legal requirements (harus mengacu pada
persyaratan hukum);
d. The purpose of the contract must not be illegal (tujuan kontrak
tidak boleh melawan hukum);
e. The terms must be reasonably certain (ketentuan harus
mengandung kepastian).
Sugono et al (2008) menyatakan “Kontrak adalah perjanjian
antara dua pihak dalam perdagangan, sewa menyewa dan sebagainya
atau persetujuan yang bersanksi hukum antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan”.
Tay & Tang (2004) “Contract is an agreement which binds the
parties concerned“. Kontrak adalah suatu perjanjian yang mengikat
para pihak yang terkait.

Betapa pentingnya suatu kontrak berupa suatu perjanjian yang


tertulis, adalah seperti yang dikatakan oleh Lord Wensleydale pada
tahun 1861, yang dikutip oleh John Adriaanse pada Construction

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 3


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 55


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Contract Law (2010): ‘The question is not what the parties to a deed
or other documents may have intended to do by entering into that
deed, but what is the meaning of the words used in that deed: a most
important distinction in all cases of construction and disregard of

KONTRAK LUMPSUM
which often leads to erroneous conclusions”

Gambar 01
Tahapan Pelaksanaan Kontrak Konstruksi
(Construction Contract Implementation Stages)

Hadirin yang saya mulyakan,


Mengapa kontrak konstruksi berbeda dengan kontrak kerja
yang lain, penjelasannya adalah sebagai berikut.:

Kontrak Konstruksi (Construction Contract):


Garner mendefinisikan kontrak konstruksi sebagai “A contract
setting forth the specifications for a building project’s construction”.
Kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang memuat spesifikasi
untuk suatu pembangunan proyek konstruksi.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 4


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

56 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
John Adriaanse (2010) menyatakan: “A variety of factors makes
a construction contract different from most other types of contracts.
These include the length of the project, its complexity, its size and the
fact that the price agreed and the amount of work done may change as
it proceeds”. Beraneka ragam faktor menjadikan suatu kontrak
KONTRAK LUMPSUM

konstruksi berbeda dari kebanyakan kontrak yang lain. Ini meliputi


lamanya proyek, kompleksitas, ukuran dan kenyataan bahwa harga
yang disepakati serta jumlah pekerjaan yang harus dikerjakan dapat
berubah seiring dengan berlangsungnya pekerjaan.
Lord Diplock (1974) (dikutip oleh John Adriaanse 2010) : “an
entire contract for the sale of goods and work and labour for a
lumpsum price payable by installments as the goods are delivered and
the work done. Decisions have to be made from time to time about
such essential matters as the making of variation orders, the
expenditure of provisional and prime cost sums and extension of time
for the carrying out of the work under the contract”. Suatu kontrak
menyeluruh untuk penjualan barang, pekerjaan dan tenaga kerja
dengan suatu harga lumpsum yang dapat dibayarkan dalam beberapa
tahapan setelah barang diserahkan dan pekerjaan selesai dilaksanakan.
Keputusan harus diambil dari waktu ke waktu menyangkut hal-hal
pokok seperti penerbitan variation order, penggunaan provisional sum
dan biaya langsung serta perpanjangan waktu untuk pelaksanaan
pekerjaan berdasarkan kontrak.
Dari definisi di atas, jelaslah bahwa suatu kontrak konstruksi
tidak dapat ditangani dengan pemahaman yang sama dengan kontrak-
kontrak lainnya, karena kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang
bersifat sangat dinamis, memperjanjikan suatu barang yang belum ada
dan masih memerlukan suatu proses menjadi bentuk yang
diperjanjikan, sehingga harga kontrak akan selalu berubah dari waktu
ke waktu, karena adanya penyesuaian-penyesuaian volume ataupun
perubahan metode pelaksanaan, baik yang diperintahkan oleh
pengguna jasa melalui perintah perubahan (VO/variation order)
maupun yang tidak diperintahkan tetapi harus dikerjakan untuk
penyelesaian proyek (CCO/constructive change order). Perbedaan
lain dengan kontrak pengadaan barang lainnya, adalah karena kontrak
konstruksi memperjanjikan sesuatu yang belum ada, yang harus
diselesaikan oleh kontraktor dengan imbalan pembayaran untuk setiap
pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor sejauh kualitas dan
kuantitasnya sesuai dengan spesifikasi yang disepakati dalam kontrak.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 5


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 57


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Gambar 02
Rekomendasi Penggunaan Model Kontrak FIDIC
(Recommendation on the use of FIDIC Model Contract) KONTRAK LUMPSUM
Persyaratan (Conditions):
Garner (2004): “Conditions is a future and uncertain event on
which the existence or extent of an obligation or liability depends; an
uncertain act or event that triggers or negates a duty to render a
promised performance”. Persyaratan adalah suatu kejadian mendatang
dan tidak pasti di mana keberadaan atau batas suatu kewajiban atau

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 6


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

58 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
tanggung jawab tergantung padanya; suatu tindakan atau kejadian
yang tidak pasti yang menambah atau meniadakan suatu kewajiban
menghasilkan kinerja yang dijanjikan. Sebagai contoh, jika P
menjanjikan Rp 500.000,- kepada Q sebagai pembayaran untuk
perbaikan mobilnya tetapi Q gagal memperbaikinya, maka P
KONTRAK LUMPSUM

dibebaskan dari kewajiban membayar.


Tay and Tang (2004) “A conditions is a vital term of a contract
going to the root of the contract. A breach of condition entitles the
injured party to repudiate the contract and to claim damages”.
Persyaratan adalah bagian pokok dari suatu kontrak yang mengarah
pada akar dari suatu kontrak. Pelanggaran persyaratan memberikan
hak kepada pihak yang dicederai untuk tidak mengakui kontrak dan
mengajukan klaim ganti rugi.
Persyaratan evaluasi suatu conditions of contract for
construction menurut Bubshait adalah:
- Clarity: tingkat kemudahan bahasa dari persyaratan umum untuk
dipahami, dan tidak adanya kedwiartian
- Conciseness: tingkat kebebasan persyaratan umum dari informasi
yang tidak perlu
- Completeness: tingkat kelengkapan/cakupan seluruh aspek
kontraktual
- Internal consistency: tingkatan konflik (jika ada) antara klausula-
klausula persyaratan umum
- External consistency: tingkatan konflik (jika ada) antara suatu
klausula dalam persyaratan umum dengan aturan perundangan terkait
lainnya
- Practicality: tingkat kemungkinan dapat dilaksanakannya ketentuan
dalam persyaratan umum
- Fairness: tingkat dimana persyaratan umum dapat memberikan
keadilan bagi pihak-pihak yang berkontrak
- Effect on quality: tingkat dimana persyaratan umum dapat
memberikan jaminan kesesuaian atas ketentuan terkait bahan dan cara
pengerjaan proyek
- Effect on cost: tingkat dimana persyaratan umum dapat memberikan
jaminan penyelesaian suatu proyek dalam batas estimasi pembiayaan
- Effect on schedule: tingkat dimana persyaratan umum dapat
memberikan jaminan penyelesaian suatu proyek dalam alokasi waktu
yang tersedia

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 7


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 59


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
- Effect on safety: tingkat dimana persyaratan umum dapat
memberikan jaminan penyelesaian suatu proyek tanpa kecelakaan
yang berarti

Dalam memilih jenis conditions of contract yang akan

KONTRAK LUMPSUM
digunakan, haruslah dilaksanakan suatu kajian yang mendalam. Pada
pembuatan persyaratan umum kontrak hendaknya tidak hanya
mengambil atau menghilangkan kemudian menyisipkan klausula baru
pada suatu standar yang sudah dikenal luas, misalnya FIDIC
Conditions of contract, menjadi “mutilated” FIDIC Conditions of
Contract karena dikhawatirkan akan menimbulkan konflik antar
klausula dalam persyaratan umum kontrak yang dikembangkan tadi.

Hadirin yang saya mulyakan,


Apa dan mengapa dipergunakan FIDIC Conditions of Contract,
penjelasannya adalah sebagai berikut:

FIDIC Model conditions of contract


Saat ini penggunaan model kontrak konstruksi internasional pada
proyek konstruksi di Indonesia, yang dalam pelaksanaannya
menggunakan dana pinjaman luar negeri, baik dari lembaga keuangan
multilateral diantaranya World Bank (WB), Asian Development Bank
(ADB), Islamic Development Bank (IDB) dan institusi internasional
pemberi pinjaman lainnya (Multilateral Development Bank), maupun
bilateral diantaranya Japan International Cooperation Agency (JICA),
Australian Aid, Exim Bank of China dsb, merekomendasikan
penggunaan model kontrak internasional yang dibuat oleh Fédération
Internationale des Ingénieurs-Conseils (FIDIC).

FIDIC hingga saat ini telah menerbitkan lebih dari 10 model


kontrak konstruksi, dimana dari kesepuluh model kontrak konstruksi
tersebut yang banyak digunakan di Indonesia adalah FIDIC
Conditions of Contract for Construction, FIDIC Conditions of
Contract for Plant and Design-Build dan FIDIC Conditions of
Contract for EPC/Turnkey Project, edisi terakhir adalag edisi tahun
1999 yang dikenal sebagai “The Rainbow Series”, karena dibuat
dengan bermacam warna, sehingga masing masing deienal sebagai
Red Book, Yellow Book dan Silver Book, ketiganya telah saya
terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Persyaratan

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 8


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

60 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Umum Kontrak FIDIC untuk Pekerjaan Konstruksi (Buku Merah),
Pesyratan Umum Kontrak untuk Pekerjaan Instalasi dan Rancang-
Bangun (Buku Kuning) dan Persyaratan Umum Kontrak untuk
Pekerjaan EPC/Proyek Turnkey (Buku Perak), dengan lisensi dari
Fédération Internationale des Ingénieurs-Conseils (FIDIC). Pada saat
KONTRAK LUMPSUM

ini ketiga model kontrak konstruksi di atas sedang dalam tahapan


friendly review, dimananya saya diminta sebagai salah satu reviewer
nya, menurut rencana akan di launching pada tahun ini atau paling
lambat tahun depan, dengan beberapa penyempurnaan utamanya
dalam kaitannya dengan penggunaan model kontrak ini oleh pengguna
jasa dari pihak swasta maupun public-private partnership.
Penggunaan suatu model kontrak dalam hal ini yang disusun
oleh FIDIC akan lebih memberikan manfaat bagi Indonesia
dibandingkan penggunaan kontrak-kontrak yang bersifat tailor made
untuk setiap proyek konstruksi. Penyusunan persyaratan umum
kontrak (general conditions of contract) yang dibuat secara tailor
made membutuhkan usaha dan biaya tambahan yang sebenarnya tidak
perlu.
Pada praktik di lapangan, dalam menyusun persyaratan umum
kontrak yang khusus dibuat untuk suatu proyek konstruksi yang
berskala besar, pengguna jasa harus menunjuk penyedia jasa
konsultansi, biasanya dari luar negeri, karena penyedia jasa konsultan
dalam negeri dianggap tidak mempunyai pemahaman serta
kemampuan yang cukup untuk menyiapkan kontrak (contract
drafting) dan menginterpretasikan kontrak dengan benar. Oleh karena
itu pengguna jasa harus mengalokasikan sumber daya manusia dan
waktu untuk memeriksa dan melakukan evaluasi akhir terhadap
rancangan persyaratan umum kontrak yang disiapkan oleh konsultan,
bahkan pelaksanan evaluasi akhir inipun biasanya diserahkan pada
konsultan asing sebagai in-house consultant.
Kontrak yang dibuat secara tailor made akan membuat pengguna
jasa maupun penyedia jasa harus mempelajari secara khusus dan
berulang untuk setiap proyek yang akan dikerjakannya, padahal untuk
memahami suatu kontrak secara mendalam diperlukan waktu yang
tidak sedikit. Sebagai gambaran, penulis beruntung mendapatkan
kesempatan untuk terlibat dalam penanganan proyek konstruksi yang
menggunakan FIDIC Conditions of Contract, yaitu PLTA Saguling di
Jawa Barat yang menggunakan FIDIC Conditions of Contract for
Works of Civil Engineering Construction 2nd Edition 1967 pada tahun

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 9


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 61


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
1980, kemudian pada proyek PLTA Cirata yang menggunakan FIDIC
Conditions of Contract for Works of Civil Engineering Construction
3rd Edition 1977 juga di Jawa Barat pada tahun 1983, kemudian di
proyek PLTA Renun di Sumatera Utara pada tahun 1995 dengan
FIDIC Conditions of Contract for Works of Civil Engineering

KONTRAK LUMPSUM
Construction 4th Edition 1987, dan saat ini pada proyek=proyek di
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
serta institusi pemerintah lainnya yang menggunakan FIDIC
Conditions of Contract for Construction Edition 1999 dan FIDIC
Conditioins of Contract for Construction MDB Harmonised Edition
2006 untuk proyek-proyek yang duidanai pinjaman internasional,
tetapi baru pada tahun 2008 penulis mendapat kualifikasi FIDIC
International Accredited Trainer, itupun pendalaman pemahaman
masih terus harus dilakukan, karena kontrak konstruksi adalah kontrak
yang dinamis.
Didasari hal di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
standar persyaratan umum kontrak akan menghemat biaya dan waktu
yang signifikan, seperti yang dinyatakan oleh Adriaanse
(2010):”Using standard form avoid the costs and time of individually
negotiated contracts.” Selain itu, dampak negatif yang mungkin
timbul sehubungan dengan klausula-klausula dalam kontrak yang
dibuat khusus adalah potensi adanya klausula dalam kontrak yang
terkesan berat sebelah (unilateral) dan tidak adil dan berimbang (fair
and balance), dalam artian dapat dianggap menguntungkan salah satu
pihak yang biasanya adalah pihak pengguna jasa. Conditions of
contract yang tailor made biasanya dibuat dan dikembangkan secara
sepihak untuk kepentingan pengguna jasa, yang secara sekilas
memang tampak menguntungkan pengguna jasa, tetapi dalam
pelaksanaan jangka panjang justru akan menimbulkan masalah baru,
karena kontraktor akan selalu diletakkan pada posisi sulit dan akan
selalu merugi, apalagi kontraktor nasional yang kepeduliannya akan
kontrak konstruksi sangat rendah, sehingga dikhawatirkan jumlah
kontraktor nasional yang mampu bertahan akan berkurang atau paling
tidak akan kehilangan daya saing dengan kontraktor asing yang sudah
mulai masuk ke Indonesia dalam rangka globalisasi.
Suatu model general conditions of contract yang adil dan
berimbang akan sangat mendukung perkembangan dunia jasa
konstruksi terutama sebagai salah satu sarana pembinaan kontraktor
dalam negeri. Penggunaan suatu model general conditions of contract

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 10


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

62 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
pada kontrak konstruksi sektor publik di Indonesia akan menambah
familiarity para pihak yang terkait, mengurangi upaya (effort) yang
tidak efisien pada proses pengadaan serta akan meningkatkan efisiensi
pada kegiatan administrasi kontrak (contract administration).
Penggunaan standard general conditions of contract dalam hal ini
KONTRAK LUMPSUM

FIDIC Conditions of Contracts bagi semua kontrak konstruksi sektor


publik di Indonesia tidak hanya berdampak positif bagi pengguna jasa
tetapi juga bagi penyedia jasa karena penyedia jasa juga tidak perlu
setiap kali membaca dan mempelajari kembali conditions of contract
untuk setiap proyek dengan pengguna jasa yang berbeda mengingat
semuanya menggunakan model conditions of contract yang sama.
Pemahaman mengenai model kontrak konstruksi internasional
seperti kontrak konstruksi yang disiapkan oleh FIDIC, yaitu
Conditions of Contract for Construction (Red Book), Conditions of
Contract for Plant and Design-Build (Yellow Book), Conditions of
Contract for EPC/Turnkey Project (Silver Book) dan nantinya juga
Short Form of Contract (Green Book), Conditions of Contract for
Design, Build and Operate (Gold Book) dan last but not least,
Client/Consultant Model Services Agreement (White Book) tampaknya
menjadi suatu keharusan.

Hadirin yang saya mulyakan,


Untuk memahami secara utuh, perlu diketahui sejarah FIDIC sebagai
suatu organisasi dan sejarah conditions of contract yang
diterbitkannya.

Sejarah FIDIC (Fédération Internationale des Ingénieurs –


Conseils).
Fédération Internationale des Ingénieurs – Conseils (FIDIC)
didirikan pada 1913 di Ghent, Belgia, pada ”Le premiere congress
international des ingenieurs-conseils et ingenieurs-experts” yang
dihadiri oleh delegasi resmi dari Belgia, Denmark, Perancis, Jerman,
Negeri Belanda, Swiss dan USA sebanyak 19 orang sebagai pendiri
FIDIC yang dihadiri juga oleh delegasi dari Austria, Canada, Rusia,
UK sebanyak 40 delegasi sebagai peninjau. Presiden pertama dari Le
Bureau de la Comission Permanente adalah Louis Prangey dari
Perancis dan sebagai Presiden dari Le Comite Directeur adalah R.E.
Mathot dari Belgia. Sangat menarik untuk dicatat adalah definisi
pertamakali dari consulting engineer (ingenieurs-conseils) adalah:

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 11


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 63


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
“The consulting engineer is a skilled and experienced technician
qualified to undertake in an impartial manner on his client’s account,
commissions concerning studies, selections, supervision and test of
machinery, materials, works and installations. His role is to defend

KONTRAK LUMPSUM
the interests of his client and he is remunerated solely by the client.
He must retain absolute independence of action in relation to
suppliers or contractors, and must never accept from them
remuneration or any kind of favour which might compromise the
impartiality of his advice or the integrity of his duties to his client”.
Dua kalimat terakhir sangat menarik, karena karena kurang lebih
sama dengan pakta integritas yang dikenal saat ini di Indonesia.

Perkembangan FIDIC Conditions of Contract)


Tidak bisa dipungkiri bahwa FIDIC sebagai suatu organisasi menjadi
sangat dikenal diseluruh dunia karena telah menerbitkan model
persyaratan umum kontrak (conditions of contract) yang dikenal
sebagai suatu conditions of contract yang “fair and balance”. Hingga
saat ini bahkan orang menyebut Conditions of Contract for
Construction (1999), yang merupakan pengembangan dari FIDIC
Conditions of Contract for Works of Civil Engineering Construction
(1987), yang juga merupakan conditions of contract yang tertua dari
keluarga standar persyaratan umum kontrak yang dibuat oleh FIDIC,
sebagai “FIDIC” saja.
Untuk pertama kalinya FIDIC menerbitkan Conditions of
Contract for Works of Civil Engineering Construction pada 29
Agustus 1957, yang bertahan cukup lama tanpa perubahan yang
berarti hingga edisi ke 2 pada tahun 1967 dan edisi ke 3 pada tahun
1977.
H. Kristensen, Swedia pada tahun 1982 menyatakan bahwa “the
lawyers acknowledge that the fidic conditions of contract is the
document predominantly used in international contracts, but
underlined that the conditions should not convey the impression that
the Engineer is an impartial third party, rather he should act as an
advocate for his client and protect his client’s interest at all times”.
FIDIC Conditions of Contract for Works of Civil Engineering
Construction edisi ke 4 tahun 1987 disempurnakan dengan melibatkan
International Bar Association diantaranya Gordon Jaynes dan Chr.
Seppala yang sekarang masih aktif disetiap kegiatan FIDIC.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 12


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

64 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
KONTRAK LUMPSUM

Gambar 03
Konferensi Tahunan Pertama FIDIC pada Tahun 1932
(First Annual Conference of FIDIC in 1932)

Hingga saat ini FIDIC telah berumur lebih dari 100 tahun, dan setiap
tahun berhasil menyelenggarakan World Annual Conference yang
dihadiri oleh delegasi dari lebih 100 negara, dimana penulis beruntung

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 13


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 65


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
dapat menghadirinya sejak 2004 di Copenhagen, 2005 di Beijing,
2006 di Budapest, 2007 di Singapura, 2008 di Quebec, 2009 di
London, 2010 di New Delhi, 2011 di Davos, 2012 di Korea, 2013 di
Barcelona (Centenary Conference, ulang tahun FIDIC ke 100), 2014
di Rio de Janeiro, 2015 di Dubai, 2016 di Marakesh dan 2017 akan

KONTRAK LUMPSUM
diselenggarakan di Jakarta. Pada setiap conference saya beruntung
mendapat kesempatan untuk mempresentasikan paper tentang studi
dan analisis atas penggunaan FIDIC Conditions of Contract di
Indonesia dan Asia, demikian juga pada FIDIC Asia-Pacific Contract
User’s Conference 2009 di Hong Kong, 2010 di Beijing, 2011 di
Singapore, 2012 di Singapore, 2013 di Kuala Lumpur, 2014 di
Shenzen, 2015 di Singapore, 2016 di Singapore dan terakhir menurut
rencana 2017 di Hanoi serta FIDIC-Multilateral Development Bank
Workshop 2011 dan 2012 di Brussels.
Suatu milestone yang sangat penting dalam perkembangan
FIDIC Conditions of Contract adalah sejak suplemen dari buku ke 4
yang dipublikasikan pada tahun 1996 untuk pertama kalinya
mencantumkan bahwa Enjinir harus berperilaku “imparsial” dalam
mengambil keputusan atau mengambil langkah yang berdampak pada
hak dan kewajiban para pihak. Pada edisi ini juga mulai terdapat opsi
Dispute Adjudication Board dan opsi pembayaran secara lumpsum
yang tidak didasari Bills of Quantities, ditandai juga dengan terbitnya
Conditions of Contract for Design-Build and Turnkey (Orange Book)
yang kemudian berkembang menjadi Conditions of Contract for Plant
and Design-Build (Yellow Book) dan EPC/Turnkey Project (Silver
Book).
FIDIC Conditions of Contract For Works of Civil Engineering
Construction adalah suatu model persyaratan umum kontrak yang
dibuat oleh FIDIC, yang sekarang berkedudukan di Geneva,
Switzerland, untuk pertama kalinya 1st Edition diterbitkan pada tahun
1945, selanjutnya diterbitkan 2nd Edition (1969), 3rd Edition (1977),
dan 4th Edition (1987) kemudian 1st Edition dari Rainbow Series
dengan perubahan judul menjadi FIDIC Conditions of Contract For
Construction yang hingga saat ini masih digunakan secara luas di
seluruh dunia dan dikenal sebagai Red Book/Pink Book, di samping itu
bahkan bekerjasama dengan Multilateral Development Bank, telah
diterbitkan FIDIC Conditions of Contract For Construction MDB
Harmonised Edition 2006 dan kemudian 2010.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 14


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

66 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Hadirin yang saya mulyakan,
Akan dibahas lebih lanjut tn=entang kontrak kerja lumpsum pada
pekerjaan konstruksi dan permasalahannya, sebagai berikut:
KONTRAK LUMPSUM

Model kontrak harga satuan dan kontrak lumpsum


Perbedaan utama ketiga model kontrak dari FIDIC Rainbow Series,
adalah sebagai berikut:

Contract price:
Harga kontrak pada conditions of contract for construction tercantum
bahwa harga kontrak harus disepakati berdasarkan suatu hasil evaluasi
atas pengajuan penawaran dengan kemungkinan adanya penyesuaian
harga berdasarkan kontrak.

Gambar 04
Model Kontrak Pekerjaan Konstruksi (Buku Merah)
(FIDIC Model Contract for Construction (Red Book)

Harga kontrak pada conditions of contract for plant and design-build


tercantum sebagai harga kontrak yang disepakati secara lump sum
dengan kemungkinan adanya penyesuaian harga berdasarkan kontrak.

Gambar 05
Model Kontrak FIDIC Instalasi dan Rancang-Bangun (Buku Kuning)
(FIDIC Model Contract for Plant and Design –Build (Yellow Book)

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 15


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 67


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Harga kontrak pada conditions of contract for epc/turnkey project
tercantum bahwa pembayaran atas hail pekerjaan dibayarkan dengan
dasar sebagai Harga Kontrak Lumpsum dengan kemungkinan adanya
penyesuaian harga berdasarkan kontrak

KONTRAK LUMPSUM
Gambar 06
Model Kontrak FIDIC Proyek EPC/Turnkey (Buku Perak)
(FIDIC Model Contract for EPC/Turnkey Project (Silver Book)

Dari ketiga definisi terkait harga kontrak (contract price), Red Book
adalah harga satuan, sedang yellow book dapat berupa harga satuan
ataupun lump sum, sedang silver book adalah kontrak lump sum.

Hadirin yang saya mulyakan,


Berikut ini akan dibahas perbedaan substantive antara kontrak dengna
harga satuan dan kontrak dengan harga lumpsum dengan rujukan
FIDIC Conditions of Contract.

Contoh kasus terkait Sub-klausula 4.12 (Red Book dan Yellow


Book) pada proyek dengan model kontrak harga satuan (unit
price).
Pada sebuah proyek pusat listrik tenaga air, kontraktor diminta untuk
mendesain dan membangun bendungan berdasarkan hasil investigasi
awal yang dilakukan oleh konsultan yang bekerja bagi pengguna jasa.
Pengguna jasa menyampaikan pada saat pre-bid conference bahwa ia
tidak bertanggungjawab atas keakuratan hasil investigasi dan meminta
kontraktor untuk melakukan verifikasi sendiri sampai tingkat
keakuratan yang diinginkan.
Kontraktor melakukan hal ini dan kemudian menyiapkan desain
rinci didasari hasil investigasi lapangan tersebut.

Rujukan:
Sub-klausula 4.12 Kejadian fisik yang tidak dapat diperkirakan
sebelumnya (Red Book dan Yellow Book)

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 16


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

68 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
(Sub-Clause 4.12 Unforseeable Physical Conditions (Yellow Book)-edition
1999
(Sub-clause 4.12 Unforeseeable Physical Conditions (Yellow Book) – new
draft
Apabila Kontraktor menemui kondisi fisik yang merugikan yang
KONTRAK LUMPSUM

olehnya diangga tidak dapat diperkirakan sebelumnya, Kontraktor


harus menyampaikan pemberitahuan kepada Enjinir sesegera
mungkin.
Pemberitahuan ini harus menyebutkan kondisi fisik yang dihadapi,
sehingga dapat diinspeksi oleh Enjinir, dan harus menyatakan alas an
mengapa Kontraktor menganggapnya sebagai tidak dapat diperkirakan
sebelumnya. Kontraktor harus tetap melanjutkan pelaksanaan
Pekerjaan, dengan mengambil langkah-langkah yang wajar dan sesuai
dengan kondisi fisik, dan mengikuti instruksi yang mungkin diberikan
oleh Enjinir. Bila suatu instruksi merupakan suatu Variasi, Klausula
13 [Variasi dan Penyesuaian] harus diberlakukan.
Apabila dan sebatas Kontraktor menemui kondisi fisik yang tidak
dapat diperkirakan sebelumnya, menyampaikan pemberitahuan, dan
mengalami keterlambatan dan/atau menanggung Biaya akibat kondisi
tersebut, Kontraktor berhak, dengan pemberitahuan, berdasarkan Sub-
Klausula 20.1 [Klaim Kontraktor] untuk:
(a) suatu perpanjangan waktu untuk setiap keterlambatan, apabila
penyelesaian terlambat atau akan terlambat, berdasarkan Sub-
Klausula 8.4 [Perpanjangan Waktu Penyelesaian], dan
(b) pembayaran atas Biaya, yang akan dimasukkan ke dalam Harga
Kontrak.
Klausula ini adalah klausula pada kontrak harga satuan, namun
demikian pihak kontraktor umumnya masih mempergfunakan istilah
unforeseen conditions sebagai dasar penyampaian klaimnya.
Pengajuan klaim dengan mempergunakan alasan unforeseen
conditions akan dengan mudah dipatahkan oleh pengguna jasa, karena
pada pekerjaan kontrak lumpsum keberadaan unforessen conditions
telah dihapus dan diganti dengan unforeseen difficulties yang seperti
dinyatakan sebelumnya, secara jelas menyatakan bahwa kontraktor
dianggap telah memahami semua kesulitan yang mungkin terjadi.
Klausula ini memberi kesempatan bagi penyedia jasa untuk
mengajukan klaim dalam hal kondisi yang ditemui di lapangan
berbeda dengan yang diperkirakan sebelumnya dan ternyata
mengakibatkan keterlambatan dan tambahan biaya, yang masing

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 17


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 69


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
masing dapat dimintakan perpanjangan waktu dan penambahan harga
kontrak.

Analisis:
Pekerjaan akhirnya dapat diselesaikan dan telah diuji dengan

KONTRAK LUMPSUM
ketinggian air pada bendungan sesuai dengan spesifikasi dalam
kontrak dan telah diterbitkan Sertifikat Serah Terima Tahap 1.
Selama masa perbaikan cacaat mutu (defect liability period),
terbukti bahwa terdapat rongga di bawah tubuh bendungan dan enjinir
atas nama pengguna jasa menginstruksikan agar kontraktor mencari
penyebab masalah tersebut. Hasil investigasi menunjukkan bahwa
rongga terbentuk karena lapisan batuan yang berpori, yang pada beban
air maksimum lambat laun akan memberi menimbulkan rongga dan
mengakibatkan kebocoran bendungan.
Dalam kondisi ini kontraktor mengklaim bahwa ini merupakan
unforeseeable physical condition berdasarkan Sub-klausula 4.12 dan
menyatakan bahwa ia tidak bersedia memulai pekerjaan perbaikan
sampai enjinir menyetujui secara tertulis bahwa ini merupakan situasi
menurut sub-clause 4.12 dan kontraktor akan diberi kompensasi/ganti
rugi sebagaimana mestinya.
Setelah melalui suatu proses aministrasi maka kontraktor
mendapatkan haknya karena kejadian ini termasuk kategori
unforeseeable physical conditions yang didefinisikan pada sub-
klausula 4.12 dari Rew Book dan Yellow Book.

Contoh kasus terkait sub-clause 4.12 (Silver Book) pada proyek


dengan model kontrak lumpsum.
Pada sebuah proyek jembatan yang melintas diatas laut, kontraktor
dan pengguna ajsa bersepakat untuk menggunakan model kontrak
lumpsum dan pengguna jasa menyampaikan pada saat pre-bid
conference bahwa ia tidak bertanggungjawab atas keakuratan hasil
investigasi dan meminta kontraktor untuk melakukan verifikasi sendiri
sampai tingkat keakuratan yang diinginkan.
Kontraktor melakukan hal ini dan kemudian menyiapkan desain
rinci didasari hasil investigasi lapangan tersebut.
Pekerjaan akhirnya dapat diselesaian, dengan menyisakan masalah
terjadinya penambahan panjang tiang pancang yang jumlahnya sangat
banyak, akibat adanya perbedaan ketinggian permukan tanah keras.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 18


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

70 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Dalam kondisi semacam ini, menjadi sangat menarik untuk
dianalisis, karena kejadian ini dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang dan dari beberapa sub-klausula yang terkait stu sama lain dab
tidak bisa berdiri sendiri.
KONTRAK LUMPSUM

Gambar 07
Contoh Kasus: Proyek dengan FIDIC Proyek EPC/Turnkey
(Case Example: Project with FIDIC EPC/Turnkey Project )

Rujukan:
Sub-klausula 4.12 Kesulitan yang tidak dapat diperkirakan
sebelumnya (Silver Book)
(Sub-Clause 4.12 Unforeseeable difficulties) - edition 1999
(Sub-Clause 4.12 Unforeseeable difficulties- new draft
(a) Kontraktor harus dianggap telah mendapatkan semua informasi
yang diperlukan tentang resiko, kemungkinan dan keadaan lain yang
dapat mempengaruhi dan berdampak bagi Pekerjaan.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 19


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 71


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
(b) dengan menandatangani Kontrak, Kontraktor menerima tanggung
jawab penuh dengan telah memperkirakan seluruh kesulitan dan biaya
penyelesaian Pekerjaan secara baik, dan
(c) Harga Kontrak tidak boleh disesuaikan dengan memperhitungkan
kesulitan atau

KONTRAK LUMPSUM
biaya yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
Klausula ini jika dibaca secara sekilas akan diinterpretasikan
sebagai harga kontrak yang tetap (fixed) sehingga penyedia jasa
kontraktor tidak diperkenankan mengajukan klaim karena dengan
menandatangani kontrak dianbggap telah mengetahui dan
memperkirakan kesulitan ataupun biaya penyelesaian pekerjaan.
Huruf a. Berdasarkan ketentuan di atas, maka kontrak dengan
ditandatanganinya EPC/Turnkey Project yang berifat lumpsum maka
kontraktor dianggap telah mendapatkan semua informasi termasuk
risiko yang mungkin terjadi.
Huruf b. Dengan ditandatanganinya kontrak, maka kontraktor
menyetujui bahwa semua kontraktor bertanggung jawab dan
mengetahui semua kesulitan yang mungkin terjadi dan biaya
penyelesaian pekerjaan sesuai kontrak.
Huruf c.Harga kontrak tidak dapat disesuaikan dalam kaitannya
dengan unforeseen difficulties dan biaya.
Klausula Sub-klausula 4.12 Unforeseeable difficulties, merupakan
klausula yang dari sudut pandang pengguna jasa merupakan dasar
bahwasanya konttak lumpsum tidak dapat berubah harga kontraknya,
karena dengan menandatangani kontrak berartin kontraktor telah
menyepakati bahwa kontraktor bertanggung jawab dan telah
memperkirakan semua kesulitan yang mungkin terjadi dalam
penyelesaian pekerjaan.

Sub-klausula 5.1 Kewajiban desain secara umum (Silver Book &


Yellow Book)
(Sub-Clause 5.1 General Design Obligations) edition 1999
(Sub-Clause 5.1 General Design Obligations) new draft
……..Akan tetapi, Pengguna Jasa harus bertanggungjawab atas
kebenaran bagian dari Ketentuan Pengguna Jasa dan atas data dan
informasi berikut ini yang diberikan oleh (atau atas nama) Pengguna
Jasa:
(a) bagian, data dan informasi yang dinyatakan selamanya berada
dalam Kontrak atau merupakan tanggungjawab Pengguna Jasa.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 20


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

72 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
(b) definisi maksud dari Pekerjaan atau bagian dari pekerjaan yang
diharapkan,
(c) kriteria pengujian dan hasil Pekerjaan yang diselesaikan,
(d) bagian, data dan informasi yang tidak dapat diverifikasi oleh
Kontraktor, kecuali apabila dinyatakan lain di dalam Kontrak.
KONTRAK LUMPSUM

Klausula ini menegaskan bahwa seperti dinyatakan sebelumnya


pada Sub-klausula 4.12 maka kontraktor harus bertanggung jawab
bagi kebenaran atas ketentuan pengguna jasa dan data informasi yang
diberikan oleh pengguna jasa pada saat penjelasan pra tender (pre bid
conference), dengan pengcualian seperti dinyatakan pada sub-clause
5.1 di atas. Dari apa yang dinyatakan di atas, berarti tetap terbuka
kesempatan bagi kontraktor untuk mengajukan kompensasi dari segi
waktu maupun biaya.

Sub-klausula 4.1 Kewajiban umum kontraktor (Silver Book &


Yellow Book)
(Sub-clause 4.1 Contractor’s General Obligations) – edition 1999
(Sub-clause 4.1 Contractor’s General Obligations) – new draft
Kontraktor harus membuat desain, melaksanakan dan
menyelesaikan Pekerjaan sesuai dengan Kontrak, dan harus
memperbaiki cacat mutu pada Pekerjaan. Pada saat diselesaikan,
Pekerjaan harus sesuai dengan tujuan yang dimaksud sebagaimana
dinyatakan dalam Kontrak.
Kontraktor harus menyediakan Instalasi Mesin dan Dokumen
Kontraktor sesuai dengan Kontrak, serta semua Personil Kontraktor,
Barang-barang, Barang-barang yang habis terpakai, Barang-barang
dan jasa lain, baik untuk pekerjaan sementara maupun pekerjaan
permanen, yang dibutuhkan dalam dan untuk desain, pelaksanaan,
penyelesaian dan perbaikan cacat mutu.
Pekerjaan harus termasuk semua pekerjaan yang diperlukan sesuai
dengan ketentuan Pengguna Jasa, atau dinyatakan dalam Kontrak, dan
semua pekerjaan (meskipun tidak disebutkan dalam Kontrak) yang
diperlukan untuk stabilitas atau untuk penyelesaian, atau keselamatan
dan keberhasilan pengoperasian dari Pekerjaan.
Kontraktor harus bertanggungjawab atas kecukupan, stabilitas dan
keselamatan seluruh operasi di Lapangan, seluruh metoda pelaksanaan
dan seluruh Pekerjaan. Kontraktor harus, dalam hal diperlukan oleh
Pengguna Jasa, menyampaikan usulan rencana dan metoda secara
rinci oleh Kontraktor untuk digunakan bagi pelaksanaan Pekerjaan.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 21


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 73


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Perubahan yang mendasar terhadap rencana dan metoda tidak boleh
dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada Pengguna Jasa.

Sub-klausula 4.10 Data Lapangan (Silver Book & Yellow Book)


(Sub-clause 4.10 Site Data) – edition 1999

KONTRAK LUMPSUM
(Sub-clause 4.10 Use of Site Data) – new draft
Pengguna Jasa wajib menyediakan bagi Kontraktor, sebelum
Tanggal Dasar, seluruh data terkait yang dimiliki Pengguna Jasa
mengenai kondisi di bawah permukaan tanah dan kondisi hidrologis
Lapangan, termasuk aspek lingkungan. Pengguna Jasa juga wajib
menyediakan kepada Kontraktor seluruh data yang dimiliki kemudian
oleh Pengguna Jasa setelah Tanggal Dasar.
Kontraktor akan bertanggung jawab dalam memeriksa dan
menginterpretasikan semua data tersebut. Pengguna Jasa tidak
bertanggung jawab atas ketepatan, kecukupan atau kelengkapan dari
data tersebut, kecuali sebagaimana dinyatakan pada Sub-Klausula 5.1
[Kewajiban Umum Desain]

Sub-klausula 13.1 Hak untuk melakukan variasi (Silver Book &


Yellow Book)
(Sub-clause 13.1 Right to Vary) –edition 1999
(Sub-clause 13.1 Right to Vary) – new draft
Variasi dapat dilakukan atas inisiatif pengguna jasa baik dengan
instruksi atau dengan permintaan kepada kontraktor untuk
menyampaikan proposal/usulan.
Kontraktor harus melaksanakan dan terikat pada setiap Variasi,
kecuali kontraktor menyatakan dan menyampaikan pemberitahuan
kepada pengguna jasa tentang keberatannya dengan disertai alasan
yang mendasarinya.

Sub-klausula 13.3 Prosedur Variasi (Silver Book & Yellow Book)


(Sub-Clause 13.3 Variation Procedure) –edition 1999
(Sub-Clause 13.3 Variation Procedure) – new draft
Dalam hal pengguna jasa meminta kepada kontraktor untuk
menyampaikan proposal/usulan, maka kontraktor wajib
menyampaikan deskripsi dari usulan desain dan/atau pekerjaan yang
harus dilaksanakan dan program kerjanya, termasuk modifikasi
program kerja dan juga kontraktor harus menyampaikan usulan
perubahan harga kontrak.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 22


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

74 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Dari Sub-klasula 13.1 dan 13.3 yang terdapat pada FIDIC
Conditions of Contract for EPC/Turnkey Project menunjukkan bahwa
meskipun kontrak menggunakan model EPC/Turnkey yang bersifat
lump sum, tetap dimungkinkan adanya variasi.
KONTRAK LUMPSUM

Analisis:
Sub-klausula 4.12 unforseeable difficulties, maka sub-klausula ini jika
dibaca secara sekilas akan diinterpretasikan sebagai harga kontrak
yang tetap (fixed) sehingga penyedia jasa kontraktor tidak
diperkenankan mengajukan klaim tambahan harga kontrak yang
terjadi, karena dengan menandatangani kontrak dianggap telah
mengetahui dan memperkirakan kesulitan ataupun biaya penyelesaian
pekerjaan.
Sub-klausula 5.10 General Design Obligations, memberi peluang
adanya tambahan harga kontrak, karena dinyatakan pada sub-klausula
ini, beberapa hal tertentu yang tetap memberikan tanggung jawab
kepada pengguna jasa.
Sub-klausula 13.1 Right to Vary, memberi peluang adanya variasi
atas pekerjaan, dengan beberapa ketentuan, dimana variasi dapat
dilakukan atas inisiatif pengguna jasa baik dengan instruksi atau
dengan permintaan kepada kontraktor untuk menyampaikan
proposal/usulan. Kontraktor harus melaksanakan dan terikat pada
setiap Variasi, kecuali kontraktor menyatakan dan menyampaikan
pemberitahuan kepada pengguna jasa tentang keberatannya dengan
disertai alasan yang mendasarinya.
Sub-klausula 13.3 Variation Procedure, menjelaskan prosedur
perintah, yaitu pengguna jasa dapat langsung memerintahkan atau
meminta kepada kontraktor untuk menyampaikan proposal/usulan,
maka kontraktor wajib menyampaikan deskripsi dari usulan desain
dan/atau pekerjaan yang harus dilaksanakan dan program kerjanya,
termasuk modifikasi program kerja dan juga kontraktor harus
menyampaikan usulan perubahan harga kontrak
Dari analisis atas ke empat sub-klausula di atas, maka
pertambahan panjang atas tiang pancang pada kasus di atas, dapat
dibayarkan sebagai suatu variasi, dimana kontraktor diminta untuk
mengajukan proposal perubahan yang kemudian gambar kerja
diajukan oleh kontraktor dan ditandatangni oleh enjinir yang bertindak
untuk dan atas nama pengguna jasa, tandatangan pada gambar kerja
yang diajukan dapat dikategorikan sebagai variation order, karena

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 23


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 75


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
tanpa adanya tandatangan pada dokumen gambar kerja yang diajukan
tersebut maka kontraktor tidak diizinkan untuk memulai pekerjaan
fisik.

KONTRAK LUMPSUM
Hadirin yang saya mulyakan,
Di samping sub-klausula di ats, ternyata masih terdapat sub-klausula
lain yang memungkinkan terjadinya penambahan harga kontrak dan
perpanjangan waktu pelaksanaan pada kontrak lumpsum, sebagai
berikut:

Sub-klausula 2.1 Hak untuk memasuki Lapangan (Silver Book &


Yellow Book)
(Sub-clause 2.1 Right of Access to the Site)-edition 1999
(Sub-clause 2.1 Right of Access to the Site)- final draft
Pengguna Jasa harus memberikan kepada Kontraktor hak untuk
memasuki, penguasaan Lapangan dalam waktu (waktu-waktu) yang
ditetapkan dalam Persyaratan Khusus. Hak dan penguasaan tidak
boleh bersifat eksklusif bagi Kontraktor. Apabila, berdasarkan
Kontrak, Pengguna Jasa harus memberikan kepada Kontraktor
pondasi, struktur, instalasi mesin atau sarana jalan masuk, Pengguna
Jasa harus menyediakannya dalam waktu dan cara sebagaimana
dinyatakan dalam Ketentuan Pengguna Jasa. Akan tetapi,
Pengguna Jasa dapat menahan pemberian hak dan penguasaan
sampai diterimanya Jaminan Pelaksanaan.
Apabila Kontraktor mengalami keterlambatan dan/atau
mengeluarkan biaya sebagai akibat kegagalan Pengguna Jasa
memberikan hak atau penguasaan dalam waktu yang ditentukan,
Kontraktor harus menyampaikan pemberitahuan kepada Enjinir dan
berhak atas hal-hal dalam Sub-Klausula 20.1 [Klaim Kontraktor].
(a) perpanjangan waktu atas keterlambatan, apabila penyelesaian
terlambat atau menjadi terlambat, berdasarkan Sub-Klausula 8.4
[Perpanjangan Waktu Penyelesaian], dan
(b) pembayaran atas biaya ditambah keuntungan, yang harus
dimasukkan ke dalam
Harga Kontrak.
Setelah menerima pemberitahuan, Enjinir harus, berdasarkan Sub-
Klausula 3.5
[Penetapan], menindaklanjuti untuk menyetujui atau menetapkan hal-
hal tersebut.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 24


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

76 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Akan tetapi, apabila kegagalan Pengguna Jasa disebabkan oleh
kesalahan atau keterlambatan Kontraktor, termasuk kesalahan, atau
keterlambatan penyampaian Dokumen Kontraktor oleh Kontraktor,
maka Kontraktor tidak berhak atas perpanjangan waktu, biaya atau
keuntungan.
KONTRAK LUMPSUM

Sub-klausula 4.24 Fosil (Silver Book & Yellow Book)


(Sub-Clause 4.24 Fossils)-edition 1999
(Sub Clause 4.23 Archeological and geological findings)-final draft
Seluruh fosil, uang logam, barang berharga atau antik, serta
struktur dan peninggalan lain atau benda-benda geologis atau
arkeologis yang ditemukan di Lapangan harus ditempatkan di bawah
pengawasan dan penguasaan Pengguna Jasa. Kontraktor harus
melakukan tindakan pengamanan untuk mencegah Personil
Kontraktor atau orang lain memindahkah atau merusak temuan-
temuan tersebut.
Kontraktor harus, setelah penemuan temuan-temuan tersebut,
memberitahukan kepada Pengguna Jasa, yang akan mengeluarkan
instruksi untuk menanganinya.
Apabila Kontraktor mengalami keterlambatan dan/atau
mengeluakan Biaya karena mengikuti instruksi tersebut, Kontraktor
harus menyampaikan pemberitahuan lanjutan kepada Pengguna Jasa
dan berhak berdasarkan Sub-Klausula 20.1 [Klaim oleh Kontraktor]
atas:
(a) perpanjangan waktu atas keterlambatan, apabila penyelesaian
terlambat atau akan terlambat, berdasarkan Sub-Klausula 8.4
[Perpanjangan Waktu Penyelesaian], dan
(b) pembayaran atas Biaya, yang akan dimasukkan dalam Harga
Kontrak.
Setelah menerima pemberitahuan lanjutan, Pengguna Jasa harus
menindakanjuti berdasarkan Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] untuk
menyetujui atau menetapkan hal-hal tersebut.

Sub-klausula 7.4 Pengujian (Silver Book & Yellow Book)


(Sub-clause 7.4 Testing)- edition 1999
(Sub-clause 7.4 Testing by the Contractor) –final draft
Sub-Klausula ini diberlakukan untuk semua pengujian yang
ditetapkan dalam Kontrak, selain Pengujian setelah Penyelesaian (bila
ada).

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 25


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 77


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Kontraktor harus menyediakan semua peralatan, bantuan,
dokumen dan informasi lain, listrik, pelengkapan, bahan bakar, bahan
yang habis terpakai, instrumen, tenaga kerja, bahan, dan staf yang
memiliki kualifi kasi dan pengalaman yang sesuai, sebagaimana
diperlukan untuk melaksanakan pengujian secara efisien.

KONTRAK LUMPSUM
Kontraktor harus mencapai kesepakatan, dengan Pengguna Jasa,
mengenai waktu dan tempat pengujian yang ditetapkan untuk setiap
bagian Instalasi Mesin, Bahan dan bagian lain dari Pekerjaan.
Pengguna Jasa dapat, berdasarkan Klausula 13 [Variasi dan
Penyesuaian], mengubah lokasi dan detail pengujian yang ditetapkan,
atau menginstruksikan Kontraktor untuk melakukan pengujian
tambahan. Apabila perubahan atau pengujian tambahan itu
menunjukkan bahwa Instalasi Mesin, Bahan atau Cara Pengerjaan
yang diuji tidak sesuai dengan Kontrak, biaya pelaksanaan Perubahan
ini menjadi tanggungan Kontraktor, meskipun ada ketentuan lain
dalam Kontrak.
Pengguna Jasa harus memberitahukan kepada Kontraktor dalam
waktu tidak kurang dari 24 jam tentang keinginan Pengguna Jasa
untuk menghadiri pengujian. Apabila Pengguna Jasa tidak hadir pada
waktu dan tempat yang disepakati, Kontraktor dapat melanjutkan
pengujian, kecuali apabila diinstruksikan lain oleh Pengguna Jasa, dan
selanjutnya pengujian dianggap dilaksanakan dengan kehadiran
Pengguna Jasa.
Apabila Kontraktor mengalami keterlambatan dan/atau
mengeluarkan Biaya akibat mengikuti instruksi atau sebagai akibat
dari suatu keterlambatan yang merupakan tanggungjawab Pengguna
Jasa, Kontraktor harus menyampaikan pemberitahuan kepada
Pengguna Jasa dan mendapatkan hak berdasarkan Sub-Klausula 20.1
[Klaim Kontraktor] atas:
(a) perpanjangan waktu untuk setiap keterlambatan, apabila
penyelesaian terlambat
atau akan terlambat, berdasarkan Sub-Klausula 8.4 [Perpanjangan
Waktu Penyelesaian], dan
(b) pembayaran atas setiap Biaya ditambah dengan keuntungan yang
wajar, yang akan ditambahkan ke dalam Harga Kontrak.
Setelah menerima pemberitahuan ini, Pengguna Jasa harus
menindaklanjutinya berdasarkan Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] untuk
menyetujui atau menetapkan hal-hal tersebut.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 26


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

78 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Sub-klausula 8.9 Konsekuensi penghentian pekerjaan (Silver
Book & Yellow Book)
(Sub-clause 8.9 Consequences of Suspension) – edition 1999
(Sub-clause 8.10 Consequences of Employer’s Suspension) – final draft
Apabila Kontraktor mengalami keterlambatan dan/atau
KONTRAK LUMPSUM

mengeluarkan Biaya akibat


memenuhi instruksi Pengguna Jasa berdasarkan Sub-Klausula 8.8
[Penghentian Pekerjaan] dan/atau dari melanjutkan pekerjaan,
Kontraktor harus menyampaikan pemberitahuan kepada Pengguna
Jasa dan berdasarkan Sub-Klausula 20.1 [Klaim oleh Kontraktor]
berhak atas:
(a) suatu perpanjangan waktu untuk setiap keterlambatan, apabila
penyelesaian terlambat atau menjadi terlambat, berdasarkan Sub-
Klausula 8.4 [Perpanjangan Waktu Penyelesaian], dan
(b) pembayaran atas setiap biaya, yang akan dimasukkan ke dalam
Harga Kontrak.
Setelah menerima pemberitahuan, Pengguna Jasa harus menindak
lanjutinya berdasarkan Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] dengan
menyetujui atau menetapkan hal tersebut.

Sub-klausula 13.7 Penyesuaian Akibat perubahan peraturan


(Silver Book & Yellow Book)
(Sub-clause 13.7 Adjustments for Changes in Legislation) edition 1999
(Sub-clause 13.6 Adjustments for Changes in Laws)- new draft
Harga Kontrak harus disesuaikan dengan memperhitungkan
penambahan ataupun pengurangan biaya akibat perubahan Hukum di
negara tersebut lex loci contractus, (termasuk pengenalan Hukum baru
dan pencabutan atau perubahan Hukum yang ada) atau selama
penafsiran hukum atau penafsiran resmi Pemerintah terhadap Hukum
tersebut, yang dilakukan setelah Tanggal Dasar, dan mempengaruhi
Kontraktor dalam pelaksanaan kewajibannya berdasarkan Kontrak.
Semua pelanggaran hukum yang berlaku dineraga tempat kegiatan
diadakan, tunduk pada perundangan negara tersebut sesuai prinsip lex
locus delicti.
Apabila Kontraktor mengalami (atau akan mengalami) kelambatan
dan/atau mengeluarkan (atau akan mengeluarkan) biaya tambahan
akibat perubahan Hukum atau penafsiran hukum, yang dikeluarkan
setelah Tanggal Dasar, Kontraktor harus menyampaikan

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 27


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 79


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
pemberitahuan kepada Pengguna Jasa dan berhak sesuai dengan Sub-
Klausula 20.1 [Klaim oleh Kontraktor] atas:
(a) suatu perpanjangan waktu pelaksanaan akibat keterlambatan,
tersebut, apabila penyelesaian terlambat atau menjadi terlambat,
berdasarkan Sub-Klausula 8.4 [Perpanjangan Waktu Penyelesaian

KONTRAK LUMPSUM
Pekerjaan], dan
(b) pembayaran atas biaya tersebut, yang akan dimasukkan ke dalam
Harga Kontrak.
Setelah menerima pemberitahuan, Pengguna Jasa harus
menindaklanjutinya berdasarkan Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] untuk
menyetujui atau menetapkan hal tersebut.

Sub-Clause 10.3 Gangguan terhadap pengujian pada penyelesaian


(Silver Book & Yellow Book)
(Sub-clause 10.3 Interference with Tests on Completion)- edition 1999
(Sub-clause 10.3 Interference with Tests on Completion)-new draft
Apabila Kontraktor terhalang, lebih dari 14 hari, untuk
melaksanakan Pengujian pada Penyelesaian oleh suatu sebab yang
merupakan tanggungjawab Pengguna Jasa, maka Pengguna Jasa harus
dianggap sebagai telah mengambil alih Pekerjaan atau Bagian
Pekerjaan (bila hal ini terjadi) terhitung sejak tanggal Pengujian pada
Penyelesaian seharusnya dilaksanakan.
Apabila Kontraktor mengalami keterlambatan dan/atau
mengeluarkan Biaya akibat keterlambatan pelaksanaan Pengujian
pada Penyelesaian, Kontraktor harus menyampaikan pemberitahuan
kepada Pengguna Jasa dan berhak berdasarkan Sub-Klausula 20.1
[Klaim Kontraktor] untuk:
(a) suatu perpanjangan waktu untuk setiap keterlambatan, apabila
penyelesaian terlambat atau menjadi terlambat, berdasarkan Sub-
Klausula 8.4 [Perpanjangan Waktu Penyelesaian], dan
(b) pembayaran atas Biaya ditambah keuntungan, yang akan
dimasukkan ke dalam Harga Kontrak.
Setelah menerima pemberitahuan, Pengguna Jasa harus menindak
lanjutinya berdasarkan Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] dengan
menyetujui atau menetapkan halhal tersebut.

Sub-klausula 16.1 Hak kontraktor untuk menghentikan


pekerjaan (Silver Book & Yellow Book).
(Sub-clause 16.1 Contractor’s Entitlement to Suspend Work) edition 1999

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 28


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

80 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
(Sub-clause 16.1 Suspension by Contractor) new draft
Apabila Pengguna Jasa gagal untuk memenuhi Sub-Klausula 2.4
[Pengaturan Keuangan Pengguna Jasa] atau Sub-Klausula 14.7
[Waktu Pembayaran], Kontraktor dapat, setelah menyampaikan
pemberitahuan tidak kurang dari 21 hari kepada Pengguna Jasa,
KONTRAK LUMPSUM

menghentikan pekerjaan (atau menurunkan kecepatan pekerjaan),


kecuali dan hingga Kontraktor telah menerima bukti yang dapat
diterima atau pembayaran, apabila hal ini terjadi dan sebagaimana
dinyatakan dalam pemberitahuan.
Tindakan Kontraktor harus tidak merugikan haknya atas biaya
bunga berdasarkan Sub- Klausula 14.8 [Keterlambatan Pembayaran]
dan pemutusan berdasarkan Sub-klausula 16.2 [Pemutusan oleh
Kontraktor].
Apabila setelah itu Kontraktor menerima bukti atau pembayaran
(sebagaimana dinyatakan dalam Sub-Klausula terkait dan dalam
pemberitahuan di atas) sebelum memberikanpemberitahuan
penghentian, Kontraktor harus melanjutkan pekerjaan secara normal
sesegera dapat dilaksanakan.
Apabila Kontraktor mengalami keterlambatan dan/atau
mengeluarkan Biaya sebagai akibat dari penghentian pekerjaan (atau
mengurangi kecepatan pekerjaan) sesuai dengan Sub-Klausula ini,
Kontraktor harus menyampaikan pemberitahuan kepada Enjinir dan
berhak menurut Sub-Klausula 20.1 [Klaim oleh Kontraktor] atas:
(a) suatu perpanjangan waktu untuk keterlambatan apa saja, apabila
penyelesaian terlambat atau akan terlambat, berdasarkan Sub-Klausula
8.4. [Perpanjangan Waktu Penyelesaian Pekerjaan], dan
(b) pembayaran atas semua Biaya ditambah keuntungan yang wajar,
yang akan dimasukkan ke dalam Harga Kontrak.
Setelah menerima pemberitahuan, Pengguna Jasa harus
menindaklanjuti sesuai dengan Sub-Klausula 3.5. [Penetapan] untuk
menyetujui atau menetapkan hal ini.

Sub-klausula 17.4 Konsekuensi dari risiko pengguna jasa (Silver


Book & Yellow Book)
(Sub-clause 17.4 Consequences of Employer’s Risks) –edition 1999
(Sub-clause 17.4 Consequences of the Employer’s Risks of Damage) new draft
Apabila dan sampai sebatas bahwa resiko yang tercantum dalam
Sub-Klausula 17.3 di atas mengakibatkan kehilangan dan kerusakan
Pekerjaan, Barang-barang, atau Dokumen Kontraktor, Kontraktor

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 29


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 81


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
harus segera menyampaikan pemberitahuan kepada Pengguna Jasa
dan harus mengganti kehilangan atau memperbaiki kerusakan hingga
sebatas yang ditentukan oleh Pengguna Jasa.
Apabila Kontraktor mengalami keterlambatan dan/atau
mengeluarkan Biaya untuk mengganti kehilangan atau memperbaiki

KONTRAK LUMPSUM
kerusakan, Kontraktor harus menyampaikan pemberitahuan lebih
lanjut kepada Pengguna Jasa dan akan berhak berdasarkan Sub-
Klausula 20.1 [Klaim Kontraktor], untuk:
(a) suatu perpanjangan waktu untuk keterlambatan, apabila
penyelesaian terlambat atau menjadi terlambat menurut Sub-Klausula
8.4. [Perpanjangan Waktu Penyelesaian]; dan
(b) pembayaran atas Biaya, yang akan dimasukkan dalam Harga
Kontrak.
Setelah menerima pemberitahuan lebih lanjut ini, Pengguna Jasa
harus menindak lanjutinya sesuai Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] untuk
menyetujuinya atau memutuskan hal ini.

Sub-klausula 19.4 Konsekuensi keadan kahar (Silver Book &


Yellow Book)
(Sub-caluse 19.4 Consequences of Force Majeure)-edition 1999
(Sub-clause 18.1 Exceptional Risks) new draft
Apabila Kontraktor terhambat dalam pelaksanaan kewajibannya
berdasarkan Kontrak oleh Keadaan Kahar yang pemberitahuannya
telah disampaikan berdasarkan Sub- Klausula 19.2 [Pemberitahuan
Keadaan Kahar], dan mengalami keterlambatan dan/ atau
mengeluarkan Biaya akibat Keadaan Kahar, Kontraktor akan berhak
berdasarkan Sub-Klausula 20.1 [Klaim oleh Kontraktor] atas:
(a) suatu perpanjangan waktu untuk setiap keterlambatan, apabila
penyelesaian terlambat atau akan terlambat, berdasarkan Sub-Klausula
8.4 [Perpanjangan Waktu Pelaksanaan], dan
(b) pembayaran atas Biaya-biaya, apabila kejadian atau keadaannya
adalah dari jenis yang tercantum dalam sub-paragraf (i) sampai (iv)
dari Sub-Klausula 19.1 [Defi nisi Keadaan Kahar] dan, dalam hal sub-
paragraf (ii) sampai (iv) terjadi di dalam wilayah Negara.
Setelah menerima pemberitahuan ini, Pengguna Jasa harus
menindaklanjuti sesuai dengan Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] untuk
menyetujui atau menetapkan hal-hal ini.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 30


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

82 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Hadirin yang saya mulyakan,
Conditions of contract untuk proyek-proyek di sektor publik (public
sector project) yang digunakan di Indonesia pada saat ini sangat
beragam, mulai dari Algemene Voorwarden Voor De Uitvoering Bij
Aaneming Van Openbare Werken yang dikenal sebagai AV 41
KONTRAK LUMPSUM

(diterjemahkan dari Bahasa Belanda ke dalam Bahasa Indonesia oleh


Soekarsono Malangjoedo), hingga FIDIC Conditions of Contract for
Works of Civil Engineering Construction yang kemudian berkembang
menjadi FIDIC Conditions of Contract for Construction yang
diterbitkan oleh Fédération Internationale des Ingénieurs-Conseils
yang berkedudukan di Geneva, Switzerland.
Persyaratan Umum Kontrak bidang konstruksi di Indonesia
untuk sektor publik maupun swasta masih dibuat secara tailor made
dan belum distandarisasi, sehingga bahkan untuk suatu kontrak yang
dikatakan berdasarkan FIDIC Conditions of Contract, pada
kenyataannya adalah suatu FIDIC Conditions of Contract yang sudah
dimutilasi (mutilated), yang tentunya sudah tidak lagi ber”jiwa”
FIDIC Conditions of Contract yang adil dan berimbang.
Suatu kegiatan pelaksanaan proyek yang didasari kontrak
konstruksi, adalah merupakan suatu kontrak yang sangat dinamis dan
tidak pasti (uncertain) bahkan risiko pada suatu proyek konstruksi
sangatlah kompleks. Pada suatu proyek infrastruktur berskala besar,
risiko dan kewajiban secara teoritis harus dibagi secara adil di antara
para pihak melalui pengaturan secara kontraktual yang biasanya
menggunakan FIDIC Conditions of Contract. Walaupun demikian,
untuk menghindari risiko yang tidak diperkirakan sebelumnya dan
menghindari terjadinya sengketa selama pelaksanaan, kontraktor baik
nasional maupun internasional harus menaruh perhatian pada
karakteristik lokal dan praktek-praktek kontrak setempat.
Penggunaan suatu persyaratan umum kontrak yang berlaku
untuk semua kontrak konstruksi di sektor publik, yang masih
merupakan suatu cita-cita stakeholder bidang jasa konstruksi, secara
legal sebenarnya dimungkinkan, seperti dinyatakan dalam Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Bab I
Ketentuan Umum, Pasal 1, butir 5 yang menyatakan: “Kontrak kerja
konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan
hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi”.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 31


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 83


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Lumpsum contract di Indonesia
Pada saat ini penggunaan kontrak “lumpsum”, baik yang
menggunakan FIDIC Conditions of Contract EPC/Turnkey Project
maupun yang menggunakan FIDIC Conditions of Contract Plant and
Design Build sebagai acuan.

KONTRAK LUMPSUM
Akhir-akhir ini kontrak yang bersifat “lumpsum” pada proyek
konstruksi menjadi favorit para pengguna jasa, baik institusi
pemerintah , BUMN maupun swasta.
Pemilihan kontrak konstruksi yang bersifat “lumpsum” ini,
berdasarkan hasil survai yang kami laksanakan, ternyata para
pengguna jasa menginginkan suatu harga kontrak yang diharapkan
tetap dan tidak berubah dari harga kontrak awal pada saat
ditandatangani, mengapa demikian? Ternyata bagi pengguna jasa dari
institusi pemerintah disebabkan adanya keengganan berurusan dengan
institusi pemeriksa intern seperti inspektorat jenderal dan pemeriksa
ekstern seperti BPKP, BPK, Kejaksaan dan sebagainya. Bagi institusi
swasta ternyata penyebabnya karena mereka ingin mendapatkan suatu
harga yang lebih pasti sehingga tidak merugi seandainya properti yang
dibangun akan dijual. Bagaimana dengan BUMN? , badan usaha milik
Negara ini berada pada posisi yang mendua, apakah sebagai badan
usaha milik pemerintah yang tentunya harus tunduk pada semua
perundangan yang berlaku bagi institusi pemerintah terkait dengan
pemeriksaan baik oleh satuan pengawasan intern maupun pemeriksa
eksternal seprti bpkp,bpk, kejaksaan dsb, ataukah sebagai institusi
badan usaha swasta yang pemeriksaannya oleh akuntan publik.
Ternyata dari hasil studi tahun 2009 dan kemudian 2014 yang
saya lakukan dalam kaitannya dengan penyebab fisik terjadinya klaim
(physical causal factors of claim), telah terjadi pergeseran penyebab
terjadinya additional contract price, yang dapat dilihat pada tabel 1.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 32


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

84 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Tabel 01
Faktor penyebab dominan terjadinya klaim konstruksi yang
berkembang menjadi sengketa (2009)
KONTRAK LUMPSUM

Terlihat dari Tabel 01 di atas, bahwa yang berada pada urutan


teratas dari 9 faktor dominan adalah dari kelompok masalah
kontraktual, diikuti oleh kelompok pelaksanaan yang menduduki
peringkat kedua, dengan jumlah faktor terbanyak dan kemudian baru
kelompok keadaan alam dan kelompok kinerja yang berbagi diposisi
paling rendah. Di samping 9 faktor di atas, masih ada lagi satu faktor
yang tidak dapat dihindari adalah faktor different interpretation of
contract clauses.
Penelitian kedua dilakukan pada tahun 2014, pada proyek-proyek
jalan dan jembatan di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum,
dengan metode yang sama, dan akhirnya didapat hasil seperti pada
Tabel 02
Tabel 02
Faktor penyebab terjadinya klaim konstruksi yang berkembang
menjadi sengketa (2014)

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 33


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 85


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Hasil penelitian menunjukkan terjadi pergeseran penyebab
dominan klaim yang berkembang menjadi seperti Tabel 02 di atas.
Dapat dilihat bahwa changes in design diikuti oleh inefficiency and
disruption berada di peringkat atas. Di samping itu masuknya

KONTRAK LUMPSUM
changing in laws and regulations menjadi salah satu penyebab
dominan. Di luar ke enam faktor di atas, terdapat suatu faktor baru,
yaitu slow decision making of the employer, yang ternyata tidak
disebabkan oleh tidak kompetennya petugas proyek, tetapi lebih
disebabkan oleh kekhawatiran adanya langkah “kriminalisasi”.
Dari hasil di atas, dapat dipahami bahwa untuk proyek-proyek
institusi pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara yang saat ini
bertambah dengan pesat, sesuai dengan program pemerintah untuk
mengembangkan pembangunan infrastruktur, pengguna jasa mulai
mengubah kebijakannya dengan mempergunakan kontrak instalasi dan
rancang-bangun (plant and design-build), dengan pemahaman bahwa
dengan penggunaan kontrak rancang bangun, akan didapat dua
keuntungan sekaligus, yaitu pengurangan waktu pelaksanaan
konstruksi (karena pelaksanaan desain rinci dilakukan oleh
kontraktor) dan harga kontrak akan tidak berubah (apalagi dengan
memastikan penggunaan lumpsum contract). Pemahaman ini tidak
sepenuhnya benar, karena hasil utama yang didapat adalah
pengurangan waktu pelaksanaan konstruksi, tetapi kemungkinan
pengajuan klaim untuk tambahan harga kontrak dan perpanjangan
waktu tetap akan terjadi, karena dalam kontrak instalasi dan rancang
bangun (plant and design-build),tetap dimungkinkan dengan adanya
klausula unforeseeable physical conditions. Namun demikian
pemahaman yang mendalam mengenai penanganan kontrak rancang
bangun dan kontrak lumpsum EPC harus lebih dulu dipunyai sebelum
memulai menggunakannya.
Dari tabel 01 dapat dilihat bahwa pada studi tahun 2009 penyebab
terjadinya additional contract price utamanya adalah karena penyebab
fisik, sedang pada studi 2014 telah terjadi pergeseran, dimana
penyebab utama adalah masalah administrasi dan pengambilan
keputusan yang berlarut larut. Apa penyebab pengambilan keputusan
menjadi lamban, ternyata karena adanya kekhawatiran adanya tuduhan
penyimpangan/korupsi dari semua hasil putusan yang menyangkut
penambahan harga kontrak. Kelambanan akibat keengganan
pengambilan keputusan akibat kekhawatiran atas adanya tuduhan

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 34


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

86 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
menguntungkan orang lain yang merupakan salah satu butir dalam
definisi korupsi ternyata berdampak sangat besar, dan merupakan
hambatan yang sangat mengganggu kelancaran program
pembangunan utamanya proyek proyek pemerintah dan bumn.
Upaya yang diambil oleh para pengguna jasa dari institusi
KONTRAK LUMPSUM

pemerintah dan BUMN adalah dengan mencari peluang dengan


harapan mengurangi kemungkinan terjadinya hal di atas, dengan
berlindung dibalik klausula-klausula kontrak kerja konstruksi.
Penggunaan FIDIC Conditions of Contract EPC/Turnkey Project dan
FIDIC Conditions of Contract Plant and Design Build (keduanya
sudah saya terjemahkan dengan lisensi resmi dari FIDIC), yang
cenderung bersifat “lumpsum” menjadi pilihan, sayangnya pilihan ini
diambil tanpa memahami substansi dari suatu kontrak “lumpsum”
yang diharapkan harga kontrak awal akan tetap tidak berubah hingga
selesainya kontrak pekerjaan konstruksi tersebut.

Pemahamam kontrak “lumpsum”.


Hampir semua kontrak konstruksi di Indonesia mengacu pada
FIDIC Conditions of Contract selaku “model law”, yaitu suatu model
Persyaratan Umum Kontrak (General Conditions of Contract), yang
lazimnya akan diikuti dengan Persyaratan Khusus Kontrak (Particular
Conditions of Contract) yang dimaksudkan sebagai tambahan
persyaratan yang spesifik bagi kontrak konstruksi tersebut.
Sayangmya karena kurangnya pemahaman akan suatu kontrak
konstruksi di Indonesia, maka Persyaratan Khusus Kontrak ini pada
umumnya justru berisi penghapusan atau perubahan yang dipaksakan,
sehingga bukannya mengurangi permasalahan tetapi justru menambah
permasalahan baru yaitu suatu sengketa.
Untuk memilih suatu bentuk kontrak, diperlukan suatu
pemahamnan atas substansi kontrak tersebut sesuai dengan
perundangan yang berlau di Indonesia, sehinga sebelum memulai
pembangunan suatu proyek konstruksi

Hadirin yang saya mulyakan,


Berikut akan dapat dilihat apakah FIDIC Conditions of Contract
khususnya Silver Book dapat dilaksanakan di Indonesia, dalam
kaitannya dengan aturan perundangan yang berlaku di Indonesia,

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 35


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 87


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Kontrak konstruksi di Indonesia menurut UU 18 tahun 1999
Menurut Undang-undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,
Kontrak Kerja Konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang
mengatur hubungan hukum antar pengguna jasa dan penyedia jasa
dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

KONTRAK LUMPSUM
Pasal 22 (2) UU No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,
menyatakan bahwa Kontrak Kerja Konstruksi sekurang-kurangnya
harus mencakup uraian mengenai :
a. Para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak;
b. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci
tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu Pelaksanaan;
c. Masa pertanggungan dan atau pemeliharaan, yang memuat
tentang jangka waktu pertanggungan dan atau pemeliharaan yang
menjadi tanggung jawab penyedia jasa;
d. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi
dan kualifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi;
e. Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk
memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk
memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk
memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya
melaksanakan pekerjaan konstruksi;
f. Cara Pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban
pengguna jasa dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaan
konstruksi;
g. Cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab
dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana diperjanjikan;
h. Penyelesaian Perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata
cara penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan;
i. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan
tentang pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak
dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak.
j. Keadaan memaksa ( force majeure), yang memuat ketentuan
tentang kejadian yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para
pihak, yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak;
k. Kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan tentang kewajiban
penyedia jasa dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan;

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 36


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

88 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
l. Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan ketentuan tentang
kewajiban para pihak dalam Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja serta jaminan sosial;
m. Aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam
pemenuhan ketentuan tentang lingkungan
KONTRAK LUMPSUM

Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang


dan Jasa Pemerintah, menyatakan bahwa:
Pasal 51: Definisi kontrak lumpsum adalah sebagai dinyatakan pada
pasal 51, sebagai berikut:
(1) Kontrak Lump Sum merupakan Kontrak Pengadaan
Barang/Jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu
tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian
harga;
b. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa;
c. pembayaran didasarkan pada tahapan produk /keluaran yang
dihasilkan sesuai dengan isi Kontrak;
d. sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based);
e. total harga penawaran bersifat mengikat; dan
f. tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/ kurang.

Penafsiran
Huruf a. harga kontrak yang telah disepakati oleh kedua belah pihak
adalah pasti dan tetap, tidak ada penyesuaian harga, dengan
pemahaman tidak disediakan rumus eskalasi sehingga tidak ada
eskalasi harga.
Huruf b. semua risiko ditanggung penyedia jasa, dalam hal ini
diperlukan kesamaan pemahaman tentang risiko. Garner 1 Definisi
Risiko: The loss that occurs in the physical phase on a project. Dari
definisi di atas, maka semua kerugian yang mungkin terjadi harus
ditanggung oleh kontraktor selaku penyedia jasa. Loss atau kerugian
terjadi akibat suatu kejadian yang belum dapat diperkirakan
sebelumnya.
Huruf c. pembayaran dilakukan pada tahapan keluaran, misalnya 25 %
dan kemudian 50 %.

1
Garner (.): Black’s Law Dictionary

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 37


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 89


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Hurud d. pekerjaan dinilai berdasar keluaran
Huruf e. total harga penawaran bersifat mengikat. Penawaran akan
bersifat mengikat setalah meningkat menjadi kontrak atau kesepakatan
kedua belah pihak.
Huruf f. tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.

KONTRAK LUMPSUM
Pekerjaan tambah/kurang adalah bertambah atau berkurangnya suatu
item pekerjaan yang terjadi tanpa adanya usulan, permintaan,
kesepakatan atau persetujuan lain.

Perpres No 54 Tahun 2010


Pasal 87 Ayat 1: Dalam hal terdapat perbedaan kondisi lapangan,
dapat dilakukan perubahan menambah atau mengurangi….< 10 %
……….
Dalam hal terdapat perbedaan atau tidak dapat diterapkannya suatu
desain yang terjadi akibat dari perbedaan kondisi lapangan, dapat
dilakukan sejauh tidak melewati batas 10 %.

Perpres No 70 Tahun 2012


Pasal 87 Tambahan Ayat 1 a: Perubahan kontrak dimaksud hanya
berlaku untuk pekerjaan dengan harga satuan ………
Pasal 87 ayat 1 berlaku baik untuk kontrak harga satuan maupun
kontrak lumpsum, namun pada ayat 1 a dinyatakan dengan tegas
bahwa perubahan kontrak hanya diberlakukan pada kontrak dengan
harga satuan.

Perpres No 4 Tahun 2015


Pasal 89 ayat 2(a): Pembayaran untuk Pekerjaan Konstruksi,
dilakukan senilai Pekerjaan yang telah terpasang…………
Pasal ini dengan tegas menyatakan bahwa pembayaran dapat
dilakukan senilai pekerjaan yang terpasang. Dengan ketentuan ini
maka setiap perubahan volume dan sebagainya akan dapat dibayarkan
setelah terpasang, dan tidak ada batasan bentuk kontrak harga satuan
ataupun lumpsum.

Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 2000


Pasal 21: Kontrak Lumpsum adalah kontrak dengan jumlah harga
yang pasti dan tetap sepanjang gambar dan spesifikasi tidak
berubah………….

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 38


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

90 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Ketentuan ini menunjukkan bahwa sejauh perubahan diperintahkan
oleh pengguna jasa, maka pihak jasa berhak mendapatkan perubahan
atas harga kontrak.
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aturan perundangan yang
berlaku, maka dalam hal digunakan kontrak lumpsum, diizinkan
KONTRAK LUMPSUM

adanya perubahan harga kontrak dalam hal perubahan yang terjadi


adalah atas perintah atau tindakan lain yang dapat dikategorikan
sebagai perintah dari pihak pengguna jasa.

Pengambil keputusan untuk menggunakan atau tidak


menggunakan Silver Book adalah pengguna jasa.
Pengguna jasa harus yakin akan kompetensi, sumber daya dan
pengalaman dari calaon kontraktor berdasarkan prakualifikasi dan
akan proses tender yang baik dan bahwa yang terpilih adalah yang
terbaik”.
Pada penggunaan Silver Book, harus tidak terjadi inspeksi yang
berlebuihan (over inspection), supervise yang terlalu rimci dan ada
kewajiban kontraktor untuk meminta izin kerja (approval) untuk
setiap aktivitasnya.
Bagi kontraktor saat memasuki kontrak dengan waktu dan harga
kontrak yang tetap, kewajibannya juga harus tetap dan dengan
ditandatanganinya kontrak, pengguna jasa tidak dapat secara sepihak
(unilateral) memaksakan kehendaknya dalam proses pelaksanaan
desain dan konstruksi.
Bagi kontraktor, dalam memauk kontrak dengan menggunakan
Silver Book, harus dipahami sejauh mana pengguna jasa akan campur
tangan dalam proses desain dan konstruksi, merupaka hal yang harus
diperghatikan oleh kontraktor jika akan masauk dalam perjanjian
kontrak lumpsum.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 39


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 91


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
KONTRAK LUMPSUM
Gambar 08
Tahapan Proyek dengan FIDIC Silver Book
(Stages of Project with FIDIC Silver Book)

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 40


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

92 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
KONTRAK LUMPSUM

Gambar 09
Langkah kontraktual yang direkomendasikan pada awal Proyek dengan
FIDIC Silver Book
(Recommended contractual step in the early stage of Project with
FIDIC Silver Book)

KESIMPULAN
Saat ini pemahaman kontrak konstruksi utamanya FIDIC conditions
of contract yang pada umumnya dipakai sebagai rujukan di Indonesia,
belum dipahami secara substantif. Kesamaan pemahaman dari para pihak
yang terikat kontrak konstruksi, yaitu institusi pemerintah/BUMN selaku
pengguna jasa dan kontraktor/BUMN selaku penyedia jasa belumlah
seperti yang diharapkan.
Model kontrak FIDIC Conditions of Contract for EPC/Turnkey
Project menunjukkan bahwa meskipun kontrak menggunakan model

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 41


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 93


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
EPC/Turnkey yang bersifat lump sum, tetap dimungkinkan adanya
variasi.
Penambahan/penggantian/penghapusan klausula sesuai model kontrak
FIDIC conditions of contract, yang sekilas tampak menguntungkan
pengguna jasa, pada praktiknya justru akan menimbulkan masalah yang

KONTRAK LUMPSUM
berujung pada sengketa.
Penyebab fisik terjadinya klaim dan sengketa konstruksi berdasarkan
hasil studi yang dilakukan menunjukkan bahwa terjadinya klaim yang
berujung pada tambahan harga kontrak (additional cost) dan
perpanjangan waktu penyelesaian (extension of time), berdasarkan hasil
penelitian yang saya buat tahun 2009 dan kemudian 2014 ternyata dari
segi fisik dan kejadian yang meyebabkannya telah mengalami pergeseran
dari semula penyebab atau causal factor dengan ranking tertinggi adalah
kepemilikan lahan kerja menjadi lambatnya pengambilan keputusan oleh
pengguna jasa.
Hingga saat ini berdasarkan aturan perundangan yang berlaku di
Indonesia, maka bagi setiap kontrak yang bersifat lumpsum, tetap
dimungkinkan adanya variasi (variation).

Hadirin yang saya mulyakan,


Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan UCAPAN TERIMA
KASIH saya kepada semua pihak yang telah berperan dan mendukung
saya hingga tercapainya obsesi seorang pengajar di perguruan tinggi,
yaitu menjadi Guru Besar.
Merupakan suatu kehormatan bagi saya pada hari ini dengan
dikukuhkannya saya sebagai Guru Besar Bidang Manajemen Konstruksi
di Universitas Merc u Buana, kehormatan ini tentunya merupakan idaman
dari semua tenaga pendidik, karena ini merupakan pengakuan atas
pengabdian sebagai tenaga pendidik yang telah kita semua lakukan
selama ini. Pada keempatan ini saya memanjatkan syukur kepada Allah
SWT atas anugerah kepada saya, yang tentunya diberikan melalui tangan-
tangan yang telah dengan sabar dan ikhlas memberikan dukungannya bagi
saya.
Kepada Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof
Dr.Mohamad Nasir, MSc, Ak; beserta jajaran Pimpinan Tinggi Madya
dan Pimpinan Tinggi Pratama.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 42


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

94 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Dr Ir Moch.
Basuki Hadimuljono, MSc; beserta jajaran Pimpinan Tinggi Madya.dan
Pimpinan Tinggi Pratama.
Kepada Bp Ir Suyono Sosrodarsono, Dipl HE Menteri Pekerjaan
Umum (1983-1988) yang telah mendorong dan menyemangati saya untuk
KONTRAK LUMPSUM

banyak menulis buku dan Bp Ir.Djoko Kirmanto, Dipl HE, Menteri


Pekerjaan Umum (2004-2014) yang memberikan kesempatan untuk
berkiprah di dunia internasional.
Kepada Koordinator Kopertis Wilayah 3, Dr. Illah Saillah, MSc
beserta Bp Putut Pujogiri, SH; Bp Drs Nursal, MM; Bp Sudadi, SIp,
MSi; dan jajarannya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Secara khusus kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Ristekdikti
Prof dr.Ali Ghufron Mukti, MSc, PhD; Prof Dr Ir Djoko Santoso, MSc;
Ir Hari Poerwanto MSc, DEA; Prof Dr Pauline Pannen MSc, PhD; Prof
Dr Bunyamin Maftuh, MPd, MA; Prof. Dr.Ir. Yanuarsyah Haroen, MSc;
Prof Dr Ir Nadjadji Anwar, MSc; Prof Dr Ir Krishna Mochtar, MSc; Prof.
Dr. Manlian R.Simanjuntak, ST., MT, yang telah banyak memberikan
motivasi, bantuan dan dukungannya selama proses mendapatkan
kualifikasi Guru Besar.
Kepada Pendiri Universitas Mercu Buana selaku Ketua Pembina
Yayasan Menara Bhakti Bapak Haji Probosutedjo; Wakil Ketua Dewan
Pembina Prof. Dr.Suharyadi, MS; Ketua Badan Pembina Harian Bapak
Drs.Soehardjo Soebardi; beserta seluruh Pembina, Pengawas dan
Pengurus Yayasan Menara Bhakti yang telah memberikan dukungan dan
kepercayaan kepada saya sebagai tenaga pengajar tetap di Universitas
Mercu Buana.
Kepada Rektor Universitas Mercu Buana, Dr.Arissetyanto Nugroho
MM; Para Wakil Rektor Prof. Ir. Dana Santoso MEngSc, PhD; Dr
Purwanto SK, MSi; Prof Dr Ngadino Surip Diposumarto, MS; Dekan
Fakultas Teknik Dr. Danto Sukmajati, ST, MSc; para Wakil Dekan Ir.
Mawardi Amin, MT; Ir.Muh.Kholil, MT; Direktur Sumber Daya Dra Yuli
Harwani, MM; Wakil Kepala Program Pasca Sarjana Dr Hadri Mulja,
MM; Kepala Prodi Teknik Sipil Acep Hidayat, ST, MT; Kepala Prodi
Magister Teknik Sipil Dr Ir Resmi Bestari Mu’in MT; Bp Junaedi SE,
MM; Bp Caturida Meiwanto, SE, M.Ak; Bp Moestanuzul, Bp Rizki dan
kepada seluruh Civitas Academica Universitas Mercu Buana yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.
Kepada Prof Ir Ariono Abdulkadir, MSc PhD (alm), Guru Besar
Universitas Mercu Buana yang telah membawa saya ke lingkungan

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 43


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 95


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Universitas Mercu Buana, dan berkat dorongannya secara pribadilah saya
termotivasi menyelesaikan pendidikan program pasca sarjana tingkat
doktoral di Universitas Tarumanagara Jakarta, selaku Promotor Utama,
bersama dengan Promotor Pendamping Prof Dr Ir Chaidir Anwar
Makarim MSc dan Dr.Ir Ismeth Z Abidin, MSc (alm);

KONTRAK LUMPSUM
Kepada Prof Dr Wiratman Wangsadinata (alm) yang bertindak selaku
penguji dan pembimbing saya sejak di program strata 1 hingga strata 3.
Kemudian kepada Prof Ir Sofia Alisyahbana MSc, PhD atas dukungan
dan kerjasamanya dalam membina Jurnal Konstruksia Universitas
Muhammadiyah Jakarta,
Tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada para guru yang
telah membimbing saya sejak Sekolah Dasar & Sekolah Menengah
Pertama yang hadir di sini Ibu Trees Wilandari, Bapak WS Haryanto dan
Ibu Lisa Lukmanto;
Rekan-rekan Pengurus BADAPSKI Prof. Hikmahanto Juwana,
SH,LLM, Ph.D; Ir. Agus Rahardjo, MSM; Prof. Dr. Satya Arinanto, SH,
MH; Abdul Rahman Saleh, SH, MH; Dr. Ir. Djoko Kirmanto, Dip.HE;
Prof.Ir.Roesdiman Soegiarso, MSc,PhD; Irjen Pol. (Purn) Dr. dr.
Hadiman, SH, Sp KO; Ir. Hedianto Husaini, MSCE, MSi; Dr. Ir. Sudarto
Patmosukismo, MT; Dr. Ahmad Sudiro, SH, MH, MM; Dr. Firman
Widjaja, SH, MH; Bintang Perbowo, SE, MM; Ir. Erri Heriadi; Ir. Franz
Kurniadhi Widjojo, MM.
Rekan-rekan Dewan Pengawas Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi Ir. Yusid Toyib, M.Eng.Sc; Ir. Yaya Supriatna, M.Eng.Sc;
Bapak Bachtiar Ravenala Ujung, SE, MM; Ir. Effendi Sianipar, MM;
Bapak Wibisono Setiowibowo MSc; Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, MSc; Ir.
Hari Poerwanto,MSc, DEA; Dr. Firman Widjaja, SH, MH;
Rekan-rekan Pembina Yayasan Samarthya Universitas Pekalongan
Irjen Pol. (Purn) Dr. dr. Hadiman, SH, Sp KO ; Irjen Pol. (Purn) Drs.
Suprapto Mualim, MM; Pengurus : Mohamad Rizal, SE; Dr. Eko Hari
Soesanto, MS; Drs. Ahmad Shakowi, MSc; Rektor Universitas
Pekalongan Suryani Yahman, SH, MH, para Wakil Rektor, para Dekan
dan Wakil Dekan, Para Pimpinan Lembaga serta segenap civitas
akademika Universitas Pekalongan.
Rekan rekan pengajar dan staf di Universitas Tarumanagara,
Universitas Parahyangan Bandung, Universitas Muhammadiyah Jakarta,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan Univeersitas Hasanuddin
Makassar atas kerjasamanya selama ini.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 44


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

96 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Terakhir kepada keluarga saya, kedua orang tua saya Bapak A.
Hardjomuljadi (alm) dan Ibu Sri Harjani (alm) yang telah mendidik saya
untuk berbuat bagi sesama, mengabdi kepada bangsa dan meningkatkan
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia sesuai bidang keahlian saya. Isteri
saya Ir.Susan Hardjomo IAI (alm) yang senantiasa memotivasi dan
KONTRAK LUMPSUM

mendampingi saya selaku teman diskusi (karena dia telah lebih dahulu
menekuni bidang manajemen kontrak konstruksi kontrak internasional,
bekerja di perusahaan konsultan Jepang sejak 1980), sebagai sparring
partner pada semua kegiatan saya sebagai pembicara di event
internasional sejak 2004 sebagai FIDIC Accredited Trainer (Switzerland)
dan kemudian sejak 2012 sebagai Country Representative dari Dispute
Board Resolution Foundation (USA), kegiatan yang hingga saat ini tetap
berjalan tiga atau empat kali setahun. Kepada kedua anak saya, yang
pertama drg.Aditya Pratama Sarwono, MH, MARS yang tidak mau kalah
dengan bapaknya hingga saat ini masih menyelesaikan studinya di
Universitas Indonesia sebagai Spesialis Prostodonti; anak kedua saya
dr.Ayuningtyas Pratita Sarwono yang telah menikah dengan menantu
saya dr Hannafied Tedjo, bertempat tinggal di Sukohardjo dan baru bulan
April lalu dikarunia seorang putri Hannah Marianingtyas. Kedua anak
saya sangat mendukung saya dalam beraktifitas, apalagi sejak kepergian
isteri saya tercinta.

Hadirin yang saya mulyakan,


Akhir kata saya ucapkan terimakasih kepada seluruih hadirin yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu, namun saya ucapkan terima kasih
dan saya berikan penghargaan setinggi tingginya atas kesediaannya unuk
hadir pada acara pengukuhan saya sebagai Guru Besar Teknik Sipil
Bidang Manajemen Konstruksi pada Fakultas Teknik Universitas Mercu
Buana.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 45


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 97


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
DAFTAR PUSTAKA

Adriaanse, John (2010): Construction Contract Law: The Essential,


Thomson West , Palgrave

KONTRAK LUMPSUM
American Institute of Architects (2007): General Conditions of Contract
for Construction, Document A201-2007, USA
Australian Standard (2005): General Conditions of Contract AS-4000-
1997 amendment 3 – 2005, Australia
Bu-Bshait, Khaled and Manzanera, Ignacio (1990): Claim Management,
Project Management, Butterworth-Heine(man Ltd., Vol. 8 No. 4,
November 1990
Chow, Kok Fong (2006): Construction Contracts Dictionary, Thomson,
Sweet & Maxwell Asia, 1st Edition
Dendy Sugono et al (2008): Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT
Gramedia, Jakarta
Fédération Internationale des Ingénieurs-Conseils (2006): Conditions of
Contract for Construction MDB Harmonised Edition, FIDIC,
Geneve, Switzerland
Fédération Internationale des Ingénieurs-Conseils (1999): Conditions of
Contract for Construction, FIDIC, Geneve, Switzerland
Fédération Internationale des Ingénieurs-Conseils (1999): Conditions of
Contract for Plant and Design Build, FIDIC, Geneve, Switzerland.
Fédération Internationale des Ingénieurs-Conseils (1999): Conditions of
Contract for EPC/Turnkey Projects, FIDIC, Geneve, Switzerland
Fédération Internationale des Ingénieurs-Conseils (1987): Conditions of
Contract for Civil Engineering Works 4th Edition 1987 amended
1992
Garner, Brian A (1999): Black’s Law Dictionary, Seventh Edition, West
Group, St.Paul-Minnesota
Hardjomuljadi, Sarwono (2017): “Current Practice of FIDIC EPC/
Turnkey Project: Employer’s pitfalls when using a Silver Book”
FIDIC User’ Conference, July 18-19, 2017, Hanoi, Vietnam

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 46


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

98 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Hardjomuljadi, Sarwono (2017): “The Development of The Alternative
Dispute Resolution in Indonesia”, DRBF Annual Conference, May
24-26, 2017, Madrid, Spain
Hardjomuljadi, Sarwono (2016): “Variation Order, The Causal or The
KONTRAK LUMPSUM

Resolver of Claim in The Construction Projects”, International


Journal of Applied Engineering Research ISSN 0973-4562 Volume
11 Number 14 (2016) pp 8128-8135, © Research India Publications,
Scopus indexed Q3.
Sarwono Hardjomuljadi (2015): “Commencement of Works vs
commencement of Works Program (FIDIC Rainbow Conditions of
Contracts)”, Journal of Applied Environmental and Sciences ISSN:
2090-4274, Volume 5 Number 8 (2015) pp.55-69, © 2015, TextRoad
Publication.
Hardjomuljadi, Sarwono (2014): “Factor Analysis on Causal of
Construction Claims and Disputes in Indonesia (with reference to the
construction of hydroelectric power project in Indonesia)”,
International Journal of Applied Engineering Research ISSN 0973-
4562 Volume10 Number 9, November 22 (2014) Scopus indexed Q4.
Hardjomuljadi, Sarwono; Sarwono, Susan; Siregar, Dona Alisyah;
Widjojo, Kurniadhi, Hariandja, Henrico; Lubis, Hikmad Batara,
(2015): Persyaratan Umum Kontrak untuk Instalasi dan Rancang-
Bangun (FIDIC Conditions of Contract for Plant and Design-Build,
Translation under FIDIC’s License)
Hardjomuljadi, Sarwono; Abdulkadir, Ariono; Sarwono, Susan; Iskandar,
Nasser; Sudirman, Weddy (2010): Persyaratan Umum Kontrak untuk
Proyek EPC/Turnkey (FIDIC Conditions of Contract for
EPC/Turnkey Project 1999, Translation under FIDIC’s License)
Hardjomuljadi, Sarwono; Abdulkadir, Ariono; Sarwono, Susan;
Hardjawinata, Kodar; Sudirman, Weddy (2010) Kontrak Ringkas
(FIDIC Short Form of Contract, Translation Under FIDIC’s License).
Hardjomuljadi, Sarwono; Abdulkadir, Ariono; Sarwono, Susan; Siregar,
Parasman; Sudirman, Weddy (2008): Persyaratan Umum Kontrak,
FIDIC MDB Harmonised Edition (FIDIC Conditions of Contract for

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 47


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 99


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Construction MDB Harmonised Edition 2006, Translation under
FIDIC’s License)
Hardjomuljadi, Sarwono (2007): Tunnelling: Construction Method till
Construction Claim, (Indonesia) Polagrade, Jakarta

KONTRAK LUMPSUM
Hardjomuljadi, Sarwono; Abdulkadir, Ariono; Takei, Masaru (2006):
Construction Claim Strategy based on FIDIC Conditions of
Contract”, (Indonesia) Polagrade, Jakarta
Malangjoedo, Soekarsono (2001): AV 41 Syarat-syarat umum untuk
pelaksanaan bangunan umum yang dilelangkan, Mediatama
Saptakarya, Jakarta.
Martin, Elizabeth A. and Law, Jonathan (2006): A Dictionary of Law,
Oxford University Press, Sixth Edition
Mortimer-Hawkins, Michael (1993): Conditions of Contract for Works of
Civil Engineering Construction, Advanced Management Course on
Hydro Power Development, BITS-Swedpower, Stockholm, 9
September – 3 November 1993
Pemerintah Republik Indonesia (1999): Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
Quentin Loh (2014): Opening Speech of Annual Conference Dispute
Resolution Board Foundation (DRBF) di Singapura, 2014
Singapore Building and Construction Authority (2008): Public Sector
Standard Conditions of Contract for Construction Works PSSCOC-
2008, Singapore
Sorensen, H. et al (1989): Guide To The Use of FIDIC Conditions of
Contract, FIDIC, Lausanne, Switzerland
Subekti, R (..): Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Buku III
Tay, Swee Kian Catherine and Tang, See Chim (2004): Contract Law,
Marshall Cavendish International (Asia) Pte Ltd.
Widegren, Ragnar (1988): FIDIC Over 75 Years, AB Grafiska Gruppen,
Stockholm, Swede

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 48


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

100 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
RIWAYAT HIDUP
Nama : Sarwono Hardjomuljadi
KONTRAK LUMPSUM

NIDN 0306065303
SERDOS 16103101900089
Tempat/Tanggal lahir : Pekalongan, 6 June1953
Alamat : Taman Alfa Indah F6/23,
Jakarta, Indonesia 11640
E-mail : sarwonohm2@yahoo.co.id
sarwonohm2@gmail.com
Web : www.sarwonohm.com\
Mobile : +62-811-844-903

KELUARGA (Family)
Orang Tua: Ayah: A. Hardjomuljadi (alm); Ibu: Sri Harjani (alm)
Isteri : Ir.Susan H. Sarwono, IAI (alm)
Anak : drg. Aditya Pratama Sarwono, MH, MARS.
` dr. Ayuningtyas Pratita Sarwono
Menantu : dr.Hannafied Tedjo
Cucu : Hannah Marianingtyas

PENDIDIKAN (Education)
Universitas Tarumanagara Program Doktor Teknik Sipil
Universitas Tarumanagara Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum
Institut Teknologi Bandung Program Pasca Sarjana Teknik Sipil
Universitas Parahyangan Program Sarjana Teknik Sipil
Sekolah Menengan Atas Negeri I, Pekalongan
Sekolah Menengah Pertama Pius, Pekalongan
Sekolah Dasar Pius, Pekalongan

AKTIVITAS AKADEMIS (Academic Activivities)


Dosen Tetap Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana
Bidang Manajemen Konstruksi dan Manajemen Kontrak Konstruksi

Pengajar/Pembimbing/Penguji:
Universitas Mercu Buana Program S1 dan S2
Universitas Tarumanagara Program S1, S2 dan S3

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 49


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 101


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Universitas Atmajaya Yogyakarta Program S2
Universitas Parahyangan Bandung Program S2
Universitas Muhammadiyah Jakarta Program S1
Universitas Hasanuddin Makassar Program S3

KONTRAK LUMPSUM
Pembina/Pengurus:
Universitas Pekalongan
 Dewan Pembina Yayasan Samarthya Universitas Pekalongan
 Ketua Pengurus Yayasan Samarthya Universitas Pekalongan
 Sekretaris Pengurus Yayasan Samarthya Universitas Pekalongan

KUALIFIKASI DAN KEANGGOTAAN ORGANISASI PROFESI


(Qualification and Membership of Professional Organization)

INTERNASIONAL (International)
Fédération Internationale des Ingénieurs Conseils (FIDIC-Switzerland)
 Affiliate Member (Certified) (www.fidic.org)
 Adjudicator (Certified) (www.fidic.org)
 International Accredited Trainer (Certified) (www.fidic.org)
Dispute Resolution Board Foundation (DRBF-USA)
 Country Representative for Indonesia (www.drb.org)
Dispute Board Federation (DBF-Switzerland)
 Corporate Panel Member (Certified) (www.dbfederation.org)
Chartered Institute of Arbitrator (CIArb-UK)
 Associate Member (Certified) (www.ciarb.org)
ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE-ASEAN)
 Chartered Professional Engineer (Certified) (www.acpe.org)

NASIONAL (National)
Persatuan Insinyur Indonesia (PII)
 Ketua Komite Advokasi
 Insinyur Profesional Utama (Certified)
Himpunan Ahli Kontrak Konstruksi Indonesia (HAKKI)
 Wakil Ketua II
Badan Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Indonesia (BADAPSKI)
 Sekretaris Jenderal

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 50


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

102 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
 Arbiter, Mediator, Konsiliator, Dewan Sengketa (Dispute Board)
(Certified),
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi nasional (LPJKN)
 Penilai Ahli (Certified & Registered)
KONTRAK LUMPSUM

Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI)


 Ahli Utama Sumber Daya Air (Certified)
Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI)
 Anggota
Komite Nasional Indonesia Bendungan Besar (KNI-BB)
 Anggota
Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI)
 Anggota

PENGALAMAN KERJA (Working Experience)

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


 Staf Khusus Menteri;
 Tenaga Ahli Menteri Bidang Pembinaan Konstruksi

Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN)


 Dewan Pengawas LPJKN;
 Wakil Ketua, Membidangi Legal, Pengembangan Kontrak dan
Penyelesaian Sengketa;
 Wakil Ketua, Membidangi Pengembangan Profesi, Litbang,
Mediasi dan Arbitrase;
 Anggota Majelis Pertimbangan

PT Geo Dipa Energi, (Geothermal PP, joint venture of PT Pertamina


(State Oil Company) and PT PLN (State Eletricity Corporation)
Direktur
 Restrukturisasi Perusahaan
 Mengembangkan Standar Pengadaan Konstruksi (with reference
to FIDIC Standard)

PT PLN (Persero) (State Electricity Corporation)


 Vice President, mewakili Direktur Utama dalam Bidang
Peningkatan Efisiensi (Efficiency Development Program, EDP)

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 51


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 103


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Deputi Direktur, Pengembangan Kemampuan semua Unit Bisnis di
Kantor Pusat (Capability Development of All Business Unit, HO)
 Pengembangan kapasitas semua unit pendukung antara lain: Unit
Pelaksanaan Konstruksi, Unit Pelaksanaan Enjiniring, Unit
Manajemen Konstruksi, Unirt Pelayanan Sertifikasi di PT PLN

KONTRAK LUMPSUM
(Persero).
 Sebagai koordinator, dukungan (supporting), pengawasan
(monitoring) dan manajemen pelaksanaan kontrak konstruksi
(using FIDIC CC for Construction 1999, for Plant Design Build
1999 and for EPC/Turnkey Project 1999) for projects under
international loan at PT PLN (Persero).
 Mengembangkan prosedur pengadaan (procurement procedure)
proyek konstruksi di PT PLN (Persero).
 Melaksanakan pengadaan konsultan enjiniring internasional
(international engineering consultants) di PT PLN (Persero)
Ahli Utama Kantor Pusat, Bidang Administrasi Kontrak Konstruksi
(Principal Expert Construction Contract Administration, HO).
 Mengembangkan prosedur administrasi kontrak (dari tahap
pengadaan konsultan dan kontraktor, tahap studi kelayakan,
tahap desain, tahap konstruksi serah terima pekerjaan dan
commissioning), prosedur administrasi kontrak dan penanganan
klaim konstruksi. (using FIDIC CC for Construction, for Plant
Design Build 1999 and for EPC/Turnkey Project 1999) untuk
semua proyek konstruksi dilingkungan PT PLN (Persero).
 Bertanggung jawab atas penanganan klaim konstruksi (using
FIDIC CC for Construction, for Plant Design Build and for
EPC/Turnkey Project 1999) untuk semua proyek yang didanai
dengan pinjaman multilateral development bank atau bilateral G
to G)
Kepala Staf Operasi, Proyek Induk Provinsi Sumatera Utara dan
Provinsi Aceh (Chief of Staff for Project Operation, Principal Project
North Sumatera Province and Aceh Province)
 Bertanggung jawab atas supervise konstruksi dan administrasi
kontrak (using FIDIC CC for Works of Civil Engineering
Construction 4th Edition 1987 and FIDIC CC for Electrical and
Mechanical Works 3rd Edition 1988), termasuk penanganan
klaim dari beberapa proyek pusat listrik di antaranya: Renun
HEPP (86 MW), Sipansihaporas HEPP (55 MW), Peusangan

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 52


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

104 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
HEPP (85 MW) dll. termasuk semua jenis pusat listrik dan
jaringan transmisi di provinsi Sumatera Utara dan Nangroe Aceh
Darussalam.
Pemimpin Proyek PLTA Renun di Provinsi Sumatera Utara (Project
KONTRAK LUMPSUM

Manager Renun Hydro Electric Power Project at North Sumatera)


 Bertanggung jawab atas supervisi konstruksi dan administrasi
kontrak Renun HEPP (86 MW) (FIDIC CC for Works of Civil
Engineering Construction 4th Edition, 1987). Terowongan
dengan panjang total 26 km, diameter 3.5 m dan bendungan
dengan tinggi 19 m dari type timbunan tanah dengan permukaan
dilapis aspal (earth fill asphalt facing dam) dengan material
timbunan 141,235, ternmasuk penanganan klaim dari kontraktor
(Hyundai-Jinro-MBRC J.O.) termasuk juga semua pekerjaan
terkait baik pekerjaan sipil lainnya maupun elektromekanikal
dan metal works..
Kepala Sub Divisi Implementas Poyek Hidro, Kantor Pusat (Head of
Hydro Project Implementation Sub Division at HO)
 Bertanggung jawab atas pengembangan program pembangunan,
program pelaksanaan proyek dan monitoring serta pelaksanaan
manajemen kontrak dan administrasi kontrak termasuk
penanganan klaim dari semua HEPP di lingkungan PT PLN
(Persero). (using FIDIC CC for Works of Civil Engineering
Construction 3rd Edition 1977)
Kepala Bagian Teknik Sipil Proyek PLTA Cirata, Provinsi Jawa
Barat (Head of Civil Engineering Cirata Hydro Electric Power Project,
West Java Province)
 Bertanggung jawab atas penanganan supervise konstruksi dan
administrasi kontrak Cirata HEPP (1000 MW) (using FIDIC CC
for Works of Civil Engineering Construction 3 rd Edition 1977),
bendungan type urugan batu dengan lapisan muka beton (the
concrete faced rock fill dam) dengan tinggi 125 m dan timbunan
batu 3,850,000 m3, terowongan sepanjang 3 km dengan
diameter 10 m, bangunan power house bawah tanah (
underground powerhouse) dengan ukuran bukaan bawah tanah (
underground cavern dengan tinggi 48,5, lebar 35m dan tinggi
253,0 m, termasuk juga penangan klaim kontraktor pekerjaan
sipil (Taisei-PP-Mitsubishi Corp. J.O.).

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 53


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 105


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Kepala Seksi Bendungan dan Terowongan, Proyek PLTA Cirata,
Provinci Jawa Barat (Chief of Section for Dam and Tunnel Works at
Cirata Hydro Electric Power Project, West Java Province)
• Bertanggung jawab atas penanganan supervise konstruksi dan
administrasi kontrak pekerjaan sipil dan penanganan klaim

KONTRAK LUMPSUM
kontraktor (Taisei-PP-Mitsubishi Corp. J.O.), untuk pekerjaan
bendungan dan terowongan pelimpah (for Dam, Tunnel and
Spillway tunnel) (using FIDIC CC for Works of Civil
Engineering Construction 2nd Edition 1969) .

PENGALAMAN KERJA PROFESIONAL TERKAIT


(Related Professional Working Experience)

 Saksi ahli (Expert Witness) untuk Arbitrase di International


Chamber of Commerce (ICC) (Singapore) dan Badan Arbitrase
Nasional Indonesia (BANI) (Indonesia) untuk International
Projects yang dilaksanakan dengan FIDIC Conditions of
Contract.
 Mediator, Konsiliator dan Dewan Sengketa (Dispute
Adjudication Board/Dispute Board) untuk penyelesaian sengketa
konstruksi (Dispute Settelement of Construction Projects)
utamanya jalan, jembatan, bendungan, terowongan dan pusat
listrik (roads, bridges, dams, tunnels, hepps) semuanya yang
dilaksanakan dengan FIDIC Conditions of Contract
 Friendly Reviewer, untuk New Edition of FIDIC Rainbow Series
1999 (to be launch in 2017).

PUBLIKASI/ BUKU (Publication/ Book)

Sarwono Hardjomuljadi (2016): Alternatif Penyelesaian Sengketa


Konstruksi di Indonesia/ADR in Indonesia, Kementerian PUPR,
Kementerian Ristekdikti, Universitas Mercu Buana bekerjasama
dengan Penerbit Logoz Bandung, ISBN 978-602-9272-39-0.
Sarwono Hardjomuljadi (2015): Manajemen Klaim Konstruksi/
Construction Claim Management (FIDIC Conditions of
Contract), Kementerian PUPR, Kementerian Ristekdikti,
Universitas Mercu Buana bekerjasama dengan Penerbit Logoz
Bandung , ISBN 978-602-9272-37-6.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 54


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

106 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Sarwono Hardjomuljadi, (2014) : Pengantar Kontrak Konstruksi/
Introduction to Construction Contract (FIDIC Conditions of
Contract), Kementerian PUPR, Kementerian Ristekdikti,
Universitas Mercu Buana bekerjasama dengan Penerbit Logoz
Bandung, ISBN 978-602-9272-13-0.
KONTRAK LUMPSUM

Sarwono Hardjomuljadi, Susan Sarwono, Dona Alisyah Siregar,


Kurniadhi Widjojo, Henrico Hariandja, Hikmad Batara
Lubis (2015)
“Persyaratan Umum Kontrak untuk Instalasi dan Rancang
Bangun (FIDIC Conditions of Contract for Plant and Design
Build 1999, Translation under FIDIC’s License), ISBN:978-
979-073-878-2
Sarwono Hardjomuljadi, Ariono Abdulkadir, Susan Sarwono, Nasser
Iskandar, Weddy B.S (2010):
“Persyaratan Umum Kontrak untuk Proyek EPC/Turnkey
(FIDIC Conditions of Contract for EPC/Turnkey Project 1999,
Translation under FIDIC’s License),ISBN:978-979-823-017-2
Sarwono Hardjomuljadi, Ariono Abdulkadir, Susan Sarwono, Kodar
Hardjawinata, Weddy B.S (2010)
“Kontrak Ringkas” (FIDIC Short Form of Contract, Translation
Under FIDIC’s License), ISBN 978-979-823-016-5
Sarwono Hardjomuljadi, Parasman.Siregar, Susan Sarwono (2008):
“Renewable Energy: Hydro Power and Notes on Its
Development in Indonesia” (English), Polagrade, ISBN: 979-
999-00-8-4
Sarwono Hardjomuljadi. Ariono Abdulkadir, Susan Sarwono,
Parasman Siregar, Weddy B.S (2008):
“Persyaratan Umum Kontrak, FIDIC MDB Harmonised Edition
(FIDIC Conditions of Contract for Construction MDB
Harmonised Edition 2006, Translation under FIDIC’s License),
ISBN:979-265-739-5
Sarwono Hardjomuljadi (2007):
“Tunnelling: Construction Method till Construction Claim“,
(Indonesia) Polagrade, ISBN: 978- 979-1203-08-1
Sarwono Hardjomuljadi, Ariono Abdulkadir, Masaru Takei (2006):
“Strategi Klaim Konstruksi Berdasarkan FIDIC Conditions of
Contract”, Penerbit Polagrade, ISBN:979- 97749-2-6
Sarwono Hardjomuljadi (1999):

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 55


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 107


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
“The Importance of Management Decisions in The Application
of FIDIC Conditions of Contract for Civil Construction Works”,
(English), Pikitring Sumatera Utara & Aceh.

KONTRAK LUMPSUM
JURNAL (Journal)

Sarwono Hardjomuljadi: “Variation Order, The Causal or The


Resolver of Claim in The Construction Projects”, International
Journal of Applied Engineering Research ISSN 0973-4562
Volume 11 Number 14 (2016) pp 8128-8135, © Research India
Publications, Scopus indexed, Q-3
Sarwono Hardjomuljadi: “Commencement of Works vs commencement
of Works Program (FIDIC Rainbow Conditions of Contracts)”,
Journal of Applied Environmental and Biological Sciences
ISSN: 2090-4274, Volume 5 Number 8 (2015) pp.55-69, ©
2015, TextRoad Publication. Copernicus indexed
Copernicus indexed
Sarwono Hardjomuljadi: “Latest Development in Civil Engineering: A
Book to Honor the 80th Birthday of Prof. Dr. Ir. Wiratman
Wangsadinata”, pp 131-158, ISBN 9786027204409, 447 p. : ill.
; 25 cm, 2015, WITness Press.
Sarwono Hardjomuljadi: “Analysis on the Possession of Site as
Physical Cause of Claim and the Related Clauses in the FIDIC
Conditions of Contract for Construction MDB Harmonised
Edition”, Journal of Basic and Applied Scientific Research ISSN
2090-4304, Volume 4 Desember (2014) pp.109-121. © 2014,
TextRoad Publication Copernicus indexed
Sarwono Hardjomuljadi: “Factor Analysis on Causal of Construction
Claims and Disputes in Indonesia (with reference to the
construction of hydroelectric power project in Indonesia)”,
International Journal of Applied Engineering Research ISSN
0973-4562 Volume10 Number 9, November 22 (2014) Scopus
indexed.
Sarwono Hardjomuljadi: “The Main Causal Factors of Construction
Claims Under FIDIC Contract in Indonesia, International
Journal of SSRN, Upload July 29, 2011.
Sarwono Hardjomuljadi : “Fair and Balanced Conditions of Contract,
A Key to Success in the Construction of Hydro Electric Power

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 56


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

108 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Plants in Indonesia”, International Journal of SSRN, Upload
June 15, 2011
Sarwono Hardjomuljadi, “Causal factors of Construction Claims and
Related Clauses in the FIDIC Conditions of Contract”, Civil
Engineering Journal, Volume 1 No.1, May 2010, hal 57-74,
KONTRAK LUMPSUM

ISSN 0863-5272
Sarwono Hardjomuljadi FIDIC EPC/Turnkey Contract, Understanding
and its Implementation in Powe Plant Projects in Indonesia”,
International Journal of SSRN, Upload June 25, 2010
Weddy Benadi Sudirman & Sarwono Hardjomuljadi, “Project Risk
management in Hydropower Plant Projects: A Case Study from
State Owned Electricity Company in Indonesia”, Journal of
Infrastructure Development, Volume 3 No 2, December 2011,
ISSN 0974-9306.
Marlia Dyah Salindri & Sarwono Hardjomuljadi: “Peran Enjinir
Terhadap Terjadinya Klaim Konstruksi di Proyek Infrastruktur
Pinjaman Luar Negeri”, Jurnal Konstruksia, Vol 5 Nomor 1,
Desember 2013, hal 1-11, ISSN 2086-7352
Galih Aya Taurano & Sarwono Hardjomuljadi: Analisis Faktor
Penyebab Klaim Pada Proyek Konstruksi yang Menggunakan
FIDIC Conditions of Contract for Plant and Design Build”,
Jurnal Konstruksia, Vol 5 Nomor 1, Desember 2013, hal 13-24,
ISSN 2086-7352
Sarwono Hardjomuljadi, “Chance and Desire, The root of construction
Claims”, Jurnal Konstruksia Vol 2 Nomor 2, Juli 2011, hal 1-15,
ISSN 2086-7352
Sarwono Hardjomuljadi: Pemahaman Kontrak Konstruksi Internasional
terhadap Tantangan Era Globalisasi”, Jurnal Konstruksia, Vol
2 Nomor 1, November 2010, hal 1-8, ISSN 2086-7352
Sarwono Hardjomuljadi, Sriyono D.Siswoyo:”Development of
Mini/Mikrohydro Power Plant for Rural Electricity in
Indonesia” (in English), Journal Ilmiah Teknologi Energi, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Volume 1 No. 6,
February 2008, ISSN 1858-3466
Sarwono Hardjomuljadi, Sriyono D. Siswoyo : “Pengembangan
Pembangkit Listrik Mini / Mikro Hidro dan Pemberdayaan
Masyarakat Pedesaan”, Journal Himpunan Ahli Teknik
Hidraulik Indonesia (HATHI), Volume 1 No.8, Maret 2007,
ISSN 0215-1251

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 57


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 109


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
KONFERENSI INTERNATIONAL/SEMINAR/LOKAKARYA
(International Conference/Seminar/Workshop)

PEMBICARA/PELATIH (Speaker/Trainer)
“Current Practice of FIDIC EPC/ Turnkey Project: Employer’s pitfalls

KONTRAK LUMPSUM
when using a Silver Book” 9th FIDIC Asia Pacific Uers’
Conference, July 18-19, 2017, Hanoi, Vietnam
”The Development of The Alternative Dispute Resolution in Indonesia”,
Dispute Resolution Board Foundation (DRBF) Annual
International Conference, May 24-26, 2017, Madrid, Spain
“Dispute Board A Choice of Construction Dispute Resolution in
Indonesia, Based on Law No 2 Year 2017”, Mercu Buana
University-Dispute Resolution Board Foundation
(DRBF)—BADAPSKI-HAKKI, March 10, 2017 Jakarta,
Indonesia
“Dispute Board as one of The Alternatives Dispute Resolution in
Indonesia”, 8th FIDIC Asia Pacific Contract User’s
Conference, July 26-27,2016 Singapore
“The FIDIC Silver Book in Practice”, 7th FIDIC Asia Pacific Contract
User’s Conference, FIDIC-Informa, June 30- July 1,
2015,Singapore
“The Project Implementation using FIDIC Yellow Book in Indonesia”, 7th
FIDIC Asia-Pacific Contract User’s Conference, FIDIC-
Informa, June 30-July 1, 2015, Singapore
“The Banks’ Role in the FIDIC Conditions of Contract MDB Harmonised
Edition”, 6th FIDIC Asia-Pacific Contract User’s
Conference, FIDIC-Informa, July 8-9, 2014, Shenzen,
China.
“Future of Dispute Board in ASEAN Region: Regulation and Culture in
Indonesia”, DRBF World Annual Conference, May 15-17,
2014, Singapore.
“Challenge and Problem Solving in using FIDIC MDB: From
Commencement to Termination of the Works", FIDIC
Centenary Conference, September,15-18, 2013, Barcelona,
Spain
“Dispute Board, The Best ADR for Construction Projects in Indonesia”,
5th FIDIC Asia-Pacific Contract User’s Conference,
FIDIC-Informa, June 10-12, 2013, Kuala Lumpur,
Malaysia.

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 58


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

110 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
“The Development of FIDIC General Conditions of Contract for
Construction and the History of its Red Flag Clauses in
Indonesia”,.5th FIDIC Asia-Pacific Contract User’s
Conference, FIDIC-Informa, June 10-12, 2013, Kuala
Lumpur, Malaysia
KONTRAK LUMPSUM

“The answer to the need of a fair and balanced Conditions of Contract”,


FIDIC, World Annual Conference, September 9-12, Seoul ,
2012, Korea
“The Importance of Interpretation on Red Flag Clauses to fulfil parties’
obligations effectively “, FIDIC, Conference, June 25-26,
2012, Brussels, Belgium
“Construction Disputes and Alternative Disputes Resolution in Indonesia
“, FIDIC, Conference, June 25-26,2012, Brussels, Belgium
“Cost Management in the Implementation of Construction Projects under
FIDIC Conditions of Contract”, 4th FIDIC Asia-Pacific
Contract User’s Conference, FIDIC-Informa, June 20-21,
2012, Singapore.
“Mock Dispute Board”, FIDIC-DRBF-JICA, May 8, 2012, Workshop,
2012, Jakarta, Indonesia
“Development of Dispute Board in Indonesia”, Workshop, FIDIC-DRBF-
JICA, February 14, 2012, Jakarta, Indonesia
“Employer’s “new” obstacle, Commencement Date and related clauses”,
FIDIC World Annual Conference, October 3-5, 2011, Davos
, Switzerland
“Comparisons between FIDIC Conditions of Contract 1999 and MDB
Harmonised 2010“, 3rd FIDIC Asia-Pacific Contract User’s
Conference, FIDIC-Informa, June 24-25, 2011, Singapore.
“The Development of New Edition FIDIC for Construction, MDB
Harmonised Edition”, FIDIC Workshop, January 27-28,
2011, Brussels, Belgium
“Practical Use of FIDIC Conditions of Contract”, FIDIC International
Training Module 1, FIDIC-Persistence Indonesia, December
8 - 10, 2010, Jakarta, Indonesia
“Practical Use of FIDIC Conditions of Contract”, FIDIC International
Training Module 1, FIDIC – CECOPHIL, October 4 - 5,
Manila ,2010, The Philippines
“The Main Causal Factors of Construction Claims, Under FIDIC
Contract”, Contract Management for International
Construction Training & Workshop, FIDIC – Japan

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 59


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 111


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
International Cooperation Agency (JICA), July 26 - 30,
2010, Jakarta, Indonesia
”Managing Construction Claims under FIDIC GCC” ”, FIDIC-
Persistence Indonesia, July 5-6, 2010, Jakarta, Indonesia
“FIDIC EPC/Turnkey Contract, understanding and its implementation in

KONTRAK LUMPSUM
power plant projects in Indonesia”, 2nd FIDIC Asia-Pacific
Contract User’s Conference, FIDIC-Informa, June 24 - 25,
2010, Beijing, China.
“Fair and balanced Conditions of Contract, a key success in the
construction of hydro electric power plants in Indonesia”,
Third International Conference on Water Resources and
Renewable Energy Development in Asia, March 29 - 30,
2010, Kuching, Malaysia.
“FIDIC General Conditions of Contract and Construction Claims”,
International Workshop of FIDIC Conditions of Contract:
Managing Construction Claims, FIDIC-LPJKN-INKINDO,
January 28 - 29, 2010, Jakarta, Indonesia
“Construction Contract Administration , FIDIC MDB Harmonised
Edition, Series 3”, EINRIP November 30, 2010, Jakarta
“Construction Contract Administration, FIDIC MDB Harmonised
Edition, Series 2”, EINRIP November 25, 2010, Denpasar,
Bali
“Construction Contract Administration , FIDIC MDB Harmonised
Edition, Series 1“ , EINRIP November 30,2010, Makassar
“Contract Administration untuk FIDIC Type of Contract” (Bahasa
Indonesia), Australian Aif (AusAid), Oktober 7, 2010,
Jakarta
“Contract Administration for FIDIC Type of Contract“ (Bahasa Inggris),
Australian Aids (AusAid), September 29, 2010, Jakarta
“The Metamorphosis of FIDIC GCC Clauses and the Main Causal
Factors of Construction Claims in Indonesia”, 1st FIDIC
Asia-Pacific Contract User’s Conference, FIDIC- Informa,
June 29 - 30,2009, Hong Kong, China.
“Contractual Problems during the Construction of Hydro Electric Power
Plant: An Alternative Renewable Energy Base Power Plant
in The Midst of World Energy Crisis”, World Renewable
Energy Regional Congress (WRERC 2009), June 17 - 19,
2009, Jakarta, Indonesia

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 60


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

112 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
“FIDIC General Conditions Contract and Its Application in Indonesia”,
International Workshop on FIDIC Conditions of Contract:
Construction Contract, FIDIC-LPJK-INKINDO, May 28 -
29, 2008, Jakarta, Indonesia
“Pre Contract Strategy in Minimizing the Impact of Construction Claim
KONTRAK LUMPSUM

in Hydro Power Plant Projects in Indonesia”, February


2009, Tarumanagara University, Jakarta, Indonesia
“Construction Problem in Economic Crisis”, May 2009, Tarumanagara
University, Jakarta, Indonesia.
“Competency Improvement on the International Contract, with Reference
to FIDIC GCC for Construction 1999”, HAMKI (Indonesia
Society of Construction Management), December 2008,
Jakarta, Indonesia.
“Construction Disputes: Breakthrough of Solution”, AKI (Indonesian
Contractor Association), November 2008, Jakarta,
Indonesia.
“Risk Sharing Between Employer and Contractor on Price Escalation”,
HPJI (Road Development Association of Indonesia),
November 2008, Surabaya, Indonesia
“A Challenge in Understanding the International Contract Standard”,
presented in Seminar “Strategy in Grabbing the Opportunity
in International Construction Market” Third National
Convention of Project Management, IAMPI, July 2008,
Indonesia
“International Construction : Towards Globalization in Construction
Industry”, Panelist, Universiti Teknologi Malaysia-LPJKN-
AKI, 2007, Jakarta, Indonesia
”EPC Contract, toward the Market Challenge in the Provision of
Construction Service”, Workshop, Indonesian Electricity
Society, 2007, Jakarta, Indonesia
”Construction Services and Development”, Seminar, University of
Indonesia- Indonesian Contractor Association, 2006,
Jakarta, Indonesia
“Construction Claims in Hydroelectric Power Plant Project”, presented
in Seminar of Association of Civil Engineering Alumni of
Parahyangan University, November 2006 Bandung,
Indonesia
“Construction Claims , more an art than engineering”, Seminar, PT PLN
(Persero), 2006, Jakarta, Indonesia

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 61


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 113


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
“Efficiency improvement through contract arrangement” Workshop,
Office of the Minister ofAdministrative Reform, 2004,
Batam, Indonesia
”Claim, impact and how to deal with”.Seminar, PT PLN (Persero), 1997,
Jakarta, Indonesia

KONTRAK LUMPSUM
”Claim Management based on FIDIC Conditions of Contract”, Annual
Conference of HATHI (Association of Hydro Engineers of
Indonesia), 1996, Medan, Indonesia
“New Austrian Tunneling Method and FIDIC Conditions of Contract”
Annual Conference of HATHI (Association of Hydro
Engineers of Indonesia), 1991, Jakarta, Indonesia
”Contractual problems in the Construction of Spillway Tunnel of Cirata
HEPP”. Annual Conference of HATHI (Association of
Hydro Engineers of Indonesia), 1987, Semarang, Indonesia

KONFERENSI TAHUNAN FIDIC (FIDIC Annual Conference)

“ Engineering for the Challenges of Cimate Change“ , September 25-27,


2016, Marrakech, Marroco.
“Financing the future”, International Infrastructure Conference,
September 13-13, 2015, Dubai, UAE
“Innovative Infrastructure Solution”, International Infrastructure
Conference, September 28-October 01, 2014, Rio de
Janeiro, Brasil,
“Quality of life: Our responsibility”, World Centenary Conference &
Workshop FIDIC, FIDIC, September 15-18,2013,
Barcelona, Spain.
“Beyond Green, a New Paradigme”, Annual Conference & Workshop
FIDIC, FIDIC, September 9 - 12, 2012, Seoul, Korea
“,Local Resources-Global Perspective” , Annual Conference & Workshop
FIDIC, FIDIC, October 3-5, 2011, Davos, Switzerland
“Managing Innovation The Way Forward”, Annual Conference &
Workshop FIDIC, FIDIC,”, September 19 - 22, 2010,
New Delhi, India
“Global challenges – Sustainable solutions”, Annual Conference &
Workshop FIDIC, FIDIC, September 13 - 16, 2009,
London, UK
“A Strong Industry Serving Society”, Annual Conference & Workshop
FIDIC, FIDIC, September 7 – 10, 2008, Quebec, Canada

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 62


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

114 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
“Global services - enhanced partnership”, Annual Conference &
Workshop FIDIC, FIDIC, September, 9 - 13, 2007,
Singapore
“Where the roads meet ” , Annual Conference & Workshop FIDIC,
FIDIC, September 24 - 27, 2006, Budapest, Hungary.
KONTRAK LUMPSUM

“Sustainable engineer– Global leadership” Annual Conference &


Workshop FIDIC, FIDIC, September 4 - 8, 2005, Beijing,
China
“From National to global player”, Annual Conference & Workshop
FIDIC, FIDIC, September 12 -16, 2004, Copenhagen,
Denmark

PELATIHAN (Training)

Adjudicator Assesment for FIDIC Listed Adjudicator, FIDIC-JICA-


ADB, November 5 -7, 2012, Manila, Philippines
Training Workshop FIDIC Adjudicator, October 29 – November 2, 2012,
FIDIC-JICA-ADB, Manila, Philippines
Advanced Training Workshop for FIDIC Module 1 & 2, FIDIC-JICA-
ADB, Augustus 12-16, 2012, Manila, Philippines
Course on Business Law for Non Lawyer (85 hours), May – August 2012,
2012, Faculty of Law, Tarumanagara University, Jakarta
Training and examination for Membership of Chartered of International
Arbitrator, 2009, ICC-CIArb-SIAC, Singapore.
Workshop on Electromechanical Contract, Romania Machinery, 2001,
Bucharest
Workshop on Hydro Turbine for HEPP Project, Kvaerner Boving, 1999,
Doncaster, UK
Workshop on Transformer for Hydro Power Plant, Contract
Development, African Transformer, 1999, Johannesburg,
South Africa.
Training on Tunnel Boring Machine, Robbins,1996, Seattle, USA
Training on Tunnel Boring Machine (TBM) Operation, Jinro, 1996,
Seoul, South Korea
Workshop on FIDIC Contract for Tunneling Works, Hyundai, 1995,
Seoul, South Korea
Workshop on FIDIC Conditions of Contract, Sydkraft, 1993,
Copenhagen, Denmark

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mercu Buana | 63


E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 115


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Buku Baru

Pengadaan

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

116 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
*pesan buku ke : Reza 0878 818 121 988
Ayu 0812 9596 5262

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 117


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
Event Penting

Pengadaan

E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

118 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

Edisi 7 Tahun 2017 | 119


Manajemen
Pengadaan
& Hukum
IAPI E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7

120 | Edisi 7 Tahun 2017


Manajemen
Pengadaan
& Hukum

Anda mungkin juga menyukai