s i 5 7| Ta
| Tahun
h u n 22017
017
Manajemen
Pengadaan
Kontrak
lump
& Hukum
Pengadaan
sum !
BINTEK IAPI
Mengenai kontruksi design and build
IAPI IN ACTION
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
DAFTAR ISI
Ir. Afrizul, MM
Percepatan Proses Penunjukan Langsung Pengadaan Benih Padi | 2
Sunarno
Langkah-Langkah Backup dan Restore Database ke Server E-Reporting SPSE
Otomatis | 11
Lucky Akbar
Penerapan Value Discipline bagi Peningkatan Kualitas Layanan Aparatur Sipil
Negara | 13
Rahmad Daulay
Menagih Komitmen Dekriminalisasi Pengadaan | 19
Emir Suryo Guritno
Membuat Tanda Tangan Digital Elektronik dengan Mudah | 23
Aisyah Baranyanan
Sistem Manajemen Mutu Barang / Jasa sistem Manajemen Mutu Barang / Jasa
(SEMUT BAJA) ISO 9001:2015 | 29
Sonny Sumarsono
Sourcing vs Purchasing | 35
I Made Heriyana
Pekerjaan Utama dan Penunjang Kaitan dengan Subkontrak | 37
Betrika Oktaresa
Kajian Penerapan Public Private Partnership dalam Rangka Penyediaan Listrik di
Kabupaten Berau | 40
Prof. Sarwono Hardjomuljadi
Kontrak Lumpsum pada Pekerjaan Konstruksi di Indonesia | 53
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
Membangun
Referensi
Pengadaan
Indonesia
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
PERCEPPATAN PENGADAAN
Rekomendasi sebagaimana dimak- bersifat khusus,” sebagai berikut :
sud dalam Pasal 39 ayat (3) huruf d. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Kewajiban Pengedar Benih Bina Lainnya yang spesifik dan hanya dapat
tertuang dalam Pasal 42, yaitu : dilaksanakan oleh 1 (satu) Penyedia
Barang/Jasa Lainnya karena 1 (satu)
a. mematuhi peraturan perundang-
pabrikan, 1 (satu) pemegang hak
undangan perbenihan yang berlaku;
paten, atau pihak yang telah mendapat
b. bertanggungjawab atas mutu Benih izin dari pemegang hak paten atau
Bina yang diedarkan; pihak yang menjadi pemenang
c. melakukan pencatatan dan peny- pelelangan untuk mendapatkan izin
impanan dokumen Benih Bina yang dari pemerintah.
diedarkan selama 1 (satu) tahun; “Kriteria Barang Khusus/Pekerjaan
Konstruksi khusus/Jasa Lainnya yang
d. memberikan data atau keterangan
bersifat khusus yang dimungkinkan
yang diperlukan Pengawas Benih
dilakukan Penunjukan Langsung seba-
Tanaman atau Pengawas Mutu
gaimana dimaksud diuraikan lebih lan-
Pakan; dan
jut dala Perpres 172 tahun 2014, pasal
e. melaporkan setiap terjadi peruba- 38, ayat 5 huruf d1, meliputi :
han data sebagaimana dimaksud “Pekerjaan Pengadaan dan penya-
dalam Pasal 39 ayat (3). luran benih unggul yang meliputi benih
Produsen dan Pengedar Benih padi, jagung dan kedelai, serta pupuk
Bina dapat menjadi rekanan penyedia yang meliputi Urea, NPK dan ZA ke-
jasa dalam pengadaan Barang/Jasa, pada petani dalam rangka menjamin
menurut Perpres 56 tahun 2010 ketersediaan benih dan pupuk secara
sebagaimana telah dirubah pada tahun tepat dan cepat untuk pelaksanaan
2014 melalui perpres 172 tahun 2014. peningkatan ketahanan pangan;
Pengadaan Benih Bina memenuhi
syarat dilakukan secara Penunjukan Kualifikasi Penyedia Barang Jasa
langsung tertuang dalam Pasal 38 ayat Pengadaan Benih bina sesuai Perpres
1, Perpres 172 tahun 2014 menyatakan 56/2010 dan Perubahannya yang
bahwa Penunjukan langsung terhadap selalu dipersyaratkan dalam Proses
1 (satu) penyedia Barang/Pekerjaan Penunjukan Langsung pengadaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dapat Benih Bina di Kementerian Pertanian :
dilakukan, dalam hal : 1. Formulir Isian Kualifikasi ditandatan-
a. Keadaan tertentu, dan/atau gani oleh : direktur utama/ pimpinan
b. Pengadaan barang khusus/ Peker- perusahaan/ penerima kuasa dari
jaan Konstruksi khusus/Jasa Lainnya direktur utama/ pimpinan perusa-
yang bersifat khusus. haan yang nama penerima kuasanya
tercantum dalam Akta Pendirian/
Lebih lanjut Perpres 172 tahun 2014,
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
K ondisi birokrasi Indonesia di era reformasi saat ini bisa dikatakan belum
menunjukan arah perkembangan yang diharapkan. Hal itu bisa jadi karena
nilai-nilai reformasi belum tertanamkan dengan baik di kalangan birokrat. Masih
banyak ditemukan birokrat yang arogan dan menganggap rakyatlah yang
membutuhkan. Praktik KKN masih banyak terjadi dan mentalitas birokrat masih
banyak menuai kritik dari masyarakat.
Salah satu pemahaman yang perlu diperkenalkan di lingkungan birokrasi
adalah penerapan Value Discipline dalam rangka menanamkan nilai-nilai
reformasi yang diharapkan dapat tumbuh menjadi jiwa birokrat dalam
menjalankan roda pemerintahan. Salah satu contoh dari penerapan dari Value
Discipline tersebut adalah penerapan gerakan efisiensi yang digaungkan oleh
kementerian keuangan.
Sebelum kita bicara lebih jauh tentang penerapan gerakan efisiensi di
kementerian keuangan, terlebih dulu saya jelaskan tentang apa itu value discpilin.
VALUE DISCIPLINE
diturunkan secara detil strategi menurut bisnis model masing-masing.
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
DEKRIMINALISASI
PENGADAAN
oleh : Rahmad Daulay
Blog: www.selamatkanreformasiindonesia.com
13 Agustus 2017
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
B agi yang terbiasa untuk melakukan suatu pelelangan atau membuat dokumen
apapun, selain melakukan pengisian formulir yang telah di sediakan melalui
aplikasi tidak menutup kemungkingan kita akan melakukan penyalinan/scanning
dokumen untuk di-upload dan disampaikan kepada panitia pelelangan. Pada saat
pembuatan dokumen tersebut kadang kala kita membubuhkan tanda tangan dan
baru kemudian di lakukan penyalinan/scanning dengan hasil akhir file dengan
ekstensi (*.jpg / *.pdf). Sebagai alternative yang selama ini telah dilakukan, dan
merujuk kepada Undang Undang No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) yang pada pasal 1 angka (12) yang menyebutkan secara
eksplisit bahwa tanda tangan elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas
informasi elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan informasi
elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentifikasi, serta
pada pasal 1 angka (13) menyebutkan pula bahwa penanda tangan adalah
subjek hukum yang terasosiasi atau terkait dengan tangan elektronik, kita dapat
menggunakan software pembuat file PDF misal Nitro PDF, Acrobat Profesional
yang menyediakan fitur digital signature. Namun kali ini kita akan menggunakan
software Nitro PDF, adapun langkah langkah membuat digital signature sebagai
berikut :
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
tandatangan elektronik
3. Akan muncul Signature Profile Wizard sebagaimana gambar 1, klik New digi-
tal ID, yang akan memunculkan tampilan sebagaimana gambar 2. Isilah form
Nama, Email, Organizational Unit (Unit Organisasi), dan Organizational Name
(Nama Organisasi/Nama Instansi), kemudian setelah diisi semua tombol Next
yang sebelumnya berfungsi akan berfungsi dan silahkan klik tombol tersebut.
(Catatan: form isian yang telah anda sampaikan itulah yang nantinya akan
dilekatkan pada file dokumen yang akan dibubuhi tanda tangan anda)
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 3 Gambar 4
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
Gambar 5
5. Untuk mengetahui secara detail Digital ID silahkan klik “View Digital ID” dan
informasi akan muncul sebagaimana pada gambar 5.
6. Setelah klik “Next” sebagaimana pada angka 4 diatas, akan muncul tampilan
seperti gambar 6 dibawah ini (Signature detail ini maksudnya adalah informasi
apa saja yang akan di munculkan pada suatu tanda tangan). Pada form Reason
for signing document silahkah klik drop down dan akan muncul beberapa pili-
han alasan untuk menanda tangani suatu dokumen, lebih baik lagi jika anda
mengisikan form Location dan Contact.
Silahkan centang pada Show digital signature on document, kemudian klik
“New” pada Use this signature appreance.
Gambar 6
7. Pada tampilan Configure Signature Appreance, silahkan isi form Name (se-
bagai contoh saya menuliskan Tanda Tangan Fulan), pada pilih Graphic form
file untuk menampilkan tanda tangan anda atau tanda tangan siapapun yang
anda kehendaki (catatan pastikan anda mendapatkan persetujuan dari dia)
pilih file tanda tangan dalam format lebih baik dengan ekstensi *.png karena
dengan format file ini gambar akan fokus pada vector tanda tangan.
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
tandatangan elektronik
Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9
Gambar 10
9. Telah selesai sudah pembuatan tanda tangan digital anda dan kini saatnya un-
tuk di implementasikan. Pastikan anda sudah mempunyai file dokumen yang
hendak anda tanda tangani dan tentu saja file tersebut dalam format *.pdf bu-
kalah file tersebut dan pilih menu “Sign” dan disana telah tersedia tanda tan-
gan yang dapat anda tempelkan pada file yang telah anda buka (lihat tampilan
Gambar 11). Pada saat anda klik tanda tangan yang telah tersedia maka kursor
anda akan berubah menjadi gambar pensil/bolpoin dan silahkan drag pada
file dokumen anda. (Catatan: pastikan pada saat drag kursor pas dengan uku-
rannya, lihat Gambar 12)
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
Gambar 11 Gambar 12
10.Anda akan melihat hasil akhir dari tanda tangan digital anda. Untuk gambar
13 merupakan hasil akhir dari angka 7, gambar 7 yang mana kita mencen-
tang semua informasi text yang akan kita tampilkan pada tanda tangan digital
kita. Sedangkan untuk gambar 14, semua informasi text tidak perlu di centang
cukup menampilkan gambar tanda tangannya saja (Catatan: terserah selera
anda sekalian mana yang lebih enak dilihat).
Gambar 13 Gambar 14
11.Baik pada gambar 13 dan gambar 14, anda akan melihat simbol centang dan
bolpoint, silahkan klik symbol tersebut untuk memunculkan informasi tanda
tangan, dan dilihat dari gambar 15 pada Additional Information terlihat infor-
masi yang sama dengan apa yang telah kita buat sebagaimana pada langkah
sebelumnya yaitu langkah 6. (gambar 6).
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
Kesimpulan
Pembuatan tanda tangan digital sebagaimana telah saya kemukakan diatas
sangat mudah jika kita terbiasa untuk melakukannya, namun yang perlu
diperhatikan pastikan anda selalu ingat di komputer/laptop mana saja yang
telah install software Nitro PDF dan software tersebut telah di setting untuk bisa
membuat tanda tangan digital anda karena jika anda lupa maka orang yang
tidak berhak dapat menggunakan tanda tangan digital anda (Software Nitro
PDF yang saya gunakan tidak menyedia fasilitas password saat membuat tanda
tangan digital, namun untuk Acrobat Professional atau software lainnya mungkin
menyediakannya).
Semoga bermanfaat
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
A. Latar Belakang
Sebagai Organisasi perangkat daerah (OPD) yang baru terbentuk, Bagian
Pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa (BPPBJ) Sekretariat Daerah Kabupaten
Halmahera Selatan dalam penataan organisasi masih terkesan belum efektif
sehingga kwalitas dan mutu pekerjaan belum maksimal, selain karena tenaga ahli
PBJ yang belum mencukupi dan masih ada keadaan rangkap jabatan yang sering
mengakibatkan tumpang tindih pekerjaan maka BPPBJ Sekretariat Daerah
Kabupaten Halmahera Selatan perlu menerapkan suatu “Sistem Manajemen Mutu
Barang / Jasa (SEMUT BAJA) ISO 9001:2015 untuk mengatur tata cara pelayanan
pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa sekretariat Daerah Kabupaten Halmahera
Selatan sesuai standar internasional.
JANGKA PENDEK
TERIMPLEMENTASINYA SISTEM MANAJEMEN MUTU BARANG/JASA ISO
9001:2015 DI BAGIAN PENGELOLAAN PENGADAAN BARANG/JASA KAB.
HALMAHERA SELATAN
JANGKA MENENGAH
TERSERTIFIKASINYA BAGIAN PENGELOLAAN PENGADAAN BARANG
DAN JASA BERBASIS SISTEM MANAJEMEN MUTU
ISO 9001: 2015
JANGKA PANJANG
TERTERAPKANNYA SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2015 DI
SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
BAGI MASYARAKAT
Masyarakat (Penerima jasa) mendapatkan pelayanan berstandar
internasional.
BAGI PEMERINTAH
BAGI ORGANISASI
Tata kelola sistem pelayanan pengadaan Barang dan jasa di BPPBJ lebih
Efisien dan efektif
Secara pribadi manfaat yang diperoleh dari Proyek Perubahan Sistem Manajemen
mutu (Semut Baja) ISO 9001:2015, antaralain meliputi:
1) Mampu bekerja melibatkan diri dan mempengaruhi pemangku kepentingan untuk
ikut terlibat mensuskseskan proyek perubahan Sistem Manajemen Mutu Barang
/ jasa (SEMUT BAJA) sesuai ISO 9001:2015.
2) Dapat menjadi bahan referensi penyusunan Dokumen sistem Manajemen Mutu
sesuai ISO 9001:2015 pada organisasi lainnya.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari kegiatan sistem manajemen mutu meliputi:
1. Pembentukan tim efektif
2. Workshop Sistem Manajemen Mutu barang/jasa ISO 9001: 2015
3. Pendampingan dalam pembuatan Dokumen Panduan Mutu
4. Implementasi Sistem Manajemen Mutu barang/jasa ISO 9001: 2015
5. Pelatihan auditor
6. Pembentukan Tim Auditor
7. Pelaksanaan Audit
8. Sertifikasi
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
EKSTERNAL
SUBAG INFORMASI, PELAYANAN NARASUMBER
DAN PENGADUAN AUDITOR EKSTERNAL
SUBAG EVALUASI DAN SKPD
PELAPORAN
MASYARAKAT PENERIMA JASA
SUBAG PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN
STAF
F. Peta Stakeholder
Secara garis besar Peta stakeholder dapat digambarkan sebagai berikut:
•LATENS •PROMOTORS
SEKRETARIS DAERAH
KABAG DAN
NARASUMBER
AUDITOR
KASUBAG PPBJ
G. Pontensi Penghambat
Potensi Penghambat tersebut meliputi;
Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2015
Aparat yang malas melakukan pelayanan secara optimal
Ragu atas komitment bersama dalam menerapkan Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2015
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
Betrika Oktaresa1)
1) Program Diploma IV Keuangan Spesialisasi Akuntansi Kurikulum Khusus BPKP,
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan
Abstract - Pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk suatu negara tentu saja sejalan dengan
pertumbuhan kebutuhan energi listriknya. Di Indonesia khususnya, masalah kelistrikan timbul
akibat kebutuhan energi listrik yang meningkat lebih pesat dibandingkan kemampuan PT. PLN
(Persero) untuk memenuhi pasokan listrik yang dibutuhkan. laju pertumbuhan pembangunan
pembangkit listrik yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) berada pada kisaran angka 2,2% per
tahun, artinya jika hanya mengandalkan PT. PLN saja, kecukupan dan pemerataan wilayah untuk
menikmati ketersediaan listrik tidak akan tercapai. Hal inilah yang menjadi latar belakang
diperlukannya pembangunan pembangkit listrik yang dilakukan oleh pihak lain selain PT. PLN
(Persero) terutama di wilayah luar Jawa, khususnya daerah-daerah terpencil. Dalam tulisan ini,
Penulis ingin mengetahui apakah pelaksanaan Public Private Partnership dalam rangka penyediaan
listrik di Kabupaten Berau telah sesuai dengan prinsip Public Private Partnership yang berlaku?
Dan apakah penerapan Public Private Partnership ini dapat menjadi solusi yang tepat mengatasi
permasalahan krisis ketersediaan energi listrik di wilayah Kabupaten Berau?.
1. Introduction
1.1 Introduction Problem
Pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk suatu negara tentu saja sejalan dengan pertumbuhan
kebutuhan energi listriknya. Di Indonesia khususnya, masalah kelistrikan timbul akibat kebutuhan
energi listrik yang meningkat lebih pesat dibandingkan kemampuan PT. PLN (Persero) untuk
memenuhi pasokan listrik yang dibutuhkan. Pada akhir Desember 2012, total kapasitas terpasang
dan jumlah unit pembangkit PLN (Holding dan Anak Perusahaan) mencapai 32.901,48 MW dan
5.048 unit, dengan 25.787,45 MW (78,38%) berada di Jawa. Total kapasitas terpasang meningkat
12,41% dibandingkan dengan akhir Desember 2011. Prosentase kapasitas terpasang per jenis
pembangkit sebagai berikut : PLTU 14.446 MW (43,91%), PLTGU 8.814 MW (26,79%), PLTD
2.599 MW (7,90%), PLTA 3.516 MW (10,68%), PLTG 2.973 MW (9,04%), dan PLTP 548 MW
(1,67%) (Statistik PLN 2012, 2013). Dengan jumlah penduduk pada tahun 2012 sebanyak
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
2. Method
Dalam penelitian ilmiah faktor metodologi memegang peranan penting guna mendapatkan data
yang obyektif, valid dan selanjutnya digunakan untuk memecahkan permasalahan yang telah
dirumuskan. Pengertian metode adalah salah satu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan
dengan menggunakan teknik tertentu untuk memperoleh suatu keberhasilan dalam penelitian
dengan menggunakan metodologi yang tepat, istimewa dan berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk
menguji kebenaran sesuatu secara ilmiah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif
adalah mengumpulkan data, menganalisis secara kritis atas data-data tersebut, dan
menyimpulkannya berdasarkan fakta-fakta pada masa penelitian berlangsung atau pada masa
sekarang (Sugiama, 2008:37). Sumber data utama dalam penelitian ini adalah Laporan Tahunan
(Annual Report 2012) PT. Indo Pusaka Berau (IPB) dan dokumen-dokumen lainnya.
3. Results
Dari hasil analitis atas sumber data utama dan data pendukung lainnya, diperoleh hasil sebagai
berikut:
PT. Indo Pusaka Berau adalah perusahaan joint venture yang didirikan oleh Konsorsium Indo
Pusaka Berau yang terdiri dari 3 (tiga) anggota konsorsium yaitu PT. Indonesia Power dengan
keahlian dan pengalaman membangun dan mengoperasikan pembangkit listrik, Pemerintah
Kabupaten Berau yang bertanggung jawab terhadap perijinan, lokasi lahan dan penyediaan batu
bara dan PT. Pusaka Jaya Baru (Perwakilan Shandong Machinery I & E Group Co) bekerjasama
dengan pabrik mesin yang melakukan instalasi PLTU. Komposisi saham terdiri dari: Pemerintah
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
2 Losses Jaringan
3 Pemakaian Sendiri
Secara total, volume penjualan listrik sampai dengan bulan Desember 2012 sebanyak 80,944 mWh
lebih dari target yang di targetkan sebanyak 74,262 mWh, atau sebesar 9,00% diatas dari RKAP
2012 dan 8,20% pencapaian diatas relisasi sampai dengan bulan Desember 2011.
Selain data produksi dan penjualan listrik di atas, faktor ketersediaan pembangkit untuk
memproduksi energi listrik merupakan indikator perusahan dalam mewujudkan pelayanan kepada
pelanggan yang dinyatakan dalam Equivalent Availability Factor (EAF). Realisasi Equivalent
Availability Factor (EAF) secara korporat tahun 2012 adalah sebesar 90,11% lebih baik
dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 84,77%.
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
Kemudian, faktor gangguan mesin pembangkit diukur berdasarkan indikator Equivalent Forced
Outage Rate (EFOR). EFOR menunjukkan tingkat persentase gangguan outage pada periode
operasi, realisasi untuk tahun 2012 mencapai 0,35% lebih baik dari rencana yang di tetapkan
sebesar 4,05% dan realisasi tahun 2011. Data EFOR dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel kejadian Gangguan Pembangkit
2010 2011 2012
Uraian
% % %
4. Discussion
Merujuk pada literature review dan hasil olah data di atas, penulis melakukan analisis terkait
bentuk kerjasama public private partnership yang dilakukan antara Pemerintah Kabupaten Berau
dan PT. Indo Pusaka Berau (PT.IPB) sesuai dengan tipe PPP yang dirancang oleh NCPPP.
Pertama, dari segi kepemilikan atas aset, diketahui bahwa Pemerintah Kabupaten Berau memegang
kepemilikan atas lahan yang digunakan untuk membangun PLTU Lati dan juga memberikan
pasokan batu bara secara gratis sebagai bahan pembangkit PLTU tersebut, Batu bara sebanyak
100.000 ribu metrik ton per tahun tersebut merupakan hasil dari Corporate Social Responsibility
PT Berau Coal yang berlangsung sampai dengan tahun 2025 kepada Pemerintah Kabupaten Berau
yang kemudian dialihkan oleh Pemkab Berau ke PLTU Lati. Sedangkan aset berupa konstruksi
PLTU Lati merupakan aset yang kepemilikannya dipegang oleh PT IPB. Dari data di atas, dapat
disimpukan bahwa secara kepemilikan atas aset, dipegang oleh kedua belah pihak (bersama), pihak
pemerintah (public) dan pihak swasta (private). Kedua, dari segi operasional dan pemeliharaan,
secara penuh dilaksanakan oleh PT. IPB (private) selaku pihak yang kompeten dalam hal
pembangunan dan pengoperasian pembangkit listrik. Ketiga, dari segi investasi modal (keuangan),
seluruhnya merupakan tanggung jawab dari PT. IPB (private). Keempat, risiko komersial juga
merupakan tanggung jawab dari PT. IPB (private). Terakhir, dari segi durasi waktu, dalam kontrak
pendirian tidak dibatasi berapa tahun kerjasama tersebut dilaksanakan. Dari lima kriteria di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa tipe/ bentuk kerjasama yang dilakukan terkait pembangunan dan
pengoperasian PLTU Lati tersebut adalah Build-Own-Operate (BOO).
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
5. References
America's National Council on Public Private Partnership. (n.d.). Retrieved from National Council
on Public Private Partnership: http://www.ncppp.org
Asian Development Bank. Public Private Partnership Handbook. Manila.
EAASD World Bank. Public Private Partnership Unit - Lessons for their Design and Use in
Infrastructure.
Hendratna, R. A. (2012). Kemitraan Pemerintah dan Swasta dalam Pembangunan Ruang Terbuka
Hijau di Surabaya.
Menteri Koordinator Bidang Kementerian. (2010). Kerjasama Pemerintah dan Swasta. Panduan
bagi Investor dalam Pembangunan Bidang Infrastruktur .
PT Indo Pusaka Berau. (2013). Annual Report 2012. Annual Report, PT Indo Pusaka Berau, Berau.
Sekretariat Perusahaan PT. PLN (Persero). (2013). Statistik PLN 2012. Laporan Statistik, PT PLN
(Persero), Jakarta.
Vining, A. R., & Boardman, A. E. (2008). Public Private Partnership: Eight Rules for
Governments.
Weiermair, K., Peters, M., & Frehse, J. (2008). Success Factors for Public Private Partnership.
Case in Alpine Tourism Development , 11-13.
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
KONTRAK LUMPSUM
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi besar milik institusi
pemerintah, di antaranya Kementerian PUPR, Kementerian
Ristekdikti, Kementeri Perhubungan, Kemenerian ESDM,
Kementerian Dalam Negeri maupun Badan Usaha Milik Negara di
antaranya, PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Jasa Marga
(Persero), PT Pelindo I & 2 (Persero), PT Angkasa Pura 1 & 2
(Persero), PT PGN (Persero) dikerjakan oleh pihak lain yang ditunjuk
sebagai penyedia jasa kontraktor melalui suatu kontrak konstruksi,
yang dalam pelaksanaannya hampir semua kontrak konstruksi
mengacu pada FIDIC Conditions of Contract sebagai suatu “model
law”. Oleh karena itu pemahaman tentang kontrak konstruksi,
manajemen klaim dan penyelesaian sengketa konstruksi pada
umumnya dan model kontrak konstruksi yang diterbitkan oleh
Fédération Internationale des Ingénieurs-Conseils (FIDIC) yang
berkedudukan di Geneva-Switzerland, merupakan syarat mutlak
keberhasilan pekerjaan konstruksi.
KONTRAK LUMPSUM
which often leads to erroneous conclusions”
Gambar 01
Tahapan Pelaksanaan Kontrak Konstruksi
(Construction Contract Implementation Stages)
KONTRAK LUMPSUM
digunakan, haruslah dilaksanakan suatu kajian yang mendalam. Pada
pembuatan persyaratan umum kontrak hendaknya tidak hanya
mengambil atau menghilangkan kemudian menyisipkan klausula baru
pada suatu standar yang sudah dikenal luas, misalnya FIDIC
Conditions of contract, menjadi “mutilated” FIDIC Conditions of
Contract karena dikhawatirkan akan menimbulkan konflik antar
klausula dalam persyaratan umum kontrak yang dikembangkan tadi.
KONTRAK LUMPSUM
Construction 4th Edition 1987, dan saat ini pada proyek=proyek di
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
serta institusi pemerintah lainnya yang menggunakan FIDIC
Conditions of Contract for Construction Edition 1999 dan FIDIC
Conditioins of Contract for Construction MDB Harmonised Edition
2006 untuk proyek-proyek yang duidanai pinjaman internasional,
tetapi baru pada tahun 2008 penulis mendapat kualifikasi FIDIC
International Accredited Trainer, itupun pendalaman pemahaman
masih terus harus dilakukan, karena kontrak konstruksi adalah kontrak
yang dinamis.
Didasari hal di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
standar persyaratan umum kontrak akan menghemat biaya dan waktu
yang signifikan, seperti yang dinyatakan oleh Adriaanse
(2010):”Using standard form avoid the costs and time of individually
negotiated contracts.” Selain itu, dampak negatif yang mungkin
timbul sehubungan dengan klausula-klausula dalam kontrak yang
dibuat khusus adalah potensi adanya klausula dalam kontrak yang
terkesan berat sebelah (unilateral) dan tidak adil dan berimbang (fair
and balance), dalam artian dapat dianggap menguntungkan salah satu
pihak yang biasanya adalah pihak pengguna jasa. Conditions of
contract yang tailor made biasanya dibuat dan dikembangkan secara
sepihak untuk kepentingan pengguna jasa, yang secara sekilas
memang tampak menguntungkan pengguna jasa, tetapi dalam
pelaksanaan jangka panjang justru akan menimbulkan masalah baru,
karena kontraktor akan selalu diletakkan pada posisi sulit dan akan
selalu merugi, apalagi kontraktor nasional yang kepeduliannya akan
kontrak konstruksi sangat rendah, sehingga dikhawatirkan jumlah
kontraktor nasional yang mampu bertahan akan berkurang atau paling
tidak akan kehilangan daya saing dengan kontraktor asing yang sudah
mulai masuk ke Indonesia dalam rangka globalisasi.
Suatu model general conditions of contract yang adil dan
berimbang akan sangat mendukung perkembangan dunia jasa
konstruksi terutama sebagai salah satu sarana pembinaan kontraktor
dalam negeri. Penggunaan suatu model general conditions of contract
KONTRAK LUMPSUM
the interests of his client and he is remunerated solely by the client.
He must retain absolute independence of action in relation to
suppliers or contractors, and must never accept from them
remuneration or any kind of favour which might compromise the
impartiality of his advice or the integrity of his duties to his client”.
Dua kalimat terakhir sangat menarik, karena karena kurang lebih
sama dengan pakta integritas yang dikenal saat ini di Indonesia.
Gambar 03
Konferensi Tahunan Pertama FIDIC pada Tahun 1932
(First Annual Conference of FIDIC in 1932)
Hingga saat ini FIDIC telah berumur lebih dari 100 tahun, dan setiap
tahun berhasil menyelenggarakan World Annual Conference yang
dihadiri oleh delegasi dari lebih 100 negara, dimana penulis beruntung
KONTRAK LUMPSUM
diselenggarakan di Jakarta. Pada setiap conference saya beruntung
mendapat kesempatan untuk mempresentasikan paper tentang studi
dan analisis atas penggunaan FIDIC Conditions of Contract di
Indonesia dan Asia, demikian juga pada FIDIC Asia-Pacific Contract
User’s Conference 2009 di Hong Kong, 2010 di Beijing, 2011 di
Singapore, 2012 di Singapore, 2013 di Kuala Lumpur, 2014 di
Shenzen, 2015 di Singapore, 2016 di Singapore dan terakhir menurut
rencana 2017 di Hanoi serta FIDIC-Multilateral Development Bank
Workshop 2011 dan 2012 di Brussels.
Suatu milestone yang sangat penting dalam perkembangan
FIDIC Conditions of Contract adalah sejak suplemen dari buku ke 4
yang dipublikasikan pada tahun 1996 untuk pertama kalinya
mencantumkan bahwa Enjinir harus berperilaku “imparsial” dalam
mengambil keputusan atau mengambil langkah yang berdampak pada
hak dan kewajiban para pihak. Pada edisi ini juga mulai terdapat opsi
Dispute Adjudication Board dan opsi pembayaran secara lumpsum
yang tidak didasari Bills of Quantities, ditandai juga dengan terbitnya
Conditions of Contract for Design-Build and Turnkey (Orange Book)
yang kemudian berkembang menjadi Conditions of Contract for Plant
and Design-Build (Yellow Book) dan EPC/Turnkey Project (Silver
Book).
FIDIC Conditions of Contract For Works of Civil Engineering
Construction adalah suatu model persyaratan umum kontrak yang
dibuat oleh FIDIC, yang sekarang berkedudukan di Geneva,
Switzerland, untuk pertama kalinya 1st Edition diterbitkan pada tahun
1945, selanjutnya diterbitkan 2nd Edition (1969), 3rd Edition (1977),
dan 4th Edition (1987) kemudian 1st Edition dari Rainbow Series
dengan perubahan judul menjadi FIDIC Conditions of Contract For
Construction yang hingga saat ini masih digunakan secara luas di
seluruh dunia dan dikenal sebagai Red Book/Pink Book, di samping itu
bahkan bekerjasama dengan Multilateral Development Bank, telah
diterbitkan FIDIC Conditions of Contract For Construction MDB
Harmonised Edition 2006 dan kemudian 2010.
Contract price:
Harga kontrak pada conditions of contract for construction tercantum
bahwa harga kontrak harus disepakati berdasarkan suatu hasil evaluasi
atas pengajuan penawaran dengan kemungkinan adanya penyesuaian
harga berdasarkan kontrak.
Gambar 04
Model Kontrak Pekerjaan Konstruksi (Buku Merah)
(FIDIC Model Contract for Construction (Red Book)
Gambar 05
Model Kontrak FIDIC Instalasi dan Rancang-Bangun (Buku Kuning)
(FIDIC Model Contract for Plant and Design –Build (Yellow Book)
KONTRAK LUMPSUM
Gambar 06
Model Kontrak FIDIC Proyek EPC/Turnkey (Buku Perak)
(FIDIC Model Contract for EPC/Turnkey Project (Silver Book)
Dari ketiga definisi terkait harga kontrak (contract price), Red Book
adalah harga satuan, sedang yellow book dapat berupa harga satuan
ataupun lump sum, sedang silver book adalah kontrak lump sum.
Rujukan:
Sub-klausula 4.12 Kejadian fisik yang tidak dapat diperkirakan
sebelumnya (Red Book dan Yellow Book)
Analisis:
Pekerjaan akhirnya dapat diselesaikan dan telah diuji dengan
KONTRAK LUMPSUM
ketinggian air pada bendungan sesuai dengan spesifikasi dalam
kontrak dan telah diterbitkan Sertifikat Serah Terima Tahap 1.
Selama masa perbaikan cacaat mutu (defect liability period),
terbukti bahwa terdapat rongga di bawah tubuh bendungan dan enjinir
atas nama pengguna jasa menginstruksikan agar kontraktor mencari
penyebab masalah tersebut. Hasil investigasi menunjukkan bahwa
rongga terbentuk karena lapisan batuan yang berpori, yang pada beban
air maksimum lambat laun akan memberi menimbulkan rongga dan
mengakibatkan kebocoran bendungan.
Dalam kondisi ini kontraktor mengklaim bahwa ini merupakan
unforeseeable physical condition berdasarkan Sub-klausula 4.12 dan
menyatakan bahwa ia tidak bersedia memulai pekerjaan perbaikan
sampai enjinir menyetujui secara tertulis bahwa ini merupakan situasi
menurut sub-clause 4.12 dan kontraktor akan diberi kompensasi/ganti
rugi sebagaimana mestinya.
Setelah melalui suatu proses aministrasi maka kontraktor
mendapatkan haknya karena kejadian ini termasuk kategori
unforeseeable physical conditions yang didefinisikan pada sub-
klausula 4.12 dari Rew Book dan Yellow Book.
Gambar 07
Contoh Kasus: Proyek dengan FIDIC Proyek EPC/Turnkey
(Case Example: Project with FIDIC EPC/Turnkey Project )
Rujukan:
Sub-klausula 4.12 Kesulitan yang tidak dapat diperkirakan
sebelumnya (Silver Book)
(Sub-Clause 4.12 Unforeseeable difficulties) - edition 1999
(Sub-Clause 4.12 Unforeseeable difficulties- new draft
(a) Kontraktor harus dianggap telah mendapatkan semua informasi
yang diperlukan tentang resiko, kemungkinan dan keadaan lain yang
dapat mempengaruhi dan berdampak bagi Pekerjaan.
KONTRAK LUMPSUM
biaya yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
Klausula ini jika dibaca secara sekilas akan diinterpretasikan
sebagai harga kontrak yang tetap (fixed) sehingga penyedia jasa
kontraktor tidak diperkenankan mengajukan klaim karena dengan
menandatangani kontrak dianbggap telah mengetahui dan
memperkirakan kesulitan ataupun biaya penyelesaian pekerjaan.
Huruf a. Berdasarkan ketentuan di atas, maka kontrak dengan
ditandatanganinya EPC/Turnkey Project yang berifat lumpsum maka
kontraktor dianggap telah mendapatkan semua informasi termasuk
risiko yang mungkin terjadi.
Huruf b. Dengan ditandatanganinya kontrak, maka kontraktor
menyetujui bahwa semua kontraktor bertanggung jawab dan
mengetahui semua kesulitan yang mungkin terjadi dan biaya
penyelesaian pekerjaan sesuai kontrak.
Huruf c.Harga kontrak tidak dapat disesuaikan dalam kaitannya
dengan unforeseen difficulties dan biaya.
Klausula Sub-klausula 4.12 Unforeseeable difficulties, merupakan
klausula yang dari sudut pandang pengguna jasa merupakan dasar
bahwasanya konttak lumpsum tidak dapat berubah harga kontraknya,
karena dengan menandatangani kontrak berartin kontraktor telah
menyepakati bahwa kontraktor bertanggung jawab dan telah
memperkirakan semua kesulitan yang mungkin terjadi dalam
penyelesaian pekerjaan.
KONTRAK LUMPSUM
(Sub-clause 4.10 Use of Site Data) – new draft
Pengguna Jasa wajib menyediakan bagi Kontraktor, sebelum
Tanggal Dasar, seluruh data terkait yang dimiliki Pengguna Jasa
mengenai kondisi di bawah permukaan tanah dan kondisi hidrologis
Lapangan, termasuk aspek lingkungan. Pengguna Jasa juga wajib
menyediakan kepada Kontraktor seluruh data yang dimiliki kemudian
oleh Pengguna Jasa setelah Tanggal Dasar.
Kontraktor akan bertanggung jawab dalam memeriksa dan
menginterpretasikan semua data tersebut. Pengguna Jasa tidak
bertanggung jawab atas ketepatan, kecukupan atau kelengkapan dari
data tersebut, kecuali sebagaimana dinyatakan pada Sub-Klausula 5.1
[Kewajiban Umum Desain]
Analisis:
Sub-klausula 4.12 unforseeable difficulties, maka sub-klausula ini jika
dibaca secara sekilas akan diinterpretasikan sebagai harga kontrak
yang tetap (fixed) sehingga penyedia jasa kontraktor tidak
diperkenankan mengajukan klaim tambahan harga kontrak yang
terjadi, karena dengan menandatangani kontrak dianggap telah
mengetahui dan memperkirakan kesulitan ataupun biaya penyelesaian
pekerjaan.
Sub-klausula 5.10 General Design Obligations, memberi peluang
adanya tambahan harga kontrak, karena dinyatakan pada sub-klausula
ini, beberapa hal tertentu yang tetap memberikan tanggung jawab
kepada pengguna jasa.
Sub-klausula 13.1 Right to Vary, memberi peluang adanya variasi
atas pekerjaan, dengan beberapa ketentuan, dimana variasi dapat
dilakukan atas inisiatif pengguna jasa baik dengan instruksi atau
dengan permintaan kepada kontraktor untuk menyampaikan
proposal/usulan. Kontraktor harus melaksanakan dan terikat pada
setiap Variasi, kecuali kontraktor menyatakan dan menyampaikan
pemberitahuan kepada pengguna jasa tentang keberatannya dengan
disertai alasan yang mendasarinya.
Sub-klausula 13.3 Variation Procedure, menjelaskan prosedur
perintah, yaitu pengguna jasa dapat langsung memerintahkan atau
meminta kepada kontraktor untuk menyampaikan proposal/usulan,
maka kontraktor wajib menyampaikan deskripsi dari usulan desain
dan/atau pekerjaan yang harus dilaksanakan dan program kerjanya,
termasuk modifikasi program kerja dan juga kontraktor harus
menyampaikan usulan perubahan harga kontrak
Dari analisis atas ke empat sub-klausula di atas, maka
pertambahan panjang atas tiang pancang pada kasus di atas, dapat
dibayarkan sebagai suatu variasi, dimana kontraktor diminta untuk
mengajukan proposal perubahan yang kemudian gambar kerja
diajukan oleh kontraktor dan ditandatangni oleh enjinir yang bertindak
untuk dan atas nama pengguna jasa, tandatangan pada gambar kerja
yang diajukan dapat dikategorikan sebagai variation order, karena
KONTRAK LUMPSUM
Hadirin yang saya mulyakan,
Di samping sub-klausula di ats, ternyata masih terdapat sub-klausula
lain yang memungkinkan terjadinya penambahan harga kontrak dan
perpanjangan waktu pelaksanaan pada kontrak lumpsum, sebagai
berikut:
KONTRAK LUMPSUM
Kontraktor harus mencapai kesepakatan, dengan Pengguna Jasa,
mengenai waktu dan tempat pengujian yang ditetapkan untuk setiap
bagian Instalasi Mesin, Bahan dan bagian lain dari Pekerjaan.
Pengguna Jasa dapat, berdasarkan Klausula 13 [Variasi dan
Penyesuaian], mengubah lokasi dan detail pengujian yang ditetapkan,
atau menginstruksikan Kontraktor untuk melakukan pengujian
tambahan. Apabila perubahan atau pengujian tambahan itu
menunjukkan bahwa Instalasi Mesin, Bahan atau Cara Pengerjaan
yang diuji tidak sesuai dengan Kontrak, biaya pelaksanaan Perubahan
ini menjadi tanggungan Kontraktor, meskipun ada ketentuan lain
dalam Kontrak.
Pengguna Jasa harus memberitahukan kepada Kontraktor dalam
waktu tidak kurang dari 24 jam tentang keinginan Pengguna Jasa
untuk menghadiri pengujian. Apabila Pengguna Jasa tidak hadir pada
waktu dan tempat yang disepakati, Kontraktor dapat melanjutkan
pengujian, kecuali apabila diinstruksikan lain oleh Pengguna Jasa, dan
selanjutnya pengujian dianggap dilaksanakan dengan kehadiran
Pengguna Jasa.
Apabila Kontraktor mengalami keterlambatan dan/atau
mengeluarkan Biaya akibat mengikuti instruksi atau sebagai akibat
dari suatu keterlambatan yang merupakan tanggungjawab Pengguna
Jasa, Kontraktor harus menyampaikan pemberitahuan kepada
Pengguna Jasa dan mendapatkan hak berdasarkan Sub-Klausula 20.1
[Klaim Kontraktor] atas:
(a) perpanjangan waktu untuk setiap keterlambatan, apabila
penyelesaian terlambat
atau akan terlambat, berdasarkan Sub-Klausula 8.4 [Perpanjangan
Waktu Penyelesaian], dan
(b) pembayaran atas setiap Biaya ditambah dengan keuntungan yang
wajar, yang akan ditambahkan ke dalam Harga Kontrak.
Setelah menerima pemberitahuan ini, Pengguna Jasa harus
menindaklanjutinya berdasarkan Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] untuk
menyetujui atau menetapkan hal-hal tersebut.
KONTRAK LUMPSUM
Pekerjaan], dan
(b) pembayaran atas biaya tersebut, yang akan dimasukkan ke dalam
Harga Kontrak.
Setelah menerima pemberitahuan, Pengguna Jasa harus
menindaklanjutinya berdasarkan Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] untuk
menyetujui atau menetapkan hal tersebut.
KONTRAK LUMPSUM
kerusakan, Kontraktor harus menyampaikan pemberitahuan lebih
lanjut kepada Pengguna Jasa dan akan berhak berdasarkan Sub-
Klausula 20.1 [Klaim Kontraktor], untuk:
(a) suatu perpanjangan waktu untuk keterlambatan, apabila
penyelesaian terlambat atau menjadi terlambat menurut Sub-Klausula
8.4. [Perpanjangan Waktu Penyelesaian]; dan
(b) pembayaran atas Biaya, yang akan dimasukkan dalam Harga
Kontrak.
Setelah menerima pemberitahuan lebih lanjut ini, Pengguna Jasa
harus menindak lanjutinya sesuai Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] untuk
menyetujuinya atau memutuskan hal ini.
KONTRAK LUMPSUM
Akhir-akhir ini kontrak yang bersifat “lumpsum” pada proyek
konstruksi menjadi favorit para pengguna jasa, baik institusi
pemerintah , BUMN maupun swasta.
Pemilihan kontrak konstruksi yang bersifat “lumpsum” ini,
berdasarkan hasil survai yang kami laksanakan, ternyata para
pengguna jasa menginginkan suatu harga kontrak yang diharapkan
tetap dan tidak berubah dari harga kontrak awal pada saat
ditandatangani, mengapa demikian? Ternyata bagi pengguna jasa dari
institusi pemerintah disebabkan adanya keengganan berurusan dengan
institusi pemeriksa intern seperti inspektorat jenderal dan pemeriksa
ekstern seperti BPKP, BPK, Kejaksaan dan sebagainya. Bagi institusi
swasta ternyata penyebabnya karena mereka ingin mendapatkan suatu
harga yang lebih pasti sehingga tidak merugi seandainya properti yang
dibangun akan dijual. Bagaimana dengan BUMN? , badan usaha milik
Negara ini berada pada posisi yang mendua, apakah sebagai badan
usaha milik pemerintah yang tentunya harus tunduk pada semua
perundangan yang berlaku bagi institusi pemerintah terkait dengan
pemeriksaan baik oleh satuan pengawasan intern maupun pemeriksa
eksternal seprti bpkp,bpk, kejaksaan dsb, ataukah sebagai institusi
badan usaha swasta yang pemeriksaannya oleh akuntan publik.
Ternyata dari hasil studi tahun 2009 dan kemudian 2014 yang
saya lakukan dalam kaitannya dengan penyebab fisik terjadinya klaim
(physical causal factors of claim), telah terjadi pergeseran penyebab
terjadinya additional contract price, yang dapat dilihat pada tabel 1.
KONTRAK LUMPSUM
changing in laws and regulations menjadi salah satu penyebab
dominan. Di luar ke enam faktor di atas, terdapat suatu faktor baru,
yaitu slow decision making of the employer, yang ternyata tidak
disebabkan oleh tidak kompetennya petugas proyek, tetapi lebih
disebabkan oleh kekhawatiran adanya langkah “kriminalisasi”.
Dari hasil di atas, dapat dipahami bahwa untuk proyek-proyek
institusi pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara yang saat ini
bertambah dengan pesat, sesuai dengan program pemerintah untuk
mengembangkan pembangunan infrastruktur, pengguna jasa mulai
mengubah kebijakannya dengan mempergunakan kontrak instalasi dan
rancang-bangun (plant and design-build), dengan pemahaman bahwa
dengan penggunaan kontrak rancang bangun, akan didapat dua
keuntungan sekaligus, yaitu pengurangan waktu pelaksanaan
konstruksi (karena pelaksanaan desain rinci dilakukan oleh
kontraktor) dan harga kontrak akan tidak berubah (apalagi dengan
memastikan penggunaan lumpsum contract). Pemahaman ini tidak
sepenuhnya benar, karena hasil utama yang didapat adalah
pengurangan waktu pelaksanaan konstruksi, tetapi kemungkinan
pengajuan klaim untuk tambahan harga kontrak dan perpanjangan
waktu tetap akan terjadi, karena dalam kontrak instalasi dan rancang
bangun (plant and design-build),tetap dimungkinkan dengan adanya
klausula unforeseeable physical conditions. Namun demikian
pemahaman yang mendalam mengenai penanganan kontrak rancang
bangun dan kontrak lumpsum EPC harus lebih dulu dipunyai sebelum
memulai menggunakannya.
Dari tabel 01 dapat dilihat bahwa pada studi tahun 2009 penyebab
terjadinya additional contract price utamanya adalah karena penyebab
fisik, sedang pada studi 2014 telah terjadi pergeseran, dimana
penyebab utama adalah masalah administrasi dan pengambilan
keputusan yang berlarut larut. Apa penyebab pengambilan keputusan
menjadi lamban, ternyata karena adanya kekhawatiran adanya tuduhan
penyimpangan/korupsi dari semua hasil putusan yang menyangkut
penambahan harga kontrak. Kelambanan akibat keengganan
pengambilan keputusan akibat kekhawatiran atas adanya tuduhan
KONTRAK LUMPSUM
Pasal 22 (2) UU No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,
menyatakan bahwa Kontrak Kerja Konstruksi sekurang-kurangnya
harus mencakup uraian mengenai :
a. Para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak;
b. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci
tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu Pelaksanaan;
c. Masa pertanggungan dan atau pemeliharaan, yang memuat
tentang jangka waktu pertanggungan dan atau pemeliharaan yang
menjadi tanggung jawab penyedia jasa;
d. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi
dan kualifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi;
e. Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk
memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk
memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk
memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya
melaksanakan pekerjaan konstruksi;
f. Cara Pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban
pengguna jasa dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaan
konstruksi;
g. Cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab
dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana diperjanjikan;
h. Penyelesaian Perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata
cara penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan;
i. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan
tentang pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak
dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak.
j. Keadaan memaksa ( force majeure), yang memuat ketentuan
tentang kejadian yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para
pihak, yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak;
k. Kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan tentang kewajiban
penyedia jasa dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan;
Penafsiran
Huruf a. harga kontrak yang telah disepakati oleh kedua belah pihak
adalah pasti dan tetap, tidak ada penyesuaian harga, dengan
pemahaman tidak disediakan rumus eskalasi sehingga tidak ada
eskalasi harga.
Huruf b. semua risiko ditanggung penyedia jasa, dalam hal ini
diperlukan kesamaan pemahaman tentang risiko. Garner 1 Definisi
Risiko: The loss that occurs in the physical phase on a project. Dari
definisi di atas, maka semua kerugian yang mungkin terjadi harus
ditanggung oleh kontraktor selaku penyedia jasa. Loss atau kerugian
terjadi akibat suatu kejadian yang belum dapat diperkirakan
sebelumnya.
Huruf c. pembayaran dilakukan pada tahapan keluaran, misalnya 25 %
dan kemudian 50 %.
1
Garner (.): Black’s Law Dictionary
KONTRAK LUMPSUM
Pekerjaan tambah/kurang adalah bertambah atau berkurangnya suatu
item pekerjaan yang terjadi tanpa adanya usulan, permintaan,
kesepakatan atau persetujuan lain.
Gambar 09
Langkah kontraktual yang direkomendasikan pada awal Proyek dengan
FIDIC Silver Book
(Recommended contractual step in the early stage of Project with
FIDIC Silver Book)
KESIMPULAN
Saat ini pemahaman kontrak konstruksi utamanya FIDIC conditions
of contract yang pada umumnya dipakai sebagai rujukan di Indonesia,
belum dipahami secara substantif. Kesamaan pemahaman dari para pihak
yang terikat kontrak konstruksi, yaitu institusi pemerintah/BUMN selaku
pengguna jasa dan kontraktor/BUMN selaku penyedia jasa belumlah
seperti yang diharapkan.
Model kontrak FIDIC Conditions of Contract for EPC/Turnkey
Project menunjukkan bahwa meskipun kontrak menggunakan model
KONTRAK LUMPSUM
berujung pada sengketa.
Penyebab fisik terjadinya klaim dan sengketa konstruksi berdasarkan
hasil studi yang dilakukan menunjukkan bahwa terjadinya klaim yang
berujung pada tambahan harga kontrak (additional cost) dan
perpanjangan waktu penyelesaian (extension of time), berdasarkan hasil
penelitian yang saya buat tahun 2009 dan kemudian 2014 ternyata dari
segi fisik dan kejadian yang meyebabkannya telah mengalami pergeseran
dari semula penyebab atau causal factor dengan ranking tertinggi adalah
kepemilikan lahan kerja menjadi lambatnya pengambilan keputusan oleh
pengguna jasa.
Hingga saat ini berdasarkan aturan perundangan yang berlaku di
Indonesia, maka bagi setiap kontrak yang bersifat lumpsum, tetap
dimungkinkan adanya variasi (variation).
KONTRAK LUMPSUM
Kepada Prof Dr Wiratman Wangsadinata (alm) yang bertindak selaku
penguji dan pembimbing saya sejak di program strata 1 hingga strata 3.
Kemudian kepada Prof Ir Sofia Alisyahbana MSc, PhD atas dukungan
dan kerjasamanya dalam membina Jurnal Konstruksia Universitas
Muhammadiyah Jakarta,
Tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada para guru yang
telah membimbing saya sejak Sekolah Dasar & Sekolah Menengah
Pertama yang hadir di sini Ibu Trees Wilandari, Bapak WS Haryanto dan
Ibu Lisa Lukmanto;
Rekan-rekan Pengurus BADAPSKI Prof. Hikmahanto Juwana,
SH,LLM, Ph.D; Ir. Agus Rahardjo, MSM; Prof. Dr. Satya Arinanto, SH,
MH; Abdul Rahman Saleh, SH, MH; Dr. Ir. Djoko Kirmanto, Dip.HE;
Prof.Ir.Roesdiman Soegiarso, MSc,PhD; Irjen Pol. (Purn) Dr. dr.
Hadiman, SH, Sp KO; Ir. Hedianto Husaini, MSCE, MSi; Dr. Ir. Sudarto
Patmosukismo, MT; Dr. Ahmad Sudiro, SH, MH, MM; Dr. Firman
Widjaja, SH, MH; Bintang Perbowo, SE, MM; Ir. Erri Heriadi; Ir. Franz
Kurniadhi Widjojo, MM.
Rekan-rekan Dewan Pengawas Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi Ir. Yusid Toyib, M.Eng.Sc; Ir. Yaya Supriatna, M.Eng.Sc;
Bapak Bachtiar Ravenala Ujung, SE, MM; Ir. Effendi Sianipar, MM;
Bapak Wibisono Setiowibowo MSc; Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, MSc; Ir.
Hari Poerwanto,MSc, DEA; Dr. Firman Widjaja, SH, MH;
Rekan-rekan Pembina Yayasan Samarthya Universitas Pekalongan
Irjen Pol. (Purn) Dr. dr. Hadiman, SH, Sp KO ; Irjen Pol. (Purn) Drs.
Suprapto Mualim, MM; Pengurus : Mohamad Rizal, SE; Dr. Eko Hari
Soesanto, MS; Drs. Ahmad Shakowi, MSc; Rektor Universitas
Pekalongan Suryani Yahman, SH, MH, para Wakil Rektor, para Dekan
dan Wakil Dekan, Para Pimpinan Lembaga serta segenap civitas
akademika Universitas Pekalongan.
Rekan rekan pengajar dan staf di Universitas Tarumanagara,
Universitas Parahyangan Bandung, Universitas Muhammadiyah Jakarta,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan Univeersitas Hasanuddin
Makassar atas kerjasamanya selama ini.
mendampingi saya selaku teman diskusi (karena dia telah lebih dahulu
menekuni bidang manajemen kontrak konstruksi kontrak internasional,
bekerja di perusahaan konsultan Jepang sejak 1980), sebagai sparring
partner pada semua kegiatan saya sebagai pembicara di event
internasional sejak 2004 sebagai FIDIC Accredited Trainer (Switzerland)
dan kemudian sejak 2012 sebagai Country Representative dari Dispute
Board Resolution Foundation (USA), kegiatan yang hingga saat ini tetap
berjalan tiga atau empat kali setahun. Kepada kedua anak saya, yang
pertama drg.Aditya Pratama Sarwono, MH, MARS yang tidak mau kalah
dengan bapaknya hingga saat ini masih menyelesaikan studinya di
Universitas Indonesia sebagai Spesialis Prostodonti; anak kedua saya
dr.Ayuningtyas Pratita Sarwono yang telah menikah dengan menantu
saya dr Hannafied Tedjo, bertempat tinggal di Sukohardjo dan baru bulan
April lalu dikarunia seorang putri Hannah Marianingtyas. Kedua anak
saya sangat mendukung saya dalam beraktifitas, apalagi sejak kepergian
isteri saya tercinta.
KONTRAK LUMPSUM
American Institute of Architects (2007): General Conditions of Contract
for Construction, Document A201-2007, USA
Australian Standard (2005): General Conditions of Contract AS-4000-
1997 amendment 3 – 2005, Australia
Bu-Bshait, Khaled and Manzanera, Ignacio (1990): Claim Management,
Project Management, Butterworth-Heine(man Ltd., Vol. 8 No. 4,
November 1990
Chow, Kok Fong (2006): Construction Contracts Dictionary, Thomson,
Sweet & Maxwell Asia, 1st Edition
Dendy Sugono et al (2008): Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT
Gramedia, Jakarta
Fédération Internationale des Ingénieurs-Conseils (2006): Conditions of
Contract for Construction MDB Harmonised Edition, FIDIC,
Geneve, Switzerland
Fédération Internationale des Ingénieurs-Conseils (1999): Conditions of
Contract for Construction, FIDIC, Geneve, Switzerland
Fédération Internationale des Ingénieurs-Conseils (1999): Conditions of
Contract for Plant and Design Build, FIDIC, Geneve, Switzerland.
Fédération Internationale des Ingénieurs-Conseils (1999): Conditions of
Contract for EPC/Turnkey Projects, FIDIC, Geneve, Switzerland
Fédération Internationale des Ingénieurs-Conseils (1987): Conditions of
Contract for Civil Engineering Works 4th Edition 1987 amended
1992
Garner, Brian A (1999): Black’s Law Dictionary, Seventh Edition, West
Group, St.Paul-Minnesota
Hardjomuljadi, Sarwono (2017): “Current Practice of FIDIC EPC/
Turnkey Project: Employer’s pitfalls when using a Silver Book”
FIDIC User’ Conference, July 18-19, 2017, Hanoi, Vietnam
KONTRAK LUMPSUM
Hardjomuljadi, Sarwono; Abdulkadir, Ariono; Takei, Masaru (2006):
Construction Claim Strategy based on FIDIC Conditions of
Contract”, (Indonesia) Polagrade, Jakarta
Malangjoedo, Soekarsono (2001): AV 41 Syarat-syarat umum untuk
pelaksanaan bangunan umum yang dilelangkan, Mediatama
Saptakarya, Jakarta.
Martin, Elizabeth A. and Law, Jonathan (2006): A Dictionary of Law,
Oxford University Press, Sixth Edition
Mortimer-Hawkins, Michael (1993): Conditions of Contract for Works of
Civil Engineering Construction, Advanced Management Course on
Hydro Power Development, BITS-Swedpower, Stockholm, 9
September – 3 November 1993
Pemerintah Republik Indonesia (1999): Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
Quentin Loh (2014): Opening Speech of Annual Conference Dispute
Resolution Board Foundation (DRBF) di Singapura, 2014
Singapore Building and Construction Authority (2008): Public Sector
Standard Conditions of Contract for Construction Works PSSCOC-
2008, Singapore
Sorensen, H. et al (1989): Guide To The Use of FIDIC Conditions of
Contract, FIDIC, Lausanne, Switzerland
Subekti, R (..): Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Buku III
Tay, Swee Kian Catherine and Tang, See Chim (2004): Contract Law,
Marshall Cavendish International (Asia) Pte Ltd.
Widegren, Ragnar (1988): FIDIC Over 75 Years, AB Grafiska Gruppen,
Stockholm, Swede
NIDN 0306065303
SERDOS 16103101900089
Tempat/Tanggal lahir : Pekalongan, 6 June1953
Alamat : Taman Alfa Indah F6/23,
Jakarta, Indonesia 11640
E-mail : sarwonohm2@yahoo.co.id
sarwonohm2@gmail.com
Web : www.sarwonohm.com\
Mobile : +62-811-844-903
KELUARGA (Family)
Orang Tua: Ayah: A. Hardjomuljadi (alm); Ibu: Sri Harjani (alm)
Isteri : Ir.Susan H. Sarwono, IAI (alm)
Anak : drg. Aditya Pratama Sarwono, MH, MARS.
` dr. Ayuningtyas Pratita Sarwono
Menantu : dr.Hannafied Tedjo
Cucu : Hannah Marianingtyas
PENDIDIKAN (Education)
Universitas Tarumanagara Program Doktor Teknik Sipil
Universitas Tarumanagara Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum
Institut Teknologi Bandung Program Pasca Sarjana Teknik Sipil
Universitas Parahyangan Program Sarjana Teknik Sipil
Sekolah Menengan Atas Negeri I, Pekalongan
Sekolah Menengah Pertama Pius, Pekalongan
Sekolah Dasar Pius, Pekalongan
Pengajar/Pembimbing/Penguji:
Universitas Mercu Buana Program S1 dan S2
Universitas Tarumanagara Program S1, S2 dan S3
KONTRAK LUMPSUM
Pembina/Pengurus:
Universitas Pekalongan
Dewan Pembina Yayasan Samarthya Universitas Pekalongan
Ketua Pengurus Yayasan Samarthya Universitas Pekalongan
Sekretaris Pengurus Yayasan Samarthya Universitas Pekalongan
INTERNASIONAL (International)
Fédération Internationale des Ingénieurs Conseils (FIDIC-Switzerland)
Affiliate Member (Certified) (www.fidic.org)
Adjudicator (Certified) (www.fidic.org)
International Accredited Trainer (Certified) (www.fidic.org)
Dispute Resolution Board Foundation (DRBF-USA)
Country Representative for Indonesia (www.drb.org)
Dispute Board Federation (DBF-Switzerland)
Corporate Panel Member (Certified) (www.dbfederation.org)
Chartered Institute of Arbitrator (CIArb-UK)
Associate Member (Certified) (www.ciarb.org)
ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE-ASEAN)
Chartered Professional Engineer (Certified) (www.acpe.org)
NASIONAL (National)
Persatuan Insinyur Indonesia (PII)
Ketua Komite Advokasi
Insinyur Profesional Utama (Certified)
Himpunan Ahli Kontrak Konstruksi Indonesia (HAKKI)
Wakil Ketua II
Badan Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi
Indonesia (BADAPSKI)
Sekretaris Jenderal
KONTRAK LUMPSUM
(Persero).
Sebagai koordinator, dukungan (supporting), pengawasan
(monitoring) dan manajemen pelaksanaan kontrak konstruksi
(using FIDIC CC for Construction 1999, for Plant Design Build
1999 and for EPC/Turnkey Project 1999) for projects under
international loan at PT PLN (Persero).
Mengembangkan prosedur pengadaan (procurement procedure)
proyek konstruksi di PT PLN (Persero).
Melaksanakan pengadaan konsultan enjiniring internasional
(international engineering consultants) di PT PLN (Persero)
Ahli Utama Kantor Pusat, Bidang Administrasi Kontrak Konstruksi
(Principal Expert Construction Contract Administration, HO).
Mengembangkan prosedur administrasi kontrak (dari tahap
pengadaan konsultan dan kontraktor, tahap studi kelayakan,
tahap desain, tahap konstruksi serah terima pekerjaan dan
commissioning), prosedur administrasi kontrak dan penanganan
klaim konstruksi. (using FIDIC CC for Construction, for Plant
Design Build 1999 and for EPC/Turnkey Project 1999) untuk
semua proyek konstruksi dilingkungan PT PLN (Persero).
Bertanggung jawab atas penanganan klaim konstruksi (using
FIDIC CC for Construction, for Plant Design Build and for
EPC/Turnkey Project 1999) untuk semua proyek yang didanai
dengan pinjaman multilateral development bank atau bilateral G
to G)
Kepala Staf Operasi, Proyek Induk Provinsi Sumatera Utara dan
Provinsi Aceh (Chief of Staff for Project Operation, Principal Project
North Sumatera Province and Aceh Province)
Bertanggung jawab atas supervise konstruksi dan administrasi
kontrak (using FIDIC CC for Works of Civil Engineering
Construction 4th Edition 1987 and FIDIC CC for Electrical and
Mechanical Works 3rd Edition 1988), termasuk penanganan
klaim dari beberapa proyek pusat listrik di antaranya: Renun
HEPP (86 MW), Sipansihaporas HEPP (55 MW), Peusangan
KONTRAK LUMPSUM
kontraktor (Taisei-PP-Mitsubishi Corp. J.O.), untuk pekerjaan
bendungan dan terowongan pelimpah (for Dam, Tunnel and
Spillway tunnel) (using FIDIC CC for Works of Civil
Engineering Construction 2nd Edition 1969) .
KONTRAK LUMPSUM
JURNAL (Journal)
ISSN 0863-5272
Sarwono Hardjomuljadi FIDIC EPC/Turnkey Contract, Understanding
and its Implementation in Powe Plant Projects in Indonesia”,
International Journal of SSRN, Upload June 25, 2010
Weddy Benadi Sudirman & Sarwono Hardjomuljadi, “Project Risk
management in Hydropower Plant Projects: A Case Study from
State Owned Electricity Company in Indonesia”, Journal of
Infrastructure Development, Volume 3 No 2, December 2011,
ISSN 0974-9306.
Marlia Dyah Salindri & Sarwono Hardjomuljadi: “Peran Enjinir
Terhadap Terjadinya Klaim Konstruksi di Proyek Infrastruktur
Pinjaman Luar Negeri”, Jurnal Konstruksia, Vol 5 Nomor 1,
Desember 2013, hal 1-11, ISSN 2086-7352
Galih Aya Taurano & Sarwono Hardjomuljadi: Analisis Faktor
Penyebab Klaim Pada Proyek Konstruksi yang Menggunakan
FIDIC Conditions of Contract for Plant and Design Build”,
Jurnal Konstruksia, Vol 5 Nomor 1, Desember 2013, hal 13-24,
ISSN 2086-7352
Sarwono Hardjomuljadi, “Chance and Desire, The root of construction
Claims”, Jurnal Konstruksia Vol 2 Nomor 2, Juli 2011, hal 1-15,
ISSN 2086-7352
Sarwono Hardjomuljadi: Pemahaman Kontrak Konstruksi Internasional
terhadap Tantangan Era Globalisasi”, Jurnal Konstruksia, Vol
2 Nomor 1, November 2010, hal 1-8, ISSN 2086-7352
Sarwono Hardjomuljadi, Sriyono D.Siswoyo:”Development of
Mini/Mikrohydro Power Plant for Rural Electricity in
Indonesia” (in English), Journal Ilmiah Teknologi Energi, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Volume 1 No. 6,
February 2008, ISSN 1858-3466
Sarwono Hardjomuljadi, Sriyono D. Siswoyo : “Pengembangan
Pembangkit Listrik Mini / Mikro Hidro dan Pemberdayaan
Masyarakat Pedesaan”, Journal Himpunan Ahli Teknik
Hidraulik Indonesia (HATHI), Volume 1 No.8, Maret 2007,
ISSN 0215-1251
PEMBICARA/PELATIH (Speaker/Trainer)
“Current Practice of FIDIC EPC/ Turnkey Project: Employer’s pitfalls
KONTRAK LUMPSUM
when using a Silver Book” 9th FIDIC Asia Pacific Uers’
Conference, July 18-19, 2017, Hanoi, Vietnam
”The Development of The Alternative Dispute Resolution in Indonesia”,
Dispute Resolution Board Foundation (DRBF) Annual
International Conference, May 24-26, 2017, Madrid, Spain
“Dispute Board A Choice of Construction Dispute Resolution in
Indonesia, Based on Law No 2 Year 2017”, Mercu Buana
University-Dispute Resolution Board Foundation
(DRBF)—BADAPSKI-HAKKI, March 10, 2017 Jakarta,
Indonesia
“Dispute Board as one of The Alternatives Dispute Resolution in
Indonesia”, 8th FIDIC Asia Pacific Contract User’s
Conference, July 26-27,2016 Singapore
“The FIDIC Silver Book in Practice”, 7th FIDIC Asia Pacific Contract
User’s Conference, FIDIC-Informa, June 30- July 1,
2015,Singapore
“The Project Implementation using FIDIC Yellow Book in Indonesia”, 7th
FIDIC Asia-Pacific Contract User’s Conference, FIDIC-
Informa, June 30-July 1, 2015, Singapore
“The Banks’ Role in the FIDIC Conditions of Contract MDB Harmonised
Edition”, 6th FIDIC Asia-Pacific Contract User’s
Conference, FIDIC-Informa, July 8-9, 2014, Shenzen,
China.
“Future of Dispute Board in ASEAN Region: Regulation and Culture in
Indonesia”, DRBF World Annual Conference, May 15-17,
2014, Singapore.
“Challenge and Problem Solving in using FIDIC MDB: From
Commencement to Termination of the Works", FIDIC
Centenary Conference, September,15-18, 2013, Barcelona,
Spain
“Dispute Board, The Best ADR for Construction Projects in Indonesia”,
5th FIDIC Asia-Pacific Contract User’s Conference,
FIDIC-Informa, June 10-12, 2013, Kuala Lumpur,
Malaysia.
KONTRAK LUMPSUM
power plant projects in Indonesia”, 2nd FIDIC Asia-Pacific
Contract User’s Conference, FIDIC-Informa, June 24 - 25,
2010, Beijing, China.
“Fair and balanced Conditions of Contract, a key success in the
construction of hydro electric power plants in Indonesia”,
Third International Conference on Water Resources and
Renewable Energy Development in Asia, March 29 - 30,
2010, Kuching, Malaysia.
“FIDIC General Conditions of Contract and Construction Claims”,
International Workshop of FIDIC Conditions of Contract:
Managing Construction Claims, FIDIC-LPJKN-INKINDO,
January 28 - 29, 2010, Jakarta, Indonesia
“Construction Contract Administration , FIDIC MDB Harmonised
Edition, Series 3”, EINRIP November 30, 2010, Jakarta
“Construction Contract Administration, FIDIC MDB Harmonised
Edition, Series 2”, EINRIP November 25, 2010, Denpasar,
Bali
“Construction Contract Administration , FIDIC MDB Harmonised
Edition, Series 1“ , EINRIP November 30,2010, Makassar
“Contract Administration untuk FIDIC Type of Contract” (Bahasa
Indonesia), Australian Aif (AusAid), Oktober 7, 2010,
Jakarta
“Contract Administration for FIDIC Type of Contract“ (Bahasa Inggris),
Australian Aids (AusAid), September 29, 2010, Jakarta
“The Metamorphosis of FIDIC GCC Clauses and the Main Causal
Factors of Construction Claims in Indonesia”, 1st FIDIC
Asia-Pacific Contract User’s Conference, FIDIC- Informa,
June 29 - 30,2009, Hong Kong, China.
“Contractual Problems during the Construction of Hydro Electric Power
Plant: An Alternative Renewable Energy Base Power Plant
in The Midst of World Energy Crisis”, World Renewable
Energy Regional Congress (WRERC 2009), June 17 - 19,
2009, Jakarta, Indonesia
KONTRAK LUMPSUM
”Claim Management based on FIDIC Conditions of Contract”, Annual
Conference of HATHI (Association of Hydro Engineers of
Indonesia), 1996, Medan, Indonesia
“New Austrian Tunneling Method and FIDIC Conditions of Contract”
Annual Conference of HATHI (Association of Hydro
Engineers of Indonesia), 1991, Jakarta, Indonesia
”Contractual problems in the Construction of Spillway Tunnel of Cirata
HEPP”. Annual Conference of HATHI (Association of
Hydro Engineers of Indonesia), 1987, Semarang, Indonesia
PELATIHAN (Training)
Pengadaan
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7
Pengadaan
E d i s i 5 | Ta h u n 2 0 1 7