Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PKRS MEDIA SOSIAL

FIMOSIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi


salah satu syarat menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu
Bedah RS Islam Jemursari Surabaya

Oleh:
NURMA ISLAMIYAH
6120018041

Pembimbing:
dr. Dayu Satriya Wibawa, Sp. B

SMF ILMU BEDAH


Fakultas Kedokteran
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
2019
LATAR BELAKANG

Fimosis adalah suatu kondisi di mana preputium tidak dapat ditarik ke


arah proksimal sehingga glans penis sulit atau tidak dapat terlihat. Fimosis dapat
bersifat fisiologis atau patologis. Fimosis fisiologis merupakan kondisi yang
terjadi pada sekitar 90% bayi baru lahir akibat adhesi alami antara preputium dan
glans penis. Sedangkan fimosis patologis terjadi sekunder setelah dulunya
preputium dapat diretraksi, atau terjadi setelah masa pubertas. Fimosis perlu
dibedakan dari parafimosis, yaitu suatu keadaan kegawatdaruratan dimana
preputium yang diretraksi tidak dapat dikembalikan ke posisi semula.

Epidemiologi fimosis menunjukkan bahwa hampir semua bayi laki-laki lahir


dengan fimosis fisiologis tanpa perbedaan nyata terhadap ras tertentu. Insiden
fimosis fisiologis akan berkurang seiring pertambahan usia. Insiden fimosis
patologis jauh lebih kecil dibanding fimosis fisiologis. Pada tahun pertama
kehidupan, sekitar 50% anak laki-laki dapat meretraksi preputium hingga sulkus
glandularis, angka ini meningkat menjadi 89% pada usia tiga tahun. Pada usia 6-7
tahun terdapat 8% anak yang masih mengalami fimosis, dan sebesar 1% pada usia
16-18 tahun (Tekgul et al, 2016).
1. DEFINISI

Fimosis adalah kelainan pada penis yang belum disunat berupa kulup atau kulit
kepala penis yang melekat erat pada kepala penis 1

2. GEJALA DAN TANDA


 Ujung penis terlihat menyempit
 Kulit tidak dapat ditarik ke arah pangkal penis saat dibersihkan
 Anak sering menangis saat buang air kecil
 Ujung penis tampak menggembung
 Anak seringkali mengalami demam yang tidak jelas sebabnya
 Anak sering mengalami infeksi saluran kemih yang berulang

3. AKIBAT DARI FIMOSIS


 Bagian glans penis sulit untuk dikeluarkan dan dibersihkan
 Infeksi saluran kemih berulang
 Posthitis atau peradangan pada kulup
 Terjadi nekrosis pada jaringan preputium penis

4. TATALAKSANA FIMOSIS PADA ANAK

Penatalaksanaan fimosis tergantung pada jenis fimosis, usia, tingkat keparahan,


etiologi dan faktor komorbid lain (Shahid, 2012)

Retraksi preputium dapat dilakukan dengan menggunakan eutectic mixture


of local anaesthetic (EMLA) sebelum melepaskan adhesi pada preputium.
Retraksi manual paksa dapat menimbulkan re-adhesi preputium dan glans pada
68% pasien yang mendapatkan terapi retraksi. Kombinasi retraksi manual dengan
kortikosteroid topikal menunjukkan hasil yang lebih baik (Shahid, 2012).

Sirkumsisi adalah prosedur membuang preputium sehingga glans penis


menjadi terbuka. Sirkumsisi dilakukan pada fimosis patologis, balanitis atau
balanoposthitis berulang, serta infeksi saluran kemih berulang. Sirkumsisi yang
baik akan menghilangkan fimosis, mencegah terjadinya parafimosis, frenulum
tear, atau perdarahan yang berkaitan dengan hubungan seksual. Sirkumsisi tidak
dianjurkan pada pasien dengan kelainan kongenital pada penis, seperti hipospadia
atau buried penis, infeksi lokal akut, dan gangguan koagulopati (Shahid, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Chan IHY, Wong KKY. Common urological problems in children: prepuce, phimosis,
and buried penis. Hong Kong Med J. 2016(22)23-269.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed

Shahid SK. Phimosis in children. ISRN Urol. 2012;2012:707329. Published 2012 Mar 5.
doi:10.5402/2012/707329

Tekgul S, Dogan HS, Hoebeke P, et al. EAU Guidelines of Pediatric Urology. 2016.
European Association of Urology. https://uroweb.org/

Anda mungkin juga menyukai