BANGSAL INTERNE
RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI
“PENATALAKSANAAN BRONKOPNEUMONIA”
Oleh:
KELOMPOK I
1
BAB I
PENDAHULUAN
manusia. Ia memegang banyak peranan penting yang secara garis besar dibagi
menjadi fungsi respirasi dan non-respirasi. Fungsi respirasi disini adalah proses
pemasukaan oksigen dari luar tubuh kedalam tubuh untuk digunakan lebih lanjut
gangguan jantung dan kanker dan angka ini akan terus naik.
Namun yang perlu diingat adalah gangguan respirasi ini adalah suatu
gangguan yang dapat dicegah. Salah satu faktor resiko adalah kebiasaan merokok,
baik perokok aktif maupun pasif. Faktor resiko lainnya yang juga tidak kalah
berbahaya adalah polutan dalam rumah yang berasal dari bahan bakar, nitrit
oksida, dan formaldehid. Yang tidak kalah penting juga adalah polutan dari
allergen. Dimana semua faktor resiko diatas sangat berkaitan dengan perilaku dan
restriktif dan paru obstruktif. Penyakit infeksi saluran napas atas akut (ISNAA)
adalah penyakit infeksi yang menyerang saluran napas atas mulai dari faring
2
Infeksi saluran napas bawah akut, adalah infeksi yang menyerang saluran
napas bawah yaitu mulai dari bronkus hingga alveolus salah satunya yaitu
pneumonia.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Broncopneumoni
2.1.1 Pengertian
virus bakteri, jamur dan benda asing lain yang mengakibatkan tersumbatnya
merupakan salah satu jenis pneumonia yang sering disebut pneumonia laburalis.
Daerah yang paling sering terkena adalah segmen basal lobus bagian bawah
bronchopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru atau alveoli yang
disebabkan oleh virus,bakteri, jamur dan benda asing lainnya yang mengakibatkan
2.1.2 Etiologi
1. Stafilokokus.
2. Streptokokus.
3. Pneumokokus.
4. Haemophilus.
4
5. Influenza.
6. Pseudomonas aeruginosa.
2.1.3 Patofisiologi
diudara, aspirasi organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen. Selain itu
juga berhasilnya kuman pathogen seperti virus, bakteri, jamur, mycoplasma dan
permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan proses
2.1.4 Klasifikasi
Ditinjau dari asal patogen, maka pneumonia dibagi menjadi tiga macam
5
influenza, bakteri atypical, virus influenza, respiratory syncytial virus
(RSV). Pada anak-anak dan 60 tahun usia patogen yang biasa dijumpai
Klebsiella sp, Proteus sp. Pada pasien yang sudah lebih dulu mendapat
yang lebih bandel seperti Citrobacter sp., Serratia sp., Enterobacter sp.
3. Pneumonia Aspirasi
1. Sesak nafas.
6
2. Suhu naik 39oC- 40oC,dangkal, kejang, gelisah.
3. Pernafasan cepat, dangkal disertai cuping hidung dan pucat disekitar mulut
dan hidung.
7. Penurunan kesadaran
1. Foto thoraks.
toraks posisi AP. Lynch dkk, mendapatkan bahwa tambahan posisi lateral
lateral hanya dilakukan pada pasien dengan tanda dan gejala klinik distres
pernapasan seperti takipnea, batuk, dan ronki, dengan atau tanpa suara
2.1.7 Penatalaksanaan
7
mengevaluasi kecukupan fungsi pernafasan dan untuk menentukan apakah ada
Harian Antibiotik
DosisSebuah
antibiotik Kelas Antibiotika Nama merk
Dewasa (Total
mg / kg / hari × kemudian
× 4 hari
8
tetrasiklind Doxycycline Monodox®/ 2-5 mg / kg / hari 100-200 mg
100™
tobramisin hari
7,5-10 mg / kg / 7,5 mg / kg
hari
9
2.1.8 Komplikasi
1. Abses kulit.
3. Otitis media.
4. Sinusitis.
5. Meningitis perikarditis.
1. Aktivitas/Istirahat
10
2. Sirkulasi
3. Integritas Ego
4. Makanan Cairan
mellitus(DM)
5. Neurosensori
6. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Sakit kepala nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk: nyeri
Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang
7. Pernafasan
11
Fremitus : taktil dan fokal bertahap meningkat dengan konsolidasi gesekan
friksi pleural.
Bunyi nafas: menurun atau tidak di atas area yang terlihat, atau nafas
brochial.
8. Keamanan
2.2 Hemoroid
2.2.1 Pengertian
Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia lima puluhan, lima puluh persen
(Smeltzer, 2002).
daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Di bawah atau diluar linea
dentate pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid
eksterna. Sedangkan diatas atau di dalam linea dentate, pelebaran Nvena yang
12
2.2.2 Etiologi
Menurut Villalba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat ini
belum diketahui secara pasti, beberapa faktor pendukung yang terlibat diantaranya
adalah:
a) Penuaan
b) Kehamilan
c) Hereditas
g) Obesitas.
2.2.3 Patofisiologi
aliran balik dari vena hemoroidalis. Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu
prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronis yang disertai
superior mengalirkan darah ke sistem portal. Selain itu system portal tidak
eksterna di bedakan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan suatu
13
ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit
anestesi lokal, atau dapat diobati dengan “kompres duduk” panas dan analgesik.
Hemoroid eksterna kronis atau skin tag biasanya merupakan sekuele dari
hematom akut. Hemoroid ini berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri
dari jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah. Hemoroid interna dibagi
Derajat 1, bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal
Derajat 3, pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus
(Sudoyo,2006).
a. Anamnesis.
b. Pemeriksaan fisik.
c. Pemeriksaan penunjang.
2.2.5 Penatalaksanaan
dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan jenis dan derajat daripada
hemoroid.
14
Penatalaksanaan Konservatif
ini membuktikan bahwa suplemen serat dapat memperbaiki gejala dan perdarahan
serta dapat direkomendasikan pada derajat awal hemoroid. Perubahan gaya hidup
mengurangi mengejan saat buang air besar dilakukan pada penatalaksanaan awal
banyak penelitian yang mendukung hal tersebut. Kombinasi antara anestesi lokal,
kortikosteroid, dan antiseptik dapat mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak
untuk mengurangi efek samping. Selain itu suplemen flavonoid dapat membantu
2008).
Pembedahan
15
c) Mukosa rektum menonjol keluar anus.
f) Permintaan pasien.
vegetable oil, quinine, dan urea hydrochlorate atau hypertonic salt solution.
Scholfield (2009) menyatakan teknik ini murah dan mudah dilakukan, tetapi
fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum. Komplikasi prosedur ini adalah nyeri
dan perdarahan.
koagulasi, oklusi, dan sklerosis jaringan hemoroid. Teknik ini singkat dan
16
4. Bipolar Diathermy. Menggunakan energi listrik untuk mengkoagulasi jaringan
5. Laser haemorrhoidectomy.
sangat rendah untuk merusak jaringan. Kerusakan ini disebabkan kristal yang
(Halverson, 2007).
1. Konsumsi serat 25-30 gram sehari. Makanan tinggi serat seperti buah-buahan,
17
Hal ini membuat feses lebih lembek dan besar, sehingga mengurangi proses
3. Mengubah kebiasaan buang air besar. Segera ke kamar mandi saat merasa akan
buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses. Hindari
mengedan.
Obat konstipasi
4-6 g / hari
Agen yang Hasil di Lunak atau fl Semi uid Stool di 6-12 Jam
18
<10 g secara oral
bisacodyl 10 mg rektal
2.3.1 Pengertian
otak, bukan sekedar perasaan murung atau sedih dalam beberapa hari. Gangguan
murung dan gejala lainnya termasuk perubahan pola tidur dan makan, perubahan
19
perasaan putus asa dan tak berdaya serta pikiran bunuh diri. Jika gangguan
depresif berjalan dalam waktu yang panjang (distimia) maka orang tersebut
kimiawi otak yang bertugas menjadi penerus komunikasi antar serabut saraf
membuat tubuh menerima komunikasi secara salah dalam pikiran, perasaan dan
perilaku. Karena itu pada terapi farmakologik maka terapinya adalah memperbaiki
gangguan bipolar, terkait erat dengan hubungan saudara; juga pada anak kembar,
suatu bukti adanya kerentanan biologik, pada genetik keluarga tersebut. Episoda
pertama gangguan seringkali dipicu oleh stresor psikososial pada mereka yang
biologiknya rentan. Gangguan depresif juga mungkin dialami oleh mereka yang
20
Mereka dengan rasa percaya diri rendah, senantiasa melihat dirinya dan
dunia luar dengan penilaian pesimistik. Jika mereka mengalami stres besar,
seperti model yang mereka tiru dalam keluarga, ketika menghadapi masalah
psikologik maka respon mereka meniru perasaan, pikiran dan perilaku gangguan
depresif. Orang belajar dengan proses adaptif dan maladaptif ketika menghadapi
kepada kita mengapa masalah psikologik kejadiannya lebih sering muncul pada
anggota keluarga dari generasi ke generasi. Jika anak dibesarkan dalam suasana
pesimistik, dimana dorongan untuk keberhasilan jarang atau tidak biasa, maka
anak itu akan tumbuh dan berkembang dengan kerentanan tinggi terhadap
gangguan depresif. Menurut Freud, kehilangan obyek cinta, seperti orang yang
sakit kronis dan krisis dalam keluarga merupakan pemicu episode gangguan
gangguan depresif. Obat-obat tersebut seperti yang tertera pada tabel di bawah ini:
21
Obat-obat yang menginduksi gangguan depresif
Klonidin Korticosteroid
Metildopa Estrogen
Prokainamid Progestin
Reserpin Tamoxifen
Barbiturat Indometacin
Benzodiazepin Interferon
Etanol
Fenitoin
Tanda - Tanda
tahun, seringkali tidak dikenali. Beberapa orang merasakan perasaan sedih dan
murung dalam jangka waktu cukup lama dengan latar belakang yang berbeda-
beda. Variasi tanda sangat luas dari satu orang ke orang lain, dari satu waktu ke
waktu pada diri seseorang. Gejalanya sering tersamar dalam berbagai keluhan
22
Pola tidur yang abnormal atau sering terbangun termasuk diselingi
pikiran. Gangguan depresif mempengaruhi nafsu makan dan pola tidur, cara
seseorang merasakan dirinya, berpikir tentang dirinya dan berpikir tentang dunia
sekitarnya. Keadaan depresi bukanlah suatu kesedihan yang dapat dengan mudah
Mereka yang mengalami gangguan depresif tidak akan tertolong hanya dengan
membuat mereka bergembira dengan penghiburan. Tanpa terapi tanda dan gejala
Gejala
depresif tidak mempunyai simptom fisik yang sama dan pasti pada satu orang dan
bervariasi dari satu orang ke orang lain. Keluhan yang banyak ditampilkan adalah
sakit, nyeri bagian atau seluruh tubuh, keluhan pada sistem pencernaan.
dalam kelompok terkait perubahan dalam cara pikir, perasaan dan perilaku.
23
1. Perubahan cara berpikir – terganggunya konsentrasi dan pengambilan
dan terkesan sebagai sering lupa. Pikiran negatif sering menghinggapi pikiran
bersalah yang besar, dan mengkritik diri sendiri. Beberapa orang merusak diri
sendiri sampai melakukan tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain.
orang merasa tak lagi dapat menikmati apa-apa yang dulu disenanginya, dan
tak dapat merasakan kesenangan apapun. Motivasi menurun dan menjadi tak
peduli dengan apapun. Perasaan seperti berada dibawah titik nadir, merasa
mudah marah. Pada keadaan ekstrim khas dengan perasaan tidak berdaya dan
putus asa.
menjadi apatis. Menjadi sulit bergaul atau bertemu dengan orang, sehingga
menarik diri dari pergaulan. Nafsu makan berubah drastis, lebih banyak
sering menangis berlebihan tanpa sebab jelas. Sering mengeluh tentang semua
hal, marah dan mengamuk. Minat seks sering menurun sampai hilang, tak lagi
24
lebih senang berada di tempat tidur tak melakukan apapun, mungkin tidur
banyak atau tidak dapat tidur. Mereka terbaring atau gelisah bangun ditengah
merupakan tanda khas dari gangguan depresif. Gelisah dan tak dapat diam,
mulai dari beberapa minggu sampai beberapa tahun, dimana perasaan, pikiran
dan perilaku berjalan demikian sepanjang waktu setiap hari. Jika gejala ini
Banyak jenis terapi, efektivitas akan berbeda dari orang ke orang dari
terapi sangat bergantung pada hasil evaluasi riwayat kesehatan fisik dan mental
akan membantu meningkatkan suasana hati sehingga relatif penderita lebih mudah
oleh masalah pribadi kehidupan penderita. Jika mereka juga menggunakan napza
atau mempunyai ketergantungan pada hal lain, seringkali tanda dan gejala
gangguan depresif mengalami distorsi, atau menjadi diperbesar dan nampak tidak
dapat dipulihkan.
25
Rujukan penderita ke layanan terapi profesional sangatlah diperlukan.
Terapi yang dapat dipercaya oleh penderita memberikan dorongan kuat untuk
membuat tidak berdaya maka perlu diketahui bahwa anti depresan tidak
gangguan depresif. Pola pikir negatif dan sikap pesimistik perlu digantikan
dengan menekankan bahwa mereka dapat ditolong dan diobati. Kebanyakan dari
mereka merasa putus asa dan merasa tidak berdaya. Hindari ketidak-empatian
26
a. Efek samping dan respon tubuh terhadap obat
c. Kerja obat dalam tubuh ketika dibarengi obat lain. Penderita perlu
baik. Jika ini tak terjadi beritahu dokter agar dipikirkan obat lain atau
kombinasi.
f. Obat harus dipertahankan selama 7-15 bulan atau lebih panjang untuk
perbaikan dalam 2 sampai 3 minggu. Selama masa ini efek samping akan
ketika obat diteruskan, dan beberapa efek samping menetap seperti mulut
h. Orang berusia lanjut perlu mendapatkan perhatian atas daya absorbsi dan
kepekaannya terhadap efek obat. Monitor obat dan gejala perlu lebih
cermat.
27
Penggolongan Antidepresan
Efek samping :
akibat efek antinoradrenalin, hal ini sering terjadi pada penderita lansia,
antara lain gangguan lambung-usus, agitasi, sukar tidur, serta nyeri kepala
dan otot.
a. Imipramin
Dosis lazim : 25-50 mg 3x sehari bila perlu dinaikkan sampai maksimum 250-
300 mg sehari.
28
Interaksi Obat : anti hipertensi, obat simpatomimetik, alkohol, obat penekan
SSP
b. Klomipramin
mg sehari.
mengemudi.
c. Amitriptilin
150-300 mg sehari.
29
mempotensiasi efek gangguan depresif SSP termasuk gangguan depresif
d. Lithium karbonat
Dosis lazim : 400-1200 mg dosis tunggal pada pagi hari atau sebelum tidur
malam.
influenza, gastroenteritis
Mekanisme kerja :
Terdapat beberapa indikasi bahwa obat-obat ini lebih efektif daripada SSRI.
Efek samping :
Efek seretogenik; berupa mual ,muntah, malaise umum, nyeri kepala, gangguan
tidur dan nervositas, agitasi atau kegelisahan yang sementara, disfungsi seksual
30
Sindroma serotonin; berupa antara lain kegelisahan, demam, dan menggigil,
klasik, MAO, litium atau triptofan, lazimnya dalam waktu beberapa jam sampai 2-
propanolol).
Efek antikolinergik, antiadrenergik, dan efek jantung sangat kurang atau sama
a. Fluoxetin
Dosis lazim : 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80 mg/hari dalam dosis
Interaksi Obat : MAO, Lithium, obat yang merangsang aktivitas SSP, anti
b. Sertralin
31
c. Citalopram
diri.
d. Fluvoxamine
Dosis lazim : 50mg dapat diberikan 1x/hari sebaiknya pada malam hari,
insufiensi hati, tidak direkomendasikan untuk anak dan epilepsi, hamil dan
laktasi.
e. Mianserin
f. Mirtazapin
32
Interaksi Obat : dapat memperkuat aksi pengurangan SSP dari alkohol,
g. Venlafaxine
1x/hari.
Kontra Indikasi : penggunaan bersama MAO, hamil dan laktasi, anak < 18
tahun.
sirosis hati, penyakit jantung tidak stabil, monitor tekanan darah jika penderita
3. Antidepresan MAO.
Farmakologi
Ada dua tipe MAO yang telah teridentifikasi, yaitu MAO-A dan MAO-B. Kedua
enzim ini memiliki substrat yang berbeda serta perbedaan dalam sensitivitas
33
terhadap inhibitor. MAO-A cenderungan memiliki aktivitas deaminasi epinefrin,
yang masuk melalui saluran cerna ke dalam sirkulasi portal (misalnya tiramin).
2.4 Hipernatremia
2.4.1 Pengertian
Natrium adalah salah satu elektrolit yang amat dibutuhkan tubuh untuk
menjaga metabolisme tubuh. Salah satu fungsi elektrolit ini adalah untuk
kontraksi dan pergerakan manusia, dan juga untuk menjaga cairan tubuh karena
dimana kadar natrium dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah.
yang didefinisikan oleh tingkat natrium tinggi dalam darah. Hipernatremia ini
relatif gratis air dalam tubuh. Untuk alasan ini, hipernatremia sering sinonim
dengan istilah dehidrasi. Air hilang dari tubuh dalam berbagai cara, termasuk
34
keringat, kerugian insensible dari bernapas, dan dalam tinja dan urin. Jika jumlah
air yang tertelan secara konsisten berada di bawah jumlah air yang hilang, tingkat
hipernatremia dapat disebabkan oleh konsumsi garam besar, seperti yang mungkin
Hpernatremia pada usia lanjut paling sering disebabkan oleh kombinasi dari
kehilangan cairan. Gangguan mekanisme dari rasa haus dan hambatan akses
disebabkan oleh problem saluran cerna. , luka bakar, terapi diuretika atau dieresis
sehingga usia lanjut yang lemah dapat jatuh pada keadaan hipernatremia yang
air karenan penurunan rasa haus, gangguan kemampuan untuk meminta air dan
35
2.4.2 Pembagian Hypernatremia
elektrolit yang lazim dijumpai pada pasien di bangsal perawatan dan unit rawat
d. Lebih sering pada bayi dan lansia. Pada lansia gejala belum terlihat sebelum
contoh volume untuk koreksi 2.1 L dan rumatan 1.5 L maka dalam sehari
36
Air tubuh pada dewasa adalah 60% berat badan, sedangkan pada anak 70% berat
badan
2.4.4 Penyebab
tidak normal jika kehilangan cairan melampaui kehilangan natrium, yang biasanya
terjadi jika minum terlalu sedikit air. Konsentrasi natrium darah yang tinggi secara
seharusnya dia haus, atau dia haus tetapi tidak dapat memperoleh air yang cukup
untuk minum.
b. Diare
c. Muntah
d. Demam
f. Hipernatremia paling sering terjadi pada usia lanjut. Pada orang tua
biasanya rasa haus lebih lambat terbentuk dan tidak begitu kuat
masih berfungsi.
Selain itu, pada usia lanjut, kemampuan ginjal untuk memekatkan air
kemih mulai berkurang, sehingga tidak dapat menahan air dengan baik. Orang tua
37
yang minum diuretik, yang memaksa ginjal mengeluarkan lebih banyak air,
memiliki resiko untuk menderita hipernatremia, terutama jika cuaca panas atau
g. Hipernatremia dapat juga terjadi akibat ginjal mengeluarkan terlalu banyak air,
menyebabkan ginjal menahan air) atau ginjal tidak memberikan respon yang
hiponatremia jika mereka memiliki rasa haus yang normal dan minum cukup air.
Contohnya :
tubuh.
berbagai cairan tubuh dan keseimbangan anion dan kation dalam cairan
ekstrasel.
deposit utamanya berada di tulang dan gigi, apabila diperlukan, kalsium ini
38
Penyebab utama dari hipernatremi:
berlebihan)
f. Diabetes insipidus.
g. Hipovolemik:
1. Kurangnya asupan air, biasanya pada pasien lanjut usia atau cacat yang
a. Euvolemic
Ekskresi berlebihan air dari ginjal yang disebabkan oleh diabetes insipidus, yang
b. Hypervolemic
Pengambilan cairan hipertonik (cairan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi
daripada sisa tubuh). Ini relatif jarang, walaupun bisa terjadi setelah resusitasi
yang kuat di mana pasien menerima suatu volume besar dari larutan natrium
39
bikarbonat terkonsentrasi. menelan air laut juga menyebabkan hipernatremia
karena air laut adalah hipertonik karena keadaan penyakit seperti sindrom Conn
2.4.5 Gejala
a. Kebingungan
b. Kejang otot
d. Koma
e. Kematian.
kelemahan, lekas marah, dan edema. Dengan peningkatan yang lebih berat dari
atas 158 mEq / L (Normal biasanya sekitar 135-145 mEq / L). Nilai di atas 180
mEq / L .Yang berhubungan dengan tingkat kematian tinggi, terutama pada orang
dewasa. tingkat tinggi Namun seperti natrium jarang terjadi tanpa parah kondisi
medis berdampingan.
2.4.6 Diagnosa
gejalanya.
40
2.4.7 Pengobatan
relatif. Air dapat diganti oral atau intravena. Air saja tidak dapat diberikan sebagai
dekstrosa atau salin larutan infus. Namun, koreksi yang terlalu cepat
konsentrasi natrium dengan air gratis, sekali adaptasi ini telah terjadi,
mengakibatkan kejang, kerusakan otak permanen, atau kematian. Oleh karena itu,
ketidakseimbangan elektrolit.
terutama kasus ringan, cairan diberikan secara intravena (melalui infus). Untuk
secara perlahan, karena perbaikan yang terlalu cepat bisa menyebabkan kerusakan
diobati secara lebih spesifik. Misalnya untuk diabetes insipidus diberikan hormon
antidiuretik (vasopresin).
41
BAB III
TINJAUAN KASUS
- Nama : Tn T
- MR : 0012*****
- Umur : 64 Tahun
- Pekerjaan : Petani
- Agama : Islam
3.2 Anamnesa
Nasional Bukitinggi melalui IGD dengan keluhan utama nafas agak sesak dan
BAB agak keras sering mengejan sejak pagi sebelum masuk rumah sakit.
Badan tampak letih sejak pagi nafas agak terasa sesak. Lemah anggota
gerak kanan sejak satu bulan yang lalu. BAB agak keras sering mengejan sejak
tadi pagi
42
3.2.3 Riwayat Penyakit Keluarga
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan umum : Sedang
b. Tanda vital
- Tekanan darah : 85/p
- Frekuensi nadi : 108 x/menit
- Frekuensi pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 36 °C
- Mata : CA -/- , SI -/-
- Corona : S1S2 Reguler. galop (-), murmur (-)
- Pulmonum : Ronchi (-) wheezing (-)
- Abdomen : Supel BU (+) N
- Extremitas : akral hangat, perfusi baik
43
3.3.2 Pemeriksaan Penunjang
Ureum 80 Mg/dl 10 - 50
HEMATOLOGI
HITUNGAN JENIS
- Neutrofil 79 % 22-75
MCV 80 fL 80-96
44
MCH 30,8 Pg 28-33
Ureum 58 Mg/dl 10 - 50
3.3 Diagnosa
diagnosa :
45
Diagnosa Utama : Bronkopneumonia
- Hemoroid
- Depresi
46
Terapi yang diterima pasien
47
Nama obat Tanggal
2/11/201 3/11/201 4/11/201 5/11/2019
9 9 9
P S M P S M P S M P S M
IVFD NaCl 0.9 √ √ √ √
% : Aminofluid √ √ Off
1:1 √
IVFD NaCl 0.9
% : Aminofluid
2:1
OMZ Inj
Ceftriaxon Inj
Cefixime Inj
Sulcralfat Syr √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Neurodex √ √ √ √
Omeprazole 20 √ √ √ √
mg
Aspilet 80 mg √ √
Sertralin 50 mg √ √ √ √
48
3.6 Follow Up
S O A P
25/10/2019 Pasien mengalami sesak Ku : Sedang Law Intake O2 2liter/i
nafas sejak sehari Kes : CM
IVFD RL guyur 1 kolf →D 100/60
sebelum masuk rumah GCS : E4, M6, Vx
sakit. Pasien tampak Suhu : 360C →IVFD NaCl 0.9 % 1 KOlf/ 8 jam
letih, nafsu makan TD : 100/60 mmHg
Omeprazole Inj 1x1 (IV)
berkurang, susah BAB Nafas : 20 x/i
(+) Nadi : 100 x/i Ceftriaxone Inj 2x1 (IV)
Wheezing: -
Sulcralfat Syr 3x1 (PO)
Ronchi : -
Neurodex 1x1 (PO)
26/10//2019 Pasien masih merasa Ku : Sedang Law Intake IVFD NaCl 0.9 % / 8 jam
sesak nafas, badan letih, Kes : CM
Omeprazole Inj 1x1 (IV)
dan nafsu makan Suhu : 36,50C
berkurang sejak 1 bulan TD : 100/70 mmHg Ceftriaxone Inj 2x1 (IV)
sebelum masuk rumah Nafas : 20 x/i
Sulcralfat Syr 3x1 (PO)
sakit. Nadi : 100 x/i
Neurodex 1x1 (PO)
27/10/2019 Pasien masih merasa Ku : Sedang Law Intake IVFD NaCl 0.9 % / 8 jam
sesak nafas, badan letih, Kes : CM
Omeprazole Inj 1x1 (IV)
dan nafsu makan Suhu : 36,50C
berkurang. TD : 130/80 mmHg Ceftriaxone Inj 2x1 (IV)
Nafas : 20 x/i
Sulcralfat Syr 3x1 (PO)
Neurodex 1x1 (PO)
49
28/10/2019 Demam (-) Ku : Sedang Bronkopneumonia IVFD NaCl 0.9 % / 12 Jam
Pasien masih merasa Kes : CM (+) Ceftriaxone Inj 2x1 (IV)
sesak nafas, badan letih, Suhu : 36,60C Law Intake
Sulcralfat Syr 3x1 (PO)
dan nafsu makan TD : 130/80 mmHg Post stroke
berkurang. Nafas : 20 x/i Neurodex 1x1 (PO)
Azihtromycin 1x1 3 hari (PO)
Omeprazole 1x1 (PO)
29/10/2019 Demam (-) Ku : Lemah Bronkopneumonia IVFD NaCl 0.9 % : Aminofluid (2 : 1)
Sesak (-) Kes : Apatis (+) / 8 jam
Suhu : 36,70C Law Intake Ceftriaxone Inj 2x1 (IV)
TD : 120/70 mmHg Post stroke
Sulcralfat Syr 3x1 (PO)
Nafas : 20 x/i
Neurodex 1x1 (PO)
Azihtromycin 1x1 3 hari (PO)
Omeprazole 1x1 (PO)
30/10/2019 Nyeri pada anus (+) dan Ku : Sedang Bronkopneumonia IVFD NaCl 0.9 % : Aminofluid (2 : 1)
tidak bisa BAB Kes : CM (+) / 8 jam
Suhu : 36,90C Law Intake Sulcralfat Syr 3x1 (PO)
TD : 120/80 mmHg Post stroke
Neurodex 1x1 (PO)
Nafas : 20 x/i Gangguan
Azihtromycin 1x1 3 hari (PO)
Hemoroid
Omeprazole 1x1 (PO)
31/10-2019 Nyeri pada anus (+) dan Ku : Sedang Bronkopneumonia IVFD NaCl 0.9 % : Aminofluid (2 : 1)
tidak bisa BAB Kes : CM (+) / 8 jam
Suhu : 36,90C Law Intake Sulcralfat Syr 3x1 (PO)
TD : 160/100 mmHg Post stroke
Neurodex 1x1 (PO)
Nafas : 20 x/i Gangguan
Omeprazole 1x1 (PO)
Hemoroid
Aspilet 1x1 (PO)
Antihemoroid (Supp)
50
01/11/2019 Law intake Ku : Sedang Bronkopneumonia IVFD NaCl 0.9 % : Aminofluid (2 : 1)
BAB (-) Kes : CM (+) / 8 jam
dr SpKj : sudah mulai Suhu : 36,70C Law Intake Sulcralfat Syr 3x1 (PO)
ada tanda depresi. TD : 120/70 mmHg Post stroke
Neurodex 1x1 (PO)
Nafas : 20 x/i
Omeprazole 1x1 (PO)
Aspilet 1x1 (PO)
Dulcolax (Supp)
Sertraline 1x1 (PO)
02/11/2019 Law intake Ku : Sedang Bronkopneumonia IVFD NaCl 0.9 % : Aminofluid (1 : 1)
BAB (+) Kes : CM (+) / 12 jam
Suhu : 36,50C Law Intake Sulcralfat Syr 3x1 (PO)
TD : 110/70 mmHg Post stroke
Neurodex 1x1 (PO)
Nafas : 20 x/i Konstipasi
Omeprazole 1x1 (PO)
Depresi (-)
Aspilet 1x1 (PO)
Sertraline 1x1 (PO)
03/11/2019 Law intake Ku : Sedang Bronkopneumonia IVFD NaCl 0.9 % : Aminofluid (1 : 1)
Kes : CM (+) / 12 jam
Suhu : 36,50C Law Intake Sulcralfat Syr 3x1 (PO)
TD : 120/80 mmHg Post stroke
Neurodex 1x1 (PO)
Nafas : 20 x/i Depresi (-)
Omeprazole 1x1 (PO)
Aspilet 1x1 (PO)
Sertraline 1x1 (PO)
04/11/2019 Law intake Ku : Sedang Bronkopneumonia IVFD NaCl 0.45 % : Aminofluid (2 :
Kes : CM (+) 1) / 8 jam
Suhu : 36,50C Old stroke Sulcralfat Syr 3x1 (PO)
TD : 120/80 mmHg Law Intake
Neurodex 1x1 (PO)
Nafas : 20 x/i Depresi (-)
Omeprazole 1x1 (PO)
Aspilet 1x1 (PO)
51
Sertraline 1x1 (PO)
05/11/2019 Perbaikan nutrisi Ku : Sedang Bronkopneumonia Sulcralfat Syr 3x1 (PO)
Kes : CM (+)
Neurodex 1x1 (PO)
Suhu : 36,50C Old stroke
Aspilet 1x1 (PO)
TD : 120/80 mmH.g Depresi (-)
Sertraline 1x1 (PO)
Nafas : 20 x/i
(Obat Pagi)
52
BAB IV
DISKUSI
53
Digunakan untuk mengatasi
ketidakseimbangan elektrolit.
- Aspilet 1 x 80 mg :
Digunakan untuk agregasi platelet
(Pengencer Darah).
- Sertraline 1 x 50 mg :
Digunakan untuk depresi dengan atau
tanpa riwayat mania, kelainan obsesif,-
kompulsif.
Pasien mendapatkan terapi Pasien mendapatkan terapi sesuai dengan
tambahan yang tidak - kondisi yang diperlukan
diperlukan
54
ruam, nyeri sendi, kaku dan bengkak..
- Aspilet :
Bronkospasme, mual, muntah, nyeri, dan
perdarahan saluran cerna.
- Sertraline :
Mual, diare, tremor, mulut kering, dan
jumlah keringat meningkat.
2 Kesalahan obat
Terdapat obat lain yang Obat yang diberikan kepada pasien sudah
-
lebih efektif efektif
Obat tidak aman untuk Obat aman untuk pasien karena pasien tidak
-
pasien ada mengeluhkan tentang reaksi alergi
55
ataupun adanya efek yang tidak diinginkan
Dosis obat dinaikkan atau Tidak ada obat yang dinaikkan ataupun
-
diturunkan terlalu cepat diturunkan dosisnya
Muncul efek yang tidak Tidak ada muncul efek yang tidak
-
diinginkan diinginkan
5 Ketidaksesuaian
kepatuhan pasien
Obat tidak tersedia - Semua obat tersedia di apotek rawat inap
Pasien tidak bisa menelan Pasien masih bisa menelan obat dengan baik
-
atau menggunakan obat
Pasien tidak mengerti Keluarga sudah mengerti dengan cara
intruksi penggunaan obat penggunaan obat dan dibantu dengan
-
bantuan keluarga pasien saat penggunaan
sediaan Suppos.
Pasien tidak patuh atau Pasien patuh dalam menggunakan obat
memilih untuk tidak - setiap diberikan obat.
menggunakan obat
6 Pasien membutuhkan
terapi tambahan
Terdapat kondisi yang tidak Semua kondisi pasien telah diberikan terapi
-
diterapi obat
Pasien membutuhkan terapi Pasien telah mendapatkan terapi profilaksis
-
profilaksis
Perhitungan Dosis
1. Ceftriaxone (IV)
Sediaan yang beredar : 1 g
Dosis Lazim : 1 – 2 g / hari
Dosis yang diterima : 2 g
Ceftrixone yang diterima pasien masih aman.
56
2. Sukralfate
Sediaan yang beredar : 500mg/5ml
Dosis Lazim : 2 sdt 4x/hari
Dosis maksimal : 8g/hari
Dosis yang diterima : 3g/30 ml/ hari
Sukralfate yang diterima pasien masih aman.
3. Azithromicyn
Sediaan yang beredar : 500 mg
Dosis Lazim : 1 x 500 mg / Hhri selama 3 hari
Dosis yang diterima : 500 mg / hari
Azithromicyn yang diterima pasien masih aman.
4. Omeprazole
Kapsul
Sediaan yang beredar : 20 mg
Dosis Lazim : 1 x 20 mg / hari
Dosis yang diterima : 20 mg / hari
Omeprazol yang diterima pasien masih aman.
Injeksi
Sediaan yang beredar : 40 mg
Dosis Lazim : 1 x 40 mg / hari
Dosis yang diterima : 40 mg / hari
Omeprazol yang diterima pasien masih aman.
5. Antihemoroid
Sediaan yang beredar : 2 g
Dosis yang diterima : 2 g / hari
Antihemoroid yang diterima pasien masih aman.
6. Aspilet
Sediaan yang beredar : 80 mg
Dosis Lazim : 70 - 100 mg / hari
Dosis yang diterima : 80 mg/ hari
57
Aspilet yang diterima pasien masih aman.
7. Sertraline
Sediaan yang beredar : 50 mg
Dosis Lazim : 50 - 100 mg / hari
Dosis yang diterima : 50 mg/ hari
Sertraline yang diterima pasien masih aman.
8. NaCl 0,9 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠
Tetes/ menit =
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
Contoh perhitungan:
= 20,8 tetes/menit
= 21 tetes/menit
Contoh perhitungan:
= 62,5 tetes/menit
= 63 tetes/menit
58
10. NaCl 0,9 % : Aminofluid (1:1) / 12 jam
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠
Tetes/ menit = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
Contoh perhitungan:
= 27,7 tetes/menit
= 28 tetes/menit
Contoh perhitungan:
= 62,5 tetes/menit
= 63 tetes/menit
59
4.2 Pembahasan
Seorang pasien laki-laki berumur 64 tahun masuk ke Rumah Sakit Stroke
Nasional Bukitinggi melalui IGD dengan keluhan utama nafas terasa sesak dan BAB
Dari hasil pemeriksaan fisik pasien di IGD bahwa kondisi umum pasien
sedang, pernafasan 20x/menit, suhu tubuh 36°C, denyut nadi 108x/menit dan
Pada hari pertama pasien mendapatkan terapi oksigen 2L/I, IVFD RL guyur 1
korf dan saat tekanan darah sudah mencapai 100/60 mmHg IVFD diganti dengan
NaCl 0,9%/ 8 jam, pasien juga mendapatkan terapi omeprazole injeksi dan sukralfat
syrup untuk melapisi lambung pada bagian yang tukak (luka), sedangkan omeprazole
keluhan utama pasien adalah sesak nafas sejak pagi sebelum masuk rumah sakit dan
kebutuhan nutrisi, dan pada hari keempat berdasarkan asessment pasien mengaku
60
kebutuhan nutrisi sehingga dokter meresepkan IVFD NaCl 0.9 % : Aminofluid (2 :
1) / 8 jam sebagai pensuplai nutrsi karena pasien mengalami law intake. Setelah ada
perbaikan nutrisi, pemberian infus aminofluid dengan infus NaCl 0,9% menjadi 1:1/
12 jam dan pada hari selanjutnya diberikan infus NaCl 0,45% : aminofluid dengan
perbandingan 2:1/ 8 jam. Kemudian pada hari 6 hingga hari ke 7 pasien mengeluh
nyeri pada anus saat BAB dan BAB keras (tidak dapat BAB) sehingga dokter
meresepkan anti hemoroid Supp untuk mengatasi rasa nyei pada anus dan
melunakkan fases namun pada hari ke 8 pasien masih belum bisa BAB sehingga
diberikan dulcolax Supp dan pasien sudah bisa BAB pada hari ke 9.
tekanan darah pasien meningkat menjadi 160/100 mmHg dan nilai PLT meningkat
menjadi 114 untuk mencegah terjadinya serangan stroke berulang dan pasien juga
sebagai antidepresan.
pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri. Dari asal patogen maka pneumonia
sakit atau panti jompo. Patogen yang biasa menginfeksi adalah Streptococcus
Pneumonia yang didapatkan selama pasien di rawat di rumah sakit. Patogen yang
Klebsiella sp. dan Proteus sp. Ketiga, Pneumonia Aspirasi merupakan pneumonia
61
yang diakibatkan aspirasi sekret oropharyngeal dan cairan lambung. .Patogen yang
Antibiotik yang diberikan kepada pasien saat di IGD adalah Ceftriaxon karena
pasien merasa sesak dan ceftriaxone merupakan antibiotic yang digunakan untuk
mengatasi infeksi pada saluran pernafasan. Ditinjau dari hasil cek darah pasien
Pemberian aminofluid pada pasien karena dari hasil pemeriksaan nilai natrium
pasien yang tinggi sehingga pasien mengalami hypernatremia atau dehidrasi, dimana
kelebihan natrium didalam darah tidak disebabkan oleh tingginya natrium didalam
darah, melainkan kekurangan air didalam tubuh. Biasanya kondisi seperti ini dialami
oleh pasien yang berusia diatas 60 tahun, karena mengalami penurunan rasa haus.
62
BAB V
5.1 Kesimpulan
sekunder hemoroid, law intake dan gangguan kecemasan. Dimana pasien menerima
terapi sesuai dengan kondisi pasien, selama perawatan pasien tidak mengalami reaksi
alergi terhadap obat yang diberikan dengan dosis yang sesuai dan aman dengan
kondisi pasien. Selama perawatan pasien menggunakan obat dengan patuh dan bisa
menelan obat dengan baik. Maka dari kasus ini tidak ditemukan DRP (Drug Related
Problem).
5.2 Saran
makan pasien, asupan nutrisi yang baik agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
tubuh pasien. Dianjurkan pasien untuk minum air mineral dan makan makanan yang
mengandung kaya serat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan agar pasien tidak
Keluarga pasien juga disarankan untuk menjaga mental dan psikis serta
emosi pasien agar pasien tidak mengalami serangan stroke berulang dan pasien
dianjurkan untuk mengurangi asupan garam dan makan makanan yang dapat
memicu stroke berulang. Kemudian keluarga pasien juga diberikan edukasi untuk
menerapkan pola hidup yang bersih dan sehat kepada pasien, karena
63
Bronkopneumonia yang diderita pasien berasal dari lingkungan social (CAP)
Beritahu kelurga pasien untuk menyimpan obat pada kota obat di tempat yang
kering, terlindung dari cahaya matahari dan jauh dari jangkauan anak-anak.
64
DAFTAR PUSTAKA
A.D. Thompson, 1997, Catatan Kuliah Patologi, Alih Bahasa: R.F. Maulany, Edisi
3, EGC,
B.G., Fleshman, J.W., and Beck, D.E., ed. The ASCRS Textbook of Colon and
Rectal Surgery.
Burkitt, D.P, 1972. Varicose Veins, Deep Vein Trombosis, and Haemorrhoids:
Epidemiology
Carpenito, Linda Jual, 1998, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada praktik klinis,
EGC, Jakarta.
Chong, P.S. & Bartolo, D.C.C., 2008. Hemorrhoids and Fissure in ano.
Gastroenterology Clinics
Corman, M.L, 2004. Hemorrhoids. Colon & Rectal Surgery. 5th ed. Philadelphia:
Lippincott
Daniel, W.J., 2010. Anorectal Pain, Bleeding, and Lumps. Australian Family
Physician 39 (6): 376-381.
Diagnosis and Therapy. 3rd ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
Digestive Disease in The United States: Epidemiology and Impact, National Institute
of Health. Washington, DC: US government Printing Office.
Dorland, 2002. Kamus Saku kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC.Everheart,
J.E., 2004.
65
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah , Alih
Bahasa: Suharyati
Felix. 2006. Duduk, Salah, Berdiri, Juga Salah. Farmacia Majalah Kedokteran dan
Farmasi.
Kaidar-Person, O., Person, B., and Wexner, S.D., 2007. Hemorrhoidal Disease: A
Comprehensive Review. J. American College of Surgeons 204 (1): 102-114.
Nisar, P.J. & Scholfield, J.H., 2003. Managing Haemorrhoids. British Medical
Journal; 327: 847-851.
Osborn, N.K., King, K.H., and Adeniji, O.A., 2009. Hemorroid Treatment in
Outpatient Gastroenterology Practice Using The O’Regan Disposable
Penninger, J.I. & Zainea, G.G., 2001. Common Anorectal Conditions: Part I.
Symptoms and Complains. American Family Physician Permanente Journal
Pigot, F., Siproudis L., and Allaert, F.A, 2005. Risk Factor Associated with
Hemorrhoidal Symptoms in Specialized. Gastroenterology Clin Biol
66
Robbins, Stanleyli, 1999, Buku Saku Dasar Patologi Penyakit, EGC, Jakarta.samba,
Volume 1, EGC, Jakarta.
Snell, R.S., 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed.6. Jakarta:
EGC.
Strate, L.L., Ayanlan, J.Z., Kotier, G., Syngal, S., 2008. Risk Faktor for Mortality in
Lower
Suriadi, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak , Edisi 1, PT. Fajar Inter Pratama,
Jakarta.
Villalba, H., Abbas, M.A., 2007. Hemorrhoids : Modern Remedies for an Ancient
Disease. The
Zhou, Q., Mills, E., Martinez, Z.M.J., and Allonso, C.P., 2006. Metaanalysis of
Flavonoid for The Treatment of Haemorrhoid. BrJ Surg;
67