HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Sampel
Penelitian yang telah dilakukan mencakup 118 sampel data yang berasal dari rekam
medis pasien Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan dengan distribusi laki-laki
sebanyak 71 sampel (60,2%) dan perempuan sebanyak 47 sampel (39,8%). Sampel
data yang diambil dari rentang umur 17-55 tahun, menunjukkan bahwa rata-rata usia
pasien yang menderita Tuberkulosis terjadi pada usia 32 tahun dan kasus paling
banyak terjadi pada usia 31 tahun. Pada pemeriksaan yang dilakukan pada pasien
penderita Tuberkulosis didapatkan bahwa dari 118 sampel 6 (5.1%) diantaranya
menunjukkan gambaran parut BCG yang jelas, 8 (6.8 %) sampel menunjukkan
gambaran parut BCG yang meragukan dan 104 (80.1%) sampel tidak menunjukkan
adanya gambaran parut BCG.
Pengukuran berat badan pasien Tuberkulosis dilakukan pada awal diagnosis dan akhir
pengobatan untuk mengetahui perubahan yang terjadi baik peningkatan maupun
penurunan berat badan pasien. Hal ini juga dilakukan untuk memastikan keberhasilan
pengobatan yang dilakukan. Berdasarkan sampel data yang diperoleh, rata-rata berat
badan awal pasien berkisar pada 46 kg dan berat badan awal pasien terbanyak dimulai
dari 45 kg. Data menunjukkan bahwa berat badan awal terendah berkisar pada 30 kg
dan tertinggi pada 85 kg. Pengukuran berat badan akhir dari 118 sampel
menunjukkan rata-rata berat badan berkisar pada 49 kg dan hasil pengukuran
terbanyak ber kisar pada 48 kg dengan berat badan terendah pada 31 kg dan tertinggi
pada 87 kg.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari 118 sampel data didapatkan adanya
perubahan berat badan yang cukup signifikan pada pasien Tuberkulosis sebelum
memulai pengobatan dan pada akhir pengobatan. Data menunjukkan bahwa rata-rata
terjadi peningkatan berat badan yang bermakna pada pasien Tuberkulosis setelah
menjalani pengobatan yang berkisar antara 1-7 kg dengan hasil terbanyak berupa
peningkatan 1 kg berat badan sebanyak 34 sampel (28.8 %). Ada pula beberapa
pasien yang tidak menunjukkan adanya perubahan berat badan selama pengobatan
berlangsung sebanyak 10 orang (8.5 %). Selain itu, didapatkan juga 2 pasien (1.7 %)
yang mengalami efek sebaliknya berupa penurunan berat badan sebanyak 4 kg.
Berdasarkan data yang telah diperoleh, pasien berusia 18 dan 28 tahun memiliki
jumlah kasus peningkatan berat badan yang terbanyak sejumlah 6. Pasien berusia 25
dan 26 tahun masing-masing terdapat 1 kasus penurunan berat badan sebanyak 4 kg.
Selain itu, pasien berusia 26 dan 31 tahun masing-masing terdapat 2 kasus dimana
tidak terjadi peningkatan maupun penurunan berat badan sepanjang pengobatan
berlangsung.
Tabel 4.4 Hubungan jenis kelamin dengan perubahan berat badan pasien
PEMBAHASAN
Efek samping ini dapat terjadi dikarenakan komposisi obat yang digunakan
selama pengobatan Tuberkulosis berlangsung. Pengobatan OAT kategori I adalah 4
HRZE / 2 HR, yaitu terdiri atas Isoniazid, Pirazinamid, Rifampin, dan Etambutol.3
Masing-masing dari keempat obat tersebut memiliki cirri khas efek samping yang
dapat muncul bila digunakan dalam waktu yang panjang.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Banu Eris Gulbay, efek samping
terbanyak yang terjadi pada penggunaan obat OAT pada 95 pasien adalah ototoksik
(1,7 %), hepatotoksik (0,8 %), perubahan neuropsikiatrik (0,7 %), dan hiperurisemia
(0,6 %).24 Efek samping seperti sindrom flu (0,3 %) dan ruam (0,6 %) memiliki
jumlah frekuensi yang berbeda dengan penelitian ini.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Banu Eris Gulbay, efek samping
terbanyak yang terjadi pada penggunaan obat OAT pada 95 pasien adalah ototoksik
(1,7 %), hepatotoksik (0,8 %), perubahan neuropsikiatrik (0,7 %), dan hiperurisemia
(0,6 %).24 Efek samping seperti sindrom flu (0,3 %) dan ruam (0,6 %) memiliki
jumlah frekuensi yang berbeda dengan penelitian ini.