Anda di halaman 1dari 55

toksikologi

• Racun adalah zat yg bekerja pada tubuh secara kimiawi dan


fisiologik yg dalam dosis toksik akan menyebabkan gg
kesehatan atau kematian

• Penggolongan berdasarkan ;
– Sumber : tumbuh-tumbuhan (opium,kokain, aflatoksin), hewan (
bisa ular), mineral (arsen), dan sintetik (heroin)
– Tempat : alam bebas (gas racun), rumah tangga (deterjen,
insektisida), pertanian (pestisida, insektisida), industri dan lab
(asam dan basa kuat, logam berat), makanan (CN di singkong,
botulinus), dan obat (hipnotik, sedatif)
– Organ tubuh yg dipengaruhi (nefrotoksik, hepatotoksik)
– Mekanisme kerja ( nitrat dan nitrit membentuk methemoglobin)
– Cara kerja (lokal/sistemik)
• Faktor yg mempengaruhi keracunan :
– Cara masuk
• Paling cepat secara inhalasi dan paling lambat melalui kulit yg sehat
– Umur
• Orang tua dan anak-anak
– Kondisi tubuh
• Pada penderita penyakit ginjal resiko > besar
– Kebiasaan
• Alkohol dan morfin karena bisa terjadi toleransi
– Idiosinkrasi dan alergi
• Penisilin, streptomisin
– Takaran
• Jumlah, konsentrasi, sinergisme/ addisi
– Waktu pemberian
• Jika ditelan sebelum makan absorbsi racun jadi > baik sehingga efek timbul >
cepat
• Prinsip pengobatan
– Dilakukan berdasarkan cara masuk racun ke dalam tubuh seperti :
– Racun ditelan -> dimuntahkan atau pemberian emetik kecuali pada
keadaan zat korosif, racun larut minyak, kesadaran sgt menurun
– Aspirasi dan bilas lambung -> untuk racun nonkorosif dan racun yg
menekan SSP
– Pencahar seperti natrium sulfat
– Dialisis -> mempercepat ekskresi
– Antidotum spesifik
– Demulcen -> menghambat absorbsi
– Terapi simtomatik dan suportif terkait gejala lainnya
– Racun inhalasi -> keluarkan dari ruangan
– Racun parenteral -> pertimbangan pemasangan torniquet
– Racun lewat kulit/ mata -> bersihkan dg air mengalir
• Dalam menangani kasus kematian akibat
keracunan perlu dilakukan pemeriksaan :
– Pemeriksaan di tempat kejadian
• Pemeriksaan luar
– Autopsi
• Pembedahan jenazah
– Analisis toksikologi
Pengambilan bahan pemeriksaan
toksikologik
• Harus mengetahui bahan apa yg harus
diambil, cara mengawetkan, dan cara
pengiriman
• Lebih baik mengambil bahan dalam keadaan
segar dan lengkap dari berbagai tempat yg
berlainan saat autopsi daripada harus
melakukan penggalian kubur
• Pada korban hidup darah merupakan bahan
terpenting
• Bahan-bahan yg dapat diambil :
• Darah jantung -> diambil terpisah dari sebelah kanan dan kiri
masing” sebanyak 50 ml
• Darah tepi -> 30-50ml dan diambilnya di vena iliaka komunis
• Urin -> diambil semua yg ada di dalam kandung kemih.
Penting untuk spot test dan pemeriksaan penyaring untuk
mengetahui racun dari golongan narkotika/ stimulan
• Bilasan lambung -> diambil semua lambung beserta isinya.
Lambung diikat pada perbatasan dg duodenum
• Usus beserta isinya -> sgt berguna terutama bila kematian tjd
dalam beberapa jam setelah menelan racun untuk
memperkirakan saat kematian dan bisa juga menemukan pil
yang tidak hancur di lambung. Usus diikat setiap 60cm/ pada
batas usus halus dan usus besar dan antara usus besar dan
poros usus agar isi usus oral dan usus anal tidak tercampur.
• Hati -> diambil semua setelah disisihkan untuk pemeriksaan PA karena
bahan pemeriksaan harus banyak dan biasanya kadar racun dalam hati
sangat tinggi
• Ginjal -> keduanya diambil. Penting pada keadaan intoksikasi logam,
pemeriksaan secara umum, dan pada kasus ditemukan Ca oksalat dan
sulfonamide
• Otak -> jaringan lipoid dalam otak karena bisa menahan racun walaupun
jaringan telah membusuk dan otak bagian tengah terutama pada
intoksikasi CN karena tahan terhadap pembusukan
• Empedu -> kandung empedu jangan dibuka agar cairannya tidak mengalir
ke hati dan mengacaukan pemeriksaan

• Bahan” diatas cukup untuk memberikan informasi pada keracunan akut yg


masuk melalui mulut kecuali pada keadaan tertentu bisa diambil
limpa,jantung,liquor otak, jaringan lemak (insektisida,obat anestesi), otot
(CO,Pb), rambut (arsen)
• Bahan pemeriksaan yg rutin harus diambil adalah lambung beserta isinya,
darah, seluruh hati, dan seluruh urin
• Wadah bahan pemeriksaan
• Idealnya diperlukan minimal 9 wadah yaitu :
– 2 buah peles a 2L untuk hati dan usus
– 3 peles a 1L untuk lambung beserta isi, otak, dan
ginjal
– 4 botol a 25 ml untuk darah 2 botol, urin, dan empedu
• Wadah harus dibersihkan terlebih dahulu dengan
dicuci menggunakan asam kromat hangat lalu
dibilas akuades dan dikeringkan
• Bahan pengawet
• Bahan pemeriksaan paling baik tanpa menggunakan
pengawet tetapi harus disimpan dalam lemari es
• Bila terpaksa dapat digunakan :
– Alkohol absolut
– Larutan garam dapur jenuh
– Larutan NaF 1%
– NaF + Na sitrat
– Na benzoat + fenil merkuri nitrat (hanya utk urin)
• Volume pengawet minimal 2x volume bahan pemeriksaan
• Penggunaan pengawet alkohol jangan digunakan pada
kasus keracunan alkohol dan racun” lainnya yg mudah
menguap
• Cara pengiriman
• Bila pemeriksaan toksikologi dilakukan di institusi lain maka
pengiriman bahan pemeriksaan harus memenuhi kriteria :
– 1 tempat hanya berisi 1 contoh bahan pemeriksaan
– Contoh bahan pengawet harus disertakan untuk kontrol
– Tiap tempat yg telah terisi disegel dan diberi label memuat
keterangan mengenai tempat pengambilan bahan, nama
korban, bahan pengawet dan isiny
– Hasil autopsi disertakan secara singkat dan jika bisa sertakan
anamnesis dan gejala-gejala klinik
– Sertakan surat permintaan pemeriksaan dari penyidik dan
memuat identitas korban lengkap serta dugaan racun yg
menyebabkan intoksikasi
– Semuanya dikemas dalam suatu kotak dan dijaga agar botol
tertutup rapat. Kotak harus diikat dengan ditali dimana setiap
persilangannya diikat mati serta diberi lak pengaman
– Polisi yg melakukan penyegelan dan harus membuat berita
acara penyegelan dimana harus disertakan dalam pengiriman.
Dalam berita acara harus terdapat contoh kertas pembungkus,
segel/ materai yg digunakan,
– Jika jenazah akan diawetkan, pengambilan contoh bahan harus
dilakukan sebelum pengawetan jenazah karena formalin dapat
menyulitkan pemeriksaan dan kadang merusak racun
– Pada pengambilan contoh bahan dari korban hidup alkohol tidak
bisa dipakai sebagai desinfektan lokal saat pengambilan darah
untuk menghilangkan kesulitan dalam mengambil kesimpulan
bila kasus menyangkut alkohol. Gantinya dapat digunakan
sublimat 1%o atau merkuri klorida 1%
KERACUNAN CO
• Gas CO tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak merangsang selaput lendir, dan mudah
menyebar
• Sumber : motor menggunakan bensin, gas
arang batu, alat pemanas bahan bakar gas,
cerobong asap yg terganggu fungsinya,
kebakaran, dan asap tembakau dalam
orofaring
• Tanda dan gejala
% saturasi Gejala-gejala
COHb
10 Tidak ada
10-20 Rasa berat di kening, mungkin sakit kepala ringan, pelebaran PD subkutan,
dispneu, gg. Koordinasi
20-30 Sakit kepala, berdenyut pada pelipis, emosional
30-40 Sakit kepala keras, lemah, pusing, penglihatan buram, mual muntah, kollaps
40-50 Sama dengan diatas tetapi kemungkinan kollaps/sinkop > besar, pernafasan
dan nadi meningkat, ataksia
50-60 Sinkop, pernafasan dan nadi meningkat, koma dg kejang interminten,
pernafasan cheyne stokes
60-70 Koma dg kejang, depresi pernafasan dan jantung, mungkin mati
70-80 Nadi lemah, nafas lambat, gagal nafas dan mati
• EKG dapat ditemukan gelombang T mendatar/
-, tanda insufisiensi koroner, ekstrasistol, dan
AF
• Pemeriksaan lab dapat dijumpai leukositosis,
hiperglikemia dg glukosuria, albuminuria, dan
peningkatan SGOT, MDH, dan SDH serum
• Keracunan kronik dapat menimbulkan gejala
anestesia pada jari-jari tangan, daya ingat
berkurang, romberg, dan gg. mental
• Pemeriksaan kedokteran forensik
– Pada korban hidup diagnosa cukup dengan anamnesis
adanya kontak dan ditemukannya gejala keracunan CO
– Pada korban yg mati tidak lama setelah keracunan CO
ditemukan lebam mayat warna merah muda terang (
Cherry pink colour) bila kadar COHb mencapai 30%/ lebih
– Warna diatas dapat juga ditemukan pada keadaan mayat
didinginkan, keracunan sianida, mati akibat infeksi pada
jasad renik yg mampu membentuk nitrit
– Cara membedakannya :
• Pada mayat didinginkan dan keracunan CN penampang ototnya warnanya
biasa tidak merah terang dan pada mayat didinginkan warnanya tidak
merata ada daerah yg keunguan
• Pada CO jaringan otot, viscera, dan darah juga berwarna merah terang
dan pada otak besar dapat ditemukan petechie di substansia alba bila
korban dapat bertahan hidup > 0.5 jam
– Analisa toksikologik ditemukan adanya COHb kecuali pada
keracunan CO yg kematiannya tertunda sampai 72 jam karena CO
telah diekskresi seluruhnya dan lebam mayatnya berwarna
livid(ungu).
– Pada substansia alba dan korteks dapat ditemukan petechie,
ensefalomalasia simetris pada globus palidus -> tidak patognomonik
– Ditemukan eritema dan vesikel/ bula di kulit dada, perut, muka,
atau ekstremitas karena hipoksia pada kapiler bawah kulit
– Pneumona hipostatik karena gg. Peredaran darah
– Resiko timbulnya gangren dan infark otak karena deep vein
trombosis
– Pada kematian delayed diagnosis didasarkan atas bukti di sekitar
kejadian, ditemukan perubahan akibat hipoksia dan disingkirkan DD
lain yg dapat menyebabkan hipoksia
– Pemeriksaan histologi diperlukan pada substansia alba, korteks
serebri, serebelum, ammons horn, dan globus palidus
– Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan :
• Otak: pembuluh halus mengandung tombi hialin, ring hemorrhage,
ball hemorrhage, nekrosis halus dikelilingi PD yg mengandung
trombi
• Miokardium : perdarahan dan nekrosis di muskulus papilaris
ventrikel kiri, bagian ujung M.papilaris ada bercak-bercak
perdarahan/ bergaris-garis seperti kipas berjalan dari tempat
insersio tendinosa ke dalam otot, kadang dapat ditemukan
perdarahan pada otot ventrikel
• Ginjal : nekrosis tubuli tampak mikroskopik spt payah ginjal
– Pada pemeriksaan LAB dapat dilakukan uji kualitatif yaitu
dilusi alkali, uji formalin, atau penentuan secara
spektroskopis dan uji kuantitatif yaitu cara gettler freimuth
– Spektrofotometrik merupakan cara terbaik untuk analisis
CO atas darah segar korban keracunan CO yg masih hidup
– Kromatografi banyak dipakai untuk mengukur kadar CO
dari sampel darah mayat
• Pengobatan
– Pindahkan korban ke udara segar
– Beri oksigen 10% sampai COHb turun di bawah kadar bahaya
– Bila ada depresi nafas beri nafas buatan dg oksigen 100%
– Masukkan korban dalam hyperbaric chamber dimana tekanan 2-
2.5 atmosfir selama 1-2 jam
– Pertahankan kehangatan tubuh dg selimut
– Pertahankan tekanan darah dan bila perlu meninggikan bagian
kaki tempat tidur
– Beri 50ml glukosa 50% IV/ manitol untuk mengurangi resiko
terjadi edema otak
– Bila hipertermia kompres dingin
– Bila ada payah jantung diberikan strophatin/ lanatoside
Keracunan sianida (CN)
• Racun yg sangat toksik karena dosis kecil cukup
menimbulkan kematian
• Sering terjadi pada kasus bunuh diri dan pembunuhan
• Ada hidrogen sianida, garam sianida, dan cyanogen
• HCN cairan jernih, sifatnya asam, larut dalam air, alkohol,
dan eter, punya aroma khas bitter almond
• Garam sianida biasa dipakai dalam proses pengerasan besi
dan baja serta penyepuhan emas dan perak
• Cyanogen dipakai dalam sintesis kimiawi
• Korban biasanya meninggal karena hipoksia tetapi
darahnya kaya akan oksigen karena CN menghambat
pelepasan O2 ke jaringan
• Takaran toksik peroral HCN adalah 60-90 mg
dan untuk KCN atau NACN adalah 200 mg
• Kadar gas sianida dalam udara lingkungan dan
lama inhalasi dengan kecepatan timbulnya
gejala keracunan
20 ppm Gejala ringan timbul setelah beberapa
jam

100 ppm Sangat berbahaya dalam 1 jam

200-400 ppm Meninggal dalam 30 menit

2000 ppm Meninggal seketika


• Tanda dan gejala

• Keracunan akut :
– Racun yg ditelan cepat menyebabkan kegagalan pernafasan dan
kematian timbul dalam beberapa menit
– Pada interval antara menelan racun sampai kematian ditemukan
gejala-gejala dramatis, mengeluh terasa terbakar pada
kerongkongan dan lidah, sesak nafas, hipersalivasi, mual
muntah, sakit kepala, vertigo, fotofobi, tinitus, pusing, dan
kelelahan
– Bisa juga ditemukan sianosis pada wajah, busa keluar dari mulut,
nadi cepat dan lemah, pernafasan cepat dan tidak teratur, pupil
dilatasi dan refleks melambat,udara nafas berbau amandel,
muntahan tercium bau amandel, dan saat menjelang kematian
timbul kedut otot dan kejang dg inkotinensia urin dan alvi
– Bila racunnya diinhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran
bernafas, mual, muntah, sakit kepala, salivasi, lakrimasi, iritasi
mulut dan kerongkongan, pusing dan kelemahan ekstremitas,
dapat kejang dan koma hingga meninggal
• Keracunan kronik :
– Korban pucat, berkeringat dingin, pusing, rasa
tidak enak dalam perut, mual dan kolik, rasa
tertekan pada dada, dan sesak nafas
– Bisa menyebabkan goiter dan hipotiroid
• Pemeriksaan kedokteran forensik

• Pemeriksaan luar jenazah


– Tercium bau amandel saat menekan dada mayat karena akan
keluar gas dari mulut dan hidung-> patognomonik
– baunya harus cepat ditentukan sebelum hidung dokter
beradaptasi
– Sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, dan
biasanya lebam mayat berwarna merah terang
• Pemeriksaan bedah jenazah
– Tercium bau amandel yg khas saat membuka rongga dada,
perut, otak, dan lambung ( bila racun melalui mulut)
– Darah, otot, dan penampang organ tubuh berwarna merah
terang
– Tanda-tanda asfiksia pada organ-organ tubuh
– Pada kasus garam alkali sianida dapat ditemukan kelainan
mukosa lambung berupa korosi dan warna merah kecoklatan
serta pada perabaan mukosa licin seperti sabun. Bisa terjadi
perforasi lambung ante/ postmortal
• Pemeriksaan lab
– Uji kertas saring

• Pengobatan
• CN inhalasi
– Pindahkan ke udara bersih
– Beri amil nitrit secara inhalasi 1 ampul tiap 5 menit
– Hentikan bila TD sistolik <80 mmhg
– Beri nafas buatan dengan 10% O2 atau O2 hiperbarik
– Antidotum : natrium nitrit 3% IV sesegera mungkin kecepatan
2.5-5ml/ menit. Jumlah nitrit yg diberikan didasarkan pada
kadar Hb dan BB korban
– Na tiosulfat 25% IV diberikan setelah Na nitrit
– Bila pemberian Na nitrit berlebih berikan reduktor yaitu vitamin
C
– Keracunan kronik : dianjurkan antidotum hidroksokobalamin
• CN ditelan
– Beri inhalasi amil nitrit
– Bilas lambung dilakukan setelah diberi nitrit dan tiosulfat
– Beri nafas buatan 100% O2
– Cara penggunaan antidotum sama dg CN inhalasi
– Antidotum lain yang bisa digunakan yaitu biru metilen 1%
50 ml IV

• Prognosis
– Bila keracunan akut dapat bertahan hidup selama 4 jam
biasa akan sembuh kadang bisa ada gejala sisa yaitu
kelainan neurologik
Keracunan Arsen
• Sering digunakan untuk membunuh orang lain, kadang
bisa juga karena meminum/ memakan minuman dan
makanan yg terkontaminasi dg arsen
• Kematian dengan arsen sering tidak menimbulkan
kecurigaan karena gejala keracunan akutnya menyerupai
gejala gangguan GI tract yang hebat sehingga sering salah
diagnosa sebagai suatu penyakit
• AsH3 (arsin) adalah golongan arsen yg paling berbahaya.
Dia tidak berwarna dan baunya seperti bawang
• Biasanya yang digunakan untuk membunuh As2O3 (racun
tikus). Bentuknya bubuk berwarna putih/ kristal, jernih,
tidak ada rasa dan tidak berbau, serta dalam larutan dia
tidak berwarna. Bentuk kristal > mudah larut dibanding
bubuk
• Sumber :
– Industri dan pertanian ( penyemprot buah-buahan, insektisida,
pembunuh lalat, racun tikus, cat)
– Tanah
– Air yg terkontaminasi
– Bir
– Kerang ( keong, kepiting, ikan)
– Tembakau ( asapnya mengandung arsen)
– Obat-obatan( carbarsone, tryparsamide)

• Nilai ambang batas arsen dalam air minum 0.2 ppm


• Pada orang dewasa kadar normal dalam urin 100 ug/L,
rambut 0.5 mg/kg, dan kuku o.5 mg/kg. Saat keracunan
kadar dalam rambut 0.75 mg/kg dan pada kuku 1mg/kg
atau lebih
• Tanda dan gejala
• Keracunan akut
– Gejala GI tract yang hebat
– Dimulai dari rasa terbakar di tenggorok dengan rasa logam di
mulut, diikuti mual muntah (isi lambung dapat keluar),
muntahan dapat mengandung bubuk putih dan kadang sedikit
berdarah
– Diikuti nyeri epigastrium menjalar ke seluruh perut dan nyeri
saat perabaan diare hebat dan kadang dapat terlihat bubuk
putih di kotoran seperti air cucian beras, muntah dan berak
hebat dapat berhenti spontan kemudian timbul lagi
– Akhirnya dehidrasi dan syok serta juga memperlemah kerja otot
jantung dan dilatasi kapiler sehingga syok makin berat dan
akhirnya kematian
• Keracunan arsin
– Masuk melalui inhalasi
– Menimbulkan hemolisis hebat dan penekanan pada
SSP
– Gejala biasanya menggigil, demam, muntah, nyeri
punggung, ikteris, anemia, dan hipoksia, kadang bisa
disertai kejang
– Urin dapat mengandung Hb, eritrosit dan silinder
– Bisa terjadi nekrosis tubuler dan obstruksi tubuli oleh
silinder eritrosit akibatnya anuri dan uremia
– Kematian biasa karena kegagalan kardiorespirasi
• Keracunan kronik
– Tampak lemah, melanosis arsenik ( pigmentasi warna kuning
cokelat lebih jelas di daerah fleksor, puting susu, dan perut
sebelah bawah, serta aksila), rambut tumbuhnya jarang
– Pigmentasi bintik” halus warna coklat di daerah pelipis, kelopak
mata, dan leher. Mirip yg terjadi pada Addison bedanya mukosa
mulut tidak kena. Gambaran dan distribusinya mirip pitriasis
rosea bedanya menetap.
– Keratosis dapat ditemukan di telapak tangan dan kaki
– Gejala lainnya yaitu malaise, bb turun, mata berair, fotofobi,
pilek kronis, mulut kering, lidah tampak bulu” halus warna putih
perak
– Gejala neurologik meliputi neuritis perifer, rasa tebal dan
kesemutan awalnya pada tangan dan kaki kemudian diikuti
kelemahan otot, tidak stabil, kejang otot terutama malam hari
• Pemeriksaan kedokteran forensik
• Korban mati keracunan akut
– Pemeriksaan luar
• Ditemukan tanda” dehidrasi
– Pembedahan jenazah
• Tanda iritasi lambung, mukosa warna merah, kadang disertai
perdarahan (flea bitten appearance). Tampak orpimen yaitu
partikel arsen warna kuning dan bila As2O3 tampak partikel
warna putih
• Jantung ditemukan perdarahan subendokard pada septum,
histopatologi tampak infiltrat sel radang bulat pada miokard
• Bahan yang perlu diambil pada orang meninggal yaitu semua
organ, darah, urin, isi usus dan lambung, rambut, kuku, kulit,
dan tulang
• Pada korban hidup yaitu muntahan, urin, tinja, bilas
lambung, darah, rambut, dan kuku
• Korban mati keracunan arsin
– Bila meninggalnya cepat terlihat tanda” kegagalan
kardiorespirasi akut
– Bila meninggalnya lambat ditemukan ikterus dg anemia
hemolitik, tanda kerusakan ginjal yaitu degenerasi lemak
dengan nekrosis lokal serta nekrosis tubuli
• Korban mati keracunan kronik
– Pemeriksaan luar
• Keadaan gizi buruk
• Kulit terdapat pigmentasi coklat, keratosis telapak tangan dan kaki,
kuku ada garis-garis putih (Mee’s lines) pada bagian kuku yang
tumbuh dan dasar kuku.
• Pemeriksaan dalam tidak ada temuan yg khas
• Pemeriksaan lab
– Kadar arsen dalam darah, urin, rambut, dan kuku
meningkat
• Rambut : normal ( 0.5 mg/kg), curiga keracunan (0.74 mg/kg),
keracunan akut (30 mg/kg)
• Kuku : normal ( sampai 1 mg/kg), curiga keracunan (1 mg/kg),
keracunan akut (80 ug/kg)
• Urin -> arsen ditemukan dalam waktu 5 jam setelah minum dan
bertahan hingga 10-12 hari
– Pemeriksaan darah tepi
• Pada keracunan kronis ditemukan titik” basofil pada eritrosit dan
leukosit muda
– Uji kopro porfirin urin +
– Pemeriksaan toksikologik
• Uji reinsch
• Uji gutzeit
• Uji marsh
• Pengobatan
• Keracunan akut
– Atasi syok dan dehidrasi
– Lakukan bilas lambung dengan FeSO4 dan berulang-ulang
– Morfin dipertambangkan untuk mengurangi nyeri
– Jangan diberi minum walau haus karena merangsang muntah
lebih lanjut
– Antidotum : B.A.L (dimerkaprol) 5 mg/kgBB IM tiap 8 jam untuk
hari 1 dan 2 serta tiap 12 jam untuk 12 hari berikutnya

• Keracunan arsin
– Transfusi darah bila anemia berat
– Oksigen untuk mengatasi hipoksia
– Monotiol/ditiol untuk mencegah hemolisis sel darah merah
– Antidotum BAL tidak efektif gunakan dimerkaptopropileter
– Terapi simtomatik
Alkohol
• Keracunan menyebabkan penurunan daya reaksi,
kemampuan untuk menduga jarak dan ketrampilan
mengemudi, penurunan kemampuan untuk mengontrol
diri, dan hilang kapasitas untuk berfikir kritis
• Sumber :
– Whisky, brandy, rum, vodka, gin (45% alkohol)
– Wines (10-20% alkohol)
– Beer dan ale (48%)
• Alkohol diabsorbsi sebagian besar di usus halus dan sisanya
di kolon dan dimetabolisme di hati
• Obat-obat seperti meprobamat, klorpromazine, penenang,
barbiturat, dan morfin punya efek sinergis dengan alkohol
• Umumnya 35 gram alkohol ( 2sloky whisky) menyebabkan
penurunan kemampuan dalam mengukur jarak dan
kecepatan serta menimbulkan euforia
• Alkohol sebanyak 75-80 gram ( 150-200ml whisky)
menimbulkan gejala keracunan akut
• 250-500 gram alkohol ( 500-1000 ml whisky) adalah takaran
fatal
• Cara menghitung kadar alkohol darah : a= cxpxr
– A : jumlah alkohol yg diminum
– C : kadar alkohol darah (mg%)
– P : BB (kg)
– R : konstanta (0,007)
• Tanda dan gejala

• 10-20mg% sudah menimbulkan gangguan seperti penurunan keapikan


ketrampilan tangan dan perubahan tulisan tangan
• Kadar 30-40 mg% timbul gejal penciutan lapangan pandang, penurunan
ketajaman penglihatan, dan pemanjangan waktu reaksi
• Ketrampilang mengemudi turun pada kadar 30-50mg% dan sangat jelas
pada kadar 150mg%
• Kadar 80 mg% terjadi gg. Penglihatan 3 dimensi, kedalaman pandangan,
dan gg pendengaran, serta gg. Pada psikisnya ( konsentrasi, pemusatan
perhatian, asosiasi , dan analisa)
• Alkohol dengan kadar 200mg% menimbulkan gejala banyak bicara, ramai,
refleks turun, inkoordinasi otot-otot kecil,nistagmus, pelebaran PD kulit
• Kadar 250-300mg% gejalanya penglihatan kabur, tidak bisa mengenali
warna, konjungtiva merah, dilatasi pupil, diplopi, sukar memusatkan
pandangan, dan nistagmus serta bila kadarnya di otak tinggi timbul gejala
bicara kacau, tremor tangan dan bibir, ketrampilan turun, inkoordinasi
otot, dan tonus otot muka menghilang
• Kadar 400-500mg% aktivitas motorik sudah hilang sama sekali, timbul
stupor atau koma, pernafasan perlahan dan dangkal, suhu tubuh turun
• Tanda dan gejala pada keracunan kronik
– Saluran pencernaan : gastritis kronik dg aklorhidria dan gastritis
erosif hemorargik akut, pankreatitis hemorargik, dan bisa tjd
malabsorbsi
– Hati : kadar SGOT, trigliserida, dan asam urat meningkat,
hepatitis alkoholik yg dapat berkembang menjadi sirosis dan
hepatoma
– Jantung : kardiomiopati alkoholik dg payah jantung disertai
distensi pembuluh balik leher, nadi lemah dan edema perifer.
Bila korban meninggal dijumpai hipertrofi kedua ventrikel,
fibrosis endokard dg tanda trombi mural pada otot jantung
– Muskuloskeletal : miopati alkoholik dan histopatologi terdapat
atrofi serat dan perlemakan jaringan otot
– Saraf : polineuritis, bisa terjadi sindroma marchiafava bignami
– Gangguan nutrisi sehingga timbul kelainan seperti defisiensi
vitamin B1 ( beri-beri), asam nikotinat, riboflavin, dan vitamin B6
• Pemeriksaan kedokteran forensik
• Orang hidup
– Bau alkohol keluar dari udara pernafasan
– Pemeriksaan kadar alkohol darah baik periksa darah vena,
udara pernafasan, atau urin
• Korban mati
– Tidak khas
– Ditemui gejala seperti asfiksia
– Seluruh organ menunjukkan tanda perbendungan, darah
lebih encer, berwarna merah gelap
– Mukosa lambung ada tanda perbendungan, kemerahan,
dan tanda inflamasi
– Organ-organ termasuk otak dan darah berbau alkohol
– Histopatologi dijumpai edema dan pelebaran PD otak dan
selaput otak, degenerasi bengkak keruh pada parenkm
organ, dan inflamasi mukosa saluran cerna
• Kasus keracunan kronik dan meninggal
– Jantung terdapat fibrosis interstitial, hipertrofi
serabut otot jantung, sel radang kronik, gambaran
serat lintang otot jantung menghilang, hialinisasi,
edema dan vakuolisasi serabut otot jantung
• Pemeriksaan lab
– Diagnosis pasti hanya dapat ditegakkan dengan pemriksaan
kuantitatif kadar alkohol darah
– Kadar alkohol dari urin atau udara ekspirasi pilihan pemeriksaan
kedua
– Untuk korban meninggal untuk pilihan kedua dapat dilakukan
pemeriksaan kadar alkohol dalam otak, hati, atau cairan tubuh
seperti cairan serebrospinalis
– Pada mayat -> untuk pemeriksaan toksikologik diambil darah
dari pembulu darah vena perifer (cubitti/femoralis)
– Untuk pemeriksaan kadar alkohol darah saat kejadian dilakukan
perhitungan yaitu kadar alkohol darah saat pemeriksaan + lama
jeda waktu antara kejadian dengan pemeriksaan ( 10mg% tiap
jam)
Keracunan insektisida
• Adalah racun serangga yg banyak dipakai dalam
pertanian, perkebunan, dan rumah tangga
• Biasanya karena kecelakaan dan percobaan
bunuh diri
• Penggolongan insektisida :
– Hidrokarbon terklorinasi ( DDT, toxaphane, BHC)
– Inhibitor kolinesterase : organofosfat dan karbamat
– lainnya
1. Hidrokarbon
• Takaran toksik DDT adalah 1 gram dan takaran
fatal adalah 30 gram
• Tanda dan gejala :
– Gejala utama : muntah, tremor, kejang
– Bila keracunan ringan gejalanya merasa lelah, berat
dan sakit di tungkai, sakit kepala, parestesia pada
lidah, bibir, dan muka, gelisah, dan lesu mental
– Pada keracunan berat gejalanya pusing, gg.
Keseimbangan, bingung, rasa tebal pada jari-jari,
tremor, mual muntah, fasikulasi, midriasis, kejang
tonik klonik, dan koma
• Pemeriksaan kedokteran forensik
– Diagnosis ditegakkan dg anamnesa adanya kontak dg
insektisida ( bekerja sbg penyemprot hama), adanya
gejala keracunan dan pemeriksaan laboratorium
darah dan urin
– Keracunan kronik dilakukan biopsi lemak tubuh
diambil dari perut setinggi garis pinggang minimal 50
gram dan dimasukkan ke dalam botol mulut lebar
dengan penutup dari gelas dan ditimbang
– Pada keadaan normal insektisida dalam lemak tubuh <
15 ppm
• Pengobatan
• Pengobatan keracunan akut
– Tindakan darurat medik :
– Bilas lambung dengan air hangat 2-4L
– Kulit yang terkontaminasi dicuci dg air dan sabun
– Pakaian yg terkena racun dilepaskan
– Obat emetika kemudian diberi minum air, susu atau sari
buah. Bila dalam 15 menit tidak muntah segera ulang
kembali pemberiannya
– Beri nafas buatan dg O2

– Tindakan umum :
– Antikonvulsan luminal 100 mg subkutan sampai kejang
teratasi atau sampai pemberian luminal mencapai 500 mg
– Bila kejang hebat beri sodium pentobarbital disusul
pemberian luminal
– Stimulan tidak boleh diberikan karena bisa menimbulkan
fibrilasi ventrikel
• Pengobatan keracunan kronik :
– Pindahkan korban dari lingkungan pekerjaan agar tidak
kontak dg racun
– Diet tinggi karbohidrat, vitamin, dan kalsium untuk
mencegah nekrosis hati
– Bila ada tremor beli luminal oral
– Dapat diberi antibiotika untuk mencegah infeksi

• prognosis
– Pada keracunan ringan dapat sembuh sempurna
sedangkan pada keracunan berat dengan kejang hebat dan
lama memerlukan waktu lebih lama 2-4 minggu dan bisa
terdapat gejala sisa
2. Inhibitor kolinesterase

• Kematian disebabkan karena kegagalan pernafasan


dan blok jantung
• Takaran fatal untuk golongan organofosfat :
– Malathion 1-5g
– Parathion 10mg/kgBB
– Tetraetilpirofosfat 0.4 mg/kgBB
• Takaran fatal untuk golongan karbamat :
– Aldicrab 0.9-1 mg/kgBB
– Propoxur 95 mg/kgBB
• Tanda dan gejala
– Gejala utama yaitu gg. Penglihatan, kesukaran bernafas, dan
hiperaktif gastrointestinal
– Keracunan akut gejala timbul dalam 30-60 menit dan puncaknya
dalam 2-8 jam
– Keracunan ringan gejalanya yaitu tampak anoreksia, sakit
kepala, pusing, lemah, gelisah, tremor lidah&kelopak mata,
miosis, dan penglihatan kabur
– Gejala keracunan sedang yaitu mual, salivasi, lakrimasi, kejang
perut, muntah, banyak keringat, nadi lambat, dan fasikulasi
otot-otot
– Gejala keracunan berat meliputi diare, pupil pinpoint dan tidak
bereaksi, pernafasan sukar, edema paru, sianosis, kendali
sfingter hilang, kejang, koma, dan blok jantung
– Gejala keracunan kronik timbul karena penghambatan
kolinesterase dab menetap selama 2-6 minggu. Biasanya mirip
dengan keracunan akut yang ringan. Tetapi bila terpapar terus
menerus dapat menjadi gejala berat.
– Untuk keracunan karbamat sifatnya sementara dan reversibel
sehingga tidak akan timbul keracunan kronik
• Pemeriksaan kedokteran forensik
– Diduga keracunan apabila :
– gejala cepat timbul. Apabila gejala timbul > 6 jam
pasti bukan keracunan golongan ini
– Gejala sifatnya progresif
– Gejala” tersebut tidak dapat dimasukkan ke
sindroma penyakit apapun dan pengobatan
biasanya tidak menolong
– Anamnesa apakah ada kontak dengan racun
golongan ini
– Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
gejala keracunan yg kompleks, dan pemeriksaan
lab
– Pada korban meninggal biasanya tidak ada tanda
khas.
• Pada kasus keracunan akut hanya ditemukan tanda-
tanda asfiksia, edema paru, dan perbendungan organ
tubuh, mungkin bisa tercium bau zat pelarut seperti
minyak tanah
• Pada keracunan kronik ditemukan nekrosis sentral dan
degenerasi bengkak keruh pada hati, vakuolisasi,
girolisis, dan retikulasi basofilik jelas pada otak dan
medula spinalis, perlemakan pada miokardium,
degenerasi sel tubuli ginjal
• Pemeriksaan lab
– Pemeriksaan toksikologi perlu diambil darah, jaringan hati,
limpa, paru-paru, dan lemak badan
– Mengukur kadar AChE dalam darah dan plasma dapat
dilakukan dengan cara tintometer dan paper strip
– Cara tintometer :
• Ambil darah dan ditambah indikator brom timol biru kemudian
dibandingkan warnanya
% aktifitas AChE darah Interpretasi
75-100% dari normal Tidak ada keracunan
50-75% dari normal Keracunan ringan
25-50% dari normal Keracunan
0-25% dari normal Keracunan berat

– Cara paper strip


• Perubahan warna harus sama dg perubahan warna pembanding
yaitu warna kuning telur ( < 18 menit : tidak ada keracunan, 20-35
menit : keracunan ringan, 35-150 menit : keracunan berat)
– Pemeriksaan lainnya : kristalografi, kromatografi
lapisan tipis (TLC), spektrofotomertri, dan
kromatografi gas
• Pengobatan
– Tindakan darurat :
– Beri sulfas atropin dosis tinggi
– Pernafasan buatan dan O2
– Kulit dicuci dengan air dan sabun
– Bilas lambung/ emetika. Bila gejala belum timbul lakukan
bilas lambung dengan air hangat/ induksi muntah
– Laksativa, Mg sulfat 25 gr dalam 1 gelas air
– Antidotum : sulfas atropin 2mg IM diulang tiap 3-6 menit
sampai timbul tanda atropinisasi (wajah merah, mulut
kering, dilatasi pupil, dan nadi cepat)
– Kolinesterase reaktivator hanya boleh untuk keracunan
organofosfat diberikan setelah atropinisasi penuh
– PAM harus diberi secepatnya karena bisa timbul aging
phenomenon
– Tindakan umum :
– Sekresi jalan nafas dikeluarkan dengan postural
drainage/ suction
– Hindari pemakaian morfin, barbiturat, aminofilin,
fenotiazin, dan obat-obat lainnya yang dapat
menimbulkan depresi pernafasan
– Kejang diatasi dengan antikonvulsan

– Pada keracunan kronik :


– Bila keracunan ringan maka korban cukup istirahat
dan tidak boleh kontak lagi dengan insektisida
• Prognosis
– Pada keracunan akut saat kritisnya adalah 4-6 jam
pertama jadi pengobatan yang tepat sangat
menentukan prognosisnya

Anda mungkin juga menyukai