• Penggolongan berdasarkan ;
– Sumber : tumbuh-tumbuhan (opium,kokain, aflatoksin), hewan (
bisa ular), mineral (arsen), dan sintetik (heroin)
– Tempat : alam bebas (gas racun), rumah tangga (deterjen,
insektisida), pertanian (pestisida, insektisida), industri dan lab
(asam dan basa kuat, logam berat), makanan (CN di singkong,
botulinus), dan obat (hipnotik, sedatif)
– Organ tubuh yg dipengaruhi (nefrotoksik, hepatotoksik)
– Mekanisme kerja ( nitrat dan nitrit membentuk methemoglobin)
– Cara kerja (lokal/sistemik)
• Faktor yg mempengaruhi keracunan :
– Cara masuk
• Paling cepat secara inhalasi dan paling lambat melalui kulit yg sehat
– Umur
• Orang tua dan anak-anak
– Kondisi tubuh
• Pada penderita penyakit ginjal resiko > besar
– Kebiasaan
• Alkohol dan morfin karena bisa terjadi toleransi
– Idiosinkrasi dan alergi
• Penisilin, streptomisin
– Takaran
• Jumlah, konsentrasi, sinergisme/ addisi
– Waktu pemberian
• Jika ditelan sebelum makan absorbsi racun jadi > baik sehingga efek timbul >
cepat
• Prinsip pengobatan
– Dilakukan berdasarkan cara masuk racun ke dalam tubuh seperti :
– Racun ditelan -> dimuntahkan atau pemberian emetik kecuali pada
keadaan zat korosif, racun larut minyak, kesadaran sgt menurun
– Aspirasi dan bilas lambung -> untuk racun nonkorosif dan racun yg
menekan SSP
– Pencahar seperti natrium sulfat
– Dialisis -> mempercepat ekskresi
– Antidotum spesifik
– Demulcen -> menghambat absorbsi
– Terapi simtomatik dan suportif terkait gejala lainnya
– Racun inhalasi -> keluarkan dari ruangan
– Racun parenteral -> pertimbangan pemasangan torniquet
– Racun lewat kulit/ mata -> bersihkan dg air mengalir
• Dalam menangani kasus kematian akibat
keracunan perlu dilakukan pemeriksaan :
– Pemeriksaan di tempat kejadian
• Pemeriksaan luar
– Autopsi
• Pembedahan jenazah
– Analisis toksikologi
Pengambilan bahan pemeriksaan
toksikologik
• Harus mengetahui bahan apa yg harus
diambil, cara mengawetkan, dan cara
pengiriman
• Lebih baik mengambil bahan dalam keadaan
segar dan lengkap dari berbagai tempat yg
berlainan saat autopsi daripada harus
melakukan penggalian kubur
• Pada korban hidup darah merupakan bahan
terpenting
• Bahan-bahan yg dapat diambil :
• Darah jantung -> diambil terpisah dari sebelah kanan dan kiri
masing” sebanyak 50 ml
• Darah tepi -> 30-50ml dan diambilnya di vena iliaka komunis
• Urin -> diambil semua yg ada di dalam kandung kemih.
Penting untuk spot test dan pemeriksaan penyaring untuk
mengetahui racun dari golongan narkotika/ stimulan
• Bilasan lambung -> diambil semua lambung beserta isinya.
Lambung diikat pada perbatasan dg duodenum
• Usus beserta isinya -> sgt berguna terutama bila kematian tjd
dalam beberapa jam setelah menelan racun untuk
memperkirakan saat kematian dan bisa juga menemukan pil
yang tidak hancur di lambung. Usus diikat setiap 60cm/ pada
batas usus halus dan usus besar dan antara usus besar dan
poros usus agar isi usus oral dan usus anal tidak tercampur.
• Hati -> diambil semua setelah disisihkan untuk pemeriksaan PA karena
bahan pemeriksaan harus banyak dan biasanya kadar racun dalam hati
sangat tinggi
• Ginjal -> keduanya diambil. Penting pada keadaan intoksikasi logam,
pemeriksaan secara umum, dan pada kasus ditemukan Ca oksalat dan
sulfonamide
• Otak -> jaringan lipoid dalam otak karena bisa menahan racun walaupun
jaringan telah membusuk dan otak bagian tengah terutama pada
intoksikasi CN karena tahan terhadap pembusukan
• Empedu -> kandung empedu jangan dibuka agar cairannya tidak mengalir
ke hati dan mengacaukan pemeriksaan
• Keracunan akut :
– Racun yg ditelan cepat menyebabkan kegagalan pernafasan dan
kematian timbul dalam beberapa menit
– Pada interval antara menelan racun sampai kematian ditemukan
gejala-gejala dramatis, mengeluh terasa terbakar pada
kerongkongan dan lidah, sesak nafas, hipersalivasi, mual
muntah, sakit kepala, vertigo, fotofobi, tinitus, pusing, dan
kelelahan
– Bisa juga ditemukan sianosis pada wajah, busa keluar dari mulut,
nadi cepat dan lemah, pernafasan cepat dan tidak teratur, pupil
dilatasi dan refleks melambat,udara nafas berbau amandel,
muntahan tercium bau amandel, dan saat menjelang kematian
timbul kedut otot dan kejang dg inkotinensia urin dan alvi
– Bila racunnya diinhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran
bernafas, mual, muntah, sakit kepala, salivasi, lakrimasi, iritasi
mulut dan kerongkongan, pusing dan kelemahan ekstremitas,
dapat kejang dan koma hingga meninggal
• Keracunan kronik :
– Korban pucat, berkeringat dingin, pusing, rasa
tidak enak dalam perut, mual dan kolik, rasa
tertekan pada dada, dan sesak nafas
– Bisa menyebabkan goiter dan hipotiroid
• Pemeriksaan kedokteran forensik
• Pengobatan
• CN inhalasi
– Pindahkan ke udara bersih
– Beri amil nitrit secara inhalasi 1 ampul tiap 5 menit
– Hentikan bila TD sistolik <80 mmhg
– Beri nafas buatan dengan 10% O2 atau O2 hiperbarik
– Antidotum : natrium nitrit 3% IV sesegera mungkin kecepatan
2.5-5ml/ menit. Jumlah nitrit yg diberikan didasarkan pada
kadar Hb dan BB korban
– Na tiosulfat 25% IV diberikan setelah Na nitrit
– Bila pemberian Na nitrit berlebih berikan reduktor yaitu vitamin
C
– Keracunan kronik : dianjurkan antidotum hidroksokobalamin
• CN ditelan
– Beri inhalasi amil nitrit
– Bilas lambung dilakukan setelah diberi nitrit dan tiosulfat
– Beri nafas buatan 100% O2
– Cara penggunaan antidotum sama dg CN inhalasi
– Antidotum lain yang bisa digunakan yaitu biru metilen 1%
50 ml IV
• Prognosis
– Bila keracunan akut dapat bertahan hidup selama 4 jam
biasa akan sembuh kadang bisa ada gejala sisa yaitu
kelainan neurologik
Keracunan Arsen
• Sering digunakan untuk membunuh orang lain, kadang
bisa juga karena meminum/ memakan minuman dan
makanan yg terkontaminasi dg arsen
• Kematian dengan arsen sering tidak menimbulkan
kecurigaan karena gejala keracunan akutnya menyerupai
gejala gangguan GI tract yang hebat sehingga sering salah
diagnosa sebagai suatu penyakit
• AsH3 (arsin) adalah golongan arsen yg paling berbahaya.
Dia tidak berwarna dan baunya seperti bawang
• Biasanya yang digunakan untuk membunuh As2O3 (racun
tikus). Bentuknya bubuk berwarna putih/ kristal, jernih,
tidak ada rasa dan tidak berbau, serta dalam larutan dia
tidak berwarna. Bentuk kristal > mudah larut dibanding
bubuk
• Sumber :
– Industri dan pertanian ( penyemprot buah-buahan, insektisida,
pembunuh lalat, racun tikus, cat)
– Tanah
– Air yg terkontaminasi
– Bir
– Kerang ( keong, kepiting, ikan)
– Tembakau ( asapnya mengandung arsen)
– Obat-obatan( carbarsone, tryparsamide)
• Keracunan arsin
– Transfusi darah bila anemia berat
– Oksigen untuk mengatasi hipoksia
– Monotiol/ditiol untuk mencegah hemolisis sel darah merah
– Antidotum BAL tidak efektif gunakan dimerkaptopropileter
– Terapi simtomatik
Alkohol
• Keracunan menyebabkan penurunan daya reaksi,
kemampuan untuk menduga jarak dan ketrampilan
mengemudi, penurunan kemampuan untuk mengontrol
diri, dan hilang kapasitas untuk berfikir kritis
• Sumber :
– Whisky, brandy, rum, vodka, gin (45% alkohol)
– Wines (10-20% alkohol)
– Beer dan ale (48%)
• Alkohol diabsorbsi sebagian besar di usus halus dan sisanya
di kolon dan dimetabolisme di hati
• Obat-obat seperti meprobamat, klorpromazine, penenang,
barbiturat, dan morfin punya efek sinergis dengan alkohol
• Umumnya 35 gram alkohol ( 2sloky whisky) menyebabkan
penurunan kemampuan dalam mengukur jarak dan
kecepatan serta menimbulkan euforia
• Alkohol sebanyak 75-80 gram ( 150-200ml whisky)
menimbulkan gejala keracunan akut
• 250-500 gram alkohol ( 500-1000 ml whisky) adalah takaran
fatal
• Cara menghitung kadar alkohol darah : a= cxpxr
– A : jumlah alkohol yg diminum
– C : kadar alkohol darah (mg%)
– P : BB (kg)
– R : konstanta (0,007)
• Tanda dan gejala
– Tindakan umum :
– Antikonvulsan luminal 100 mg subkutan sampai kejang
teratasi atau sampai pemberian luminal mencapai 500 mg
– Bila kejang hebat beri sodium pentobarbital disusul
pemberian luminal
– Stimulan tidak boleh diberikan karena bisa menimbulkan
fibrilasi ventrikel
• Pengobatan keracunan kronik :
– Pindahkan korban dari lingkungan pekerjaan agar tidak
kontak dg racun
– Diet tinggi karbohidrat, vitamin, dan kalsium untuk
mencegah nekrosis hati
– Bila ada tremor beli luminal oral
– Dapat diberi antibiotika untuk mencegah infeksi
• prognosis
– Pada keracunan ringan dapat sembuh sempurna
sedangkan pada keracunan berat dengan kejang hebat dan
lama memerlukan waktu lebih lama 2-4 minggu dan bisa
terdapat gejala sisa
2. Inhibitor kolinesterase