Anda di halaman 1dari 77

Toksikologi

Pengertian

Toksikologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari mengenai sumber, sifat serta
khasiat racun, gejala-gejala dan pengobatan pada kondisi keracunan, serta kelainan yang
didapatkan pada korban yang meninggal.

Toksikologi Forensik adalah salah satu caban ilmu forensik yang digunakan dalam
penegakan hukum ataupun peradilan.

Racun adalah suatu zat yang bekerja didalam tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang
apabila dalam dosis toksik dapat menyebabkan gangguan kesehatan tubuh atau dapat
mengakibatkan kematian .
Penggolongan racun

 Berdasarkan sumber - lokal (racun korosif asam dan basa kuat)


- Tumbuh-tumbuhan (Opium, kokain, kurare) - sistemik (alkohol, morfin, barbiturat)
- Hewan ( bias ular/laba-laba) - lokal & sistemik (asam karbol)
- Mineral ( arsen, timah hitam)
 Berdasarkan tempat di mana racun berada
- alam bebas (gas racun dialam, CO)
- rumah tangga (detergen, pembersih, insektisida)
- pertanian (insektisida, pestisida)
- industri dan laboratorium (asam dan basa kuat)
- makanan (CN dalam singkong)
 Berdasarkan mekanisme kerja
- mengikat –SH (Pb)
 Berdasarkan efek yang ditimbulkan
Faktor yang mempengaruhi terjadinya
keracunan
 Rute masuk
- inhalasi (paling cepat)
- rute lain: IV, IM, intraperitoneal, subkutan, peroral, percutan (paling lambat)
 Usia
- bayi lebih rentan terhadap obat  sistem ginjal dan hati yang belum sempurna
- orangtua & anak-anak lebih sensitif terhadap barbiturat
 Kondisi tubuh
- penyakit pada ginjal & hati  mempengaruhi metabolisme dan ekskresi obat sehingga lebih mudah mengalami
keracunan
 Kebiasaan
- terjadi pada racun golongan alcohol dan morfin karena dapat terjadi toleransi
 Dosis/takaran
- makin tinggi dosis yang terpapar maka akan semakin kuat tingkat keracunan
 Waktu pemberian
- mengkonsumsi racun sebelum makan bereaksi lebih cepat
Pemeriksaan TKP
 Sisa obat-obatan atau substansi
 Peralatan memasukkan substansi
 Crack pipe
 Syringe
 bowl dengan soot pada dasarnya
 Botol atau wadah substansi lainnya
 dll
 Kerapihan atau tata letak barang pada scene
 Luka pada tubuh korban
 Posisi tubuh
 Surat/notes menjelang kematian
 Muntahan
 Ceceran cairan tubuh lainnya
Pemeriksaan Luar
 Permukaan tubuh dan pakaian dapat terdapat poison stain atau muntahan. Dark
brown stains pada bibir, dagu dan pipi menunjukkan tanda burning by corrosives
 Periksa kantong pakaian  gunakan capit atau korentang atau lainnya 
menghindari luka pada tangan pemeriksa
 Post mortem staining:
 Kuning: phosphorus dan copper
 Cherry red: CO, cyanide
 Brown or deep blue: nitrat, potassium chlorate, aniline
 Baui daerah mulut dan hidung
 Injection marks
 di tempat2 yang tidaK nampak dari luar: lengan bagian dalam, lIpatan tubuh, fat folds,
dll
 Periksa apakah ada perlukaan lainnya
 Livor mortis: warna dan lokasi
Needle track/bekas suntik
PEMERIKSAAN DALAM

 Hal pertama yang harus dilakukan saat setelah membedah adalah, tentukan
apakah ada bau racun yang tidak biasa pada mayat
 Bila tidak tercium bau tidak biasa, bukalah organ kepala terlebih dahulu.
 Hal ini dilakukan agar bau viscera perut tidak menyelubungi bau tersebut. Bau
sianida, alkohol, eter, kloroform paling kuat tercium pada rongga tengkorak
Inspeksi In-situ

 Observasi otot dan organ korban


keracunan CO: Warna merah muda cerah
keracunan sianida: Warna merah cerah
keracunan air raksa: ditemukan colitis -pada kolon asendens dan transversa,
ditemukan tampakan hiperemik atau kehitaman pada lambung karena ingesti
zat korosif
 Ambil darah dari organ jantung kiri dan kanan, masing masing 50 ml
 Ambil darah dari organ tepi seperti arteri femoralis, vena leher, vena
subaksila sebanyak 30 ml
 Observasi darah tersebut,
Pada intoksikasi racun yang membuat hemolisis darah (bisa ular, hidroquinon,
dinitrofenol, arsen) : darah berwarna coklat merah gelap
-Pada Intoksikasi racun yang membuat mengalami gangguan trombosit: Terdapat
banyak bercak perdarahan pada organ organ.
-Pada Intoksikasi racun yang mengakibatkan kematian (Sianida, alkohol,
kloroform) : darah akan cair dan tidak ada tanda tanda bekuan darah
Analisis organ

 Lidah:
Perhatikan apakah ada tampakan ternoda oleh warna tablet atau kapsul obat
(Indikator zat korosif)
 Esofagus
Perhatikan apakah ada regurgitasi dan hiperemi/korosi pada selaput lendir
 Epiglotis dan glotis
Perhatikan apakah ada hiperemi atau edema (Indikator inhalasi/aspirasi gas
yang merangsang),
edema glotis juga bisa disebabkan syok anafilaktik
 Analisis organ paru paru
Perhatikan apakah adanya kelainan yang tidak spesifik seperti perbendungan
akut
Eg: inhalasi gas klorin dapat ditemukan perbendungan dan edema hebat, serta
emfisema akut karena batuk, dyspneu dan spasme bronki
 Analisis organ lambung:
Perhatikan apakah ada bau yang tidak biasa sesaat setelah lambung dan usus
dua belas jari dibuka
Perhatikan pula apakah ada bahan bahan sisa ingesti pada lambung/usus, bila
ada simpanlah secara terpisah untuk mencegah disintegrasi kapsul/tablet
Pada keracunan timah hitam akut:
Isi lambung berwarna putih (Reaksi PbCl2)
Pada keracunan asam nitrat:
Isi lambung berwarna kuning (Reaksi Xanthoproteik)
 Analisis organ Hati
-Perhatikan apakah ada nekrosis hati (keracunan fosfor, karbon tetraklorida,
kloroform) atau degenerasi lemak
-Jaringan hati diambil untuk PA dan sedikitnya 500 gram berikut kantung empedu
nya.
-Kadar racun dalam hati dapat mencapai 100x lebih tinggi daripada kadar
dalam darah
 Analisis organ ginjal
-Perhatikan apakah ada perubahan degeneratif pada korteks ginjal.
-Pada keracunan bismuth, air raksa, karbon tetraklorida, tampakan ginjal dapat
berupa pembengkakan korteks, gambaran tidak jelas berwarna kelabu kuning.
-Ambil jaringan ginjal untuk PA, lalu simpan masing masing ginjal kanan kiri
dalam botol terpisah
 Analisis organ otak
-Pada keracunan akut dengan kematian cepat (barbiturat, eter) biasanya tidak
ditemukan edema otak. Begitupula dengan keracunan kronik yang disebabkan
arsen atau timah hitam.
-Perhatikan tampakan perdarahan kecil pada otak pada kasus keracunan yang
kematiannya beberapa hari setelahnya
 Analisis organ Jantung
-Pada kasus keracunan CO, bila korban hidup selama 48 jam atau lebih: dapat
ditemukan perdarahan berbercak dalam otot septum.
-Pada kasus keracunan arsen, hampir selalu ditemukan perdarahan kecil seperti
nyala api (Flame like) di bawah endokardium septum interventrikel.
 Analisis organ limpa
-Limpa jarang digunakan untuk analisis toksikologik, karena selain didapatkan
adanya edema, limpa tidak memperlihatkan tampakan lain
-Namun pada kasus tertentu seperti keracunan sianida, kadar toksik pada limpa
dikatakan beberapa kali lebih tinggi, sehingga bisa digunakan sebagai referensi
analisis toksikologik.
Analisis jaringan lemak
 Lemak diambil sebanyak 200 gram dari jaringan bawah kulit daerah perut,
karena beberapa racun cepat di absorbsi dalam jaringan lemak (eg: racun
yang larut dalam lemak: DDT aka Chlorophenothane, hidrokarbon
berhalogen,kloroform)
 Analisis organ rambut dan kuku
-Pada kasus persangkaan keracunan arsen, rambut dan kuku harus diambil kira
kira sebanyak 10 gram.
-Beberapa menit setelah arsen di absorpsi, akan terjadi deposisi arsen pada sel
germinativum dalam matriks rambut.
-Reference range: 0.1-0.3 nanogram/100mg dianggap normal. Di atas nya
dianggap abnormal
-Kuku diambil sebanyak 10 gram, kuku-kuku ibu jari tangan dan kaki harus lah
disertakan.
-Pisahkan bagian proksimal dan distal kuku.
-Kadar tertinggi ditemukan dalam 1/3 bagian proksimal kuku, karena beberapa
menit setelah ingesti sudah terjadi deposisi arsen pada akar kuku.
Catatan: bila ditemukan kadar tinggi dalam lambung, makan akan ditemukan
juga kadar tinggi dalam rambut maupun kuku.
Karbon Monoksida (CO)

 Sumber:
- asap motor yang menggunakan bensin sebagai bahan bakar
- Kondisi kebakaran
- Alat pemanas air berbahan bakar gas
- Kebocoran AC mobil

 Mekanisme:
CO yang terinhalasi akan berikatan dengan HB  COHb 
hipoksia.
Afinitas CO terhadap Hb 208-245x afinitas dari O2.
Continued…

 Tanda & gejala keracunan CO

% saturasi COHb Gejala


10 Tidak ada
10-20 Sakit kepala ringan
20-30 Sakit kepala sedang, emosional
30-40 Sakit kepala keras, pusing, mual,
muntah
40-50 Gejala sebelumnya + sinkop + RR ↑
50-60 Pernafasan Cheyne Stokes, sinkop,
kejang
60-70 Koma, kejang, depresi jantung dan
pernafasan
70-80 Nadi lemah, gagal pernafasan hingga
sampai kematian
Continued…
 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
– Analisis kadar HbCO
– Pemeriksaan gas darah arteri
2. Pemeriksaan Imaging
– Foto thoraks
– MRI - demylenisasi substantia alba

 Treatment
- 100% Oxygen
- Possibly hyperbaric Oxygen
Patients should be removed from the source of CO and stabilized as necessary. They are given
100% O2 (by nonrebreather mask) and treated supportively. Although its use is becoming
increasingly controversial, hyperbaric O2 therapy typically should be considered
Continued…

 Pemeriksaan kedokteran forensik


- Lebam mayat berwarna merah muda terang (cherry pink colour)  terlihat
jelas pada kadar COHb >= 30%
- Tanda asfiksia
- Hiperemia visera dan jaringan otot
- Petekiae di substansia alba  apabila korban dapat bertahan hidup >1/2 jam
- Pada miokardium ditemukan perdarahan dan nekrosis
- Pada analisa toksikologi CoHb (+)
Sianida (CN)

 Sumber:
- HCN  dipakai pada sintesis kimia dan fumigasi untuk membunuh hama
(tikus). Cairan ini sangat mudah menguap dalam suhu ruang.
- NaCN dan KCN (garam sianida) dipakai pada proses pengerasan besi dan
baja serta dalan proses penyepuhan emas.
- Dapat ditemukan pada umbi, singkong, temulawak, dll

 Mekanisme:
Sianida dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut, inhalasi (saluran nafas),
dan kulit.
CN menginaktivasi enzim sitrokrom oksidase  oksi-Hb tidak dapat
berdisosiasi melepaskan O2 hipoksia seluler
Continued…

 Tanda & gejala:


- Rasa terbakar pada area tenggorokan
- Sesak nafas
- Mual
- Muntah
- Hipersalivasi
- Sakit kepala
- Kegagalan pernafasan hingga kematian pada hitungan menit
Continued…

 Pemeriksaan penunjang
– Arterial and venous blood gases (high anion gap metabolic acidosis)
– Blood lactate level >6-10 mmol/L
– Methemoglobin level
– Red blood cell cyanide concentration

 Treatment
- Airway control, ventilation, and 100% oxygen
- Crystalloids and vasopressors, as needed, for hypotension
- Sodium bicarbonate, titrated according to arterial blood gas (ABG) and serum
bicarbonate level
Administer hydroxocobalamin or sodium thiosulfate and sodium nitrite if the diagnosis is strongly
suspected
Continued…

 Pemeriksaan kedokteran forensik


- Sianosis pada area wajah dan bibir
- Busa keluar dari mulut
- Lebam mayat berwarna merah terang  bergantung pada derajat keracunan
- Tanda-tanda asfiksia
- Garam sianida  korosi dan warna merah kecoklatan pada mukosa lambung,
mukosa teraba licin
Arsen (As)

 Sumber:
- Industri dan pertanian  digunakan untuk insektisida, pembasmi tanaman liar dan
lalat serta dapat ditemukan pada cat
- Arsin  jenis arsen yang paling berbahaya dan sering digunakan dalam industri.
- Dapat ditemukan pada tanah, air, bir, kerang, asap tembakau, dll

 Mekanisme:
Masuk kedalam tubuh melalui mulut, inhalasi dan kulit dan mengalami penumpukan pada
hati, ginjal, kulit dan tulang.
Arsen akan menghambat sistem enzim sulfhidril  metabolisme sel terhambat
Arsin  hemolysis eritrosit dan efek depresi SSP
Continued…

 Tanda & gejala:  Tanda & gejala pada keracunan arsin:


- Rasa terbakar pada tenggorokan - Menggingil
- Mual - Demam
- Muntah (dapat mengandung bubuk- Muntah
berwarna putih & darah) - Ikteris & anemia
- Nyeri epigastrium - Hipoksia
- Diare hebat ( terlihat bubuk putih &- Kejang
darah)
- Kegagalan kardio-respirasi 
- Dehidrasi berat  kematian kematian
Continued…

 Pemeriksaan penunjang
- Complete blood count : microcytic hypochromic anemia
- Serum electrolyte levels : Ca and Mg
- Urinalysis
- Serum acetaminophen levels
- Abdominal X-ray

 Treatment
- Airway control, ventilation, and oxygen
- Crystalloid solutions (If there are significant losses of gastrointestinal (GI) contents)
- Orogastric lavage (acute ingestion with radiological findings)

Treatment of acute arsenic toxicity is supportive.


Continued…

 Pemeriksaan kedokteran forensik


- tanda-tanda dehidrasi
- Tanda iritasi lambung (mukosa berwarna merah, perdarahan (flea bitten
appearance))
- Pada jantung terdapat perdarahan sub-endokard
- Sampel yang dapat diambil untuk pemeriksaan toksikologi muntahan, urin,
tinja, bilas lambung, darah, rambut, kuku
Timbel / Timah hitam (Pb)

 Sumber  Mekanisme
- Badan accu/baterai Masuk kedalam tubuh dapat melalui
- Benda-benda keramik inhalasi, absorbsi usus halus dan
absorbsi jaringan otot dan ikat
- Bahan dasar cat
Keracunan Pb dapat menyebabkan:
- Kosmetik
- Spasme arteriol
- Spasme otot polos
- Hambatan pembentukan heme
- Gangguan fungsi ginjal & SSP
Continued…

 Tanda & gejala - kronik:


- akut: - pucat
- rasa sepat - konstipasi
- muntah berwarna putih - Gejala neuromuskuler
- diare  feses hitam - muntah
- dehidrasi & syok  kematian - diare
- sakit kepala
- kejang
- kematian
Continued…

 Pemeriksaan penunjang
- Erythrocyte protoporphyrin
- blood film examination
- blood lead level
- x-ray fluorescences
 Treatment
• Source of lead eliminated (eg, whole-bowel irrigation if lead in GI tract)
• Chelation for adults with symptoms of poisoning plus PbB > 70 μg/dL
• Chelation for children with encephalopathy or PbB > 45 μg/dL (> 2.15 mmol/L)
• Chelating drugs (eg, succimer [meso-2,3-dimercaptosuccinic acid],
CaNa2EDTA, dimercaprol [British antilewisite, or BAL])
Continued…

 Pemeriksaan kedokteran forensic


- Tanda dehidrasi
- Lambung dan usus mengerut (spastis)
- Isi lambung berwarna putih
- Feses berwarna hitam
- Kadar tertinggi Pb  tulang, ginjal, hati, otak
Alkohol

 Sumber
- Minuman (bir, whisky, wines, gin, dll)
- Alkohol sintetik  tape, tuak dan brem

 Mekanisme
Absorbsi mukosa mulut & lambung (sedikit)
usus halus & colon (sebagian besar)
Mempengaruhi SSP
Continued…

Tanda & gejala

Kadar Gejala
10-20 mg % ↓ ketrampilan tangan & perubahan tulisan
30-40 mg % ↓ visus & ↓ lapang pandang
200 mg % ↓ reflex, banyak bicara, ramai
250 – 300 mg % Inkoordinasi otot dan tonus otot menghilang
400 – 500 mg % Aktivitas motorik menghilang  koma
Continued…

 Pemeriksaan penunjang
- Ethanol level
- Isopropanol level
- Methanol
- Ethylene Glycol
- Osmolar Gap

 Treatment
- Usually clinical
- Acute: BAC, evaluation to rule out hypoglycemia and occult trauma and possible co-
ingestion
- Chronic : CBC, magnesium, liver function tests, and PT/PTT
Continued…

 Pemeriksaan kedokteran forensik


- Tanda asfiksia
- Edema organ
- Darah lebih encer & warna gelap
- Organ-organ berbau alkohol
Insektisida

 Sumber:
Racun serangga yang sering digunakan dalam pertanian, perkebunan dan rumah tangga

 Klasifikasi:
- Hidrokarbon terkhlorinasi ( DDT, Aldrin, Dieldrin, Eldrin)
- Inhibitor kolinesterase ( organofosfat dam karbamat)

 Mekanisme:
Gejala muncul sangat cepat & progresif makin berat
DDT  stimulator SSP yang kuat dengan efek eksitasi langsung pada neuron, meningkatkan
sensitivitas miokardium meningkat
Inhibitor kolinesterase  mengikat enzim asetilkolinesterase  akumulasi asetilkolin
Continued…

 Tanda & gejala keracunan DDT :


- Muntah
- Tremor
- Kejang-kejang

 Tanda & gejala keracunan Inhibitor kolinesterase:


- Gangguan penglihatan
- Kesukaran bernafas
- Hiperaktif GIT
Continued…
 Pemeriksaan penunjang
- blood glucose
- BUN
- Electrolyte
- Prothrombin time
- Liver funtion test
- Cholinesterase measurement
- Xray radiograph
 Treatment
• Supportive therapy
• Atropine for respiratory manifestations
• Decontamination
• Pralidoxime for neuromuscular manifestations
Continued…

 Pemeriksaan kedokteran forensik


- Tidak ditemukan tanda khas
- Tanda asfiksia
- Edema organ
Narkotika (Morfin)
 Sumber
Preparata murni yang lazim digunakan dalam bidang medis merupakan
garam klorida, sulfat atau fosfat dengan kadar morfin sebesar 10 mg/ml
untuk penggunaan parenteral.

 Mekanisme
Morfin sangat cepat hilang dari darah dan terkonsentrasi dalam jaringan
parenkim seperti ginjal, paru, hati dan limpa.
Semua jenis narkotika memiliki efek depresi SSP serta menurunkan tekanan
darah dan depresi vasomotor secara sentral.
Continued…

 Tanda & gejala


- ngantuk
- nadi kecil dan lemah
- pernafasan ireguler
- pupil miosis
- tekanan darah menurun  shock
Continued…
 Pemeriksaan penunjang
- urine drug screen
- Electrolytes
- CBC count
- Enzyme immunoassay
- heroin, methadone, morphine, codeine cut-off concentration

 Treatment
- Clinically determined
- Urine drug test

Diagnosis of opioid use is usually made clinically and sometimes with urine drug testing; laboratory
tests are done as needed to identify drug-related complications. Drug levels are not measured.
Continued…

 Pemeriksaan kedokteran forensic


- Terdapat bekas suntik  apabila masih baru, maka terdapat darah (+)
- Pada penggunaan kronis  jaringan parut berbentuk titik-titik sepanjang
pembuluh vena (intravenous track)
- Pembesaran kelajar getah bening
- Lepuh kulit  penggunaan morfin dalam jumlah besar
- Tanda asfiksia
- Edema paru
Analisis toxicology
Analisis toxicology

Sampel
 Sampel yang dapat diambil dari korban keracunan, baik hidup aupun mati:
 Darah yang diawetkan dengan EDTA supaya tidak menggumpal
 Urin diawetkan engan NaF
 Isi lambung (tanpa pengawet)
 Rambut
 Kuku
 Sisa-sisa bukti
 Sampel yang dapat diambil hanya dari korban yang sudah mati:
 Vireous humor
 Hepar, ginjal, bilier
Continued…

Pengawet
 Untuk sampel jaringan tubuh biasanya diawetkan dngan alkohol 96%, namun
bila kasus keracunan karena alkohol atau keracunan makanan, tidak
menggunakan alkohol, karena dapat menimbulkan hasil yang bias. Dalam
kasus keracunan makanan biasanya ada mikroorganisme penyebab
keracunan, dan alkohol dapat membunnuh mikroorganisme tersebut
 EDTA  darah
 NaF 1%  urin
 Na benzoate dan phenil mercury nitrate
 Na citrate
 Garam fisiologis
Continued…

Delivery
 Sampel dimasukkan ke dalam kontainer yang sesuai
 Diberi label
 Disegel
 Dilengkapi dengan keterangan berita acara (nama korban, jenis sampel, jenis
pemeriksaan, tanda tangan dan nama dokter, VeR, dll)
 Dilengkapi juga dengan surat permintaan tes toksikologi
Continued…

Analisis
 Pemisahan substansi beracun dari bahan pelarutnya
 Pemurnian
 Analisis (ada berbagai metode)
Keracunan Insektisida

 Pemeriksaan Toksikologik : darah, jaringan hati, limpa, paru paru, lemak


badan\
 Dapat dilakukan dengan cara tintometer (Edson) dan cara peperstrip
(Acholest)

Edson: Berdasarkan perubahan PH darah


AChe
ACh --------> kolin + asam asetat
Keracunan Insektisida

Edson Method
1. Ambil darah korban, tambahkan Brom-Timol-Biru, diamkan beberapa saat
dan amati perubahan warna
2. Bandingkan warna yang timbul dengan warna standar pada comparator disc
untuk melihat kadar ACh dalam darah.
Keracunan Insektisida

Acholest Method
1. Ambil serum darah korban dan teteskan pada kertas Acholest bersamaan
dengan serum darah normal sebagai kontrol.
2. Catat waktu perubahan warna pada kertas, perubahan warna harus sama
dengan warna pembanding (Serum darah normal): Warna kuning telur

Interpretasi:
- <13 menit = Tidak ada keracunan
- 20-35 menit = Keracunan ringan
- 35-150 menit = Keracunan berat
Keracunan Insektisida

Kristalografi Method
 Masukkan bahan yang dicurigai (Sisa makanan/minuman, muntahan, isi
lambung) ke gelas beker
 Panaskan sampai kering, lalu larutkan dengan aceton dan disaring dengan
kertas saring
 Kemudian Filtrat yang didapat dimasukkan dalam gelas arloji dan dipanaskan
lagi hingga kering
 Lihat hasil nya di bawah mikroskop  bila terlihat tampakan kristal seperti
sapu (Indikator golongan hidrokarbon terklorinasi)
Kromatografi lapisan tipis (TLC)

1. Panaskan kaca berukuran 20 x 20 cm dengan absorban gas silikat/alumunium


oksida di dalam oven selama 1 jam (110 Derajat Celcius)
2. Teteskan Filtrat yang akan diperiksa pada kaca tersebut, teteskan pula
pembanding
3. Celupkan ujung kaca TLC itu pada pelarut (Jangan sampai tetesan tadi terkena,
hanya ujungnya saja)
4. Lalu keringkan kaca tersebut dengan reagen Paladium Chloride 0.5% dalamn
HCL pekat, kemudian dengan difenilalamin 0.5% dalam alkohol.

Interpretasi:
Warna hitam (Golongan Hidrokarbon terklorinasi)
Warna hijau (Golongan Organofosfat)
Keracunan Narkotika

 Bahan yang dipakai sebagai test: urin, cairan empedu, jaringan sekitar
suntikan
 Tes yang bisa dilakukan adalah
-Tes Marquis
-Tes Nalorfin
Keracunan Narkotika

Marquis Method
 Buatlah reagen dari 3 ml asam sulfat pekat ditambah 2 tetes formaldehid 40 %
 Teteskan reagen pada bahan yang akan diuji

Interpretasi:
Warna ungu : Heroin, Morfin, Codein
Warna jingga : Pethidine
Keracunan Narkotika

Nalorfin Method
 Ukur diameter pupil dengan pupilometer, lakukan pemeriksaan di tempat
yang tidak dipengaruhi cahaya
 Injeksikan 3mg Morfin subkutan, dan periksa lagi diameter pupil nya setelah
30 menit
Keracunan CO

 Kualitatif  Uji dilusi alkali, uji formalin (Eachlolz-Liebemann), spektroskopis


 Kuantitatif  Gettler Freimuth, spektrofotometrik, kromatografi gas
Keracunan CO

Uji dilusi alkali:


1. Ambil 2 tabung reaksi, masukkan 1-2 tetes darah korban di tabung 1, dan 1-2
tetes darah normal di tabung 2 sebagai control
2. Encerkan dengan 10 ml air pada kedua tabung
3. Tambahkan 5 tetes NaOH 10-20% di tabung 1 & 2 lalu dikocok
4. Darah normal  segera menjadi merah hijau kecoklatan (hematin alkali)
Darah yg mengandung COHb membutuhkan warna lebih lama untuk berubah
(COHb 20% memberi warna pink selama beberapa detik, setelah 1 menit baru
berubah)
Keracunan CO

Uji formalin
1. Darah ditambah formalin 40% (ratio 1:1)
2. Bila COHb 25%  ada koagulat warna merah di dasar tabung. Semakin tinggi
saturasi, semakin merah warna koagulat.
3. Pada darah normal  koagulat warna coklat
Keracunan CO

Gettler Freimuth (semi-kuantitatif)


Prinsip: Darah + Kalium ferisianida  CO dibebaskan dari COHb
CO + PdCI2 + H2O  Pd +CO2 + HCI
1. Paladium (Pd) diendapkan pada kertas saring  endapan hitam
2. Bandingkan intensitas warna hitam dengan kadar COHb yang sudah diketahui
Keracunan CO

Spektrofotometrik
Cara terbaik analisis CO dgn sampel darah segar dari korban yg masih hidup 
menentukan rasio COHb:OxiHb

Kromatografi gas
Bisa digunakan untuk mengukur CO pada sampel darah mayat/tidak segar.
Keracunan Sianida

Uji kertas saring


1. Kertas saring dicelupkan dalam asam pikrat jenuh
2. teteskan 1 tetes isi lambung/darah korban, diamkan sampai kering
3. teteskan Na2CO3 10% 1 tetes  (+) warna ungu

Uji kertas saring untuk px masal


1. Kertas saring dicelupkan dalam HJO3 1% lalu ke dalam kanji 1%, keringkan
2. potong kertas saring
3. basahi kertas di bawah lidah  (+) biru (biru muda artinya tidak keracunan)
Keracunan Sianida

Uji kertas saring lainnya


1. Kertas saring dicelupkan dalam KCl, keringkan
2. potong kecil-kecil
3. celupkan dalam darah  (+) merah terang (sianmethemoglobin)

Reaksi Guajacol (Schonbein-Pagenstecher), hanya utk screening


1. Siapkan 50 mg isi lambung/jaringan dlm botol Erlenmeyer
2. Kertas saring (3-4 x 1-2 cm) dicelupkan dlm guajacol 10% dlm alcohol,
keringkan, lalu celupkan dlm CuSO4 0.1% dlm air
3. Gantungkan kertas saring di atas jaringan, hangatkan botol  (+) biru-hijau
Keracunan Sianida

Reaksi Prussian Blue


1. Isi lambung/jaringan didestilasi (5 ml destilat + 1 ml NaOH 50% + 3 tetes
FeSO4 10% rp + 3 tetes FeCl3 5%)
2. panaskan sampai hampir mendidih, lalu dinginkan
3. tambahkan HCl pekat hingga ada endapan Fe(OH)3
4. teruskan sampai larut kembali dan terbentuk Prussian blue
Keracunan Sianida

Cara Gettler Goidbaum


1. Gunakan 2 buah flange (piringan) di antaranya dijepitkan kertas saring
Whatman no.50 sebesar flange tersebut (kertas saring sudah dicelupkan
dalam larutan FeSO4 10% rp selama 5 menit, dikeringkan dan kmdn
dicelupkan dalam NaOH 20% utk beberapa detik)
2. panaskan sampel dan salurkan uap ke kertas saring  (+) biru
Keracunan Arsen

Uji Reinsch

Deret Volta: K Na Ca Mg Al Zn Fe Pb H Cu As Ag Hg Au
Unsur yg letaknya di kanan akan mengendap bila ada unsur yg di kiri dalam 1
larutan.
1. 10 cc darah + 10 cc HCl pekat dipanaskan  AsCl3
2. celupkan batang tembaga ke dalam larutan  endapan kelabu hitam (As) pd
permukaan batang
Keracunan Timbel

1. Tambahkan H2SO4 encer ke dalam urin 24 jam  endapan putih PbSO4 


saring
2. Endapan tidak akan larut dlm HNO3, namun larut dlm HCl/NH4-asetat

Pada keracunan, didapatkan pula adanya koproporfirin (80 ug/100 mg kreatinin)


1. 5 cc urin diasamkan dgn asam asetat glasial shg pH<4
2. Tambahkan 5 tetes H2O2 3% + 5 CC eter, kocok
3. Lapisan air dibuang & lapisan eter diambil, tambahkan ke dlm 1 cc HCl 1.5 N,
kocok
4. Lapisan asam diambil, lihat dgn sinar UV
5. (+) merah & (-) biru muda

Anda mungkin juga menyukai