Anda di halaman 1dari 30

David S. Koamesah, S.

Ked (1308012037)
Glenn G. A. J. I. Saudale, S.Ked (1308012055)
Penguji:dr. Gunawan Arsyadi, SpPA (K), SpF
Pembimbing: dr. Indah Wulan Sari
Keracunan atau Intoksikasi Racun ialah zat yang bekerja
adalah kondisi yang mengikuti pada tubuh secara kimiawi dan
masuknya suatu zat psikoaktif fisiologik dalam dosis toksisk yan
yang menyebabkan gangguan akan menyebabkan gangguan
kesadaran, kognisi, persepsi, kesehatan atau kematian.
afek, perilaku, fungsi dan juga
respons psikofisiologis.
Colorless Inorganik
Odorless & As2S3
Organik As2S2
As2O3

Intake harian
normal 0,5 – 1 mg

Kadar normal
dalam tubuh
100µg/L (urin),
0,5 mg/kg
(rabmbut), 1
mg/kg (Kuku))

Poisoning?
Or
Disease?
Nama Rumus Kimia
Arsenic As
Arsenic Trioxide As2O3
Arsenic Pentoxide As2O5
Arsenic Acid H3AsO4
Arsenic trichloride AsCl3
Arsenic trisulphide As2S3
Sodium arsenite NaAsO2
Arsenic acid, trisodium salt Na3AsO4
Arsenenous acid, potassium salt KH(AsO2)2
Potassium arsenate KH2AsO4
Arsenic acid, calcium salt Ca3(AsO4)2
Calcium arsenite CaAsO3H
Lead arsenate Pb3(AsO4)2
Copper (II) arsenite Cu(AsO2)2
Cupric acetoarsenite C4H6As6Cu4O16
Magnesium arsenate Mg3(AsO4)2
1. 927 orang di Amerika
terpapar arsen
AAPCC
2. 100 juta orang
berisiko terpapar arsen
dari air minum

Tanah: Arsenit Makanan: Industri: Pestisida,


(Anaerobik) Ikan, kerang, herbisida, pengeras
dan arsenat daging, tembaga, timbal dan
(aerobik) unggas, senyawa besi lainnya
produk susu
ARSEN= Kategori 1

ACCGIH Arsen menyebabkan


gangguan pada seluruh
tubuh manusia

AQPs memegang peranan penting


dalam uptake arsen.
AQP paling banyak ditemukan pada
jaringan hati, lien, jaringan paru,
jaringan lemak dan ginjal
 Toksisitas Akut
Arsen dapat masuk ke dalam tubuh lewat beberapa mekanisme gejala akut yang dapat
timbul diantaranya :
 Pernapasan  arsen yang terhirup dapat menimbulkan beberapa gejala yaitu iritasi
saluran pernapasan, berupa batuk, nyeri tenggorokan, nafas dangkal dll
 Kulit  (1-6 minggu pasca paparan ) gejala yang tampak pada kulit seperti iritasi, gatal-
gatal dan kulit kemerahan.deskuamasi telapak tangan dan kaki, bercak makulopapular,
edema periorbital dan striae putih pada kuku garis Aldrich-Mees.
 Mata  iritasi pada mata dan mata tamapak kemerahan.
 Kardiovaskular  hipotensi, takikardia, aritmia
 Gejala neurologis  letargi, agitasi delirium
 Gejala hematologi  (1-2 minggu pasca paparan) pansitopenia : leukopenia dan anemia.
 Pencernaan  (1-2 hari) mual muntah, nyeri perut, diare dan bau nafas seperti bawang.

8
 Toksisitas kronik
 Kulit dan kuku  merupakan suatu organ target utama dalam paparan arsen baik
organik dan inorganik. Gejala yang dapat timbul diantaranya : kelainan pigmentasi
(hiperkeratosis palmo-plantar) dapat muncul antara 6 bulan hingga 3 tahun pasca
paparan, melanosis arsenik  kulit kuning coklat, kanker kulit  akibat arsen yang
terlarut dalam dosis yang tinggi, dapat terbentuk Mee’s Line
 Saraf  gejala yang timbul yaitu rasa tebal dan kesemutan pada tangan dan kaki,
kelemahan otot, kejang otot (cramp) pada malam hari.
 Gejala-gejala lain yang tidak khas : malaise, berat badan menurun, mata berair,
fotobia, pilek kronis, mulut kering.

9
10
11
 Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
 Pemeriksaan Luar
 Autopsi
 Pemeriksaan toksikologi

12
 Korban meninggal akibat keracunan  2 golongan, yang sejak semula sudah
dicurigai kematian diakibatkan oleh keracunan dan kasus yang sampai sebelum
autopsi dilakukan, belum ada kecurigaan terhadap kemungkinan keracunan.
 Pemeriksaan TKP diperlukan untuk membantu penentuan penyebab kematian, cara
kematian dan mengumpulkan barang bukti.

13
 Bau : bau yang tercium  petunjuk racun apa yang mungkin ditelan oleh korban.
Pemeriksa menekan dada mayat  menentukan apakah ada bau yang tidak biasa
yang keluar dari lubang-lubang hidung dan mulut
 Pakaian : pada pakaian dapat ditemukan bercak-bercak yang disebabkan oleh
tercecernya racun atau oleh muntahan.
 Lebam mayat
 Perubahan warna kulit : hiperpigmentasi, melanosis dan keratosis pada telapak
tangan dan kaki.
 Kuku : memperlihatkan garis-garis putih (Mee’s lines), kuku bertambah tebal
 Rambut : alopesia dapat ditemukan pada keracunan arsen

14
1. Keracunan akut
a. Pemeriksaan Luar
kesan telah terjadinya dehidrasi hebat pada tubuh

b. Pemeriksaan Dalam
 Mukosa lambung dan esophagus yang mengalami inflamasi, erosi,
kongesti, dan bercak-bercak perdarahan
 Isi lambung berwarna gelap
 Deposit lemak pada jaringan hati, jantung dan ginjal
 Perdarahan subserosa
15
2. Keracunan Kronik
a. Pemeriksaan Luar
 Kelainan pigmentasi kulit,
 Garis putih pada kuku (mee’s line),
 Kurang gizi (kurus)
b. Pemeriksaan Dalam
 kelainan pada saluran pencernaan bau, isi lambung, warna isi
lambung, nekrosis
 Pada hati apakah adanya degenerasi lemak atau nekrosis

16
Pada korban meninggal, diperlukan informasi sisa racun dan dicocokkan dengan
kelainan yang dijumpai pada jenazah. Selanjutnya menentukan sampel yang perlu
diambil untuk pemeriksaan toksikologi.
 Korban hidup : muntahan, urin, tinja, bilas lambung, darah, rambut, kuku.
 Korban meninggal : semua organ, darah, urin, isi usus, isi lambung, rambut, kulit,
kuku, tulang.

17
Batasan nilai toksik arsen dalam berbagai jaringan sbb:
Darah : 0,6–9,3 mg/L
Hepar 2– 20 mg/kg
Ginjal 0,2–70 mg/kg
Otak 0,2-4 mg/kg
Rambut dan kuku
• Rambut dalam keadaan normal : 0,5 mg/kg
Dicurigai bila : 0,75 mg/kg
Keracunan bila : 30 mg/kg
• Kuku dalam keadaan normal : sampai 1 mg/kg
Dicurigai bila : 1 mg/kg
Keracunan bila : 80 ug/kg
18
10 cc darah + 10 cc HCL pekat
dipanaskan  AsCL3  batang
tembaga (Cu) dicelupkan  POSITIF
jika timbul endapan berwarna kelabu
sampai hitam

19
Stabilisasi
 Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk
menjamin pertukaran udara.
 Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi
dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya
kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
 Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi
darah.
 Jika ada kejang, beri diazepam

20
Dekontaminasi

 Dekontaminasi mata
Dilakukan sebelum membersihkan kulit:
Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring
ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan
sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan
selama 30 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata.
Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit
atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata.

21
 Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku)

 Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.


 Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau
hangat serta sabun minimal 10 menit.
 Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas
secara lembut. Jangan digosok.
 Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
 Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan
sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk tidak
menghirupnya.
 Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

22
 Dekontaminasi saluran cerna

 Bila pasien sadar dapat diberikan arang aktif,


 dapat dipertimbangkan kumbah lambung jika bahan tertelan dalam
jumlah sedang sampai banyak, hanya dilakukan setelah intubasi.

23
• Antidotum
Dimercaprol (BAL, British anti-Lewisite).
Dosis inisial: 3-5 mg/kg intra muskular dalam (deep intramuscular
injection) tiap 4-6 jam.

24
KUHAP pasal 133 (1) :
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.

25
Ditinjau dari segi kepentingan menurut medikolegal, maka dapat disimpulkan
mengenai arsen sebagai berikut:
• Arsen sangat sering digunakan utuk membunuh, karena:
Harganya murah
Mudah diperoleh
Tidak mempunyai bau dan rasa sehingga mudah dicampur dengan makanan
• Sangat efektif karena hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit
• Keracunan karena ketidaksengajaaan biasanya karena salah menentukan
identitas
• Bunuh diri menggunakan arsen sangat jarang ditemukan
• Kadang-kadang digunakan untuk membantu tindakan abortus

26
 Toksikologi  ilmu yang mempelajari tentang racun, yang berkaitan dengan sifat fisik dan kimia

dari zat beracun tersebut dan efek fisiologisnya terhadap organisme hidup, serta pengembangan
prosedur dasar tentang pengobatan keracunan.

 Keracunan atau intoksikasi menurut WHO  kondisi yang mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang

menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan repon psikofisiologis.

 The American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH) mengklasifikasikan Arsen kedalam kategori A1

yang berarti karsinogen pada manusia.

 Keracunan arsen dapat menyebabkan gejala keracunan akut dan kronis.Kematian akibat keracunan arsen

sering tidak menimbulkan kecurigaan karena gejala keracunan akutnya menyerupai gejala gangguan
gastrointestinal yang hebat sehingga dapat didiagnosa salah sebagai suatu penyakit.
27
1. Dyro, Frances M. Arsenic. Available from: URL: http://emedicine.org/html.
[Access on: 6th Nov 2016].
2. Caravati, EM. Arsenic and arsine gas. In: Dart RC. Medical Toxicology. Third
edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2004. p:1393-1401.
3. Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Arsenic. Division of Toxicology
and Environmental Medicine. Atlanta. 2006. Available from:
http://www.atsdr.cdc.gov.pdf.[Access on: 5th Nov 2016].
4. Ilmu Kedokteran Forensik.Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; p. 101-106.
5. WHO. Arsen intoxication [serial online]. [cited 2015Sep25]. Available from:
URL:http://www.who.int/substance_abuse/terminology/acute_intox/en/
6. DiMaio VJ, DiMaio D. Interpretive Toxicology: Drug Abuse and Drug Death. In:
Geberth VJ, editor. Forensic Pathology. Florida: CRC Press; 2001. p. 530-1.
7. Miller WH, Schipper HM, Lee JS, Singer J, Waxman S. Mechanisms of Action of
Arsenic Trioxide. Cancer Rescearch. 2002;62:3893-903.
8. Platanias LC. Biological Responses to Arsenic Compounds. The Journal of
biological Chemistry. 2009;284:18583-7
9. Eckert WG. Introduction to Forensic Sciences Second Edition. New York: CRC
Press;1997.p. 116
10. DiMaio VJ, DiMaio D. Forensic Pathology Seconde Edition. Florida: CRC Press;
2001. P. 530
11. Sentra Informasi Keracunan Nasional. Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan
POM RI. 2010
12. Health Council of the Netherlands. Arsenic and inorganic arsenic compounds.
Den Haag; 2012. p. 27-30.
13. Marcus S, Tarabar A. Arsenic Toxicity in Emergency Medicine. 2012 available at
http://emedicine.medscape.com/article/812953-overview
14. World Health Organization. Exposure to Arsenic : A Major Public Health Concern.
Switzerland: 2010
15. Istarani F, Pandebesie ES. Studi Dampak Arsen (As) dan Kadmium (Cd) Terhadap
Penurunan Kualitas Lingkungan. Jurnal Teknik Pomits vol. 3 No. 1. Surabaya: 2014
16. BPOM. Arsenik. [online]. 2012 [cited 2015Sep25]. Available from:
URL:http://ik.pom.go.id/v2012/katalog/arsenik.pdf
17. Arsenic and inorganic arsenic compounds. Weinheim: WILEY-VCH; 2005; Availablefrom:
URL:http://www.wileyvch.de/books/info/mak/pdf/MAK_partIIvol4_Arsenic.pdf
18. Poklis A. Analytic/Forensik Toxicology. 2008:1080-108.
19. Arsenic and arsenic compounds. IARC; 2011 [cited 2015Sep 24]; Available
from:URL:http://monographs.iarc.fr/ENG/Monographs/vol100C/mono100C-6.pdf
20. Fitriana AN. Forensic Toxicology. J Majority [serial online] Feb 2015 [cited 2015 Sep 25];
4(4):1-8. Available from:
URL:http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/571/575
21. Gorby MS. Arsenic Poisoning [Clinical Conference]. West J Med 1988 Sep; 149:308-315)
22. Kusumawarni M. Analisis resiko arsen (As) dalam ikan kembung dan kerang darah di
wilayah pesisir Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hassanudin.
23. Drobna Z, Styblo M, Thomas DJ. An overview of arsenic metabolism and toxicity. National
Institute of Health. 2014
24. Khairul I, Wang QQ, Jiang YH, Wang C, Naranmandura H. Metabolism, toxicity and
anticancer activities of arsenic compounds. Impact journals. 2017

Anda mungkin juga menyukai