Anda di halaman 1dari 26

KERACUNAN KARBON

MONOKSIDA (CO) dan


SIANIDA (CN)
Nama : Annisa Triana
Nim : 111410300000075
Keracunan
Racun adalah zat yang bekerja pada
tubuh secara kimiawi dan fisiologik
yang dalam dosis toksik akan
menyebabkan gangguan kesehatan
atau mengakibatkan kematian.
KERACUNAN SIANIDA
Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik, dalam
takaran kecil sudah cukup untuk menimbulkan kematian

 Kasus kematian akibat CN umumnya :


- pembunuhan
- bunuh diri
- kecelakaan di laboratorium
- penyemprotan dalam pertanian
- penyemprotan di gudang-gudang kapal untuk membunuh
tikus
SUMBER
 Hidrogen sianida (asam sianida, HCN) merupakan cairan yang
bersifat :
- asam
- larut dalam air
- alkohol dan eter
- mempunyai titik didih 26,5 derajat C sehingga mudah menguap
dalam suhu ruang
- titik beku 14 derajat C

 HCN mempunyai aroma khas amandel (bitter almonds, peach


pit)

 Garam sianida, NaCN dan KCN dipakai dalam proses pengerasan


besi, baja dan proses penyepuhan emas dan perak.
SUMBER
 Sianida juga didapat dari biji tumbuhan terutama biji-bijian
dari genus prunus yang mengandung glikosida sianogenetik
atau amigdalin, seperti :
- singkong liar
- umbi-umbian liat
- temu lawak
- cherry liar
- plum aprikot, dll..
FARMAKOKINETIK
 Garam sianida cepat diabsorpsi melalui saluran pencernaan ,
cyanogen dan UAP HCN diabsorpsi melalui pernapasan
 sianida masuk kedalam tubuh melalui mulut, inhalasi, dan
kulit
setelah diabsobsi, masuk kedalam sirkulasi darah sebagai CN
bebas, sehingga tidak dapat berikatan dengan hemoglobin

sianida dalam tubuh akan menginaktifkan beberapa enzim


oksidatif seluruh jaringan secara radikal, terutama sitokrom
oksidase dan mengikat bagian ferric heme group dari oksigen
yang dibawa oleh darah.
 sianida juga secara refleks merangsang pernafasan dengan
bekerja pada ujung saraf sensorik sinus (kemoreseptor)

pernafasan bertambah cepat

gas racun yang diinhalasi makin banyak


 proses oksidasi-reduksi dalam sel tidak dapat berlangsung dan oksi-
Hb tidak dapat berdisosiasi melepaskan o2 ke sel jaringan

Timbul anoksia jaringan (anoksia histotoksik)

* hal ini merupakan keadaan paradoksal karena korban


meninggal akibat hipoksia tetapi dalam darahnya kaya akan
oksigen

 Sianida dioksidasi dalam tubuh menjadi sianat dan sulfosianat dan


dikeluarkan dari tubuh melalui urin

 Takaran toksik peroral :


untuk HCN = 60-90 mg
KCN atau NaCN = 200 mg
 Takaran toksik kadar gas dalam udara lingkungan dan lama inhalasi

20 ppm Gejala ringan timbul setelah beberapa


jam
100 ppm Sangat berbahaya dalam 1 jam
200-400 ppm Meninggal dalam 30 menit
2000 ppm Meninggal seketika

 kadang-kadang korban keracunan CN melebihi takaran mematikan


tetapi tidak meniggal, karena adanya toleransi individual dengan
daya detoksifikasi tubuh berlebihan dengan mengubah CN menjadi
sianat dan sulfodianat. Dapat pula disebabkan oleh keadaan an-
asiditas asam lambung, sehingga garam CN yang ditelan tidak terurai
menjadi HCN (keaaadn ini disebut sebagai imunitas Rasputin).
TANDA DAN GEJALA
 dapat ditemukan gejala :
- mengeluh terasa terbakar pada kerongkongan dan lidah
- sesak napas
- hipersalivasi - refleks melambat
- mual, muntah - udara pernafasan dapat berbau amandel
- sakit kepala- muntahan tercium bau amandel
- vertigo
- fotofobi
- tinitus
- pusing
- kelelahan
- sianosis pada muka
- busa keluar dari mulut
- nadi cepat
- pupil dilatasi

 Menjelang kematian : sianosis lebih nyata dan timbul kedut otot-otot kemudian
kejang-kejang dengan inkotinensia alvi dan urin
 Pada keracunan inhalasi, menimbulkan :
- palpitasi
- lakrimasi
- iritasi mulut dan kerongkongan
- pusing
- kelemahan ekstremitas cepat timbul dan kemudian kolpas
- kejang-kejang
- koma
- meninggal
 Pada kercunan kronis, tampak :
- pucat
- berkeringat dingin
- pusing
- rasa tidak enak dalam perut
- mual dan kolik
- rasa tertekan pada dada dan sesak nafas
- goiter dan hipotiroid
PEMERIKSAAN KEDOKTERAN FORENSIK
 pada pemeriksaan terhadap korban mati, pemeriksaan bagian luar
jenazah, dapat tercium bau amandel yang patognomonik, dapat
tercium dengan cara menekan dada mayat sehingga akan keluar gas
dari mulut dan hidung
• ditemukan sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut dan
lebam mayat berwarna merah terang, karena darah vena kaya akan
oksi-Hb
• Lebam mayat pada kercunan sianida tidak selalu merah terangm
ditemukan pula yang berwarna biru-kemerahan livid. Hal ini
tergantung keadaan dan derajat keracunan.
 Pemeriksaan dalam (bedah jenazah), dapat tercium bau amandel
yang khas pada saat membuka rongga dada, perut, dan otak serta
lambung (bila racun melalui mulut)
• Darah, otot dan penampang organ tubuh dapat berwarna merah terang,
selanjutnya ditemukan tanda-tanda asfiksia pada organ-organ tubuh
Pemeriksaan Laboratorium
1. Uji kertas saring :
 kertas saring dicelupkan kedalam larutan pikrat jenuh, biarkan
hingga menjadi lembab. Teteskan 1 tetes isi lambung atau
darah korban, diamkan sampai agak mengering, kemudian
teteskan Na2Co3 10 % 1 tetes. Uji positif bila bentuk warna
ungu
 kertas saring dicelupkan kedalam larutan HJO3 1% kemudian
kedalam larutan kanji 1% dan dikeringkan. Setelah itu kertas
saring dipotong0potong seperti kertas lakmus. Kertas ini
dipakaiuntuk pemeriksaan masal (pekerja yang kontak dengan
CN). Caranya membasahkan kertas dengan ludah dibawah
lidah. Uji positif bila warna berubah menjadi biru
2. Reaksi Schonbein-pagenstecher (Reaksi Guajacol)
: masukkan 50 mg isi lambung/jaringan kedalam botol Erlenmeyer.
Kertas saring (P:3-4 cm, L:1-2 cm) dicelupkan kedalam larutan guajacol
10% dalam alkohol, keringkan, lalu celupkan kedalam larutan 0,1%
CuSO4 dalam air dan kertas saring digantungkan diatas jaringan dalam
botol, lalu botol dihangatkan, hasil positif akan terbentuk warna biru-
hijau
3. Reaksi Prussian Blue (Biru berlin)
: isi lambung/jaringan didestilasi dengan desilator. 5 ml destilat + 1 ml
NaOH 5-0% + 3 tetes FeCL3 5%, panaskan sampai hampir mendidih,
lalu dinginkan dan tambahkan HCL pekat tetes demi tetes sampai
terbentuk endapan Fe(OH)3, teruskan sampai endapan larut kembali dan
terbentuk biru berlin

4. Cara Getter Goldbaum


PENGOBATAN
keracunan CN secara inhalasi :
• Pindahkan korban ke udara bersih.
• Berikan amil nitrit dengan inhalasi
• Pernafasan buatan dengan 100% oksigen
• Dapat dipakai oksigen hiperbarik
• Antidotum Natrium Nitrit 3% IV dan disusul dengan Natrium tiosulfat 25% IV
• Antidotum keracunan kronik : Hidroksokobalamin

Pada keracunan CN yang ditelan


• Inhalasi amil nitrit
• Antidotum nitrit dan tiosulfat
• Bilas lambung dengan Na-tiosulfat 5% atau K permanganat 0.1% atau H2O2 3%
• Pernafasan buatan dengan oksigen 100%
• Biru metilen 1% 50ml IV sebagai antidotum
Keracunan Karbon
Monoksida (CO)
 Gas yang tidak berwarna
 Tidak berbau
 Tidak merangsang selaput lendir
 Sedikit lebih ringan dari udara sehingga mudah menyebar
 Campuran 1 volume CO dengan 0,5 volume O2 atau campuran
1 volume CO dengan 2,5 volume udara, bila bertemu dengan
api akan meledak
 CO dapat bersenyawa dengan logam atau nonlogam
Sumber
• Hasil pembakaran yang tidak sempurna dari karbon dan
bahan-bahan organik yang mengandung karbon

• Motor yg menggunakan bensin sebagai bahan bakar

• Arang batu, alat pemanas berbahan bakar gas, lemari es gas,


dan cerobong asap yang bekerja tidak baik

• Asap tembakau dalam orofaring  konsentrasi yang diinhalasi


± 500ppm
Farmakokinetik
• Diserap melalui paru, diikat hemoglobin secara reversibel, membentuk
karboksi hemoglobin, setelah lepas eritrosit tidak mengalami kerusakan

• Dapat berikatan dengan mioglobin dan beberapa protein heme ekstravaskular


lain

• Afinitas CO terhadap Hb adalah 208-245 kali afinitas O2

• Absorpsi dan eksresi dipengaruhi oleh kadar CO dalam udara lingkungan,


kadar COHb sebelum pemaparan, lama pemaparan, ventilasi paru

• Kadar COHb akan berkurang 50% dalam 4,5jam bila penderita CO akut
dipindahkan ke udara bersih & berada dlm keadaan istirahat

• Selanjutnya akan berkurang 8-10% setiap jamnya


Farmakodinamik
 CO bereaksi dengan Fe dari porfirin  pengikatan COHb 
Hb inaktif dan menghambat disosiasi Oxi-Hb  jaringan
hipoksia

 Konsentrasi CO dalam udara lingkungan dan lamanya inhalasi


menentukan kecepatan timbulnya gejala-gejala atau kematian

 Rumus Henderson dan Haggard : waktu x konsentrasi


300  tidak ada gejala
900  timbul sakit kepala, lelah, mual
1500  bahaya dan dapat fatal
Tanda dan Gejala Kematian
% Saturasi COHb Gejala-gejala

10% Tidak ada

10%-20% Rasa berat pada kening, mungkin sakit kepala ringan, pelebaran
PD subkutan, dispneu, gangguan koordinasi

20% - 30% sakit kepala, berdenyut pada pelipis, emosional

30%-40% Sakit kepala berat, lemah, pusing, penglihatan buram, mual dan
muntah, kollaps

40%-50% Kebingungan makin meningkat, kesadaran menurun, pernafasan


dan nadi bertambah cepat, ataksia

50%-60% Sinkop, pernafasan dan nadi bertambah cepat, koma dengan


kejang intermitten, pernafasan cheyne stokes

60%-70% Koma dengan kejang, depresi jantung dan pernafasan, mungkin


mati

70%-80% Nadi lemah, pernafasan lambat, gagal pernafasan dan mati


Pemeriksaan Kedokteran
Forensik
• Lebam mayat berwarna merah muda terang (cherry pink
colour)
• Jaringan otot, visera, dan darah merah terang
• Terdapat vesikel atau bula pada tumit, bokong dan punggung
• Ditemukan COHb pada toksikologi darah
• Pada substansia alba dan korteks serta globus palidus dapat
ditemukan petekiae
• Ensefalomalasia simetris dapat ditemukan pada globus palidus
• Pada miokardium ditemukan perdarahan dan nekrosis, paling
sering di muskulus papilasi ventrikel kiri
Pengobatan
 Pindahkan korban ke udara segar
 Beri O2 100% sampai COHb dalam darah menurun di bawah
kadar berbahaya
 Bila terjadi depresi pernafasan, beri pernafasan buatan dengan
O2 100% sampai pernafasan menjadi normal kembali
 Memasukkan korban ke dalam ruang oksigen hiperbarik
dengan tekanan O2 sebesar 2-2.5 atmosfir selama 1-2 jam akan
mempercepat eleminasi CO (hati-hati terhadap kemungkinan
edema & perdarahan paru)
• Pertahankan kehangatan tubuh dengan memberikan selimut,
tetapi jangan memberikan panas dari luar karena dapat
memperburuk keadaan syok yang dialami
• Pertahankan tekanan darah, bila perlu meninggikan sebagian
kaki tempat tidur jika terjadi hipotensi, sehingga aliran darah
ke daerah otak tetap akan terjamin
• Berikan 50ml glukosa 50% IV atau manitol untuk mengurangi
edema otak yang mungkin timbul
• Bila terdapat hipertermia, berikan kompres dingin
• Jika perlu dapat diberikan stimulan seperti kafein atau natrium
benzoat
• Bila ada payah jantung berikan stophatin 0.5mg atau
lanatoside 0.4-0.6mg intravena
Gejala Sisa
• Keracunan CO ringan : nyeri kepala yang dapat hilang dengan
sendirinya

• Keracunan CO yang sempat mengalami koma : kerusakan sel-


sel susunan saraf pusat berupa gejala disorientasi, amnesia
retrogad, parkinsonisme, atau sindroma post ensefalitis
Daftar Pustaka
1. Ilmu Keokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai