Anda di halaman 1dari 29

SPONDILOSIS LUMBALIS

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan Dokter Internsip

Presentan :
dr. Amanda Trilana
Pendamping :
dr. Andari Retnowati

Pembimbing:
dr. Ayu Hara Suwenda Sp.OT

PROGRAM INTERNSIP DOKTER


INDONESIA RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH DOLOPO KAB. MADIUN
2018
No. ID dan Nama Peserta: dr. Amanda Trilana

No. ID dan Nama Peserta: RSUD Dolopo, Kab. Madiun

Topik : Spondilosis Lumbalis

Tanggal Kasus : 5 Desember 2018

Nama Pasien : Ny.S Nomor RM : 69769

Tanggal Presentasi : 2018 Pendamping : dr. Andari Retnowati

Tempat Presentasi : RSUD Dolopo, Kab. Madiun

Objektif Presentasi :

 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka

 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa


 Neonatu
 Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
s
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang belakang, terkadang menjalar
ketungkai kanan yang memberat sejak 3 bulan terakhir. Nyeri timbul tiba-tiba, seperti
berdenyut dan ditusuk-tusuk. Nyeri pinggang menjalar k e sisi luar tungkai kanan
hingga ibu jari kaki. Nyeri bertambah jika pasien berjalann lama, bangkit dari duduk,
saat batuk dan mengejan. Nyeri berkurang saat pasien tidur dengan memiringkan
Deskripsi : tubuh ke sisi yang tidak sakit. Pasien merasakan sedikit kebas pada tungkai kanannya.
Kelemahan anggota gerak kiri tidak ada. BAB dan BAK dalam batas normal. Demam
tidak ada. Penurunan berat badan tidak ada. Pasien memiliki riwayat jatuh terpeleset
dengan posisi terduduk 5 tahun yang lalu.

Mengidentifikasi penyebab, perjalanan penyakit, gejala, diagnosis dan tata


Tujuan :
laksana dari Spondilosis Lumbalis
Bahan
 Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Bahasan :
Cara
Membahas   Diskusi  Email  Pos
Presentasi
:
dan Diskusi
Data Pasien Nama : Ny.S No. Reg: 69769

Nama Klinik : RSUD Dolopo, Kab. Madiun Telp : - Terdaftar sejak : 5/12/18
Data Utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang belakang, terkadang menjalar ketungkai
kanan yang memberat sejak 3 bulan terakhir. Nyeri timbul tiba-tiba, seperti berdenyut dan
ditusuk-tusuk. Nyeri pinggang menjalar k e sisi luar tungkai kanan hingga ibu jari kaki.
Nyeri bertambah jika pasien berjalann lama, bangkit dari duduk, saat batuk dan mengejan.
Nyeri berkurang saat pasien tidur dengan memiringkan tubuh ke sisi yang tidak sakit.
Pasien merasakan sedikit kebas pada tungkai kanannya. Kelemahan anggota gerak kiri
tidak ada. BAB dan BAK dalam batas normal. Demam tidak ada. Penurunan berat badan
tidak ada. Pasien memiliki riwayat jatuh terpeleset dengan posisi terduduk 5 tahun yang
lalu.
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien sebelumnya sudah kontrol rutin di Poli Rehabilitasi Medik RSUD Dolopo
selama 1 tahun terakhir.

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes, maupun masuk rumah sakit
sebelumnya
4. Riwayat keluarga :
Tidak terdapat anggota keluarga lain yang menderita sakit yang sama dengan pasien.
5. Riwayat Alergi :
Pasien tidak memiliki riwayat alergi baik obat maupun makanan.
6. Riwayat Sosial
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga

Hasil Pembelajaran:

1. Definisi Spondilosis Lumbalis

2. Anatomi Fisiologi Tulang Belakang

3. Epidemiologi Spondilosis Lumbalis

4. Etiologi dan Faktor Resiko Spondilosis Lumbalis

5. Patofisiologi Spondilosis Lumbalis

6. Manifestasi Klinis Spondilosis Lumbalis

7. Diagnosa Spondilosis Lumbalis

8. Penunjang Spondilosis Lumbalis


9. Tatalaksana dan Pencegahan Spondilosis Lumbalis

10. Komplikasi Spondilosis Lumbalis

11. Prognosis Spondilosis Lumbalis

RANGKUMAN PEMBELAJARAN
PORTOFOLIO

Subjektif:

- Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang belakang, terkadang menjalar


ketungkai kanan yang memberat sejak 3 bulan terakhir. Nyeri timbul tiba-tiba, seperti
berdenyut dan ditusuk-tusuk. Nyeri pinggang menjalar k e sisi luar tungkai kanan hingga
ibu jari kaki. Nyeri bertambah jika pasien berjalann lama, bangkit dari duduk, saat batuk
dan mengejan. Nyeri berkurang saat pasien tidur dengan memiringkan tubuh ke sisi yang
tidak sakit. Pasien merasakan sedikit kebas pada tungkai kanannya. Kelemahan anggota
gerak kiri tidak ada. BAB dan BAK dalam batas normal. Demam tidak ada. Penurunan
berat badan tidak ada. Pasien memiliki riwayat jatuh terpeleset dengan posisi terduduk 5
tahun yang lalu.
Objektif
Keadaan Umum Cukup

Kesadaran Compos Mentis

Status gizi Normal

Tekanan Darah 130/90 mmHg

Nadi 80 kali/menit

Nafas 92x/menit

Suhu 36,1 ºC

Berat Badan 68 kg

Kepala/leher Anemis (+/+), Ikterik (-/-), Sianosis (-/-), Edema


(-/-) pembesaran KGB (-)

Paru Inspeksi : Simetris ki=ka


Palpasi : fremitus ki=ka
Perkusi: sonor ki=ka
Auskultasi: ves/ves, rh (-), wh (-)

Jantung Inspeksi: Iktus tidak terlihat


Palpasi: Iktus teraba ICS V LMC S
Auskultasi: Irama regular, murmur (-), gallop (-
)

Abdomen Inspeksi: Perut distended (-)


Palpasi: Soefl, liver span 10cm, nyeri tekan
epigastrium (-), turgor kembali cepat
Perkusi: Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) Normal

Ekstremitas Akral hangat kering merah. Edema (-) Dry skin


(-)
Pemeriksaan laboratorium (5 Desember 2018) :
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Eritrosit 5.23 4.00-6.20

Haemoglobin 12.3 g/dl 11,0 – 17,0 g/dl

Hematokrit 22.4 % 35,0 - 55,0%

Leukosit 7.9 4.00-12.00


Limfosit 31.2 % 25 – 50%
Monosit 5.1 % 2 – 10 %
Granulosit 63.7 % 50 – 80%

Trombosit 208 150 – 400

GDA 105 70 – 125

Kolesterol Total 98 < 200


Trigliserida 77 < 200
HDL 82 >35
LDL 73 < 190

BUN 9.0 4,7 - 23,0


Kreatinin 0.76 0,5 – 0,9
Asam Urat 2.25 2,1 – 5,7

SGOT 23 < 50
SGPT 12 < 50

HBsAg Negatif Negatif

Kesimpulan :
Dalam Batas Normal

Pemeriksaan X Ray Thorax (6 Desember 2018)


Kesimpulan:
Dalam batas normal

Pemeriksaan X Ray Lumbosacral AP/Lateral ( 6 November 2018)

Kesimpulan:
degenerasi pada sendi intervertebral yaitu antara diskus dan corpus vertebra .

Penatalaksanaan ( 5 Desember 2018)


-Mecobalamin 2x1
-Meloxicam 2x1

-Eperisone 2x
Follow up:
6 Desember 2018 ( Flamboyan – Pre Op)
S: keadaan pasien cukup (+), nyeri pinggang belakang (+), makan / minum (+),
BAB/BAK (+)
O: GCS: 456, TD 105/79, Nadi: 115 x/menit, nafas: 20x/menit, Tax: 36.9ºC

Kepala Leher : a (-), I (-), c (-), d (-)


Thorax: Vesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen: Soepel. BU (+), nyeri tekan (-)
Esktremitas : AHKM, CRT <2”, edema -/-
A : Low back pain ec Spondilosis Lumbalis
P:
Terapi:
-Pro Body Jacket
-Inf . RL 20 tpm
-Drip Neurobion 5000
-Inj. Metilcobalamin 1x1

6 Desember 2018 ( Ruang Operasi)


S: keadaan pasien cukup (+), nyeri pinggang belakang (+), makan / minum (+),
BAB/BAK (+)
O: GCS: 456, TD 115/69, Nadi: 95 x/menit, nafas: 20x/menit, Tax: 36.5ºC

Kepala Leher : a (-), I (-), c (-), d (-)


Thorax: Vesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen: Soepel. BU (+), nyeri tekan (-)
Esktremitas : AHKM, CRT <2”, edema -/-
A:
Diagnosis Pre Bedah  Low back pain ec Spondilosis Lumbalis
Diagnosis Pasca Bedah  Postural Reduction Spondilosis Lumbalis
P:
Terapi:

-Pro Body Jacket


-Inf . RL 20 tpm
-Drip Neurobion 5000
-Inj. Metilcobalamin 1x1
6 Desember 2018 ( Pasien KRS – pk 15.00)

S: keadaan pasien cukup (+), nyeri post op (-) . makan / minum (+), BAB/BAK (+)

O: GCS: 456, TD 100/79, Nadi: 99 x/menit, nafas: 20x/menit, Tax: 36.5ºC

Kepala Leher : a (-), I (-), c (-), d (-)


Thorax: Vesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen: Soepel. BU (+), nyeri tekan (-)
Esktremitas : AHKM, CRT <2”, edema -/-
A:
Postural Reduction Spondilosis Lumbalis
P:
Terapi:

-Kontrol Poli Orthopaedi 11 Desember 2018


-Mecobalamin 2x1
-Meloxicam 2x1
-Epersione 2x1
Konsultasi
Konsultasi dilakukan dengan spesialis bedah orthopaedi untuk penatalaksanaan
selanjutnya.

Pendidikan
Dijelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi penyakitnya, penyebab
dan penatalaksanaan serta prognosisnya.

Rujukan
Saat ini pasien belum perlu dirujuk
TINJAUAN
PUSTAKA

1. Definisi
Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang.
Spondilosis lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan
ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti perubahan
pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari
tulang, yang terutama terletak di aspek anterior, lateral, dan kadang-kadang
posterior dari tepi superior dan inferior vertebra centralis (corpus). Spondylosis
Lumbalis biasanya terjadi pada usia 30 – 45 tahun namun paling banyak terjadi
pada usia 45 tahun dan lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki.
Perubahan degeneratif pada lumbalis dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala) dan
simptomatik (muncul gejala/keluhan).

2.Anatomi dan Fisiologi Tulang Belakang

Anatomi Vertebra

Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah


struktur yang lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau
ruas tulang belakang. Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat
bantalan tulang rawan Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat
mencapai 57 – 67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya
adalah tulang-tulang terpisah dari 19 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang.
Kolumna vertebra terdiri dari 7 vertebra servikal atau ruas tulang leher, 12 vertebra
thorakal atau ruas tulang punggung, 5 vertebra lumbal atau ruas tulang pinggang, 5
vertebra sacrum atau ruas tulang kelangkang, 4 vertebra koksigeus atau ruas tulang
tungging. Dilihat dari samping kolumna vertebralis memperlihatkan 4 (empat)
kurva atau lengkung. Di daerah vertebra servikal melengkung ke depan, daerah
thorakal melengkung ke belakang, daerah lumbal melengkung ke depan, dan di
daerah pelvis melengkung ke belakang.
Anatomi Vertebra Lumbal

Vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar.


Badannya lebih besar dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti
ginjal. Prosesus spinosusnya lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak kecil.
Prosesus transversusunya panjang dan langsing. Apophyseal joint dari lumbal lebih
ke posterior dari coronal plane, artikulasi ini dapat dilihat dengan posisi oblik.
Foramen intervertebralis dari lumbal berada ditengah dari sagital plane.
Vertebra lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen anterior yang
terdiri dari korpus, sedangkan komponen posterior yaitu arkus vertebralis yang
terdiri dari pedikel, lamina, prosesus transverses, prosesus spinosus dan prosesus
artikularis. Setiap dua korpus vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan
ditahan serta dihubungkan satu dengan yang lain oleh ligamentum.
Foramina vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit
lebih besar dari milik vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra servikalis.
Bagian bawah dari medulla spinalis meluas sampai foramen vertebra lumbalis satu,
foramen vertebra lumbal lima hamya berisi kauda equina dan selaput – selaput
otak.
Prosesus transversus berbentuk tipis dan panjang kecuali pada vertebra
lumbal lima yang kuat dan tebal. Berukuran lebih kecil daripada yang terdapat pada
vertebra thorakalis.
Prosesus spinosus berbentuk tipis, lebar, tumpul dengan pinggir atas
mengarah ke arah bawah dan ke arah dorsal. Prosesus ini dapat diketahui
kedudukannya dengan cara meraba atau palpasi.
Prosesus artikularis superior meripakan fasies artikularis yang sekung
dan menghadap posteromedial, sebaliknya fasies artikularis inferiornya cembung
dan menghadap ke anterolateralis

Anatomi Sakrum

Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada


bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (atau
tulang koxa) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis(panggul). Dasar dari
sacrum terletak di atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan
membentuk sendi intervertebral yang khas. Tepi anterior dari basis sacrum
membentuk promontorium sakralis.
Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran tulang
belakang) dan memang lanjutan daripadanya. Dinding kanalis sakralis berlubang-
lubang untuk dilalui saraf sacral. Prosesus spinosus yang rudimenter dapat dilihat
pada pandangan posterior dari sacrum. Permukaan anterior sacrum adalah cekung
dan memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang menandakan tempat
penggabungan kelima vertebra sakralis.
Pada ujung gili-gili ini, disetiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk
dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex dari sacrum
bersendi dengan tulang koksigeus. Di sisinya, sacrum bersendi dengan tulang ileum
dan membentuk sendi sakro-iliaka kanan dan kiri.

Fisiologi

Kolumna vertebralis merupakan bagian dari rangka batang badan.


Berfungsi untuk menyalurkan berat kepala, ekstrimitas atas dan batang badan pada
tulang panggul. Juga berfungsi untuk melindungi medula spinalis serta selaput
otaknya yang mempunyai tempat di kanalis vertebralis. Fungsi ketiga dari kolumna
vertebralis adalah untuk menghasilkan gerakan-gerakan serta menjadi tempat lekat
dari otot-otot.
Vertebra lumbosakaral merupakan bagian dari tulang belakang/kolumna
vertebralis yaitu susunan tulang-tulang kecil yang dinamakan ruas tulang belakang.
Tulang belakang gunanya adalah untuk menahan kepala dan alat-alat tubuh yang
lain, melindungi sumsum tulang belakang yaitu lanjutan dari sumsum penyambung
otak yang terdapat di dalam saluran tulang belakang dan tempat tulang-tulang
panggul bergantung.

3.Epidemiologi

Nyeri pinggang di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang nyata.


Kira-kira 80% penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan nyeri punggung
bawah. Pada setiap saat lebih dari 10 % penduduk menderita nyeri
pinggang. Insidensi nyeri pinggang di beberapa negara berkembang lebih kurang
15-20% dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut
maupun kronik, termasuk tipe benigna. Penelitian kelompok studi nyeri Persatuan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) Mei 2002 menunjukkan jumlah
penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri. Studi populasi
di daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan
13,6% pada wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang
insidensinya sekitar 5,4 – 5,8%, frekwensi terbanyak pada usia 45-65 tahun.

Dalam penelitian multisenter di 14 Rumah Sakit di Indonesia, yang


dilakukan oleh kelompok studi nyeri PERDOSSI pada bulan Mei 2002
menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak 4.456 orang (25% dari total
kunjungan), dimana 1.598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan
819 orang (18,37%) adalah penderita nyeri punggung bawah

4. Etiologi dan Faktor Risiko

Spondylosis lumbal muncul karena proses penuaan atau perubahan


degeneratif. Spondylosis lumbal banyak pada usia 30 – 45 tahun dan paling banyak
pada usia 45 tahun. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita daripada laki-
laki. Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan spondylosis lumbal adalah

a. Kebiasaan postur yang jelek


b. Stress mekanikal akibat pekerjaan seperti aktivitas pekerjaan yang melibatkan
gerakan mengangkat, twisting dan membawa/memindahkan barang.
c. Tipe tubuh
Ada beberapa faktor yang memudahkan terjadinya progresi degenerasi pada
vertebra lumbal yaitu:
a. Faktor usia , beberapa penelitian pada osteoarthritis telah menjelaskan bahwa
proses penuaan merupakan faktor resiko yang sangat kuat untuk degenerasi
tulang khususnya pada tulang vertebra. Suatu penelitian otopsi
menunjukkan bahwa spondylitis deformans atau spondylosis meningkat
secara linear sekitar 0% - 72% antara usia 39 – 70 tahun. Begitu pula, degenerasi
diskus terjadi sekitar 16% pada usia 20 tahun dan sekitar 98% pada usia 70
tahun.
b. Stress akibat aktivitas dan pekerjaan, degenerasi diskus juga berkaitan dengan
aktivitas-aktivitas tertentu. Penelitian retrospektif menunjukkan bahwa insiden
trauma pada lumbar, indeks massa tubuh, beban pada lumbal setiap hari
(twisting, mengangkat, membungkuk, postur jelek yang terus menerus), dan
vibrasi seluruh tubuh (seperti berkendaraan), semuanya merupakan faktor yang
dapat meningkatkan kemungkinan spondylosis dan keparahan spondylosis.
c. Peran herediter, Faktor genetik mungkin mempengaruhi formasi osteofit dan
degenerasi diskus. Penelitian Spector and MacGregor menjelaskan bahwa 50%
variabilitas yang ditemukan pada osteoarthritis berkaitan dengan faktor herediter.
Kedua penelitian tersebut telah mengevaluasi progresi dari perubahan degeneratif
yang menunjukkan bahwa sekitar ½ (47 – 66%) spondylosis berkaitan dengan
faktor genetik dan lingkungan, sedangkan hanya 2 – 10% berkaitan dengan
beban fisik dan resistance training.
d. Adaptasi fungsional, Penelitian Humzah and Soames menjelaskan bahwa
perubahan degeneratif pada diskus berkaitan dengan beban mekanikal dan
kinematik vertebra Osteofit mungkin terbentuk dalam proses degenerasi dan
kerusakan cartilaginous mungkin terjadi tanpa pertumbuhan osteofit. Osteofit dapat
terbentuk akibat adanya adaptasi fungsional terhadap instabilitas atau perubahan
tuntutan pada vertebra lumbal.

5. Patofisiologi

Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis antara lain:

a. Annulus fibrosus menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar dan


muncul retak pada berbagai sisi.

b. Nucleus pulposus kehilangan cairan

c. Tinggi diskus berkurang

d. Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan
dapat hadir tanpa menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala.

Sedangkan pada corpus vertebra, terjadi perubahan patologis berupa


adanya lipping yang disebabkan oleh adanya perubahan mekanisme diskus yang
menghasilkan penarikan dari periosteum dari annulus fibrosus. Dapat terjadi
dekalsifikasi pada corpus yang dapat menjadi factor predisposisi terjadinya crush
fracture.

Pada ligamentum intervertebralis dapat menjadi memendek dan menebal


terutama pada daerah yang sangat mengalami perubahan. Pada selaput meningeal,
durameter dari spinal cord membentuk suatu selongsong mengelilingi akar saraf dan
ini menimbulkan inflamasi karena jarak diskus membatasi canalis intervertebralis.
Terjadi perubahan patologis pada sendi apophysial yang terkait dengan
perubahan pada osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular
dan bersama-sama dengan penebalan kapsular, dapat menyebabkan penekanan pada
akar saraf dan mengurangi lumen pada foramen intervertebralis.

6. Manifestasi Klinik

Perubahan degeneratif dapat menghasilkan nyeri pada axial spine akibat


iritasi nociceptive yang diidentifikasi terdapat didalam facet joint, diskus
intervertebralis, sacroiliaca joint, akar saraf duramater, dan struktur myofascial
didalam axial spine .
Perubahan degenerasi anatomis tersebut dapat mencapai puncaknya
dalam gambaran klinis dari stenosis spinalis, atau penyempitan didalam canalis
spinal melalui pertumbuhan osteofit yang progresif, hipertropi processus articular
inferior, herniasi diskus, bulging (penonjolan) dari ligamen flavum, atau
spondylolisthesis. Gambaran klinis yang muncul berupa neurogenik claudication,
yang mencakup nyeri pinggang, nyeri tungkai, serta rasa kebas dan kelemahan
motorik pada ekstremitas bawah yang dapat diperburuk saat berdiri dan berjalan,
dan diperingan saat duduk dan tidur terlentang .
Karakteristik dari spondylosis lumbal adalah nyeri dan kekakuan gerak
pada pagi hari. Biasanya segmen yang terlibat lebih dari satu segmen. Pada saat
aktivitas, biasa timbul nyeri karena gerakan dapat merangsang serabut nyeri
dilapisan luar annulus fibrosus dan facet joint. Duduk dalam waktu yang lama
dapat menyebabkan nyeri dan gejala-gejala lain akibat tekanan pada vertebra
lumbar. Gerakan yang berulang seperti mengangkat beban dan membungkuk
(seperti pekerjaan manual dipabrik) dapat meningkatkan nyeri .

7. Diagnosa

Diagnosis spondilosis dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan


radiologi seperti sinar-X film polos, MRI, atau CT scan. Sinar-X dapat
menunjukkan taji tulang pada korpus vertebra di tulang belakang, penebalan sendi
facet (sendi yang menghubungkan tulang belakang satu sama lain), dan
penyempitan ruang diskus intervertebralis. CT scan tulang belakang mampu
memvisualisasikan tulang belakang secara lebih rinci dan dapat mendiagnosis
penyempitan saluran tulang belakang (stenosis tulang belakang) saat ini. MRI
mahal tapi menunjukkan detail terbesar di tulang belakang dan digunakan untuk
memvisualisasikan diskus intervertebralis, termasuk tingkat herniasi diskus, jika
ada. MRI juga digunakan untuk memvisualisasikan vertebra, sendi facet, saraf,
dan ligamen di tulang belakang dan dapat dengan andal mendiagnosis saraf
terjepit.

8.Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk meliat gambaran yang


mungkin dapat terlihat seperti:
1. Penyempitan ruang discus intervertebralis
2. Perubahan kelengkunga vertebrae dan penekanan syaraf
3. Osteofit/spur formation di anterior ataupun posterior vertebrae
4. Pemadatan corpus vertebrae
5. Porotik (lubang) pada tulang
6. Vertebrae tampak seperti bambu
7. Sendi sacroiliaca tidak tampak atau kabur
8. Celah sendi menghilang
Adapun pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan antara lain :
1.Foto Polos lumbosakral dengan arah anteroposterior , lateral, dan oblique sangat
membantu untuk melihat keabnormalan pada tulang.
2.Mielografi merupakan tindakan invasif dengan menasukkan cairan berwarna
medium ke kanalis spinalis sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat.
Myelografi digunakan untuk penyakit yang berhubungan dengan diskus
intervertebralis, tumor atau abses.
3.CT scan adalah metode terbaik untuk mengevaluasi adanya penekanan tulang
dan terlihat juga struktur yang lainnya, antara lain ukuran dan bentuk canalis
spinalis, recessus lateralis, facet joint, lamina, dan juga morfologi discuss
intervertebralis, lemak epidural dan ligamentum clavum juga.
4.MRI memberikan gambaran yang lebih helas daripada CT Scan
5.Electromiography (EMG)/Nerve Conduction Study (NCS) digunakan untuk
pemeriksaan saraf pada lengan dan kaki. EMG dapat memberikan informasi
tentang :
a.Adanya kerusakan pada syaraf
b.Lamanya terjadinya kerusakan saraf (akut/kronik)
c.Lokasi terjadinya keursakan saraf
d.Tingkat keparahan dari kerusakan saraf
e.Memantau proses penyembuhan dari kerusakan saraf
9. Tatalaksana dan Pencegahan

Tujuan diberikan penanganan secara fisioterapi pada kondisi ini yaitu


untuk meredakan nyeri, mengembalikan gerakan, penguatan otot, dan edukasi
postur. Ada beberapa hal yang harus diidentifikasi dalam proses assessment
spondylosis yaitu :

1. Mengetahui gambaran nyeri

2. Faktor pemicu pada saat bekerja dan saat luang

3. Ketidaknormalan postur

4. Keterbatasan gerak dan faktor pembatasannya.

5. Hilangnya gerakan accessories dan mobilitas jaringan lunak dengan palpasi.

Program intervensi fisioterapi hanya dapat direncanakan setelah


melakukan assessment tersebut. Adapun treatment yang biasa digunakan dalam
kondisi ini, adalah sebagai berikut:

1. Heat

Heat pad dapat menolong untuk meredakan nyeri yang terjadi pada saat
penguluran otot yang spasme.

2. Ultrasound

Sangat berguna untuk mengobati thickening yang terjadi pada otot erector spinae
dan quadratus lumborum dan pada ligamen (sacrotuberus dan saroiliac)

3. Corsets

Bisa digunakan pada nyeri akut

4. Relaxation

Dalam bermacam-macam posisi dan juga pada saat istirahat, maupun bekerja.

Dengan memperhatikan posisi yang nyaman dan support.

5. Posture education

Deformitas pada postur membutuhkan latihan pada keseluruhan alignment tubuh.


6. Mobilizations

Digunakan untuk stiffness pada segment lumbar spine, sacroiliac joint dan hip
joint.

7. Soft tissue technique

Pasif stretching pada struktur yang ketat sangat diperlukan, friction dan kneading
penting untuk mengembalikan mobilitas supraspinous ligament, quadratus
lumborum, erector spinae dan glutei.

8. Traction

Traksi osilasi untuk mengurangi tekanan pada akar saraf tetapi harus dipastikan
bahwa otot paravertebral telah rileks dan telah terulur.

9. Hydrotherapy

Untuk relaksasi total dan mengurangi spasme otot. Biasanya berguna bagi pasien
yang takut untuk menggerakkan spine setelah nyeri yang hebat.

10. Movement

Hold relax bisa diterapkan untuk memperoleh gerakan fleksi. Bersamaan dengan
mobilitas, pasien melakukan latihan penguatan untuk otot lumbar dan otot hip.

11. Advice

Tidur diatas kasur yang keras dapat menolong pasien yang memiliki masalah sakit
punggung dan saat bangun, kecuali pada pasien yang nyeri nya bertambah parah
pada gerakan ekstensi. Jika pasien biasanya tidur dalam keadaan miring,
sebaiknya menggunakan kasur yang lembut.

Apabila dengan beberapa tindakan fisioterapi tak memberikan


perbaikan keluhan pasien ataupun tidak secara signifikan mengurangi keluhan
maka dapat dilakukan tindakan pemasangan body jacket.

Pencegahan

Mengingat beratnya gejala penyakit ini dan kita tidak pernah tahu seberapa cepat
proses degenerasi terjadi pada tulang punggung, maka ada beberapa hal yang
dapat dilakukan dari sekarang untuk mengurangi resiko terjadinya spondylosis.
Antara lain :
1. Hindari aktivitas dengan benturan tinggi (high impact), misalnya berlari. Pilih
jenis olah raga yang lebih lembut dan mengandalkan peregangan dan
kelenturan.

2. Lakukan exercise leher dan punggung yang dapat meningkatkan kekuatan


otot, kelenturan, dan jangkauan gerak.

3. Jangan melakukan aktivitas dalam posisi yang sama dalam jangka waktu lama.
Beristirahatlah sering-sering. Misalnya waktu menonton TV, bekerja di depan
komputer, ataupun mengemudi.

4. Pertahankan postur yang baik. Duduklah yang tegak. Jangan bertumpu pada
satu kaki bila berdiri. Jangan membungkuk bila hendak mengangkat barang
berat lebih baik tekuk tungkai dan tetap tegak.

5. Lindungi diri dengan sabuk pengaman saat berkendara. Hal ini membantu
mencegah terjadinya cedera bila ada trauma.

6. Berhenti merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya


spondylosis.

10. Komplikasi

Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada


penderita nyeri punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena pasien
selalu memposisikan tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa mempedulikan
sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh ketegangan otot pada sisi vertebra yang
sakit.

11.Prognosis

Spondylosis lumbalis merupakan penyakit degeneratif pada corpus


vertebra atau diskus intervertebralis. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada
wanita daripada laki-laki. Faktor utama yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan spondylosis lumbal adalah usia, obesitas,dan duduk dalam waktu
yang lama. Sedangkan faktor resiko terjadinya spondylosis lumbalis adalah faktor
kebiasaan postur yang jelek, stress dalam aktivitas pekerjaan, dan tipe tubuh.
Gejala yang sering muncul adalah nyeri pinggang, spasme otot, keterbatasan
gerak kesegala arah hingga gangguan fungsi seksual.
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar klinisi dapat
menentukan elemen apa yang terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung
bawah dan mengembalikan fungsinya untuk menghasilkan gerakan-gerakan serta
menjadi tempat lekat dari otot-otot, agar tidak terjadi perubahan patologi yang
terjadi pada diskus intervertebralis. Adapun treatment yang biasa digunakan dalam
kondisi ini, adalah heat, US, corsets, posture education, traction, hydroterapy, dan
lain-lain. Selain itu ada beberapa solusi penanganan terbaru, apabila perlu dokter
dapat menganjurkan pemasangan alat bantu seperti cervical collar yang tujuannya
untuk meregangkan dan menstabilkan posisi. Fisioterapi berupa pemberian panas
dan stimulasi listrik juga dapat membantu melemaskan otot. Mengingat beratnya
gejala penyakit ini, maka pencegahan yang bisa dilakukan adalah melakukan
exercise, perbaiki postur tubuh, dan berhenti merokok.
KASUS TEORI
Subjektif
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang Spondilosis Lumbalis terdapat perubahan
belakang, terkadang menjalar ketungkai kanan degeneratif dapat menghasilkan nyeri pada axial
yang memberat sejak 3 bulan terakhir. Nyeri spine akibat iritasi nociceptive yang diidentifikasi
timbul tiba-tiba, seperti berdenyut dan ditusuk- terdapat didalam facet joint, diskus intervertebralis,
tusuk. Nyeri pinggang menjalar k e sisi luar sacroiliaca joint, akar saraf duramater, dan struktur
tungkai kanan hingga ibu jari kaki. Nyeri myofascial didalam axial spine.
bertambah jika pasien berjalann lama, bangkit Perubahan degenerasi anatomis tersebut dapat
mencapai puncaknya dalam gambaran klinis dari
dari duduk, saat batuk dan mengejan. Nyeri
stenosis spinalis, atau penyempitan didalam canalis
berkurang saat pasien tidur dengan
spinal melalui pertumbuhan osteofit yang progresif,
memiringkan tubuh ke sisi yang tidak sakit.
hipertropi processus articular inferior, herniasi
Pasien merasakan sedikit kebas pada tungkai
diskus, bulging (penonjolan) dari ligamen flavum,
kanannya. Kelemahan anggota gerak kiri tidak atau spondylolisthesis. Gambaran klinis yang
ada. BAB dan BAK dalam batas normal. muncul berupa neurogenik claudication, yang
Demam tidak ada. Penurunan berat badan tidak mencakup nyeri pinggang, nyeri tungkai, serta rasa
ada. Pasien memiliki riwayat jatuh terpeleset kebas dan kelemahan motorik pada ekstremitas
dengan posisi terduduk 5 tahun yang lalu.. bawah yang dapat diperburuk saat berdiri dan
berjalan, dan diperingan saat duduk dan tidur
terlentang.
Karakteristik dari spondylosis lumbal adalah
nyeri dan kekakuan gerak pada pagi hari. Biasanya
segmen yang terlibat lebih dari satu segmen. Pada
saat aktivitas, biasa timbul nyeri karena gerakan
dapat merangsang serabut nyeri dilapisan luar
annulus fibrosus dan facet joint. Duduk dalam
waktu yang lama dapat menyebabkan nyeri dan
gejala-gejala lain akibat tekanan pada vertebra
lumbar. Gerakan yang berulang seperti mengangkat
beban dan membungkuk (seperti pekerjaan manual
dipabrik) dapat meningkatkan nyeri
Objektif :
Dari pemeriksaan fisik, dapat ditemukan
GCS 456 ,TD 105/79 mmHg, N: 105x/m, RR:
20x/m, Temp: 36.1 nyeri pinggang belakang dan keterbatasan
Kepala Leher : a (-), I (-), c (-), d (-) gerakan yang diakibatkan nyeri yang ada
Thorax: Vesikuler (+/+), Ronki (-/-), berkaitan intake nutrisi pasien yang kurang
(anorexia)
Wheezing (-/-) Dari pemeriksaan penunjang lain yakni
Abdomen: Soepel. BU (+), nyeri tekan (-) Xray Lumbosacral didapatkan adanya
Esktremitas : AHKM, CRT <2”, edema -/- degenerasi pada sendi intervertebral yaitu
Xray Lumbosacral (6/12/18)  antara diskus dan corpus vertebra
degenerasi pada sendi intervertebral yaitu
antara diskus dan corpus vertebra .

Asessment : Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan


laboratorium juga pemeriksaan penunjang
Spondilosis Lumbalis
menunjukkan bahwa pasien mengarah ke
Spondilosis Lumbalis

Diagnosis spondilosis dilakukan dengan


menggunakan pemeriksaan radiologi seperti
sinar-X film polos, MRI, atau CT scan. Sinar-X
dapat menunjukkan taji tulang pada korpus
vertebra di tulang belakang, penebalan sendi
facet (sendi yang menghubungkan tulang
belakang satu sama lain), dan penyempitan
ruang diskus intervertebralis.

Planning :
Penananganan untuk masalah
-Pro Body Jacket
spondilosis lumbalis berupa tindakan
-Mecobalamin 2x1
fisioterapi, medikamentosa maupun
-Meloxicam 2x1
-Eperisone 2x1
langkah operasi. Apabila dengan beberapa
tindakan fisioterapi tak memberikan
perbaikan keluhan pasien ataupun tidak
secara signifikan mengurangi keluhan
maka dapat dilakukan tindakan
pemasangan body jacket.
DAFTAR PUSTAKA

Bratton, Robert L. Assessment And Management Of Acute Low Back Pain. The
American academy of family physician. November 15, 1999

Ballinger, Philip W. 2003. Merrill’s Atlas of Radiographic Position & Radiologic


Prosedures volume one. USA: Mosby.

Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Rahman, Nova. 2009. Radiofotografi. Padang: Universitas Baiturrahman.

Bontrager, K.L., 2001. Text Book Of Radiographic Positioning and Related Anatomy,
Mysby Inc,. Missauri.

Barbara J.N., dkk., 2004. Differences in Measurements of Lumbar Curvature


Related to Gender and Low Back Pain. Journal of Orthopaedic & Sports
Physical Therapy 34(9): 524-534.

Anda mungkin juga menyukai